Oleh:
Dr. Restu Widiatmono, S.Si., M.Si.
Drs. Juli Astono, M.Si.
Bayu Setiaji, S.Pd., M.Pd.
Irvany Nurita Pebriana, S.Pd., M.Pd.
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
berkah dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan panduan bagi
kegiatan praktikum yang melekat pada mata kuliah Mekanika. Matakuliah Mekaika
memiliki bobot total 4 sks yang terdiri atas kegiatan teori 3 sks dan praktikum 1 sks.
Petunjuk praktikum ini diharapkan dapat dimanfaatkan mahasiswa Jurusan Pendidikan
Fisika (Program Studi Fisika dan Pendidikan Fisika), sebagai panduan yang harus
dilakukan untuk melakukan praktikum atau eksperimen pada mata kuliah Mekanika.
Panduan praktikum Mekanika ini berisi pengantar pengukuran fisika dan teori
ketidakpastian pengukuran yang dapat membekali mahasiswa untuk dapat melakukan
pengukuran serta menentukan dan menuliskan hasil ukur dengan benar, serta
beberapa topik percobaan pada mekanika yang dapat dijadikan acuan kegiatan
eksperimen pada kuliah mekanika klasik. Pada praktikum ini mahasiswa akan
memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang akan dapat memperdalam
pemahaman pada pokok bahasan mekanika yang dikaji. Mahasiswa juga memperoleh
pengetahuan dan keterampilan pengukuran, penggunaan alat ukur, dan metode
eksperimen.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Bapak Dekan FMIPA UNY dan Ketua Jurusan Pendidikan Fisika UNY yang telah
memberi kesempatan untuk menyusun petunjuk praktikum ini.
2. Saudara Ahmad Nashrullah, S.T. teknisi Laboratorium Fisika Dasar Jurdik Fisika
FMIPA UNY, yang telah membantu dalam pengembangan mata praktikum dan
penulisan petunjuk praktikum ini.
3. Teman-teman sejawad yang telah mendukung penulisan petunjuk praktikum ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan petunjuk praktikum ini masih banyak
kekurangannya. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari semua
pihak untuk perbaikan petunjuk praktikum ini di masa mendatang.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
JUDUL
KATA PENGANTAR .................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................................. iii
KETIDAKPASTIAN PADA PENGUKURAN ................................................................. 1
PERCOBAAN 1 (P1) GERAK LURUS ...................................................................... 8
PERCOBAAN 2 (P2) KOEFISIEN GESEKAN .......................................................... 11
PERCOBAAN 3 (P3) KONSTANTA PEGAS ............................................................ 13
PERCOBAAN 4 (P4) GERAK PARABOLA (Tracker) ................................................ 18
PERCOBAAN 5 (P5) GERAK ROTASI (Tracker) ...................................................... 20
PERCOBAAN 6 (P6) KOEFISIEN RESTITUSI TUMBUKAN (Tracker) ..................... 22
PERCOBAAN 7 (P7) PENGUKURAN TINGGI BENDA (Phyphox)............................ 24
PERCOBAAN 8 (P8) KEKEKALAN ENERGI MEKANIK (Tracker) ............................ 26
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 28
iii
KETIDAKPASTIAN PADA PENGUKURAN
I. PENDAHULUAN
Pengamatan alam atau sistem fisis dilakukan dengan menentukan besaran fisis
tertentu. Penentuan besaran fisis ini diwujudkan dengan melakukan pengukuran.
Pengukuran adalah membandingkan besaran fisis yang diamati terhadap standar atau
acuan sehinggga dihasilkan suatu nilai yang menyatakan besarnya dan didampingi satuan
yang menyatakan besaran fisisnya. Pengukuran suatu besaran fisis tidak dapat dinyatakan
dengan pasti karena selalu terdapat keterbatasan ketelitian pengukuran. Keterbatasan
ketelitian ini dapat bersumber dari keterbatasan skala alat, keterbatasan kemampuan
pengamatan, paralaks dalam pengukuran, kondisi lingkungan pengukuran, dll.
Setiap alat ukur memiliki skala dalam berbagai macam bentuk, tetapi setiap skala
mempunyai batasan yaitu sklala terkecil yang dapat dibaca. Sebagai contoh alat ukur
panjang. Penggaris plastik biasa digoreskan dengan garis-garis berjarak 1 mm, maka nilai
skala terkecilnya 1 mm. Sebuah jangka sorong adalah alat ukur panjang yang dibantu
dengan nonius yang memungkinkan kita membaca hingga 0,1 atau 0,05mm. Jadi skala
terkecilnya 0,1 atau 0,05 mm. Mikrometer sekrup mempunyai alat bantu yang
memungkinkan kita membaca hingga 0,01 mm, maka nilai skala terkecilnya 0,01 mm.
Meskipun jarak antar goresan dapat dibuat sampai 0,001 mm atau lebih kecil, tanpa alat
bantu kita tidak dapat membacanya (ini disebabkan keterbatasan pada mata kita yang
disebut daya pisahnya). Sebagai contoh pengukuran panjang sebuah balok kecil. Jika anda
menggunakan penggaris plastik biasa tentulah anda tidak dapat dengan pasti mengatakan
bahwa panjangnya misalnya 2,63 cm karena sekala terkecil pada penggaris tersebut hanya
dalam mm. Jadi angka 3 dalam hasil di atas hanya suatu perkiraan saja, ada ketidakpastian
pada angka 3 tersebut. Lain halnya jika anda menggunakan alat lain misalnya jangka sorong
yang mampu menunjukkan sampai 0,005 cm atau mikrometer sekrup yang dapat dibaca
sampai 0,001 cm.
Ketidakpastian dalam pengukuran tidak hanya ditimbulkan oleh keterbatasan skala
yang dapat dibaca pada alat, tetapi banyak sumber lain misalnya bahan penggaris yang
mudah mengembang dan menyusut dengan perubahan suhu atau cara si pengamat
menggunakan alat atau membaca skala yang tidak baik dsb. Sumber ketidakpastian yang
1
tidak boleh dianggap ringan adalah keterbatasan pada pengamat, diantaranya kekurang
terampilan menggunakan alat, lebih-lebih alat cangih yang melibatkan banyak komponen
yang harus diatur, atau kurang tajamnya mata membaca skala yang halus dsb. Jadi dapat
dikatakan bahwa hasil ukur selalu memiliki ketidakpastian. Hasil pengukuran dilaporkan
atau dituliskan sebagai x x. x adalah nilai perkiraan terbaik hasil pengukuran dan x
adalah nilai perkiraan ketidakpastian pengukuran.
B. KETIDAKPASTIAN ACAK
Ketidakpastian acak ketidakpastian yang muncul dari serentetan pengukuran yang
dilakukan dengan cara yang sama tetapi menghasilkan nilai yang berbeda. contoh
2
ketidakpastian ini ditimbulkan oleh kondisi lingkungan yang tidak menentu yang
menggangu kerja alat ukur, misalnya gerak Brown molekul udara, fluktuasi tegangan
listrik dan derau (noise) elektronik yang bersifat acak dan sukar dikendalikan.
Ketidakpastian acak bersumber dari berbagai kesalahan maka ketidakpastian jenis ini
tidak dapat dihilangkan tetapi dapat diperkecil dengan melacak sumber ketidakpastian
dan mengulang-ulang pengukuran.
3
nilai skala terkecil (nst) dari alat ukur yang digunakan dan kondisi sistem fisis yang dikaji.
1
Pada umumnya nilai nst dapat digunakan sebagai nilai ketidakpastian sesuai dengan
2
kemampuan mata dalam membaca skala karena secara empiris dianggap cukup memadai,
TETAPI TIDAK SELALU. Penentuan hasil ukur pada pengukuran tunggal hendaknya mengacu
pada hal-hal berikut:
• Umumnya skala terkecil alat menjadi acuan tingkat kepastian terkecil yang dapat
dicapai
• Secara umum nilai ½ skala terkecil memang cukup memadai untuk ditetapkan sebagai
nilai ralat, TETAPI TIDAK SELALU oleh karena itu sikap yang baik adalah berusaha
menetapkan hasil ukur dengan mengamati pengukuran secara baik dan
menentukannya dengan rasional.
• Skala terkecil yang menjadi acuan adalah skala dimana penunjuk alat ukur berada
• Terkadang terdapat kasus dimana penunjuk pada alat ukur tidak terlalu jelas (misal
cukup tebal), sehingga ketakpastian pengukuran tidak dapat mengacu pada skala
terkecil alat
nilai rata-rata X = xi = x
1 + x 2 +...+ x N
N N
4
• Untuk menyatakan suatu tingkat kepercayaan kita pada nilai x tsb digunakan suatu
besaran berikut sebagai ketidakpastian x : yaitu yang disebut deviasi standar
(simpangan baku) nilai rata-rata sampel tsb :
x =
(x i − x)2
N −1
x = (0,33 0,03) cm
= (0,033 0,003) dm
= (0,0033 0,0003) m
Dalam laporan ilmiah diutamakan menggunakan satu angka didepan koma sbb:
x = (3,3 0,3) x 10-1 cm
= (3,3 0,3) x 10-2 dm
= (3,3 0,3) x 10-3 m
Jumlah angka yang berarti yang digunakan dapat pula dilihat dari ketidakpastian relatif yang
akan dibicarakan dibawah ini.
Aturan praktis yang digunakan adalah sbb:
x
Banyaknya angka berarti = 1 - log
x
x
Untuk sekitar 10% digunakan 2 angka berarti
x
sekitar 1% digunakan 3 angka berarti
sekitar 0,1% digunakan 4 angka berarti
Semakin banyak angka berarti menunjukkan prosentasi ketidakpastian yang kecil berarti
semakin tepat hasil pengukuran.
5
digunakan untuk menilai MUTU HASIL PENGUKURAN. Misalnya sebuah batang A yang
panjangnya sekitar 1 m bila diukur dengan penggaris biasa dapat memberikan hasil sbb:
lA = (1,0000 0,0005) m
Bila alat yang sama digunakan untuk mengukur batang B yang panjangnya sekitar 10 cm
hasilnya sbb:
lB = (1,00 0,05) m
Dalam kedua hasil pengukuran ini ketidakpastiannya sama yaitu l = 0,05 cm = 0,0005 m
tetapi jelas bahwa mutu hasil pengukuran lA lebih baik dari lB.
Untuk dapat memberikan informasi langsung mengenai MUTU PENGUKURAN yang
x
disebut juga KETELITIAN PENGUKURAN digunakan KETIDAK PASTIAN RELATIF =
x
Dapat pula dinyatakan dalam persentase bila dikalikan 100. Ketidakpastian relatif
untuk contoh diatas :
l A 5
= = 0,55%
lA 100
l B 5
= = 5%
lB 10
Semakin kecil kpt relatif semakin tinggi ketelitian (mutu) pengukuran.
z 2 z 2
z = ( ) (x) + ( ) (y ) + ...
2 2
x y
6
Persamaan di atas berlaku jika pada seluruh variabel dalam fungsi z = f (x,y,…) di atas
bersifat tak gayut dan seluruh ketakpastiannya bersifat acak. Jika variabel x,y,… ada yang
saling gayut dan/atau dicurigai ada memiliki ketidakpasian yang bersifat sistematis maka
nilai ketidakpastian z atau z diperoleh dengan menggunakan persamaan non kuadratis
sebagai berikut
z z
z = x + y + ...
x y
7
PERCOBAAN 1
GERAK LURUS
I. Tujuan Percobaan
Setelah melakukan percobaan ini, mahasiswa diharapkan dapat :
1. Menunjukkan gerak lurus beraturan
2. Mengukur kecepatan gerak benda GLB
3. Menunjukkan gerak lurus berubah beraturan
4. Mengukur percepatan gerak benda pada GLBB
Δx
θ = sudut kemiringan
Δt
θ
t
Pada gerak lurus berubah beraturan dapat ditunjukkan pada gerak jatuh suatu benda dari
ketinggian tertentu. Pada gerak ini kecepatan setiap saat selalu berubah, atau dapat
dikatakan benda tersebut mempunyai percepatan
v
a= (2)
t
Hubungan antara kecepatan, percepatan dan perpindahan dapat dirumuskan sebagai
vt2 = v02 + 2ax (3)
Grafik hubungan antara perpindahan dengan perubahan waktu dikuadratkan adalah
sebagai berikut
8
x
Δx
θ = sudut kemiringan
Δt
θ
t2
IV. Langkah Percobaan
1. Persiapan
a. Pahami dulu untuk pengenalan fungsi elektronic counter. Dalam hal ini terdapat tiga
jenis mode fungsi, yaitu : A ; A + B ; A + B + C. Untuk menentukan selang waktu yang
ditempuh, pada percobaan ini pilih mode A + B, karena A berarti sinyal input dan B
untuk sinyal output.
b. Tentukan posisi input A dan sensor output B yang akan digunakan untuk mencatat
selang waktu yang diperlukan oleh perpindahan Δx.
A B x
y
Gerak lurus beraturan (glb)
2. Pengukuran
a. Gerak lurus beraturan (GLB), susunlah alat seperti gambar di atas. Dalam hal ini
jarak x lebih panjang dari y, sehingga setelah benda melewati sensor input A tidak
ada lagi gaya yang bekerja (gaya yang menarik) sehingga benda akan bergerak lurus
beraturan. Ukurlah selang waktu Δt setiap perubahan jarak AB. Dari data tersebut
buatlah grafik Δx terhadap Δt, serta hitung kemiringannya sebagai kecepatan gerak
benda.
x
v=
t
9
b. Gerak lurus berubah beraturan(GLBB).
Susun alat seperti gambar di bawah ini.
A B
1
Pada percobaan ini gunakan persamaan x = at 2 , dengan mengukur selang
2
waktu Δt untuk setiap perubahan jarak AB, dan buatlah grafik Δx terhadap Δt2.
Sehingga dari kemiringan grafik dapat ditentukan besar percepatan benda.
V. Tugas / Pertanyaan
1. Buat grafik antara perpindahan dengan selang waktu untuk gerak lurus beraturan.
2. Tentukan kecepatan awal benda pada gerak lurus beraturan pada setiap beban yang
anda pilih.
3. Buatlah grafik perpindahan dengan kuadrat selang waktu pada gerak lurus berubah
beraturan.
4. Tentukan besar percepatan pada gerak lurus berubah beraturan.
10
PERCOBAAN 2
KOEFISIEN GESEKAN
I. Tujuan
Setelah melakukan percobaan ini, mahasiswa diharapkan dapat :
1. Menentukan besar koefisien gesekan statis.
2. Menentukan besar koefisien gesekan kinetis.
tarik ke atas
fs
11
Sebuah balok di atas bidang miring pada saat mulai akan bergerak dan membentuk sudut
θ, akan berlaku persamaan
f s = mg sin dan N = mg cos N
f s = s N
w sin θ fs
mg sin = s mg cos
w cos θ
sin
s = = tan (3)
cos w
2. Gesekan Statik
Cara 1
1) Timbang balok kayu atau papan kayu tebal.
2) Letakkan balok kayu di atas bidang datar dan kaitkan neraca pegas dengan balok.
3) Tarik neraca pegas pelan sampai balok mulai akan bergerak dan catat besarnya
gaya yang ditunjukkan pada neraca pegas.
4) Ulangi percobaan dengan cara menambah beban di atas balok kayu.
Cara 2
1) Letakkan balok kayu di atas bidang miring dalam keadaan mendatar.
2) Angkat ke atas ujung bebas bidang datar sampai balok mulai bergerak, dan sudut
bidang.
3) Ulangi percobaan sampai beberapa kali.
4) Ulangi lagi dengan menambah beban di atas balok kayu.
V. Tugas / Pertanyaan
1. Hitung besar koefisien gesekan kinetik dan sattik.
2. Buat kesimpulan dari hasil percobaan yang diperoleh
12
PERCOBAAN 3
KONSTANTA PEGAS
(k)
I. Tujuan
Setelah melakukan percobaan ini, mahasiswa diharapkan dapat :
1. Memahami pengertian hukum Hooke
2. Mengukur konstanta pegas
YA
F= L (1)
L0
13
YA
dinyatakan sebagai kontanta tunggal k dan renggangan ΔL dinyatakan dengan x,
L0
maka
F=kx (2)
Persamaan (2) ini menyatakan bahwa bertambah panjangnya sebuah benda yang
terenggang berbanding lurus dengan besar gaya yang menariknya. Pernyataan ini
merupakan Hukum Hooke.
Apabila pegas (per) yang berbentuk sulur direnggang, perubahan bentuk kawat pegas
tersebut merupakan gabungan antara tarikan, lenturan dan puntiran, tetapi pertambahan
panjang pegas secara keseluruhan berbanding lurus dengan gaya yang menariknya.
Artinya persamaan (2) tetap berlaku dengan konstanta perbandingan k bukan merupakan
fungsi dari modulus kelentingan.
Konstanta k disebut dengan konstanta gaya pegas atau koefisien kekakuan pegas.
Satuan k adalah newton/meter ; dyne/cm ; lb/ft
F = - kx (3)
dalam hal ini tanda minus ( - ) menyatakan bahwa arah gaya dengan arah simpangan ( x )
berlawanan arah.
F = - kx
Gambar 1. Pegas
14
Gambar 1 melukiskan sebuah benda yang digantungkan pada pegas, titik
kesetimbangan di R, setelah diberi beban kedua (yang lebih besar) pegas bertambah
panjang sejauh RP, atau sejauh x posisi kesetimbangannya. Resultante gaya yang bekerja
pada benda tersebut (pada R) hanya gaya lenting pemulihan F = - kx.
Bersarkan hukum Newton : F = mg, maka :
15
Menentukan tetapan pegas untuk susunan seri dan paralel
1. Susun dua pegas secara seri seperti Gambar 3(a). Catat posisi ujung pegas mula-mula
y0
2. Kemudian gantungkan tempat beban dan anak timbangan, maka ujung pegas akan
menunjuk ke angka skala y1. Catat angka skala ini. Pertambahan panjang tesebut adalah
Δy = y1 – y0
3. Tambahkan beban dan catat angka skala yang ditunjuk oleh ujung pegas
4. Ulangi untuk susunan pegas seperti pada Gambar 3(b).
(a) (b)
V. Tugas
1. Untuk langkah A, buatlah grafik antara panjang pegas sebagai fungsi massa beban.
Kemudian dari kemiringan grafik, hitunglah konstanta pegas untuk kedua pegas yang
digunakan (akan diperoleh k1 dan k2).
2. Dengan cara yang sama, buatlah grafik panjang pegas sebagai fungsi dari massa beban
untuk langkah B, dan dari kemiringannya tentukanlah konstanta “pegas”nya. Di sini
yang dimaksud pegas adalah susunan dua pegas sera seri atau secara parallel. Jika
sudah diperoleh konstanta “pegas” untuk susunan seri (ks) dan parlel (kp), cek, apakah
sesuai dengan rumusan:
𝑘 .𝑘
k 𝑠 = 𝑘 1+𝑘2 ; 𝑘𝑝 = 𝑘1 + 𝑘2
1 2
16
VI. Tabel Pengamatan
Pegas I
X0 = .......cm
Pegas II
X0 = .......cm
Susunan Seri
X0 = .......cm
Susunan Paralel
X0 = .......cm
Hasil Percobaan:
K1 = ........................... k2 = .............................
Ks = ........................... kp = .............................
17
PERCOBAAN 4
GERAK PARABOLA (Tracker)
I. Tujuan
Setelah melakukan percobaan ini, mahasiswa dapat
1. Menganalisis kecepatan benda arah vertikal pada gerak parabola.
2. Menganalisis kecepatan benda arah horizontal pada gerak parabola.
3. Menganalisis jarak terjauh dan waktu yang ditempuh benda pada gerak parabola.
4. Menganalisis titik tertinggi pada gerak parabola.
II. Dasar Teori
Gerak Parabola (Gerak Peluru) merupakan gabungan antara Gerak Lurus Beraturan pada
arah horisontal dan Gerak Lurus Berubah Beraturan pada arah vertikal. Kedua komponen
ini tidak saling mempengaruhi. Gerak Parabola adalah gerak dimana suatu benda diberi
kecepatan awal dan berjalan sejauh lintasan yang dipengaruhi gaya gravitasi bumi
(lintasannya berbentuk parabola). Gerak Parabola selalu mempunyai sumbu x dan y,
dimana besar sumbu x selalu sama sedangkan besar di sumbu y berubah-ubah. Besar
sumbu y saat berada di titik tertinggi besarnya adalah 0. Pada gerak parabola, selalu ada
x terjauh (jarak terjauh) dan y max tinggi maksimum).
𝑣0𝑥 = 𝑣0 cos 𝜃
𝑣0𝑦 = 𝑣0 sin 𝜃
Jika kita ambil arah ke kanan sejajar dengan sumbu x positif dan arah ke atas sejajar
dengan sumbu y positif maka komponen kecepatan gerak peluru dalam arah sumbu x
(horisontal) dan sumbu y (vertikal) adalah
𝑣𝑥 = 𝑣0 cos 𝜃
𝑣𝑦 = 𝑣0 sin 𝜃 − 𝑔𝑡
18
III. Alat
1. Software Tracker
2. Bola
3. Mistar
4. Smartphone/Kamera
5. Laptop dengan aplikasi Tracker
6. Busur derajat
VI. Metode Percobaan
1. Tandai dinding sebagai latar belakang (background) dengan lakban hitam
sepanjang 0,5 m sebagai batas (calibration stick).
2. Siapkan Kamera HP kemudian lemparkan bola hingga membentuk lintasan
parabola dan rekam gerakan bola
3. Ulangi cara kerja no.2 sampai dihasilkan rekaman vidio yang paling bagus
4. Download Video dari HP ke Laptop/komputer.
5. Analisis dengan menggunakan Tracker untuk mendapatkan:
a. Grafik 𝑣𝑥 beserta persamaan matematisnya
b. Grafik 𝑣𝑦 beserta persamaan matematisnya
c. Jarak terjauh yang ditempuh bola
d. Titik tertinggi bola
e. Waktu yang diperlukan bola untuk mencapai jarak terjauh
6. Bandingkan hasil analisis Tracker (5a-5e) dengan analisis manual!
No. t x y 𝑣𝑥 𝑣𝑦
1
2
3
4
dst
19
PERCOBAAN 5
GERAK ROTASI (Tracker)
I. Tujuan
Setelah melakukan percobaan ini, mahasiswa dapat
1. Mahasiswa dapat membuat grafik hubungan antara jarak terhadap waktu benda
menggelinding pada bidang miring,
2. Mahasiswa dapat membuat grafik hubungan antara kelajuan terhadap waktu benda
menggelinding pada bidang miring,
3. Mahasiswa membuat grafik antara besar percepatan terhadap waktu benda
menggelinding pada bidang miring,
4. Mahasiswa menghitung besar momen inersia benda yang menggelinding pada
bidang miring.
II. Dasar Teori
Percobaan ini adalah percobaan gerak rotasi pada bidang miring. Benda yang memiliki
sumbu putar akan bergerak menggelinding (bukan tergelincir) pada bidang miring.
Percobaan dilakukan dengan menggunakan bantuan aplikasi tracker untuk memudahkan
pengamatan gerak benda. Uraikan elemen gerak benda yang berotasi pada bidang miring
dan tuliskan persamaan geraknya pada laporan anda!
III. Alat dan Bahan
1. Benda silinder berbagai diameter (misal gunakan pralon),
2. Bidang miring dengan berbagai sudut kemiringan ,
3. Smartphone,
4. Aplikasi tracker.
IV. Metode Percobaan
Variabel percobaan
1. Variabel bebas: Sudut kemiringan bidang miring.
2. Variabel terikat: Jarak tempuh, Laju tempuh, dan Waktu tempuh.
3. Variabel kontrol : Diameter silinder.
V. Desain Percobaan
20
VI. Langkah-langkah Percobaan
1. Tuliskan kajian teorinya secara singkat.
2. Buatlah grafik antara jarak tempuh silinder menggelinding terhadap waktu tempuh
untuk berbagai sudut kemiringan.
3. Buatlah grafik antara kelajuan silinder menggelinding terhadap waktu tempuh untuk
berbagai sudut kemiringan,
4. Buatlah grafik antara besar percepatan silinder menggelinding terhadap waktu tempuh
untuk berbagai sudut kemiringan,
5. Hitung momen inersia silinder yang menggelinding pada bidang pada bidang miring.
21
PERCOBAAN 6
KOEFISIEN RESTITUSI TUMBUKAN (Tracker)
I. Tujuan
Setelah melakukan percobaan ini, mahasiswa dapat
1. Memahami konsep kekekalan energi pada peristiwa tumbukan.
2. Menentukan koefisien restitusi benda yang bertumbukan dengan lantai.
II. Dasar Teori
Koefisien lenting atau lebih dikenal sebagai koefisien restitusi (COR atau coefficient of
restitution), adalah suatu koefisien yang bernilai pecahan antara 0 dan 1 yang merupakan
rasio besarnya kecepatan relatif sesudah dengan sebelum tumbukan dua buah benda.
Percobaan ini menggunakan aplikasi Tracker untuk memudahkan pengamatan kecepatan
benda yang bertumbukan dengan lantai. Kecepatan yang diamati adalah kecepatan
sebelum dan sesudah peristiwa tumbukan. Gambarkan skema tumbukan yang terjadi dan
tuliskan persamaan kekekalan energi pada peristiwa tumbukan tersebut pada laporan
anda! Nyatakan nilai koefisien resitusi diperoleh darimana.
III. Alat dan Bahan
1. Berbagai jenis benda dengan tingkat kelentingan yang berbeda,
2. Mistar,
3. Smartphone,
4. Aplikasi tracker.
IV. Metode Percobaan
Variabel percobaan
1. Variabel bebas: Ketinggian saat benda dijatuhkan, Laju benda sebelum mengenai
lantai.
2. Variabel terikat: Laju benda setelah mengenai lantai.
3. Variabel kontrol: Jenis bola dengan kelentingan berbeda.
V. Desain Percobaan
Jenis Benda
Ketinggian
Benda 1 Benda 2 Benda 3 Benda 4 Benda 5
25 cm X; Y X; Y X; Y X; Y X; Y
50 cm X; Y X; Y X; Y X; Y X; Y
75 cm X; Y X; Y X; Y X; Y X; Y
100 cm X; Y X; Y X; Y X; Y X; Y
Ket : X adalah kelajuan bola/benda sebelum mengenai lantai, Y: kelajuan bola/benda
setelah tumbukan dengan lantai.
22
VI. Langkah-langkah Percobaan
1. Tuliskan kajian teorinya secara singkat.
2. Tentukan kecepatan benda sebelum mengenai lantai.
3. Tentukan kecepatan benda setelah mengenai lantai.
4. Ulangi percobaan beberapa kali pada ketinggian yang sama.
5. Hitung koefisien restitusi benda.
23
PERCOBAAN 7
PENGUKURAN TINGGI BENDA (Phyphox)
I. Tujuan
Setelah melakukan percobaan ini, mahasiswa dapat
1. Memahami teknik pengukuran secara tidak langsung.
2. Menentukan tinggi obyek dengan metode Al Biruni.
II. Dasar Teori
Pada abad 11, Abu Rayhan Al-Biruni (973–1048) berhasil menghitung jari-jari Bumi dengan
cara mengukur penurunan horizon dari puncak sebuah gunung. Hal ini dilakukan dengan
terlebih dahulu mengukur tinggi sebuah gunung menggunakan azas geometri.
Untuk menghitung h tinggi dari suatu gunung dibutuhkan tiga pengukuran yaitu jarak d
antara dua titik yang ketinggiannya sama serta sejajar dengan gunung, serta dua sudut 1
dan 2 yang terbentuk antara dua titik tersebut dengan puncak gunung. Tentukan
rumusan untuk memperoleh nilai h dari hubungan berdasarkan gambar di atas. Tuliskan
rumusan ini dalam laporan anda! Di masa lalu Al-Biruni menggunakan alat khusus untuk
menentukan sudut pada gambar di atas. Saat ini, dapat digunakan sensor accelerometer
yang umum terdapat pada smartphone untuk hal ini dengan menggunakan bantuan
aplikasi Phyphox.
III. Alat dan Bahan
1. Obyek dengan ketinggian yang berbeda,
2. Mistar pita,
3. Smartphone,
4. Aplikasi Phyphox,
5. Statif.
IV. Metode Percobaan
Variabel percobaan
1. Variabel bebas: Jarak antara dua titik pengamatan (d).
2. Variabel terikat: Sudut pada titik pengamatan 1 dan 2 (1 dan 2).
3. Variabel kontrol: Obyek dengan berbagai ketinggian.
24
V. Desain Percobaan
Jenis Obyek
Jarak
Obyek 1 Obyek 2 Obyek 3 Obyek 4
d1 1 ; 2 1 ; 2 1 ; 2 1 ; 2
d2 1 ; 2 1 ; 2 1 ; 2 1 ; 2
d3 1 ; 2 1 ; 2 1 ; 2 1 ; 2
d4 1 ; 2 1 ; 2 1 ; 2 1 ; 2
25
PERCOBAAN 8
KEKEKALAN ENERGI MEKANIK (Tracker)
I. Tujuan
Setelah melakukan percobaan ini, mahasiswa diharapkan dapat :
1. Memahami konsep energi kinetik dan energi potensial.
2. Memahami konsep energi mekanik pada gaya non-konservatif.
3. Menentukan energi kinetik pada berbagai posisi pada ayunan bandul.
4. Menentukan energi potensial pada berbagai posisi pada ayunan bandul.
5. Menentukan energi mekanik pada berbagai posisi pada ayunan bandul.
II. Dasar Teori
Kekekalan energi mekanik menyatakan bahwa jumlahan energi kinetik dan energi
potensial selalu bernilai tetap sepanjang waktu.
1
𝑚𝑣 2 + 𝑚𝑔ℎ = konstan
2
Energi kinetik adalah energi yang dimiliki oleh sebuah benda karena gerakannya,
sedangkan energi potensial adalah energi yang dimiliki benda karena posisi benda.
Jika terdapat gaya non konservatif, misal gaya gesek, kekekalan energi mekanik menjadi
1
𝑚𝑣 2 + 𝑚𝑔ℎ + 𝐸𝑛𝑜𝑛 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑟𝑣𝑎𝑡𝑖𝑓 = konstan
2
Kekekalan energi mekanik dapat diamati pada ayunan bandul. Ayunan bandul akan
berubah posisi ketinggian dan kecepatannya yang menunjukkan hubungan kekekalan
energi mekanik.
26
IV. Metode Percobaan
Variabel percobaan:
1. Variabel bebas: Sudut awal ayunan bandul, Posisi bandul pada titik-titik tertentu dalam
pola ayunan.
2. Variabel terikat: Ketinggian dan kelajuan bandul pada posisi tertentu.
3. Variabel kontrol: Panjang tali.
V. Desain Percobaan
Posisi Panjang tali
Sudut
Bandul 25 cm 50 cm 75 cm 100 cm
10° Posisi 1 X; Y X; Y X; Y X; Y
Posisi 2 X; Y X; Y X; Y X; Y
Posisi 3 X; Y X; Y X; Y X; Y
20° Posisi 1 X; Y X; Y X; Y X; Y
Posisi 2 X; Y X; Y X; Y X; Y
Posisi 3 X; Y X; Y X; Y X; Y
45° Posisi 1 X; Y X; Y X; Y X; Y
Posisi 2 X; Y X; Y X; Y X; Y
Posisi 3 X; Y X; Y X; Y X; Y
60° Posisi 1 X; Y X; Y X; Y X; Y
Posisi 2 X; Y X; Y X; Y X; Y
Posisi 3 X; Y X; Y X; Y X; Y
X adalah tinggi bandul terhadap bidang acuan pada posisi tertentu, Y: kelajuan bandul
pada posisi tertentu.
VI. Langkah-langkah Percobaan
1. Pasang sistem bandul dengan panjang tali tertentu, misal 25 cm.
2. Simpangkan bandul pada sudut tertentu, misal 10°.
3. Lepas bandul dan biarkan mengalami ayunan selama beberapa saat.
4. Lakukan pengukuran ketinggian dan kelajuan bandul, dengan aplikasi Tracker, pada
posisi 1, 2, dan 3 yang ditentukan. Posisi 1 adalah saat bandul pada titik terendah, posisi
2 adalah saat bandul ada di antara titik terendah dan tertinggi, dan posisi 3 adalah saat
bandul pada posisi tertinggi.
5. Hitung energi kinetik, energi potensial, dan energi mekanik sistem beserta
ketakpastiannya.
6. Ulangi percobaan di atas untuk panjang tali dan sudut yang berbeda.
7. Analisis dan simpulkan kelakuan energi kinetik, energi potensial, dan kekekalan energi
mekanik pada berbagai posisi.
8. Analisis jika ada gaya non konservatif yang bekerja.
27
DAFTAR PUSTAKA
1. Bernard, Cicero H. dan Chirold D. Epp, Laboratory Experiments in College Physics, 5th
Revised edition, John Wiley & Sons Inc.. 1980.
2. David Halliday, Robert Resnick, Jearl Walker; Fundamentals of Physics Extended Edition;
2014; 10Th Edition; Wiley.
3. Grant R. Fowles and George L. Cassiday; Analytical Mechanics; 2005; 7Th Edition;
Thomson Brooks/Cole; USA.
4. Goldstein, S, 1957, Modern Developments in Fluid Dynamics, Oxford at the Clarendon
Press, London.
5. Hugh D. Young dan Roger A. Freedman; 2019, Sears & Zemansky’s University Physics
with Modern Physics; 15th edition; Pearson Publication Inc.; Boston.
6. Paul G. Hewitt; 2015; Conceptual Physics; 12th edition; Pearson Publication Inc.; Boston.
7. Wilson, J.D. dan Hernandez-Hall, C.A., Physics Laboratory Experiments, 8th Edition,
Cengage Learning, 2014.
28