Anda di halaman 1dari 11

HUKUM OHM

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR


 
Oleh

Nama   : 1. Rizka Fithriani Safira S (131810301049)

          2. Nursiah (131810301056)

                                      3. Diana Rolis (131810301059)

                        Jurusan            : Kimia

                        Kelompok       : 2

                        Hari / Shift      : Rabu / 3

                        Asisten            : Ernik Dwi Safitri

                        Koordinator    : Novdianti Ayu M.

 
LABORATORIUM FISIKA DASAR
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER
2013
BAB 1. PENDAHULUAN
 

1.1 Latar Belakang


Apabila suatu penghantar diberikan potensial yang berbeda diantara kedua ujungnya,
maka dalam penghantar itu akan timbul arus listrik. Hukum Ohm menjelaskan
hubungan antara tegangan listrik dengan kuat arus listrik. Orang yang pertama kali
menyatakan hubungan antara tegangan dengan kuat arus listrik adalah George Simon
Ohm.

Pada praktikum kali ini akan dilakukan 4 kegiatan. Yaitu menduga nilai hambatan dalam
rangkaian seri, menduga besar panas disipasi pada hambatan berangkaian seri,
menduga nilai hambatan dari rangkaian paralel, dan menduga bebas panas disipasi
pada hambatan berangkaian paralel. Pada kegiatan menduga nilai hambatan dalam,
pertama yang dilakukan adalah menyusun alat seperti yang telah ditunjukkan pada
gambar, naikkan tegangan secara bertahap, catat besar tegangan dan arus setiap
terjadi perubahan. Panas disipasi dapat dihitung dengan merangkai komponen yang
dilakukan pertama kali adalah rangkaian disusun seperti pada gambar yang ada.
Tegangan pada sumber berada pada posisi maksimum lalu cata nilai tegangan (V) dan
kuat arusnya (I).

Hukum Ohm dalam kehidupan sehari-hari sudah sering dijumpai. Seperti pada
penggunaan alat-alat listrik seperti lampu, TV, dan kulkas juga alat elektrik lainnya yang
harus disesuaikan dengan tegangan. Hukum Ohm memberikan informasi mengenai
kuat arus atau tegangan suatu alat listrik. Bila alat listrik diberi tegangan listrik yang
lebih kecil dari seharusnya, arus akan mengecil sehingga alat itu tidak bekerja normal
(misalnya lampu akan redup).

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan dengan latar belakang di atas, maka dapat diambil rumusan masalah
sebagai berikut :

1. Bagaimana hubungan antara tegangan dan kuat arus pada rangkaian seri dan paralel?
2. Bagaimanakah perbedaan nilai hambatan antara rangkaian seri dan paralel?
3. Bagaimana pengaruhnya jika posisi Voltmeter (V) dan Amperemeter (A) dipindah?
4. Bagaimana hubungan Voltmeter dan Amperemeter pada rangkaian seri dan paralel?
 

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dalam praktikum ini yang mengacu pada rumusan masalah antara lain :

1. Untuk mengetahui hubungan antara tegangan dan kuat arus pada rangkaian seri dan
paralel.
2. Untuk mengetahui perbedaan nilai hambatan pada rangkaian seri dan paralel.
3. Untuk mengetahui pengaruh jika Voltmeter dan Amperemeter dipindah.
4. Untuk mengetahui hubungan Voltmeter dan Amperemeter pada rangkaian seri dan
paralel.
 

1.4 Manfaat
Hukum Ohm dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Seperti pada penggunaan
alat-alat listrik yang ada di rumah, misalnya lampu, TV, dan kulkas. Benda-benda
tersebut harus disesuaikan dengan tegangannya. Karena bila benda tadi diberi
tegangan yang lebih kecil dari seharusnya, arus akan mengecil sehingga alat tersebut
tidak bekerja secara normal (misalnya lampu akan mengecil).

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA


Hukum Ohm menjelaskan hubungan antara tegangan listrik dengan kuat arus listrik
(Purwoko, 2007).

Bunyi Hukum Ohm : “Tegangan (V) pada hambatan yang memenuhi Hukum Ohm
berbanding lurus terhadap kuat arus (I) untuk suhu yang konstan (Sunaryono, 2010).

Perbandingan beda potensial dan kuat arus listrik selalu tetap atau konstan. Semakin
besar beda potensial listrik, semakin besar pula kuat arus yang megalir. Besarnya kuat
arus listrik sebanding dengan beda potensial listrik. Dari beberapa pernyataan di atas,
dapat dibuat persamaan sebagai berikut : . . . (2.1)

Dengan C adalah kosntanta yang merupakan sebuah hambatan suatu pengahantar


yang disimbolkan dengan hrurf R. Hukum Ohm dapat dituliskan secara matematis
sebagai berikut : atau . . . (2.2)

Nilai hambatan suatu pengahantar dipengaruhi oleh panjang kawat, diameter kawat dan
jeis kawat. Semakin penjang suatu kawat, nilai hambatan kawat makin besar. Semakin
besar diameter kawat, nilai hambatan kawat makin kecil. Jika jenis kawat tidak sama,
maka hambatan juga tidak sama (Purwoko, 2007).

Jadi besar hambatan dirumuskan sebagai berikut : . . . (2.3)


Dengan R sebagai hambatan, ρ adalah hambat jenis, l panjang kawat dan A luas
penampang kawat.

Pada percobaan a, b, c, dan d digunakan hambatan yang samakarena untuk


membandingkan nilai dari masing-masing percobaan harus menggunakan kontrol atau
pembanding yang sejenis (sama).

Hambatan pengganti rangkaian seri : . . . (2.4)

Sedangkan hambatan pengganti pada rangkaian paralel adalah : . . . (2.5)

Hambatan listrik masih ada hubungannya dengan suhu atau temperatur. Karena kawat
listrik sangat memungkinkan mengalami perubahan suhu. Persamaan perubahan
hambatan kawat terhadap perubahan suhu kawat dituliskan sebagai berikut :

Dengan adalah hambatan kawat pada T o C, adalah koefisien muai bahan konduktor,
adalah hambatan kawat awal. Serta adalah selisih suhu (Sunaryono, 2010).
NTC dan PTC adalah sebuah thermistor. Termistor adalah salah satu jenis yang
mempunyai koefisien temperature yang sangat tinggi. Fungsi utama dari komponen ini
dalam suatu rangkaian elektronik adalah untuk mengubah nilai resistansi karena
adanya perubahan temperature dalam rangkaian tersebut. Karakteristrik yang demikian
ini memungkinkan kita untuk dapat mengatasi beberapa masalah yang sederhana,
seperti yang berkaitan dengan sensor temperature, kompensasi temperature atau
masalah system pengaturan yang lain.

Thermistor ada 2, yaitu NTC (Negative Temperature Coefficient) dan PTC (Positive
Temperature Coefficient). NTC sebagaimana namanya adalah resistor yang
mempunyai koefisien temperatur negative yang sangat tinggi. Thermistor jenis ini dibuat
dari oksida logam yang terdapat dalam golongan transisi. Oksida-oksida ini sebenarnya
mempunyai resistansi yang tinggi tetapi dapat diubah menjadi bahan semikonduktor.
Sedangkan thermistor PTC adalah resistor dengan koefisien temperatur positif yang
sangat tinggi. Dalam beberapa hal thermistor PTC berbeda dengan NTC antara lain :
koefisien temperatur dari thermistor PTC bernilai positif hanya dalam interval
temperatur tertentu, pada umumnya, harga mutlak dari koefisien temperatur PTC jauh
lebih besar daripada thermistor NTC (Soeprijanto, 2012).
Amperemeter merupakan alat ukur yang digunakan untuk mengukur kuat arus listrik.
Pemakaian alat ukur ini dihubungkan ke dalam rangkaian sehingga terhubung seri
dengan komponen yang akan dihitung kuat arusnya.

Voltmeter merupakan alat ukur beda potensial antara 2 titik. Pemakaian alat voltmeter
dipasang paralel dengan komponen yang akan diukur beda potensialnya (Sunaryono,
2010).

Arus listrik (I) yang mengalir melalui resistor (R) akan menyebabkan daya yang dikiim
baterai hilang dalam bentuk panas ini disebut daya disipasi (Soeprijanto, 2012).

 
BAB 3. METODE PERCOBAAN
 

3.1 Alat dan Bahan


Adapun alat dan bahan yang akan digunakan dalam praktikum ini antara lain :

1. Catu daya DC berfungsi mengstabilkan arus listrik atau power supply.


2. Voltmeter DC berfungsi untuk mengukur tegangan.
3. Amperemeter DC berfungsi untuk mengukur kuat arus.
4. R 100Ω/5W, 100Ω/5W berfungsi sebagai hambatan yang akan diukur.
5. Connector berfungsi menghubungkan komponen.
6. Kabel-kabel berfungsi untuk menyambungkan komponen-komponen.
7. Stopwatch berfungsi untuk mengukur waktu.
 

3.2 Design
A
A
            Adapun design alat yang akan digunakan adalah :

V
V
V
(a)                                                               (b)
3.2.1 Gambar Design Percobaan Rangkaian Seri

A
A
(Petunjuk Praktikum Fisika Dasar : 2013)

V
V
 

3.2.2 Gambar Design Percobaan Rangkaian Paralel

(Petunjuk Praktikum Fisika Dasar : 2013)

 
3.3 Langkah Kerja
Sebelum ada perintah dari asisten, tidak diperkenankan mmenghubungkan rangkaian
dengan sumber arus. Untuk percobaan A, B, C dan D harus menggunakan nilai
hambatan yang sama.

3.3.1 Menduga Nilai Hambatan Dalam Rangkaian Seri

1. Rangkaian listrik disusun seperti gambar.

2. Tegangan dinaikkan dari tegangan minimum sampai dengan tegangan                


maksimum secara bertahap pada sumber tegangan untuk mengatur besar arus yang
diluar.

3. Besar tegangan dan kuat arus listrik pada voltmeter dan amperemeter dicatat setiap
ada perubahan, sehigga didapatkan minimal 5 pasang data tegangan dan arusnya
(Usahakan meminimalkan interval waktu pengamatan untuk memenuhi asumsi bahwa
nilai hambatan yang diukur adalah konstan).

4. Percobaan seperti di atas diulangi untuk gambar 3.2.1 (b), dengan memakai
hambatan yang sama.

3.3.2 Menduga Besar Panas Disipasi pada Hambatan Berangkaian Seri

1. Rangkaian disusun seperti pada gambar 3.2.1 (b).


2. Tegangan listrik pada sumber tegangan berada pada posisi maksimum.

3. Nilai tegangan (V) dan arus listrik (I) pada Voltmeter dan Amperemeter dicatat setiap
interval 2 menit, sehingga didapat 5 pasang data pengamatan.

3.3.3 Menduga Nilai Hambatan Dalam Rangkaian Paralel

1. Rangkaian listrik disusun seperti gambar 3.2.2 (a) dengan tetap memakai hambatan
yang sama seperti percobaan 3.3.1.

2. selanjutnya dilakukan prosedur (2) dan (3) seperti pada percobaan 3.3.1.

3. Percobaan diulangi untuk gambar 3.2.2 (b), dengan tetap memakai hambatan yang
sama, hanya mengubah posisi Voltmeter dan Amperemeter.

3.3.4 Menduga Bebas Panas Disipasi pada Hmabatan Berangkaian Paralel

1. Rangkaian disusun seperti gambar 3.2.2 (b)

2. Selanjutnya dilakukan prosedur seperti pada percobaan 3.3.2.

3.4 Analisis Data


Analisis data yang digunakan dalam percobaan ini antara lain :

Besar kuat medan adalah :. . . (3.4.1)

Karena , maka . . . (3.4.2)

Sehingga : . . . (3.4.3)

Dan persamaan tersebut dapat ditulis sebagai : . . . (3.4.4)

Sedangkan untuk mencari daya, persamaannya adalah : , atau . . . (3.4.5)

Untuk mencari hambatan digunakan :. . . (3.4.6) . . .(3.4.7)

Sedang untuk ralat digunakan :

Untuk mencari ∆R menggunakan :

 
 
 
 BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
 

4.1 Hasil
Setelah kegiatan praktikum dilakukan, didapat hasil sebagai berikut :

A. Menduga Nilai Hambatan Dalam Rangkaian Seri

Percobaan I V R (Ω) ∆R I (%) K (%) AP


28 7,5
1 mA V 267,8 110,15 41,13 58,87 1
23 5,5
2 mA V 239,13 110,19 46,08 53,92 1
20 3,5
3 mA V 175 110,18 62,96 37,04 1
10
4 mA 1V 100 10,18 10,18 89,82 2
9 0,5
5 mA V 55,55 11 19,8 80,2 2
 

B. Menduga Besar Panas Disipasi pada Hambatan Berangkaian Seri.

Percobaan I V R (Ω) ∆R I (%) K (%) AP


8
1 mA 6,5 V 62,5 18,5 29,16 70,84 1
12 2,25
2 mA V 187,5 63,65 33,95 66,05 1
16
3 mA 4,5 V 281,85 35,8 12,7 87,3 1
20 7,25
4 mA V 362,5 229,1 63,21 36,76 1
5 24 9,5 V 395,8 159,2 40,21 59,8 1
mA
C. Menduga Nilai Hambatan Dalam Rangkaian Paralel

Percobaan I V R (Ω) ∆R I (%) K (%) AP


64
1 mA 4V 62,5 17,17 27,48 72,52 2
48 3,25
2 mA V 67,7 17,2 25,37 74,63 2
22
3 mA 2V 90,9 24,9 27,48 72,52 2
26
4 mA 1,5 V 57,7 17,18 29,77 70,23 2
20
5 mA 0,5 V 25 17,18 68,72 31,28 1
 

D. Menduga Nilai Panas Disipasi pada Hambatan Berangkaian Paralel

Percobaan I V R (Ω) ∆R I (%) K (%) AP


8 0,75
1 mA V 93,75 50,12 53,47 46,53 1
27
2 mA 4,5 V 166,67 44 26,4 73,6 1
44
3 mA 7,2 V 163,6 16,55 10,12 89,88 1
64
4 mA 9,4 V 146,8 78,3 53,33 46,67 1
72 10,75
5 mA V 149,3 62,05 41,56 58,44 1
 

4.2 Pembahasan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan pada praktikum kali ini dapat diketahui
bahwa nilai hambatan pada rangkaian seri lebih besar daripada nilai hambatan pada
rangkaian paralel. Seperti yang telah terlihat pada tabel A dan B pada hasil praktikum.
Perbedaan atau selisih nilainya mencapai setengahnya. Misalnya pada tabel terlihat
dipercobaan kelima besar tegangan sama-sama sebesar 0,5 V tetapi kuat arusnya
berbeda. Pada rangkaian seri kuat arusnya 9 mA sedangkan pada rangkaian paralel 24
mA. Hal inilah yang menyebabkan perbedaan nilai hambatan pada keduanya.

Hubungan antara tegangan dan kuat arus berbanding lurus. Seperti yang terlihat pada
tabel hasil percobaan, jika tegangan bertambah maka kuat arus juga bertambah. Baik
itupada rangkaian seri maupun pada rangkaian paralel, walaupun ada yang
pertambahannya hanya sedikit sekali. Terlihat pada tabel A, pada percobaan 4
tegangan 1 V dan kuat arusnya 10 mA dan dengan tegangan 0,5 V kuat arusnya 9 mA.

Pada percobaan A dan B, posisi Voltmeter dan Amperemeter dipindah, hal ini
menyebabkan adanya perbedaan kuat arus walaupun tegangannya sama. Kuat arus
setelah Amperemeter dan Voltmeter dipindah menjadi lebih kecil. Seperti terlihat pada
percobaan A, ketika tegangannya0,5 V maka kuat arusnya 9 mA. Sedangkan pada
percobaan B, ketika diberi tegangan yang sama yaitu 0,5 V, kuat arus menunjukkan 8
mA. Hal ini kemudian menyebabkan perbedaan nilai hambatan pada kedua percobaan
tersebut. Pada percobaan B, ketika posisi telah dipindah, hambatannya menjadi lebih
besar.

Pada percobaan A, terjadi perubahan pada Voltmeter dan Amperemeter setiap interval
waktu tertentu. Karena disebabkan oleh catu daya yang diubah atau diganti nilainya.
Hal itulah yang menyebabkan perubahan pada Voltmeter dan Amperemeter. Tidak
hanya pada percobaan A, tetapi juga percobaan lainnya yaitu B, C dan D yang juga
mengalami perubahan Voltmeter dan Amperemeter.

 BAB 5. PENUTUP

 5.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari hasil praktikum ini, antara lain :

1. Nilai hambatan pada rangkaian seri lebih besar daripada rangkaian paralel.
2. Hubungan antara tegangan dan kuat arus berbanding lurus, jika tegangan bertambah,
maka kuat arus bertambah.
3. Jika posisi amperemeter dan Voltmeter dan Amperemeter dipindah, maka akan
memberikan nilai kuat arus yang berbeda, hingga nilai hambatannya juga berbeda.
4. Hubungan antara Voltmeter dan Amperemeter pada rangkaian seri memberikan kuat arus
yang lebih besar daripada rangkaian paralel.
 
5.2 Saran
Praktikum pada acara ini telah berjalan dengan lancar walaupun terdapat kendala pada
awalnya di mana Amperemeter tidak menunjukan jarum yang benar. Tetapi akhirnya
alat tersebut dapat digunakan kembali. Saran terhadap praktikan untuk bisa lebih
mempelajari apa yang akan dipraktikumkan.

 DAFTAR PUSTAKA

 Purwandari, E. 2013. Petunjuk Praktikum Fisika Dasar. Jember : Universitas Jember.

Purwoko dan Fendi. 2007. Fisika SMA / MA Kelas X. Jakarta : Yudhistira.

Soeprijanto, T. 2012. Fisika SMA / MA Kelas X Semester 1. Malang : Universitas Negeri


Malang.

Sunaryono dan Ahmad Taufiq. 2010. Super Tips dan Trik Fisika SMA. Jakarta :
KAWAHmedia

Anda mungkin juga menyukai