Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNIK PASCA PANEN HASIL PERTANIAN

Acara 5

Sifat Warna Hasil Pertanian

diajukan guna memenuhi tugas Matakuliah Teknik Pasca Panen Hasil


Pertanian

Oleh:

Kelompok 03

Kelas TEP – B

Alfina Sabrin Eka Febrianti 201710201015

Siti Maulidiyah 201710201024

Daffa Abrar Thifaldi 201710201062

JURUSAN TEKNIK PERTANIAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

UNIVERSITAS JEMBER

2021
BAB 1. HASIL DAN PEMBAHASAN

1.1 Tabel Hasil Parameter Warna Bahan Hasil Pertanian


Table 1. Hasil Pengukuran parameter warna beberapa bahan hasil pertanian
Bahan Parameter Warna WI ɸ CV
Rerata L Rerata a Rerata b
Kecap 36.79 -5,19 1,94 36,55 -20,30 5,54
Jus Jambu 30.56 -1,51 5,33 30,33 -74,14 5,54
Maizena 82.32 -4,33 16,55 75,4 -75,33 17,10
Angetsari 79.7 -2,64 10,58 76,96 -75,98 10,90

1.2 Pembahasan Perhitungan Parameter Warna Bahan Hasil Pertanian

Warna merupakan salah satu parameter mutu produk pertanian, baik yang
masih dalam bentuk segar maupun setelah diolah sehingga sangat penting untuk
mempelajari cara mengukur warna. Warna digunakan untuk mengetahui
perubahan yang terjadi secara fisik maupun kimia pada suatu produk pertanian
(de Man, 1999). Pengukuran warna secara objektif penting dilakukan pada
produk pangan, karena merupakan daya tarik utama bagi konsumen untuk
mengenal dan menyukai sifat-sifatnya.

Salah satu alat yang dapat digunakan untuk mengukur warna adalah
colourreader. Prinsip kerja color reader adalah sistem pemaparan warna dengan
menggunakan sistem CIE dengan tiga reseptor warna yaitu L, a, b Hunter.
Lambang L menunjukkan tingkat kecerahan berdasarkan warna putih, lambang a
menunjukkan kemerahan atau kehijauan, dan lambang b menunjukkan
kekuningan atau kebiruan. Cara kerja alat ini adalah ditempelkan pada sampel,
yang akan diuji intensitas warnanya, kemudian tombol pengujian ditekan sampai
berbunyi atau lampu menyala dan akan memunculkannya dalam bentuk angka
dan kemudian diukur pada grafik untuk mengetahui spesifikasi warna (Ditha,
dkk. 2016). Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini adalah pisau,
penggaris, colourreader, neraca, dan kertas milimeterblok.

1.2.1 Sampel yang menunjukkan nilai parameter WI, ɸ, CV paling tinggi


dan paling rendah.
Pada tabel 1. Tabel Hasil Pengukuran Parameter warna beberapa bahan
hasil pertanian diketahui bahwa sampel yang memiliki nilai parameter WI (White
Index) yang paling tinggi adalah sampel angetsari yakni 76,96 dan nilai parameter
WI (White Index) paling rendah adalah dari sampel jus jambu yakni 30,33.
Kemudian nilai parameter Φ (Hue Angel) yang paling tinggi terdapat pada sampel
kecap yakni -20,30 dan sampel yang memiliki nilai Φ (Hue Angel) paling rendah
adalah sampel angetsari yakni -75,98. Yang terakhir besar nilai parameter CV
(Chroma Value) yang paling tinggi yakni sampel maizena senilai 17,10 dan yang
paling rendah terdapat pada sampel kecap dan jus jambu yaitu 5,54.

1.2.2 Kesesuian nilai tinggi rendah WI dengan parameter warna L

Dari tabel 1 dapat kita simpulkan bahwa nilai WI tertinggi ada pada
sampel bahan angetsari dengan nilai WI 76,96 nilai WI ini memiliki keterkaitan
dengan nilai parameter L. Nilai L menunjukkan tingkat kecerahan atau Lightness
dengan kisaran nilai dari 0 yang berarti menujukkan warna hitam hingga 100
yang menunjukkan warna putih, jadi semakin tinggi nilai L pada suatu bahan
maka akan diperoleh juga nilai WI yang tinggi. Nilai WI inilah yang menjadi
penentu tingkat kecerahan warna pada bahan, jadi semakin tinggi nilai WI maka
warna bahan tersebut semakin cerah, seperti pada sampel penelitian ini yang
memiliki nilai WI paling tinggi yakni dari sampel bahan angetsari, sekaligus juga
nilai parameter L nya tertinggi pula yakni 79,7. Begitu halnya dengan sampel
yang bernilai WI rendah yakni pada sampel bahan jus jambu dengan nilai WI
30,33, maka nilai parameter L nya juga rendah yakni 30,56. Untuk mengetahui
besar nilai WI pada suatu bahan yakni dengan melakukan perhitungan
menggunakan rumus berikut:

WI = 100−¿

1.2.3 Kesesuian gelap terang bahan terhadap parameter L dengan nilai


WI
Berdasarkan hasil dari tabel 1.1 pada bahan kecap memiliki nilai rerata L
sebesar 36,79 dengan nilai WI 36,55, jus jambu memiliki nilai rerata L sebesar
30,56 dengan nilai WI 30,33, maizena memiliki nilai rerata L sebesar 82,32
dengan nilai WI 75,4, dan angetsari memiliki nilai rerata L sebesar 79,7 dengan
nilai WI 76,96. Dari hasil tersebut, jus jambu menempati posisi paling bawah
karena memilii rerata L yang mendekati 0 sehingga termasuk warna gelap.
Sedangkan pada maizena menempati posisi yang paling atas karena memiliki
nilai rerata L yang mendekati 100 sehingga disebut mempunyai warna yang
cerah.

Menurut Sinaga (2019) bahwa notasi L*: 0 (hitam); 100 (putih)


menyatakan cahaya pantul yang menghasilkan warna akromatik putih, abu-abu
dan hitam. Nilai L pada suatu bahan dapat menunjukan tingkat gelap dan
terangnya warna pada suatu bahan tersebut. Nilai L memiliki rentang nilai 0 –100
dimana nilai 0 berarti bahan tersebut berwarna hitam sempurna sedangkan nilai
100 berarti bahan tersebut berwarna putih. Semakin tinggi nilai L maka akan
semakin tinggi nilai WI dan bahan tersebut akan semakin berwarna putih begitu
pula sebaliknya semakin rendah nilai L yang didapat maka nilai WI juga semakin
rendah dan warna bahan semakin gelap.

1.2.4 Penilaian kelompok terhadap tinggi nilai CV

Chroma value adalah kejernihan atau intensitas warna yang merupakan


kualitas dari hue. Sedangkan value merupakan hubungan gelap atau terang. Value
mengarah pada kualitas ketajaman warna. Semakin tinggi nilai CV pada bahan
pangan, maka hue juga semakin tinggi (Ariana et al., tanpa tahun:77-78). Dari
kelompok kami sepakat bahwa menyukai bahan pangan dengan nilai CV tinggi
karena pada bahan pangan rerata memiliki nilai CV tinggi yang menandakan
bahwa masih bagus dan dalam kondisi yang baik. Jika bahan pangan yang
memiliki CV tinggi juga menandakan masih baru dan tidak kadaluarsa karena
warna yang masih mencolok.

KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Hutching, J.B. 1999. Food Color and Apearance. Maryland :Aspen publisher Inc.

Indrotanoto, Leonardus dan Thiang. 2008. Otomasi Pemisah Buah Tomat


Berdasarkan Ukuran dan Warna Menggunakan Webcam Sebagai
Sensor. Seminar Nasional Ilmu Komputer dan Aplikasinya.

Sinaga, A. S. 2019. Segementasi Ruang Warna L*a*b. Jurnal Mantik Penusa.


3(1): 44

Sri S., A. Murdiati, dan E. S. Rahayu. 2018. Degradasi Kadar Iodium, Indeks
Warna Putih (WHITENESS INDEX/WI), Tingkat Kecerahan (L) Setelah
Proses Pengolahan Pada Fortifikasi Modified Cassava Flour (Mocaf).
Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.

Souripet,Agustina.2015.Komposisi,Sifat Fisik dan Tingkat Kesukaan Nasi


Ungu.Jurnal Teknologi Pertanian.Volume 4, No1
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai