Anda di halaman 1dari 48

PANDUAN PRAKTIKUM

MEKANIKA DAN TERMODINAMIKA DASAR

Oleh
WAYAN SUANA, S.Pd., M.Si.
Drs. NENGAH MAHARTA, M.Si.

PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2018

i
PRAKATA

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan
anugerah-Nya sehingga Panduan Praktikum Mata Kuliah Mekanika dan
Termodinamika Dasar ini dapat diselesaikan dengan sebaik-baiknya.
Panduan Praktikum ini dibuat sebagai acuan dalam melakukan kegiatan
praktikum dengan bobot 1 (satu) sks yang menjadi bagian dari Mata Kuliah
Mekanika dan Termodinamika Dasar pada Program Studi Pendidikan Fisika
FKIP Universitas Lampung. Dengan panduan praktikum ini, mahasiswa
diharapkan dapat melaksanakan kegiatan praktikum dengan terarah, terencana,
tertib, dan lancar. Topik-topik yang dibahas meliputi hampir semua topik-topik
yang dikaji dalam perkuliahan teori, yaitu berjumlah 12 judul kegiatan. Dengan
demikian, panduan ini diharapkan dapat memenuhi tuntutan standar mutu
kegiatan praktikum yang ditetapkan oleh LP3M Universitas Lampung.
Penyusun menyakini bahwa Panduan Praktikum Mekanika dan
Termodinamika Dasar ini masih belum sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun sangat penyusun harapkan guna perbaikan panduan
praktikum ini di masa mendatang. Penyusun mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu penyusunan panduan praktikum ini.

Bandarlampung, 1 Juni 2018

Tim Penyusun

ii
HALAMAN PENGESAHAN

Judul Panduan : Panduan Praktikum Mekanika dan Termodinamika


Dasar
Nama Mata Kuliah : Mekanika dan Termodinamika Dasar
Kode Mata Kuliah/ SKS : KFI617101/ 4 (3-1)
Program Studi/ Jurusan : Pendidikan Fisika/ Pendidikan MIPA
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Ketua Tim Penyusun
a. Nama Lengkap : Wayan Suana, S.Pd., M.Si.
b. NIP : 198512312008121001
c. Pangkat/Golongan : Penata/ IIIC
c. Jabatan Fungsional : Lektor
d. Program Studi : Pendidikan Fisika

Bandar Lampung, 28 Juni 2018

Mengetahui, Ketua Tim Penyusun,


Wakil Dekan Bid. Akademik dan Kerjasana

Dr. Abdurrahman, M.Si. Wayan Suana, S.Pd., M.Si.


NIP 196812101993031002 NIP 198512312008121001

Menyetujui,
Ketua LP3M Universitas Lampung

Prof. Dr. Murhadi, M.Si.


NIP 19640326 198902 1 001

iii
TATA TERTIB MENGIKUTI PRAKTIKUM

A. Peraturan
1. Mengikuti seluruh kegiatan praktikum yang telah ditetapkan.
2. Hadir minimal 10 menit sebelum kegiatan praktikum dimulai dan tidak
ada toleransi waktu.
3. Memakai jas laboratorium setiap mengikuti kegiatan praktikum.
4. Menjaga kebersihan ruangan laboratorium dengan melepaskan alas kaki
saat memasuki ruangan laboratorium dan tidak meninggalkan sampah saat
meninggalkan ruangan laboratorium.
5. Mematikan lampu dan AC sebelum meninggalkan ruangan.
6. Menjaga suasana praktikum agar tetap kondusif dalam melakukan
kegiatan praktikum.
7. Tidak meletakkan tas di atas meja praktik.
8. Melaporkan setiap ada kerusakan alat yang diperbuat oleh praktikan.
9. Merapikan kembali alat-alat yang digunakan setelah selesai praktikum.
10. Tidak hadir karena sakit harus ada bukti keterangan dari dokter.

B. Sanksi-Sanksi
1. Kehadiran yang tidak mencapai 100% maka praktikan otomatis tidak lulus
praktikum.
2. Terlambat lebih dari 10 menit tidak boleh mengikuti praktikum kecuali
ada keterangan dan izin sebelumnya.
3. Membuat keributan dan mengganggu kegiatan praktikum akan dikeluarkan
dari ruangan praktikum dan dianggap tidak mengikuti kegiatan praktikum.
4. Kerusakan alat akibat keteledoran praktikan maka wajib diganti dengan
alat sejenis yang ditanggung oleh kelompok praktikan tersebut.
5. Sanksi-sanksi lain dapat berlaku atas pertimbangan dosen dan atau asisten
praktikum sesuai dengan tingkat kesalahan yang dilakukan.

iv
DAFTAR ISI

PRAKATA ..................................................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... iii
TATA TERTIB PRAKTIKUM ..................................................................... iv
PRAKEGIATAN: TEORI KETIDAKPASTIAN DAN AP .......................... 1
KEGIATAN 1. PENGUKURAN DAN KETIDAKPASTIAN ..................... 7
KEGIATAN 2. PENJUMLAHAN VEKTOR ............................................... 10
KEGIATAN 3. GERAK LURUS BERUBAH BERATURAN ..................... 13
KEGIATAN 4. HUKUM II NEWTON ......................................................... 16
KEGIATAN 5. GAYA GESEK STATIS ...................................................... 19
KEGIATAN 6. DINAMIKA ROTASI .......................................................... 22
KEGIATAN 7. HUKUM ARCHIMEDES .................................................... 26
KEGIATAN 8. TEKANAN HIDROSTATIS ................................................ 28
KEGIATAN 9. FLUIDA DINAMIS ............................................................. 31
KEGIATAN 10. SKALA TERMOMETER .................................................. 33
KEGIATAN 11. ASAS BLACK ................................................................... 36
KEGIATAN 12. PEMUAIAN ZAT GAS ..................................................... 39
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 43

v
PRAKEGIATAN
TEORI KETIDAKPASTIAN DAN ANGKA PENTING

A. Teori Ketidakpastian

Teori ketidakpastian adalah tidak ada satu pun hasil pengukuran yang tepat
dengan nilai yang sebenarnya dari setiap kegiatan pengukuran. Berikut ini adalah
beberapa jenis ketidakpastian beserta sumbernya yang biasa dijumpai.

Kesalahan-kesalahan Umum (gross-errors)

Kesalahan ini kebanyakan disebabkan oleh kesalahan manusia. Diantaranya


adalah kesalahan pembacaan alat ukur, penyetelan yang tidak tepat dan pemakaian
instrumen yang tidak sesuai dan kesalahan penaksiran. Kesalahan ini tidak dapat
dihindari, tetapi harus dicegah dan perlu perbaikkan. Ini terjadi karena keteledoran
atau kebiasaan - kebiasaan yang buruk, seperti : pembacaan yang tidak teliti,
pencatatan yang berbeda dari pembacaannya, penyetelan instrumen yang tidak
tepat.

Kesalahan-kesalahan sistematis (systematic errors)

Ketidakpastian bersistem dapat disebut sebagai sumber kesalahan karena


bersumber pada kesalahan alat. Ketidakpastian ini meliputi hal-hal berikut ini.
1) Kesalahan kalibrasi. Cara memberi skala nilai pada waktu pembuatan alat
ukur yang tidak tepat sehingga setiap kali alat tersebut digunakan,
ketidakpastian selalu muncul pada hasil pengukuran. Contoh kesalahan
kalibrasi adalah skala nilai pada alat ukur yang lebarnya tidak sama.
Kesalahan ini dapat diketahui dengan cara membandingkan alat tersebut
dengan alat lain yang standar. Alat standar. Alat standar, meskipun buatan
manusia, dipandang tidak mengandung kesalahan apapun.
2) Kesalahan titik nol. Titik nol skala alat ukur tidak berhimpit dengan titik nol
jarum penunjuk alat ukur. Misalnya, jarum penunjuk titik nol pada neraca
(timbangan) yang tidak berada pada posisi nol padahal tidak digunakan untuk
menimbang. Kesalahan ini dapat dikoreksi dengan memutar tombol pengatur
kedudukan jarum agar tepat pada posisi nol. Jika tidak, kita harus mencatat

1
kedudukan awal jarum penunjuk dan memperlakukan kedudukan awal ini
sebagai titik nol.
3) Kelelahan Komponen Alat. Kesalahan ini sering terjadi pada pegas. Pegas
yang telah lama dipakai biasanya lembek, sehingga mempengaruhi hasil
pengukuran. Kesalahan ini dapat diperbaiki dengan cara mengkalibrasi ulang.
4) Gesekan. Kesalahan ini timbul akibat gesekan pada bagian-bagian alat yang
bergerak.
5) Paralaks. Kesalahan baca yang terjadi karena kita tidak tepat mengarahkan
pandangan mata (mata tidak tegak lurus) terhadap objek yang diamati.
6) Keadaan Saat Bekerja. Penggunaan alat pada kondisi yang berbeda dengan
keadaan alat pada saat dikalibrasi (misalnya pada suhu, tekanan, dan
kelembapan yang berbeda juga dapat menyebabkan terjadinya kesalahan.

Kesalahan Acak yang tak Disengaja (Random Errors)

Ketidakpastian ini bersumber pada keadaan atau gangguan yang sifatnya acak,
sehingga menghasilkan ketidakpastian yang bersifat acak pula. Berbeda dengan
ketidakpastian bersistem, ketidakpastian ini tidak mempunyai kecenderungan
tertentu sehingga sukar diatasi. Pada pengukuran yang sudah direncanakan
kesalahan-kesalahan ini biasanya hanya kecil. Tetapi untuk pekerjaan-pekerjaan
yang memerlukan ketelitian tinggi akan berpengaruh. Contoh misal suatu
tegangan diukur dengan voltmeter dibaca setiap jam, walaupun instrumen yang
digunakan sudah dikalibrasi dan kondisi lingkungan sudah diset sedemikian rupa,
tetapi hasil pembacaan akan terjadi perbedaan selama periode pengamatan.
Penyebab ketidakpastian acak ini antara lain sebagai berikut:
1) Gerak Brown Molekul Udara. Seperti diketahui, molekul udara selalu
bergerak dan gerakannya bersifat acak. Gerakan ini pada saat tertentu
mengalami fluktuasi, artinya gerakan molekul udara dalam arah tertentu
menjadi sangat besar atau sangat kecil. Hal ini menyebabkan jarum
penunjukkan skala alat ukur yang sangat halus, misalnya mikro galvanometer
menjadi terganggu akibat tumbukan antarmolekul udara.
2) Fluktuasi Tegangan Listrik. Tegangan PLN, baterai, atau aki selalu
berfluktuasi, yaitu selalu mengalami perubahan. Tentu saja, hal itu
menggangu pembacaan besaran listrik.

2
3) Landasan yang Bergetar. Alat yang sangat peka, misalnya seismograf, dapat
terganggu akibat adanya landasan yang bergetar. Hal itu akan mempengaruhi
hasil pengukuran.
4) Bising. Pada alat-alat elektronika sering terjadi bising akibat fluktuasi
tegangan pada komponen alat yang bersangkutan.
5) Radiasi Latar. Radiasi sinar kosmis dari angkasa luar dapat menyebabkan
gangguan pada alat pencacah (counter) karena akan terhitung pada waktu kita
mengukur dengan pencacah elektronik.

Adanya Nilai Skala Terkecil Alat Ukur

Setiap alat ukur mempunyai skala terkecil dalam berbagai ukuran. Mistar
misalnya, ada yang mempunyai skala terkecil 1 mm. Demikian pula pada jangka
sorong yang dilengkapi dengan skala nonius sehingga memungkinkan kita mampu
membaca hingga 0,1 mm. Meskipun demikian, karena keterbatasan penglihatan
pembacaan skala terkecil ini juga merupakan sumber kesalahan.

Keterbatasan Pengamat

Sumber ketidakpastian ini adalah keterbatasan pengamat sendiri. Misalnya


pengamat kurang terampil dalam menggunakan alat, utamanya alat-alat canggih
yang melibatkan banyak komponen yang harus diatur.

Cara Menghindari Kesalahan dalam Pengukuran

Adapun langkah-langkah yang bisa dilakukan untuk menghindari terjadinya


kesalahan umum yaitu:
1) Cek secara hati-hati semua objek yang akan diukur.
2) Melakukan pembacaan hasil ukuran secara berulang untuk mengecek
kekonsistenan.
3) Memverifikasi hasil yang dicatat dengan yang dibaca.
4) Mengulangi seluruh pengukuran secara mandiri untuk mengecek
kekonsistenan data.

3
5) Penggunakan rumus aljabar atau geometrik sederhana untuk mengecek
kebenaran hasil ukuran. Misalnya dalam pengukuran sudut sebuah segitiga,
jumlah ketiga sudutnya sama dengan 180°.

Untuk menghindari kesalahan-kesalahan sistematis tersebut dengan cara :

1) Memilih instrumen yang tepat untuk pemakaian tertentu.


2) Menggunakan faktor-faktor koreksi setelah mengetahui banyaknya kesalahan.
3) Mengkalibrasi instrumen tersebut terhadap instrumen standar. Pada
kesalahan-kesalahan yang disebabkan lingkungan, seperti : efek perubahan
temperatur, kelembaban, tahanan udara luar, medan-medan maknetik, dan
sebagainya dapat dihindari dengan membuat pengkondisian udara (AC),
penyegelan komponenkomponen instrumen tertentu dengan rapat, pemakaian
pelindung maknetik dan sebagainya.

Untuk mengatasi kesalahan acak yang tak disengaja (random errors) ini dengan
cara sebagai berikut:

1) menambah jumlah pembacaan alat percobaan yang dilakukan.


2) menggunakan cara-cara statistik untuk mendapatkan hasil yang akurat.
3) Alat ukur listrik sebelum digunakan untuk mengukur perlu diperhatikan
penempatannya/ peletakannya. Ini penting karena posisi pada bagian yang
bergerak yang menunjukkan besarannya akan dipengaruhi oleh titik berat
bagian yang bergerak dari suatu alat ukur tersebut.

B. NILAI KETIDAKPASTIAN

Angka-angka yang berarti atau biasa kita kenal dengan angka penting. Angka
penting adalah bilangan yang diperoleh dari hasil pengukuran yang terdiri dari
angka-angka penting yang sudah pasti (terbaca pada alat ukur) dan satu angka
terakhir yang ditafsir atau diragukan.

Ketentuan Angka Penting

Semua angka bukan nol merupakan angka penting.

4
6,89 mL memiliki 3 angka penting

78,99 km memiliki 4 angka penting

Angka nol yang terletak di antara dua angka bukan nol merupakan angka
penting.
1208 m memiliki 4 angka penting

2,0067 mil memiliki 5 angka

Untuk bilangan desimal yang lebih kecil dari satu, angka nol yang terletak
disebelah kiri angka bukan nol, baik disebelah kanan tanda koma (decimal), tidak
termasuk angka penting.
0,51 cm memiliki 2 angka penting

0,0215 g memiliki 3 angka penting

Deretan angka nol yang terletak disebelah kanan angka bukan nol adalah angka
penting, kecuali ada penjelasan lain. Penjelasan ini dapat berupa garis bawah
pada angka terakhir yang masing dianggap angka penting.

0,456000 memiliki 6 angka penting

1300 m memiliki 3 angka penting

0,456000 s memiliki 4 angka penting

Untuk bilangan yang sangat besar atau sangat kecil angka penting dapat dikenal
dengan baik jika ditulis dengan notasi ilmiah. Semua angka sebelum orde (Pada
notasi ilmiah) termasuk angka penting.

384.000.000 m = 3,84 x 108 m memiliki 3 angka penting

4,00 x 10-7 kg memiliki 3 angka penting

Penjumlahan atau Pengurangan dengan Angka Penting

penjumlahan atau pengurangan dengan angka penting hanya boleh ada satu angka
taksiran (angka yang diragukan). Dalam contoh berikut, semua angka yang
diragukan digarisbawahi untuk memperjelas pemahaman aturan penjumlahan dan
pengurangan angka penting ini.

345,670 (6 angka penting)


24,5 (3 angka pentimg)
________ +

5
370,170 ( kita tulis hasilnya sebagai 370,2 yang memiliki 4 angka penting)

Pengoprasian Perkalian dan Pembagian Angka Penting

Hasil kali atau hasil bagi dari angka penting memberikan hasil dengan jumlah
angka penting sama dengan jumlah angka paling sedikit dari bilangan-bilangan
yang terlibat dalam perkalian atau pembagian.

3,45 x 2,5 = 8,625 (kita tulis hasilnya sebagai 8,6 yang memiliki 2 angka
penting).

67,89 x 568 = 38561,52 (kita tulis hasilnya sebagai 38561 yang memiliki 3 angka
penting).

134,78 : 26 = 5,1838 (kita tuliskan hasilnya sebagai 5,2 yang memiliki 2 angka
penting).

Pengoprasian Perpangkatan dan Penarikan Angka Penting

Apabila suatu bilangan penting dipangkatkan atau ditarik akarnya, hasilnya


mempunyai angka penting sebanyak angka penting bilangan yang dipangkatkan
atau ditarik akarnya.

Misalnya:

(2,5 cm)3 = (2,5 cm) x (2,5 cm) x (2,5 cm)

= 15,625 cm3

= 16 cm3 (2 angka penting)

6
KEGIATAN 1
PENGUKURAN DAN KETIDAKPASTIAN

Tujuan Kegiatan:
Melalui praktikum, mahasiswa mampu untuk:
1. melakukan pengukuran panjang dengan mistar dan jangka sorong, membaca
dan menuliskan hasil pengukuran dengan benar.
2. membandingkan ketelitian mistar dan jangka sorong.

Orientasi Masalah
Seseorang melakukan pengukuran panjang sebuah batang karbon dengan
menggunakan dua mistar yang berbeda. Mistar pertama menunjukkan skala antara
2 cm dan 3 cm sehingga orang itu memutuskan bahwa panjang batang karbon
tersebut 2,5 cm. Lalu ia mencoba menggunakan mistar kedua dan ternyata hasil
pengukuran menunjukkan skala antara 2,5 cm dan 2,6 cm lalu ia membacanya
2,55 cm. Mengapa hasil pengukuran oleh kedua jenis mistar tersebut berbeda?
Apakah proses pengukuran yang dilakukan sudah besar? Mistar mana yang
memberikan hasil pengukuran yang benar? Lalu jika batang karbon tersebut
diukur dengan jangka sorong bagaimana kemungkinan hasil pengukurannya?
Diskusikanlah hal ini dengan teman sekelompokmu!

Gambar 1.1 Pengukuran dengan dua mistar yang berbeda

Perumusan Masalah
1. Bagaimana cara mengukur dimensi panjang dengan mistar dan jangka sorong?
2. Bagaimana perbandingan ketelitian mistar dan jangka sorong?

7
Hipotesis
1. ...............................................................................................................................
2. ...............................................................................................................................
Prosedur Percobaan
a. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam percobaan ini yaitu:
1. Mistar dengan ketelitian 1 mm
2. Jangka sorong dengan ketelitian 0,05 mm
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini meliputi:
1. Kelereng
2. Gelas ukur
3. Balok aluminium
b. Langkah percobaan
Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam setiap percobaan adalah sebagai
berikut:
1. siapkan alat dan bahan yang diperlukan,
2. pastikan pengenolan jangka sorong sudah tepat,
3. ukur satu-persatu bahan-bahan yang telah disediakan (lakukan tiga kali
pengukuran dengan bagian sisi/kedalaman/diameter yang berbeda-beda.

Tabel Hasil Pengukuran.


Hasil Pengukuran
Obyek yang diukur
Mistar Jangka sorong

Panjang sisi balok


aluminium

Kedalaman Gelas Ukur

Diameter Kelereng

8
Analisis Data

1. Bagaimana perbedaan proses pengukuran ketiga benda tersebut?Bagaimana


hasil pengukuran panjang sisi balok, kedalaman gelas ukur, dan diameter
kelereng dengan mistar dan jangka sorong? Apakah berbeda? Jika iya apa
penyebabnya?
2. Apa kelebihan jangka sorong dibandingkan dengan mistar sebagai alat ukur
panjang?

Kesimpulan

9
KEGIATAN 2
PENJUMLAHAN VEKTOR

Tujuan Kegiatan

Melalui eksperimen, mahasiswa mampu untuk menjumlahkan gaya-gaya yang


bekerja pada benda diam

Orientasi Masalah
Pernahkah Anda membandingkan kelajuan beberapa perahu untuk sampai di tepi
sungai atau terpi pantai? Sebagai contoh, terdapat dua buah perahu yaitu perahu A
dan B yang bergerak menyeberangi sungai dengan kecepatan yang sama. Tetapi,
perahu A bergerak tegak lurus terhadap aliran arus sungai dan perahu B bergerak
membentuk sudut 60° terhadap aliran sungai. Dalam hal ini perahu A akan
mencapai tepi sungai terlebih dahulu dibandingkan dengan perahu B, mengapa hal
ini bisa terjadi? Apakah yang mempengaruhi hal tersebut?

Perumusan Masalah
Berdasarkan orientasi permasalahan di atas, maka perumusan masalahnya adalah
“bagaimana resultan gaya-gaya yang bekerja pada benda diam?”.

Hipotesis
Buatlah hipotesis berdasarkan perumusan masalah di atas!
....................................................................................................................................

Alat Dan Bahan


1. Neraca pegas 2 buah
2. Balok pendukung 2 buah
3. Beban 50 gram 1 biji
4. Batang statif panjang 2 batang
5. Batang statif pendek 1 batang
6. Busur 1 buah
7. Tali 50 cm
8. Dasar statif 2 unit

10
Prosedur Percobaan

1. Timbang berat beban yang digunakan!


2. Rangkailah alat seperti gambar di atas!
3. Gantungkan beban pada kedua neraca pegas dengan sudut 300 antara neraca
pegas 1 dan neraca pegas 2 dengan menggunakan busur
4. Kemudian catat gaya yang terbaca pada neraca pegas 1 dan neraca pegas 2.
5. Lakukan kembali langkah 3 dan 4, dengan mengubah besar sudutnya masing
masing 600, dan 900!
6. Setelah kita mengetahui besar gaya yang dialami benda,
7. Kemudian mencari F1x , F2x, F1y, dan F2y dari masing-masing percobaan.
8. Kemudian isilah tabel berikut ini berdasarkan percobaan yang anda lakukan!

Data Hasil Pengukuran

F1x F1y F2x F2y Berat Fx


Sudut Fy (N)
(N) (N) (N) (N) Beban (N) (N)
300
600
900

11
Analisis Data
1. Bagaimana besar gaya ke sumbu X positif dan gaya ke sumbu X negatif pada
tiap-tiap percobaan?
2. Bagaimana besar gaya ke sumbu Y positif dan gaya ke sumbu Y negatif pada
tiap-tiap percobaan?

Kesimpulan

12
KEGIATAN 3
GERAK LURUS BERUBAH BERATURAN

Tujuan Kegiatan
Melalui eksperimen, mahasiswa mampu:
1. Memperoleh persamaan kecepatan dari benda yang bergerak lurus dengan
percepatan tetap
2. Memperoleh persamaan jarak dari benda yang bergerak lurus dengan
percepatan tetap

Orientasi Masalah
Saat benda dijatuhkan dari atas ke bawah kecepatannya semakin bertambah dan
saat benda dilempar ke atas kecepatannya semakin berkurang. Pernahkah terlintas
di pikiran Anda mengapa hal tersebut terjadi? Apakah yang sebenarnya
mempengaruhi fenomena benda tersebut?

Perumusan Masalah
Berdasarkan orientasi permasalahan di atas, maka perumusan masalahnya adalah:
1. Bagaimana persamaan kecepatan benda yang bergerak lurus berubah
beraturan
2. Bagaimana persamaan jarak tempuh benda yang bergerak lurus berubah
beraturan

Hipotesis
Buatlah hipotesis berdasarkan perumusan masalah di atas!
....................................................................................................................................

Alat Dan Bahan


1. Rel presisi 2 batang
2. Kaki rel presisi 2 buah
3. Penyambung rel presisi 1 buah
4. Kereta dinamika 1 unit

13
5. Benang 1m
6. Beban 50 gr 2 biji
7. Ticker timer 1 unit
8. Kertas pita 1,5 m
9. Catu daya 1 unit
10. Kabel penghubung 2 utas

Prosedur Percobaan

1. Rangkai rel presisi, kereta dinamika, ticker timer, kertas pita dan beban
seperti pada gambar di atas.
2. Gantungkan satu buah beban 50gr terangkai pada katrol dan kereta
3. Rangkai kereta dengan pita, ticker timer, benang, dan beban
4. Tempatkan rel pada bidang datar dengan ketinggian tertentu
5. Letakkan kereta pada rel
6. Lepaskan beban pemberat bersamaan dengan menghidupkan ticker timer
7. Ulangi percobaan dengan menggunakan beban 100 g
8. Sajikan data ketukan ticker timer pada pita dalam grafik v-t.
Data Hasil Pengukuran
v

14
Analisis Data
1. Bagaimana persamaan dan perbedaan dari dua grafik yang dihasilkan?
2. Bagaimana persamaan v (t) dari kedua grafik tersebut?
3. Bagaimana persamaan s (t) dari kedua grafik tersebut?

Kesimpulan
Simpulkanlah hasil pengamatanmu berdasarkan tujuan percobaan!

15
KEGIATAN 4
HUKUM II NEWTON

Tujuan Kegiatan
Melalui eksperimen, mahasiswa mampu:
1. Menyelidiki hubungan antara gaya tarik yang diberikan pada suatu benda
dengan percepatan benda itu.
2. Menyelidiki hubungan antara massa benda dengan percepatan benda.
3. Merumuskan hubungan antara gaya, massa, dan percepatan

Orientasi Masalah
Pernahkah kalian membawa buku dengan massa 2kg untuk dipindahkan ke suatu
ruangan? Tentu saja kalian akan merasa cukup berat untuk memindahkannya.
Lalu bagaimana jika massanya ditambah menjadi 4kg, 8kg, 10kg, dan seterusnya?
Apakah kalian memperhatikan hubungan antara bertambahnya massa buku
dengan tenaga yang Anda keluarkan? Dan apakah kalian menyadari bahwa lama-
kelamaan Anda akan mengalami perubahan kecepatan untuk memindahkan buku,
yaitu semakin lama karena merasa terlalu berat?

Perumusan Masalah
Berdasarkan orientasi permasalahan di atas, maka perumusan masalahnya adalah:
1. Bagaimana hubungan antara gaya yang diberikan dengan percepatan benda?
2. Bagaimana hubungan antara massa benda dengan percepatan benda?
3. Bagaimana hubungan antara gaya, massa, dan percepatan benda?

Hipotesis
Buatlah hipotesis berdasarkan perumusan masalah di atas!
1. .........................................................................................................................
2. .........................................................................................................................
3. .........................................................................................................................

16
Alat Dan Bahan
1. Rel presisi
2. Kaki rel presisi
3. Penyambung rel presisi
4. Kereta
5. Benang
6. Beban 50 gr 5
7. Balok pendukung
8. Stopwatch
9. Catu daya
10. Kabel penghubung

Prosedur Percobaan

1. Rangkai alat dan ukur massa kereta.


2. Letakkan beban diujung tali 200gr.
3. Atur jarak kereta ke balok penghalang 50cm.
4. Letakkan beban 50gr di atas kereta.
5. Lepas kereta dan catat waktunya sampai ke balok penghalang.
6. Ulangi dengan menambah beban kereta menjadi 100gr, 150gr, dan 200gr.
7. Ulangi langkah 3 dengan ubah beban menjadi 50gr.
8. Lakukan hal yang sama dengan menambah beban menjadi 100gr, 150gr, dan
200gr.

17
Data Hasil Pengukuran
Tabel 1.

No. Gaya Massa (tetap) a


1.
2.
3.

Tabel 2.

No. Gaya (tetap) Massa a


1.
2.
3.

Kesimpulan
Simpulkanlah hasil pengamatanmu berdasarkan tujuan percobaan!

18
KEGIATAN 5
GAYA GESEK STATIK

Tujuan Kegiatan
Melalui ekperimen, mahasiswa mampu memperoleh koefisien gesekan statis
maksimum antara dua permukaan

Orientasi Masalah
Untuk mengatur posisi meja dengan rapi di ruang tamu biasanya kita mendorong
meja tersebut ke posisi yang diinginkan. Tetapi biasanya meja tersebut tidak
bergerak sama sekali, padahal kita sudah memberikan dorongan yang begitu besar
pada meja tersebut. Mengapa hal tersebut bisa terjadi?

Gambar 4.1 Mendorong Meja

Perumusan Masalah

Bagaimana besar koefisien gesekan statis maksimum antara permukaan balok


dengan meja?

Hipotesis
...............................................................................................................................
...................................................................................................................................

Prdosedur percobaan
a. Alat dan Bahan
1. Dynamometer
2. Beban 50 gr
3. Balok gesekan

19
4. Kertas putih
b. Langkah-langkah percobaan:
1. timbang berat balok,
2. tarik balok dengan menggunakan dinamometer secara perlahan-lahan
sampai balok tepat akan bergerak (hampir bergerak)
3. catat gaya tarik yang diberikan saat kondisi balok hampir bergerak tersebut.
4. Ulangi percobaan dengan menambahkan beban 100 g dan 200 g di atas
balok, lalu tarik kembali balok secara perlahan-lahan hingga kondisinya
hampir bergerak
5. catat masing-masing gaya tarik yang diberikan saat kondisi balok hampir
bergerak.

Tabel Hasil Pengamatan


a. Balok dengan permukaan kayu
Gy. gesek statis
Berat balok Gaya Gaya gesek statis
maks/ gaya normal
(g) normal (N) maksimum (N)
(fs/N)

b. Balok dengan permukaan karet


Gy. gesek statis
Berat balok Gaya Gaya gesek statis
maks/ gaya normal
(g) normal (N) maksimum (N)
(fs/N)

20
Kesimpulan

21
KEGIATAN 6
DINAMIKA ROTASI

Tujuan Praktikum

Setelah melakukan praktikum, praktikan diharapkan dapat:


1. menemukan konsep dan persamaan momen gaya dari percobaan, serta
2. menemukan keuntungan mekanik dari percobaan.

Orientasi Masalah

Di taman bermain anak-anak tentunya kita sering menjumpai permainan jungkat-


jungkit. Ketika kamu mengajak seorang teman yang memiliki berat badan jauh
lebih berat dibanding dirimu, tidak mungkin rasanya kamu duduk pada sisi
jungkat-jungkit dengan jarak yang sama dengan temanmu dari titik tumpu. Hal
tersebut hanya akan membuat jungkat-jungkit tidak bekerja semestinya. Lalu apa
yang akan kamu lakukan? Mengapa kamu harus melakukan hal itu?

Gambar 8.1 Jungkat-jungkit


Rumusan Masalah

Bagaimana hubungan gaya-gaya dan lengan-lengan gaya pada benda berada


dalam keadaan setimbang rotasi?

Hipotesis

...............................................................................................................................
...................................................................................................................................

Prosedur Percobaan
a. Alat dan Bahan Percobaan
1. Dasar statif 2 batang

22
2. Kaki statif 1 batang
3. Batang statif panjang 1 batang
4. Batang statif pendek 2 batang
5. Balok pendukung 1 buah
6. Beban 50 gr 1 buah
7. Dynamometer 1 unit
8. Steker poros 1 unit
9. Tuas 1 batang

b. Langkah Percobaan:
1. rangkai alat,
2. pasang beban dan dynamometer pada tuas hingga mencapai kesetimbangan,
3. catat hasil pengamatan kedalam table hasil pengamatan, dan
4. ulangi langkah tersebut dengan mengubah-ubah posisi beban serta
dynamometer sesuai dengan tabel.

Tabel Hasil Pengamatan


Percobaan Berat Lengan Gaya Lengan
ke beban (N) beban (m) kuasa (N) kuasa (m)
1
2
3
4
5
6
7
8
9

23
Kesimpulan

24
KEGIATAN 7
HUKUM ARCHIMEDES

Tujuan Kegiatan
Melalui eksperimen, mahasiswa mampu memperoleh persamaan gaya angkat ke
atas (Gaya Archimedes)

Orientasi Masalah
Jika Anda perhatikan, saat Anda mencelupkan benda ke dalam air maka volume
air itu akan bertambah banyak ditandai dengan meningginya permukaan air. Dan
saat anda mengangkat benda dari dalam air maka volume air tersebut akan
kembali seperti sebelumya. Begitu pula jika Anda memasukkan benda lebih
banyak lagi, maka akan semakin banyak pula volume air. Mengapa hal ini bisa
terjadi?

Perumusan Masalah
Berdasarkan orientasi permasalahan di atas, maka perumusan masalahnya adalah
bagaimana persamaan gaya angkat ke atas yang dihasilkan oleh zat cair (Gaya
Archimedes).

Hipotesis
Buatlah hipotesis berdasarkan perumusan masalah di atas!

Alat Dan Bahan


1. Balok 3 buah (dengan volume benda adalah sama)
2. Gelas ukur 2 buah
3. Air 300 mL
4. Oli 300 mL
5. Neraca Pegas 1 buah
6. Tali 30 cm

25
Prosedur Percobaan

1. Siapkan tiga beban, neraca pegas, gelas ukur, dan air dan oli secukupnya.
2. Masukkan air dan oli ke dalam gelas ukur yang berbeda dan catat volumenya
(V1).
3. Timbang beban 1 di udara dengan neraca pegas dan catat beratnya (Wu).
4. Beban 1 yang masih tergantung pada neraca pegas dicelupkan ke dalam gelas
ukur sampai terendam seluruhnya. Catat volume air (V2) dan berat beban
dalam air (Wc). Hitung perbedaan berat beban 1 saat ditimbang di udara
dengan saat ditimbang di dalam air serta hitung pula besarnya volume air
yang dipindahkan (V2-V1).
5. Ulangi langkah 3, 4 dan 5 untuk beban 2 dan 3.
6. Ulangi langkah 3 sampai 6 dengan mengganti air menjadi oli.
7. Tampilkan data hasil perhitungan dalam satu tabel.

Data Hasil Pengukuran


Tabel 1. Pengamatan pada Air
Balok Wu (N) Wc (N) ∆W V1 V2 ∆V/Vbf Wbf
Balok 1
Balok 2

26
Balok 3

Tabel 2. Pengamatan pada Oli


Balok Wu (N) Wc (N) ∆W V1 V2 ∆V/Vbf Wbf
Balok 1
Balok 2
Balok 3

Analisis Data
1. Perbedaan gaya angkat yang dihasilkan oleh air dengan minyak
2. Hubungan gaya angkat ke atas dengan berat zat cair yang dipindahkan oleh
benda yang dicelupkan.

Kesimpulan
Simpulkanlah hasil pengamatanmu berdasarkan tujuan percobaan!

27
KEGIATAN 8
TEKANAN HIDROSTATIS

Tujuan Kegiatan:
Setelah melakukan praktikum ini, praktikan diharapkan mampu untuk:
1. mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan hidrostatis,
2. menjelaskan konsep tekanan dalam zat cair, dan
3. menganalisis hubungan antara besaran-besaran yang mempengaruhi tekanan
hidrostatis.

Orientasi Masalah
Bendungan dibuat untuk menahan laju air dari sungai. Bendungan biasanya
digunakan untuk keperluan pengairan sawah milik penduduk maupun PLTA.
Tetapi pernahkah kita mengamati bentuk konstruksi dari sebuah bendungan?
Bendungan didesain sedemikian rupa sehingga bagian bawahnya lebih tebal
dibandingkan dengan bagian atasnya. Lalu, apakah tujuan bendungan didesain
seperti itu?

Gambar 7.1 Bendungan

Perumusan Masalah
1. Bagaimana hubungan antara kedalaman zat cair terhadap besarnya tekanan
hidrostatis?
2. Bagaimana hubungan antara massa jenis zat cair terhadap besarnya tekanan
hidrostatis?

28
Hipotesis
1. ...............................................................................................................................
2. ...............................................................................................................................
3. dst.

Prosedur Percobaan
a. Alat dan Bahan
1. Botol plastik 2 Buah
2. Air secukupnya
3. Minyak secukupnya
4. Plester secukupnya

b. Langkah Kerja:
1. mengisi botol yang telah dilubangi dan diplester (masing-masing botol tiga
lubang dengan jarak yang sama),
2. mengamati pancuran air dan minyak, dan
3. mencatat data hasil pengamatan,

Tabel Hasil Percobaan


Hubungan antara kedalaman zat cair dengan besarnya tekanan hidrostatis
Pancuran air
No Lubang Kurang
Sangat deras Deras
deras
1. Lubang 1
2. Lubang 2
3. Lubang 3

Hubungan antara massa jenis zat cair dengan besarnya tekanan hidrostatis
No Zat Cair Keadaan Pada Setiap Lubang Gelas
1. Air
2. Minyak

29
Pembahasan
1. Hubungan antara kedalaman zat cair terhadap besarnya tekanan hidrostatis
2. Hubungan antara massa jenis zat cair terhadap besarnya tekanan hidrostatis
Kesimpulan

PERTANYAAN AWAL
1. Apakah yang dimaksud dengan tekanan hidrostatis? Jelaskan.
2. Bagaimana pengaruh kedalaman dengan tekanan hidrostatis?
3. Bagaimana perbedaan tekanan hidrostatis yang dialami dua benda yang
berbeda ukuran massa dan volumenya?

PERTANYAAN AKHIR
1. Apakah tekanan udara juga berpengaruh terhadap tekanan hidrostatis pada
percobaan? Jelaskan
2. Berikan satu contoh fenomena yang terkait dengan besarnya tekanan
hidrostatis di dasar laut yang sangat dalam!

30
KEGIATAN 9
FLUIDA DINAMIS

Tujuan Kegiatan:
Melalui eksperimen, mahasiswa mampu menemukan hubungan jarak pancuran air
dengan posisi lubang pada wadah

Orientasi Masalah
Pernahkah kalian melubangi tabung yang berisi air seperti gambar di bawah ini?
Perbedaan jarak antar lubang pada tabung tersebut tampaknya memberikan
dampak pada laju air yang keluar dari tabung tersebut. Mengapa hal tersebut bisa
demikian? Apakah penyebabnya?

Gambar 8.1 Air yang keluar dari botol berlubang

Perumusan Masalah
Bagaimana hubungan antara posisi lubang pada wadah dengan jarak pancuran
mendatar yang dicapai?
Hipotesis
1. ...............................................................................................................................
2. ...............................................................................................................................
3. dst.
Prosedur Percobaan
a. Alat dan Bahan
1. Botol plastik
2. Mistar
3. Stopwatch
4. Spidol

31
5. Plester
6. Air

b. Langkah Kerja:
1. melubangi botol plastik masing-masing lima lubang dengan jarak yang
sama pada setiap botol,
2. mengisi botol sampai penuh dengan terlebih dahulu menutup lubang
dengan plester, dan
3. melakukan percobaan pada setiap lubang berdasarkan tabel.

Tabel Hasil Percobaan


Jarak
Ketinggian Kedalaman
Lubang √ pancuran (x)
lubang (h1) (cm) lubang (h2) (cm)
(cm)
A
B
C
D
E

Analisis Data
Perhatikan hubungan dari data-data (h1, h2 , dan
√ yang diperoleh dengan jarak pancuran (x) air

Kesimpulan

32
KEGIATAN 10
SKALA TERMOMETER

Tujuan Kegiatan:
Setelah melakukan praktikum ini, praktikan diharapkan mampu untuk:
1. mengetahui prinsip kerja dari sebuah termometer analog zat cair,
2. membuat skala pada termometer analog zat cair,
3. mengonversikan skala yang terbentuk pada termometer tanpa skala ke dalam
satuan derajat Celcius, Reamur, Fahrenheit, dan Kelvin, serta
4. mengetahui pengaruh suhu terhadap pertambahan panjang zat cair di dalam
tabung termometer.

Orientasi Masalah
Seorang anak mencoba untuk mengukur suhu es yang mencair dengan termometer
Celcius yang dimilikinya. Tetapi termometer tersebut menunjukkan skala 20C.
Mengapa suhu es mencair yang diukur anak tersebut tidak menunjukkan skala
00C? Bukankah titik tetap bawah termometer Celcius merupakan suhu es yang
mencair?

Gambar 9.1 Termometer

Perumusan Masalah
1. Bagaimana prinsip kerja termometer analog zat cair?
2. Bagaimana cara membuat skala pada termometer analog zat cair?
3. Bagaimana cara mengonversikan skala yang terbentuk pada ermometer tanpa
skala ke dalam satuan derajat Celcius, Reamur, Fahrenheit, dan Kelvin, serta
4. Bagaimana pengaruh suhu terhadap pertambahan panjang zat cair di dalam
tabung termometer?
Hipotesis

33
1. ...............................................................................................................................
2. ...............................................................................................................................
3. ...............................................................................................................................
4. ...............................................................................................................................

Prosedur Percobaan
a. Alat dan Bahan
1. Termometer Celcius
2. Termometer tanpa skala
3. Kalorimeter
4. Teko Listrik
5. Gelas Beker
6. Mistar
7. Es batu
8. Air

b. Langkah Kerja
1. mengukur suhu es mencair dan air mendidih dengan termometer Celcius,
2. menggunakan suhu es mencair sebagai batas bawah dan suhu air mendidih
sebagai batas atas termometer tanpa skala,
3. membuat skala pada termometer tanpa skala, dan
4. menggunakan termometer tanpa skala yang telah dibuat untuk mengukur
air dengan suhu yang berbeda-beda.

Tabel Hasil Percobaan


Termometer Tanpa Skala Konversi
Batas Bawah Batas Atas
No Suhu yang
(Suhu Es (Suhu Air C R F K
Terbaca
Mencair) Mendidih)
1.
2.
3.
4.
5.

34
Pembahasan
1. Prinsip kerja termometer analog zat cair
2. Prosedur pembuatan skala pada termometer tanpa skala
3. Konversi skala pada termometer
4. Hubungan antara suhu terhadap pertambahan panjang zat cair dalam tabung
termometer

Kesimpulan

PERTANYAAN AWAL
1. Jelaskan apa itu termometer dan sebutkan jenis-jenisnya.
2. Bagaimana cara mengukur suhu suatu zat dengan menggunakan termometer?
3. Tuliskan persamaan konversi skala termometer dan jelaskan.

PERTANYAAN AKHIR
1. Jelaskan prinsip kerja termometer analog zat cair berdasarkan percobaan yang
telah dilakukan.
2. Termometer Y digunakan untuk mengukur suhu air panas dalam sebuah panci.
Suhu yang ditunjukkan oleh air panas itu sebesar 320Y. Apabila batas atas dan
batas bawah termometer Y adalah 120Y dan 520Y, berapakah suhu air panas
tersebut jika diukur dengan menggunakan termometer Cecius dan Kelvin?

35
KEGIATAN 11
ASAS BLACK

Tujuan Kegiatan
Melalui eksperimen, mahasiswa mampu menemukan hubungan jumlah kalor yang
dilepas dan jumlah kalor yang diterima dalam sistem terisolasi

Orientasi Masalah
Jika Anda perhatikan, saat Anda mencampurkan air panas ke dalam gelas yang
berisi air dingin maka gelas tersebut menjadi hangat. Contoh lainnya saat Anda
merasa kegerahan karena cuaca panas lalu Anda memasuki ruangan ber-AC maka
gerah yang Anda rasakan lama-kelamaan akan menurun. Pernahkah terlintas di
pikiran Anda, mengapa hal tersebut bisa terjadi? Apa saja faktor-faktor yang
mempengaruhi hal tersebut?

Perumusan Masalah
Berdasarkan orientasi permasalahan di atas, maka perumusan masalahnya adalah
bagaimana hubungan jumlah kalor yang dilepas oleh benda bersuhu tinggi dengan
jumlah kalor yang diterima oleh benda bersuhu rendah dalam sistem terisolasi.

Hipotesis
Buatlah hipotesis berdasarkan perumusan masalah di atas!

Alat Dan Bahan


1. Labu Erlenmeyer 1 buah
2. Kalorimeter 1 unit
3. Penjepit Kayu 1 batang
4. Gelas Bekker 2 buah
5. Heater 1 unit
6. Termometer 2 buah
7. Kubus alumunium 1 buah
8. Kubus tembaga 1 buah
9. Neraca ohaus 1 unit
10. Air 1L

36
Prosedur Percobaan

1. Menyiapkan alat dan bahan.


2. Mengukur massa kubus tembaga dengan menggunakan neraca ohaus.
3. Menyiapkan air sebanyak 100 ml dan memasukkan ke dalam kalorimeter.
4. Mengukur suhu air pada kalorimeter menggunakan termometer.
5. Merebus air menggunakan heater hingga mendidih.
6. Memasukkan air panas tersebut sebanyak 150 ml ke dalam gelas bekker lalu
memasukkan kubus tembaga kedalamnya.
7. Mengukur suhu kubus tembaga tersebut yang diwakili oleh suhu air dalam
gelas bekker.
8. Memasukkan segera kubus tembaga tersebut ke dalam kalorimeter yang
berisi air, lalu mengaduk kalorimeter agar suhu setimbang dan mengukur
suhu campurannya.
9. Melalukan hal yang sama dengan menggunakan kubus alumunium.

Data Hasil Pengukuran


mL ma mk TL Ta Tc
Percobaan Jenis Logam Qlepas Qterima
(gr) (gr) (gr) (°C) (°C) (°C)
1
2 Tembaga
3
1
2 Alumunium
3

37
Pembahasan
1. Bandingkan rata-rata jumlah kalor yang dilepaskan oleh logam tembaga
dengan rata-rata jumlah kalor yang diterima oleh air dan tabung kalorimeter
2. Bandingkan pula jumlah-jumlah kalor tersebut pada percobaan dengan

Kesimpulan
Simpulkanlah hasil pengamatanmu berdasarkan tujuan percobaan!

38
KEGIATAN 12
PEMUAIAN ZAT GAS

Tujuan Kegiatan
1. Mengetahui pengaruh proses pemanasan pada zat gas, dan
2. Mengetahui hubungan antara perubahan temperatur dengan volume gas.

Orientasi Masalah
Jika Anda perhatikan, saat Anda merebus air menggunakan teko peluit maka saat
teko peluit bersiul menandakan bahwa air sudah mendidih. Semakin lama air
mendidih maka akan semakin melengking pula suara siulannya. Pernahkah
terlintas di pikiran Anda mengapa hal ini bisa terjadi? Dan apakah hubungan
antara semakin mendidihnya air dengan suara lengkingan dari peluit teko?

Perumusan Masalah
Berdasarkan orientasi permasalahan di atas, maka perumusan masalahnya adalah:
1. Bagaimana proses terjadinya siulan pada teko peluit?
2. Bagaimana hubungan antara semakin mendidihnya air dengan suara
lengkingan dari peluit teko?

Hipotesis
Buatlah hipotesis berdasarkan perumusan masalah di atas!
1. .............................................................................................................................
2. .............................................................................................................................
..

Alat Dan Bahan


1. Labu Erlenmeyer 1
2. Manometer terbuka 1
3. Dasar statif 2
4. Klem universal 1
5. Termometer 1
6. Batang statif panjang 1

39
7. Batang statif pendek 2
8. Selang plastik 1
9. Bosshead 1
10. Sumbat karet dua lubang 1
11. Lilin 1
12. Korek 1
13. Air secukupnya

Prosedur Percobaan

1. Siapkan alat dan bahan.


2. Rangkai alat seperti pada gambar.
3. Isi air secukupnya ke dalam labu erlenmeyer dan ke dalam manometer
dengan ketinggian permukaan air pada manometer sebesar 3 cm.
4. Panaskan air menggunakan lilin.
5. Lihat perubahan ketinggan permukaan air pada manometer tiap terjadi
kenaikan perubahan suhu sebesar 1°C.
6. Ulangi langkah yang sama sebanyak 10 kali.
7. Masukkan ke dalam tabel hasil pegamatan.

40
Data Hasil Pengukuran
Tawal Takhir hawal hakhir Vawal Vakhir ∆T ∆V
No
(°C) (°C) (cm) (cm) (m3) (m3) (°C) (m3)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Pembahasan
3. Proses pemuaian zat gas.
4. Hubungan antara perubahan temperature (∆T) dengan perubahan volume
gas (∆V) serta grafik.

Kesimpulan
Simpulkanlah hasil pengamatanmu berdasarkan tujuan percobaan!

41
Pertanyaan Awal
1. Bagaimana bunyi Hukum Charles?
2. Jika setiap benda baik padat, cair, dan gas akan memuai bila dipanaskan,
ketika memasak air, panci tempat air juga mengalami pemanasan sehingga
panci mengalami pemuaian. Akan tetapi mengapa air pada panci tetap
tumpah padahal volume panci juga membesar?

Pertanyaan Akhir
1. Gas dalam ruangan tertutup sebanyak 5L, suhunya diubah menjadi dua kali
semula pada tekanan tetap. Tentukan volume akhir gas tersebut!
2. Gas dalam ruangan tertutup bersuhu 27°C dengan volume 5L. Pada tekanan
tetap gas dipanaskan hingga volumenya menjadi 5,5L. Tentukan suhu akhir
gas tersebut!

42
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2015. AP Physics I and II Inquiry-based Lab Investigation. New York:


College Board.

Halliday, Resnick & Walker. 2010. Fisika Dasar. Jakarta: Erlangga

Tim Penyusun. 2013. Buku Ajar Fisika Dasar I (Mekanika dan Termodinamika.
Universitas Lampung: Bandar Lampung

Tim Penyusun. 2010. Penuntun Praktikum Fisika Dasar I. Universitas Lampung:


Bandar Lampung

43

Anda mungkin juga menyukai