Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN AKHIR

PRAKTIKUM FISIKA DASAR 1


BANDUL SEDERHANA

Dosen Pembimbing
YUDI HERNAWAN,ST
Disusun :

Dahlan Suhendar (2018/1120009 )


Agus Mulyana (2018 / 1120006)
Andri Rismayadi (2018 / 1120007)

Fakultas Teknik Industri Jurusan Teknik mesin


Universitas Kebangsaan Republik Indonesia
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat dan karunia-
Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan akhir praktikum fisika dasara 1
yang berjudul dasar pengukuran dan ketidakpastian ini sesuai dengan petunjuk, kemampuan, serta ilmu
pengetahuaan yang penulis miliki.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan
penyusunan laporan akhir ini, semoga lporan akhir ini bemanfaat khususnya bagi penulis, umumnya bagi
siapa saja yang membacanya.

Dalam penulisan laporan akhir paraktikum ini, penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnan. Oleh karena itu, kritik dan saran dari teman-teman yang bersifat membangun sangat kami
harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Cianjur 29 oktober 2019

Dahlan Suhendar
2018/1120009
DAFTAR ISI

BAB 1. Pendahuluan.
BAB 2. Bandul Sederhana
2.1 Tujuan Percobaan
2.2 Alat-alat yang digunakan
2.3 Teori terkait
2.4 Prosedur percobaan
2.5 Hasil Pengamatan
2.6 Perhitungan data beserta ketidakpastian
2.7 Kesimpulan
2.8 Daftar Pustaka.
BAB. 2 BANDUL SEDERHANA

2.1 Tujuan Percobaan

1. Mampu menggunakan beberapa alat ukur dasar


2. Mampu menentukan ketidakpastian pada pengukuran tunggal dan berulang.
3. Mengerti arti angka berati.

2.3 Alat-alat yang digunakan

1. Jangka Sorong
2. Micrometer skrup
3.Balok besi
4.bola-bola baja
5.silinder besi.

2.4. Teori yang terkait.


 Pendahuluan
Suatu pengukuran selalu disertai oleh ketidakpastian.Beberapa penyebab ketidakpastian
tersebut antara lain adanya nilai skala terkecil (nst),kesalahan kalibrasi,fluaktuasi parameter
pengukuran dan lingkungan yang saling mempengaruhi serta keterampilan pengamat.Dengan
demikian amat sulit untuk mendapatkan nilai sebenaanya suatu besaran melalui
pengukuran.Beberapa panduan akan di sajikan dalam modul ini bagaimanan cara memperoleh
hasil pengukuran seteliti mungkin serta cara melaporakan ketidak pastain yang menyertai.

 Nilai Skala Terkecil


Pada setiap alat ukur terdapat suatu nilai skala yang tidak dapat lagi dibagi-bagi,ini yang disebut
nilai skala terkecil ( NST).Ketelitian alat ukur tergantung pada nst ini.
Pada gambar 1 tampak bahwa NST = 0,25 satuan

1 2 3 4 5 6 7 8

Gambar1 Skala utama suatu alat ukur dengan NST= 0,2 satuan.

Nonius

Untuk membantu mengukur dengan lebih teliti melebihi yang dapat ditunjukan oleh NST,maka
digunakanlah skala nonius. Skala noniusakan meningkatkan ketelitian pembaca alat ukur.Umumnya
terdapat suatu pembagian sejumlah skala utama dengan sjumlah sekala nonius yang akan menyebabkan
garis skala titik nol dan titik maksimum skala nonius berhimpit dengan skala utama.Cara membaca skala
adalah sebagi berikut :
1. Baca posisi 0 dari skala nonius pada skala utama.
2. Angka decimal dibelakang koma
Gambar 2 Skala utama dan nonius dengan M = 9, N = 10,dan Nɪ = 7

7
Pada gambar 2,hasil pembacaan tanpa nonius adalah 6,7 satauan dan dengan nonius 6,7 + x ( 10-
10
9)x0,1 = 6,77 satuan.Kadang-kadang skala utama dan nonius dapat berbentuk lingkaran seperti dapat di
jumpai pada meja putar untuk alat spektroskopi yang ditunjukan oleh gambar 3.

Gambar 3 Skala utama berbentuk lingkaran.

Dalam gambar 3b dapat dilihat bahwa pembacaan tanpa nonius memberikan hasil 60º sedangkan
3
dengan menggunakan nonius hasilnya adalah 60 + x ( 4 – 1 ) x 10 = 67,5ᴼ
4

Alat Ukur Dasar.


Beberapa alat ukur dasar yang akan dipelajari dalam praktikum ini adalah jangka
sorong ,micrometer skrup.Masing-masing alat ukur memiliki cara untuk mengoperasikannya dan juga
cara untuk membaca hasil yang terukur.

Ketidakpastian pada Pengukuran Tunggal.

Pada pengukuran tunggal ketidakpastian umumnya digunakan bernilai setengah dari NST.Untuk
suatu besaran X maka ketidakpastian mutlak adalah :

1
∆ x= NST
2

Dengan hasil pengukuranya dituliskan sebagai

X = x± ∆ x

Sedangkan yang dikenal sebagai ketidakpastian relative adalah

∆x
KTP relative =
x

Apabila menggunakan KTP relative maka hasil pengukuran dilaporkan sebagai X = x ± KTP relative x
100

Ketidakpastian pada Pengukuran Berulang Menggunakan kesalahan ½ - Rentang


Pada pengukuran berulang,ketidakpastian dituliskan tidak lagi seperti pada pengukuran
1
tunggal.Kesalahan - rentang merupakan salah satu cara untuk menyatakan ketidakpastian pada
2
pengukuran berulang.Cara untuk melakukannya adalah sebagai berikut
1. Kumpulkan sejumlah hasil pengukuran variable x,misalnya n buah yaitu Xɪ, X 2 ,….. X n

x 1+ x 2+ …… …… ..+ x
2. Cari nilai rata – ratanya yaitu x= n

n
3. Tentukan x max dan x min dari kumpulan data x tersebut dan ketidakpastian dapat dituliskan
tersebut
( x min −x max )
∆ x=
2

4. Untuk jelasnya sebuah contoh dari hasil pengukuran ( dalam mm ) suatu besaran x yang dilakukan
empat kali yaitu 153,2 153,6 152,8 153,0
Rata-ratanya adalah :
153 ,2+153 ,6+ 152, 8+153 , 0
x= =153 , 2 mm
4

Nilai terbesar dalam hasil pengukuran tersebut adalah 153,6 mm dan nilai terkecilnya adalah 152,8 mm.
Maka rentang pengukuranya adalah ( 153,6 – 152,8 ) = 0,8 mm.Sehingga ketidakpastian pengukuran
adalah
0,8
∆ x= =0 , 4 mm
2
Maka hasil pengukuran yang dilaporkan adalah
X = ( 153,6 ± 0 , 4 ) mm.

Angka Berarti ( Significant Figures )


Angka berarti ( AB ) menunjukan jumlah digit angka yang akan dilaporkan pada hasil akhir
pengukuran.AB berkaitan dengan KTP relative ( dalam ℅ ).Semakin kecil KTP relative maka semakin
tinggi mutu pengukuran atau semakin tinggi ketelitian hasil pengukuran yang dilakukan.Aturan praktis
yang menghubungkan KTP relative dan AB adalah sebagai berikut :
AB = 1 – log ( KTP relative )

Sebagai sebuah contoh suatu hasil pengukuran dan cara menyajikanya untuk beberapa AB yang akan
disajikan dalam daftar berikut ini :
Tabel 1. Contoh penggunaan AB

Nilai yang terukur KTP relative AB Hasil penulisan


0,1 4 ( 1,202 ± 0,001 ) x 10ᴲ
1,202 x 10ᴲ 1 3 ( 1,202 ± 0,01 ) x 10ᴲ
10 2 ( 1,2 ± 0,1 ) x 10ᴲ

Ketidakpastian pada Fungsi Variabel ( Perambatan Ketidakpastian )


Jika satu variabel merupakan fungsi dari variabel lain yang disertai oleh ketidakpastian,maka variabel ini
akan disertai pula oleh ketidak pastian.Untuk jelasnya ketidakpastian variabel yang merupakan hasil
operasi variabel-variabel lain yang disertai oleh ketidakpastian akan disajikan dalam Daftar 2 berikut
ini.Misalkan dari suatu pengukuran diperoleh (a ± ∆ a) dan ( b ± ∆ b ¿ . Kepada kedua hasil pengukuran
tersebut akan dilakukan operasi matematik dasar untuk memperoleh besaran baru.

Tabel 2. Contoh Perambatan Keridakpastian

Ketidakpastia
Variabel yang dilibatkan Operasi Hasil
n
Penjumlahan p=a+b ∆p = ∆a ± ∆b
Pengurangan q=a-b ∆q = ∆a ± ∆b
∆r ∆a
= +
r a
Perkalian
a ± ∆a ∆b
b ± ∆b r=axb b
Pembagian a ∆ s ∆a ∆b
s= = +
b s a b
Pangkat ∆t ∆a
=n
t = an t a
Jenis pengukuran berdasarkan metoda
Pengukuran Langsung
Pengukuran ini di lakukan dengan cara membandingkan langsung sesuatu yang akan diukur dengan
sebuah standar yang dipakai sebagai alat ukurnya. Misalnya seseorang mengukur panjang seutas
tali, ia akan membandingkan panjang tali tersebut dengan mistar yang dimilikinya.Pengukuran tidak
langsungPengukuran ini terpaksa dilakukan karena berbagai macam sebab, antara lain keterbatasan panca
indera manusia sebagai sensor terhadap gejala alam yang akan diukur. Untuk melihat bendabenda
mikroskop manusia perlu alat bantu yaitu mikroskop. Untuk mengukur arus listrik manusia perlu
mengubah dulu gejala listrik menjadi gejala mekanik jarum amperemeter.Pengukuran dengan
perhitunganPengukuran ini dilakukan berdasarkan pada hasil hasil pengukuran yang dilakukan
sebelumnya. Hasil ukurnya didapat melalui suatu perhitungan data pengukuran langsung maupun tak
langsung. Volume tabung dapat diukur langsung dengan gelas ukur, dan dapat juga dihitung dari hasil
ukur diameter dan tingginya. Contoh lain adalah massa jenis suatu zat cair dapat diukur dengan
densimeter, dan dapat juga dihitung dengan mengukur lebih dulu massa dan volumenya.

1.4 Prosedur Percobaan

Adapun langkah percobaan dari praktikum ini adalah sebagai berikut:


1.Siapkanlah terlebih dahulu smua alat dan bahan yang akan digunakan.
2.Siapkanlah pula alat tulis yang akan digunakan untuk mencatat setiap hasil percobaan yang telah
dilalakukan.
Untuk berulang dengan menggunakan alat ukur micrometer dan jangka sorong,
1.Letakkan semua alat dan bahan diatas meja kerja.
2.Buatlah 2 buah format table untuk masing-masing pengukuran yang akan dilakukan ( pengukuran
berulang )
3.Ukurlah bahan-bahan yang hendak diukur satu persatu
4.Tuliskan hasil percobaan pada table pengukuran
5.Ukurlah bahan yang akan diukur satu persatu secara berulang oleh masing-masing anggota kelompok
( untuk pengukuran berluang )
6.Tuliskan kembali hasil pengukuran yang telah dilakukan pada table pengukuran berulang.
7.Sisihkan alat dan bahan yang telah digunakan agar dapat melakukan pengukuran berikutnya dengan alat
dan bahan yang berbeda.
8.Tuliskan kembali hasil pengamatan tersebut pada table pengukuran berulang.
9.Rapikan kembali alat dan bahan yang telah digunakan.
Hasil Pengamatan .

Didalam laboratorium menggunakan alat-alat ukur dasar seperti penggaris ,jangka sorong dan
micrometer skrup,balok,silinder dan bola baja dan lain-lain seperti tertulis pada bagian alat-alat yang
digunakan.Melakukan percobaan-percobaan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang tertera dalam
tugas akhir dan pertayaan.
a.Penentuan NST alat ukur

Menentukan NST alat ukur seperti jangka sorong,micrometer skrup

No Nama alat Fungsi NST dan Satuan


Untuk
mengukur
ketebalan benda,
1 Jangka sorong 0,02 dan mm
diameter luar
dan diameter
dalam
Untuk menukur
diameter luar
2 Micrometer skrup 0,01 dan mm
dan ketebalan
benda
Pengukuran langsung dan tidak langsung

1. Melakukan pengukuran tiga buah benda yang berbed yaitu balok,silinder dan bola baja dengan
menggunakan jangka jangka sorong dan micrometer skrup pada posisi yang berbeda
2. Mencatat hasil percobaan dengan menggunakan tabel sebaga berikut :

Alat Ukur Jangka sorong


NO OBJEK HASIL x ∆x x = x ± ∆x
1 19,05 mm
2 19,75 mm
1 Balok 3 19,05 mm 19,33 mm 0,35 mm 19,33 ± 0,35 mm
4 19,75 mm
5 19,05 mm
1 16,325 mm
2 16,325 mm
2 Silinder 3 16,325 mm 16325 mm 0 16,325 mm
4 16,325 mm
5 16,325 mm
1 14,15 mm
2 14,15 mm
3 Bola baja 3 14,15 mm 14,15 mm 0 14,15 mm
4 14,15 mm
5 14,15 mm
B,Menggunakan Alat Ukur Micrometer Skrup

NO OBJEK HASIL ̶Ẍ ∆x x = Ẍ ± ∆x
1 20,15 mm
2 20,15 mm
1 Balok 3 20,15 mm 20,164 mm 0,4 mm 20,164 ± 0,4 mm
4 20,15 mm
5 20,15 mm
1 19,05 mm
2 19,05 mm
2 Silinder 3 19,05 mm 19,05 mm 0 19,05 mm
4 19,05 mm
5 19,05 mm
1 14,26 mm
2 14,26 mm
3 Bola baja 3 14,26 mm 14,26 mm 0 14,26 mm
4 14,26 mm
5 14,26 mm
Perhitungan data beserta ketidakpastiannya

Ketidakpastian mutlak pada pengukuran data berulang

1. Pada Jangka Sorong

∆x = ½ NST
= ½ (1mm) = 0,02 mm

1) Balok
19 ,05+ 19 ,75+19 , 05+19 , 75+19 , 05
x=
5
¿ 19,33 mm

( X ¿ ¿ max− X min ⁡)
∆X= ¿
2
(19 , 05−19 , 75)
¿
2
¿0,35mm

X = x ±∆ X
=19,33 ± 0,35
Silinder
16 ,33+ 16 ,33+ 16 ,33+ 16 , 33+16 , 33
x=
5
¿ 16,33 mm

( X ¿ ¿ max− X min ⁡)
∆X= ¿
2
(16 , 33−16 ,33)
¿
2
¿0 mm

Maka : X = x ± ∆ X
=16,33 mm
2) Bola Besi
14 , 15+14 , 15+14 , 15+14 ,15+14 ,15
x=
5
¿ 14,15mm

( X ¿ ¿ max− X min ⁡)
∆X= ¿
2
(14 ,15−0)
¿
2
¿0 mm
Maka : X = x ± ∆ X
= 14,15 ± 0 mm

Pengukuran Menggunakan Micrometer skrup

1.Pengukuran balok besi


Kepastian relative
∆x
KTP = X 100 %
x
X = x ± KTP relative x 100℅
1.Pengukuran Balok besi
0, 4
a. X 100 %
20 ,16
1,98 % ( 3 AB )
X = X ±∆ X
20,16 ± 0,4 mm
Pencarian nilai rata – rata yaitu

x1 +X + X + X + X5
1. x¿ 2 3 4

5
20 ,16+ 20 ,16 +20 ,16 +20 ,16 +20 , 16
¿
5
= 20,16 mm
( X ¿ ¿ max− X min ⁡)
2. ∆ X = ¿
2
20 ,16−0 , 4
∆X=
2
= 9,9 mm ( 2 AB)
X = X ±∆ X
= 20,16 ± 0,4 mm

2 Pengukuran Silinder

Kepastian relative

∆x
KTP = X 100 %
x
X = x ± KTP relative x 100℅
1.Pengukuran silinder besi

0
a. X 100 %
19 ,05
0,1 % ( 4 AB )
X = X ±∆ X
19,05 mm

Pencarian nilai rata – rata yaitu


x1 +X + X + X + X5
1. x¿ 2 3 4

5
19 ,05+ 19 ,05+ 19 ,05+ 19 ,05+19 ,05
¿
5
= 19,05 mm
( X ¿ ¿ max− X min ⁡)
2. ∆ X = ¿
2
19 ,05−0
∆X=
2
= 9,5 mm ( 2 AB)
X = X ±∆ X
= 19,05 mm
3. Pengukuran Bola baja

Kepastian relative

∆x
KTP = X 100 %
x
X = x ± KTP relative x 100℅
1.Pengukuran silinder besi

0
a. X 100 %
14 , 26
0,1 % ( 4 AB )
X = X ±∆ X
14,26 mm

Pencarian nilai rata – rata yaitu

x1 +X + X + X + X5
1. x¿ 2 3 4

5
14 , 26+14 , 26+14 , 26+14 , 26+14 ,26
¿
5
= 14,26 mm
( X ¿ ¿ max− X min ⁡)
2. ∆ X = ¿
2
14 , 26−0
∆X=
2
= 7,1 mm ( 2 AB)
X = X ±∆ X
= 14,26 mm

ANALISIS PERCOBAAN
Percobaan pengukuran panjang,diameter menggunakan alat-alat ukur dasar seperti penggaris
plastic,jangka sorong dan juga micrometer. Percobaan ini bertujuan untuk menentukan ketidakpastian
tunggal dan berulang pada pengukuran.
Dari hasil pengamatan didapat bahwa pangukuran berulang untuk balok,silinder dan bola baja dengan
mnggunakan jangka sorong ,micrometer skrup secara berurutan adalah balok besi 19,33 ± 0,35
mm ,pengukuran silinder 16,32 mm,pengukuran bola baja 14,15 mm. Dalam suatu percobaan kita harus
berusaha mempelajari caranya ,kita harus mempunyai data kuantitatif atas percobaan yang telah kita
lakukan . setiap pengukuran pasti memunculkan sebuah ketidakpastian pengukuran yaitu perbedaan
antara dua hasil pengukuran .Ketidakpastian juga disebut kesalahan,karena menujukkan perbedaan antara
nilai ukur dan nilai sebenarnya. Factor penyebab nya yaitu kesalahan bersistem , ksalahan acak, skala
terkecil dan kesalahan kalibrasi, titk nol , paralaks,fluktuasi pegas serta adanya kemungkinan gesekkan.

.
KESIMPULAN

1.Memastikan bahwa dalam pengukuran selalu terdapat ketidakpastian hasil pengukuran karena setiap
orang memiliki prediksi hasil yang berbeda-beda dalam mengukur benda. Oleh karena itu, pada settiap
alat ukur terdapat angka ketelitian . jangka sorong memiliki angka ketelitian 0,02 dan 0,05 mm dan
micrometer skrup memiliki angka ketelitian 0,01 mm.

2.Ketidakpastian pengukuran adalah suatu rentan nilai dimana disekitar nilai suatu pengukuran terdapat
nilai yang sebenarnya. Nilai ketidakpastian dari suatu alat ukur diharapkan berada dibawah nilai yang
telah ditentukan dalam table/grafik sehingga dianggap masih mempunyai nilai akurasi yang tinggi untuk
pengukuran digunakan hasil/nilai rata-rata yang kemudian dijadikan hasil pengukuran.

3.Metode kuadrat terkcil digunakan untuk melakukan regresi dan pencocokan kurva
yang diharapkan dapat membentuk persamaan matematis tertentu.
Daftar Pustaka

1. Darmawan Djonoputro,B.Teori Ketidakpastian,Penerbit ITB,1984


2. Braid,D.C,Experimentation : An Introduction to Measurement Theory,and Experiment Design,1962
3. University of Melbourne Shool of Physics,Physics 160 Laboratory Manual,1995

Anda mungkin juga menyukai