Anda di halaman 1dari 18

PEDOMAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR

1. Kehadiran
Praktikum harus diikuti sekurang-kurangnya 80 % dari jumlah total
praktikum yang diberikan, yakni minimal 4 kali dari 5 kali pertemuan
(termasuk saat pembagian modul di pertemuan pertama). Jika syarat
tersebut tidak dipenuhi maka praktikum dinyatakan tidak lulus, yang akan
mengakibatkan ketidaklulusan pada mata kuliah Fisika Dasar.
Ketidakhadiran karena sakit harus disertai surat keterangan resmi yang
diserahkan ke LFD paling lambat dua minggu sejak ketidak-hadirannya.
Jika tidak dipenuhi maka dikenakan SANKSI 3.
Keterlambatan kurang dari duapuluh menit dikenai SANKSI 1.
Keterlambatan lebih dari duapuluh menit dikenai SANKSI 3.
Data kehadiran akan dirujuk pada data absensi yang ada pada komputer
absensi. Setiap mahasiswa diwajibkan melakukan dan mengkonfirmasi
absensinya dengan benar.

2. Persyaratan Mengikuti Praktikum


Berperilaku dan berpakaian sopan. Jika tidak dipenuhi maka sekurang-
kurangnya dikenakan SANKSI 1.
Mengenakan Jas Lab dan memakai Name Tag (dengan code bar). Jika
tidak dipenuhi maka dikenakan SANKSI 2 atau SANKSI 1 plus
SANKSI ADMINISTRASI.
Tugas Pendahuluan harus dibawa saat praktikum akan dimulai. Jika
tidak dibawa, akan dikenai SANKSI 2.
Menyiapkan diri dengan materi praktikum yang akan dilakukan. Mahasiswa
yang kedapatan tidak siap untuk praktikum bisa tidak diijinkan mengikuti
praktikum (dapat dikenai Sanksi 3).

3. Pelaksanaan Praktikum
Mentaati tata tertib yang berlaku di Laboratorium Fisika Dasar.

Pedoman Praktikum Fisika Dasar i


Mengikuti petunjuk yang diberikan oleh Asisten dan Dosen Penanggung
Jawab Praktikum.
Memelihara kebersihan dan bertanggung jawab atas keutuhan alat-alat
praktikum.

4. Penilaian
Nilai praktikum ditentukan dari nilai Tugas Awal, Test Awal, Aktivitas
dan Laporan.
Nilai akhir praktikum (AP) dihitung dari rata-rata nilai praktikum, yaitu
dari hasil pembagian atas 4 kali praktikum, meskipun jumlah praktikum
yang diikuti kurang dari 4 kali.
Kelulusan praktikum ditentukan berdasarkan nilai akhir praktikum (AP
50) dan keikutsertaan praktikum ( 80 %).

5. Sanksi nilai
SANKSI 1 : Nilai Modul yang bersangkutan dikurangi 10.
SANKSI 2 : Nilai Modul yang bersangkutan dikurangi 50%
SANKSI 3 : Tidak diperkenankan praktikum, sehingga Nilai Modul
yang bersangkutan = NOL.

6. Sanksi Administrasi
Sanksi administrasi diberikan bagi praktikan yang selama praktikum
berlangsung menimbulkan kerugian, misalnya memecahkan/ merusakkan alat,
menghilangkan/tertinggal Name Tag dsb. Nilai denda dan tata cara
penggantian dapat dilihat pada papan pengumuman kolektif.

7. Praktikum susulan dan ulangan


Secara umum tidak diadakan praktikum susulan, kecuali bagi yang
berhalangan praktikum karena sakit. Praktikum susulan akan dilaksanakan
setelah praktikum reguler berakhir. Persyaratan lengkap dan jadwalnya akan
diatur kemudian (lihat informasi di papan pengumuman kolektif LFD).

Pedoman Praktikum Fisika Dasar ii


Bagi mahasiswa yang mengulang praktikum, diwajibkan mengikuti
praktikum sebanyak jumlah total praktikum. Mahasiswa diwajibkan
mengikuti praktikum regular yang berjalan dengan mendaftarkan lebih
dahulu waktu praktikum yang sesuai dengan jadwalnya masing-masing.
Pendaftaran dilakukan di kantor Tata Usaha LFD sebelum praktikum
berjalan.

8. Lain-lain
Praktikum reguler dilaksanakan pada waktu yang dijadwalkan yaitu Pagi
(07.00 - 10.00), Siang (10.30 - 13.30) dan Sore (14.00 - 17.00) .
Praktikum yang tidak dapat dilaksanakan karena bertepatan dengan hari libur,
listrik PLN padam dsb., akan diberikan waktu praktikum pengganti setelah
seluruh sesi praktikum reguler selesai.
Tata tertib berperilaku sopan di dalam laboratorium meliputi di antaranya
larangan makan, minum, merokok, menggunakan handphone, multimedia player,
gadget tab dan sejenisnya. Selama praktikum tidak diperkenankan menggunakan
perangkat tersebut, seperti bertelepon dan ber-SMS dengan handphone.
Tata tertib berpakaian sopan di dalam laboratorium meliputi di antaranya
larangan memakai sandal dan sejenisnya.
Informasi praktikum Fisika Dasar dapat dilihat pada papan pengumuman
di luar gedung LFD. Pengumuman yang sifatnya kolektif (untuk seluruh
mahasiswa) ditulis pada kertas merah muda. Pengumuman per kelompok
(Senin Pagi s.d. Jumat Pagi) ditulis pada kertas kuning dan biru.
Informasi praktikum dan tugas-tugas praktikum dapat dilihat di halaman
website http://lfd.fmipa.itb.ac.id. Mahasiswa wajib mengakses sendiri
halaman website tersebut dan dianggap telah mengetahui atas informasi dan
tugas-tugas yang telah ditampilkan pada halaman website tersebut.

Juli 2015

Koordinator LFD

Pedoman Praktikum Fisika Dasar iii


Pedoman Praktikum Fisika Dasar iv
Kontributor

Buku modul praktikum ini ditulis oleh Dosen-dosen Program Studi Fisika:

M. Hamron Hendro
R. Hamron R. Soegeng
Soejoto Suprapto A.
Rustan Rukmantara Umar Fauzi
Moerjono Doddy S.
Hasbuna Kifli M. Birsyam
Suparno Satira Neny K.
Euis Sustini Daniel K.
Pepen Arifin Triyanta
Agoes S. Tim Koordinator Asisten LFD 2014/5

Revisi
Buku modul ini telah beberapa kali mengalami revisi pada saat LFD dikoordinir
oleh Hendro, MSi, Dr. Daniel Kurnia dan Dr. Euis Sustini, khususnya dengan
penambahan beberapa modul praktikum yang terintegrasi dengan komputer.

Pedoman Praktikum Fisika Dasar v


DAFTAR ISI

DAFTAR ISI vi

MODUL 01 DASAR PENGUKURAN DAN KETIDAKPASTIAN 1

MODUL 02 OSILASI HARMONIK SEDERHANA: OSILASI PEGAS 11

MODUL 03 BANDUL MATEMATIS 18

MODUL 04 OSILASI HARMONIK SEDERHANA: BANDUL FISIS 23

MODUL 05 MOMEN INERSIA 29

MODUL 06 MODULUS YOUNG 36

MODUL 07 MODULUS PUNTIR 40

MODUL 08 PESAWAT ATWOOD 42

MODUL 09 DINAMIKA, USAHA, DAN ENERGI 51

MODUL 10 RESONANSI GELOMBANG BUNYI 58

MODUL 11 GELOMBANG BERDIRI PADA TALI 62

MODUL 12 GERAK MENGGELINDING PADA BIDANG MIRING 66

MODUL 13 71

Pedoman Praktikum Fisika Dasar vi


MODUL 01

DASAR PENGUKURAN DAN KETIDAKPASTIAN

I. TUJUAN

1. Mampu menggunakan dan memahami alat-alat ukur dasar


2. Mampu menentukan ketidakpastian pada pengukuran tunggal dan berulang
3. Dapat mengaplikasikan konsep ketidakpastian dan angka berarti dalam
pengolahan hasil pengukuran.

II. ALAT DAN BAHAN

1 Penggaris plastik 1 buah


2 Thermometer 1 buah
3 Mikrometer sekrup 1 buah
4 Jangka sorong 1 buah
5 Bola besi 1 buah
6 Balok kuningan/almunium 1 buah
7 Hidrometer 1 buah
8 Barometer laboratorium 1 buah
9 USB Mikroskop 1 buah
10 Serabut Kawat 1 buah
11 Benda tak beraturan 1 buah
12 Gelas ukur 1 buah

III. TEORI DASAR

3.1. Alat ukur dasar

Modul 01 Dasar Pengukuran dan Ketidakpastian 1


Alat ukur adalah perangkat untuk menentukan nilai atau besaran dari suatu
kuantitas atau variabel fisis. Pada umumnya alat ukur dasar terbagi menjadi dua
jenis, yaitu alat ukur analog dan digital. Ada dua sistem pengukuran yaitu sistem
analog dan sistem digital. Alat ukur analog memberikan hasil ukuran yang bernilai
kontinu, misalnya penunjukan temperatur dalam ditunjukkan oleh skala, penunjuk
jarum pada skala meter, atau penunjukan skala elektronik (Gambar 1.a). Alat ukur
digital memberikan hasil pengukuran yang bernilai diskrit. Hasil pengukuran
tegangan atau arus dari meter digital merupakan sebuah nilai dengan jumlah digit
tertentu yang ditunjukkan pada panel display-nya (Gambar 1.b).
Suatu pengukuran selalu disertai oleh ketidakpastian. Beberapa penyebab
ketidakpastian tersebut antara lain adanya Nilai Skala Terkecil (NST), kesalahan
kalibrasi, kesalahan titik nol, kesalahan paralaks, fluktuasi parameter pengukuran
dan lingkungan yang saling mempengaruhi serta keterampilan pengamat. Dengan
demikian amat sulit untuk mendapatkan nilai sebenarnya suatu besaran melalui
pengukuran. Beberapa panduan akan disajikan dalam modul ini bagaimana cara
memperoleh hasil pengukuran seteliti mungkin serta cara melaporkan
ketidakpastian yang menyertainya.
Beberapa alat ukur dasar yang akan dipelajari dalam praktikum ini adalah
jangka sorong, mikrometer sekrup, barometer, neraca teknis, penggaris, busur
derajat, stopwatch dan beberapa alat ukur besaran listrik. Masing-masing alat ukur
memiliki cara untuk mengoperasikannya dan juga cara untuk membaca hasil yang
terukur.

Gambar 1.1 Penunjukan meter analog dan meter digital.

Modul 01 Dasar Pengukuran dan Ketidakpastian 2


3.2. Nilai Skala Terkecil
Pada setiap alat ukur terdapat suatu nilai skala yang tidak dapat lagi dibagi-
bagi, inilah yang disebut Nilai Skala Terkecil (NST). Ketelitian alat ukur bergantung
pada NST ini. Pada Gambar 2 di bawah ini tampak bahwa NST = 0,25 satuan.

Gambar 1.2 Skala utama suatu alat ukur dengan NST = 0,25 satuan.

3.3. Nonius
Skala nonius akan meningkatkan ketelitian pembacaan alat ukur. Umumnya
terdapat suatu pembagian sejumlah skala utama dengan sejumlah skala nonius yang
akan menyebabkan garis skala titik nol dan titik maksimum skala nonius berimpit
dengan skala utama. Cara membaca skalanya adalah sebagai berikut:
1. Baca posisi 0 dari skala nonius pada skala utama,
2. Angka desimal (di belakang koma) dicari dari skala nonius yang berimpit
dengan skala utama.
Di bawah ini terlihat contoh alat ukur dengan NST skala utama 0,1 satuan
dengan 9 skala utama M dan 10 skala nonius N.

Gambar 1.3 Skala utama dan nonius dengan M = 9, N = 10

Pada Gambar 1.3 (b), hasil pembacaan tanpa nonius adalah 6,7 satuan dan
dengan nonius adalah 6,7 7 10 9 0,1 6,77 satuan karena skala nonius
10
yang berimpit dengan skala utama adalah skala ke 7 atau N1=7.

Modul 01 Dasar Pengukuran dan Ketidakpastian 3


Gambar 1.4 Skala utama berbentuk lingkaran

Terkadang skala utama dan nonius dapat berbentuk lingkaran seperti yang
dijumpai pada meja putar untuk alat spektroskopi yang ditunjukkan oleh Gambar
1.4, dengan nilai NST=10o, M=3, N=4. Dalam Gambar 1.4 (b) pengukuran posisi
terkecil ( skala kanan ), dapat dilihat bahwa pembacaan tanpa nonius memberikan
hasil 150o, sedangkan dengan menggunakan nonius hasilnya adalah
150 34 4 3 10 157,5o.

3.4. Parameter alat ukur


Ada beberapa istilah dan definisi dalam pengukuran yang harus dipahami,
diantaranya :
a) Akurasi, kedekatan alat ukur membaca pada nilai yang sebenarnya dari
variabel yang diukur.
b) Presisi, hasil pengukuran yang dihasilkan dari proses pengukuran, atau
derajat untuk membedakan satu pengukuran dengan lainnya.
c) Kepekaan, ratio dari sinyal output atau tanggapan alat ukur perubahan input
atau variabel yang diukur.
d) Resolusi, perubahan terkecil dari nilai pengukuran yang mampu ditanggapi
oleh alat ukur.
e) Kesalahan, angka penyimpangan dari nilai sebenarnya variabel yang diukur.

3.5. Ketidakpastian
Suatu pengukuran selalu disertai oleh ketidakpastian. Beberapa penyebab
ketidakpastian tersebut antara lain adanya Nilai Skala Terkecil (NST), kesalahan
kalibarasi, kesalahan titik nol, kesalahan pegas, adanya gesekan , kesalahan paralaks,

Modul 01 Dasar Pengukuran dan Ketidakpastian 4


fluktuasi parameter pengukuran dan lingkungan yang sangat mempengaruhi hasil
pengukuran. Hal tersebut disebabkan karena sistem yang diukur mengalami suatu
gangguan. Dengan demikian sangat sulit untuk mendapatkan nilai sebenarnya
suatu besaran melalui pengukuran. Oleh sebab itu, setiap hasil pengukuran harus
dilaporkan dengan ketidakpastiannya.
Ketidakpastian dibedakan menjadi dua, yaitu ketidakpastian mutlak dan
relatif. Masing-masing ketidakpastian dapat digunakan dalam pengukuran tunggal
dan berulang.
3.5.1. Ketidakpastian mutlak
Ketidakpastian mutlak adalah suatu nilai ketidakpastian yang disebabkan
karena keterbatasan alat ukur itu sendiri. Pada pengukuran tunggal, ketidakpastian
yang umumnya digunakan bernilai setengah dari NST. Untuk suatu besaran X
maka ketidakpastian mutlaknya dalam pengukuran tunggal adalah:

x 1 NST (1)
2

dengan hasil pengukurannya dituliskan sebagai berikut :


X x x (2)
Penulisan hasil pengukuran berulang dapat dilakukan dengan berbagai cara,
diantaranya adalah menggunakan kesalahan - rentang atau bisa juga menggunakan
Standar Deviasi (Simpangan Baku).
3.5.2. Kesalahan - Rentang
Pada pengukuran berulang, ketidakpastian dituliskan tidak lagi seperti pada
pengukuran tunggal. Kesalahan - rentang merupakan salah satu cara untuk
menyatakan ketidakpastian pada pengukuran berulang. Cara untuk melakukannya
adalah sebagai berikut :
a) Kumpulkan sejumlah hasil pengukuran variabel x, misalnya n buah, yaitu
x1 , x2 , ..., xn
b) Cari nilai rata-ratanya yaitu x
x x2 ... xn
x 1 (3)
n

c) Tentukan xmax dan x min dari kumpulan data x tersebut dan


ketidakpastiannya dapat dituliskan sebagai berikut :

Modul 01 Dasar Pengukuran dan Ketidakpastian 5


x max x min
x (4)
2
d) Penulisan hasilnya sebagai berikut :
x x x (5)

Untuk jelasnya, sebuah contoh dari hasil pengukuran (dalam mm) suatu
besaran x yang dilakukan empat kali yaitu : 153,2 ; 153,6 ;152,8; dan 153,0. Rata-
ratanya adalah
153,2 153,6 152,8 153,0
x 153,2 mm
4
Nilai terbesar dalam hasil pengukuran tersebut adalah 153,6 mm dan nilai
terkecilnya adalah 152,8 mm. Maka rentang pengukurannya adalah
153,6 152,8 0,8 mm
sehingga ketidakpastian pengukuran adalah
0,8
x 0,4 mm
2
maka hasil pengukuran yang dilaporkan adalah
x 153,2 0,4 mm
3.5.3. Standar Deviasi (Simpangan Baku)
Bila dalam pengamatan dilakukan n kali pengukuran dari besaran x dan
terkumpul data x1, x2, ... xn, maka nilai rata-rata dari besaran ini adalah
1 1 n
x ( x1 x2 xn ) x j (6)
n n j 1

Besar simpangan nilai rata-rata tersebut terhadap nilai sebenarnya (x0, yang
tidak mungkin kita ketahui nilai sebenarnya) dinyatakan oleh standar deviasi, yakni

j 1 ( x j x ) 2 n j 1 x 2j
n n n
x
j 1 j (7).
sx
(n 1) n(n 1)

Modul 01 Dasar Pengukuran dan Ketidakpastian 6


Standar deviasi yang diberikan oleh persamaan (7) di atas menyatakan
bahwa nilai benar dari besaran x terletak dalam selang ( x - sx) sampai ( x + sx). Jadi
penulisan hasil pengukurannya adalah x = x sx.
3.5.4. Ketidakpastian relatif
Ketidakpastian relatif adalah ukuran ketidakpastian yang diperoleh dari
perbandingan antara ketidakpastian mutlak dengan hasil pengukurannya, yaitu :
x
KTP relatif (8).
x
Apabila menggunakan KTP relatif maka hasil pengukuran dilaporkan sebagai
X x ( KTP relatif 100%) (9).
3.5.5. Ketidakpastian pada Fungsi Variabel (Perambatan Ketidakpastian)
Jika suatu variabel merupakan fungsi dari variabel lain yang disertai oleh
ketidakpastian, maka variabel ini akan disertai pula oleh ketidakpastian. Hal ini
disebut sebagai perambatan ketidakpastian. Misalkan dari suatu pengukuran
diperoleh nilai a a dan b b . Ketidakpastian suatu variabel yang
merupakan hasil operasi dari kedua variabel tersebut dapat dihitung dengan
rumusan seperti dalam Tabel 1.

Tabel 1.1 Contoh perambatan ketidakpastian.

Variabel Operasi Hasil Ketidakpastian

Penjumlahan p ab p a b
Pengurangan q a b q a b
a a
Perkalian r ab r a b
b b
r a b
Pembagian a s a b
s
b s a b

Modul 01 Dasar Pengukuran dan Ketidakpastian 7


Pangkat
t an t a
n
t a

3.6. Angka Berarti (Significant Figures)


Angka berarti (AB) menunjukkan jumlah digit angka yang akan dilaporkan
pada hasil akhir pengukuran. AB berkaitan dengan KTP relatif (dalam %). Semakin
kecil KTP relatif maka semakin tinggi mutu pengukuran atau semakin tinggi
ketelitian hasil pengukuran yang dilakukan. Aturan praktis yang menghubungkan
antara KTP relatif dan AB adalah sebagai berikut:
AB 1 log( KTP relatif ) (10)
Sebagai contoh suatu hasil pengukuran dan cara menyajikannya untuk beberapa AB
dapat dilihat dalam Tabel 2.
Tabel 1.2 Contoh pengunaan AB.

Nilai yang terukur KTP relatif (%) AB Hasil penulisan


0,1 4
1,202 0,001 103
1 3
1,202 103 1,20 0,01 103
10 2
1,2 0,1 103

IV. LANGKAH PERCOBAAN

Di dalam laboratorium Anda akan diberikan alat-alat ukur seperti mikrometer


sekrup, mikroskop, jangka sorong dan lain-lain seperti tertulis pada bagian alat-alat
yang digunakan. Percobaan yang dilakukan yaitu menentukan massa jenis suatu
bahan dengan keteraturan dimensi, seperti balok dan bola dan dimensi yang tidak
teratur seperti serabut kawat.

4.1 Pengukuran dimensi dan massa bahan beraturan


1. Balok kuningan/alumunium : pengukuran panjang, lebar dan tinggi
sebanyak 3 kali untuk masing-masing parameter untuk tempat yang berbeda
pada bahan tersebut menggunakan jangka sorong.

Modul 01 Dasar Pengukuran dan Ketidakpastian 8


2. Bola besi : pengukuran diameter sebanyak 3 kali untuk tempat yang berbeda
pada bahan tersebut menggunakan micrometer sekrup.
3. Massa balok dan bola dukur menggunakan neraca teknis dan NST alat ukur
pun diambil sebagai data.
4. Tabulasi data dimensi untuk balok (p, l, t) dan bola (d), karena menggunakan
pengukuran berulang digunakan standar deviasi (hasil hanya disajikan
menggunakan KTP mutlak).
5. Tentukan volume untuk balok dan bola dan KTPnya menggunakan
perambatan ketidakpastian (nilai volum dengan KTP mutlaknya). Nilai
volum disajikan dengan KTP relatifnya (gunakan konsep angka berarti).
6. Tentukan massa bahan (pengukuran tunggal dengan KTP mutlak ; NST ).

7. Tentukan rapat massa ( ) bahan dan gunakan perambatan


ketidakpastiannya. Jangan lupa konversi nilai KTP massa ke bentuk
KTP relatif. (dilakukan karena berbeda metode dalam pengukurannya).

Tabel 1.1 Dimensi Balok


Panjang (mm) Lebar (mm) Tinggi (mm)

Tabel 1.2 Dimensi Bola


Diameter (mm) Jari-jari (mm)

4.2 Pengukuran dimensi dan massa bahan tak beraturan


1. Serabut kawat : pengukuran volume dengan mikrometer sekrup dan
mikroskop. KTPnya menggunakan perambatan ketidakpastian (nilai
volume dengan KTP mutlaknya). Nilai volume disajikan dengan KTP
relatifnya (gunakan konsep angka berarti)

Modul 01 Dasar Pengukuran dan Ketidakpastian 9


2. Benda tak beraturan : pengukuran volume dengan metode Archimedes yaitu
memanfaatkan gelas ukur yang berisi zat cair. Nilai volume disajikan dengan
KTP relatifnya (gunakan konsep angka berarti).
3. Massa serabut kawat dan benda tak beraturan di ukur menggunakan neraca
teknis dan NST alat ukur pun diambil sebagai data.
4. Tentukan massa bahan (pengukuran tunggal dengan KTP mutlak ; NST ).

5. Tentukan rapat massa ( ) bahan dan gunakan perambatan


ketidakpastiannya. Jangan lupa konversi nilai KTP massa ke bentuk
KTP relatif. (dilakukan karena berbeda metode dalam pengukurannya).

4.3 Pengukuran data fisis keadaan laboratorium


1. Pengukuran suhu menggunakan termometer raksa yang ada di bagian depan
pintu masuk laboratorium dalam skala Celsius (C) dengan penyajian
menggunaakan KTP pengukuran tunggal (mutlak dan relatif).
2. Pengukuran kelembaban menggunakan hydrometer (di depan pintu masuk
dan di depan ruang modul 3) dengan penyajian menggunakan KTP
pengukuran tunggal.
3. Pengukuran tekanan menggunakan barometer (depan ruang modul 3), data
meliputi nilai P dan NST alat ukur. Nilai faktor koreksi untuk P karena
pengaruh suhu yang terukur.
4. Tekanan terkoreksi, dibuat grafik faktor koreksi terhadap P lalu tentukan
persamaan garisnya. Tentukan nilai koreksi untuk tekanan ruang yang
terukur. Nilai koreksi tersebut mengurangi nilai P yang terukur dalam
penyajian datanya yang dilengkapi KTP mutlaknya.
5. Gunakan regresi dan standar deviasi menggunakan kalkulator.

V. TUGAS ANALISIS

1. Mengapa terdapat faktor koreksi dalam pembacaan nilai P, mengapa


dipengaruhi oleh suhu, serta mengapa nilai P yang terbaca harus dikurangi
dalam koreksinya.
2. Ketidakcocokan nilai rapat massa bahan yang diperoleh dari eksperimen
terhadap referensi.
3. Bagaimana menentukan NST dari alat ukur digital ?

Modul 01 Dasar Pengukuran dan Ketidakpastian 10


VI. PUSTAKA
1. Darmawan Djonoputro, B., Teori Ketidakpastian, Penerbit ITB, 1984.
2. University of Melbourne School of Physics, Physics 160 Laboratory Manual, 1995

Modul 01 Dasar Pengukuran dan Ketidakpastian 11


Modul 01 Dasar Pengukuran dan Ketidakpastian 2

Anda mungkin juga menyukai