Anda di halaman 1dari 24

PENUNTUN PRAKTIKUM FISIKA DASAR

MODUL 1
PENGUKURAN DASAR

I. TUJUAN PERCOBAAN
1. Mampu menggunakan alat-alat ukur dasar
2. Menentukan ketidakpastian dalam pengukuran, serta menuliskan hasil pengukuran
secara benar.
3. Mengungkapkan suatu hasil pengukuran dalam bentuk grafik, terutama grafik linier.

II ALAT-ALAT
1. Jangka sorong
2. Neraca Ohauss
3. Mikrometer Sekrup
4. Bola-bola besi
5. Silinder besi

III. TEORI RINGKAS


Pengukuran besaran fisis sering kali dilakukan di dalam bidang ilmu pengetahuan dan
teknologi, misalnya jarak, waktu, massa, tegangan, kuat arus dan sebagainya. Hasil suatu
pengukuran sangat tergantung pada alat-alat yang digunakan dan kemampuan orang
dalam melakukan pengukuran. Banyak keterbatasan yang menyebabkan suatu alat ukur
tidak menunjukkan nilai sebagaimana mestinya, misalnya ketidaktahuan dalam
menggunakan alat yang dipakai dalam suatu pengukuran, atau mungkin pula salah dalam
melakukan proses pembacaan hasil dari suatu pengukuran.
Di dalam suatu pengukuran dikenal istilah akurasi dan presisi. Akurasi suatu alat ukur
menggambarkan seberapa dekat hasil suatu pengukuran dengan nilai sebenarnya,
sedangkan presisi adalah perubahan nilai terkecil yang dapat direspons oleh suatu alat
ukur. Tinjau ilustrasi di bawah ini :

Laboratorium Fisika Dasar FMIPA -UNMUL


1
PENUNTUN PRAKTIKUM FISIKA DASAR

X X

Presisi tinggi; akurasi rendah Presisi rendah; akurasi tinggi

X X

Presisi dan akurasi rendah Presisi dan akurasi tinggi

Gambar.1
Penulisan Hasil Pengukuran
Berdasarkan kondisi di atas, maka penyajian suatu hasil pengukuran harus disertai
dengan ketidakpastian, sebagai X  X o  X , yang menyatakan nilai X berada pada

interval X o  X  X  X o  X .

Banyaknya angka yang harus dituliskan bergantung kepada nilai ketidakpastiannya.


Jika angka pertama (selain nol) pada ketidakpastiannya bernilai 1, 2, 3 atau 4, maka
ketidakpastiannya dapat dituliskan dengan dua angka berarti, sedangkan jika angka
pertama tersebut lebih besar dari 4, maka ketidakpastiannya dituliskan satu angka saja.
Dalam hal ini akan terlibat aturan pembulatan, sebagai berikut :
a. Jika angka awal yang akan dihilangkan kurang dari 5, maka bilangan tersebut
dibulatkan ke bawah.
b. Jika angka awal yang akan dihilangkan lebih dari 5, maka bilangan tersebut
dibulatkan ke atas.
c. Jika angka awal yang akan dihilangkan sama dengan 5, maka diusahakan agar
angka sebelumnya menjadi genap.
Untuk memperjelas permasalahannya, perhatikan contoh dalam tabel di bawah ini :
Hasil Pengukuran Pelaporan
5.1078  0.0025 5.108  0.003
0.345678  0.0073 0.346  0.007
19.348  2.5 19  3
525.342  3.532 525.3  3.5
987524  5345 (9.88  0.05) x 105
7545  55 (7.54  0.006) x 103

Teknik Pengukuran

Laboratorium Fisika Dasar FMIPA -UNMUL


2
PENUNTUN PRAKTIKUM FISIKA DASAR

Pengukuran dalam Fisika, pada dasarnya dapat dibedakan atas pengukuran langsung
dan pengukuran tidak langsung. Pengukuran langsung merupakan pengukuran besaran
pokok, sedangkan pengukuran tidak langsung dilakukan dengan menghubungkan sifat
benda yang akan diukur dengan besaran yang telah tersedia alat ukurnya.

Pengukuran Langsung dan Ketidakpastiannya


Pengukuran langsung ini dibedakan atas pengukuran sekali dan pengukuran berulang,
jika pengukuran dilakukan sekali, maka nilai Xo merupakan hasil pembacaan dan
ketidakpastiannya merupakan ketidakpastian taksiran. Nilai ketidakpastian taksiran ini
bergantung pada resolusi dan keberanian pengukur untuk memberi jaminan, sebagai
contoh :

21 22 23 24 25 26 27 28 29

yang dilaporkan : X = 27.7  0.2.


Ketidakpastiannya dituliskan 0.2 karena orang yang melakukan pengukuran yakin bahwa
nilai X lebih besar dari 27.5 dan lebih kecil dari 27.9. Namun demikian telah menjadi
kelaziman bahwa nilai ketidakpastian taksiran tersebut diambil sebagai setengah dari nilai
skala terkecil (1/2 nst). Dengan perjanjian ini, maka nilai X diatas dapat dituliskan sebagai :
X = 27.7  0.5.
Jika pengukuran dilakukan berulang, maka baik nilai Xo maupun ΔX ditentukan
berdasarkan konsep statistik. Nilai Xo ditaksir dengan nilai rata-rata X, yaitu :
N

X i
X  i 1
(1)
N
sedangkan ketidakpastiannya merupakan ketidakpastian statistik, dapat dipilih simpangan
baku terhadap nilai rata-rata :

 X  X
N
2
i
Sx
Sx   i 1
(2)
N N  N  1
dengan

Laboratorium Fisika Dasar FMIPA -UNMUL


3
PENUNTUN PRAKTIKUM FISIKA DASAR

 X  X
N
2
i
Sx  i 1
. (3)
N  1

Pengukuran Tidak Langsung dan Ketidakpastiannya


Jika kita ingin mengetahui nilai suatu besaran (misalnya, besaran F), sedangkan yang
bisa diukur hanyalah besaran X dan Y, di lain pihak kita punya hubungan teoritis bahwa
F=f(X,Y) maka nilai F yang kita peroleh dari f(X,Y) akan mengandung ketidakpastian
pengukuran X dan Y. Penentuan ketidakpastian pengukuran tak langsung tersebut dapat
digunakan dengan menggunakan persamaan :

 F   F 
2 2

F    X     Y  . (5)


2 2

 X  x , y  Y  x , y

Contoh :
1. Tuliskan pelaporan hasil pengukuran berikut dengan benar :
a. 4.1663  0.1229 → 4.17  0.13
b. 1.3145  0.05233 → 1.31  0.05
c. 10  0.0644 → 10.00  0.06
d. 100  0.5 → 100.0  0.5
2. Untuk menentukan massa jenis benda padat yang berbentuk kubus, massa benda
ditimbang sekali dan diperoleh nilai m = (74.50  0.01) gram, sedangkan rusuk benda
tersebut (L) diukur sebanyak 12 kali sehingga L = (2.1000.006) cm. Tentukan massa
jenis benda tersebut berikut ketidakpastian dan cara pelaporannya !
Jika diketahui
Pembahasan :
Diketahui : m = (74.50  0.01) gram dan L = (2.1000.006) cm
Tentukan : ρ
m 74.50
   8.0445 gram/cm3
L3 9.261
dengan L = 2.100, ΔL = 0.006, m= 74.50 dan , Δm = 0.01 x 2/3 =0.07, maka :

Laboratorium Fisika Dasar FMIPA -UNMUL


4
PENUNTUN PRAKTIKUM FISIKA DASAR

     
2 2

    m     L 
2 2

 m  m ,L  L  m ,L

 m  L 
2 2

   3    3m 4 
 L  m ,L  L  m ,L

  m   3L 
2 2

    
  m   L 
Dengan memasukan nilai m, Δm, L dan ΔL akan diperoleh : Δρ = 0.00597 g/cm 3 dan
pelaporan akhirnya : ρ = (8.044  0.006) g/cm3

Pembuatan Grafik dan Metoda Kuadrat Terkecil


Hasil percobaan dapat disajikan dalam bentuk grafik yang memberikan informasi yang
lebih banyak dapat dianalisis hubungan dari dua besaran yang terdapat dalam persamaan.
Misalnya, kita mempunyai hubungan y = ax + b, dengan x dan y merupakan variabel,
sedangkan a dan b merupakan parameter. Jika kita mempunyai sekumpulan data
pasangan (x,y) dan data tersebut digambarkan dalam bentuk grafik linier pada kertas
grafik, maka akan diperoleh suatu garis lurus.
Pembuatan grafik linier dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu metode langsung
dan metode regresi linier. Metode langsung menggunakan penggambaran grafik pada
kertas milimeter block. Penggambaran grafik tersebut di dalam koordinat kartesian yang
tersusun atas sumbu datar dan sumbu tegak. Setiap sumbu tersebut berhubungan dengan
variabel bebas dan variabel tak bebas. Titik-titik data pengukuran diplot dalam kuadran-
kuadran (umumnya kuadran I) koordinat kartesian. Melalui atau dekat setiap titik dapat
ditarik garis linear terbaik.
Sedangkan metode Kuadrat Terkecil dilakukan sebagai berikut. Dengan menganggap
bahwa x memiliki ketidakpastian lebih kecil dari ketidakpastian y, maka garis lurus terbaik
dapat diperoleh berdasarkan metoda kuadrat terkecil (regresi terhadap y). Nilai a terbaik
dituliskan dengan notasi a i dan nilai b terbaik dituliskan dengan notasi bi , dimana :
N N N
N   xi y i    xi  y i
ai  i 1 i 1 i 1
2
(6)
N
  N
N  xi2    xi 
i 1  i 1 

Laboratorium Fisika Dasar FMIPA -UNMUL


5
PENUNTUN PRAKTIKUM FISIKA DASAR

N N N N

 xi2  yi   xi  xi yi 
dan bi  i 1 i 1 i 1 i 1
2
(7)
N
  N
N  xi2    xi 
i 1  i 1 
ketidakpastian pada nilai a dan b bersifat statistik dan diperoleh :
N
ai  2
N
 N 
N  x    xi 
2
i
i 1  i 1 
N (8)
 xi2
bi  i 1
2
N
 N 
N  x    xi 
2
i
i 1  i 1 
dengan :
N

 y  a x  bi 
2
i i i
Sy  i 1
(9)
N 1
Sebaran statistik data dari garis lurus dapat diukur berdasarkan nilai koefisien
korelasinya (r) berdasarkan rumus :
N N N
N   xi y i    xi  y i
r i 1 i 1 i 1
(10)
 N 2  N  2
 N 2  N 2 
 N  xi    xi    N  yi    yi  
 i 1  i 1    i 1  i 1  

dengan nilai  1  r  1 , jika r  1 berarti titik-titik datanya dekat dengan garis terbaik,

sedangkan jika r  0 titik-titik datanya berjauhan dari garis lurus terbaik.

Beberapa fungsi yang tidak linear dalam batas-batas tertentu dapat dilinearkan.
Setelah diperoleh fungsi linear, grafik hasil pengukurannya dapat digunakan metoda
langsung maupun metode kuadrat terkecil (regresi linier).

IV. TUGAS PENDAHULUAN


1. Tuliskan hasil-hasil pengukuran berikut secara benar :
a. 46. 984354  2.76832
b. 356. 29874  8.32469

Laboratorium Fisika Dasar FMIPA -UNMUL


6
PENUNTUN PRAKTIKUM FISIKA DASAR

c. 12. 34234  0.65123


d. 6567548  23632
2. Tentukan perumusan ketidakpastian pada penentuan rapat massa bola besi dan
silinder besi, jika massa bola besi dan silinder besi diukur sekali pengukuran,
sedangkan diameter bola besi dan silinder besi diukur berulang kali !.
3. Apakah perbedaan arti dari S x dan S x ?

4. a. Suatu fungsi secara teoritis dinyatakan sebagai y  ax 2  bx , dimana x dan y


merupakan variabel bebas dan tak bebas, sedangkan a dan b merupakan
parameter. Bagaimanakah kita harus memilih sumbu-sumbu koordinat agar
diperoleh fungsi garis lurus.
b. Kerjakan seperti point (a) untuk fungsi y  ax 2  b

V. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Timbang bola-bola besi dan silinder besi dengan menggunakan neraca Ohauss
sebanyak 10 kali.
2. Ukur diameter bola-bola besi dan silinder besi dengan menggunakan mikrometer
sekrup dengan posisi yang berbeda-beda sebanyak 10 kali.
3. Ukur panjang silinder besi dengan menggunakan jangka sorong sebanyak 10 kali.

VI. PERTANYAAN DAN ANALISIS DATA


1. Hitung massa rata-rata bola besi dan silinder besi dan ketidakpastiannya !
2. Hitung diameter rata-rata bola besi dan silinder besi dan ketidakpastiannya !
3. Hitung panjang rata-rata silinder besi dan ketidak pastiannya !
4. Tentukan :
a. Massa jenis silinder besi dan bola besi untuk data pertamanya dan
ketidakpastiannya (pengukuran tunggal) !
b. Massa jenis rata-rata silinder besi dan bola besi dan ketidakpastiannya (pengukuran
berulang) !
c. Massa jenis silinder besi dan bola besi untuk data pertamanya dan volumenya dari
pengukuran berulang ketidakpastiannya !
d. Buatlah analisis dari hasil perhitungan point (a), (b), dan (c) diatas.

Laboratorium Fisika Dasar FMIPA -UNMUL


7
PENUNTUN PRAKTIKUM FISIKA DASAR

MODUL 2
HUKUM GRAVITASI NEWTON

I. TUJUAN PERCOBAAN
1. Menentukan besarnya percepatan gravitasi bumi di tempat percobaan.
2. Menunjukkan kebenaran (memverifikasi) hukum gravitasi Newton melalui percobaan
bandul.

II ALAT-ALAT
1. Bandul
2. Tali
3. Statif
4. Meteran
5. Stopwatch

III. TEORI RINGKAS


Dua benda bermassa m1 dan m2 yang terpisah pada jarak r, masing-masing akan
mengalami gaya tarik gravitasi sebesar

F  G m1 m
2
2
(1)
r
dengan G = 6,67 x 10-11 Nm2/kg2 adalah konstanta gravitasi. Persamaan (1) disebut hukum
gravitasi Newton. Jika m1 = M = massa bumi, m2 = m = massa suatu benda di permukaan bumi
dan r = R = jari-jari bumi, maka persamaan (1) menjadi
 GM 
F  m 2   mg  W (2)
 R 
dengan w adalah besarnya gaya berat benda dan
GM
g 2
(3)
R
adalah besarnya percepatan gravitasi bumi.

Laboratorium Fisika Dasar FMIPA -UNMUL


8
PENUNTUN PRAKTIKUM FISIKA DASAR

Sebuah benda bermassa m tergantung pada sebuah tali yang sangat ringan tapi kuat
dan tak elastis. Saat benda diberi simpangan kecil kemudian dilepas, maka benda bergerak
osilasi di sekitar titik kesetimbangannya (seperti ditunjukkan pada Gambar 2.1).


T
L

m
S
mgsin  mgcos

mg

Gambar 2.1
Hubungan antara periode osilasi T dengan panjang tali L diberikan oleh
 4 2 
T 2    L (4)
 g 
dengan syarat :
1. Bandul cukup berat dibandingkan dengan tali yang dipakai
2. Gesekan udara diabaikan
3. Simpangan cukup kecil
4. Ayunan tidak terpuntir

IV. TUGAS PENDAHULUAN


1. Terangkan dengan singkat apa yang dimaksud dengan gerak osilasi !
2. Apa yang dimaksud perioda dan frekuensi osilasi ?
3. Dapatkan persamaan gerak osilasi bandul dan buktikan bahwa
4 2
T2  L !
g
4. Pada percobaan bandul, digunakan sudut  kecil. Jelaskan, mengapa demikian ?

Laboratorium Fisika Dasar FMIPA -UNMUL


9
PENUNTUN PRAKTIKUM FISIKA DASAR

V. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Ukur panjang tali dari pusat masa bandul (125 cm).
2. Gantung bandul dan ayunkan bandul dengan sudut simpangan kecil.
3. Ukur waktu untuk 20 kali ayunan dengan melakukannya paling sedikit lima kali.
4. Ulangi langkah 1 dan 2 untuk panjang kawat 150 cm, 175 cm, 200 dan 225 cm.
5. Satu perioda sama dengan waktu getar 20 kali ayunana dibagi 20.

VI. ANALISIS DATA DAN PERTANYAAN


1. Buatkan grafik hubungan antara T2 vs L !
2. Berapa kemiringan garis grafik !
3. Hitunglah percepatan gravitasi bumi dari kemiringan tersebut, beserta ralatnya dengan
analisis grafik !
4. Cocokkan hasil saudara dan bahaslah dengan menggunakan persamaan (3) dan
referensi !

Laboratorium Fisika Dasar FMIPA -UNMUL


10
PENUNTUN PRAKTIKUM FISIKA DASAR

MODUL 3
HUKUM HOOKE

I. TUJUAN PERCOBAAN
1. Menentukan nilai konstanta kekakuan pegas.
2. Menunjukkan kebenaran (memverifikasi) hukum Hooke.

II ALAT-ALAT
1. Pegas
2. Beban
3. Statif
4. Meteran
5. Stopwatch

III. TEORI RINGKAS


Sebuah benda dikatakan mengalami gerakan (getaran) selaras/harmonik, jika benda
tersebut bergerak bolak-balik pada suatu lintasan yang tetap melalui sebuah titik yang disebut
titik setimbang, contohnya : gerakan sebuah bandul yang digantung pada seutas tali dan diberi
simpangan kecil sehingga akan berayun atau sebuah pegas yang ditarik kemudian dilepaskan
maka akan terjadi gerakan bolaik-balik pada lintasan sama.
Gerakan bolak balik ini (anggap bahwa gesekan kecil) timbul akibat dari adanya gaya
pemulih (restoring force) F yang besarnya sebanding dengan perpindahan x , dinyatakan
sebagai :
F  kx (1)
dengan k suatu konstanta dan persamaan (1) disebut dengan Hukum Hooke. Berdasarkan
hukum Newton II didapatkan
d 2x
ma  m   kx (2)
dt 2
dengan a adalah besarnya percepatan benda dan m adalah massa benda. Persamaan dapat
diltulis menjadi

Laboratorium Fisika Dasar FMIPA -UNMUL


11
PENUNTUN PRAKTIKUM FISIKA DASAR

d 2x k
 x0 (3)
dt 2 m
atau
d 2x
2
2x  0 (4)
dt
dengan
k
  2 f  (5)
m
adalah frekuensi sudut dan f adalah frekuensi. Karena
1
f  (6)
T
dengan T periode maka
m
T  2 . (7)
k
Untuk ayunan bandul bermassa m, yang tergantung pada pegas maka k adalah nilai konstanta
kekakuan pegas. Nampak bahwa
4 2
T2  m. (8)
k
Dalam keadaan setimbang, besarnya gaya pemulih F sebanding dengan gaya berat
W , tetapi arahnya berlawanan (Gambar 3.1) sehingga diperoleh persamaan
k L  gm (9)
atau
g
L m. (10)
k
Oleh karena itu, terjadi hubungan linier antara pertambahan beban (m) dan peregangan pegas
(L).

Laboratorium Fisika Dasar FMIPA -UNMUL


12
PENUNTUN PRAKTIKUM FISIKA DASAR

F = - k.L
kx

W = - mg

Gambar 3.1

IV. TUGAS PENDAHULUAN


1. Carilah penyelesaian/solusi persamaan (3)!
2. Dari solusi tersebut, buktikan persamaan (7)!

V. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Ambil pegas dan digantungkan pada statif, kemudian ukur panjang pegas dan catat
sebagai panjang awal (xo).
2. Gantungkan beban 100 gram pada pegas, kemudian ukur panjangnya (xi).
3. Tarik beban ke bawah kemudian lepaskan, maka akan terjadi getaran selaras.
4. Catat waktu yang diperlukan untuk mencapai 20 kali getaran.
5. Ulangi langkah 2 sampai 4 dengan menambahkan beban (sampai beberapa kali
penambahan, harus diperhatikan bahwa panjang regangan pegas yang diperbolehkan
hanya sampai dua kali panjang awal.

VI ANALISIS DATA DAN PERTANYAAN


1. Tentukan grafik antara T2 terhadap massa, kemudian tentukan nilai konstanta
kekakuan pegas dari kemiringan grafik linier!
2. Buat grafik peregangan x terhadap pertambahan massa, kemudian tentukan
percepatan gravitasinya dari kemiringan grafik linier dan nilai k di atas!
3. Bandingkan nilai g tersebut dengan nilai g pada percobaan terdahulu atau nilai g pada
modul 2, bahaslah dengan menggunakan referensi yang ada!

Laboratorium Fisika Dasar FMIPA -UNMUL


13
PENUNTUN PRAKTIKUM FISIKA DASAR

MODUL 4
KOEFISIEN VISKOSITAS

I. TUJUAN PERCOBAAN
1. Memahami gaya-gaya yang bekerja pada benda yang bergerak jatuh dalam suatu
fluida statis.
2. Melakukan pengukuran nilai koefisien viskositas suatu fluida.

II. ALAT-ALAT
1. Tabung silinder yang berisi fluida
2. Bola-bola kecil
3. Mikrometer sekrup
4. Jangka sorong
5. Neraca analitis
6. Sendok saringan untuk mengambil bola-bola dari tabung
7. Thermometer
8. Stopwatch
9. Areometer (alat pengukur massa jenis zat cair)

III. TEORI RINGKAS


Suatu benda bermassa m dan bervolume V yang bergerak jatuh dalam suatu fluida
statis (Gambar 4.1) mengalami gaya-gaya sebagai berikut :
1. Gaya berat atau gaya gravitasi bumi yang arahnya ke bawah, yaitu
w  mg (1)
dengan g adalah besarnya percepatan gravitasi bumi.
2. Gaya apung atau gaya Archimedes yang arahnya ke atas.
Menurut prinsip Archimedes, setiap benda yang terendam seluruhnya atau sebagian di
dalam fluida mendapat gaya apung berarah ke atas sebesar berat fluida yang
dipindahkan benda tersebut, yaitu
Fa   f Vg (2)

dengan  f adalah massa jenis fluida.

Laboratorium Fisika Dasar FMIPA -UNMUL


14
PENUNTUN PRAKTIKUM FISIKA DASAR

3. Gaya gesek antara permukaan benda dengan fluida yang berarah ke atas. Bila benda
tersebut berbentuk bola dengan jari-jari r , maka :

Fgesek  6 r v (3)

dengan  adalah koefisien viskositas fluida dan v adalah kecepatan benda relatif
terhadap fluida. Hubungan pada persamaan (3) dikenal dengan Hukum Stokes.

Gambar 4.1
Berdasarkan hukum Newton didapatkan
ma  mg   f Vg  6 r v . (4)

dengan a adalah besarnya percepatan benda setiap saat. Suatu benda bergerak jatuh dari
permukaan fluida tanpa kecepatan awal. Kemudian kecepatan berubah terhadap waktu.
Namun pada kedalaman tertentu, kecepatannya konstan, yang disebut kecepatan terminal (vT),
yang mana setelah itu benda tidak mengalami percepatan. Pada kondisi tersebut berlaku
0  mg   f Vg  6 r vT (5)

atau
 4 r 3  f 
6 r vT   m  g . (6)
 3 
 
Persamaan (6) dapat diverifikasi melalui percobaan jika nilai  telah diketahui dari referensi.
Sebagai contoh,  oli mesin (SAE 10) pada suhu 300C adalah 0,2 Pa.s (Giancoli, 2001).
Namun, biasanya persamaan (6) justru digunakan untuk menentukan nilai  itu sendiri, yaitu

Laboratorium Fisika Dasar FMIPA -UNMUL


15
PENUNTUN PRAKTIKUM FISIKA DASAR

 4 r 3  f 
m  g
 3 
  . (7)
6 r vT
atau


2r 2 g
   f  (8)
9vT

dengan  adalah massa jenis benda.

IV. TUGAS PENDAHULUAN


1. Apa yang dimaksud dengan viskositas (kekentalan) zat secara umum ?
2. Tentukan satuan koefisien viskositas dalam SI dan cgs ! Cari hubungan antara dua
sistem satuan tersebut !
3. Selesaikan persamaan (4) untuk mendapatkan kecepatan sebagai fungsi waktu!
V. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Ukurlah diamater tiap-tiap bola dengan mikrometer sekrup, ulangi percobaan sebanyak 5
kali.
2. Timbang tiap-tiap bola dengan neraca analitis, ulangi sebanyak 5 kali.
3. Ukur diameter tabung bagian dalam beberapa kali dengan jangka sorong.
4. Catat suhu fluida sebelum dan sesudah percobaan.
5. Ukur massa jenis fluida sebelum dan sesudah percobaan dengan aerometer.
6. Tempatkan gelang yang melingkari tabung kira-kira 5 cm dari bagian atas dan bawah
tabung.
7. Ukur jarak jatuh d (jarak kedua gelang atas dan bawah)
8. Masukan sendok saringan sampai dasar tabung dan tunggu beberapa saat sampai fluida
diam.
9. Ukur waktu jatuh T untuk tiap-tiap bola, ulangi beberapa kali.
10. Ubah letak gelang hingga jarak d berubah, ulangi percobaan seperti pada poin 7 sampai 9.

VI ANALISIS DATA DAN PERTANYAAN


1. Bagaimana letak gelang yang melingkari tabung dipilih (jarak d), apakah akibatnya jika
ditempatkan terlalu tinggi (terhadap permukaan) atau terlalu rendah (dasar tabung) ?

Laboratorium Fisika Dasar FMIPA -UNMUL


16
PENUNTUN PRAKTIKUM FISIKA DASAR

2. Hitunglah nilai  hasil percobaan (lengkap dengan ketidakpastiannya) dengan


menggunakan persamaan (6) atau (7)!
3. Bandingkan hasilnya dengan nilai referensi (jika ada) dan bahaslah!

Laboratorium Fisika Dasar FMIPA -UNMUL


17
PENUNTUN PRAKTIKUM FISIKA DASAR

MODUL 5
PEMUAIAN TERMAL

I. TUJUAN PERCOBAAN
Mencari koefisien muai panjang dari benda padat (besi, tembaga dan kuningan) karena
kenaikan suhu benda.

II. ALAT-ALAT
1. Munschern Broek
2. Logam (besi, tembaga dan kuningan)
3. Alat pemanas/Power supply
4. Termometer
5. Kabel penghubung

III. TEORI RINGKAS


Pemuaian pada zat padat dan gas, secara umum dapat diterangkan dengan
menganggap ikatan antar molekul sebagai ikatan sebuah pegas yang lentur. Ikatan pada zat
padat lebih kuat dari ikatan molekul zat cair. Molekul-molekul ini selalu bergetar pada suatu
posisi kesetimbangan. Ketika suhu zat dinaikkan, amplitudo getaran molekul-molekul
bertambah besar sehingga jarak antar molekulnya menjadi lebih besar, dengan kata lain
ukuran benda akan bertambah (memuai).
Efek pemuaian benda mendapat perhatian serius dari para teknisi atau ahli bangunan.
Para ahli bangunan selalu memberikan sedikit ruang untuk pemuaian ketika memasang
jendela kaca. Contoh lain adalah dalam pemasangan rel kereta api, dimana pemasangannya
diberikan sedikit celah diantara sambungan besi rel sebagai ruang untuk pemuaian kereta api.
Pemuaian pada zat padat ditinjau dari dimensinya dapat terjadi dalam satu dimensi
(muai panjang), dua dimensi (muai luas) dan tiga dimensi (muai volume), sedangkan pemuaian
pada zat cair atau gas terjadi dalam tiga dimensi.
Muai panjang hanya memperhatikan pemuaian dalam arah panjangnya saja(Gambar
5.1), sedangkan untuk arah lain diabaikan (asumsi bahwa jika batang panjang dan
berpenampang kecil). Suatu batang dengan panjang mula-mula Lo, kemudian batang

Laboratorium Fisika Dasar FMIPA -UNMUL


18
PENUNTUN PRAKTIKUM FISIKA DASAR

tersebut dipanaskan sehingga suhunya berubah sebanyak T , secara matematis


pertambahan panjang batang dinyatakan sebagai berikut :
L  Lt  Lo  LoT (1)

dengan Lo : panjang batang mula-mula

Lt : panjang batang setelah dipanaskan

T  T2  T1 : pertambahan suhu
 : koefisien muai panjang (oC)-1
koefisien muai panjang didefinisikan sebagai perubahan panjang suatu benda per satuan
panjang per derajat celcius. Koefisien muai panjang sangat bergantung pada suhu.

Lo L
Lt

Gambar 4.1 Pemuaian panjang batang logam

IV. TUGAS PENDAHULUAN


1. Jelaskan definisi pemuaian !
2. Tuliskan koefisien pemuaian untuk besi, tembaga dan kuningan !
3. Persamaan (1) dapat digunakan untuk menghitung koefisien pemuaian luas dan
volume. Turunkan hubungan antara koefisien muai luasan dan volume !

V. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Pasang tiga logam (besi, tembaga dan kuningan) pada alat Munschern Broek.
2. Ukur suhu lingkungan sebagai suhu awal To, panjang logam sebelum dipanaskan dan
aturlah letak jarum pada skala nol.
3. Nyalakan alat pembakar listrik atau hubungkan dengan sumber arus pada logam
sampai suhu tertentu sesuai petunjuk asisten.
4. Pada suhu yang telah ditentukan, ukurlah berapa perubahan letak jarum pada skala
untuk ketiga jenis logam tersebut.

Laboratorium Fisika Dasar FMIPA -UNMUL


19
PENUNTUN PRAKTIKUM FISIKA DASAR

5. Ulangi percobaan untuk suhu yang lain (minimal empat data).

Data Pengamatan
No Bahan Lo Lt ΔT ΔL1 ΔL2 ΔL3 ΔL4 ΔL5 ΔLrata-rata
1. Besi
2. Kuningan
3. Tembaga

VI. ANALISIS DATA DAN PERTANYAAN


1. Hitung koefisien muai panjang untuk bahan yang anda gunakan dalam percobaan dan
bandingkan hasilnya dengan literatur !
2. Buat grafik dari data yang anda dapatkan untuk mendapatkan harga koefisien muai
panjang!

Laboratorium Fisika Dasar FMIPA -UNMUL


20
PENUNTUN PRAKTIKUM FISIKA DASAR

MODUL 6
RESONANSI BUNYI

I. TUJUAN PERCOBAAN
1. Menjelaskan fenomena resonansi bunyi di dalam suatu tabung
2. Menentukan cepat rambat bunyi di udara
3. Menentukan frekuensi garpu tala

II. ALAT-ALAT
1. Seperangkat tabung resonansi
2. Seperangkat garpu tala
3. Alat pemukul
4. Mistar/Rollmeter

III. TEORI RINGKAS


Pengukuran cepat rambat bunyi di udara dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah
satu diantaranya adalah dengan menggunakan prinsip resonansi di dalam tabung. Peristiwa
resonansi bunyi di dalam tabung mirip dengan fenomena pipa organa tertutup. Di dalam
peristiwa ini suatu bunyi asli akan diperkuat karena terjadinya resonansi (Gambar 6.1) yaitu
bergetarnya suatu benda yang mempunyai frekuensi alamiah yang sama dengan bunyi asli,
dimana di dalam kasus pipa tertutup ini benda yang dimaksud adalah udara dalam kolom
tabung.
  

L k

Gambar 6.1 Tabung Resonansi


Dalam suatu pipa tertutup salah satu ujungnya, resonansi maksimum yang akan
memperkuat suara, terjadi apabila bagian gelombang di ujung pipa yang terbuka adalah perut

Laboratorium Fisika Dasar FMIPA -UNMUL


21
PENUNTUN PRAKTIKUM FISIKA DASAR

gelombang dan ujung yang tertutup berupa simpul gelombang. Pada setiap titik di dalam pipa
terdapat gelombang sefasa yang efeknya adalah saling memperkuat, seperti yang ditunjukan
oleh gambar.
Hubungan antara panjang tabung L, dimana terjadi resonansi dengan panjang
gelombang  diberikan oleh :

Ln  2n  1 ; n = 0, 1, 2, ……… (1)
4
dari persamaan (1) dapat dipahami bahwa resonansi pertama terjadi pada titik dengan panjang
3 5
kolom L0  14  dan resonansi berikutnya pada L1   , L2  ........... Untuk ukuran
4 4
tabung yang sangat kecil dibandingkan dengan panjang gelombang bunyi, maka perut
gelombang tidak terjadi tepat di mulut tabung, melainkan sedikit di luar tabung, sehingga perlu
dikoreksi dengan persamaan :
k  0.6R (2)
dengan R jari-jari tabung. Dengan demikian persamaan (1) menjadi :

Ln  2n  1 k (3)
4

Dengan menggunakan hubungan   v f (dengan v cepat rambat bunyi di udara dan f

frekuensi bunyi yang merambat), maka persamaan (3) dapat ditulis :


v  v 
Ln  n    k  . (4)
2f 4f 

IV. TUGAS PENDAHULUAN


1. Apa yang dimaksud dengan resonansi ?
2. Jelaskan syarat terjadinya resonansi bunyi di dalam kolom udara !
3. Berapakah cepat rambat bunyi di udara berdasarkan literatur ?
4. Besaran apa yang harus saudara amati dalam percobaan ini ?
5. Apa yang dimaksud dengan simpul (node) dan perut (antinode) gelombang yang
terjadi pada kolom udara ?
6. Carilah pernyataan untuk nilai frekuensi garputala yang belum diketahui dengan
menggunakan persamaan (4)!

Laboratorium Fisika Dasar FMIPA -UNMUL


22
PENUNTUN PRAKTIKUM FISIKA DASAR

V. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Ukur diameter dalam tabung (tabung kecil) dengan jangka sorong. Catat harga ini
sebagai R.
2. Isi tabung dengan air dalam pipa resonansi di dalam tabung besar (hati-hati jangan
sampai tumpah).
3. Usahakan agar permukaan air di dalam tabung mula-mula cukup tinggi sampai ke
dekat mulut tabung (ketika tabung resonansi belum diangkat).
4. Ambil salah satu garpu tala yang diketahui frekuensinya.
5. Getarkan garpu tala tersebut dengan memukulnya (agak jauh dari tabung), kemudian
dekatkan ke mulut tabung resonansi.
6. Naikkan tabung resonansi perlahan-lahan hingga terdengar penguatan bunyi (dengan
nyaring) pertama kali. Tahan pipa pada posisi tersebut dan ukur panjang kolom udara
(antara ujung atas pipa resonansi dengan tinggi permukaan air) sebagai L.
7. Ulangi langkah pada poin 5 dan 6 beberapa kali untuk memastikan letak resonansi
tersebut (konsultasikan dengan asisten).
8. Ulangi langkah 6 - 7 untuk menentukan titik resonansi berikutnya sejauh panjang pipa
resonansi memungkinkan.
9. Ulangi langkah 4 – 8 untuk garpu tala yang lain, baik yang diketahui frekuensinya
maupun yang belum.
10. Catat suhu kamar dan tekanan udaranya.

VI. ANALISIS DATA DAN PERTANYAAN


1. Tentukan cepat rambat bunyi di udara dengan persamaan (4)!
2. Dari harga v dan k yang telah didapat, hitung frekuensi garpu tala yang belum
diketahui (fs), juga dengan menggunakan persamaan (4)!
3. Bandingkan v yang saudara peroleh dari percobaan ini dengan literatur yang ada. Bila
terdapat perbedaan, jelaskan penyebabnya !

Laboratorium Fisika Dasar FMIPA -UNMUL


23
PENUNTUN PRAKTIKUM FISIKA DASAR

Tabel Data Pengamatan Penentuan v dan k

No. Resonansi ke n L0 L1 L2 L3
(cm) (cm) (cm) (cm)
1. n =0
2. n =1
3. n =2
4. n=3

Tabel Data Pengamatan Penentuan f

No. Resonansi ke n L0 L1 L2 L3
(cm) (cm) (cm) (cm)
1. n =0
2. n =1
3. n =2
4. n =3

Laboratorium Fisika Dasar FMIPA -UNMUL


24

Anda mungkin juga menyukai