Tujuan
a. Mampu menggunakan alat-alat ukur dasar.
b. Mampu menentukan ketidakpastian pada pengukuran tunggal dan berulang.
c. Mengerti arti angka berarti.
b. Penggaris
Penggaris adalah sebuah alat pengukur dan alat bantu gambar untuk
menggambar garis lurus. Terdapat berbagai macam penggaris, dari mulai yang
lurus sampai yang berbentuk segitiga (biasanya segitiga siku-siku sama kaki dan
segitiga siku-siku 30°–60°). Penggaris dapat terbuat dari plastik, logam,
berbentuk pita dan sebagainya. Juga terdapat penggaris yang dapat dilipat. Mistar
dengan skala terkecil yaitu mistar dengan skala sentimeter (cm) dengan
mempunyai tingkat ketelitian 1 mm atau 0,1 cm.
c. Jangka Sorong
Jangka sorong adalah alat ukur yang ketelitiannya dapat mencapai
seperseratus milimeter. Terdiri dari dua bagian, bagian diam dan bagian bergerak.
Pembacaan hasil pengukuran sangat bergantung pada keahlian dan ketelitian
pengguna maupun alat. Sebagian keluaran terbaru sudah dilengkapi dengan
display digital. Pada versi analog, umumnya tingkat ketelitian adalah 0.05mm
untuk jangka sorang dibawah 30cm dan 0.01 untuk yang di atas 30cm.
d. Mikrometer Sekrup
Mikrometer adalah alat ukur yang dapat melihat dan mengukur benda
dengan satuan ukur yang memiliki ketelitian 0.01 mm. Satu mikrometer adalah
secara luas digunakan alat di dalam teknik mesin electro untuk mengukur
ketebalan secara tepat dari blok-blok, luar dan garis tengah dari kerendahan dan
batang-batang slot. Mikrometer ini banyak dipakai dalam metrologi, studi dari
pengukuran.
e. Stopwatch
Stopwatch (jam sukat) adalah alat yang digunakan untuk mengukur
lamanya waktu yang diperlukan dalam kegiatan.
Jam sukat ada dua macam, yaitu jam sukat analog dan jam sukat
digital/bergana. Jam sukat analog memiliki batas ketelitian 0,1sekon sedangkan
jam sukat digital memiliki batas ketelitian hingga 0,01.
Cara menggunakan jam sukat dengan memulai menekan tombol di atas
dan berhenti sehingga suatu waktu detik ditampilkan sebagai waktu yang berlalu.
Kemudian dengan menekan tombol yang kedua pengguna dapat menyetel ulang
jam sukat kembali ke nol. Tombol yang kedua juga digunakan sebagai perekam
waktu.
f. Busur Derajat
Protractor (busur derajat) adalah sebuat alat yang bisa digunakan untuk
mengukur dan membentuk sudut. Protractor sederhana biasanya berupa cakram
separuh dan alat ini sudah digunakan sejak ribuan tahun yang lalu dalam ilmu
geometri. Busur derajat memiliki ketidakpastian 0.5º.
g. Termometer
Termometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur
suhu (temperatur), ataupun perubahan suhu. Istilah termometer berasal
dari bahasa Latin thermo yang berarti panas dan meter yang berarti untuk
mengukur. Prinsip kerja termometer ada bermacam-macam, yang paling umum
digunakan adalah termometer air raksa. Termometer memiliki ketidakpastian
0,5ºC
h. Amperemeter
Amperemeter adalah alat yang digunakan untuk mengukur kuat arus
listrik yang ada dalam rangkaian tertutup. Amperemeter biasanya dipasang
berderet dengan elemen listrik. Cara menggunakannya adalah dengan
menyisipkan amperemeter secara langsung ke rangkaian.
i. Voltmeter
Voltmeter adalah alat/perkakas untuk mengukur besar tegangan
listrik dalam suatu rangkaian listrik. Voltmeter disusun secara paralel terhadap
letak komponen yang diukur dalam rangkaian. Alat ini terdiri dari tiga buah
lempengan tembaga yang terpasang pada sebuah bakelite yang dirangkai dalam
sebuah tabung kaca atau plastik. Lempengan luar berperan sebagai anode
sedangkan yang di tengah sebagai katode. Umumnya tabung tersebut berukuran
15 x 10cm (tinggi x diameter).
j. Neraca Teknis
Neraca Teknis adalah neraca yang memiliki tingkat ketelitian yang rendah
karena hanya sampai 2 desimal di belakang koma.Neraca ini biasanya dipakai
untuk menimbang zat - zat atau benda yang tidak membutuhkan ketelitian yang
tinggi , misalnya menimbang bahan sebagai larutan pereaksi. Neraca teknis dibagi
menjadi dua, yaitu neraca analog dan neraca digital. Neraca analog adalah neraca
yang biasanya masih tradisional misalnya neraca Ohhaus(diambil dari nama
penemunya), sedangkan neraca digital adalah neraca teknis yang sudah modern ,
yang sekarang sering dipakai di laboratorium untuk menimbang dan tidak
diperlukan hal rumit, tinggal menaruh benda atau zat di piring neraca.
Pada gambar 1.2, hasil pembacaan tanpa nonius adalah 6,7 satuan dan
7
dengan nonius adalah 6,7 (10) x (10 – 9) x 0,1 = 6,7 satuan. Kadang-
kadang skala utama dan nonius dapat berbentuk lingkaran seperti
dapat dijumpai pada meja putar untuk alat spektroskopi yang
ditunjukkan oleh gambar 1.3
∆𝑥
𝐾𝑇𝑃 𝑟𝑒𝑙𝑎𝑡𝑖𝑓 =
𝑥
Apabila menggunakan KTP relatif maka hasil pengukuran dilaporkan sebagai:
𝑋 = 𝑥 ± (𝐾𝑇𝑃 𝑟𝑒𝑙𝑎𝑡𝑖𝑓 𝑥 100%)
1
o. Ketidakpastian pada Pengukuran Berulang Menggunakan Kesalahan 2 – Rentang
Pada pengukuran berulang, ketidak pastian dituliskan tidak lagi seperti
1
pada pengukuran tunggal. Kesalahan 2 - rentang merupakan salah satu cara untuk
menyatakan ketidakpastian pada pengukuran berulang. Cara untuk melakukannya
adalah sebagai berikut:
1. Kumpulkan sejumlah hasil pengukuran variabel x, misalnya n buah,
yaitu:
𝑥1 , 𝑥2 , … , 𝑥𝑛
2. Cari nilai rata-ratanya yaitu x̄:
x1 + x2 + … + xn
x̄ =
n
3. Tentukan 𝑥𝑚𝑎𝑥 dan 𝑥𝑚𝑖𝑛 dari kumpulan data x tersebut dan
ketidakpastiannya dapat dituliskan sebagai berikut:
𝑥𝑚𝑎𝑥 − 𝑥𝑚𝑖𝑛
∆x =
2
4. Tuliskan hasilnya sebagai berikut:
𝑥 = x̄ ± ∆x
Untuk lebih jelasnya akan diberikan sebuah contoh dari hasil pengukuran
(dalam mm) suatu besaran x yang dilakukan sebanyak empat kali.
153,2 153,6 152,8 153,0
Rata-ratanya adalah:
153,2 + 153,6 + 152,8 + 153,0
x̄ = = 153,2 𝑚𝑚
4
Nilai terbesar dalam hasil pengukuran tersebut adalah 153,6 mm dan nilai
terkecilnya adalah 152,8 mm. Maka rentang pengukuran adalah
(153,6 - 152,8) = 0,8 mm
Sebagai contoh suatu hasil pengukuran dan cara menyajikannya untuk beberapa
AB akan disajikan dalam tabel 1.1 berikut ini:
Batu
Timbangan 3,5 - - 2,1 3,6 - - 2,3
100gr
Batu
Timbangan 2,6 - - 1,7 2,6 - - 1,8
50gr
Batu
Timbangan 2 - - 1,3 1,35 - - 1,3
20gr
*dalam sentimeter (cm)
VI. Analisis Data
1. Pengukuran Berulang
1
Ketidakpastian ∆𝑥 = 𝑁𝑆𝑇
2
1
∆𝑥 = . 0,1
2
∆𝑥 = 0,05 𝑐𝑚
Jadi, ketidak pastiannya adalah 0,05cm
a. Penggaris
Panjang Pipa Paralon
𝑋 = 𝑥 ± ∆𝑥
𝑋 = 4,4 𝑐𝑚 ± 0,05 𝑐𝑚
∆𝑥
KTP Relatif = 𝑋
0,05 𝑐𝑚
= 4,4 𝑐𝑚
= 0,0113 𝑐𝑚
0,05 𝑐𝑚
= 4,3 𝑐𝑚
= 0,0116 𝑐𝑚
0,05 𝑐𝑚
= 3,5 𝑐𝑚
= 0,0142 𝑐𝑚
𝑋 = 𝑥 ± (𝐾𝑇𝑃 𝑅𝑒𝑙𝑎𝑡𝑖𝑓 𝑥 100%)
𝑋 = 3,5 𝑐𝑚 + 0,0142 𝑐𝑚
∆𝑥
KTP Relatif = 𝑋
0,05 𝑐𝑚
= 2,1 𝑐𝑚
= 0,023 𝑐𝑚
∆𝑥
KTP Relatif = 𝑋
0,05 𝑐𝑚
= 14,6 𝑐𝑚
= 0,0034 𝑐𝑚
∆𝑥
KTP Relatif = 𝑋
0,05 𝑐𝑚
=
2,6 𝑐𝑚
= 0,019 𝑐𝑚
∆𝑥
KTP Relatif = 𝑋
0,05 𝑐𝑚
= 1,7 𝑐𝑚
= 0,029 𝑐𝑚
∆𝑥
KTP Relatif = 𝑋
0,05 𝑐𝑚
= 2 𝑐𝑚
= 0,025 𝑐𝑚
∆𝑥
KTP Relatif = 𝑋
0,05 𝑐𝑚
= 1,3 𝑐𝑚
= 0,038 𝑐𝑚
b. Jangka Sorong
Diameter Luar Pipa Paralon
M=15 N=10 NI=6
x = 4,8 + (NI/N x (N-M) x NST
= 4,8 + (6/10) x (6-15) x 0,1
= 4,8 + (-0,3)
= 4,5 cm
𝑋 = 𝑥 ± ∆𝑥
𝑋 = 4,5 𝑐𝑚 ± 0,05 𝑐𝑚
𝑋 = 4,55 𝑐𝑚
∆𝑥
KTP Relatif = 𝑋
0,05 𝑐𝑚
= 4,5 𝑐𝑚
= 0,011 𝑐𝑚
∆𝑥
KTP Relatif = 𝑋
0,05 𝑐𝑚
= 4,45 𝑐𝑚
= 0,0112 𝑐𝑚
∆𝑥
KTP Relatif = 𝑋
0,05 𝑐𝑚
= 2,3 𝑐𝑚
= 0,021 𝑐𝑚
∆𝑥
KTP Relatif = 𝑋
0,05 𝑐𝑚
= 14,65 𝑐𝑚
= 0,0034 𝑐𝑚
∆𝑥
KTP Relatif = 𝑋
0,05 𝑐𝑚
= 2,55 𝑐𝑚
= 0,019 𝑐𝑚
∆𝑥
KTP Relatif = 𝑋
0,05 𝑐𝑚
= 3,65 𝑐𝑚
= 0,013 𝑐𝑚
∆𝑥
KTP Relatif = 𝑋
0,05 𝑐𝑚
= 1,45 𝑐𝑚
= 0,035 𝑐𝑚
∆𝑥
KTP Relatif = 𝑋
0,05 𝑐𝑚
= 2,6 𝑐𝑚
= 0,019 𝑐𝑚
∆𝑥
KTP Relatif = 𝑋
0,05 𝑐𝑚
= 2,05 𝑐𝑚
= 0,024 𝑐𝑚
∆𝑥
KTP Relatif = 𝑋
0,05 𝑐𝑚
= 0,85 𝑐𝑚
= 0,058 𝑐𝑚
2. Pengukuran Berulang
a. Menggunakan Penggaris
1. Pipa Paralon
- Tinggi
x1 = 4,4 cm
x2 = 4,4 cm
x3 = 4,4 cm
x1 + x2 + x3
𝑥= 3
4,4 cm+4,4 cm+4,4 cm
𝑥= 3
13,2 cm
𝑥= 3
𝑥 = 4,4 cm
4,4 cm−4,4 cm
∆𝑥 = 2
0
=2
=0
X = 𝑥 ± ∆𝑥
X = 4,4 ± 0
- Diameter
x1 = 4,3 cm
x2 = 4,3 cm
x3 = 4,3 cm
x1 + x2 + x3
𝑥= 3
4,3 cm+4,3 cm+4,3 cm
𝑥= 3
12,9 cm
𝑥= 3
𝑥 = 4,3 cm
4,3 cm−4,3 cm
∆𝑥 = 2
0
=2
=0
X = 𝑥 ± ∆𝑥
X = 4,3 ± 0
2. Silinder besi
- Tinggi
x1 = 14,6 cm
x2 = 14,6 cm
x3 = 14,6 cm
x1 + x2 + x3
𝑥= 3
14,6 cm+14,6 cm+14,6 cm
𝑥=
3
43,8 cm
𝑥= 3
𝑥 = 14,6 cm
14,6 cm−14,6 cm
∆𝑥 = 2
0
=2
=0
X = 𝑥 ± ∆𝑥
X = 14,6 ± 0
- Diameter
x1 = 2,5 cm
x2 = 2,5 cm
x3 = 2,5 cm
x1 + x2 + x3
𝑥= 3
2,5 cm+2,5 cm+2,5 cm
𝑥= 3
7,5 cm
𝑥= 3
𝑥 = 2,5 cm
2,5 cm−2,5 cm
∆𝑥 = 2
0
=2
=0
X = 𝑥 ± ∆𝑥
X = 2,5 ± 0
- Tinggi
x1 = 3,5 cm
x2 = 3,5 cm
x3 = 3,5 cm
x1 + x2 + x3
𝑥= 3
3,5 cm+3,5 cm+3,5 cm
𝑥= 3
10,5 cm
𝑥= 3
𝑥 = 3,5 cm
3,5 cm−3,5 cm
∆𝑥 = 2
0
=2
=0
X = 𝑥 ± ∆𝑥
X = 3,5 ± 0
- Diameter
x1 = 2,1 cm
x2 = 2,1 cm
x3 = 2,1 cm
x1 + x2 + x3
𝑥= 3
2,1 cm+2,1 cm+2,1 cm
𝑥= 3
6,3 cm
𝑥= 3
𝑥 = 2,1 cm
2,1 cm−2,1 cm
∆𝑥 = 2
0
=2
=0
X = 𝑥 ± ∆𝑥
X = 2,1 ± 0
x1 + x2 + x3
𝑥= 3
2,6 cm+2,6 cm+2,6 cm
𝑥= 3
7,8 cm
𝑥= 3
𝑥 = 2,6 cm
2,6 cm−2,6 cm
∆𝑥 = 2
0
=2
=0
X = 𝑥 ± ∆𝑥
X = 2,6 ± 0
- Diameter
x1 = 1,7 cm
x2 = 1,7 cm
x3 = 1,7 cm
x1 + x2 + x3
𝑥= 3
1,7 cm+1,7 cm+1,7 cm
𝑥= 3
5,1 cm
𝑥= 3
𝑥 = 1,7 cm
1,7 cm−1,7 cm
∆𝑥 =
2
0
=2
=0
X = 𝑥 ± ∆𝑥
X = 1,7 ± 0
5. Batu timbangan
- Tinggi
x1 = 2 cm
x2 = 2 cm
x3 = 2 cm
x1 + x2 + x3
𝑥= 3
2 cm+2 cm+2 cm
𝑥= 3
6 cm
𝑥= 3
𝑥 = 2 cm
2 cm−2 cm
∆𝑥 = 2
0
=2
=0
X = 𝑥 ± ∆𝑥
X=2±0
- Diameter
x1 = 1,3 cm
x2 = 1,3 cm
x3 = 1,3 cm
x1 + x2 + x3
𝑥=
3
1,3 cm+1,3 cm+1,3 cm
𝑥= 3
3,9 cm
𝑥= 3
𝑥 = 1,3 cm
1,3 cm−1,3 cm
∆𝑥 = 2
0
=2
=0
X = 𝑥 ± ∆𝑥
X = 1,3 ± 0
x1 = 4,45 cm
x2 = 4,44 cm
x3 = 4,45 cm
x1 + x2 + x3
𝑥= 3
4,45 cm+4,44 cm+4,45 cm
𝑥= 3
14,3 cm
𝑥= 3
𝑥 = 4,44 cm
4,45 cm−4,44 cm
∆𝑥 = 2
0,01
= 2
= 0,005
X = 𝑥 ± ∆𝑥
X = 4,44 ± 0,005
- Diameter
x1 = 4,8 cm
x2 = 4,8 cm
x3 = 4,7 cm
x1 + x2 + x3
𝑥= 3
4,8 cm+4,8 cm+4,7 cm
𝑥=
3
14,3 cm
𝑥= 3
𝑥 = 4,76 cm
4,8 cm−4,7 cm
∆𝑥 = 2
0,1
= 2
= 0,05
X = 𝑥 ± ∆𝑥
X = 4,76 ± 0,05
- Tinggi
x1 = 2 cm
x2 = 1,9 cm
x3 = 2 cm
x1 + x2 + x3
𝑥= 3
2 cm+1,9 cm+2 cm
𝑥= 3
5,9 cm
𝑥= 3
𝑥 = 1,96 cm
2 cm−1,9 cm
∆𝑥 = 2
0,1
= 2
= 0,05
X = 𝑥 ± ∆𝑥
X = 1,96 ± 0,05
V=
3. Silinder besi
- Tinggi
x1 = 14,65 cm
x2 = 14,64 cm
x3 = 14,64 cm
x1 + x2 + x3
𝑥= 3
14,65 cm+14,64 cm+14,64 cm
𝑥= 3
43,93 cm
𝑥=
3
𝑥 = 14,64 cm
14,65 cm−14,64 cm
∆𝑥 = 2
0,01
= 2
= 0,005
X = 𝑥 ± ∆𝑥
X = 14,64 ± 0,005
- Diameter
x1 = 2,5 cm
x2 = 2,5 cm
x3 = 2,5 cm
x1 + x2 + x3
𝑥= 3
2,5 cm+2,5 cm+2,5 cm
𝑥= 3
7,5 cm
𝑥= 3
𝑥 = 2,5 cm
2,5 cm−2,5 cm
∆𝑥 = 2
0
=2
=0
X = 𝑥 ± ∆𝑥
X = 2,5 ± 0
- Tinggi
x1 = 3,6 cm
x2 = 3,5 cm
x3 = 3,6 cm
x1 + x2 + x3
𝑥= 3
3,6 cm+3,5 cm+3,6 cm
𝑥= 3
10,7 cm
𝑥= 3
𝑥 = 3,56 cm
3,6 cm−3,5 cm
∆𝑥 = 2
0,1
= 2
= 0,05
X = 𝑥 ± ∆𝑥
X = 3,56 ± 0,05
- Diameter
x1 = 2,3 cm
x2 = 2,3 cm
x3 = 2,3 cm
x1 + x2 + x3
𝑥= 3
2,3 cm+2,3 cm+2,3 cm
𝑥= 3
6,9 cm
𝑥= 3
𝑥 = 2,3 cm
2,3 cm−2,3 cm
∆𝑥 = 2
0
=2
=0
X = 𝑥 ± ∆𝑥
X = 2,3 ± 0
- Tinggi
x1 = 2,6 cm
x2 = 2,6 cm
x3 = 2,6 cm
x1 + x2 + x3
𝑥= 3
2,6 cm+2,6 cm+2,6 cm
𝑥= 3
7,8 cm
𝑥= 3
𝑥 = 2,6 cm
2,6 cm−2,6 cm
∆𝑥 = 2
0
=2
=0
X = 𝑥 ± ∆𝑥
X = 2,6 ± 0
- Diameter
x1 = 1,8 cm
x2 = 1,8 cm
x3 = 1,8 cm
x1 + x2 + x3
𝑥= 3
1,8 cm+1,8 cm+1,8 cm
𝑥= 3
5,4 cm
𝑥= 3
𝑥 = 1,8 cm
1,8 cm−1,8 cm
∆𝑥 = 2
0
=
2
=0
X = 𝑥 ± ∆𝑥
X = 1,8 ± 0
- Tinggi
x1 = 1,35 cm
x2 = 1,35 cm
x3 = 1,35 cm
x1 + x2 + x3
𝑥= 3
1,35 cm+1,35 cm+1,35 cm
𝑥= 3
4,05 cm
𝑥= 3
𝑥 = 1,35 cm
1,35 cm−1,35 cm
∆𝑥 = 2
0
= 2 cm
= 0 cm
X = 𝑥 ± ∆𝑥
X = 1,35 ± 0
- Diameter
x1 = 1,3 cm
x2 = 1,2 cm
x3 = 1,3 cm
x1 + x2 + x3
𝑥= 3
1,3 cm+1,2 cm+1,3 cm
𝑥= 3
3,8 cm
𝑥= 3
𝑥 = 1,26 cm
1,3 cm−1,2 cm
∆𝑥 = 2
0,1
= 2
= 0,05
X = 𝑥 ± ∆𝑥
X = 1,26 ± 0,05
PENGGARIS
- Pipa paralon
Diameter = 4,3
r = 2,15
t = 4,4
V = π r2 t
22
= (2,15)2 4,4
7
= 63,92 cm3
- Silinder Besi
Diameter = 2,5
r = 1,25
t = 14,6
V = π r2 t
22
= (1,25)2 14,6
7
= 71,69 cm3
JANGKA SORONG
- Pipa paralon
Diameter = 4,3
r = 2,15
t = 4,4
V = π r2 t
22
= (2,15)2 4,4
7
= 63,92 cm3
- Silinder Besi
Diameter = 2,5
r = 1,25
t = 14,6
V = π r2 t
22
= (1,25)2 14,6
7
= 71,69 cm3
Ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam kegiatan pengukuran, pertama
masalah ketelitian (presisi) dan kedua masalah ketepatan (akurasi). Presisi
menyatakan derajat kepastian hasil suatu pengukuran, sedangkan akurasi
menunjukkan seberapa tepat hasil pengukuran mendekati nilai yang
sebenarnya. Presisi bergantung pada alat yang digunakan untuk melakukan
pengukuran. Umumnya, semakin kecil pembagian skala suatu alat semakin presisi
hasil pengukuran alat tersebut.
Alat yang dapat digunakan dalam praktikum ini adalah alat ukur jangka sorong
dan penggaris. Jangka sorong adalah salah satu alat ukur yang digunakan di
laboratorium dan di bengkel, dapat digunakan untuk mengukur dalam satuan
millimeter (mm) ataupun inci (in). Jangka sorong umumnya terdiri dari batang
pengukur yang terbuat dari baja antikarat yang dikeraskan, mempunyai rahang ukur
tetap pada salah satu ujungnya dan bagian yang bergerak yang mempunyai rahang
ukur dan skala nonius. Skala nonius digerakkan dalam satu bagian (unit) sepanjang
batang sampai kedua rahangnya bertemu benda kerja yang diukur. Umumnya dua
macam skala dibuat dalam batang, satu dalam millimeter (mm) dan satunya lagi
dalam inci (in). Bagian yang bergerak juga mempunyai dua macam skala nonius yaitu
dalam millimeter (mm) dan inci (in) mengikuti skala dari batang. Skala nonius adalah
skala yang kedua, pembagian garisnya lebih pendek dari pembagian garis pada skala
utama. Perbedaan dari kedua skala ini adalah untuk memungkinkan mengukur benda
dengan teliti lagi. Penggaris merupakan alat ukur yang sering kita gunakan. Penggaris
pada umumnya terbuat dari dua bahan yaitu plastik dan baja antikarat yang biasa
digunakan pada bengkel. Penggaris sendiri hanya berfungsi untuk mengukur panjang
atau lebar benda datar atau rata dengan ketelitian 1mm dan untuk membuat garis
lurus. Dengan ketelitian tersebut, penggaris kurang efektif untuk mengukur ketebalan
benda ataupun diameter benda bulat seperti bola ataupun pipa. Penggaris umumnya
memiliki skala millimeter(mm) dan inci (in).
Setelah kami melakukan percobaan dan telah mendapatkan data-data, maka dapat
dianalisa bahwa, kemampuan suatu alat ukur untuk mengukur dapat dilihat dari NST
(Nilai Skala Terkecil)-nya. Selain dari NST (Nilai Skala Terkecil), ada skala lain
yang dapat membantu ketelitian suatu alat ukur yang disebut skala nonius. Umumnya
terdapat suatu pembagian sejumlah skala utama dengan sejumlah skala nonius yang
akan menyebabkan garis skala titik nol dan titik maksimum skala nonius berhimpit
dengan skala utama.
Saat percobaan, salah satu alat ukur yang menggunakan skala nonius adalah
jangka sorong. Jangka sorong memiliki ketelitian 0,05mm. Sehingga jangka sorong
sangat tinggi tingkat akurasinya bila digunakan untuk mengukur benda-benda yang
kecil bahkan sulit untuk diukur dengan penggaris. Jangka sorong juga sangat efektif
karena dapat digunakan untuk mengukur panjang, tebal, diameter, dan kedalaman
benda. Berbeda dengan penggaris yang memiliki NST (Nilai Skala Terkecil) 1mm.
Penggaris kurang efektif dibandingkan dengan jangka sorong. Selain itu, penggaris
juga kurang akurat dibandingkan dengan jangka sorong karena hanya memiliki skala
utama tanpa skala nonius. Jadi penggaris hanya bisa digunakan pada pengukuran
panjang atau lebar suatu benda.
3. Perhatikan nonius pada jangka sorong dan micrometer sekrup. Tentukan NSTt
alat ukur tersebut tanpa dan dengan nonius!
Jawab:
- Jangka sorong memiliki NST sebesar 0,05mm dan NSTt-nya sebesar 0,1mm
- Mikrometer sekrup memiliki NST sebesar 0,01mm dan NSTt –nya sebesar
0,5mm
Pertanyaan
1. Ketidakpastian yang termasuk kedalam ketidakpastian bersistem adalah kesalahan
kalibrasi, kesalahan titik nol, kesalahan pegas, gesekan dan kesalahan paralaks.
Bagaimana menurut anda cara mengatasi ketidakpastian jenis ini?
Jawab:
Cara mengatasi ketidakpastian jenis ini yaitu dengan mengkalibrasi ulang
instrumen terhadap instrumen standar. Kesalahan tersebut juga dapat diatasi
dengan melakukan koreksi pada hasil pengukuran.
3. Jika suatu alat ukur memiliki pembagian 9 skala utama = 10 skala nonius,
gambarkan posisi nonius yang menghasilkan pembacaan 36,21
1
∆𝑥 → 𝑁𝑆𝑇 = 2 . ∆𝑥
2
= 2 . 0,05 cm
= 0,1 cm
5. Hitunglah 𝐴 ± ∆𝐴, kalau nilai A berturut-turut adalah 10,1; 10,2; 10,0; 10,0; 9,8;
10,1; 9,8; 10,3; 9,7; dan 10,0. Beri interpretasi yang tepat atas hasilnya!
(10,1+10,2+10,0+10,0+9,8+10,1+9,8+10,3+9,7+10,0)
Jawab: 10
= 10
𝑋𝑚𝑎𝑥−𝑋𝑚𝑖𝑛
∆𝑥 = 2
10,3−9,7
= 2
= 0,3
Hasil pengukuran 𝐴 ± ∆𝑥 = 10 + 0,3
IX. Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Penggaris plastik digunakan untuk mengukur panjang dan lebar suatu benda, nilai
skala terkecilnya adalah 0,1cm, tidak memiliki skala nonius dan tidak akurat untuk
benda yang kurang datar.
2. Jangka sorong digunakan untuk mengukur ketebalan, diameter dalam, dan diameter
luar benda, nilai skala terkecilnya adalah 0,1cm, nilai skala noniusnya adalah
0,05mm, tingkat akurasinya tinggi.
3. Penggunaan alat ukur dapat disesuaikan dengan bentuk benda yang akan diukur dan
batas ketelitian dari alat ukur.
4. Sumber utama penyebab ketidakpastian sistemik adalah ketidakpastian alat,
kesalahan kalibrasi, kesalahan titik nol, fluktuasi parameter pengukuran, dan
lingkungan yang saling mempengaruhi serta keterampilan pengamat.
Konversi
SATUAN PANJANG:
* 1 yards = 0,9144 meter = 36 inches
* 1 inch = 2,54 centimeters
* 1 foot (feet) = 30,48 centimeters = 12 inches
* 1 mile = 1,609 kilometers = 5280 feet = 1760 yard
SATUAN BERAT:
* 1 kilogram = 2,2046 pounds (lbs) = 35,2739 ounces (oz)
* 1 pounds = 453,59 grams
* 1 ounce = 28,350 grams
SATUAN VOLUME:
* 1 liter = 0,2642 US gallons = 0,2200 imperial gallons = 33,824 fluid ounces
* 1 cubic feet = 28,3168 liters = 7,4827 US gallon = 6,2309 imperial gallon
* 1 barrel of oil = 158,9873 liter = 42.0123 US gallons = 5,6146 cubic feet
* 1 imperial gallon = 4,544 liters = 8 pints = 4 quarts
* 1 US gallon = 3,7843 liter = 7,9976 pints = 15,995 cups
* 1 liter = 1,761 pints = 0,881 quarts
SATUAN TEKANAN:
* 1 bar = 1,0197 Kg/Cm = 0,689 pounds per inch = 14,5 pounds per square inch (psi)
* 1 bar = 100 kilopascals = 0,9869 atmospheres (atm)
* 1 atmospheres = 1.01325 bar
* 1 psi = 0,0690 bar = 0,0703 Kg/Cm2 (3000 psi = 206,89 bar)
SATUAN KECEPATAN:
* 1 kph (kilometer per hour) = 0,6213 mph (mil per hour) = 0,5399 knot
* 1 knot = 1,852 kph = 1,151 mph
* 1 kph = 0,2778 meter per second = 0,911 feet per second
SATUAN TEMPERATUR
Celcius
Fahrenheit(ºF) Kelvin(K) Rankine(ºR) Reaumure(ºr)
(ºC)
Celcius (ºC) 1 33.8 274.15 493.47 0.8
Fahrenheit(ºF) -17.2222 1 255.927778 460.67 -13.777778
Kelvin(K) -272.15 -457.87 1 1.8 1.8
Rankine(ºR) -120.15 -184.27 153 1 -96.12
Reaumure(ºr) 344.25 651.65 617.4 1111.32 1
X. Daftar Pustaka
Braid, D.C., Experimentation: An Introduction to Measurement Theory and
Experiment Design, 1962.
http://fisikahappy.wordpress.com/2011/12/30/pengukuran/
http://lia-sipit.blogspot.com/2013/02/pengukuran-mekanik-dan-ketidakpastian.html
Gambar Alat
Bola Besi
LAPORAN TETAP FISIKA TERAPAN
PENGUKURAN DAN KETIDAKPASTIAN
D
I
S
U
S
U
N
OLEH:
Kelompok 1 EGA