Anda di halaman 1dari 32

PETUNJUK PRAKTIKUM

FISIKA DASAR

Disusun oleh :

Deassy Siska, S.Si, M.Sc


Badriana, ST M.Eng

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
LHOKSEUMAWE
2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan karuniaNya
sehingga Petunjuk Praktikum Fisika Dasar untuk mahasiswa jurusan Teknik Elektro ini dapat
diselesaikan/direvisi .
Petunjuk Praktikum ini secara khusus digunakan untuk Jurusan Teknik Elektro di Fakultas
Teknik Universitas Malikussaleh.
Materi yang disajikan dalam Praktikum Fisika Dasar ini meliputi :
Ketidakpastian dalam pengukuran, materi ini memberi dasar-dasar suatu pengukuran
besaran fisis beserta berbagai keterbatasan pengukuran dan berbagai teknik penentuan
ketidakpastian (error) suatu pengukuran.
Materi Mekanika : Gaya Gesek, Konstanta Gaya Pegas, Tegangan Permukaan Zat Cair
dan Kekentalan Zat Cair.
Materi Zat Cair : Hukum Archimedes

Di samping itu disajikan juga Tata Tertib di Laboratorium Teknik Elektro agar para
mahasiswa dapat bekerja dengan baik, tertib, lancar dan tidak merusakan alat.

Namun demikian Petunjuk Praktikum Fisika ini masih belum sempurna. Oleh karena itu,
saran dan kritik untuk kesempurnaan Petunjuk Praktikum Fisika ini sungguh kami harapkan

Lhokseumawe, Juni 2021


Penyusun

PANDUAN PRAKTIKUM FISIKA


ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... ………………...............……………............. i

KATA PENGANTAR……………………………………….................................... ii

DAFTAR ISI………………………………………………....................................... iii

TATA TERTIB PRAKTIKUM …………………………….................................... iv

1. Pendahuluan ……………………………………………...................................... v

2. Percobaan 1 : Jangka Sorong ……………………………...................................... 1

3. Percobaan 2 : Mikrometer Scrub…………………....................................... 5

4. Percobaan 3 : Gaya Gesek………………… …………..................................... 7

5. Percobaan 4 : Mesin Atwood…………………………........................................ 11

6. Percobaan 5 : Bandul………………… ………………........................................ 14

7 Percobaan 6 : Getaran Harmonis Pegas…………………......................................… 16

8. Percobaan 7 : Viskositas Zat Cair ………………………………………………….. 20

9. Percobaan 8 : Hukum Archimedes ………………………………………………… 22

PANDUAN PRAKTIKUM FISIKA


iii
TATA TERTIB PRAKTIKUM

1. Praktikan datang 10 menit sebelum praktikum dimulai


2. Praktikan harus telah lulus pre tes praktikum untuk mata praktikum yang akan dilakukan (menunjukkan kartu
praktikum)
3. Praktikan masuk laboratorium setelah diijinkan oleh petugas / asisten / pembimbing
4. Praktikan harus meletakkan tas / buku miliknya pada tempat yang telah disediakan (rak), perhiasan, uang atau
barang berharga lainnya harap dibawa / dirawat sendiri atau ditipkan pada petugas laboratorium. Kehilangan
barang di laboratorium bukan tanggung jawab petugas laboratorium.
5. Praktikan harus berpakaian rapi dan sopan, tidak dibenarkan menggunakan kaos tanpa krah (kaos oblong), sandal
dan topi.
6. Praktikan tidak dibenarkan makan, minum atau merokok dalam ruang praktikum.
7. Praktikan harus melakukan pengecekan kelengkapan alat-alat yang akan dipergunakan, bila ternyata kurang
lengkap dimohon melaporkan pada petugas laboratorium untuk ditindak lanjuti.
8. Praktikan dilarang menggunakan alat-alat praktikum di luar kepentingan praktikum (misal : untuk main-main).
9. Praktikan dilarang menguhubungkan alat-alat listrik ke sumber listrik sebelum diijinkan oleh asisten /
pembimbing.
10. Praktikan harus menata kembali alat-alat yang telah selesai digunakan dalam keadaaan bersih dan utuh (tidak
rusak)
11. Praktikan menata kembali tempat duduk dan meja yang telah digunakannya sebelum meninggalkan ruangan
laboratorium.
12. Praktikan yang merusakkan alat harus melapor kepada petugas dan harus memperbaiki / mengganti alat tersebut.
13. Praktikan harus membuat dan mengumpulkan Laporan Praktikum setelah praktikum berakhir
14. Praktikan yang tidak dapat mengikuti praktikum harus meminta ijin secara tertulis dengan alasan yang dapat
dipertanggungjawabkan . (Selain karena sakit, praktikan hanya diperbolehkan ijin maksimal 2 kali)
15. Kgiatan praktikum yang tidak dapat terlaksana sesuai jadwal, dapat dilaksanakan pada waktu yang lain dengan
persetujuan pembimbing.
16. Praktikan yang melanggar Tata Tertib Praktikum ini akan dilakukan tindakan berupa : teguran ringan, teguran
keras dan tidak diperbolehkan mengikuti praktikum
17. Hal-hal yang belum diatur dalam Tata Tertib Praktikum ini akan di atur kemudian.

PANDUAN PRAKTIKUM FISIKA


iv
PENDAHULUAN

KETIDAKPASTIAN PADA PENGUKURAN

A. PENDAHULUAN
Telah diketahui bahwa hasil pengamatan atau pengukuran besaran–besaran fisis harus
dinyatakan dengan bilangan. Misalkan anda mengukur panjang sebuah balok kecil yang panjangnya
lebih kurang 2,5 cm. Jika anda menggunakan penggaris plastik biasa tentulah anda tidak dapat
dengan pasti mengatakan bahwa panjangnya misalnya 2,63 cm karena sekala terkecil pada
penggaris tersebut hanya dalam mm. Jadi angka 3 dalam hasil di atas hanya suatu perkiraan saja,
ada ketidakpastian pada angka 3 tersebut. Lain halnya jika anda menggunakan alat lain misalnya
jangka sorong yang mampu menunjukkan sampai 0,005 cm atau mikrometer sekrup yang dapat
dibaca sampai 0,001 cm.
Alat manapun/apapun yang anda gunakan selalu ada angka yang mengandung ketidakpastian,
dalam hal ini karena keterbatasan kemampuan alat yang digunakan. Ketidakpastian dalam
pengukuran tidak hanya ditimbulkan oleh keterbatasan skala yang dapat dibaca pada alat, tetapi
banyak sumber lain misalnya bahan penggaris yang mudah mengembang dan menyusut dengan
perubahan suhu atau cara sipengamat menggunakan alat atau membaca skala yang tidak baik dsb.
Satu hal yang jelas :
SUATU PENGUKURAN SELALU DIHINGGAPI KETIDAKPASTIAN

B. SUMBER KETIDAKPASTIAN
Sumber ketidak pastian ini dapat digolongkan sbb :
1. Adanya nilai skala terkecil
2. Adanya ketidakpastian bersistem
3. Adanya ketidakpastian acak
4. Keterbatasan pada pengamat.
Dibawah ini akan diungkapkan lebih lanjut mengenai berbagai macam ketidakpastian sesuai
dengan penyebabnya diatas.

1) NILAI SKALA TERKECIL


Seperti telah dicontohkan diatas setiap alat ukur memiliki skala dalam berbagai macam bentuk,
tetapi setiap skala mempunyai batasan yaitu sklala terkecil yang dapat dibaca.
Sekali lagi contohnya alat ukur panjang. Penggaris plastik biasa digoreskan dengan garis-garis
berjarak 1 mm, maka nilai skala terkecilnya 1 mm. Sebuah jangka sorong adalah alat ukur
panjang yang dibantu dengan nonius yang memungkinkan kita membaca hingga 0,1 atau
0,05mm.
Jadi skala terkecilnya 0,1 atau 0,05 mm. Mikrometer sekrup mempunyai alat bantu yang
memungkinkan kita membaca hingga 0,01 mm, maka nilai skala terkecilnya 0,01 mm. Meskipun

Penuntun Praktikum Fisika Dasar Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Malikussaleh Dirangkum oleh :
Deassy Siska, S.Si,M.Sc dan Badriana, ST, M.Eng Tahun 2021

v
jarak antar goresan dapat dibuat sampai 0,001 mm atau lebih kecil, tanpa alat bantu kita tidak
dapat membacanya (ini disebabkan keterbatasan pada mata kita yang disebut daya pisahnya).

2) KETIDAKPASTIAN BERSISTEM
Ketidak pastian bersistem dapat disebut sebagai kesalahan karena ia bersumber pada
kesalahan alat, diantaranya :
 Kesalahan kalibrasi yaitu penyesuaian pembubuhan nila pada garis skala saat
pembuatanya.
 Kesalahan titik nol yang disebabkan tergesernya penunjukkan nol yang sebenarnya dari
garis nol pada skala. Kesalahan ini ada yang dapat dikoreksi sebelum pengukuran dimulai
tetapi ada pula yang tidak. Jika tidak dapat dicocokkan harus dicatat kesalahan ini dan
dapat dikoreksi pada penulisan hasil pengukuran nantinya.
 Kesalahan alat lainya seperti melemahnya pegas yang digunakan atau terjadi gesekan
antara jarum penunjuk dan bidang skala.
 Kesalahan pada arah pandang membaca nilai skala misalnya bila ada jarak antara jarum dan
garis-garis skala.

Kesalahan bersistem sesuai namanya memberikan penyimpangan tertentu yang prinsipnya


dapat dikoreksi/diperhitungkan.

3) KETIDAK PASTIAN ACAK


Ketidakpastian ini ditimbulkan oleh kondisi lingkungan yang tidak menentu yang
menggangu kerja alat ukur, misalnya gerak Brown molekul udara, fluktansi tegangan listrik dan
bising (nois) elektronik yang bersifat acak dan sukar dikendalikan.

4) KETERBATASAN PADA PENGAMAT


Sumber ketidakpastian yang tidak boleh dianggap ringan adalah keterbatasan pada sipengamat,
diantaranya kekurang terampilan menggunakan alat, lebih-lebih alat cangih yang melibatkan
banyak komponen yang harus diatur, atau kurang tajamnya mata membaca skala yang halus dsb.

C. CARA MENYATAKAN KETIDAKPASTIAN PADA PENGUKURAN TUNGGAL


Pada pengukuran tunggal (yang dilakukan hanya satu kali) ketidakpastian pada hasil ditentukan
oleh kemampuan profesional pelaku pengukuran dengan mempertimbangkan skala ukur yang
1
digunakan dan kondisi sistem fisis yang dikaji,tetapi pada umumnya dipilih nst sebagai nilai
2
ketidakpastiannya karena secara empiris dianggap cukup memadai.
Hasil pengukuran tsb dilaporkan sebagai :
x  x

Penuntun Praktikum Fisika Dasar Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Malikussaleh Dirangkum oleh :
Deassy Siska, S.Si,M.Sc dan Badriana, ST, M.Eng Tahun 2021

vi
D. KETIDAKPASTIAN PADA PENGUKURAN BERULANG
Apabila keadaan memungkinkan secara intuitif kita merasakan bahwa jika suatu besaran
diukur beberapa kali kita akan mendapat informasi yang lebih baik mengenai besaran tsb. Jika
demikian bagaimana cara kita memperoleh informasi tersebut ?
Nilai mana yang dapat kita pandang sebagai ukuran yang lebih baik bagi besaran yang kita ukur
itu? Ilmu statiska membenarkan intuisi kita itu dan memberikan cara mengolah data yang kita
peroleh sbb :
 Nilai yang “sebenarnya” baru diperoleh jika pengukuran dilakukan (diulang) tak hingga
banyaknya membentuk populasi dari besaran tsb.
 Dalam pengulangan yang terbatas jumlahnya yang merupakan “sampel” dari populasi
besaran tsb, nilai terbaik yang dapat diperoleh dari sampel tsb sebagai suatu nilai yang
mendekati nilai “sebenarnya” yang kita cari itu adalah :

nilai rata-rata X   xi  x 1  x2 ... x N


N N

 Untuk menyatakan suatu tingkat kepercayaan kita pada nilai x tsb digunakan suatu besaran
berikut sebagai ketidakpastian x : yaitu yang disebut deviasi standar (simpangan baku)
nilai rata-rata sampel tsb :

x 
 (x i  x)2
N 1

E. ANGKA BERARTI
Dalam menentukan nilai rata-rata x dan deviasi standar Δx mungkin saja
cara penulisan seperti ini lebih memperlihatkan bahwa angka yang kedua telah mengandung
ketidakpastian.
Penulisan angka ketiga dan seterusnya tentulah tidak berarti lagi. Dalam contoh diatas hasil
pengukuran dituliskan dalam 2 angka berarti. Hasil tersebut dapat pula dituliskan dalam bentuk-
bentuk atau satuan lain sbb:
x = (0,33  0,03) cm
= (0,033  0,003) dm
= (0,0033  0,0003) m
Dalam laporan ilmiah diutamakan menggunakan satu angka didepan koma sbb:
x = (3,3  0,3) x 10-1 cm
= (3,3  0,3) x 10-2 dm
= (3,3  0,3) x 10-3 m
Jumlah angka yang berarti yang digunakan dapat pula dilihat dari ketidakpastian relatif yang akan
dibicarakan dibawah ini.
Aturan praktis yang digunakan adalah sbb:

Penuntun Praktikum Fisika Dasar Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Malikussaleh Dirangkum oleh :
Deassy Siska, S.Si,M.Sc dan Badriana, ST, M.Eng Tahun 2021

vii
x
Banyaknya angka berarti = 1 - log
x
x
Untuk sekitasr 10% digunakan 2 angka berarti
x
sekitar 1% digunakan 3 angka berarti
sekitar 0,1% digunakan 4 angka berarti
Semakin banyak angka berarti menunjukkan prosentasi ketidakpastian yang kecil berarti semakin
tepat hasil pengukuran.

F. KETIDAK PASTIAN RELATIF DAN KETELITIAN PENGUKURAN


Ketidakpastian yang ditulis dengan  x disebut KETIDAKPASTIAN MUTLAK dari
besaran x. Besar kecilnya  x dapat menggambarkan MUTU ALAT UKUR tetapi belum dapat
digunakan untuk menilai MUTU HASIL PENGUKURAN. Misalnya sebuah batang A yang
panjangnya sekitar 1 m bila diukur dengan penggaris biasa dapat memberikan hasil sbb:
lA = (1,0000  0,0005) m
Bila alat yang sama digunakan untuk mengukur batang B yang panjangnya sekitar 10 cm hasilnya
sbb:
lB = (1,00  0,05) m
Dalam kedua hasil pengukuran ini ketidakpastiannya sama yaitu l = 0,05 cm = 0,0005 m
tetapi jelas bahwa mutu hasil pengukuran lA lebih baik dari lB.
Untuk dapat memberikan informasi langsung mengenai MUTU PENGUKURAN yang
x
disebut juga KETELITIAN PENGUKURAN digunakan KETIDAK PASTIAN RELATIF =
x
Dapat pula dinyatakan dalam persentase bila dikalikan 100. Ketidakpastian relatif untuk
contoh diatas :
l A 5
  0,55%
lA 100
l B 5
  5%
lB 10
Semakin kecil kpt relatif semakin tinggi ketelitian (mutu) pengukuran.
G. KETIDAKPASTIAN BESARAN YANG TIDAK LANGSUNG DI UKUR
Jika suatu besaran yang akan ditentukan merupakan fungsi dari besaran lain yang di ukur maka
besaran itupun mengandung ketidakpastian yang diwariskan dari besaran yang diukur tsb.
Misalkan besaran yang akan ditentukan adalah z yang merupakan fungsi z = f(x,y,...), dalam
hal ini veriabel fungsi merupakan hasil pengukuran (x + x, y + y,...)
Untuk memperoleh ketidakpastian z yaitu z digunakan persamaan umum perambatan ralat :
1
 z 2 z 2 2
z  ( ) ( x ) 2  ( ) ( y )2  ...
 x y 
Penuntun Praktikum Fisika Dasar Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Malikussaleh Dirangkum oleh :
Deassy Siska, S.Si,M.Sc dan Badriana, ST, M.Eng Tahun 2021

viii
Pada pengukuran berulang, x atau y merupakan deviasi standar dari hasil pengukurannya.
Dalam kasusu khusus z = f (x,y,…) dengan variabel x,y,… yang tidak gayut, persamaan di atas
dapat disederhanakan menjadi :

z z
z  x  y  ...
x y

BUKU ACUAN.

Bevington, Philip R. , (1969), Data Reduction and Error Analysis for The
Physical Sciences, Mc Graw – Hill, New York.

Soejoto & Euis Sustini; (1993), Petunjuk Praktikum Fisika Dasar, DEP -
DIKBUD DIKTI P2TK.

Halliday & Resnick (1986). Physics (terjemahan), Erlangga, Jakarta.

Instruction Manual., Linear Air Track, Shimadzu Rika Instruments Co. LTD.

Instruction Manual., Rotating Platform, Shimadzu Rika Instruments Co. LTD.

Instruction Manual., Kater’s Reversible Pendulum, Shimadzu Rika Instruments


Co. LTD.

Instruction Manual., Du Nouy’s Surface Tension Tester, Shimadzu Rika


Instruments Co. LTD.

Instruction Manual., Elasticity of Flexture Testing Apparatus, , Shimadzu Rika


Instruments Co. LTD.

Instruction Manual, Apparatus To Demonstate Law Of Gas, Shimadzu Rika


Instruments Co. LTD.

Instruction Manual., Redwood’s Viscosimeter, Shimadzu Rika Instruments Co.


LTD.

OoOoo

Penuntun Praktikum Fisika Dasar Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Malikussaleh Dirangkum oleh :
Deassy Siska, S.Si,M.Sc dan Badriana, ST, M.Eng Tahun 2021

ix
1

PERCOBAAN I

JANGKA SORONG (VERNIER CAPILER)

A. TUJUAN PERCOBAAN

1. Mampu menggunakan alat ukur yang digunakan dalam praktikum Fisika.


2. Mengenal besar ketelitian pengukuran dari alat-alat ukur dasar.
3. Mengenal apa yang dimaksud dengan skala nonius.

B. DASAR TEORI

Jangka sorong dapat digunakan untuk mengukur diameter bagian dalam maupun bagian luar
serta kedalaman pipa atau silinder. Pada alat ini terdapat dua satuan pengukuran yaitu satuan
milimeter dan inchi dengan masing-masing mempunyai skala nonius. Jangka sorong mempunyai
ketelitian dari 0,01sampai 0,05 mm. Adapun ketelitian alat ini dapat kita tentukan dengan cara
menghitung jumlah garis skala nonius misalnya 20 garis dan jarak kedua puluh garis itu adalah
19 mm berarti jarak satu skala nonius = 19/20 mm. Batasan dari ketelitian jangka sorong adalah
selisih antara satu skala utama dengan satu skala nonius, jadi 1- 19/20 = 1/20 mm = 0,05 mm.

Gambar 1.1. Pembacaan skala nonius

Banyak alat ukur dilengkapi dengan nonius. Alat bantu ini membuat alat ukur
berkemampuan lebih besar, karena jarak antara dua garis skala bertetangga seolah-olah menjadi
lebih kecil. Biasanya pembagian skala utama dan nonius adalah :

9 bagian skala utama – 10 bagian skala nonius

Selanjutnya marilah kita lihat hasil pengukuran lain dengan alat bantu nonius tersebut
seperti yang ditunjukkan pada gambar 1.1. Skala 0 pada nonius tidak berimpit dengan salah satu
angka pada skala utama, melainkan terletak antara kedudukan 8.4 dan 8.5. Dalam pengukuran
ini kita yakin bahwa harga X yang diukur adalah lebih besar dari 8.4 tetapi lebih kecil dari 8.5.
Berapakah harga X menurut hasil pembacaan ini ? Cobalah anda perhatikan gambar 1.1 lebih
teliti lagi. Ternyata salah satu garis skala nonius yang berimpit dengan skala utama yaitu skala
ke-6 dari skala nonius. Dalam keadaan pengukuran semacam ini menunjukkan bahwa harga X
yang diukur adalah 8.46.

Jangka sorong merupakan suatu alat pengukuran yang cepat dan relatif teliti untuk
mengukur diameter dalam, luar dan dalam suatu tabung, seperti yang ditunjukkan pada gambar
1.2 di bawah ini :

Penuntun Praktikum Fisika Dasar Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas
Malikussaleh Dirangkum oleh : Deassy Siska, S.Si,M.Sc dan Badriana, ST, M.Eng Tahun 2021
2

Gambar 1.2. Bagian-bagian dari jangka sorong dan contoh pengukurannya


Sumber : internet

Ket : 1. Rahang bawah 2. Rahang atas 3.Pengukur kedalaman


4. Skala utama (cm) 5. Skala utama (inch) 6. Skala nonius (mm)
7. Skala nonius (inch) 8. Roda R (Pengunci rahang geser).

C. ALAT DAN BAHAN

1.Jangka sorong 4(empat) buah


2.Pipa plastik (PVC) 1 buah
3.Pipa besi 1 buah
4.Pipa plastik kecil 1 buah
5.Baut mesin

D. PROSEDUR PERCOBAAN

I. Pengukuran diameter luar

1. Untuk mengukur diameter bagian luar maka letakkan pipa secara melintang di antara
rahang rahang bawah (1) lalu geser roda R sehingga benda tersebut tepat terjepit di
antara rahang tersebut.
2. Baca angka skala pada skala utama yang berada di sebelah kiri dari angka nol nonius.
Kemudian lihat garis skala nonius yang keberapa yang tepat berimpitan dengan garis
skala utama. Angka pada skala utama dijumlahkan dengan hasil perkalian skala nonius
dan 0,05 mm , sehingga didapatkan hasil pengukuran tersebut.

II. Pengukuran Diameter Dalam

1. Masukkan pipa atau silinder kedalam rahang rahang atas (2) kemudian geser roda R ke
arah luar, sehingga kedua rahang itu tepat menyentuh sisi bagian dalam pipa.
Selanjutnya lakukan pembacaan pengukuran dengan cara yang sama seperti pada
bagian I no. 2 di atas.
Penuntun Praktikum Fisika Dasar Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas
Malikussaleh Dirangkum oleh : Deassy Siska, S.Si,M.Sc dan Badriana, ST, M.Eng Tahun 2021
3

III. Pengukuran Tinggi atau dalam suatu pipa

1. Letakkan pipa secara tegak di atas meja lalu geser roda R ke arah luar sehingga tangkai
T kelihatan kedalam pipa sehingga menyentuh meja dan pinggir jangka sorong
menyentuh bagian atas pipa, seperti pada gambar tampak pada gambar 2 di atas.
Selanjutnya lakukan pembacaan pengukuran seperti pada bagian I no. 2 di atas.

E. TUGAS ANALISA DATA

1. Hitunglah ketebalan masing-masing pipa.


2. Bandingkan ketebalan masing-masing pipa.
3. Berikan gambaran, dimanakah perbedaan pengukuran ketebalan dengan kedalaman.

F. PRETEST

1. Jika diketahui jumlah garis skala nonius 10 dan jaraknya 9 mm. Hitunglah berapa
ketelitian jangka sorong itu ?

G. TABEL DATA PENGUKURAN


Pipa PVC/ Besi

Ulangan Diameter luar Diameter dalam Kedalaman (mm)


(mm) (mm)
1 ………………. ………………. ……………….
2 ………………. ………………. ……………….
3 ………………. ………………. ……………….
4 ………………. ………………. ……………….
5 ………………. ………………. ……………….

PenuntunPraktikumFisikaDasarJurusanTeknikElektroFakultasTeknikUniversitasMalikussaleh
Dirangkum oleh : Deassy Siska, S.Si,M.Sc dan Badriana, ST, M.Eng Tahun 2021
3
4

PERCOBAAN II

MIKROMETER SKRUP (SCREW MIKROMETER)

A. TUJUAN PERCOBAAN

Dapat dan mahir menggunakan mikrometer untuk mengukur diameter atau ketebalan
plat/lempengan.

B. DASAR TEORI

Mikrometer ini mempunyai ketelitian yang lebih baik dari jangka sorong. Ketelitiannya
sampai 0,01 mm atao 0,001 cm. Cara untuk menentukan ketelitian alat ini adalah sebagai berikut
:
Satu skala nonius terdiri dari 50 garis skala. Untuk satu kali putaran nonius, pergeserannya pada
skala utama adalah 0,5 mm. Oleh karena itu ketelitian mikrometer adalah:
0,5
mm = 0,01 mm atau 0,001 cm
50

Gambar 2.1 Mikrometer skrup dan bagian selubung dalam dan luar.
Sumber : internet

1. Pada selubung ada skala utama dengan satuan milimeter. Ada dua baris skala: yang
bawah (yang ada tanda 0) menunjukkan kelipatan 1 mm (0, 1, 2 mm dst.) sedangkan
yang di sisi atas menunjukkan kelipatan 0,5 mm lebihnya (0,5 mm, 1,5 mm, 2,5 mm
dst.). Baca skala yang dapat terlihat pada selubung pada contoh gambar di atas adalah
2,5 mm.

Penuntun Praktikum Fisika Dasar Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas
Malikussaleh Dirangkum oleh : Deassy Siska, S.Si,M.Sc dan Badriana, ST, M.Eng Tahun 2021
5

2. Baca skala pada selongsong. Tiap tanda skala pada selongsong setara dengan 0,01 mm.
Pada selongsong ada angka 0 - 49 sehingga satu putaran penuh selongsong setara
dengan pergeseran 0,5 mm. Pada contoh di atas terbaca 11 x 0,01 mm = 0,11 cm.
3. Jumlahkan skala selubung dan selongsong: 2,5 mm + 0,11 mm = 2,61 mm
4. Hati-hati membaca skala di perbatasan: dekat dengan kelipatan 0,5 atau 1 mm. Sering
terjadi salah baca karena kurang teliti melihat skala pada selubung.

C. ALAT DAN BAHAN

1.Mikrometer sekerup dan pengunci 1 buah


2.Triplek 1 buah
3.Karton 1 buah
4.Plat/lempengan 1 buah

D. PROSEDUR PERCOBAAN

1. Sebelum dipakai untuk pengukuran atau setiap kali akan dilakukan pengukuran terlebih
dahulu dilihat apakah mikrometer berada dalam posisi nol atau tidak? Caranya yaitu
memutar sekerup S sehingga ujung A dan B bertemu dan terdengar bunyi krik-krik, lalu
dilihat apakah lingkaran nonius telah berimpit dengan garis nol atau tidak? dan garis nol
nonius telah satu garis dengan garis tengah skala utama. Apabila belum maka perlu
dilakukan penyetelan sehingga kondisi nol tersebut dapat dicapai.
2. Untuk penyetelan mikrometer tersebut dapat ditanyakan pada asisten.
3. Setelah posisi nol dicapai maka letakkkan benda yang akan diukur di antara ujung A dan
B dengan memutar sekrup S sehingga ujung A dan B tepat menyentuh kedua sisi benda
itu.
4. Pemutaran sekrup S diputar lagi sampai terdengar krip-krip lalu penahan K digeser ke
arah anak panah agar kedudukan skala tidak berubah lagi walaupun mikrometer tersebut
diletakkan sembarang.
5. Kemudian lakukan percobaan pengukuran, caranya sebagai berikut :
6. Catat angka skala utama yang kelihatan, dari angka nol sampai lingkaran nonius.
Kemudian tambahkan dengan angka skala nonius yang segaris atau mendekati garis
tengah utama skala utama setelah dikalikan dengan ketelitian mikrometer (0,01mm).
Contoh misal angka skala utama yang terlihat adalah 1,50 mm dan angka skala nonius
yang satu garis dengan garis dengan skala utama 21. Berarti hasil pengukuran itu adalah
1,50 mm + 0,21 mm = 1,71 mm atau 0,171 cm.

E. TUGAS ANALISA DATA

1. Bandingkan ketebalan masing-masing objek.


2. Jelaskan kelebihan dan kekurangan dari micrometer skrup berdasarkan data yang
diperoleh

F. PRETES

1. Apakah mungkin ketelitian mikrometer sekerup ini dapat di perkecil lagi dari 0,01
mm? Jelaskan pendapat saudara !

Penuntun Praktikum Fisika Dasar Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas
Malikussaleh Dirangkum oleh : Deassy Siska, S.Si,M.Sc dan Badriana, ST, M.Eng Tahun 2021
5
6

G. TABEL DATA PENGUKURAN

Ulangan Triplek tebal Diameter Tebal Plat


(mm) Kelereng (mm) (mm)
1
2
3
4
5

Penuntun Praktikum Fisika Dasar Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas
Malikussaleh Dirangkum oleh : Deassy Siska, S.Si,M.Sc dan Badriana, ST, M.Eng Tahun 2021
6
7

PERCOBAAN III

GAYA GESEKAN

A. TUJUAN PERCOBAAN

1. Mempelajari keadaan statik dan dinamik benda padat pada bidang datar.
2. Mempelajari penggunaan hukum Newton I, II dan III
3. Mengamati pengaruh gaya gesekan pada gerakan benda-benda pada bidang datar.
4. Menghitung koefisien gesekan statik dan kinetik permukaan.

B. DASAR TEORI

Gaya gesek merupakan gaya non konservatif yang bekerja pada dua permukaan yang
saling bersentuhan dan saling bergerak satu sama lain. Benda yang bergerak diatas
permukaan akan mengalami gaya gesek yang berlawanan dengan arah gerak benda dan
dapat menyebabkan kehilangan energi benda.
Gaya gesek terbagi dua, yaitu gaya gesek statis, dan gaya gesek kinetis. Gaya gesek
statis bekerja pada benda yang diam diatas permukaan tetapi mendapat gaya luar yang
komponennya sejajar dengan permukaan. Sementara gaya gesek kinetis adalah gaya gesek
yang bekerja ketika benda sedang bergerak dengan kecepatan atau percepatan.
Menurut hukum Newton II, benda akan bergerak berubah beraturan apabila pada
benda itu bekerja gaya tetap. Besarnya percepatan gerak benda adalah berbanding lurus
dengan besar gaya dan berbanding terbalik dengan massa benda itu. Hal ini dituli dalam
bentuk persamaan:
F
F = m . a atau a = ………………………………………………………………..(3.1)
m
Apabila sebuah balok terletak diatas bidang luncur horizontal dan balok itu ditarik
dengan gaya F, maka balok itu akan mulai saatnya bergerak apabila gaya tarik F tel;ah sama
dengan gaya gesekan statis (fs). Dalam keadaan demikian, gaya normal N sama dengan
gaya berat balok W= mb g

fs

Tempat
W= m g Beban

Gambar 3.1 Gaya gesek pada bidang datar

Penuntun Praktikum Fisika Dasar Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas
Malikussaleh Dirangkum oleh : Deassy Siska, S.Si,M.Sc dan Badriana, ST, M.Eng Tahun 2021
7
8

Misalkan massa cawan (tempat beban) mc dan massa anak timbangan dalam cawan ma
maka dalam keadaan gaya tarik F sama dengan gaya gesekan fs, koefisien gesekan statis dapat
dihitung yaitu :

F = fs dimana F = (mc + ma ) . g
fs = µs . N dan N = mb . g
jadi, (mc + ma) . g = µs . mb . g

Sehingga koefisien gesekan statis,

(m c +m a )
m2
µs = …………………………………………………………................(3.2)
=
mb m1
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa gaya gesek sebanding dengan besarnya gaya normal
yang bekerja pada benda. Koefisien kesebandingan yang disebut dengan koefisien gesek. Dapat
dituliskan :

fs < µs N
fk = µk N………………………………………………………………………..(3.3)

dimana, µs dan µk masing –masing adalah koefisien gesek statis dan kinetis. Dikethui µs > µk .
Besarnya gaya gesek yang bekerja pada benda, baik diam maupaun bergerak, dapat ditentukan
dengan menggunakan prinsip – prinsip hukum Newton I, II dan III. Jika benda bergerak dengan
percepatan dan gesekan pada benda diabaikan, besarnya percepatan benda adalah :

m 2 −µ k m1
a= g ………...……………………………………………………(3.4)
m1 +m 2
m1 : massa benda m2 : massa beban µk : koefisien gesek kinetis dan g : percepatan gravitasi
bumi.

C. ALAT DAN BAHAN

1. Balok ukuran 15 cm x 10 cm dua (2) buah


2. Beban/kerikil secukupnya
3. Tempat beban satu (1) buah
3. Timbangan analog satu (1) buah
4. Stop Watch satu (1) buah
5. Mistar satu (buah)
6. Benang pengikat secukupnya
7. Bidang datar satu (1) buah

D. PROSEDUR PERCOBAAN

I. Gaya gesek statik

1. Susun peralatan seperti pada gambar 3.1. Letakkan benda m1 pada suatu posisi di atas
meja kemudian hubungkan benda dan tempat beban dengan tali.
2. Berikan beban pada tempat beban, mulai dari beban yang kecil, kemudian tambahkan
sedikit demi sedikit hinggga benda tepat akan bergerak. (kalau perlu di benda m1
dapat ditambahkan beban).

Penuntun Praktikum Fisika Dasar Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas
Malikussaleh Dirangkum oleh : Deassy Siska, S.Si,M.Sc dan Badriana, ST, M.Eng Tahun 2021
8
9

3. Catat massa beban yang diberikan di tempat beban dan massa beban di m1
( kalau ada)
4. Letakkan kembali benda m1 pada titik yang sama, kemudian ulangi langkah 2 dan 3
lima kali.
5. Ulangi dengan benda m1 yang lain dan permukaan yang lain.

II. Gaya gesek dinamis.

1. Susun peralatan seperti pada gambar 3.1. Letakkkan benda m1 pada suatu posisi di
atas bidang datar sehingga beban m2 berada pada ketinggian h dari lantai.
2. Beri beban pada tempat beban sehingga sistem bergerak dengan percepatan a.
3. Catatlah waktu yang dibutuhkan oleh tempat beban untuk tiba di lantai.
4. Ulangi langkah 2 dan 3 sebanyak lima (5) kali.
5. Ulangi langkah 2 dan 3 untuk massa beban dan h yang berbeda.
6. Timbanglah massa benda yang digunakan dan massa tempat bebannya.

E. TUGAS ANALISA DATA

1. Hitunglah gaya berat total pada beban dengan menganggap g = 9,8 m/s2 pada setiap
bagian percobaan.
2. Tentukan percepatan gerak sistem ( dari bagian B)
3. Hitunglah besarnya koofesien dan gaya gesek statis pada bagian A dan koofesien serta
gaya gesek kinetis (pada bagian B).
4. Apakah kesimpulan anda ?

F. PRETES

1. Gambarkanlah semua gaya yang bekerja pada sistem pada gambar 1 dan buktikan
persamaan (3.2.)
2. Jabarkanlah cara menentukan koefisien gesek statis dan dinamis pada sistem di atas.
3. Bagaimanakan cara menentukan percepatan benda dari hasil langkah kerja B?
4. Sebutkanlah manfaat dan kerugian adanya gaya gesekan.
5. Bagaimanakan cara membuat koefisien gesekan permukaan menjadi nol ?

G. TABEL DATA PENGUKURAN

G1. Gaya gesek statis

Ulangan m1 (gram) m2 (gram)


1
2
3
4
Rata-rata

Penuntun Praktikum Fisika Dasar Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas
Malikussaleh Dirangkum oleh : Deassy Siska, S.Si,M.Sc dan Badriana, ST, M.Eng Tahun 2021
9
10

G2. Gaya gesek kinetis

Ulangan m1 (gram) m2 (gram) h (m) t (sekon)


1 idem idem idem
2 idem idem idem
3 idem idem idem
4 idem idem idem
Rata-rata

Penuntun Praktikum Fisika Dasar Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas
Malikussaleh Dirangkum oleh : Deassy Siska, S.Si,M.Sc dan Badriana, ST, M.Eng Tahun 2021
10
11

PERCOBAAN IV

MESIN ATWOOD

A. TUJUAN PERCOBAAN
1. Untuk mempelajari penerapkan hukum Newton ke-2
2. Menentukan kecepatan dan percepatan sistem.
3. Mempelajari gerak lurus berubah beraturan (GLBB).

B. DASAR TEORI
Mesin Atwood adalah sebuah sistem yang menghubungkan satu, dua dan lebih massa
melalui sebuah katrol menggunakan tali atau sabuk. Sistem ini sering kita jumpai dalam
kehidupan sehari-hari, seperti dalam pekerjaan mekanik alat berat, dalam pekerjaan bangunan
dan lain-lain.
Konsep dinamika dalam mesin Atwood ini merupakan sistem yang bergerak dengan
percepatan tertentu sebesar a. Mesin Atwood yang sederhana seperti terlihat pada gmabar 4.1 di
bawah ini :

Gambar 3.1 Mesin Atwood sederhana

Seperti terlihat pada sistem di atas bahwa, kedua massa m1 dan m2 memiliki harga yang
tidak sama, dengan demikian salah satu masa (m1) akan ditarik oleh massa (m2), karena m2
mempunyai massa yang lebih besar dari m1. Percepatan sistem m1 dan m2 dapat ditentukan
melalui persamaan 4.1 berikut :

 
 (4.1)
 

Sementara untuk menghitung tegangan yang timbul dalam tali/sabuk dapat menggunakan
persamaan (4.2) berikut :

  
 (4.2)
 

Gerak sistem Atwood juga terdapat konsep gerak lurus berubah beraturan (GLBB). Untuk
menghitung kecepatan sistem dapat digunakan salah satu dari 3 persamaan GLBB mendatar.

Penuntun Praktikum Fisika Dasar Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas
Malikussaleh Dirangkum oleh : Deassy Siska, S.Si,M.Sc dan Badriana, ST, M.Eng Tahun 2021
12

C. ALAT DAN BAHAN

1. Satu batang statif


2. Satu buah katrol berdiameter 20 cm
3. Beberapa beban yang memiliki massa berbeda-beza.
4. Satu stop watch.
5. Benang layang secukupnya.
6. Mistar.
7. Satu timbangan analog.

D. PROSEDUR PERCOBAAN

1. Catat besar m1 dan m2 dan catat dalam tabel


2. Hubungkan massa (m1) dengan massa (m2) dengan menggunakan benang layang (2
pilihan : m1 > m2 atau m1 < m2).
3. Letakkan benang yang sudah menghubungkan dua massa tersebut pada katrol
4. Atur ketinggian (h) massa yang lebih besar terhadap lantai/dasar.
5. Pegang massa yang lebih besar (supaya sistem tidak bergerak, sehingga V0 = 0 )
6. Siapkan stop watch, Amati pergerakan sistem dan catat waktu yang dibutuhkan massa
yang lebih besar untuk menyentuh lantai.
7. Gantikan ukuran beban yang berbeda dan catat juga berapa massanya
8. Ulangi langkah 1-6

E. TUGAS ANALISA DATA

1. Tentukan kecepatan massa yang lebih berat sesaat sebelum menyentuh lantai/dasar.
2. Tentukan percepatan sistem berdasarkan data-data percobaan dari perubahan massa
yang berbeda-beza, bandingkan antaranya dan jelaskan apa yang sangat mempengaruhi
percepatan sistem.
3. Tentukan percepatan sistem yang ditentukan secara langsung.
4. Bandingkan percepatan sistem yang ditentukan seperti padapoin 2 dengan percepatan
sistem yang ditentukan secara langsung pada poin 3.
5. Jelaskan semua (1-4) analisa data dan berikan alasan-alasannya pada bagian
pembahsan.

F. PRETES

1. Jelaskan bagaimana persamaan untuk menentukan percepatan sistem mesin Atwood


diperolehn (turunkan persamaannya).
2. Tuliskan persamaan persamaan-persamaan gerak lurus berubah beraturan (GLBB).

Penuntun Praktikum Fisika Dasar Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas
Malikussaleh Dirangkum oleh : Deassy Siska, S.Si,M.Sc dan Badriana, ST, M.Eng Tahun 2021
12
13

G. TABEL DATA PENGUKURAN

No m1 (kg) m2 (Kg) H (m) t (s) V (m/s)


1
2
3
..

Penuntun Praktikum Fisika Dasar Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas
Malikussaleh Dirangkum oleh : Deassy Siska, S.Si,M.Sc dan Badriana, ST, M.Eng Tahun 2021
13
14

BAB V

BANDUL

A. TUJUAN PERCOBAAN

1. Mempelajari osilasi bandul matematis


2. Menghitung besar perioda T dengan panjang tali yang bervariasi.
3. Menghitung percepatan gravitasi bumi dengan bandul matematis

B. DASAR TEORI

Bandul matematis adalah sebuah benda ideal yang terbuat dari sebuah massa titik yang
diikat dengan seutas tali dan digantungkan. Jika diberi simpangan, bandul ini akan
berosilasi atau bergetar dengan ragam getaran selaras. Periode getarannya adalah :

l
T = 2π ……………………………………………………………………… (5.1)
g
T = perioda osilasi (sekon), l = panjang tali (m), g = percepatan gravitasi bumi (m/s2).

Gambar 5.1 Bandul matematis

C. ALAT DAN BAHAN

1. Bandul matematis dan perlengkapannya


2. Stop Watch 1 buah
3. Mistar panjang 1 buah
4. Batang Statif 1 buah
5. Busur 1 buah

D. PROSEDUR PEKERJAAN

1. Atur bandul matematis dengan panjang tali 50 cm (minta arahan asisten). Kemudian
usahakan bandul berada dalam keadaan setimbang.
2. Beri simpangan kecil sebesar 10° atau maksimal 15° terhadap posisi seimbang pada
bandul kemudian.lepaskan.
Penuntun Praktikum Fisika Dasar Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas
Malikussaleh Dirangkum oleh : Deassy Siska, S.Si,M.Sc dan Badriana, ST, M.Eng Tahun 2021
15

3 Usahakan agar ayunan mempunyai lintasan dalam bidang tidak berputar.


4. Catat waktu yang dibutuhkan untuk delapan (minta arahan asisten) getaran. Ulangi
sebanyak lima kali.
5. Ulangi dengan panjang tali yang berbeda

E. TUGAS ANALISA DATA

1. Hitunglah besar peroida (T) untuk panjang tali yang berbeda


2. Buatlah grafik hubungan perioda (T) hasil pengukuran dengan panjang tali (l)

F. PRETES

1. Terangkan keadaan osilasi bandul matematis


2. Dimana penggunaannya dalam ilmu teknik

G. TABEL DATA PENGUKURAN

Ulangan n (kali) l (m) t (sekon) T (sekon) f (Hz)


1
2
3
4
5
Rata-rata

Penuntun Praktikum Fisika Dasar Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas
Malikussaleh Dirangkum oleh : Deassy Siska, S.Si,M.Sc dan Badriana, ST, M.Eng Tahun 2021
15
16

PERCOBAAN VI

GETARAN HARMONIS PADA PEGAS

A. TUJUAN PERCOBAAN

1. menentukan konstanta gaya sebuah pegas


2. membandingkan frekuensi getaran pegas hasil pengukuran dengan hasil perhitungan

B. DASAR TEORI

1. Hukum Hooke

Sebuah pegas ketika diberi gaya tarik F akan bertambah panjang sejauh x, dan dalam
kasus ini berlaku hukum Hooke:

 . ∆ (6.1)

F : gaya tarik (N), k : tetapan pegas (N/m), dan ∆x : pertambahan panjang akibat gaya (m)

2. Energi Potensial Pegas (Ep) dan Usaha (W) untuk Meregangkan Pegas

Energi potensial adalah energi yang dimiliki benda karena kedudukannya terhadap
suatu acuan. Energi potensial pegas dihitung berdasarkan acuan titik setimbangnya,
sehingga saat pegas menyimpang sejauh x akan memiliki energi potensial yang besarnya :


  . ∆ (6.2)

Usaha yang diperlukan untuk meregangkan pegas akan setara dengan perubahan energi
potensial pada pegas akibat usikan peregangan tersebut, sehingga :


  . ∆ (6.3)

3. Frekuensi dan Periode Getaran Pegas

Secara umum, frekuensi dari sebuah getaran harmonis memenuhi persamaan:





dengan f : frekuensi (Hz), n : jumlah getaran, dan t : waktu (s)

Pada pegas, frekuensi dan periode getaran yang dihasilkannya adalah:


  
  dan  2
 
dengan k = konstanta pegas (N/m) dan m=massa beban (kg)

Penuntun Praktikum Fisika Dasar Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas
Malikussaleh Dirangkum oleh : Deassy Siska, S.Si,M.Sc dan Badriana, ST, M.Eng Tahun 2021
17

C. ALAT DAN BAHAN

1. Pegas 3. Statif
2. Stopwatch 4. Beban

(1)

(2)

(3)

Gambar 6.1 Susunan percobaan getaran harmonis

D. PROSEDUR PERCOBAAN

D1. Mengukur tetapan gaya (konstanta pegas)

1. Ukur panjang pegas tanpa beban


2. Gantungkan beban bermassa m pada ujung bawah pegas
3. Ukur panjang pegas setelah pembebanan
4. Ulangi langkah-langkah tersebut dengan merubah-ubah massa beban m
5. Masukkan data hasil percobaan ke dalam tabulasi berikut, hitung juga tetapan pegas yang
digunakan.

Panjang Pegas
Panjang Pegas Pertambahan Tetapan
Massa Beban, setelah
No Tanpa Panjang Pegas
m (kg) Pembebana
Beban (m) Pegas (m) (N/m)
n (m)
1
.
.
Rt-rt

6. Buatlah grafik hubungan antara F dan x berdasarkan data-data percobaan

D2. Mengukur frekuensi getaran pegas

1. Susun alat sebagaimana terlihat pada gambar 6.1


2. Tarik beban ke bawah kemudian lepaskan
3. Ukur waktu (t) yang dibutuhkan beban untuk melakukan sejumlah n getaran dengan
menggunakan stopwatch.
4. Ulangi langkah 1 sampai dengan 3 dengan massa beban yang berbeda-beda
5. Masukkan hasil pengamatan pada tabel berikut :

Penuntun Praktikum Fisika Dasar Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas
Malikussaleh Dirangkum oleh : Deassy Siska, S.Si,M.Sc dan Badriana, ST, M.Eng Tahun 2021
17
18

Frekuensi Frekuensi
Jumlah Waktu getaran Getaran
Massa Beban
No Getara Getar Hasil Hasil
m (kg)
n (n) (t) Pengamatan Perhitungan
(Hz) (Hz)
1
.
.
Rt-rt

E. TUGAS ANALISA DATA

1. Mengapa percobaan dilakukan dengan lebih dari 1 kali variasi data ?


2. Apakah kelima hasil perhitungan konstanta pegas menghasilkan angka yang
sama/konsisten/persis sama?, kalau tidak mengapa terjadi demikian?
(kesalahan percobaan dapat diakibatkan oleh faktor alat dan faktor praktikan, uraiakan
kemungkinan-kemungkinan kesalahan alat dan kesalahan praktikan)
3. Bagaimanakah pengaruh massa beban terhadap frekuensi getaran pegas ?
4. Berapa konstanta pegas dalam percobaan ini ?

F. PRETES

1. Berikut adalah tabulasi data hasil percobaan :

Pertambahan
No Gaya F (N) Dari tabel, tentukan:
Panjang x (cm)
1 4 2 a. konstanta pegas yang digunakan
2 8 4 b. nilai A
3 10 A c. Energi potensial pegas saat bertambah
4 16 8 panjang 10 cm

2. Hubungan antara F dan x dari sebuah pegas seperti ditunjukkan pada gambar berikut!
F (N)
Dari grafik, tentukan :
20 a. konstanta pegas
15 b. usaha untuk meregangkan pegas sejauh 5 cm
10

x (cm)
2 3 4
3. Hitung konstanta susunan pegas dari rangkaian yang terdiri atas empat buah pegas
identik, masing-masing berkonstanta 400 N/m ketika disusun :

a. disusun secara paralel


b. disusun secara seri

18
19

4. Masing-masing pegas pada susunan di bawah ini berkonstanta 300 N/m

a. Bila ujung bawah rangkaian diberi beban bermassa 20 kg, berapa


pertambahan panjang susunan pegas?

b.Berapa energi potensial sistem pegas saat itu?

5. Usaha yang dilakukan oleh gaya 40 N yang bekerja pada suatu pegas adalah 0,4 joule.
Tentukan :

a. Konstanta pegas
b. Usaha untuk menekan pegas tersebut sehingga bertambah pendek sejauh 2 cm

Penuntun Praktikum Fisika Dasar Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas
Malikussaleh Dirangkum oleh : Deassy Siska, S.Si,M.Sc dan Badriana, ST, M.Eng Tahun 2021
19
20

PERCOBAAN VII

VISCOSITAS ZAT CAIR

I. TUJUAN PERCOBAAN

Menentukan viscositas (angka kekentalan) dari suatu zat cair dengan menggunakan
viscosimeter bola jatuh.

II DASAR TEORI

Viscositas merupakan ukuran kekentalan suatu fluida, yang menyatakan besarnya gesekan
(friksi) yang terjadi antara suatu lapisan aliran fluida dengan lapisan aliran lainnya pada ragam
aliran laminer. Dalam aplikasi fluida, viscositas merupakan besaran yang sangat berperan untuk
menerangkan dinamikanya.
Viscositas suatu zat cair dapat di ukur dengan menggunakan beberapa cara, salah satunya
adalah dengan menjatuhkan bola di dalam zat cair itu. Ketika bola dijatuhkan di dalam zat cair
itu. Ketika bola dijatuhkan dalam zat cair, mula – mula bola mengalami percepatan karena
gravitasi. Namun karena pengaruh gesekan dengan fluida, percepatan bola berkurang hingga
akhirnya nol. Pηada saat itu kecepatan bola tetap (konstan) yang dinamakan sebagai kecepatan
terminal Vm maka menurut hukum Stokes :
2r 2 g
Vm = (ρ b − ρ f ) ………………………………………………………………… (7.1)

η = viskositas zat cair
r = jari-jari bola (cm)
ρb = rapat massa bola (gr/cm3)
ρf = rapat massa fluida (gr/cm3)

Persamaan di atas berlaku jika diameter bola kecil dibandingkan diameter zat cair dalam
tabung. gambar mengenai percobaan ini seperti berikut :

Gambar 7.1 Percobaaan viskositas

III. ALAT DAN BAHAN

1. Tabung kaca satu (1) buah

20
21

2. Zat cair (air, oli) secukupnya


3. Bola kaca dan bola besi masing-masing satu (1) buah
4. Stop watch satu (1) buah
5. Mikrometer satu (1) buah
6. Mistar panjang satu (1) buah
7. Benang layang secukupnya

IV. CARA KERJA

1. Ukurlah jari-jari bola yang akan digunakan


2. Perhatikan kedudukan titik T dimana bola di anggap sudah mencapai kecepatan terminal,
kemudian tentukan titik S yang berjarak h dibawah titik T.
3. Tentukan bola dan catat waktu yang diperlukan bola untuk bergerak dari T ke S.
4. Ulangi langkah 3 sebanyak 5 kali.
5. Ulangi untuk jarak h yang lain.
6. Ulangi untuk zat cair yang lain.

V. TUGAS ANALISA DATA

1. Tentukan besar viskositas masing-masing zat cair yang digunakan.


2. Bandingkan dengan harga di tabel (di buku). Seberapa besarkah kesesuaiannya ?
3. Apakah metode ini dapat digunakan untuk sembarang jenis fluida ?
4. Apakah manfaat mengetahui besar viskositas zat cair ?

VI. PRETEST

1. Terangkan pengertian viscositas zat cair.


2. Gambar dan jelaskan arus laminer zat cair kental
3. Jelaskan beberapa faktor yang mempengaruhi kekentalan
4. Buktikan rumus Stokes di atas.

VII TABEL DATA PENGUKURAN

A. Bola kaca

Ulangan h (cm) t (detik) Vm(cm/s)


1
2
3
4
5
Rata-rata

Penuntun Praktikum Fisika Dasar Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas
Malikussaleh Dirangkum oleh : Deassy Siska, S.Si,M.Sc dan Badriana, ST, M.Eng Tahun 2021
21
22

BAB VIII

HUKUM ARCHIMEDES

I. TUJUAN PERCOBAAN

Untuk menentukan besar gaya Archimedes beberapa benda

II. DASAR TEORI

Berat benda di udara lebih besar jika dibandingkan dengan berat benda yang berada dalam
fluida. Hal ini disebabkan oleh adanya gaya ke atas oleh fluida. Gaya ke atas tersebut disebut
juga dengan gaya Archimedes. Untuk menentukan gaya Archimedes tersebut kita dapat
menimbang lebih dahulu berat benda di udara kemudian benda kita gantungkan dengan cara
menggunakan dinamometer (alat ukur gaya) dan selanjutnya kita masukkan ke dalam bejana
yang berisi fluida. Secara matematis besar gaya Archimedes dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan berikut :

FA + W ' = W atau FA = W − W '


FA = ρ .Vc .g ……………………………………………………………………………(8.1)
Ket :

FA = Gaya Archimedes (Newton atau dyne), 1 Newton = 105 dyne


W = Berat benda di udara (kg)
W’ = Berat benda di dalam fluida (kg)
ρ = Kerapatan benda/kerapatan fluida (kg/m3)
Vc = Volume benda yang tercelup (m3)
g = Percepatan gravitasi bumi (9,8 m/s2 atau 10 m/s2)

Kemudian ada juga cara lain untuk mengukur besar gaya Archimedes yaitu dengan
menggunakan timbangan neraca, cara ini juga tidak jauh berbeda dengan menggunakan
Dinamometer. Benda digantungkan pada timbangan neraca untuk membaca berat benda dan
kemudian benda dengan posisi masih tergantung dicelupkan ke dalam fluida seperti yang terlihat
pada gambar 8.1 di bawah ini :

Gambar 8.1 Timbangan neraca cara untuk menentukan besar gaya Archimedes

III. ALAT DAN BAHAN

1. Timbangan neraca atau analog/Dinamometer satu (1) buah


2. Bejana satu (1) buah.
Penuntun Praktikum Fisika Dasar Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas
Malikussaleh Dirangkum oleh : Deassy Siska, S.Si,M.Sc dan Badriana, ST, M.Eng Tahun 2021
23

3. Beban dua (2) buah


4. Fluida (air, oli dll) secukupnya
5. Benang layang secukupnya

IV. CARA KERJA

1. Timbanglah berat benda di udara dan catat berapa besarnya


2. Letakkan timbangan analog di atas meja yang sudah dilubangi. Kemudian atur posisi
bawah dari tempat peletakan beban tepat di atas lubang.
3. Isilah bejana dengan fluida yang ditentukan oleh asisten secukupnya dan letakkan bejana
tersebut di bawah meja dengan permukaan atas bejana tepat di bawah lubang meja.
4. Ikatkan benda dengan salah satu ujung benang (panjang benang disesuaikan dengan jarak
terhadap bejana yang sudah berisi fluida.
5. Ikatkan ujung benang yang lainnya ke sangkutan bawah timbangan.
6. Masukkan benda ke dalam fluida dengan pilihan benda yang akan melayang dalam
fluida.
7. Baca angka pada timbangan yang menunjukkan berat benda dalam fluida.
8. Ulangi langkah 1 sampai 7 untuk benda dan fluida yang berbeda.

V. TUGAS ANALISA DATA

1. Hitung besar gaya Archimedes dari beberapa fluida.?


2. Bandingkan perbedaan diantaranya dan berikan alasannya, kenapa berbeda?

VI. PRETES

1. Sebutkan dan jelaskan tiga (3) kondisi tentang Hukum Archimedes.


2. Jelaskan aplikasi Hukum Archimedes dalam ilmu teknik.

VII. TABEL DATA PENGUKURAN

A. Fluida (Air)

Ulangan W (N) W’ (N)


1
2
3
4
Rata-rata

B. Fluida (Oli)

Ulangan W (N) W’ (N)


1
2
3
4
Rata-rata

Penuntun Praktikum Fisika Dasar Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas
Malikussaleh Dirangkum oleh : Deassy Siska, S.Si,M.Sc dan Badriana, ST, M.Eng Tahun 2021
23

Anda mungkin juga menyukai