Pendahuluan
Dalam pengelompokan bahan-bahan listrik dikenal ada 3 jenis material yaitu konduktor,
isolator, dan semikonduktor. Suatu bahan dikatakan konduktor apabila memiliki hantaran listrik yang
besar. Suatu bahan dikatakan isolator apabila memiliki hantaran listrik (resistansi) yang kecil. Suatu
bahan dikatakan semikonduktor apabila dapat memiliki hantaran listrik yang nilainya bervariasi
diantara konduktor dan isolator.
Pada dasarnya setiap bahan memiliki kemampuan melewatkan arus listrik. Dalam ilmu
kelistrikan kemampuan tersebut dinyatakan sebagai konduktansi dan disimbolkan dengan G dalam
satuan mho (Ʊ) atau siemens (S). Suatu konduktor ideal dikenal dengan super konduktor yang
memiliki nilai G=0. Konduktansi (G) didefinisikan sebagai:
1
𝐺𝐺 =
𝜇𝜇𝜇𝜇
Dimana μ adalah mobilitas (kemampuan gerak muatan) dan n adalah konsentrasi pembawa muatan
Pembawa muatan (carier) adalah suatu partikel bermuatan yang memberikan kontribusi
terhadap pengaliran arus listrik. Semakin besar n, kemampuan untuk melewatkan arus listrik semakin
besar. Seperti yang diketahui golongan konduktor yang baik adalah bahan-bahan logam, elektrolit,
dan gas yang terionisasi. Pembawa muatan logam adalah sebagai elektron bebas, sedangkan pada
elektrolit dan gas berupa ion-ion positif dan negatif.
Semikonduktor merupakan elemen dasar dari komponen elektronika seperti dioda, transistor
dan sebuah IC (integrated circuit). Disebut semi atau setengah konduktor, karena bahan ini memang
bukan konduktor murni. Bahan-bahan logam seperti tembaga, besi, timah disebut sebagai konduktor
yang baik sebab logam memiliki susunan atom yang sedemikian rupa, sehingga elektronnya dapat
bergerak bebas.
Atom Semikonduktor
Struktur Atom
Bohr mengidealkan atom sebagai inti yang dikelilingi oleh elektron-elektron yang mengorbit
yaitu dengan mengelilingi inti pada orbitnya masing-masing (Gambar 1). Inti atom bermuatan positif
dan menarik elektron. Makin dekat elektron pada inti atom, elektron harus lebih cepat bergerak untuk
mengimbangi penarikan inti.
Dibutuhkan energi yang sangat besar untuk dapat melepaskan ikatan elektron-elektron ini.
Dalam keadaan seperti ini atom dikatakan dalam keadaan stabil karena jumlah proton sama dengan
jumlah elektron. Satu buah elektron lagi yaitu elektron yang ke-29, berada pada orbit paling luar. Orbit
yang paling besar dari sebuah elektron akan mudah terlepas dari lintasannya, tentu mengalami
penarikan yang lebih kecil oleh inti atom. Oleh sebab itu, sebuah elektron pada orbit valensi ini akan
berjalan lebih lambat dan dapat dikatakan hampir tidak terasa ada tarikan dari inti atomnya. Karena
hanya ada satu elektron valensi, ikatannya tidaklah terlalu kuat sehingga hanya dengan energi yang
sedikit saja elektron terluar ini mudah terlepas dari ikatannya seperti terlihat pada Gambar 3.
Pada suhu kamar, elektron tersebut dapat bebas bergerak atau berpindah-pindah dari satu
inti ke inti lainnya. Jika diberi tegangan potensial listrik, elektron-elektron tersebut dengan mudah
berpindah ke arah potensial yang sama. Fenomena ini yang dinamakan sebagai arus listrik. Hal ini
jugalah yang mengakibatkan tembaga adalah konduktor atau penghantar listrik yang baik.
Sebaliknya isolator adalah atom yang memiliki elektron valensi sebanyak 8 buah, dan
dibutuhkan energi yang besar untuk dapat melepaskan elektron-elektron ini. Sedangkan
semikonduktor adalah unsur yang susunan atomnya memiliki elektron valensi lebih dari 1 dan kurang
dari 8. Maka material yang sangat baik dijadikan bahan semikonduktor adalah unsur yang atomnya
memiliki 4 elektron valensi.
Kristal-kristal Silikon
Ketika atom-atom silikon bergabung menjadi satu kesatuan, maka atom-atom tersebut
membentuk dirinya sendiri menjadi bentuk yang dinamakan sebuah kristal. Struktur atom kristal
silikon, satu inti atom masing-masing memiliki 4 elektron valensi. Ikatan inti atom yang stabil adalah
jika dikelilingi oleh 8 elektron, sehingga 4 buah elektron atom kristal membagi elektron-elektronnya
dengan 4 atom yang berdampingan dan membentuk ikatan kovalen. Pada suhu yang sangat rendah
(0°K), struktur atom silikon divisualisasikan seperti pada Gambar 5 berikut.
Pita Energi
Setiap elektron mempunyai kedudukan yang berbeda di dalam kristal sehingga orbit tiap
elektron berbeda-beda. Karena terdapat jutaan elektron pada orbit pertama, level energi yang sedikit
berbeda membentuk kelompok atau pita. Juga pada orbit kedua, ada jutaan elektron dengan level
energi yang sedikit berbeda membentuk pita energi kedua. Dan semua elektron orbit ketiga
membentuk pita ketiga sebagai pita valensi. Di atas pita valensi terdapat pita konduksi seperti terlihat
pada Gambar 7.
Pada suhu nol mutlak tidak ada elektron bergerak dalam kristal. Semua elektron dipegang
kuat oleh atom-atom silikon. Elektron orbit terdalam tertanam didalam atom. Gambar 8 menunjukkan
diagram pita energi untuk atom silikon. Pita valensi dan pita di bawahnya terisi dan elektron tidak
dapat bergerak dengan mudah di dalam pita-pita ini.
Level Fermi
overlap
Doping
Semikonduktor terbagi menjadi 2 jenis menurut asalnya, yaitu semi konduktor instrinsik dan
ekstrinsik. Semikonduktor instrinsik disebut juga semikonduktor murni, bersifat sebagai isolator dan
memiliki 2 macam carrier yaitu hole (bermuatan positif) dan elektron (bermuatan negative. Seperti
telah diulas sebelumnya bahwa pada suhu kamar, hanya beberapa jumlah kecil ikatan kovalen pada
semikonduktor murni yang terlepas karena energi panas, sehingga tidak memungkinkan untuk
menjadi konduktor yang baik.
Ahli-ahli fisika terutama yang menguasai fisika quantum pada masa itu mencoba memberikan
doping pada bahan semikonduktor ini. Pemberian doping dimaksudkan untuk mendapatkan elektron
valensi bebas dalam jumlah lebih banyak dan permanen, yang diharapkan akan dapat menghantarkan
listrik. Pemberian doping pada semikonduktor murni menghasilkan semikonduktor baru yang disebut
semikonduktor ekstrinsik. Semikonduktor Ekstrinsik diperoleh dengan memberi atom-atom asing
(impuritas) non tetravalen kedalam semikonduktor murni. Atom-atom impuritas ada 2 macam :
1. Atom Donor
2. Atom Aseptor
Semikonduktor Tipe-N
Apabila semikonduktor instrinsik diberi donor, maka akan menjadi semikonduktor ekstrinsik,
dengan carier berupa electron dan disebut semikonduktor tipe N. Misalnya pada bahan silikon seperti
pada Gambar 10 diberi doping phosphorus atau arsenic yang pentavalen yaitu bahan kristal dengan
inti atom memiliki 5 elektron valensi. Dengan doping, Silikon yang tidak lagi murni ini (impurity
semiconductor) akan memiliki kelebihan elektron. Kelebihan elektron membentuk semikonduktor
tipe-N. Semikonduktor tipe-N disebut juga donor yang siap melepaskan elektron.
Hole yang terdapat semikonduktor tipe P jauh lebih besar jumlahnya dari elektron pada pita
konduksinya seperti terlihat pada Gambar 13. Karena jumlah hole melebihi elektron-elektron bebas,
maka hole berhubungan dengan pembawa mayoritas dan elektron-elektron bebas sebagaipembawa
minoritas. Karena pemasangan tegangan, elektron-elektron bebas bergerak ujung ke kiri dan hole
bergerak ke kanan. Hole pada ujung kanan kristal yang akan bergabung dengan elektron-elektron
bebas yang datang dari negatif (-) sumber tegangan. Batas antara tipe P dan tipe N disebut sambungan
(junction) PN.
Junction PN
Jika dua tipe bahan semikonduktor ini dilekatkan, maka akan didapat sambungan PN (pn
junction) yang dikenal sebagai dioda. Kata dioda adalah singkatan yang berarti dua elektroda dimana
di berarti dua. Pada pembuatannya memang material tipe P dan tipe N bukan disambung secara
harpiah, melainkan dari satu bahan (monolitik) dengan memberi doping (impurity material) yang
berbeda.
(a)
(b) (c)
(d)
Gambar 14 Sambungan PN
Setiap kali elektron berdifusi melalui junction, ia menciptakan sepasang ion. Ion-ion ini
terdapat pada masing-masing sisi junction. Ion-ion ini tidak bergerak tetapi tetap dalam struktur kristal
dan tidak dapat berkeliling seperti elektron pita konduksi atau hole. Pasangan ion positif dan negatif
ini disebut dipole. Jadi jika terbentuk sejumlah dipole, maka daerah dekat junction dikosongkan dari
muatan-muatan yang bergerak. Daerah yang kosong muatan ini disebut juga dengan lapisan
pengosongan (depletion layers) seperti terlihat pada Gambar 14b.
Tiap-tiap dipole mempunyai medan listrik ditunjukkan pada Gambar 14c. Jika elektron
memasuki lapisan pengosongan, medan mencoba mendorong elektron kembali ke posisi dalam
daerah N. Dengan adanya medan diantara ion, hal ini adalah ekivalen dengan perbedaan potensial
barrier (tegangan penghalang). Untuk silikon besarnya potensial barrier = 0,7 V dan untuk Germanium
besarnya = 0,3 V. Gambaran seluruhnya dari apa yang terjadi pada sambungan PN diperlihatkan pada
Gambar 14d.
Bias Dioda
Terdapat 2 cara memberi bias pada diode yaitu :
1. Forward Bias (bias arah maju)
2. Reverse Bias (bias arah terbalik)
Tegangan (+) sumber mendorong hole pada bahan jenis P menuju persambungan (junction)
dan teganagan negatif sumber akan mendorong elektron pada bahan jenis N menuju persambungan
(junction). Dengan demikian lapisan pengosongan semakin tipis, sehingga tegangan penghalang
(potensial barrier) pada bidang pertemuan (junction) menjadi hilang (netral). Akibatnya pembawa
muatan mayoritas akan menembus junction dan menghasilkan arus yang cukup besar.
Pada Gambar 17 terlihat arus dioda sangat kecil sebelum tegangan dioda mencapai harga
tegangan lutut (Knee Voltage) VK. Harga ini merupakan tegangan yang memisahkan daerah arus maju
kecil dari daerah maju besar. Nilai tegangan lutut merupakan besar potensial barrier yang terdapat
pada bahan semikonduktor yang digunakan dimana pada silikon kira-kira sebesar 0,7 V sedangkan
untuk germanium sekitar 0,3 V.
Pada saat dioda mendapat bias reverse, hampir tidak ada arus mengalir sampai tegangan
dioda mencapai tegangan putus (break down). Bila tegangan reverse terus dinaikkan akan membuat
arus balik besar dan dapat merusak dioda.