FISIKA DASAR
Disusun oleh :
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan karuniaNya
sehingga Petunjuk Praktikum Fisika Dasar untuk mahasiswa jurusan Teknik Elektro ini dapat
diselesaikan/direvisi .
Petunjuk Praktikum ini secara khusus digunakan untuk Jurusan Teknik Elektro di Fakultas
Teknik Universitas Malikussaleh.
Materi yang disajikan dalam Praktikum Fisika Dasar ini meliputi :
Ketidakpastian dalam pengukuran, materi ini memberi dasar-dasar suatu pengukuran
besaran fisis beserta berbagai keterbatasan pengukuran dan berbagai teknik penentuan
ketidakpastian (error) suatu pengukuran.
Materi Mekanika : Gaya Gesek, Konstanta Gaya Pegas, Tegangan Permukaan Zat Cair
dan Kekentalan Zat Cair.
Materi Zat Cair : Hukum Archimedes
Di samping itu disajikan juga Tata Tertib di Laboratorium Teknik Elektro agar para
mahasiswa dapat bekerja dengan baik, tertib, lancar dan tidak merusakan alat.
Namun demikian Petunjuk Praktikum Fisika ini masih belum sempurna. Oleh karena itu,
saran dan kritik untuk kesempurnaan Petunjuk Praktikum Fisika ini sungguh kami harapkan
KATA PENGANTAR……………………………………….................................... ii
1. Pendahuluan ……………………………………………...................................... v
A. PENDAHULUAN
Telah diketahui bahwa hasil pengamatan atau pengukuran besaran–besaran fisis harus
dinyatakan dengan bilangan. Misalkan anda mengukur panjang sebuah balok kecil yang panjangnya
lebih kurang 2,5 cm. Jika anda menggunakan penggaris plastik biasa tentulah anda tidak dapat
dengan pasti mengatakan bahwa panjangnya misalnya 2,63 cm karena sekala terkecil pada
penggaris tersebut hanya dalam mm. Jadi angka 3 dalam hasil di atas hanya suatu perkiraan saja,
ada ketidakpastian pada angka 3 tersebut. Lain halnya jika anda menggunakan alat lain misalnya
jangka sorong yang mampu menunjukkan sampai 0,005 cm atau mikrometer sekrup yang dapat
dibaca sampai 0,001 cm.
Alat manapun/apapun yang anda gunakan selalu ada angka yang mengandung ketidakpastian,
dalam hal ini karena keterbatasan kemampuan alat yang digunakan. Ketidakpastian dalam
pengukuran tidak hanya ditimbulkan oleh keterbatasan skala yang dapat dibaca pada alat, tetapi
banyak sumber lain misalnya bahan penggaris yang mudah mengembang dan menyusut dengan
perubahan suhu atau cara sipengamat menggunakan alat atau membaca skala yang tidak baik dsb.
Satu hal yang jelas :
SUATU PENGUKURAN SELALU DIHINGGAPI KETIDAKPASTIAN
B. SUMBER KETIDAKPASTIAN
Sumber ketidak pastian ini dapat digolongkan sbb :
1. Adanya nilai skala terkecil
2. Adanya ketidakpastian bersistem
3. Adanya ketidakpastian acak
4. Keterbatasan pada pengamat.
Dibawah ini akan diungkapkan lebih lanjut mengenai berbagai macam ketidakpastian sesuai
dengan penyebabnya diatas.
Penuntun Praktikum Fisika Dasar Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Malikussaleh Dirangkum oleh :
Deassy Siska, S.Si,M.Sc dan Badriana, ST, M.Eng Tahun 2021
v
jarak antar goresan dapat dibuat sampai 0,001 mm atau lebih kecil, tanpa alat bantu kita tidak
dapat membacanya (ini disebabkan keterbatasan pada mata kita yang disebut daya pisahnya).
2) KETIDAKPASTIAN BERSISTEM
Ketidak pastian bersistem dapat disebut sebagai kesalahan karena ia bersumber pada
kesalahan alat, diantaranya :
Kesalahan kalibrasi yaitu penyesuaian pembubuhan nila pada garis skala saat
pembuatanya.
Kesalahan titik nol yang disebabkan tergesernya penunjukkan nol yang sebenarnya dari
garis nol pada skala. Kesalahan ini ada yang dapat dikoreksi sebelum pengukuran dimulai
tetapi ada pula yang tidak. Jika tidak dapat dicocokkan harus dicatat kesalahan ini dan
dapat dikoreksi pada penulisan hasil pengukuran nantinya.
Kesalahan alat lainya seperti melemahnya pegas yang digunakan atau terjadi gesekan
antara jarum penunjuk dan bidang skala.
Kesalahan pada arah pandang membaca nilai skala misalnya bila ada jarak antara jarum dan
garis-garis skala.
Penuntun Praktikum Fisika Dasar Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Malikussaleh Dirangkum oleh :
Deassy Siska, S.Si,M.Sc dan Badriana, ST, M.Eng Tahun 2021
vi
D. KETIDAKPASTIAN PADA PENGUKURAN BERULANG
Apabila keadaan memungkinkan secara intuitif kita merasakan bahwa jika suatu besaran
diukur beberapa kali kita akan mendapat informasi yang lebih baik mengenai besaran tsb. Jika
demikian bagaimana cara kita memperoleh informasi tersebut ?
Nilai mana yang dapat kita pandang sebagai ukuran yang lebih baik bagi besaran yang kita ukur
itu? Ilmu statiska membenarkan intuisi kita itu dan memberikan cara mengolah data yang kita
peroleh sbb :
Nilai yang “sebenarnya” baru diperoleh jika pengukuran dilakukan (diulang) tak hingga
banyaknya membentuk populasi dari besaran tsb.
Dalam pengulangan yang terbatas jumlahnya yang merupakan “sampel” dari populasi
besaran tsb, nilai terbaik yang dapat diperoleh dari sampel tsb sebagai suatu nilai yang
mendekati nilai “sebenarnya” yang kita cari itu adalah :
Untuk menyatakan suatu tingkat kepercayaan kita pada nilai x tsb digunakan suatu besaran
berikut sebagai ketidakpastian x : yaitu yang disebut deviasi standar (simpangan baku)
nilai rata-rata sampel tsb :
x
(x i x)2
N 1
E. ANGKA BERARTI
Dalam menentukan nilai rata-rata x dan deviasi standar Δx mungkin saja
cara penulisan seperti ini lebih memperlihatkan bahwa angka yang kedua telah mengandung
ketidakpastian.
Penulisan angka ketiga dan seterusnya tentulah tidak berarti lagi. Dalam contoh diatas hasil
pengukuran dituliskan dalam 2 angka berarti. Hasil tersebut dapat pula dituliskan dalam bentuk-
bentuk atau satuan lain sbb:
x = (0,33 0,03) cm
= (0,033 0,003) dm
= (0,0033 0,0003) m
Dalam laporan ilmiah diutamakan menggunakan satu angka didepan koma sbb:
x = (3,3 0,3) x 10-1 cm
= (3,3 0,3) x 10-2 dm
= (3,3 0,3) x 10-3 m
Jumlah angka yang berarti yang digunakan dapat pula dilihat dari ketidakpastian relatif yang akan
dibicarakan dibawah ini.
Aturan praktis yang digunakan adalah sbb:
Penuntun Praktikum Fisika Dasar Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Malikussaleh Dirangkum oleh :
Deassy Siska, S.Si,M.Sc dan Badriana, ST, M.Eng Tahun 2021
vii
x
Banyaknya angka berarti = 1 - log
x
x
Untuk sekitasr 10% digunakan 2 angka berarti
x
sekitar 1% digunakan 3 angka berarti
sekitar 0,1% digunakan 4 angka berarti
Semakin banyak angka berarti menunjukkan prosentasi ketidakpastian yang kecil berarti semakin
tepat hasil pengukuran.
viii
Pada pengukuran berulang, x atau y merupakan deviasi standar dari hasil pengukurannya.
Dalam kasusu khusus z = f (x,y,…) dengan variabel x,y,… yang tidak gayut, persamaan di atas
dapat disederhanakan menjadi :
z z
z x y ...
x y
BUKU ACUAN.
Bevington, Philip R. , (1969), Data Reduction and Error Analysis for The
Physical Sciences, Mc Graw – Hill, New York.
Soejoto & Euis Sustini; (1993), Petunjuk Praktikum Fisika Dasar, DEP -
DIKBUD DIKTI P2TK.
Instruction Manual., Linear Air Track, Shimadzu Rika Instruments Co. LTD.
OoOoo
Penuntun Praktikum Fisika Dasar Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Malikussaleh Dirangkum oleh :
Deassy Siska, S.Si,M.Sc dan Badriana, ST, M.Eng Tahun 2021
ix
1
PERCOBAAN I
A. TUJUAN PERCOBAAN
B. DASAR TEORI
Jangka sorong dapat digunakan untuk mengukur diameter bagian dalam maupun bagian luar
serta kedalaman pipa atau silinder. Pada alat ini terdapat dua satuan pengukuran yaitu satuan
milimeter dan inchi dengan masing-masing mempunyai skala nonius. Jangka sorong mempunyai
ketelitian dari 0,01sampai 0,05 mm. Adapun ketelitian alat ini dapat kita tentukan dengan cara
menghitung jumlah garis skala nonius misalnya 20 garis dan jarak kedua puluh garis itu adalah
19 mm berarti jarak satu skala nonius = 19/20 mm. Batasan dari ketelitian jangka sorong adalah
selisih antara satu skala utama dengan satu skala nonius, jadi 1- 19/20 = 1/20 mm = 0,05 mm.
Banyak alat ukur dilengkapi dengan nonius. Alat bantu ini membuat alat ukur
berkemampuan lebih besar, karena jarak antara dua garis skala bertetangga seolah-olah menjadi
lebih kecil. Biasanya pembagian skala utama dan nonius adalah :
Selanjutnya marilah kita lihat hasil pengukuran lain dengan alat bantu nonius tersebut
seperti yang ditunjukkan pada gambar 1.1. Skala 0 pada nonius tidak berimpit dengan salah satu
angka pada skala utama, melainkan terletak antara kedudukan 8.4 dan 8.5. Dalam pengukuran
ini kita yakin bahwa harga X yang diukur adalah lebih besar dari 8.4 tetapi lebih kecil dari 8.5.
Berapakah harga X menurut hasil pembacaan ini ? Cobalah anda perhatikan gambar 1.1 lebih
teliti lagi. Ternyata salah satu garis skala nonius yang berimpit dengan skala utama yaitu skala
ke-6 dari skala nonius. Dalam keadaan pengukuran semacam ini menunjukkan bahwa harga X
yang diukur adalah 8.46.
Jangka sorong merupakan suatu alat pengukuran yang cepat dan relatif teliti untuk
mengukur diameter dalam, luar dan dalam suatu tabung, seperti yang ditunjukkan pada gambar
1.2 di bawah ini :
Penuntun Praktikum Fisika Dasar Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas
Malikussaleh Dirangkum oleh : Deassy Siska, S.Si,M.Sc dan Badriana, ST, M.Eng Tahun 2021
2
D. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Untuk mengukur diameter bagian luar maka letakkan pipa secara melintang di antara
rahang rahang bawah (1) lalu geser roda R sehingga benda tersebut tepat terjepit di
antara rahang tersebut.
2. Baca angka skala pada skala utama yang berada di sebelah kiri dari angka nol nonius.
Kemudian lihat garis skala nonius yang keberapa yang tepat berimpitan dengan garis
skala utama. Angka pada skala utama dijumlahkan dengan hasil perkalian skala nonius
dan 0,05 mm , sehingga didapatkan hasil pengukuran tersebut.
1. Masukkan pipa atau silinder kedalam rahang rahang atas (2) kemudian geser roda R ke
arah luar, sehingga kedua rahang itu tepat menyentuh sisi bagian dalam pipa.
Selanjutnya lakukan pembacaan pengukuran dengan cara yang sama seperti pada
bagian I no. 2 di atas.
Penuntun Praktikum Fisika Dasar Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas
Malikussaleh Dirangkum oleh : Deassy Siska, S.Si,M.Sc dan Badriana, ST, M.Eng Tahun 2021
3
1. Letakkan pipa secara tegak di atas meja lalu geser roda R ke arah luar sehingga tangkai
T kelihatan kedalam pipa sehingga menyentuh meja dan pinggir jangka sorong
menyentuh bagian atas pipa, seperti pada gambar tampak pada gambar 2 di atas.
Selanjutnya lakukan pembacaan pengukuran seperti pada bagian I no. 2 di atas.
F. PRETEST
1. Jika diketahui jumlah garis skala nonius 10 dan jaraknya 9 mm. Hitunglah berapa
ketelitian jangka sorong itu ?
PenuntunPraktikumFisikaDasarJurusanTeknikElektroFakultasTeknikUniversitasMalikussaleh
Dirangkum oleh : Deassy Siska, S.Si,M.Sc dan Badriana, ST, M.Eng Tahun 2021
3
4
PERCOBAAN II
A. TUJUAN PERCOBAAN
Dapat dan mahir menggunakan mikrometer untuk mengukur diameter atau ketebalan
plat/lempengan.
B. DASAR TEORI
Mikrometer ini mempunyai ketelitian yang lebih baik dari jangka sorong. Ketelitiannya
sampai 0,01 mm atao 0,001 cm. Cara untuk menentukan ketelitian alat ini adalah sebagai berikut
:
Satu skala nonius terdiri dari 50 garis skala. Untuk satu kali putaran nonius, pergeserannya pada
skala utama adalah 0,5 mm. Oleh karena itu ketelitian mikrometer adalah:
0,5
mm = 0,01 mm atau 0,001 cm
50
Gambar 2.1 Mikrometer skrup dan bagian selubung dalam dan luar.
Sumber : internet
1. Pada selubung ada skala utama dengan satuan milimeter. Ada dua baris skala: yang
bawah (yang ada tanda 0) menunjukkan kelipatan 1 mm (0, 1, 2 mm dst.) sedangkan
yang di sisi atas menunjukkan kelipatan 0,5 mm lebihnya (0,5 mm, 1,5 mm, 2,5 mm
dst.). Baca skala yang dapat terlihat pada selubung pada contoh gambar di atas adalah
2,5 mm.
Penuntun Praktikum Fisika Dasar Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas
Malikussaleh Dirangkum oleh : Deassy Siska, S.Si,M.Sc dan Badriana, ST, M.Eng Tahun 2021
5
2. Baca skala pada selongsong. Tiap tanda skala pada selongsong setara dengan 0,01 mm.
Pada selongsong ada angka 0 - 49 sehingga satu putaran penuh selongsong setara
dengan pergeseran 0,5 mm. Pada contoh di atas terbaca 11 x 0,01 mm = 0,11 cm.
3. Jumlahkan skala selubung dan selongsong: 2,5 mm + 0,11 mm = 2,61 mm
4. Hati-hati membaca skala di perbatasan: dekat dengan kelipatan 0,5 atau 1 mm. Sering
terjadi salah baca karena kurang teliti melihat skala pada selubung.
D. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Sebelum dipakai untuk pengukuran atau setiap kali akan dilakukan pengukuran terlebih
dahulu dilihat apakah mikrometer berada dalam posisi nol atau tidak? Caranya yaitu
memutar sekerup S sehingga ujung A dan B bertemu dan terdengar bunyi krik-krik, lalu
dilihat apakah lingkaran nonius telah berimpit dengan garis nol atau tidak? dan garis nol
nonius telah satu garis dengan garis tengah skala utama. Apabila belum maka perlu
dilakukan penyetelan sehingga kondisi nol tersebut dapat dicapai.
2. Untuk penyetelan mikrometer tersebut dapat ditanyakan pada asisten.
3. Setelah posisi nol dicapai maka letakkkan benda yang akan diukur di antara ujung A dan
B dengan memutar sekrup S sehingga ujung A dan B tepat menyentuh kedua sisi benda
itu.
4. Pemutaran sekrup S diputar lagi sampai terdengar krip-krip lalu penahan K digeser ke
arah anak panah agar kedudukan skala tidak berubah lagi walaupun mikrometer tersebut
diletakkan sembarang.
5. Kemudian lakukan percobaan pengukuran, caranya sebagai berikut :
6. Catat angka skala utama yang kelihatan, dari angka nol sampai lingkaran nonius.
Kemudian tambahkan dengan angka skala nonius yang segaris atau mendekati garis
tengah utama skala utama setelah dikalikan dengan ketelitian mikrometer (0,01mm).
Contoh misal angka skala utama yang terlihat adalah 1,50 mm dan angka skala nonius
yang satu garis dengan garis dengan skala utama 21. Berarti hasil pengukuran itu adalah
1,50 mm + 0,21 mm = 1,71 mm atau 0,171 cm.
F. PRETES
1. Apakah mungkin ketelitian mikrometer sekerup ini dapat di perkecil lagi dari 0,01
mm? Jelaskan pendapat saudara !
Penuntun Praktikum Fisika Dasar Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas
Malikussaleh Dirangkum oleh : Deassy Siska, S.Si,M.Sc dan Badriana, ST, M.Eng Tahun 2021
5
6
Penuntun Praktikum Fisika Dasar Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas
Malikussaleh Dirangkum oleh : Deassy Siska, S.Si,M.Sc dan Badriana, ST, M.Eng Tahun 2021
6
7
PERCOBAAN III
GAYA GESEKAN
A. TUJUAN PERCOBAAN
1. Mempelajari keadaan statik dan dinamik benda padat pada bidang datar.
2. Mempelajari penggunaan hukum Newton I, II dan III
3. Mengamati pengaruh gaya gesekan pada gerakan benda-benda pada bidang datar.
4. Menghitung koefisien gesekan statik dan kinetik permukaan.
B. DASAR TEORI
Gaya gesek merupakan gaya non konservatif yang bekerja pada dua permukaan yang
saling bersentuhan dan saling bergerak satu sama lain. Benda yang bergerak diatas
permukaan akan mengalami gaya gesek yang berlawanan dengan arah gerak benda dan
dapat menyebabkan kehilangan energi benda.
Gaya gesek terbagi dua, yaitu gaya gesek statis, dan gaya gesek kinetis. Gaya gesek
statis bekerja pada benda yang diam diatas permukaan tetapi mendapat gaya luar yang
komponennya sejajar dengan permukaan. Sementara gaya gesek kinetis adalah gaya gesek
yang bekerja ketika benda sedang bergerak dengan kecepatan atau percepatan.
Menurut hukum Newton II, benda akan bergerak berubah beraturan apabila pada
benda itu bekerja gaya tetap. Besarnya percepatan gerak benda adalah berbanding lurus
dengan besar gaya dan berbanding terbalik dengan massa benda itu. Hal ini dituli dalam
bentuk persamaan:
F
F = m . a atau a = ………………………………………………………………..(3.1)
m
Apabila sebuah balok terletak diatas bidang luncur horizontal dan balok itu ditarik
dengan gaya F, maka balok itu akan mulai saatnya bergerak apabila gaya tarik F tel;ah sama
dengan gaya gesekan statis (fs). Dalam keadaan demikian, gaya normal N sama dengan
gaya berat balok W= mb g
fs
Tempat
W= m g Beban
Penuntun Praktikum Fisika Dasar Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas
Malikussaleh Dirangkum oleh : Deassy Siska, S.Si,M.Sc dan Badriana, ST, M.Eng Tahun 2021
7
8
Misalkan massa cawan (tempat beban) mc dan massa anak timbangan dalam cawan ma
maka dalam keadaan gaya tarik F sama dengan gaya gesekan fs, koefisien gesekan statis dapat
dihitung yaitu :
F = fs dimana F = (mc + ma ) . g
fs = µs . N dan N = mb . g
jadi, (mc + ma) . g = µs . mb . g
(m c +m a )
m2
µs = …………………………………………………………................(3.2)
=
mb m1
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa gaya gesek sebanding dengan besarnya gaya normal
yang bekerja pada benda. Koefisien kesebandingan yang disebut dengan koefisien gesek. Dapat
dituliskan :
fs < µs N
fk = µk N………………………………………………………………………..(3.3)
dimana, µs dan µk masing –masing adalah koefisien gesek statis dan kinetis. Dikethui µs > µk .
Besarnya gaya gesek yang bekerja pada benda, baik diam maupaun bergerak, dapat ditentukan
dengan menggunakan prinsip – prinsip hukum Newton I, II dan III. Jika benda bergerak dengan
percepatan dan gesekan pada benda diabaikan, besarnya percepatan benda adalah :
m 2 −µ k m1
a= g ………...……………………………………………………(3.4)
m1 +m 2
m1 : massa benda m2 : massa beban µk : koefisien gesek kinetis dan g : percepatan gravitasi
bumi.
D. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Susun peralatan seperti pada gambar 3.1. Letakkan benda m1 pada suatu posisi di atas
meja kemudian hubungkan benda dan tempat beban dengan tali.
2. Berikan beban pada tempat beban, mulai dari beban yang kecil, kemudian tambahkan
sedikit demi sedikit hinggga benda tepat akan bergerak. (kalau perlu di benda m1
dapat ditambahkan beban).
Penuntun Praktikum Fisika Dasar Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas
Malikussaleh Dirangkum oleh : Deassy Siska, S.Si,M.Sc dan Badriana, ST, M.Eng Tahun 2021
8
9
3. Catat massa beban yang diberikan di tempat beban dan massa beban di m1
( kalau ada)
4. Letakkan kembali benda m1 pada titik yang sama, kemudian ulangi langkah 2 dan 3
lima kali.
5. Ulangi dengan benda m1 yang lain dan permukaan yang lain.
1. Susun peralatan seperti pada gambar 3.1. Letakkkan benda m1 pada suatu posisi di
atas bidang datar sehingga beban m2 berada pada ketinggian h dari lantai.
2. Beri beban pada tempat beban sehingga sistem bergerak dengan percepatan a.
3. Catatlah waktu yang dibutuhkan oleh tempat beban untuk tiba di lantai.
4. Ulangi langkah 2 dan 3 sebanyak lima (5) kali.
5. Ulangi langkah 2 dan 3 untuk massa beban dan h yang berbeda.
6. Timbanglah massa benda yang digunakan dan massa tempat bebannya.
1. Hitunglah gaya berat total pada beban dengan menganggap g = 9,8 m/s2 pada setiap
bagian percobaan.
2. Tentukan percepatan gerak sistem ( dari bagian B)
3. Hitunglah besarnya koofesien dan gaya gesek statis pada bagian A dan koofesien serta
gaya gesek kinetis (pada bagian B).
4. Apakah kesimpulan anda ?
F. PRETES
1. Gambarkanlah semua gaya yang bekerja pada sistem pada gambar 1 dan buktikan
persamaan (3.2.)
2. Jabarkanlah cara menentukan koefisien gesek statis dan dinamis pada sistem di atas.
3. Bagaimanakan cara menentukan percepatan benda dari hasil langkah kerja B?
4. Sebutkanlah manfaat dan kerugian adanya gaya gesekan.
5. Bagaimanakan cara membuat koefisien gesekan permukaan menjadi nol ?
Penuntun Praktikum Fisika Dasar Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas
Malikussaleh Dirangkum oleh : Deassy Siska, S.Si,M.Sc dan Badriana, ST, M.Eng Tahun 2021
9
10
Penuntun Praktikum Fisika Dasar Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas
Malikussaleh Dirangkum oleh : Deassy Siska, S.Si,M.Sc dan Badriana, ST, M.Eng Tahun 2021
10
11
PERCOBAAN IV
MESIN ATWOOD
A. TUJUAN PERCOBAAN
1. Untuk mempelajari penerapkan hukum Newton ke-2
2. Menentukan kecepatan dan percepatan sistem.
3. Mempelajari gerak lurus berubah beraturan (GLBB).
B. DASAR TEORI
Mesin Atwood adalah sebuah sistem yang menghubungkan satu, dua dan lebih massa
melalui sebuah katrol menggunakan tali atau sabuk. Sistem ini sering kita jumpai dalam
kehidupan sehari-hari, seperti dalam pekerjaan mekanik alat berat, dalam pekerjaan bangunan
dan lain-lain.
Konsep dinamika dalam mesin Atwood ini merupakan sistem yang bergerak dengan
percepatan tertentu sebesar a. Mesin Atwood yang sederhana seperti terlihat pada gmabar 4.1 di
bawah ini :
Seperti terlihat pada sistem di atas bahwa, kedua massa m1 dan m2 memiliki harga yang
tidak sama, dengan demikian salah satu masa (m1) akan ditarik oleh massa (m2), karena m2
mempunyai massa yang lebih besar dari m1. Percepatan sistem m1 dan m2 dapat ditentukan
melalui persamaan 4.1 berikut :
(4.1)
Sementara untuk menghitung tegangan yang timbul dalam tali/sabuk dapat menggunakan
persamaan (4.2) berikut :
(4.2)
Gerak sistem Atwood juga terdapat konsep gerak lurus berubah beraturan (GLBB). Untuk
menghitung kecepatan sistem dapat digunakan salah satu dari 3 persamaan GLBB mendatar.
Penuntun Praktikum Fisika Dasar Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas
Malikussaleh Dirangkum oleh : Deassy Siska, S.Si,M.Sc dan Badriana, ST, M.Eng Tahun 2021
12
D. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Tentukan kecepatan massa yang lebih berat sesaat sebelum menyentuh lantai/dasar.
2. Tentukan percepatan sistem berdasarkan data-data percobaan dari perubahan massa
yang berbeda-beza, bandingkan antaranya dan jelaskan apa yang sangat mempengaruhi
percepatan sistem.
3. Tentukan percepatan sistem yang ditentukan secara langsung.
4. Bandingkan percepatan sistem yang ditentukan seperti padapoin 2 dengan percepatan
sistem yang ditentukan secara langsung pada poin 3.
5. Jelaskan semua (1-4) analisa data dan berikan alasan-alasannya pada bagian
pembahsan.
F. PRETES
Penuntun Praktikum Fisika Dasar Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas
Malikussaleh Dirangkum oleh : Deassy Siska, S.Si,M.Sc dan Badriana, ST, M.Eng Tahun 2021
12
13
Penuntun Praktikum Fisika Dasar Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas
Malikussaleh Dirangkum oleh : Deassy Siska, S.Si,M.Sc dan Badriana, ST, M.Eng Tahun 2021
13
14
BAB V
BANDUL
A. TUJUAN PERCOBAAN
B. DASAR TEORI
Bandul matematis adalah sebuah benda ideal yang terbuat dari sebuah massa titik yang
diikat dengan seutas tali dan digantungkan. Jika diberi simpangan, bandul ini akan
berosilasi atau bergetar dengan ragam getaran selaras. Periode getarannya adalah :
l
T = 2π ……………………………………………………………………… (5.1)
g
T = perioda osilasi (sekon), l = panjang tali (m), g = percepatan gravitasi bumi (m/s2).
D. PROSEDUR PEKERJAAN
1. Atur bandul matematis dengan panjang tali 50 cm (minta arahan asisten). Kemudian
usahakan bandul berada dalam keadaan setimbang.
2. Beri simpangan kecil sebesar 10° atau maksimal 15° terhadap posisi seimbang pada
bandul kemudian.lepaskan.
Penuntun Praktikum Fisika Dasar Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas
Malikussaleh Dirangkum oleh : Deassy Siska, S.Si,M.Sc dan Badriana, ST, M.Eng Tahun 2021
15
F. PRETES
Penuntun Praktikum Fisika Dasar Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas
Malikussaleh Dirangkum oleh : Deassy Siska, S.Si,M.Sc dan Badriana, ST, M.Eng Tahun 2021
15
16
PERCOBAAN VI
A. TUJUAN PERCOBAAN
B. DASAR TEORI
1. Hukum Hooke
Sebuah pegas ketika diberi gaya tarik F akan bertambah panjang sejauh x, dan dalam
kasus ini berlaku hukum Hooke:
. ∆ (6.1)
F : gaya tarik (N), k : tetapan pegas (N/m), dan ∆x : pertambahan panjang akibat gaya (m)
2. Energi Potensial Pegas (Ep) dan Usaha (W) untuk Meregangkan Pegas
Energi potensial adalah energi yang dimiliki benda karena kedudukannya terhadap
suatu acuan. Energi potensial pegas dihitung berdasarkan acuan titik setimbangnya,
sehingga saat pegas menyimpang sejauh x akan memiliki energi potensial yang besarnya :
. ∆ (6.2)
Usaha yang diperlukan untuk meregangkan pegas akan setara dengan perubahan energi
potensial pada pegas akibat usikan peregangan tersebut, sehingga :
. ∆ (6.3)
Penuntun Praktikum Fisika Dasar Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas
Malikussaleh Dirangkum oleh : Deassy Siska, S.Si,M.Sc dan Badriana, ST, M.Eng Tahun 2021
17
1. Pegas 3. Statif
2. Stopwatch 4. Beban
(1)
(2)
(3)
D. PROSEDUR PERCOBAAN
Panjang Pegas
Panjang Pegas Pertambahan Tetapan
Massa Beban, setelah
No Tanpa Panjang Pegas
m (kg) Pembebana
Beban (m) Pegas (m) (N/m)
n (m)
1
.
.
Rt-rt
Penuntun Praktikum Fisika Dasar Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas
Malikussaleh Dirangkum oleh : Deassy Siska, S.Si,M.Sc dan Badriana, ST, M.Eng Tahun 2021
17
18
Frekuensi Frekuensi
Jumlah Waktu getaran Getaran
Massa Beban
No Getara Getar Hasil Hasil
m (kg)
n (n) (t) Pengamatan Perhitungan
(Hz) (Hz)
1
.
.
Rt-rt
F. PRETES
Pertambahan
No Gaya F (N) Dari tabel, tentukan:
Panjang x (cm)
1 4 2 a. konstanta pegas yang digunakan
2 8 4 b. nilai A
3 10 A c. Energi potensial pegas saat bertambah
4 16 8 panjang 10 cm
2. Hubungan antara F dan x dari sebuah pegas seperti ditunjukkan pada gambar berikut!
F (N)
Dari grafik, tentukan :
20 a. konstanta pegas
15 b. usaha untuk meregangkan pegas sejauh 5 cm
10
x (cm)
2 3 4
3. Hitung konstanta susunan pegas dari rangkaian yang terdiri atas empat buah pegas
identik, masing-masing berkonstanta 400 N/m ketika disusun :
18
19
5. Usaha yang dilakukan oleh gaya 40 N yang bekerja pada suatu pegas adalah 0,4 joule.
Tentukan :
a. Konstanta pegas
b. Usaha untuk menekan pegas tersebut sehingga bertambah pendek sejauh 2 cm
Penuntun Praktikum Fisika Dasar Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas
Malikussaleh Dirangkum oleh : Deassy Siska, S.Si,M.Sc dan Badriana, ST, M.Eng Tahun 2021
19
20
PERCOBAAN VII
I. TUJUAN PERCOBAAN
Menentukan viscositas (angka kekentalan) dari suatu zat cair dengan menggunakan
viscosimeter bola jatuh.
II DASAR TEORI
Viscositas merupakan ukuran kekentalan suatu fluida, yang menyatakan besarnya gesekan
(friksi) yang terjadi antara suatu lapisan aliran fluida dengan lapisan aliran lainnya pada ragam
aliran laminer. Dalam aplikasi fluida, viscositas merupakan besaran yang sangat berperan untuk
menerangkan dinamikanya.
Viscositas suatu zat cair dapat di ukur dengan menggunakan beberapa cara, salah satunya
adalah dengan menjatuhkan bola di dalam zat cair itu. Ketika bola dijatuhkan di dalam zat cair
itu. Ketika bola dijatuhkan dalam zat cair, mula – mula bola mengalami percepatan karena
gravitasi. Namun karena pengaruh gesekan dengan fluida, percepatan bola berkurang hingga
akhirnya nol. Pηada saat itu kecepatan bola tetap (konstan) yang dinamakan sebagai kecepatan
terminal Vm maka menurut hukum Stokes :
2r 2 g
Vm = (ρ b − ρ f ) ………………………………………………………………… (7.1)
2η
η = viskositas zat cair
r = jari-jari bola (cm)
ρb = rapat massa bola (gr/cm3)
ρf = rapat massa fluida (gr/cm3)
Persamaan di atas berlaku jika diameter bola kecil dibandingkan diameter zat cair dalam
tabung. gambar mengenai percobaan ini seperti berikut :
20
21
VI. PRETEST
A. Bola kaca
Penuntun Praktikum Fisika Dasar Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas
Malikussaleh Dirangkum oleh : Deassy Siska, S.Si,M.Sc dan Badriana, ST, M.Eng Tahun 2021
21
22
BAB VIII
HUKUM ARCHIMEDES
I. TUJUAN PERCOBAAN
Berat benda di udara lebih besar jika dibandingkan dengan berat benda yang berada dalam
fluida. Hal ini disebabkan oleh adanya gaya ke atas oleh fluida. Gaya ke atas tersebut disebut
juga dengan gaya Archimedes. Untuk menentukan gaya Archimedes tersebut kita dapat
menimbang lebih dahulu berat benda di udara kemudian benda kita gantungkan dengan cara
menggunakan dinamometer (alat ukur gaya) dan selanjutnya kita masukkan ke dalam bejana
yang berisi fluida. Secara matematis besar gaya Archimedes dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan berikut :
Kemudian ada juga cara lain untuk mengukur besar gaya Archimedes yaitu dengan
menggunakan timbangan neraca, cara ini juga tidak jauh berbeda dengan menggunakan
Dinamometer. Benda digantungkan pada timbangan neraca untuk membaca berat benda dan
kemudian benda dengan posisi masih tergantung dicelupkan ke dalam fluida seperti yang terlihat
pada gambar 8.1 di bawah ini :
Gambar 8.1 Timbangan neraca cara untuk menentukan besar gaya Archimedes
VI. PRETES
A. Fluida (Air)
B. Fluida (Oli)
Penuntun Praktikum Fisika Dasar Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas
Malikussaleh Dirangkum oleh : Deassy Siska, S.Si,M.Sc dan Badriana, ST, M.Eng Tahun 2021
23