Anda di halaman 1dari 35

I.

Tujuan
a. Mampu menggunakan alat-alat ukur dasar.
b. Mampu menentukan ketidakpastian pada pengukuran tunggal dan berulang.
c. Mengerti arti angka berarti.

II. Alat dan Bahan


a. Penggaris
b. Jangka sorong
c. Balok besi
d. Bola-bola kecil

III. Dasar Teori


a. Pendahuluan
Suatu pengukuran selalu disertai oleh ketidakpastian. Beberapa penyebab
ketidakpastian tersebut antara lain adanya Nilai Skala Terkecil (NST), kesalahan
kalibrasi, kesalahan titik nol, kesalahan pegas, adanya gesekan, kesalahan
paralaks, fluktuasi parameter pengukuran dan lingkungan yang saling
mempengaruhi serta keterampilan pengamat. Dengan demikian amat sulit untuk
mendapatkan nilai sebenarnya suatu besaran melalui pengukuran.

b. Penggaris
Penggaris adalah sebuah alat pengukur dan alat bantu gambar untuk
menggambar garis lurus. Terdapat berbagai macam penggaris, dari mulai yang
lurus sampai yang berbentuk segitiga (biasanya segitiga siku-siku sama kaki dan
segitiga siku-siku 30°–60°). Penggaris dapat terbuat dari plastik, logam,
berbentuk pita dan sebagainya. Juga terdapat penggaris yang dapat dilipat. Mistar
dengan skala terkecil yaitu mistar dengan skala sentimeter (cm) dengan
mempunyai tingkat ketelitian 1 mm atau 0,1 cm.

c. Jangka Sorong
Jangka sorong adalah alat ukur yang ketelitiannya dapat mencapai
seperseratus milimeter. Terdiri dari dua bagian, bagian diam dan bagian bergerak.
Pembacaan hasil pengukuran sangat bergantung pada keahlian dan ketelitian
pengguna maupun alat. Sebagian keluaran terbaru sudah dilengkapi dengan
display digital. Pada versi analog, umumnya tingkat ketelitian adalah 0.05mm
untuk jangka sorang dibawah 30cm dan 0.01 untuk yang di atas 30cm.

Kegunaan jangka sorong adalah:


- untuk mengukur suatu benda dari sisi luar dengan cara diapit
- untuk mengukur sisi dalam suatu benda yang biasanya berupa lubang (pada
pipa, maupun lainnya) dengan cara diulur
- untuk mengukur kedalamanan celah/lubang pada suatu benda dengan
cara"menancapkan/menusukkan" bagian pengukur. Bagian pengukur tidak terlihat
pada gambar karena berada di sisi pemegang

d. Mikrometer Sekrup
Mikrometer adalah alat ukur yang dapat melihat dan mengukur benda
dengan satuan ukur yang memiliki ketelitian 0.01 mm. Satu mikrometer adalah
secara luas digunakan alat di dalam teknik mesin electro untuk mengukur
ketebalan secara tepat dari blok-blok, luar dan garis tengah dari kerendahan dan
batang-batang slot. Mikrometer ini banyak dipakai dalam metrologi, studi dari
pengukuran.

Mikrometer memiliki 3 jenis umum pengelompokan yang didasarkan pada


aplikasi berikut :
Mikrometer Luar: Mikrometer luar digunakan untuk ukuran memasang kawat,
lapisan-lapisan, blok-blok dan batang-batang.
Mikrometer dalam: Mikrometer dalam digunakan untuk mengukur garis tengah
dari lubang suatu benda
Mikrometer kedalaman: Mikrometer kedalaman digunakan untuk mengukur
kerendahan dari langkah-langkah dan slot-slot.

Satu mikrometer ditetapkan dengan menggunakan satu mekanisme sekrup


titik nada.

Satu fitur yang menarik tambahan dari mikrometer-mikrometer adalah


pemasukan satu tangkai menjadi bengkok yang terisi. Secara normal, orang bisa
menggunakan keuntungan mekanis sekrup untuk menekan material, memberi satu
pengukuran yang tidak akurat. Dengan cara memasang satu tangkai yang roda
bergigi searah keinginan pada satu tenaga putaran tertentu.

e. Stopwatch
Stopwatch (jam sukat) adalah alat yang digunakan untuk mengukur
lamanya waktu yang diperlukan dalam kegiatan.
Jam sukat ada dua macam, yaitu jam sukat analog dan jam sukat
digital/bergana. Jam sukat analog memiliki batas ketelitian 0,1sekon sedangkan
jam sukat digital memiliki batas ketelitian hingga 0,01.
Cara menggunakan jam sukat dengan memulai menekan tombol di atas
dan berhenti sehingga suatu waktu detik ditampilkan sebagai waktu yang berlalu.
Kemudian dengan menekan tombol yang kedua pengguna dapat menyetel ulang
jam sukat kembali ke nol. Tombol yang kedua juga digunakan sebagai perekam
waktu.

f. Busur Derajat
Protractor (busur derajat) adalah sebuat alat yang bisa digunakan untuk
mengukur dan membentuk sudut. Protractor sederhana biasanya berupa cakram
separuh dan alat ini sudah digunakan sejak ribuan tahun yang lalu dalam ilmu
geometri. Busur derajat memiliki ketidakpastian 0.5º.
g. Termometer
Termometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur
suhu (temperatur), ataupun perubahan suhu. Istilah termometer berasal
dari bahasa Latin thermo yang berarti panas dan meter yang berarti untuk
mengukur. Prinsip kerja termometer ada bermacam-macam, yang paling umum
digunakan adalah termometer air raksa. Termometer memiliki ketidakpastian
0,5ºC

h. Amperemeter
Amperemeter adalah alat yang digunakan untuk mengukur kuat arus
listrik yang ada dalam rangkaian tertutup. Amperemeter biasanya dipasang
berderet dengan elemen listrik. Cara menggunakannya adalah dengan
menyisipkan amperemeter secara langsung ke rangkaian.

i. Voltmeter
Voltmeter adalah alat/perkakas untuk mengukur besar tegangan
listrik dalam suatu rangkaian listrik. Voltmeter disusun secara paralel terhadap
letak komponen yang diukur dalam rangkaian. Alat ini terdiri dari tiga buah
lempengan tembaga yang terpasang pada sebuah bakelite yang dirangkai dalam
sebuah tabung kaca atau plastik. Lempengan luar berperan sebagai anode
sedangkan yang di tengah sebagai katode. Umumnya tabung tersebut berukuran
15 x 10cm (tinggi x diameter).

j. Neraca Teknis
Neraca Teknis adalah neraca yang memiliki tingkat ketelitian yang rendah
karena hanya sampai 2 desimal di belakang koma.Neraca ini biasanya dipakai
untuk menimbang zat - zat atau benda yang tidak membutuhkan ketelitian yang
tinggi , misalnya menimbang bahan sebagai larutan pereaksi. Neraca teknis dibagi
menjadi dua, yaitu neraca analog dan neraca digital. Neraca analog adalah neraca
yang biasanya masih tradisional misalnya neraca Ohhaus(diambil dari nama
penemunya), sedangkan neraca digital adalah neraca teknis yang sudah modern ,
yang sekarang sering dipakai di laboratorium untuk menimbang dan tidak
diperlukan hal rumit, tinggal menaruh benda atau zat di piring neraca.

k. Nilai Skala Terkecil


Pada setiap alat ukur terdapat suatu nilai skala yang tidak dapat lagi
dibagi-bagi. Inilah yang disebut Nilai Skala Terkecil (NST). Pada gambar 1.1
tampak bahwa:
l. Nonius
Untuk membantu mengukur dengan lebih teliti melebihi yang ditunjukkan
oleh NST, maka digunakan nonius. Skala nonius akan meningkatkan ketelitian
pembacaan alat ukur. Umumnya terdapat suatu pembagian sejumlah skala utama
dengan sejumlah skala nonius yang akan menyebabkan garis skala titik nol dan
titik maksimum skala nonius berimpit dengan skala utama. Cara membaca
skalanya adalah sebagai berikut:
1. Baca posisi 0 dari skala nonius pada skala utama
2. Angka decimal (dibelakang koma) dicari dari skala nonius yang
berimpit dengan skala utama.

Pada gambar 1.2, hasil pembacaan tanpa nonius adalah 6,7 satuan dan
7
dengan nonius adalah 6,7 (10) x (10 – 9) x 0,1 = 6,7 satuan. Kadang-
kadang skala utama dan nonius dapat berbentuk lingkaran seperti
dapat dijumpai pada meja putar untuk alat spektroskopi yang
ditunjukkan oleh gambar 1.3

Dalam gambar 1.3b dapat dilihat bahwa pembacaan tanpa nonius


memberikan hasil 60º, sedangkan dengan menggunakan nonius
3
hasilnya adalah 60+(4) x (4-3) x 10 = 67,5º
m. Alat Ukur Dasar
Beberapa alat ukur dasar yang akan dipelajari dalam praktikum ini adalah
jangka sorong, micrometer sekrup, barometer, neraca teknis, penggaris, busur
derajat, stopwatch dan beberapa alat ukur besaran listrik. Masing-masing alat
ukur memiliki cara untuk mengoperasikan dan juga cara untuk membaca hasil
yang terukur.

n. Ketidakpastian Pada Pengukuran Tunggal


Pada pengukuran tunggal, ketidakpastian yang umumnya digunakan
bernilai setengah NST. Untuk suatu besaran X maka ketidakpastian mutlaknya
adalah:
1
∆𝑥 = 𝑁𝑆𝑇
2
Dengan hasil pengukurannya dituliskan sebagai berikut:
𝑋 = 𝑥 ± ∆𝑥

Sedangkan yang dikenal dengan ketidakpastian relatif adalah:

∆𝑥
𝐾𝑇𝑃 𝑟𝑒𝑙𝑎𝑡𝑖𝑓 =
𝑥
Apabila menggunakan KTP relatif maka hasil pengukuran dilaporkan sebagai:
𝑋 = 𝑥 ± (𝐾𝑇𝑃 𝑟𝑒𝑙𝑎𝑡𝑖𝑓 𝑥 100%)
1
o. Ketidakpastian pada Pengukuran Berulang Menggunakan Kesalahan 2 – Rentang
Pada pengukuran berulang, ketidak pastian dituliskan tidak lagi seperti
1
pada pengukuran tunggal. Kesalahan 2 - rentang merupakan salah satu cara untuk
menyatakan ketidakpastian pada pengukuran berulang. Cara untuk melakukannya
adalah sebagai berikut:
1. Kumpulkan sejumlah hasil pengukuran variabel x, misalnya n buah,
yaitu:
𝑥1 , 𝑥2 , … , 𝑥𝑛
2. Cari nilai rata-ratanya yaitu x̄:
x1 + x2 + … + xn
x̄ =
n
3. Tentukan 𝑥𝑚𝑎𝑥 dan 𝑥𝑚𝑖𝑛 dari kumpulan data x tersebut dan
ketidakpastiannya dapat dituliskan sebagai berikut:
𝑥𝑚𝑎𝑥 − 𝑥𝑚𝑖𝑛
∆x =
2
4. Tuliskan hasilnya sebagai berikut:
𝑥 = x̄ ± ∆x

Untuk lebih jelasnya akan diberikan sebuah contoh dari hasil pengukuran
(dalam mm) suatu besaran x yang dilakukan sebanyak empat kali.
153,2 153,6 152,8 153,0

Rata-ratanya adalah:
153,2 + 153,6 + 152,8 + 153,0
x̄ = = 153,2 𝑚𝑚
4

Nilai terbesar dalam hasil pengukuran tersebut adalah 153,6 mm dan nilai
terkecilnya adalah 152,8 mm. Maka rentang pengukuran adalah
(153,6 - 152,8) = 0,8 mm

Sehingga ketidakpastian pengukuran adalah


0,8
∆𝑥 = = 0,4 𝑚𝑚
2

Maka hasil pengukuran yang dilaporkan adalah


𝑥 = (153,2 ± 0,4)𝑚𝑚

p. Angka Penting (Significant Figures)


Angka penting berarti (AB) menunjukkan jumlah digit angka yang akan di
laporkan pada hasil pengukuran. AB berkaitan dengan KTP relative (dalam %).
Semakin kecil KTP relatif maka semakin tinggi mutu pengukuran atau semakin
tinggi ketilitian hasil pengukuran yang dilakukan. Aturan praktis yang
menghubungkan antara KTP relatif dan AB adalah sebagai berikut:

AB = 1 – log (KTP relatif)

Sebagai contoh suatu hasil pengukuran dan cara menyajikannya untuk beberapa
AB akan disajikan dalam tabel 1.1 berikut ini:

Nilai yang terukur KTP relatif AB Hasil Penulisan


(%)
0,1 4 (1,202 ± 0,001)x 103
3 (1,20 ± 0,01)x 103
1,202 x 10 1 3
10 2 (1,2 ± 0,1)x 103

q. Ketidakpastian pada Fungsi Variabel (Perambatan Ketidakpastian)


Jika suatu variabel merupakan fungsi dari variabel lain yang disertai oleh
ketidakpastian, maka variabel ini akan disertai pula oleh ketidakpastian. Hal ini
disebut sebagai perambatan ketidakpastian. Untuk jelasnya ketidakpastian
variabel yang merupakan hasil operasi variabel-variabel lain yang disertai oleh
ketidakpastian akan disajikan dalam tabel 2 berikut ini. Misalnya dari suatu
pengukuran diperoleh (a ± ∆a)dan (b ± ∆b). Kepada kedua hasil pengukuran
tersebut akan dilakukan operasi matematik dasar untuk memperoleh besaran baru.
Variabel yang Operasi Hasil Ketidakpastian
dilibatkan
Penjumlahan p=a+b ∆𝑝 = ∆𝑎 + ∆𝑏
Pengurangan q=a–b ∆𝑝 = ∆𝑎 − ∆𝑏
Perkalian r=axb ∆𝑟 ∆𝑎 ∆𝑏
𝑎 ± ∆𝑎 = +
𝑟 𝑎 𝑏
𝑎 ∆𝑠 ∆𝑎 ∆𝑏
𝑏 ± ∆𝑏 Pembagian s=𝑏
= +
𝑠 𝑎 𝑏
Pangkat t = 𝑎𝑛 ∆𝑡 ∆𝑎
=𝑛
𝑡 𝑎
IV. Langkah Kerja
a. Menentukan NST penggaris dan jangka sorong
b. Menentukan skala nonius penggaris dan jangka sorong
c. Mengukur panjang, lebar dan ketebalan balok besi dengan jangka sorong dan
penggaris
d. Mengukur diameter bola besi besar dan kecil dengan menggunakan jangka sorong
dan penggaris
e. Mengukur diameter pipa besi dengan menggunakan jangka sorong dan penggaris
f. Mengukur panjang pipa dengan jangka sorong dan penggaris
g. Catat keseluruhan hasil pengukuran

V. Data Hasil Percobaan


a. NST Alat Ukur
Alat Ukur NST Skala Nonius
Penggaris Plastik 1 -
= 0,1 cm
10
Jangka Sorong 0.1 10
= 0,01 cm
10

b. Data Hasil Pengukuran


Benda yang Penggaris Jangka Sorong
Diukur Panjang Lebar Tebal Diameter Panjang Lebar Tebal Diameter
Bola Besi
- - - - - - - 2
Kecil
Pipa Paralon 4,4 - - 4,3 4,45 - - 4,8
Silinder Besi 14,6 - - 2,5 14,65 - - 2,5

Batu
Timbangan 3,5 - - 2,1 3,6 - - 2,3
100gr
Batu
Timbangan 2,6 - - 1,7 2,6 - - 1,8
50gr
Batu
Timbangan 2 - - 1,3 1,35 - - 1,3
20gr
*dalam sentimeter (cm)
VI. Analisis Data

1. Pengukuran Berulang

1
Ketidakpastian ∆𝑥 = 𝑁𝑆𝑇
2
1
∆𝑥 = . 0,1
2
∆𝑥 = 0,05 𝑐𝑚
Jadi, ketidak pastiannya adalah 0,05cm

a. Penggaris
 Panjang Pipa Paralon
𝑋 = 𝑥 ± ∆𝑥
𝑋 = 4,4 𝑐𝑚 ± 0,05 𝑐𝑚

∆𝑥
KTP Relatif = 𝑋
0,05 𝑐𝑚
= 4,4 𝑐𝑚
= 0,0113 𝑐𝑚

𝑋 = 𝑥 ± (𝐾𝑇𝑃 𝑅𝑒𝑙𝑎𝑡𝑖𝑓 𝑥 100%)


𝑋 = 4,4 𝑐𝑚 ± 0,0113 𝑐𝑚

 Diameter Pipa Paralon


𝑋 = 𝑥 ± ∆𝑥
𝑋 = 4,3 𝑐𝑚 ± 0,05 𝑐𝑚
∆𝑥
KTP Relatif = 𝑋

0,05 𝑐𝑚
= 4,3 𝑐𝑚

= 0,0116 𝑐𝑚

𝑋 = 𝑥 ± (𝐾𝑇𝑃 𝑅𝑒𝑙𝑎𝑡𝑖𝑓 𝑥 100%)


𝑋 = 4,3 𝑐𝑚 ± 0,0116 𝑐𝑚

 Tinggi Batu Timbangan


𝑋 = 𝑥 ± ∆𝑥
𝑋 = 3,5 𝑐𝑚 ± 0,05 𝑐𝑚
∆𝑥
KTP Relatif = 𝑋

0,05 𝑐𝑚
= 3,5 𝑐𝑚
= 0,0142 𝑐𝑚
𝑋 = 𝑥 ± (𝐾𝑇𝑃 𝑅𝑒𝑙𝑎𝑡𝑖𝑓 𝑥 100%)
𝑋 = 3,5 𝑐𝑚 + 0,0142 𝑐𝑚

Jadi, hasil pengukuran tinggi batu timbangan adalah 3,5142 cm

 Diamater Batu Timbangan


𝑋 = 𝑥 ± ∆𝑥
𝑋 = 2,1 𝑐𝑚 ± 0,05 𝑐𝑚
𝑋 = 2,15 𝑐𝑚

∆𝑥
KTP Relatif = 𝑋
0,05 𝑐𝑚
= 2,1 𝑐𝑚
= 0,023 𝑐𝑚

𝑋 = 𝑥 ± (𝐾𝑇𝑃 𝑅𝑒𝑙𝑎𝑡𝑖𝑓 𝑥 100%)


𝑋 = 2,1 𝑐𝑚 + 0,023 𝑐𝑚
𝑋 = 2,123 𝑐𝑚

Jadi, hasil pengukuran diameter batu timbangan adalah 2,123 cm

 Panjang Silinder Besi


𝑋 = 𝑥 ± ∆𝑥
𝑋 = 14,6 𝑐𝑚 ± 0,05 𝑐𝑚
𝑋 = 14,65 𝑐𝑚

∆𝑥
KTP Relatif = 𝑋
0,05 𝑐𝑚
= 14,6 𝑐𝑚
= 0,0034 𝑐𝑚

𝑋 = 𝑥 ± (𝐾𝑇𝑃 𝑅𝑒𝑙𝑎𝑡𝑖𝑓 𝑥 100%)


𝑋 = 14,6 𝑐𝑚 + 0,0034 𝑐𝑚
𝑋 = 14,6034 𝑐𝑚

Jadi, hasil pengukuran panjang silinder besi adalah 14,6034 cm

 Diameter Silinder Besi


𝑋 = 𝑥 ± ∆𝑥
𝑋 = 2,5 𝑐𝑚 ± 0,05 𝑐𝑚
𝑋 = 2,55 𝑐𝑚
∆𝑥
KTP Relatif = 𝑋
0,05 𝑐𝑚
= 2,5 𝑐𝑚
= 0,02 𝑐𝑚

𝑋 = 𝑥 ± (𝐾𝑇𝑃 𝑅𝑒𝑙𝑎𝑡𝑖𝑓 𝑥 100%)


𝑋 = 2,5 𝑐𝑚 + 0,02 𝑐𝑚
𝑋 = 2,52 𝑐𝑚

Jadi, hasil pengukuran diameter silinder besi adalah 2,52 cm

 Tinggi Batu Beban Timbangan 50 gr


𝑋 = 𝑥 ± ∆𝑥
𝑋 = 2,6 𝑐𝑚 ± 0,05 𝑐𝑚
𝑋 = 2,65 𝑐𝑚

∆𝑥
KTP Relatif = 𝑋
0,05 𝑐𝑚
=
2,6 𝑐𝑚
= 0,019 𝑐𝑚

𝑋 = 𝑥 ± (𝐾𝑇𝑃 𝑅𝑒𝑙𝑎𝑡𝑖𝑓 𝑥 100%)


𝑋 = 2,6 𝑐𝑚 + 0,019 𝑐𝑚
𝑋 = 2,619 𝑐𝑚

Jadi, hasil pengukuran tinggi batu beban timbangan adalah 2,619 cm

 Diameter Batu Beban Timbangan 50 gr


𝑋 = 𝑥 ± ∆𝑥
𝑋 = 1,7 𝑐𝑚 ± 0,05 𝑐𝑚
𝑋 = 1,75 𝑐𝑚

∆𝑥
KTP Relatif = 𝑋
0,05 𝑐𝑚
= 1,7 𝑐𝑚
= 0,029 𝑐𝑚

𝑋 = 𝑥 ± (𝐾𝑇𝑃 𝑅𝑒𝑙𝑎𝑡𝑖𝑓 𝑥 100%)


𝑋 = 1,7 𝑐𝑚 + 0,029 𝑐𝑚
𝑋 = 1,729 𝑐𝑚

Jadi, hasil pengukuran diameter batu beban timbangan adalah 1,729 cm


 Tinggi Batu Beban Timbangan 20 gr
𝑋 = 𝑥 ± ∆𝑥
𝑋 = 2 𝑐𝑚 ± 0,05 𝑐𝑚
𝑋 = 2,75 𝑐𝑚

∆𝑥
KTP Relatif = 𝑋
0,05 𝑐𝑚
= 2 𝑐𝑚
= 0,025 𝑐𝑚

𝑋 = 𝑥 ± (𝐾𝑇𝑃 𝑅𝑒𝑙𝑎𝑡𝑖𝑓 𝑥 100%)


𝑋 = 2 𝑐𝑚 + 0,025 𝑐𝑚
𝑋 = 2,025 𝑐𝑚

Jadi, hasil pengukuran tinggi batu beban timbangan adalah 2,025 cm

 Diameter Batu Beban Timbangan 20 gr


𝑋 = 𝑥 ± ∆𝑥
𝑋 = 1,3 𝑐𝑚 ± 0,05 𝑐𝑚
𝑋 = 1,35 𝑐𝑚

∆𝑥
KTP Relatif = 𝑋
0,05 𝑐𝑚
= 1,3 𝑐𝑚
= 0,038 𝑐𝑚

𝑋 = 𝑥 ± (𝐾𝑇𝑃 𝑅𝑒𝑙𝑎𝑡𝑖𝑓 𝑥 100%)


𝑋 = 1,3 𝑐𝑚 + 0,025 𝑐𝑚
𝑋 = 1,325 𝑐𝑚

Jadi, hasil pengukuran diameter batu beban timbangan adalah 1,325 cm

b. Jangka Sorong
 Diameter Luar Pipa Paralon
M=15 N=10 NI=6
x = 4,8 + (NI/N x (N-M) x NST
= 4,8 + (6/10) x (6-15) x 0,1
= 4,8 + (-0,3)
= 4,5 cm
𝑋 = 𝑥 ± ∆𝑥
𝑋 = 4,5 𝑐𝑚 ± 0,05 𝑐𝑚
𝑋 = 4,55 𝑐𝑚

∆𝑥
KTP Relatif = 𝑋
0,05 𝑐𝑚
= 4,5 𝑐𝑚
= 0,011 𝑐𝑚

𝑋 = 𝑥 ± (𝐾𝑇𝑃 𝑅𝑒𝑙𝑎𝑡𝑖𝑓 𝑥 100%)


𝑋 = 4,5 𝑐𝑚 + 0,011 𝑐𝑚
𝑋 = 4,511 𝑐𝑚
Jadi, hasil pengukuran diameter luar pipa paralon adalah 4,511 cm
 Panjang Pipa Paralon
𝑋 = 𝑥 ± ∆𝑥
𝑋 = 4,45 𝑐𝑚 ± 0,05 𝑐𝑚
𝑋 = 4,50 𝑐𝑚

∆𝑥
KTP Relatif = 𝑋
0,05 𝑐𝑚
= 4,45 𝑐𝑚
= 0,0112 𝑐𝑚

𝑋 = 𝑥 ± (𝐾𝑇𝑃 𝑅𝑒𝑙𝑎𝑡𝑖𝑓 𝑥 100%)


𝑋 = 4,45 𝑐𝑚 + 0,0112 𝑐𝑚
𝑋 = 4,4612 𝑐𝑚
Jadi, hasil pengukuran panjang pipa paralon adalah 4,4612 cm

 Diameter Silinder Besi


M = 15 N = 10 NI = 4
x = 2,5 + (NI/N) + (N-M) x NST
= 2,5 + (4/10) + (10-15) x 0,1
= 2,5 + (-0,2)
= 2,3 cm
𝑋 = 𝑥 ± ∆𝑥
𝑋 = 2,3 𝑐𝑚 ± 0,05 𝑐𝑚
𝑋 = 2,35 𝑐𝑚

∆𝑥
KTP Relatif = 𝑋
0,05 𝑐𝑚
= 2,3 𝑐𝑚
= 0,021 𝑐𝑚

𝑋 = 𝑥 ± (𝐾𝑇𝑃 𝑅𝑒𝑙𝑎𝑡𝑖𝑓 𝑥 100%)


𝑋 = 2,3 𝑐𝑚 + 0,021 𝑐𝑚
𝑋 = 2,321 𝑐𝑚
Jadi, hasil pengukuran diameter silinder besi adalah 2,321 cm

 Panjang Silinder Besi


𝑋 = 𝑥 ± ∆𝑥
𝑋 = 14,65 𝑐𝑚 ± 0,05 𝑐𝑚
𝑋 = 14,70 𝑐𝑚

∆𝑥
KTP Relatif = 𝑋
0,05 𝑐𝑚
= 14,65 𝑐𝑚
= 0,0034 𝑐𝑚

𝑋 = 𝑥 ± (𝐾𝑇𝑃 𝑅𝑒𝑙𝑎𝑡𝑖𝑓 𝑥 100%)


𝑋 = 14,65 𝑐𝑚 + 0,0034 𝑐𝑚
𝑋 = 14,6534 𝑐𝑚

Jadi, hasil pengukuran panjang silinder besi adalah 14,6534 cm

 Diameter Beban Timbangan 100 gr


M = 15 N = 10 NI = 1
x = 2,3 + (NI/N) + (N-M) + NST
= 2,3 + (1/10) + (10-15) + 0,1
= 2,3 + (-0,05)
= 2,55 cm
𝑋 = 𝑥 ± ∆𝑥
𝑋 = 2,55 𝑐𝑚 ± 0,05 𝑐𝑚
𝑋 = 2,60 𝑐𝑚

∆𝑥
KTP Relatif = 𝑋
0,05 𝑐𝑚
= 2,55 𝑐𝑚
= 0,019 𝑐𝑚

𝑋 = 𝑥 ± (𝐾𝑇𝑃 𝑅𝑒𝑙𝑎𝑡𝑖𝑓 𝑥 100%)


𝑋 = 2,55 𝑐𝑚 + 0,019 𝑐𝑚
𝑋 = 2,569 𝑐𝑚

Jadi, hasil pengukuran diameter timbangan 100 gr adalah 2,569 cm

 Tinggi Beban Timbangan 100 gr


𝑋 = 𝑥 ± ∆𝑥
𝑋 = 3,6 𝑐𝑚 ± 0,05 𝑐𝑚
𝑋 = 3,65 𝑐𝑚

∆𝑥
KTP Relatif = 𝑋
0,05 𝑐𝑚
= 3,65 𝑐𝑚
= 0,013 𝑐𝑚

𝑋 = 𝑥 ± (𝐾𝑇𝑃 𝑅𝑒𝑙𝑎𝑡𝑖𝑓 𝑥 100%)


𝑋 = 3,6 𝑐𝑚 + 0,013 𝑐𝑚
𝑋 = 3,613 𝑐𝑚
Jadi, hasil pengukuran tinggi beban timbangan adalah 3,613 cm

 Diameter Beban Timbangan 50 gr


M = 15 N = 10 NI = 8
x = 1,8 + (NI/N) + (N-M) + NST
= 1,8 + (8/10) + (10-15) + 0,1
= 1,8 + (-0,4)
= 1,4 cm
𝑋 = 𝑥 ± ∆𝑥
𝑋 = 1,4 𝑐𝑚 ± 0,05 𝑐𝑚
𝑋 = 1,45 𝑐𝑚

∆𝑥
KTP Relatif = 𝑋
0,05 𝑐𝑚
= 1,45 𝑐𝑚
= 0,035 𝑐𝑚

𝑋 = 𝑥 ± (𝐾𝑇𝑃 𝑅𝑒𝑙𝑎𝑡𝑖𝑓 𝑥 100%)


𝑋 = 1,4 𝑐𝑚 + 0,035 𝑐𝑚
𝑋 = 1,435 𝑐𝑚
Jadi, hasil pengukuran diameter beban timbangan 50 gr adalah 1,435 cm

 Tinggi Beban Timbangan 50 gr


𝑋 = 𝑥 ± ∆𝑥
𝑋 = 2,6 𝑐𝑚 ± 0,05 𝑐𝑚
𝑋 = 2,65 𝑐𝑚

∆𝑥
KTP Relatif = 𝑋
0,05 𝑐𝑚
= 2,6 𝑐𝑚
= 0,019 𝑐𝑚

𝑋 = 𝑥 ± (𝐾𝑇𝑃 𝑅𝑒𝑙𝑎𝑡𝑖𝑓 𝑥 100%)


𝑋 = 2,6 𝑐𝑚 + 0,019 𝑐𝑚
𝑋 = 2,619 𝑐𝑚
Jadi, hasil pengukuran tinggi beban timbangan adalah 2,025 cm
 Diameter Bola Besi Kecil
M = 15 N = 10 NI = 1
x = 2 + (NI/N) + (N-M) + NST
= 2 + (1/10) = (10-15) + 0,1
= 2 + 0,05
= 2,05 cm
𝑋 = 𝑥 ± ∆𝑥
𝑋 = 2,05 𝑐𝑚 ± 0,05 𝑐𝑚
𝑋 = 2,10 𝑐𝑚

∆𝑥
KTP Relatif = 𝑋
0,05 𝑐𝑚
= 2,05 𝑐𝑚
= 0,024 𝑐𝑚

𝑋 = 𝑥 ± (𝐾𝑇𝑃 𝑅𝑒𝑙𝑎𝑡𝑖𝑓 𝑥 100%)


𝑋 = 2,05 𝑐𝑚 + 0,024 𝑐𝑚
𝑋 = 2,074 𝑐𝑚
Jadi, hasil pengukuran diameter bola besi kecil adalah 2,074 cm

 Diameter Batu Beban Timbangan 20 gr


M = 15 N = 10 NI = 9
x = 1,3 + (NI/N) + (N-M) + NST
= 1,3 + (9/10) = (10-15) + 0,1
= 1,3 + (-0,45)
= 0,85 cm
𝑋 = 𝑥 ± ∆𝑥
𝑋 = 0,85 𝑐𝑚 ± 0,05 𝑐𝑚
𝑋 = 0,90 𝑐𝑚

∆𝑥
KTP Relatif = 𝑋
0,05 𝑐𝑚
= 0,85 𝑐𝑚
= 0,058 𝑐𝑚

𝑋 = 𝑥 ± (𝐾𝑇𝑃 𝑅𝑒𝑙𝑎𝑡𝑖𝑓 𝑥 100%)


𝑋 = 0,85 𝑐𝑚 + 0,058 𝑐𝑚
𝑋 = 0,908 𝑐𝑚
Jadi, hasil pengukuran diameter batu beban timbangan 20 gr adalah 0,908 cm

 Tinggi Beban Batu Timbangan 20 gr


𝑋 = 𝑥 ± ∆𝑥
𝑋 = 1,35 𝑐𝑚 ± 0,05 𝑐𝑚
𝑋 = 1,40 𝑐𝑚
∆𝑥
KTP Relatif = 𝑋
0,05 𝑐𝑚
= 1,35 𝑐𝑚
= 0,037 𝑐𝑚

𝑋 = 𝑥 ± (𝐾𝑇𝑃 𝑅𝑒𝑙𝑎𝑡𝑖𝑓 𝑥 100%)


𝑋 = 1,35 𝑐𝑚 + 0,037 𝑐𝑚
𝑋 = 1,387 𝑐𝑚
Jadi, hasil pengukuran tinggi beban batu timbangan 20 gr adalah 1,387 cm

2. Pengukuran Berulang
a. Menggunakan Penggaris
1. Pipa Paralon

- Tinggi

x1 = 4,4 cm
x2 = 4,4 cm
x3 = 4,4 cm

x1 + x2 + x3
𝑥= 3
4,4 cm+4,4 cm+4,4 cm
𝑥= 3
13,2 cm
𝑥= 3
𝑥 = 4,4 cm

4,4 cm−4,4 cm
∆𝑥 = 2
0
=2
=0

X = 𝑥 ± ∆𝑥
X = 4,4 ± 0

- Diameter

x1 = 4,3 cm
x2 = 4,3 cm
x3 = 4,3 cm

x1 + x2 + x3
𝑥= 3
4,3 cm+4,3 cm+4,3 cm
𝑥= 3
12,9 cm
𝑥= 3
𝑥 = 4,3 cm

4,3 cm−4,3 cm
∆𝑥 = 2
0
=2
=0

X = 𝑥 ± ∆𝑥
X = 4,3 ± 0
2. Silinder besi

- Tinggi

x1 = 14,6 cm
x2 = 14,6 cm
x3 = 14,6 cm

x1 + x2 + x3
𝑥= 3
14,6 cm+14,6 cm+14,6 cm
𝑥=
3
43,8 cm
𝑥= 3
𝑥 = 14,6 cm

14,6 cm−14,6 cm
∆𝑥 = 2
0
=2
=0

X = 𝑥 ± ∆𝑥
X = 14,6 ± 0

- Diameter

x1 = 2,5 cm
x2 = 2,5 cm
x3 = 2,5 cm

x1 + x2 + x3
𝑥= 3
2,5 cm+2,5 cm+2,5 cm
𝑥= 3
7,5 cm
𝑥= 3
𝑥 = 2,5 cm

2,5 cm−2,5 cm
∆𝑥 = 2
0
=2
=0

X = 𝑥 ± ∆𝑥
X = 2,5 ± 0

3. Batu timbangan 100gr

- Tinggi

x1 = 3,5 cm
x2 = 3,5 cm
x3 = 3,5 cm

x1 + x2 + x3
𝑥= 3
3,5 cm+3,5 cm+3,5 cm
𝑥= 3
10,5 cm
𝑥= 3
𝑥 = 3,5 cm

3,5 cm−3,5 cm
∆𝑥 = 2
0
=2
=0

X = 𝑥 ± ∆𝑥
X = 3,5 ± 0

- Diameter

x1 = 2,1 cm
x2 = 2,1 cm
x3 = 2,1 cm

x1 + x2 + x3
𝑥= 3
2,1 cm+2,1 cm+2,1 cm
𝑥= 3
6,3 cm
𝑥= 3
𝑥 = 2,1 cm

2,1 cm−2,1 cm
∆𝑥 = 2
0
=2
=0
X = 𝑥 ± ∆𝑥
X = 2,1 ± 0

4. Batu timbangan 50gr


- Tinggi
x1 = 2,6 cm
x2 = 2,6 cm
x3 = 2,6 cm

x1 + x2 + x3
𝑥= 3
2,6 cm+2,6 cm+2,6 cm
𝑥= 3
7,8 cm
𝑥= 3
𝑥 = 2,6 cm

2,6 cm−2,6 cm
∆𝑥 = 2
0
=2
=0

X = 𝑥 ± ∆𝑥
X = 2,6 ± 0

- Diameter

x1 = 1,7 cm
x2 = 1,7 cm
x3 = 1,7 cm

x1 + x2 + x3
𝑥= 3
1,7 cm+1,7 cm+1,7 cm
𝑥= 3
5,1 cm
𝑥= 3
𝑥 = 1,7 cm

1,7 cm−1,7 cm
∆𝑥 =
2
0
=2
=0
X = 𝑥 ± ∆𝑥
X = 1,7 ± 0
5. Batu timbangan

- Tinggi

x1 = 2 cm
x2 = 2 cm
x3 = 2 cm

x1 + x2 + x3
𝑥= 3
2 cm+2 cm+2 cm
𝑥= 3
6 cm
𝑥= 3
𝑥 = 2 cm

2 cm−2 cm
∆𝑥 = 2
0
=2
=0

X = 𝑥 ± ∆𝑥
X=2±0

- Diameter

x1 = 1,3 cm
x2 = 1,3 cm
x3 = 1,3 cm

x1 + x2 + x3
𝑥=
3
1,3 cm+1,3 cm+1,3 cm
𝑥= 3
3,9 cm
𝑥= 3
𝑥 = 1,3 cm

1,3 cm−1,3 cm
∆𝑥 = 2
0
=2
=0

X = 𝑥 ± ∆𝑥
X = 1,3 ± 0

b. Menggunakan jangka sorong


1. Pipa Paralon
- Tinggi

x1 = 4,45 cm
x2 = 4,44 cm
x3 = 4,45 cm

x1 + x2 + x3
𝑥= 3
4,45 cm+4,44 cm+4,45 cm
𝑥= 3
14,3 cm
𝑥= 3
𝑥 = 4,44 cm

4,45 cm−4,44 cm
∆𝑥 = 2
0,01
= 2
= 0,005

X = 𝑥 ± ∆𝑥
X = 4,44 ± 0,005

- Diameter

x1 = 4,8 cm
x2 = 4,8 cm
x3 = 4,7 cm

x1 + x2 + x3
𝑥= 3
4,8 cm+4,8 cm+4,7 cm
𝑥=
3
14,3 cm
𝑥= 3
𝑥 = 4,76 cm

4,8 cm−4,7 cm
∆𝑥 = 2
0,1
= 2
= 0,05

X = 𝑥 ± ∆𝑥
X = 4,76 ± 0,05

2. Bola besi kecil

- Tinggi
x1 = 2 cm
x2 = 1,9 cm
x3 = 2 cm

x1 + x2 + x3
𝑥= 3
2 cm+1,9 cm+2 cm
𝑥= 3
5,9 cm
𝑥= 3
𝑥 = 1,96 cm

2 cm−1,9 cm
∆𝑥 = 2
0,1
= 2
= 0,05

X = 𝑥 ± ∆𝑥
X = 1,96 ± 0,05

V=

3. Silinder besi

- Tinggi

x1 = 14,65 cm
x2 = 14,64 cm
x3 = 14,64 cm

x1 + x2 + x3
𝑥= 3
14,65 cm+14,64 cm+14,64 cm
𝑥= 3
43,93 cm
𝑥=
3
𝑥 = 14,64 cm

14,65 cm−14,64 cm
∆𝑥 = 2
0,01
= 2
= 0,005

X = 𝑥 ± ∆𝑥
X = 14,64 ± 0,005

- Diameter

x1 = 2,5 cm
x2 = 2,5 cm
x3 = 2,5 cm

x1 + x2 + x3
𝑥= 3
2,5 cm+2,5 cm+2,5 cm
𝑥= 3
7,5 cm
𝑥= 3
𝑥 = 2,5 cm

2,5 cm−2,5 cm
∆𝑥 = 2
0
=2
=0

X = 𝑥 ± ∆𝑥
X = 2,5 ± 0

4. Batu timbangan 100gr

- Tinggi

x1 = 3,6 cm
x2 = 3,5 cm
x3 = 3,6 cm

x1 + x2 + x3
𝑥= 3
3,6 cm+3,5 cm+3,6 cm
𝑥= 3
10,7 cm
𝑥= 3
𝑥 = 3,56 cm

3,6 cm−3,5 cm
∆𝑥 = 2
0,1
= 2
= 0,05

X = 𝑥 ± ∆𝑥
X = 3,56 ± 0,05

- Diameter

x1 = 2,3 cm
x2 = 2,3 cm
x3 = 2,3 cm

x1 + x2 + x3
𝑥= 3
2,3 cm+2,3 cm+2,3 cm
𝑥= 3
6,9 cm
𝑥= 3
𝑥 = 2,3 cm

2,3 cm−2,3 cm
∆𝑥 = 2
0
=2
=0

X = 𝑥 ± ∆𝑥
X = 2,3 ± 0

5. Batu timbangan 50gr

- Tinggi

x1 = 2,6 cm
x2 = 2,6 cm
x3 = 2,6 cm

x1 + x2 + x3
𝑥= 3
2,6 cm+2,6 cm+2,6 cm
𝑥= 3
7,8 cm
𝑥= 3
𝑥 = 2,6 cm

2,6 cm−2,6 cm
∆𝑥 = 2
0
=2
=0

X = 𝑥 ± ∆𝑥
X = 2,6 ± 0

- Diameter

x1 = 1,8 cm
x2 = 1,8 cm
x3 = 1,8 cm
x1 + x2 + x3
𝑥= 3
1,8 cm+1,8 cm+1,8 cm
𝑥= 3
5,4 cm
𝑥= 3
𝑥 = 1,8 cm

1,8 cm−1,8 cm
∆𝑥 = 2
0
=
2
=0

X = 𝑥 ± ∆𝑥
X = 1,8 ± 0

6. Batu timbangan 20gr

- Tinggi

x1 = 1,35 cm
x2 = 1,35 cm
x3 = 1,35 cm

x1 + x2 + x3
𝑥= 3
1,35 cm+1,35 cm+1,35 cm
𝑥= 3
4,05 cm
𝑥= 3
𝑥 = 1,35 cm

1,35 cm−1,35 cm
∆𝑥 = 2
0
= 2 cm
= 0 cm

X = 𝑥 ± ∆𝑥
X = 1,35 ± 0

- Diameter

x1 = 1,3 cm
x2 = 1,2 cm
x3 = 1,3 cm

x1 + x2 + x3
𝑥= 3
1,3 cm+1,2 cm+1,3 cm
𝑥= 3
3,8 cm
𝑥= 3
𝑥 = 1,26 cm

1,3 cm−1,2 cm
∆𝑥 = 2
0,1
= 2
= 0,05

X = 𝑥 ± ∆𝑥
X = 1,26 ± 0,05

 PENGGARIS

- Pipa paralon

Diameter = 4,3
r = 2,15
t = 4,4

V = π r2 t
22
= (2,15)2 4,4
7
= 63,92 cm3

- Silinder Besi

Diameter = 2,5
r = 1,25
t = 14,6

V = π r2 t
22
= (1,25)2 14,6
7
= 71,69 cm3

 JANGKA SORONG

- Pipa paralon

Diameter = 4,3
r = 2,15
t = 4,4

V = π r2 t
22
= (2,15)2 4,4
7
= 63,92 cm3

- Silinder Besi

Diameter = 2,5
r = 1,25
t = 14,6

V = π r2 t
22
= (1,25)2 14,6
7
= 71,69 cm3

VII. Analisis Data


Pengukuran adalah suatu teknik untuk menyatakan suatu sifat dalam bilangan
sebagai hasil membandingkannya dengan suatu besaran baku (standar) yang diterima
sebagai satuan. Setiap pengukuran selalu dianggap oleh ketidakpastian. Sumber
ketidakpastian disebabkan oleh adanya nilai skala terkecil alat ukur, adanya
ketidakpastian bersistem, dan keterbatasan pada pengamat.

Ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam kegiatan pengukuran, pertama
masalah ketelitian (presisi) dan kedua masalah ketepatan (akurasi). Presisi
menyatakan derajat kepastian hasil suatu pengukuran, sedangkan akurasi
menunjukkan seberapa tepat hasil pengukuran mendekati nilai yang
sebenarnya. Presisi bergantung pada alat yang digunakan untuk melakukan
pengukuran. Umumnya, semakin kecil pembagian skala suatu alat semakin presisi
hasil pengukuran alat tersebut.

Tanpa menyatakan ketidakpastian suatu hasil pengukuran tidak banyak


memberikan informasi mengenai besaran yang diukur, mutu alat ukur dan ketelitian
pengukuran. Ketidakpastian suatu hasil pengukuran dapat memberikan informasi
mengenai tingkat kepercayaan akan hasil pengukuran, mutu alat yang digunakan dan
ketelitian pengukuran tersebut.

Alat yang dapat digunakan dalam praktikum ini adalah alat ukur jangka sorong
dan penggaris. Jangka sorong adalah salah satu alat ukur yang digunakan di
laboratorium dan di bengkel, dapat digunakan untuk mengukur dalam satuan
millimeter (mm) ataupun inci (in). Jangka sorong umumnya terdiri dari batang
pengukur yang terbuat dari baja antikarat yang dikeraskan, mempunyai rahang ukur
tetap pada salah satu ujungnya dan bagian yang bergerak yang mempunyai rahang
ukur dan skala nonius. Skala nonius digerakkan dalam satu bagian (unit) sepanjang
batang sampai kedua rahangnya bertemu benda kerja yang diukur. Umumnya dua
macam skala dibuat dalam batang, satu dalam millimeter (mm) dan satunya lagi
dalam inci (in). Bagian yang bergerak juga mempunyai dua macam skala nonius yaitu
dalam millimeter (mm) dan inci (in) mengikuti skala dari batang. Skala nonius adalah
skala yang kedua, pembagian garisnya lebih pendek dari pembagian garis pada skala
utama. Perbedaan dari kedua skala ini adalah untuk memungkinkan mengukur benda
dengan teliti lagi. Penggaris merupakan alat ukur yang sering kita gunakan. Penggaris
pada umumnya terbuat dari dua bahan yaitu plastik dan baja antikarat yang biasa
digunakan pada bengkel. Penggaris sendiri hanya berfungsi untuk mengukur panjang
atau lebar benda datar atau rata dengan ketelitian 1mm dan untuk membuat garis
lurus. Dengan ketelitian tersebut, penggaris kurang efektif untuk mengukur ketebalan
benda ataupun diameter benda bulat seperti bola ataupun pipa. Penggaris umumnya
memiliki skala millimeter(mm) dan inci (in).

Setelah kami melakukan percobaan dan telah mendapatkan data-data, maka dapat
dianalisa bahwa, kemampuan suatu alat ukur untuk mengukur dapat dilihat dari NST
(Nilai Skala Terkecil)-nya. Selain dari NST (Nilai Skala Terkecil), ada skala lain
yang dapat membantu ketelitian suatu alat ukur yang disebut skala nonius. Umumnya
terdapat suatu pembagian sejumlah skala utama dengan sejumlah skala nonius yang
akan menyebabkan garis skala titik nol dan titik maksimum skala nonius berhimpit
dengan skala utama.

Saat percobaan, salah satu alat ukur yang menggunakan skala nonius adalah
jangka sorong. Jangka sorong memiliki ketelitian 0,05mm. Sehingga jangka sorong
sangat tinggi tingkat akurasinya bila digunakan untuk mengukur benda-benda yang
kecil bahkan sulit untuk diukur dengan penggaris. Jangka sorong juga sangat efektif
karena dapat digunakan untuk mengukur panjang, tebal, diameter, dan kedalaman
benda. Berbeda dengan penggaris yang memiliki NST (Nilai Skala Terkecil) 1mm.
Penggaris kurang efektif dibandingkan dengan jangka sorong. Selain itu, penggaris
juga kurang akurat dibandingkan dengan jangka sorong karena hanya memiliki skala
utama tanpa skala nonius. Jadi penggaris hanya bisa digunakan pada pengukuran
panjang atau lebar suatu benda.

VIII. Pertanyaan Tugas Akhir

1. Tentukan NST mistar plastik, thermometer, voltmeter, amperemeter, stopwatch


dan busur derajat!
Jawab:
- Mistar plastik = 1mm
- Termometer = 1ºC
- Voltmeter = 0,01 Volt
- Amperemeter = 0,01 A
- Stopwatch = 0,1s
-Busur derajat = 1º

2. Bagaimana menentukan NST dari alat ukur digital?


Jawab:
Dengan cara melihat berapa banyak angka di belakang koma (,) dari alat tersebut.

3. Perhatikan nonius pada jangka sorong dan micrometer sekrup. Tentukan NSTt
alat ukur tersebut tanpa dan dengan nonius!
Jawab:
- Jangka sorong memiliki NST sebesar 0,05mm dan NSTt-nya sebesar 0,1mm
- Mikrometer sekrup memiliki NST sebesar 0,01mm dan NSTt –nya sebesar
0,5mm

Pertanyaan
1. Ketidakpastian yang termasuk kedalam ketidakpastian bersistem adalah kesalahan
kalibrasi, kesalahan titik nol, kesalahan pegas, gesekan dan kesalahan paralaks.
Bagaimana menurut anda cara mengatasi ketidakpastian jenis ini?
Jawab:
Cara mengatasi ketidakpastian jenis ini yaitu dengan mengkalibrasi ulang
instrumen terhadap instrumen standar. Kesalahan tersebut juga dapat diatasi
dengan melakukan koreksi pada hasil pengukuran.

2. Tentukanlah NST dari:


a. Jam dinding yang satu lingkarannya dibagi menjadi 60 skala.
b. Penunjuk jarak antar kota yang dipasang disepanjang jalan oleh Departemen
Pekerjaan Umum.
c. Alat timbang duduk yang dipakai bila anda membeli gula pasir di warung.
No Nama NST Jumlah Baris Skala Ukuran
1 NST jam dinding 1 sekon 12 60s
2 NST penunjuk jarak 10 kilometer 5 100Km
NST alat timbang
3 1 ons 10
duduk

3. Jika suatu alat ukur memiliki pembagian 9 skala utama = 10 skala nonius,
gambarkan posisi nonius yang menghasilkan pembacaan 36,21

4. Panjang pensil dilaporkan 𝑙 = (12,8 ± 0,05)𝑐𝑚, apa artinya ? Berapakah NST


alat ukur yang digunakan?
Jawab:
12,8 cm → panjang
0,05 cm → ∆𝑥

1
∆𝑥 → 𝑁𝑆𝑇 = 2 . ∆𝑥
2
= 2 . 0,05 cm
= 0,1 cm

5. Hitunglah 𝐴 ± ∆𝐴, kalau nilai A berturut-turut adalah 10,1; 10,2; 10,0; 10,0; 9,8;
10,1; 9,8; 10,3; 9,7; dan 10,0. Beri interpretasi yang tepat atas hasilnya!
(10,1+10,2+10,0+10,0+9,8+10,1+9,8+10,3+9,7+10,0)
Jawab: 10
= 10
𝑋𝑚𝑎𝑥−𝑋𝑚𝑖𝑛
∆𝑥 = 2
10,3−9,7
= 2
= 0,3
Hasil pengukuran 𝐴 ± ∆𝑥 = 10 + 0,3

6. Tentukan panjang minimum yang dapat diukur dengan menggunakan mistar


biasa. Apabila dituntut ketidakpastian relatifnya tidak lebih dari 10% dan 1%
pada hasilnya.
Jawab:
NST mistar = 0,1 cm
KTP relatif =10% . 0,1 cm
Jadi panjang minimum mistar adalah (0,1 ± 0,01)𝑐𝑚 = 0,99 cm

7. Diketahui π = 3,141592. Tuliskan nilai π tersebut dengan KTP relatif:


a. 0,1%
b. 1%
c. 10%
d. 6%
Jawab:

Nilai A KTP Relatif % AB Hasil Penulisan


0,1 4 (3,141 ± 0,001)
1 3 (3,14 ± 0,01)
3,141592
10 2 (3,1 ± 0,1)
6 3 (3,14 ± 0,01)

IX. Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Penggaris plastik digunakan untuk mengukur panjang dan lebar suatu benda, nilai
skala terkecilnya adalah 0,1cm, tidak memiliki skala nonius dan tidak akurat untuk
benda yang kurang datar.
2. Jangka sorong digunakan untuk mengukur ketebalan, diameter dalam, dan diameter
luar benda, nilai skala terkecilnya adalah 0,1cm, nilai skala noniusnya adalah
0,05mm, tingkat akurasinya tinggi.
3. Penggunaan alat ukur dapat disesuaikan dengan bentuk benda yang akan diukur dan
batas ketelitian dari alat ukur.
4. Sumber utama penyebab ketidakpastian sistemik adalah ketidakpastian alat,
kesalahan kalibrasi, kesalahan titik nol, fluktuasi parameter pengukuran, dan
lingkungan yang saling mempengaruhi serta keterampilan pengamat.

Konversi
SATUAN PANJANG:
* 1 yards = 0,9144 meter = 36 inches
* 1 inch = 2,54 centimeters
* 1 foot (feet) = 30,48 centimeters = 12 inches
* 1 mile = 1,609 kilometers = 5280 feet = 1760 yard

SATUAN BERAT:
* 1 kilogram = 2,2046 pounds (lbs) = 35,2739 ounces (oz)
* 1 pounds = 453,59 grams
* 1 ounce = 28,350 grams

SATUAN VOLUME:
* 1 liter = 0,2642 US gallons = 0,2200 imperial gallons = 33,824 fluid ounces
* 1 cubic feet = 28,3168 liters = 7,4827 US gallon = 6,2309 imperial gallon
* 1 barrel of oil = 158,9873 liter = 42.0123 US gallons = 5,6146 cubic feet
* 1 imperial gallon = 4,544 liters = 8 pints = 4 quarts
* 1 US gallon = 3,7843 liter = 7,9976 pints = 15,995 cups
* 1 liter = 1,761 pints = 0,881 quarts

SATUAN TEKANAN:
* 1 bar = 1,0197 Kg/Cm = 0,689 pounds per inch = 14,5 pounds per square inch (psi)
* 1 bar = 100 kilopascals = 0,9869 atmospheres (atm)
* 1 atmospheres = 1.01325 bar
* 1 psi = 0,0690 bar = 0,0703 Kg/Cm2 (3000 psi = 206,89 bar)

SATUAN KECEPATAN:
* 1 kph (kilometer per hour) = 0,6213 mph (mil per hour) = 0,5399 knot
* 1 knot = 1,852 kph = 1,151 mph
* 1 kph = 0,2778 meter per second = 0,911 feet per second

SATUAN TEMPERATUR
Celcius
Fahrenheit(ºF) Kelvin(K) Rankine(ºR) Reaumure(ºr)
(ºC)
Celcius (ºC) 1 33.8 274.15 493.47 0.8
Fahrenheit(ºF) -17.2222 1 255.927778 460.67 -13.777778
Kelvin(K) -272.15 -457.87 1 1.8 1.8
Rankine(ºR) -120.15 -184.27 153 1 -96.12
Reaumure(ºr) 344.25 651.65 617.4 1111.32 1
X. Daftar Pustaka
Braid, D.C., Experimentation: An Introduction to Measurement Theory and
Experiment Design, 1962.

Darmawan Djonoputro, B., Teori Ketidakpastian, Penerbit ITB, 1984.

University of Melbourne School of Physics, Physics 160 laboratory Manual, 1995

http://fisikahappy.wordpress.com/2011/12/30/pengukuran/

http://lia-sipit.blogspot.com/2013/02/pengukuran-mekanik-dan-ketidakpastian.html
Gambar Alat

Pipa Besi Mistar Baja

Lempengan Besi Jangka Sorong

Bola Besi
LAPORAN TETAP FISIKA TERAPAN
PENGUKURAN DAN KETIDAKPASTIAN

D
I
S
U
S
U
N

OLEH:

AD Rizki Tamara (041-0034)


Dwi Indah Lestari (041-0035)
Elak Saputri (041-0041)
Fatimah Azzahra (041-0038)
Helena Febrianti (041-0011)
M. Febrian Nugroho (041-0039)
Rahma Ladaina (041-0010)
Rizki Dwi Ananda (041-0030)
Taufiqurrahman Dzaki (041-0002)
Uswatun Khasanah (041-0003)

Kelompok 1 EGA

Dosen Pembimbing: Ir. Erlinawati, M.ST

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA


TAHUN AKADEMIK 2019

Anda mungkin juga menyukai