MODUL 1
PENGUKURAN DASAR
I. TUJUAN PERCOBAAN
1. Mampu menggunakan alat-alat ukur dasar
2. Menentukan ketidakpastian dalam pengukuran, serta menuliskan hasil pengukuran
secara benar.
3. Mengungkapkan suatu hasil pengukuran dalam bentuk grafik, terutama grafik linier.
II ALAT-ALAT
1. Jangka sorong
2. Neraca Ohauss
3. Mikrometer Sekrup
4. Bola-bola besi
5. Silinder besi
X X
X X
Gambar.1
Penulisan Hasil Pengukuran
Berdasarkan kondisi di atas, maka penyajian suatu hasil pengukuran harus disertai
dengan ketidakpastian, sebagai X X o X , yang menyatakan nilai X berada pada
interval X o X X X o X .
Teknik Pengukuran
Pengukuran dalam Fisika, pada dasarnya dapat dibedakan atas pengukuran langsung
dan pengukuran tidak langsung. Pengukuran langsung merupakan pengukuran besaran
pokok, sedangkan pengukuran tidak langsung dilakukan dengan menghubungkan sifat
benda yang akan diukur dengan besaran yang telah tersedia alat ukurnya.
21 22 23 24 25 26 27 28 29
X i
X i 1
(1)
N
sedangkan ketidakpastiannya merupakan ketidakpastian statistik, dapat dipilih simpangan
baku terhadap nilai rata-rata :
X X
N
2
i
Sx
Sx i 1
(2)
N N N 1
dengan
X X
N
2
i
Sx i 1
. (3)
N 1
F F
2 2
X x , y Y x , y
Contoh :
1. Tuliskan pelaporan hasil pengukuran berikut dengan benar :
a. 4.1663 0.1229 → 4.17 0.13
b. 1.3145 0.05233 → 1.31 0.05
c. 10 0.0644 → 10.00 0.06
d. 100 0.5 → 100.0 0.5
2. Untuk menentukan massa jenis benda padat yang berbentuk kubus, massa benda
ditimbang sekali dan diperoleh nilai m = (74.50 0.01) gram, sedangkan rusuk benda
tersebut (L) diukur sebanyak 12 kali sehingga L = (2.1000.006) cm. Tentukan massa
jenis benda tersebut berikut ketidakpastian dan cara pelaporannya !
Jika diketahui
Pembahasan :
Diketahui : m = (74.50 0.01) gram dan L = (2.1000.006) cm
Tentukan : ρ
m 74.50
8.0445 gram/cm3
L3 9.261
dengan L = 2.100, ΔL = 0.006, m= 74.50 dan , Δm = 0.01 x 2/3 =0.07, maka :
2 2
m L
2 2
m m ,L L m ,L
m L
2 2
3 3m 4
L m ,L L m ,L
m 3L
2 2
m L
Dengan memasukan nilai m, Δm, L dan ΔL akan diperoleh : Δρ = 0.00597 g/cm 3 dan
pelaporan akhirnya : ρ = (8.044 0.006) g/cm3
N N N N
xi2 yi xi xi yi
dan bi i 1 i 1 i 1 i 1
2
(7)
N
N
N xi2 xi
i 1 i 1
ketidakpastian pada nilai a dan b bersifat statistik dan diperoleh :
N
ai 2
N
N
N x xi
2
i
i 1 i 1
N (8)
xi2
bi i 1
2
N
N
N x xi
2
i
i 1 i 1
dengan :
N
y a x bi
2
i i i
Sy i 1
(9)
N 1
Sebaran statistik data dari garis lurus dapat diukur berdasarkan nilai koefisien
korelasinya (r) berdasarkan rumus :
N N N
N xi y i xi y i
r i 1 i 1 i 1
(10)
N 2 N 2
N 2 N 2
N xi xi N yi yi
i 1 i 1 i 1 i 1
dengan nilai 1 r 1 , jika r 1 berarti titik-titik datanya dekat dengan garis terbaik,
Beberapa fungsi yang tidak linear dalam batas-batas tertentu dapat dilinearkan.
Setelah diperoleh fungsi linear, grafik hasil pengukurannya dapat digunakan metoda
langsung maupun metode kuadrat terkecil (regresi linier).
V. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Timbang bola-bola besi dan silinder besi dengan menggunakan neraca Ohauss
sebanyak 10 kali.
2. Ukur diameter bola-bola besi dan silinder besi dengan menggunakan mikrometer
sekrup dengan posisi yang berbeda-beda sebanyak 10 kali.
3. Ukur panjang silinder besi dengan menggunakan jangka sorong sebanyak 10 kali.
MODUL 2
HUKUM GRAVITASI NEWTON
I. TUJUAN PERCOBAAN
1. Menentukan besarnya percepatan gravitasi bumi di tempat percobaan.
2. Menunjukkan kebenaran (memverifikasi) hukum gravitasi Newton melalui percobaan
bandul.
II ALAT-ALAT
1. Bandul
2. Tali
3. Statif
4. Meteran
5. Stopwatch
F G m1 m
2
2
(1)
r
dengan G = 6,67 x 10-11 Nm2/kg2 adalah konstanta gravitasi. Persamaan (1) disebut hukum
gravitasi Newton. Jika m1 = M = massa bumi, m2 = m = massa suatu benda di permukaan bumi
dan r = R = jari-jari bumi, maka persamaan (1) menjadi
GM
F m 2 mg W (2)
R
dengan w adalah besarnya gaya berat benda dan
GM
g 2
(3)
R
adalah besarnya percepatan gravitasi bumi.
Sebuah benda bermassa m tergantung pada sebuah tali yang sangat ringan tapi kuat
dan tak elastis. Saat benda diberi simpangan kecil kemudian dilepas, maka benda bergerak
osilasi di sekitar titik kesetimbangannya (seperti ditunjukkan pada Gambar 2.1).
T
L
m
S
mgsin mgcos
mg
Gambar 2.1
Hubungan antara periode osilasi T dengan panjang tali L diberikan oleh
4 2
T 2 L (4)
g
dengan syarat :
1. Bandul cukup berat dibandingkan dengan tali yang dipakai
2. Gesekan udara diabaikan
3. Simpangan cukup kecil
4. Ayunan tidak terpuntir
V. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Ukur panjang tali dari pusat masa bandul (125 cm).
2. Gantung bandul dan ayunkan bandul dengan sudut simpangan kecil.
3. Ukur waktu untuk 20 kali ayunan dengan melakukannya paling sedikit lima kali.
4. Ulangi langkah 1 dan 2 untuk panjang kawat 150 cm, 175 cm, 200 dan 225 cm.
5. Satu perioda sama dengan waktu getar 20 kali ayunana dibagi 20.
MODUL 3
HUKUM HOOKE
I. TUJUAN PERCOBAAN
1. Menentukan nilai konstanta kekakuan pegas.
2. Menunjukkan kebenaran (memverifikasi) hukum Hooke.
II ALAT-ALAT
1. Pegas
2. Beban
3. Statif
4. Meteran
5. Stopwatch
d 2x k
x0 (3)
dt 2 m
atau
d 2x
2
2x 0 (4)
dt
dengan
k
2 f (5)
m
adalah frekuensi sudut dan f adalah frekuensi. Karena
1
f (6)
T
dengan T periode maka
m
T 2 . (7)
k
Untuk ayunan bandul bermassa m, yang tergantung pada pegas maka k adalah nilai konstanta
kekakuan pegas. Nampak bahwa
4 2
T2 m. (8)
k
Dalam keadaan setimbang, besarnya gaya pemulih F sebanding dengan gaya berat
W , tetapi arahnya berlawanan (Gambar 3.1) sehingga diperoleh persamaan
k L gm (9)
atau
g
L m. (10)
k
Oleh karena itu, terjadi hubungan linier antara pertambahan beban (m) dan peregangan pegas
(L).
F = - k.L
kx
W = - mg
Gambar 3.1
V. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Ambil pegas dan digantungkan pada statif, kemudian ukur panjang pegas dan catat
sebagai panjang awal (xo).
2. Gantungkan beban 100 gram pada pegas, kemudian ukur panjangnya (xi).
3. Tarik beban ke bawah kemudian lepaskan, maka akan terjadi getaran selaras.
4. Catat waktu yang diperlukan untuk mencapai 20 kali getaran.
5. Ulangi langkah 2 sampai 4 dengan menambahkan beban (sampai beberapa kali
penambahan, harus diperhatikan bahwa panjang regangan pegas yang diperbolehkan
hanya sampai dua kali panjang awal.
MODUL 4
KOEFISIEN VISKOSITAS
I. TUJUAN PERCOBAAN
1. Memahami gaya-gaya yang bekerja pada benda yang bergerak jatuh dalam suatu
fluida statis.
2. Melakukan pengukuran nilai koefisien viskositas suatu fluida.
II. ALAT-ALAT
1. Tabung silinder yang berisi fluida
2. Bola-bola kecil
3. Mikrometer sekrup
4. Jangka sorong
5. Neraca analitis
6. Sendok saringan untuk mengambil bola-bola dari tabung
7. Thermometer
8. Stopwatch
9. Areometer (alat pengukur massa jenis zat cair)
3. Gaya gesek antara permukaan benda dengan fluida yang berarah ke atas. Bila benda
tersebut berbentuk bola dengan jari-jari r , maka :
dengan adalah koefisien viskositas fluida dan v adalah kecepatan benda relatif
terhadap fluida. Hubungan pada persamaan (3) dikenal dengan Hukum Stokes.
Gambar 4.1
Berdasarkan hukum Newton didapatkan
ma mg f Vg 6 r v . (4)
dengan a adalah besarnya percepatan benda setiap saat. Suatu benda bergerak jatuh dari
permukaan fluida tanpa kecepatan awal. Kemudian kecepatan berubah terhadap waktu.
Namun pada kedalaman tertentu, kecepatannya konstan, yang disebut kecepatan terminal (vT),
yang mana setelah itu benda tidak mengalami percepatan. Pada kondisi tersebut berlaku
0 mg f Vg 6 r vT (5)
atau
4 r 3 f
6 r vT m g . (6)
3
Persamaan (6) dapat diverifikasi melalui percobaan jika nilai telah diketahui dari referensi.
Sebagai contoh, oli mesin (SAE 10) pada suhu 300C adalah 0,2 Pa.s (Giancoli, 2001).
Namun, biasanya persamaan (6) justru digunakan untuk menentukan nilai itu sendiri, yaitu
4 r 3 f
m g
3
. (7)
6 r vT
atau
2r 2 g
f (8)
9vT
MODUL 5
PEMUAIAN TERMAL
I. TUJUAN PERCOBAAN
Mencari koefisien muai panjang dari benda padat (besi, tembaga dan kuningan) karena
kenaikan suhu benda.
II. ALAT-ALAT
1. Munschern Broek
2. Logam (besi, tembaga dan kuningan)
3. Alat pemanas/Power supply
4. Termometer
5. Kabel penghubung
T T2 T1 : pertambahan suhu
: koefisien muai panjang (oC)-1
koefisien muai panjang didefinisikan sebagai perubahan panjang suatu benda per satuan
panjang per derajat celcius. Koefisien muai panjang sangat bergantung pada suhu.
Lo L
Lt
V. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Pasang tiga logam (besi, tembaga dan kuningan) pada alat Munschern Broek.
2. Ukur suhu lingkungan sebagai suhu awal To, panjang logam sebelum dipanaskan dan
aturlah letak jarum pada skala nol.
3. Nyalakan alat pembakar listrik atau hubungkan dengan sumber arus pada logam
sampai suhu tertentu sesuai petunjuk asisten.
4. Pada suhu yang telah ditentukan, ukurlah berapa perubahan letak jarum pada skala
untuk ketiga jenis logam tersebut.
Data Pengamatan
No Bahan Lo Lt ΔT ΔL1 ΔL2 ΔL3 ΔL4 ΔL5 ΔLrata-rata
1. Besi
2. Kuningan
3. Tembaga
MODUL 6
RESONANSI BUNYI
I. TUJUAN PERCOBAAN
1. Menjelaskan fenomena resonansi bunyi di dalam suatu tabung
2. Menentukan cepat rambat bunyi di udara
3. Menentukan frekuensi garpu tala
II. ALAT-ALAT
1. Seperangkat tabung resonansi
2. Seperangkat garpu tala
3. Alat pemukul
4. Mistar/Rollmeter
L k
gelombang dan ujung yang tertutup berupa simpul gelombang. Pada setiap titik di dalam pipa
terdapat gelombang sefasa yang efeknya adalah saling memperkuat, seperti yang ditunjukan
oleh gambar.
Hubungan antara panjang tabung L, dimana terjadi resonansi dengan panjang
gelombang diberikan oleh :
Ln 2n 1 ; n = 0, 1, 2, ……… (1)
4
dari persamaan (1) dapat dipahami bahwa resonansi pertama terjadi pada titik dengan panjang
3 5
kolom L0 14 dan resonansi berikutnya pada L1 , L2 ........... Untuk ukuran
4 4
tabung yang sangat kecil dibandingkan dengan panjang gelombang bunyi, maka perut
gelombang tidak terjadi tepat di mulut tabung, melainkan sedikit di luar tabung, sehingga perlu
dikoreksi dengan persamaan :
k 0.6R (2)
dengan R jari-jari tabung. Dengan demikian persamaan (1) menjadi :
Ln 2n 1 k (3)
4
V. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Ukur diameter dalam tabung (tabung kecil) dengan jangka sorong. Catat harga ini
sebagai R.
2. Isi tabung dengan air dalam pipa resonansi di dalam tabung besar (hati-hati jangan
sampai tumpah).
3. Usahakan agar permukaan air di dalam tabung mula-mula cukup tinggi sampai ke
dekat mulut tabung (ketika tabung resonansi belum diangkat).
4. Ambil salah satu garpu tala yang diketahui frekuensinya.
5. Getarkan garpu tala tersebut dengan memukulnya (agak jauh dari tabung), kemudian
dekatkan ke mulut tabung resonansi.
6. Naikkan tabung resonansi perlahan-lahan hingga terdengar penguatan bunyi (dengan
nyaring) pertama kali. Tahan pipa pada posisi tersebut dan ukur panjang kolom udara
(antara ujung atas pipa resonansi dengan tinggi permukaan air) sebagai L.
7. Ulangi langkah pada poin 5 dan 6 beberapa kali untuk memastikan letak resonansi
tersebut (konsultasikan dengan asisten).
8. Ulangi langkah 6 - 7 untuk menentukan titik resonansi berikutnya sejauh panjang pipa
resonansi memungkinkan.
9. Ulangi langkah 4 – 8 untuk garpu tala yang lain, baik yang diketahui frekuensinya
maupun yang belum.
10. Catat suhu kamar dan tekanan udaranya.
No. Resonansi ke n L0 L1 L2 L3
(cm) (cm) (cm) (cm)
1. n =0
2. n =1
3. n =2
4. n=3
No. Resonansi ke n L0 L1 L2 L3
(cm) (cm) (cm) (cm)
1. n =0
2. n =1
3. n =2
4. n =3