Anda di halaman 1dari 20

A.

Pengertian Notasi Ilmiah


Notasi ilmiah adalah cara penulisan nomor yang mengakomodasi nilai-nilai terlalu besar
atau kecil untuk dengan mudah ditulis dalam notasi desimal standar. Notasi ilmiah memiliki
sejumlah sifat yang berguna dan umumnya digunakan dalam kalkulator oleh para ilmuwan,
matematikawan, dokter, dan insinyur.
Dalam notasi ilmiah, semua nomor ditulis seperti ini:

m×10 pangkat n

(“m dikali 10 pangkat n"), dengan pangkat n sebagai bilangan bulat, dan koefisien m


adalah bilangan riil, disebut significand atau mantissa (istilah "mantissa" dapat menyebabkan
kebingungan karena juga dapat merujuk ke bagian pecahan dari logaritma). Jika nomor itu
negatif, pangkatnya memakai tanda minus (seperti pada notasi desimal biasa).
B. Contoh Notasi Ilmiah
Berikut merupakan contoh penulisan notasi ilmiah:

Notasi Desimal Notasi Ilmiah

3 3×100
453 4,53×102
9.567,838 9,567838×103
−77,000 −7,7×104
4,230,000,000 4,23×109
0.6 6×10−1
0,000 000 006 72 6,72×10−9
C. Manfaat Notasi Ilmiah
Manfaat Notasi Ilmiah, yaitu dalam ilmu fisika notasi ilmiah digunakan unuk menuliskan
ukuran-ukuran mikroskopis, seperti massa elektron, jari-jari atom dll, sampai dengan ukuran
yang sangat besar, seperti massa bumi, kecepatan cahaya.

Penulisan hasil pengukuran benda yang sangat besar, sebagai contoh soal notasi ilmiah
fisika misalnya massa bumi kira-kira 6.000.000.000 000.000.000.000.000 kg (6x10 pangkat
24) atau hasil pengukuran partikel sangat kecil, misalnya massa sebuah elektron kira-kira
0,000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.911 kg (911x10 pangkat -31) memerlukan
tempat yang lebar dan sering salah dalam penulisannya.
NILAI KETIDAKPASTIAN
DALAM PENGUKURAN
A. Pengertian Nilai Ketidakpastian dalam Pengukuran
Ketidakpastian pengukuran adalah suatu parameter yang berhubungan dengan hasil
pengukuran yang mengkarakteristikan (memberikan sifat) penyebaran nilai-nilai layak yang
dikaitkan pada besaran ukur.

Sebagai contoh saat kita melakukan pengukuran ketebalan sebuah buku tulis dengan
menggunakan penggaris. Hasil pengukuran hanya dapat diketahui sampai pada skala terkecil 1
mm, dimisalnya diperoleh ketebalan 5 mm. Berbeda halnya dengan saat kita melakukan
pengukuran dengan mikrometer sekrup yang memiliki skala terkecil 0,01 mm, misalnya
diperoleh ketebalan 5,3 mm.

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa pengukuran dengan penggaris memiliki
ketidakpastian yang lebih besar dari pengukuran dengan mikrometer sekrup, sebagai akibat
dari tingkat ketelitian alat ukur.
B. Penyebab Ketidakpastian dalam Pengukuran
1. Kesalahan umum, akibat keterbatasan pengamat saat melakukan pengukuran.
Contoh: salah membaca hasil pengukuran,

2. Kesalahan sistem, akibat kesalahan instrumen pengukuran.


Contoh: alat rusak

3. Kesalahan acak, akibat fluktuasi pada saat pengukuran.


Contoh: noise pada pengukuran seismik.

Pengukuran yang baik memiliki hasil yang akurat dan presisi. Akurat berbicara mengenai
ketepatan, sedangkan presisi merupakan ketelitian. Untuk mendapatkan nilai yang akurat dan
presisi, maka dilakukan besar ketidakpastian dalam pengukuran suatu objek. Pengukuran
ketidakpastian ini terdiri dari ketidakpastian pada pengukuran tunggal dan pada pengukuran
berulang.
PRESISI
-Presisi adalah pengukuran yang memiliki nilai yang hampir sama untuk setiap pengukuran
yang dilakukan. Presisi mengukur seberapa baik kerja suatu alat. Jadi, presisi menentukan
apakah suatu alat itu bekerja dengan baik.
- Contoh: Si A menimbang beratnya 3x berturut-turut dengan timbangan digital. Jika hasilnya
sama, maka timbangan itu presisi.

AKURASI
- Akurasi mengukur seberapa tepat suatu pengukuran dibandingkan dengan acuan lain. Jadi,
akurasi mengukur apakah suatu pengukuran itu sesuai dengan acuan yang sudah ada.
- Contoh: Si A menimbang beratnya 3x berturut-turut dengan timbangan digital. Jika massa si
A sebenarnya adalah 50 kg, tetapi timbangan menunjukkan 48 kg, timbangan itu tidak akurat.
C. Macam-Macam Ketidakpastian dalam Pengukuran
1. Ketidakpastian pengukuran tunggal, terdiri dari satu kali pengukuran. Persamaannya:

2. Ketidakpastian pengukuran berulang, terdiri dari beberapa kali pengukuran.


Persamaannya:
keterangan:
Σ = Sigma/Jumlah keseluruhan pengukuran
N = koefisien/Jumlah pengukuran
Δ = Delta/Ketidakpastian pengukuran
x̄ = X Bar
3. Ketidakpastian Relatif
ketidakpastian pengukuran relatif terhadap besar suatu nilai yang dipilih untuk kuantitas yang
diukur, jika nilai yang dipilih tidak sama dengan nol.
A. Contoh Soal Ketidakpastian pengukuran tunggal
• B. Contoh Soal Ketidakpastian pengukuran berulang
Suatu pengukuran berulang massa sebuah benda menghasilkan data sebagai
berikut: 12,5 g; 12,3 g; 12,8 g; 12,4 g; 12,9 g; dan12,6 g. Laporkan hasil
pengukuran berulang tersebut lengkap dengan ketidakpastiannya!
m = (12,6 ±0,1) g 
• 3. Ketidakpastian Relatif
D. Perhitungan Nilai Ketidakpastian dalam Pengukuran
Ada empat aturan dasar dalam perhitungan yang melibatkan teori ketidakpastian fisika, yaitu:

1. Aturan Penjumlahan dan Pengurangan


Jika dua besaran dijumlahkan atau dikurangkan aturannya adalah tambahkan ketidakpastian
mutlaknya.
2. Aturan Perkalian dan Pembagian
Jika dua besaran terlibat operasi perkalian dan pembagian maka tambahkan ketidak pastian
relatifnya.
3. Aturan Pangkat
Aturan pangkat sebenarnya sama dengan aturan perkalian
4. Aturan Perkalian dengan Konstanta
Jika nilai hasil pengukuran yang mengandung ketidak pastian relatif dikalikan dengan
sebuah konstanta maka ketidak pastian relatif tidak ikut dikalikan. Tetapi jika hasil
pengukurannya mengandung ketidak pastian mutlak maka nilai ketidak pastian harus ikut
dikalikan dengan konstanta.
E. Penerapan Nilai Ketidakpastian
1. Ketidakpastian Relatif
Ketidakpastian Relatif adalah ketidakpastian yang dibandingkan dengan hasil pengukuran.
Hasil pengukuran : X = x ±(KTP Relatif ×100%) dengan berdasar pada KTP Relatif = ∆x/x.
Ketidakpastian Relatif biasanya diterapkan pada pengukuran alat ukur tetapi dalam bentuk
presentase persen (%).
2. Ketidakpastian Mutlak
Ketidakpastian Mutlak adalah Suatu nilai ketidakpastian yang disebabkan karena keterbatasan
alat ukur itu sendiri. Hasil pengukuran :
X = x ± ∆x dengan berdasar pada ∆x = ½NST (Nilai Skala Terkecil). Ketidakpastian Mutlak
biasanya digunakan diterapkan pada alat ukur seperti thermometer dan lain-lain
Pertanyaan :
Termometer (pembagian skala sampai 0,5°C) digunakan untuk mengukur titik didih air pada 1
atm. Tentukan :
a. Ketidakpastian mutlak dari pengukuran termometer
b. Ketidakpastian relatif pengukuran (%)
c. Ketelitian pengukuran (%)
Jawaban :
A. Ketidakpastian mutlak dari pengukuran termometer
Dari hasil pengukuran temperatur menggunakan termometer, dikatakan bahwa pembagian
skala alat ukur tersebut sampai 0,5°C. Artinya, alat ukur ini memiliki ketelitian atau skala
terkecil sebesar 0,5°C. Maka, ketidakpastian mutlaknya adalah
Ketidakpastian mutlak = 1/2 x skala terkecil
Ketidakpastian mutlak = 1/2 x 0,5°C
Ketidakpastian mutlak = 0,25°C
Jadi, ketidakpastian mutlak pengukurannya adalah 0,25°C.
B. Ketidakpastian relatif pengukuran (%)
Ketidakpastian relatif dapat dinyatakan dalam bentuk bilangan desimal atau presentase.
Ketidakpastian relatif dihitung dengan cara sebagai berikut.
Ketidakpastian relatif = ketidakpastian mutlak / hasil pengukuran
Diketahui ketidakpastian mutlak yang sudah kita hitung sebellumnya adalah 0,25°C, dan
temperatur titik didih air pada tekanan 1 atm adalah 100°C, maka nilai ketidakpastian
relatifnya adalah
Ketidakpastian relatif = 0,25°C / 100°C
Ketidakpastian relatif = 0,0025
Jadi, dalam bentuk bilangan desimal ketidakpastian relatifnya adalah 0,0025.
Sementara ketidakpastian relatif dalam bentuk presentase adalah sebagai berikut.
Ketidakpastian relatif = (ketidakpastian mutlak / hasil pengukuran) x 100
Ketidakpastian relatif = (0,25°C / 100°C) x 100
Ketidakpastian relatif = 0,25 %
Jadi ketidakpastian relatif pengukuran dalam bentuk presentase adalah 0,25 %.

Anda mungkin juga menyukai