Anda di halaman 1dari 54

FM-UAD-PBM-11-04/R1

PETUNJUK PRAKTIKUM DASAR TEKNIK KIMIA I


(PDTK I)
PP/TK/PDTK I/GENAP/2

Disusun Oleh :

Dr. Erna Astuti, S.T., M.T.


Imam Santoso, S.T., M.T.
Dr. Martomo setiawan, S.T., M.T.
Dra. Siti Salamah, M.Si.
Dr. Ir. Siti Jamilatun, M.T.
Aster Rahayu, S.Si., M.Si., Ph.D

LABORATORIUM SATUAN PROSES


PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UAD
YOGYAKARTA
2022
PETUNJUK PRAKTIKUM DASAR TEKNIK KIMIA I
(PDTK I)

Penyusun
Dr.Erna Astuti, S.T., M.T.
Imam Santoso, S.T., M.T.
Dr. Martomo setiawan, S.T., M.T.
Dra. Siti Salamah, M.Si.
Dr. Ir. Siti Jamilatun, M.T.
Aster Rahayu, S.Si., M.Si., Ph.D

ISBN
978-979-3812-95-3

Desain Cover
Tim Redaksi

Layouter
Tim Redaksi

Penerbit
Laboratorium Teknik Kimia
Program Studi Teknik Kimia
Fakultas Teknologi Industri
Universitas Ahmad Dahlan

Redaksi
Kampus 4 Universitas Ahmad Dahlan
Jl. Ring Road Selatan, Tamanan, Banguntapan
Bantul, Yogyakarta 55166.

Cetakan II, Februari 2020

Ó Hak Cipta dilindungi Undang-undang


All Rights Reserved

Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini dalam bentuk
apapun tanpa izin tertulis dari penerbit.
PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas


semua Rahmat-Nya sehingga Diktat Petunjuk Praktikum Dasar
Teknik Kimia I ini dapat diselesaikan.
Buku Petunjuk Praktikum ini disusun untuk
memperlancar jalannya praktikum mahasiswa Program Studi
Teknik Kimia. Buku petunjuk ini secara khusus digunakan pada
kegiatan Praktikum Dasar Teknik Kimia I (PDTK I) mahasiswa
semester II Program Studi Teknik Kimia Fakultas Teknologi
Industri UAD, sebagai implementasi kurikulum terbaru
(Kurikulum 2010). Dalam Kurikulum t
ersebut, praktikum diselenggarakan pada semester II
dengan bobot 2 SKS. Praktikum berlangsung di laboratorium
satuan proses Program Studi Teknik Kimia UAD. Dalam
penyusunan petunjuk PDTK I materi disesuaikan dengan Standar
Minimum Laboratorium (SML) Praktikum Dep. Pendidikan
Nasional DIKTI tahun 2006. Buku ini bertujuan agar Praktikum
Dasar Teknik Kimia I memiliki kompetensi yang tinggi terhadap
Program Studi. Mahasiswa juga dapat mengaplikasikan
pengetahuan yang dasar teorinya sudah didapat sebelumnya dan
mahasiswa mendapatkan bekal yang memadai dalam
mempersiapkan praktikum- praktikum selanjutnya
Tidak lupa dihaturkan terimakasih kepada semua pihak
yang telah membantu dalam penyusunan buku ini, semoga
bermanfaat bagi semua pihak yang terlibat dalam kegiatan PDTK
I ini. Akhirnya kritik dan saran yang membangun selalu kami
harapkan untuk penyempurnaan buku petunjuk PDTK I ini.

Yogyakarta, Februari 2022


Koordinator PDTK 1

Aster Rahayu,S.Si., M.Si., Ph.D

PETUNJUK PRAKTIKUM DASAR TEKNIK KIMIA I (PDTK I) |iii


DAFTAR ISI

halaman
Halaman Judul .................................................................. i
Prakata .............................................................................. iii
Daftar Isi ........................................................................... iv
Tata Tertib Praktikum ....................................................... v
Format Penulisan Laporan ....................................................... vii
Pengenalan Alat dan Penggunaannya ............................... x
Percobaan I: Identifikasi Senyawa Organik dan
Anorganik ......................................................................... 1
Percobaan II: Pengukuran Kadar Gula Dengan Indek
Bias Menggunakan Reflaktometer .................................... 6
Percobaan III: Pengukuran Berat molekul gas ................. 11
Percobaan IV: Sel Elektrolisis .......................................... 16
Percobaan V: Sel Galvani ................................................ 21
Percobaan VI: Sifat Koligatif larutan ............................... 27
Percobaan VII: Tegangan Muka........................................ 32
Daftar Pustaka ................................................................... 37

iv| PETUNJUK PRAKTIKUM DASAR TEKNIK KIMIA I (PDTK I)


TATA TERTIB PRAKTIKUM PDTK I

1. Praktikan harus siap ditempat 10 menit sebelum parktikum


dimulai dan mengumpulkan laporan percobaan minggu
sebelumnya. Keterlambatan praktikan tanpa alasan yang
jelas berakibat tidak diperkenankan mengikuti tes dan
praktikum
2. Bila tidak dapat mengikuti praktikum harus menyerahkan
surat keterangan yang dapat dipertanggung jawabkan dan
diketahui koordinator praktikum (diperbolehkan hanya
sekali), dan diadakan pada waktu tersendiri setelah
praktikum reguler. Pada saat praktikum harus memakai jas
praktikum dan membawa serbet kain bersih dan tissue.
3. Selama praktikum tidak boleh makan, minum dan
merokok.
4. Tidak boleh bersandal dan berkaos oblong.
5. Sebelum praktikum dimulai, praktikan diwajibkan
mengikuti tes untuk acara praktikum yang akan dilakukan.
6. Sebelum memulai praktikum, praktikan menuliskan daftar
alat-alat yang akan digunakan dan meminjam di laboran.
Setelah mendapatkan alat praktikan memeriksa alat–alat
yang sudah tersedia untuk masing-masing percobaan.
Cocokkan dengan daftar yang tersedia. Bila ada yang
hilang atau rusak supaya dilaporkan kepada laboran.
7. Setiap praktikan harus mengembalikan bahan-bahan kimia
yang diambil ke tempat semula dengan tutup botol jangan
sampai tertukar satu sama lain.
8. Bila gas-gas yang ditimbulkan berbahaya, bekerja
dilemari Asam.
9. Praktikan dilarang membawa buku petunjuk praktikum
(hanya boleh ringkasan cara kerja) dan dilarang
meninggalkan meja praktikum tanpa alasan yang jelas
selama praktikum.
10. Sesudah selesai praktikum alat-alat harus dicuci dan
dikembalikan ke laboran.
11. Laboran akan memeriksa kelengkapan alat-alat sebelum
laporan sementara disetujui.

PETUNJUK PRAKTIKUM DASAR TEKNIK KIMIA I (PDTK I) |v


12. Mahasiswa yang
memecahkan/merusakkan/menghilangkan alat harus
mengganti dengan batas maksimum 1 minggu, jika tidak
mengganti maka nilai tidak akan dikeluarkan.
13. Penggantian waktu praktikum diatur oleh koordinator
praktikum.
14. Hal-hal yang belum diatur dalam tata tertib ini akan diatur
lebih lanjut oleh pemimpin laboratorium dengan
pengumuman tersendiri.
15. Penilaian akhir praktikum menggunakan skala angka 0-
100 yang meliputi aspek :
a. Pretest (20%), bisa melanjutkan praktikum nilai
minimal 55
b. Pelaksanaan Praktikum (30%)
c. Laporan Resmi (30%)
d. Responsi (20%)
16. Komposisi penilaian Laporan Resmi:
a. Judul dan Tujuan (10%)
b. Dasar Teori (20%)
c. Cara atau Metode Percobaan (20%)
d. Hasil Percobaan dan Pembahasan (30%)
e. Kesimpulan (10%)
f. Daftar Pustaka (5%)
g. Laporan Sementara (5%)
17. Revisi Laporan Praktikum paling banyak 1 kali tanpa
mengganti cover dan menyertakan halaman yang direvisi
di halaman terakhir.
18. Laporan praktikum dibuat dengan tulisan tangan.
19. Cover Laporan Resmi disediakan oleh laboran.

vi| PETUNJUK PRAKTIKUM DASAR TEKNIK KIMIA I (PDTK I)


FORMAT PENULISAN LAPORAN

Laporan asli praktikum berisi

1. JUDUL PERCOBAAN

Judul percobaan ditulis dengan huruf besar dan tidak perlu


digaris bawah, Judul ini sama dengan yang ada di diktat
petunjuk praktikum.

2. TUJUAN PERCOBAAN

Sama dengan yang ada di diktat petunjuk praktikum

3. DASAR TEORI

Dasar teori berisi uraian teori yang mendukung jalannya


praktikum. Teori yang diuraikan diambil dari pustaka yang
mendukung praktikum (sumber pustaka harus dituliskan).
Tidak boleh hanya menggunakan diktat petunjuk praktikum
saja, tidak boleh mengacu pada website tertentu.

4. ALAT DAN BAHAN

• Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan


• Alat-alat yang digunakan dalam percobaan, sebutkan
dan alat besar digambar

5. CARA KERJA

Cara kerja dibuat dalam bentuk bagan dan dijelaskan dengan


menggunaan kalimat berita dan terletak padahalaman yang
sama untuk tiap cara kerja (tidak boleh terputus/ganti
halaman).

PETUNJUK PRAKTIKUM DASAR TEKNIK KIMIA I (PDTK I) |vii


Contoh : 10 ml sampel 0,5 ml HCl pekat

Larutan didihkan 10 ml Ba Cl2

Didiamkan selama 10 menit


Larutan disaring

Endapan Filtrat

Ditimbang

6. DATA PERCOBAAN

1. Jika berupa uraian, maka diuraikan,


2. Jika data banyak (lebih dari tiga data) harus dibuat
dalam bentuk tabel
.

7. PERHITUNGAN

Berisi pengolahan data yang didapatkan. Apabila dalam


percobaan hanya didapatkan data yang berupa uraian, maka
cukup diuraikan. Bila berupa perhitungan, maka dituliskan
jalannya perhitungan. Bila ada grafik maka grafik dibuat
dengan kertas grafik atau dengan program Excel , sesuai
petunjuk asisten pembimbing .

8. PEMBAHASAN

Berisi pembahasan hasil-hasil yang diperoleh,


hubungannya dengan teori-teori yang ada (adakah
kejanggalan atau ketidak sesuaian ) dalam pembahasan
jangan membahas kesalahan alat, bahan, metode percobaan
dan pelaksanaannya.

viii| PETUNJUK PRAKTIKUM DASAR TEKNIK KIMIA I (PDTK I)


9. KESIMPULAN

Berisi kesimpulan percobaan, hubungannya dengan tujuan


yang ingin dicapai dari suatu percobaan. Buat kalimat yang
singkat dan diberi nomor. Contoh :
1. ……….
2. ……….
3. ................Dst

10. DAFTAR PUSTAKA

Contoh penulisan :

Day, Jr.R.A, Underwood, A.L. 1980, “Quantitativ Analysis”:,


4 th edition, p 420-423, Prentice Hall, Inc., Englewood cliffs,
N.J.USA.

Catatan :
• Nama Pengarang ditulis dengan urutan abjad
• Baris kedua dan selanjutnya ditulis masuk 6 karakter
dibanding baris pertama.
• Edisi pertama tidak perlu ditulis terbitnya (yang
ditulis edisi 2 dst).
• Untuk pustaka berbahasa Indonesia halaman
disingkat hal., pustaka berbahasa asing ditulis page.

PETUNJUK PRAKTIKUM DASAR TEKNIK KIMIA I (PDTK I) |xi


PENGENALAN ALAT-ALAT DAN PENGGUNAANNYA

Alat-alat laboraturium

4
6

1c

7 1a
1
3 5

1. Pipet
a. Pipet gondok/ volume
Terbuat dari gelas
Pada bagian tengah dari pipet ini terdapat bagian yang
membesar (gondok) sementara bagian ujungnya runcing.
Memiliki ukuran/ volume tertentu yang tepat dan sangat
teliti dan terdiri dari bermacam-macam ukuran
Digunakan untuk mengambil larutan dengan volume
tertentu yang lebih tepat dari pada gelas ukur

x| PETUNJUK PRAKTIKUM DASAR TEKNIK KIMIA I (PDTK I)


b. Pipet ukur
Terbuat dari gelas
Semua bagian dari alat ini besarnya sama
Memiliki skala dan terdiri dari bermacam-macam
ukuran. Digunakan untuk mengambil larutan dengan
volume tertentu
c. Pipet tetes
Terbuat dari gelas dengan ujung terbuat dari karet.
Digunakan untuk membuat larutan dengan jumlah yang
kecil.

2. Corong pisah
Digunakan untuk memisahkan larutan yang mempunyai
densitas berbeda.

3. Coronggelas
Digunakan untuk :
• Menolong pada waktu memasukkan cairan kedalam
suatu tempat yang sempit mulutnya, misal botol,labu
ukur, buret dsb.
• Memudahkan menyaring larutan dan endapan

4. Gelas beker
Terbuat dari gelas, memiliki ukuran/volume tertentu
namun bukan sebagai pengukur/ volume kira-kira

Digunakan sebagai :

a. Tempat larutan
b. Tempat memanaskan larutan
c. menguapkan /memanasakan larutan

5. Gelas arloji
Terbuat dari gelas, Digunakan sebagai tempat dalam
penimbangan zat padat berbentuk Kristal

PETUNJUK PRAKTIKUM DASAR TEKNIK KIMIA I (PDTK I) |xi


6. Erlemenyer
Terbuat dari gelas, Memiliki ukuran/ volume tertentu,namun
bukan sebagai alat pengukur.Digunakan sebagai tempat zat
yang akan dititrasi.
Dapat digunakan untuk memanaskan.

7. Pro pipet/ pipet filler


Terbuat dari karet atau plastik
Digunakan bersama pipet volume atau pipet ukur untuk
menghisap larutan yang akan diambil.
Memiliki batas maksimal larutan yang bisa dihisap.

8. Labu Takar
Terbuat dari gelas
Memiliki ukuran/ volume tertentu dan terdiri dari
bermacam-macam ukuran
Digunakan untuk :
• Membuat larutan tertentu dengan volume setepatnya
• Mengencerkan larutan sampai volume tertentu
• Tidak boleh digunakan untuk mmengukur larutan/
pelarut yang panas

9. Gelas Ukur

Terbuat dari gelas,


Memiliki skala dan
terdiri dari bermacam-
macam ukuran
digunakan untuk
mengukur volume zat
kimia dalam bentuk
cair, kecuali larutan/
pelarut yang panas.

xii| PETUNJUK PRAKTIKUM DASAR TEKNIK KIMIA I (PDTK I)


10. Tabung reaksi

Terbuat dari
gelas,digunakan
untuk mereaksikan
dalam jumlah yang
sedikit

11. Buret

Terbuat dari gelas.


Memiliki skala dan
volume tertentu.
Pada ujung alat ini
terdapat kran
Digunakan dalam
titrasi yaitu sebagai
tempat bahan/ zat
penitrasi. Dalam
titrasi zat penitrasi
dikeluarkan dari
buret sedikit demi
sedikit melalui
kran. Volume yang
telah dikeluarkan/
digunakan dpat
dilihat pada skala.

PETUNJUK PRAKTIKUM DASAR TEKNIK KIMIA I (PDTK I) |xiii


12. Penjepit

Terbuat dari kayu atau kawat


Digunakan untuk memegang
tabung reaksi sewaktu
dipanaskan

13 . Pengaduk gelas

Digunakan untuk mengaduk


suatu campuran atau larutan
zat-zat kimia pada waktu
melakukan reaksi kimia
menolong pada saat
menuangkan/ mendekantir
cairan dalam proses
penyaringan
14. Krus porselin

Digunakan untuk mengoven


sampel

1. Lumpang porselin

Digunakan untuk
menumbuk atau
menghaluskan sampel, zat
padat.

xiv| PETUNJUK PRAKTIKUM DASAR TEKNIK KIMIA I (PDTK I)


PERCOBAAN I

REAKSI-REAKSI IDENTIFIKASI SENYAWA ORGANIK


DAN ANORGANIK

A. Tujuan Percobaan
§ Mengidentifikasi gugus fungsional senyawa-senyawa
organik
§ Mengidentifikasi unsur-unsur alkali dan alkali tanah

B. Dasar Teori
• Gugus fungsi senyawa organik
Dalam reaksi kimia organik melibatkan substituen yang
menempel pada rantai hidrokarbon, substituen ini biasanya
mengandung oksigen, hydrogen dan nitrogen juga sulfur.
Substituen ini dalam struktur organik memberikan kereaktifitas
kimia, Substituen ini disebut Gugus fungsi. Gugus fungsional
yaitu bagian dari suatu molekul selain karbon yang berfungsi
secara kimia yang melekat pada rantai hidrokarbon induk. Gugus
ini akan menentukan kereaktifan dalam reaksi kimia organik juga
memiliki sifat teknik kimia yang sedikit sekali bergantung pada
kerangka molekul yang digunakan berikatan (ditempeli).
Lambang R digunakan untuk menggambarkan rantai atau
cincin karbon yang membawa gugus fungsi. Beberapa gugus
fungsi antara lain :
Gugus Fungsi Senyawa
R – OH Alkohol
R –C O – H Aldehid
R –C O-O H Asam karboksilat

Gugus fungsi yang melekat pada pada cincin karbon bila


direaksikan dengan suatu reagen dan menghasilkan suatu produk
akan dapat digunakan untuk mengidentifikasi dari gugustersebut.

PETUNJUK PRAKTIKUM DASAR TEKNIK KIMIA I (PDTK I) |1


O O
// //
CH3- C- H + 2 { Ag (NH3)2 }+ + 2 OH- → CH3- C-O-NH + + 42 Ag (S)

Asam Asetat sebagai garam amonium endapan Cermin

2. Penggolongan unsur alkali dan alkali tanah


Unsur merupakan zat tunggal yang sederhana. Unsur dapat
ditemukan dalam keadaan bebas maupun di dalam tanah. Dari
sistem periodik IUPAC terdapat 118 buah unsur yang terdapat
dialam dan beberapa diantaranya merupakan unsur buatan. Setiap
unsur memiliki wujud, perbandingan berat dan jumlah atom yang
berbeda dan beraneka ragam. Pada tabel periodik, kita
mengetahui unsur alkali terdapat pada golongan IA (kecuali
hidrogen) dan unsur alkali tanah terdapat pada golongan IIA.
Unsur-unsur alkali terdiri dari logam Li, Na, K, Rb, Cs, Fr.
Unsur-unsur alkali ini memiliki kereaktifan yang besar.
Sedangkan unsur-unsur alkali tanah terdiri dari logam Ba Mg, Ca,
Sr dan Ra. Unsur-unsur alkali tanah ini pada umumnya
ditemukan didalam tanah.

C. ALAT DAN BAHAN


Alat-alat yang digunakan :
1. Tabung Reaksi dan rak
2. Penjepit tabung reaksi
3. Lampu Bunsen
4. Pengaduk gelas
5. Termometer
6. Pipet tetes
7. Pipet ukur
8. Gelas ukur
9. Pro pipet / Pipet filler
10. Erlenmeyer

2| PETUNJUK PRAKTIKUM DASAR TEKNIK KIMIA I (PDTK I)


Bahan yang diperlukan:
1. Sampel yang akan 1. Larutan barium, BaCl2, 0,5 M
diidentifikasi 2. Larutan kalsium, CaCl2, 0,5
2. Reagent benedict M
3. larutan Resorcion 3. Larutan litium, LiCl, 0,5 M
4. AgNO3 4. Larutan kalium, KCl, 0,5 M
5. H2SO4 pkt 5. Larutan natrium, NaCl, 0,5 M
6. Larutan Naptol 6. Larutan strontium, SrCl2, 0,5
dan Larutan M
Schiff 7. Larutan amonium karbonat,
7. Etanol (NH4)2CO3 0,5 M
8. KMnO4 8. Larutan amonium fosfat,
9. NH4OH (NH4)2HPO4 0,5 M
10. Natrium Prusida 9. Larutan amonium sulfat,
11. FeCl3 (NH4)2SO4 0,5 M
12. NaOH
13. HNO3 pkt
14. NH4Cl
15. Aqua Bromata

D. CARA KERJA
Identifikasi gugus fungsu senyawa organik
1. Identifikasi Gugus Aldehid
1ml Zat / sampel (ambil dengan pipet tetes) masukkandalam
tabung reaksi tambahkan Reagent Benedict dipanaskan
hingga terbentuk endapan merah bata.
1 ml Zat/ sampel (ambil dengan pipet tetes) masukkan
dalam tabung reaksi, tambahkan 1ml Reagen Schiff , maka
larutan akan berwarna merah sampe ungu.
1. Identifikasi Gugus Keton
1 ml Zat/ sampel (ambil dengan pipet tetes) masukkandalam
tabung reaksi, tambahkan 5 tetes larutan natriumprusida,
amonium klorida dan amonia, larutan akan berwarna biru
Violet .
2. Identifikasi Gugus Alkohol
a. Alkohol primer
a. 1ml Zat/ sampel (ambil dengan pipet tetes)
tambahkan KMnO4 + H2SO4 pkt → Larutan
PETUNJUK PRAKTIKUM DASAR TEKNIK KIMIA I (PDTK I) |3
Berwarna, Warna ungu dari larutan akan hilang.
b. 1 ml Zat/ sampel ditambahkan KMnO4 +H2SO4
pkt ditambah reagen shift akan berwarnamerah.
b. Alkohol Sekunder
1 ml Zat/ sampel ditambahkan Aqua Bromata +
Natrium Prusida + Amonium klorid dan NH4OH,
Diamkan dan amati apa yang terjadi.
3. Identifikasi Fenol
1 ml Zat/ sampel ditambahkan 1 tetes FeCl3 → larutan
warna ungu tua, bila larutan tersebut ditambah Etanol
→ warna berubah menjadi kuning
4. Identifikasi gugus karboksilat
1 ml Zat/ sampel ditambahkan Alkohol + H2SO4 pekat
bila perlu dipanaskan maka akan terbentuk larutan yang
berbau Ester
5. Identifikasi Karbohidrat
a. Moore test
2 ml larutan glukosa + 1 ml NaOH 10 %, panaskan
sampai mendidih, amati dan catat apa yang
terjadi!
b. Molisch Tes
2 ml larutan disakarida + 10 tetes larutan Naphtol
+ H2SO4 pekat (tetes demi tetes) akan timbul suatu
cincin yang berwarna violet atau merah
6. Identifikasi protein
Reaksi Molish
2 ml larutan putih telur + 2 ml larutan Naphtol + H2SO4
pekat (tetes demi tetes) akan timbul suatu cincin yang
berwarna violet dan merah.
7. Identifikasi unsur-unsur alkali dan alkali tanah
a. Sediakan 6 (enam) tabung reaksi isi masing- masing
dengan larutan barium, kalsium, litium, kalium,
natrium dan strontium.
b. Tambahkan 1 mL larutan amonium karbonat ke
dalam masing-masing tabung. Jika terbentuk

4| PETUNJUK PRAKTIKUM DASAR TEKNIK KIMIA I (PDTK I)


endapan tulis mengendap, jika tidak tulis tak
bereaksi pada lembaran data.
c. Bersihkan tabung reaksi dan bilas dengan air suling.
Masukkan 2 mL larutan seperti semula (Percobaan
1) kedalam tabung. Tambahkan 1 mL larutan
amonium fosfat kedalam masing-masing tabung.
Catat hasil pengamatan anda pada Lembaran Data.
d. Bersihkan lagi tabung dan masukkan lagi 2 mL
masing-masing larutan seperti semula (Percobaan
1). Tambahkan 1 mL larutan amonium sulfat pada
masing-masing tabung.
e. Catat hasil pengamatan

E. Diskusi
1. Sebutkan sifat-sifat dari gugus fungsi -OH, -COOH, -
COH ?
2. Tuliskan Persamaan Reaksi pada Percobaan yang anda
lakukan!
3. Apa fungsi Reagen dalam suatu Identifikasi ?
4. Dalam percobaan ini unsur-unsur alkali dan alkali tanah
apa saja yang dipelajari?
5. Sebutkan sifat-sifat dari unsur alkali dan alkali tanah?

PETUNJUK PRAKTIKUM DASAR TEKNIK KIMIA I (PDTK I) |5


PERCOBAAN II
PENGUKURAN KADAR GULA DENGAN INDEK
BIAS MENGGUNAKAN REFRAKTOMETER

A. Tujuan Percobaan :

a. Melatih mahasiswa menggunakan refraktometer.


b. Membuktikan adanya hubungan antara kadar indek
bias dengan kadar gula.

B. Dasar Teori :
Brix adalah jumlah zat padat semu yang larut (dalam
gr) setiap 100 gr larutan. Jadi misalnya brix nira = 16, artinya
bahwa dari 100 gram nira, 16 gram merupakan zat padat
terlarut dan 84 gram adalah air. Untuk mengetahui
banyaknya zat padat yang terlarut dalam larutan (brix)
diperlukan suatu alat ukur. Indeks bias suatu larutan gula
atau nira mempunyai hubungan yang erat dengan brix.
Artinya bahwa jika indeks bias nira bisa diukur, maka brix
nira dapat dihitung berdasarkan indeks bias tersebut. Alat
untuk mengukur brix dengan indeks bias dinamanakan
Refraktometer. Dengan menggunakan alat ini contoh nira
yang digunakan sedikit dan alatnya tidak mudah rusak.
Pada refraktometer ABBE sebuah teropong
sederhana diarahkan kepada salah satu bidang prisma yang
disebut prisma kerja. Pada prisma kerja ke pengukuran
bidang prisma kerja yang kedua ditutupi dengan cairanyang
harus diukur, membentuk lapisan tipis di antara bidang
prisma kerja dan prisma cahaya. Prisma kerja dan prisma
cahaya mempunyai mantur sendiri yang dihubungkan
dengan engsel. Apabila sistem engsel dibuka, kedua prisma
terpisah sehingga mudah dibersihkan.
Pada salah satu bidang ditaruh renjai (tetesan kecil)
cairan yang harus diukur, yang akan meluas membentuk
lapisan tipis apabila pasangan prisma ditutup kembali.
Pengukuran didasarkan prinsip bahwa cahaya yang masuk

6| PETUNJUK PRAKTIKUM DASAR TEKNIK KIMIA I (PDTK I)


melalui prisma cahaya hanya bisa melewati bidang batas
antara cairan dan prisma kerja dalam suatu sudut yang
terletak dalam batas-batas yang ditentukan oleh sudut batas
antara cairan dan gelas. Akibatnya kita akan mengamati
bidang yang terang dan gelap yang terpisah menurut garis
yang jelas. Tempat perbatasan ini tergantung pada refraksi
indek cairan. Oleh karena itu instrumen dilengkapi dengan
piranti untuk menentukan tempat ini secara teliti.
Faktor-faktor penting yang harus diperhatikan pada
semua pengukuran refraksi adalah temperatur cairan dan
jarak gelombang cahaya yang dipergunakan untuk
mengukur indek bias. Pengaruh temperatur terhadap indek
bias adalah sangat ideal, tapi sangat besar terhadap cairan
dan bahan plastik, sehingga perlu diatur. Cara pengamatan
dengan mengatur`kompensator shingga diperoleh batas
yang tajam antara gelap dan terang dengan mengamati
teropong, kemudian baca nilai indek biasnya.

Gambar Refraktometer

Dengan mengamati indek bias larutan dengan kadar


gula dari yang terendah sampai yang cukup tinggi, dapat
dicari hubungan antara indek bias dengan kadar gula (brix)
dengan menggunakan program excel, yang dapat
dipergunakan sebagai kurva baku. Kurva baku ini dapat
digunakan untuk mencari kadar gula sampel.

PETUNJUK PRAKTIKUM DASAR TEKNIK KIMIA I (PDTK I) |7


C. Metode Penelitian Alat yang digunakan :
1. Refraktometer ABBE
2. Beaker gelas
3. Pipet tetes
4. Pengaduk
5. Labu takar 10 mL

D. Bahan yang digunakan :


1. Aquadestilata
2. Gula pasir

E. Cara Kerja :
1. Refraktometer digeserkan sehingga cermin cahaya dan
skala mendapat penerangan cukup.
2. Termometer diulirkan kuat-kuat pada tempatnya.
3. Atur suhu ukur refraktometer, tunggu hingga konstan.
4. Horizontalkan teropong beserta papan skala dengan cara
memutar sampai maksimal.
5. Pengungkit grendel diputar untuk membuka prisma,
kemudian engsel prisma cahaya diputar.
6. Teteskan larutan gula dari yang paling encer di atas
prisma kerja, jangan sentuh prisma dengan benda
keras/tajam.
7. Tutup prisma, putar papan prisma sehingga dapat
dilakukan pengamatan melalui teropong dengan
nyaman.
8. Cermin pesawat distel sehingga yang dipantulkan jatuh
kepada prisma cahaya. Amidal beserta papan indek dan
kaca benggala yang terpasang di atasnya digeserkan ke
skala indek bias yang rendah. Setelah itu okuler teropong
distelkan agar kawat selang terbaca jelas.
9. Batas refraksi total dicari perlahan-lahan dengan
memutarkan amidal yang bersambung dengan sistem
prisma. Batas ini biasanya tampak sebagai pita lebar
yang berwarna.
10. Bila perlu cermin diaturkan lagi supaya diperoleh
gambar teropong dengan kertas cahaya yang maksimal.

8| PETUNJUK PRAKTIKUM DASAR TEKNIK KIMIA I (PDTK I)


11. Batas ini dibuat tidak berwarna dengan memutarkan
tombol kompensator dan diaturkan dengan teliti agar
melewati titik potong kawat yang bersilang.
12. Indek bias dibaca pada skala melalui kaca benggala(kaca
pembesar). Pada skala ini tidak terdapat nomius karena
pembagian skala tidak linier. Pembagian skala sampai 3
desimal yang ke empat ditaksir.
13. Prisma dibuka kembali, bidang-bidang prisma
dibersihkan hati-hati dan teliti dengan dibilas air dan
keringkan dengan kertas kasa.
14. Ulangi percobaan untuk kadar gula berikutnya dan
terakhir kadar sampel.

PETUNJUK PRAKTIKUM DASAR TEKNIK KIMIA I (PDTK I) |9


TABEL PENGUKURAN KADAR GULA DENGAN
INDEK BIAS MENGGUNAKAN REFRAKTOMETER

Nama Praktikan :………………………No Mhs :


Nama Patner :………………………No Mhs :
Prodi/Fak :………………………Tanggal :

No. Kadar gula (%) Indek bias

1 3 ………….

2 6 ………….

3 9 ………….

4 12 ………….

5 15 ………….

Sampel

10| PETUNJUK PRAKTIKUM DASAR TEKNIK KIMIA I (PDTK I)


PERCOBAAN III
PENENTUAN KERAPATAN DAN BOBOT MOLEKUL
GAS

A. Tujuan Percobaan :
1. Mampu menyusun peralatan serta menentukan besaran
fisik gas
2. Menentukan bobot molekul udara dan gas- gas lain
berdasarkan pengukuran massa jenis gas, serta melatih
penggunaan persamaan gas ideal
B. Dasar teori :
Di dalam fisika dan termodinamika, persamaan keadaan
adalah persamaan termodinamika yang menggambarkan
keadaan materi di bawah seperangkat kondisi fisika. Persamaan
keadaan adalah sebuah persamaan konstitutif yang
menyediakan hubungan matematik antara dua atau lebih fungsi
keadaan yang berhubungan dengan materi, seperti temperatur,
tekanan, volume dan energi dalam. Penggunaan paling umum
dari sebuah persamaan keadaan adalah dalam memprediksi
keadaan gas dan cairan. Salah satu persamaan keadaan paling
sederhana dalam penggunaan ini adalah hukum gas ideal, yang
cukup akurat dalam memprediksi keadaan gas pada tekanan
rendah dan temperatur tinggi. Tetapi persamaan ini menjadi
semakin tidak akurat pada tekanan yang makin tinggi dan
temperatur yang makin rendah, dan gagal dalam memprediksi
kondensasi dari gas menjadi cairan. Namun demikian, sejumlah
persamaan keadaan yang lebih akurat telah dikembangkan untuk
berbagai macam gas dan cairan. Saat ini, tidak ada persamaan
keadaan tunggal yang dapat dengan akurat memperkirakan sifat-
sifat semua zat pada semua kondisi.

SIFAT GAS IDEAL


1. Gas terdiri atas partikel-partikel dalam jumlah yang
besar sekali, yang senantiasa bergerak dengan arah
sembarang dan tersebar merata dalam ruang yang
kecil.

PETUNJUK PRAKTIKUM DASAR TEKNIK KIMIA I (PDTK I) |11


2. Jarak antara partikel gas jauh lebih besar daripada
ukuran partikel, sehingga ukuran partikel gas dapat
diabaikan.
3. Tumbukan antara partikel-partikel gas dan antara
partikel dengan dinding tempatnya adalah elastis
sempurna.
4. Hukum-hukum Newton tentang gerak berlaku.

Hukum Boyle mungkin adalah pernyataan paling awal dari


persamaan keadaan. Pada 1662, fisikawan dan kimiawan ternama
Irlandia, Robert Boyle, melakukan serangkaian percobaan
menggunakan tabung gelas bentuk-J yang ujung bagian
pendeknya tertutup. Air raksa ditambahkan ke dalam tabung,
memerangkap sejumlah tetap gas di ujung tabung yang pendek
dan tertutup. Kemudian perubahan volume gas diukur dengan
teliti seiring ditambahkannya air raksa sedikit demi sedikit ke
dalam tabung. Tekanan gas kemudian dapat ditentukan dengan
menghitung perbedaan ketinggian air raksa di bagian pendek
tabung yang tertutup dan bagian panjang tabung yang terbuka.
Melalui percobaan ini, Boyle mencatat bahwa perubahan volume
gas berbanding terbalik dengan tekanan. Bentuk matematikanya
dapat dituliskan sebagai berikut :

Misalkan suatu cairan memenuhi wadah. Bila cairan


didinginkan dan volumenya berkurang, cairan itu tidak akan
memenuhi wadah lagi. Namun, gas selalu akan memenuhi ruang
tidak peduli berapapun suhunya. Yang akan berubah adalah
tekanannya. Pada kerapatan rendah, semua gas memenuhi
hukum gas ideal :
PV=nRT
dengan
R=8,314 J/mol.K
Adalah konstanta universal gas, yang dihubungkan
dengan bilangan Avogadro NA dan konstanta Boltzmann k oleh
R = kNA

12| PETUNJUK PRAKTIKUM DASAR TEKNIK KIMIA I (PDTK I)


Bilangan Avogadro adalah NA = 6,022 x 1023molekul/mol
dan konstanta Boltzman adalah
k = 1,381x10-23 J/K
n = m/MR
ρ = m/V
m = massa
V = volume
MR (g/mol) = ρRT/P
berat 100 ml udara sekitar 0,12 gram
Alat yang digunakan untuk mengukur tekanan gas adalah
manometer. Tekanan didefinisikan gaya per satuan luas, jadi
tekanan = gaya/luas. Rumus untuk menghitung tekanan di
manometer adalah :
P manometer = densitas cairan x gaya gravitasi x beda tinggi
kaki manometer
Tekanan absolut = (1 + P manometer) atm.
Dalam SI, satuan gaya adalah Newton (N), satuan luas m2,
dan satuan tekanan adalah Pascal (Pa). 1 atm = 1,01325 x 105 Pa
= 101,325 kPa.
Namun, dalam satuan non-SI unit, Torr, kira-kira 1/760 dari
1 atm, sering digunakan untuk mengukur perubahan tekanan
dalam reaksi kimia.

C. Alat dan Bahan


Alat :
1. Bola
2. Pompa tangan atau pompa ban mobil.
3. Alat pengukur tekanan
4. Timbangan analitis, 0,1 mg
5. Meteran
6. Pipa PVC
7. Termometer digital
Bahan :
Udara, gas oksigen (O2), gas nitrogen (N2)

PETUNJUK PRAKTIKUM DASAR TEKNIK KIMIA I (PDTK I) |13


D. Cara kerja:
D1.Penentuan Berat Molekul Udara
1. Kosongkan tabung PVC sampe semua udara keluar,
kemudian timbang tabung tersebut dan catat beratnya.
2. Pompa Tabung tersebut sampai tekanan 1 kg/cm2 .
lepaskan pompa, timbang tabung dan ukur deameterluar
dan diameter dalam untuk menghitung volume tabung .
3. Pasang jarum di lubang keluarnya udara ( lubang pentil
)
4. Keluarkan udara dari tabung sambil diukur suhu
keluarnya udara (taruh termometer di lubangnya )
5. Ulangi percobaan 2 s/d 3 untuk tekanan 1,5 : 2 : 2,5 : 3
dan 3.5 kg/Cm2 .
D2. Penentuan Berat Molekul gas Oksigen
1. Kosongkan tabung PVC sampe semua udara keluar,
kemudian timbang tabung tersebut dan catat beratnya.
2. Isi Tabung tersebut dengan gas Oksigen sampai tekanan
1 kg/cm2 . tutup regulator gas, timbang tabung dan ukur
deameter luar dan diameter dalam untuk menghitung
volume tabung .
3. Pasang jarum di lubang keluarnya gas ( lubang pentil )
4. Keluarkan gas oksigen dari tabung sambil diukur suhu
keluarnya gas oksigen (taruh termometer di lubangnya
)
5. Ulangi percobaan 2 s/d 3 untuk tekanan 1,5 : 2 : 2,5 : 3
dan 3.5 kg/Cm2
D3. Penentuan Berat Molekul gas nitrogen
1. Kosongkan tabung PVC sampe semua udara keluar,
kemudian timbang tabung tersebut dan catat beratnya.
2. Isi Tabung tersebut dengan gas Nitrogen sampai tekanan
1 kg/cm2 . tutup regulator gas, timbang tabung dan ukur
diameter luar dan diameter dalam untuk menghitung
volume tabung .
3. Pasang jarum di lubang keluarnya gas ( lubang pentil )
4. Keluarkan gas nitrogen dari tabung sambil diukur suhu
keluarnya gas nitrogen (taruh termometer di lubangnya)

14| PETUNJUK PRAKTIKUM DASAR TEKNIK KIMIA I (PDTK I)


5. Ulangi percobaan 2 s/d 3 untuk tekanan 1,5 : 2 : 2,5 : 3
dan 3.5 kg/Cm2.

E. Diskusi
1. Bagaimana pernyataan Hukum Boyle?
2. Sebutkan faktor- faktor yang berpengaruh terhadap
pengukuran berat molekul suatu gas!
3. Diantara 3 gas yang digunakan percobaan, menurut anda
gas mana yang Berat molekulnya dari hasil perhitungan
lebih realistis/ mendekati Mr yang sesungguhnya?
Jelaskan alasanya!.

F. Format laporan Sementara


1. Udara
Tekanan, Suhu Berat Volume, Berat MR
(kg/Cm2 ) 0K (gram) (cm3) jenis, (g/mol)
(g/cm 3)

2. Gas Oksigen tabelnya sama


3. Gas Nitrogen tabelnya sama

PETUNJUK PRAKTIKUM DASAR TEKNIK KIMIA I (PDTK I) |15


PERCOBAAN IV
SEL ELEKTROLISIS

A. Tujuan Percobaan :
1. Menghitung berat logam tembaga yang menempel pada
sendok logam
2. Menghitung berat tembaga yang menempel di sendok
dan menghitung volume gas masing- masing yang terjadi
di anoda

B. Dasar Teori :
Elektrolisis terjadi dalam sel elektrokimia yang disebut sel
elektrolisis yang terdiri dari tiga komponen utama yaitu: sumber
arus searah (baterai), elektroda (anoda dan katoda), larutan
elektrolit.
Reaksi yang terjadi pada elektrolisis ditentukan oleh tiga hal,
yaitu posisi kutub sumber arus listrik searah (positif dan negatif),
jenis elektroda (inert dan tidak inert), ion dalam cairan elektrolit
(anion dan kation) serta jenis cairan elektrolit (leburan dan
larutan).

Reaksi pada Katoda


Katoda adalah elektroda yang terhubung dengan kutub
negatif sumber arus listrik searah. Pada katoda terjadi reaksi
reduksi.
Ketentuan:
1. Jika elektrolit berupa leburan, maka kation dalam
elektrolit tersebut akan direduksi.
2. Jika elektrolit berupa larutan, maka reaksi tergantung
pada jenis kationnya.
a. Jika kation H+ maka reaksinya
2H+ + 2e H2
b. Jika kation dari golongan IA, IIA, Al3+ dan Mn2+,
maka H2O yang direduksi,
reaksinya:
2H2O + 2e 2OH- + H2
c. Jika kation selain dari golongan IA, IIA, Al3+ dan
Mn2+, maka kation tersebut

16| PETUNJUK PRAKTIKUM DASAR TEKNIK KIMIA I (PDTK I)


direduksi, misal kation Ag+, reaksinya:
Ag+ + e Ag

Reaksi pada anoda


Anoda adalah elektroda yang terhubung dengan kutub
positif baterai. Pada anoda terjadi reaksi oksidasi.
Ketentuan:
1. Jika elektroda anoda yang digunakan elektroda inert (Pt, C,
Au), maka yang teroksidasi adalah anion yang terdapat
dalam cairan elektrolit.
a. Jika anion tidak mengandung oksigen, seperti Cl-, Br-, I-
, maka anion tersebut yang teroksidasi. Misalnya anion
Cl-, reaksinya:
2Cl- (aq) Cl2(g) + 2e
b. Jika anion mengandung oksigen seperti reaksi berikut
maka yang teroksidasi adalah air, reaksinya:
H2O(l) O2(g) + 4H+(aq) + 4e
c. Jika anion OH-, maka reaksinya:
4OH- 2H2O + O2 + 4e
2. Jika elektroda anoda yang digunakan bukan elektroda inert,
maka elektroda tersebut yang teroksidasi, misalnya anoda
Cu, maka reaksinya:
Cu Cu2+ + 2e

Dari eksperimen yang dilakukan diperoleh hasil bahwa satu


mol elektron sama dengan 96.500 Coulomb. Satu coulomb
(Q) adalah jumlah listrik jika arus (i) sebesar satu ampere
mengalir selama satu detik (t), satu mol elektron sama dengan
satu Faraday. Sekarang kita telah mendapatkan hubungan antara
mol elektron (n), jumlah listrik (Q) dan Faraday (F), yaitu 1 mol
elektron = 96.500 Coulomb = 1 F
Q = i. t (ampere. detik)
Jika dua rumusan tersebut digabungkan diperoleh rumusan:
mol elektron = Q / 96500
Untuk menentukan masa zat yang terendapkan di katoda dapat
digunakan rumus:
w = ME. Q/96500

PETUNJUK PRAKTIKUM DASAR TEKNIK KIMIA I (PDTK I) |17


dengan:
w : massa yang menempel di katoda, gram
I : arus yang mengalir, ampere
t : waktu elektrolisis, detik
ME : Ar atau berat molekul/jumlah elektron.
Rumusan di atas dikenal dengan Hukum Faraday I.

C. Alat dan Bahan


Alat :
1. Multimeter
2. Lempengan tembaga
3. Sendok logam
4. Beker glas .
5. Timbangan
Bahan :
Larutan CuCl2

D. Cara Kerja

18| PETUNJUK PRAKTIKUM DASAR TEKNIK KIMIA I (PDTK I)


1. Rangkai alat elektrolisis seperti pada gambar diatas,
warna merah pada Cu, Warna hitam pada Zn ;
2. Pastikan logam katoda dan anoda tercelup larutan CuCl2
3. Pada proses pelapisan logam dengan tembaga digunakan
arus sebesar 1,4 A selama waktu tertentu dalam menit.
4. Sebelum elektrolisis dijalankan bersihkan terlebih
dahulu dan timbang berat logam Anoda atau katoda
dalam gram.
5. Sesudah elektrolisis berjalan dalam waktu yang sudah
ditentukan (5, 10,15, 20 dan 25 menit). HATI-HATI
DALAM BEKERJA …! SEBAB JIKA TIDAK
HATI-HATI ENDAPAN LOGAM AKAN JATUH,
Lepas logam anoda atau logam katoda dari rangkaian,
(pada saat melepas anoda Voltmeter jangan dimatikan
, setelah anoda/katoda dilepas Voltmeter dapat di
matikan, keringkan dalam oven selama 5 menit ,
dinginkan dalam eksikator lalu timbang beratnya untuk
masing-masing waktu tersebut sehingga dapat dihitung
berapa berat tembaga yang menempel untuk masing-
masing waktu.
6. Hitung berapa gram tembaga yang menempel di sendok
(katoda) dan berapa volume gas masing- masing yang
terjadi di anoda (STP). (Cu=63,5 gr/mol )

No. Arus, Waktu, Tembaga yang menempel


ampere menit pada katoda, (gram)
1 1,4 10
2 1,4 20
3 1,4 30
4 1,4 40
5 1,4 50

PETUNJUK PRAKTIKUM DASAR TEKNIK KIMIA I (PDTK I) |19


E. Perhitungan
Cocokkan hasil penimbangan logam yang menempel pada
sendok dengan hukum Farraday I dengan persamaan- persamaan
berikut ini dengan mengikuti langkah- langkah berikut ini:
a. Menghitung massa tembaga yang menempel di sendok
(katoda)
1. Tulislah persamaan reaksi yang terjadi di katoda
2. Menghitung ME
ME = Ar / Se
ME = massa ekivalen
Se = valensi senyawa
3. Selanjutnya dicari massa tembaga:
Dimana Q = i. t (t dalam detik)
W = ME x Q/96500
b. Menghitung volume Cl2 yang dibebaskan di anoda.
1. Tulislah persamaan reaksi yang terjadi di anoda
2. Hitung jumlah mol elektron = Q/96500
Untuk menghasilkan 1 mol Cl2 melibatkan 2 mol elektron.
Jadi jika mol elektron yang dilibatkan sebesar 0,01 mol, maka Cl2
yang dihasilkan sebesar 0,01/2 = 0,005 mol
Jadi Volume Cl2 = mol Cl2 x 22,4 liter/mol

F. Diskusi
1. Prediksikan hasil yang diperoleh pada elektrolisis:
a. larutan AgNO3 dengan elektroda karbon
b. larutan NiCl2 dengan katoda besi dan anoda nikel
c. lelehan KBr dengan elektroda platina.
2. Elektrolisis larutan Na2SO4 menggunakan arus sebesar
3 Ampere selama 30 menit.
a. Tuliskan reaksi yang terjadi di anoda dan katoda.
b. Berapa liter gas O2 dan H2 yang dihasilkan? (STP)

20| PETUNJUK PRAKTIKUM DASAR TEKNIK KIMIA I (PDTK I)


PERCOBAAN V
SEL GALVANI

A. Tujuan percobaan
1. Menghitung potensial standar (Eo) dari berbagai macam
elektroda.
2. Memprediksi berlangsung atau tidaknya suatu reaksi
redoks berdasarkan Eo elektroda logam.

B. Dasar teori :
Sel elektrokimia dimana reaksi oksidasi- reduksi spontan
terjadi dan menghasilkan beda potensial disebut sel galvani.
Dalam sel galvani energi kimia diubah menjadi energi listrik.
Sel galvani juga sering disebut Sel Volta.

Potensial standar.
Cara menentukan beda potensial masing- masing elektroda
dengan menggunakan elektroda hidrogen standar sebagai
elektroda standar yang mempunyai potensial 0 volt. Selanjutnya
untuk menentukan potensial suatu elektroda, elektroda tersebut
dihubungkan dengan elektroda hidrogen. Jika pengukuran
dilakukan pada suhu 25 oC, tekanan 1 atm dan konsentrasi ion-
ion sebesar 1,0 M maka potensial yang dihasilkan dinamakan
potensial standar yang dilambangkan dengan Eo.
Perhatikan data pada tabel potensial standar, potensial
standar Cu berharga positif sedangkan potensial standar seng
adalah negatif. Suatu elektroda mempunyai potensial positif
berarti elektroda tersebut lebih mudah direduksi daripada
hidrogen. Sebaliknya elektroda mempunyai potensial standar
negatif berarti elektroda tersebut lebih mudah teroksidasi dari
pada ion hidrogen.
Jadi pada saat elektroda Cu dihubungkan dengan elektroda
hidrogen, ion Cu2+ tereduksi menjadi Cu. Apa yang terjadi jika
elektroda Zn dihubungkan dengan elektroda hidrogen.
Ketentuan IUPAC selalu menyebutkan potensial elektroda
standar sebagai potensial reduksi. Jika dua eektroda dihubungkan
sehingga terjadi proses spontan yang menghasilkan arus listrik
elektroda dengan Eo lebih besar akan

PETUNJUK PRAKTIKUM DASAR TEKNIK KIMIA I (PDTK I) |21


mengalami reduksi dan elektora dengan Eo lebih rendah akan
mengalami oksidasi. Ketentuan yang digunakan untuk
menuliskan reaksi sel pada elektroda dan menentukan harga Eo
sel adalah sebagai berikut:
1. Reaksi keseluruhan sel merupakan penjumlahan dari reaksi
reduksi dan reaksi oksidasi. Jika pada suatu reaksi sel lebih
dari satu elektron yang berperan, maka elektroda standar
(Eo) tidak berubah.
2. Eo sel dinyatakan sebagai potensial standar elektroda reduksi
dikurangi potensial standar elektroda oksidasi. Eo sel =
Eoreduksi – Eooksidasi
3. Jika Eo sel bernilai positif maka reaksi sel yang terjadi
merupakan reaksi spontan.

Cara mengukur Eo Cu dengan elektroda hydrogen


K Ba Ca Na Mg Al Zn Cr Fe Cd Co Ni Sn Pb H SbBi
Cu Hg Ag Pt Au
Semakin mudah dioksidasi

Gambar . deret Volta

22| PETUNJUK PRAKTIKUM DASAR TEKNIK KIMIA I (PDTK I)


C. Alat dan bahan
Alat :
1. Gelas piala
2. Gelas arloji
3. Labu Takar
4. Pengaduk
5. Jembatan Garam
6. Potensiometer
7. Erlemeyer
8. Lempeng logam Cu, Mg Zn dan Pb
Bahan :
1. Aquades
2. CuCl2
3. MgCl2
4. CuSO4
5. ZnCl2
6. (CH3COO)2Pb 1 M

D. Cara Kerja :
D1.Pembuatan Larutan
D1.1. Pembuatan Larutan ZnCl2 1M
1. Timbang ZnCl2 sebanyak 6,76 gr
2. Tuang aquadest sebanyak 20 ml ke dalam gelas piala dan
masukkan ZnCl2 kemudian diaduk hingga larut
3. Ambil larutan dan masukkan ke dalam labu takar 50 ml,
dan tambahkan aquadest sampai garis batas.
Kocok hingga homogen.
D1.2. Pembuatan Larutan CuCl2 1M
1. Timbang CuCl2 sebanyak 8,5 gr
2. Tuang aquadest sebanyak 20 ml ke dalam gelas piala
dan masukkan CuCl2 kemudian di aduk hingga larut
3. Ambil larutan dan masukkan ke dalam labu takar 50 ml,
tambahkan aquadest sampai garis bata. Kocok
hingga homogen.
D1.3. Pembuatan Larutan MgCl2 1M
1. Timbang MgCl2 sebanyak 10,16 gr
2. Tuang aquadest sebanyak 20 ml ke dalam gelas piala
dan masukkan MgCl2 kemudian di aduk hingga larut

PETUNJUK PRAKTIKUM DASAR TEKNIK KIMIA I (PDTK I) |23


3. Ambil larutan dan masukkan ke dalam labu takar 50 ml,
tambahkan aquadest sampai garis batas.kocok hingga
homogen.

D1.4. Pembuatan Larutan CuSO4 1M


1. Timbang CuSO4 8 gr
2. Tuang aquadest sebanyak 20 ml ke dalam gelas piala
dan masukkan CuSO4 kemudian diaduk hingga larut
3. Ambil larutan dan masukkan ke dalam labu takar 50 ml,
dan tambahkan aquadest sampai garis batas.kocok
hingga homogen.
D1.5. Pembuatan Larutan (CH3COO)2Pb 1M
1. Timbang (CH3COO)2Pb sebanyak 18,9 gr
2. Tuang aquadest sebanyak 20 ml ke dalam gelas piala dan
masukkan (CH3COO)2Pb kemudian diaduk hingga larut
3. Ambil larutan dan masukkan ke dalam labu takar 50 ml,
tambahkan aquadest sampai garis batas dan kocok
hingga homogen.

D2.Prosedur
1. Rangkailah sel galvani seperti pada gambar, Cara
mengukur Eo Cu dengan elektroda hidrogen
2. Catat berapa voltasenya untuk masing- masing jenis
elektrode logam
3. Ganti elektrodanya dengan elektroda yang lain dan baca
voltasenya
4. Lengkapilah tabel dibawah ini dengan data yang sudah
diperoleh dari percobaan
Pengamatan:
No Elektrode logam Potensial standar
(Eo), volt
1 Magnesium
2 Tembaga
3 Timbal
4 Alumunium
5 Seng

24| PETUNJUK PRAKTIKUM DASAR TEKNIK KIMIA I (PDTK I)


E. Diskusi:
E1. Pelajari contoh cara menghitung Eo sel dan
berlangsung tidaknya reaksi spontan
Langkah- masing menghitung beda potensial:
1. Tulislah reaksi redoks
2. Hitung harga potensial elektroda standar sel (E0 sel).
Dari tabel potensial standar diperoleh data, ikuti contoh
perhitungan dibawah ini, lihat table deret volta:

Ag++ e Ag , E0=0,799 volt


Cu2+ + 2e Cu , E0=0,340 volt

Untuk menghitung harga E0 sel, anda dapat menggunakan


dua cara, cara pertama menjumlahkan reaksi reduksi dan
oksidasi, cara kedua mengurangi potensial elektroda standar
reduksi dengan oksidasi.

Cara1
reaksi :
Cu + 2Ag+ 2Ag + Cu2+
Terdiri dari reaksi reduksi dan oksidasi.
reduksi: 2Ag+ +2e 2Ag E0= 0,799 volt
oksidasi: Cu Cu2+ + 2e E0= -0,340 volt
+
Cu + 2Ag+ 2Ag + Cu2+ E0sel=0,659
volt

Cara 2
Pada reaksi Cu + 2Ag+ 2Ag + Cu2+ ,
Cu mengalami oksidasi, Ag
mengalami reduksi.
E0 sel = E0 reduksi – E0 oksidasi
= E0 Ag – E0 Cu
= 0,799 - 0,340
= 0,659 volt.

PETUNJUK PRAKTIKUM DASAR TEKNIK KIMIA I (PDTK I) |25


E2. Prediksikan, apakah reaksi tersebut berlangsung
spontan?
Karena E0 sel berharga positif, maka reaksi berlangsung
spontan.
Dari data E0 elektroda logam dari hasil percobaan,
hitunglah E0 sel dan berlangsung tidaknya reaksi spontan dari
a. Fe2+ + Cu Fe + Cu2+
b. Zn + Pb2+ Zn2+ + Pb
c. Fe + Pb2+ Fe3+ + Pb
Jelaskan alasanya !

26| PETUNJUK PRAKTIKUM DASAR TEKNIK KIMIA I (PDTK I)


PERCOBAAN VI
SIFAT KOLIGATIF LARUTAN

A. Tujuan Percobaan
1. Menentukan berat molekul solute (zat terlarut) dengan
metode kenaikan titik didih
2. Menentukan berat molekul solute (zat terlarut) dengan
metode penurunan titik beku
3. Menentukan panas penguapan solvent (pelarut)

B. Dasar Teori
Terdapat 4 sifat larutan yang sangat dipengaruhi oleh
kuantitas solute dalam larutan dan dikenal sebagai sifat koligatif
(kolektif). Sifat itu adalah penurunan tekanan uap, kenaikantitik
didih, penurunan titik beku dan tekanan osmotic.
Suatu cairan akan mendidih kalau tekanan uap di atasnya
sama dengan tekanan atmosfir. Dengan adanya penambahan
solute non volatile ke dalam cairan/pelarut maka kecenderungan
molekul-molekul pelarut untuk meninggalkan larutan dan
berpindah ke fase uap menjadi berkurang. Hal ini akan
menurunkan tekanan uap parsial dari pelarut.
Untuk larutan yang sangat encer maka agar larutan
mendidih, tekanan uap total larutan, yaitu sama dengan jumlah
tekanan uap solvent dan tekanan uap solute, harus sama dengan
tekanan atmosfir. Pada larutan yang sangat encer tekanan uap
solute diabaikan sehingga tekanan uap larutan adalah tekanan uap
solvent saja. Untuk mencapai tekanan uap solvent sama dengan
tekanan atmosfir maka larutan itu harus dipanaskan ke suhu yang
lebih tinggi. Dengan demikian penambahan solute non volatile ke
dalam suatu solvent akan menaikkan titik didihnya. Pengaruh
penambahan solute ke dalam solvent terhadap titik didih larutan
dapat diperkirakan menurut hukum Raoult dan hukum Clausius
Clapeyron.
Perbedaan titik didih larutan dan pelarut disebut dengan
kenaikan titik didih, Tb. Untuk larutan encer, kenaikan titikdidih
sebanding dengan massa konsentrasi molal zat terlarut B.

PETUNJUK PRAKTIKUM DASAR TEKNIK KIMIA I (PDTK I) |27


ΔTb = Kb mB (1)

Dengan : ∆Tb = kenaikan titik didih (oC)


m = molalitas larutan
Kb = tetapan kenaikan titik didih molal
Tetapan kesebandingan Kb khas untuk setiap pelarut. Karena :
m = (W/Mr) . (1000/p) ;
(W menyatakan massa zat terlarut) maka kenaikan titik didih
larutan dapat dinyatakan sebagai:

∆Tb = (W/Mr). (1000/p) . Kb (2)

Apabila pelarutnya air dan tekanan udara 1 atm, maka


titik didih larutan dinyatakan sebagai:

Tb = (100 + ∆Tb) oC (3)

Hubungan yang mirip juga berlaku bila larutan ideal


didinginkan sampai membeku. Titik beku larutan lebih rendah
dari titik beku pelarut. Perbedaan antara titik beku larutan dan
pelarut disebut penurunan titik beku, Tf. Untuk larutan encer
penurunan titik beku akan sebanding dengan konsentrasi molal
zat terlarut mB

∆Tf = Kf.mB (4)

Tetapan Kf khas untuk tiap pelarut dan disebut dengan penurunan


titik beku molal.
Persamaan-persamaan di atas berlaku untuk larutan non
elektrolit. Sedangkan untuk larutan elektrolit digunakan rumus
berikut :

∆Tb = m . Kb [1 + α (n-1)] = W/Mr . 1000/p . Kb [1+ α (n-1)] (5)

28| PETUNJUK PRAKTIKUM DASAR TEKNIK KIMIA I (PDTK I)


n menyatakan jumlah ion dari larutan elektrolitnya. Nilai derajat
ionisasi (α) untuk larutan elektrolit kuat dianggap sama dengan
1. Penurunan Titik Beku dinyatakan sebagai:

∆Tf = m . Kf [1 + α (n-1)] = W/Mr . 1000/p . Kf [1+ α (n-1)] (6)

Beberapa nilai umum kenaikan titik didih dan penurunan


titik beku molal dapat dilihat pada tabel berikut :
Solven Titik Didih Kb (oC/m) Titik Leleh
(oC) (oC)
As. Asetat 117,9 3,07 16,6
Benzen 80,1 2,53 5,5
Karbon 46,2 2,34 -111,5
disulfid 76,5 5,03 -23
CCl4 61,7 3,63 -63,5
Kloroform 34,5 2,02 -116,2
Dietil Eter 78,5 1,22 -117,3
Etanol 100,0 0,512 0,0
Air

Dengan menggunakan nilai di atas dan persamaan 1 serta


4 dimungkinkan untuk menentukan massa molar zat terlarutyang
belum diketahui. Untuk kedua metoda, derajat kesalahan tertentu
tak terhindarkan dan keterampilan yang baik diperlukan agar
didapatkan hasil yang akurat.

C. ALAT DAN BAHAN


Alat-alat yang digunakan :
1. Labu leher tiga
2. Pendingin
3. Kompor listrik
4. Pengaduk

PETUNJUK PRAKTIKUM DASAR TEKNIK KIMIA I (PDTK I) |29


5. Thermometer
6. Gelas arloji
7. Gelas beker 100 ml
8. Gelas beker 500 ml
9. Gelas beker 1000 ml
10. Pengaduk kaca
11. Timbangan
12. Tabung reaksi
13. Rak tabung
Bahan yang diperlukan :
1. Solute non volatile (A, B)
2. Aquades

D. CARA KERJA
D.1. Kenaikan titik didih
1. Mengukur suhu lingkungan (gunakan untuk mencari
rapat massa air)
2. Menimbang 5 gram solute A (ditentukan oleh asisten)
3. Memasukkan 200 ml aquades ke dalam gelas beaker.
Memanaskan gelas beaker dengan kompor listrik.
Mengukur suhu didih aquades (Pengukuran dilakukan 3
kali)
4. Mendinginkan aquades. Selanjutnya memasukkan
solute A ke dalamnya dan mengukur suhu didih larutan
(Pengukuran dilakukan 3 kali)
5. Mengulangi percobaan untuk solute B
D.2. Penurunan titik beku
1. Memasukkan aquades 5 ml ke dalam tabung reaksi
2. Meletakkan tabung reaksi tersebut di tengah gelas beker
250 ml. Mengisi gelas beker 250 ml dengan campuran es
batu dan 3 sendok garam, es batunya yang banyak,
selanjutnya mengukur suhu beku akuades (pengukuran
dilakukan 3 kali)
3. Menimbang sejumlah tertentu solute A (0,6 gram).
Melarutkan solute tersebut dengan aquades sebanyak
5 ml di dalam gelas beker 250 ml, selanjutnya dengan
cara seperti no 2 mengukur suhu beku larutan.
4. Mengulangi percobaan untuk solute B.

30| PETUNJUK PRAKTIKUM DASAR TEKNIK KIMIA I (PDTK I)


E. Perhitungan
1. Cari nilai kb dan kf untuk air dari literatur (Pengarang
Athkin, P.W )
2. Hitunglah berat molekul dari solute A dan B berdasar
kenaikan titik didih
3. Hitunglah panas penguapan air
4. Hitunglah berat molekul solute A dan B berdasar
penurunan titik beku

F. Diskusi
1. Apa yang dimaksud larutan ?
2. Apa yang dimaksud Larutan koligatif dan sebutkan
yang termasuk sifat koligatif larutan .
3. Kapan suatu larutan medidih ? Jelaskan
4. Jelaskan fenomena kenaikan titik didih dan penurunan
titik beku larutan
5. Bandingkan hasil perhitungan dengan kedua metode.

PETUNJUK PRAKTIKUM DASAR TEKNIK KIMIA I (PDTK I) |31


PERCOBAAN VII
TEGANGAN MUKA

A. Tujuan Percobaan
1. Memahami pengertian dasar tegangan muka
2. Mempelajari metode penentuan tegangan muka
3. Menentukan tegangan muka dengan metode:
a. Tekanan maksimum
b. Tekanan kapilar

B. Dasar Teori
Pada suatu zat cair terdapat permukaan zat cair yang
membatasi zat cair dari lingkungannya. permukaan zat cair
tersebut mempunyai beberapa sifat khusus, antara lain:
1. Kohesi dan adesi
2. Miniskus dan kapilaritas
3. Tegangan muka
Tangan muka adalah suatu sifat istimewa pada permukaan
zat cair yang disebabkan oleh adanya gaya kohesi antara
molekul-molekul zat cair pada lapisan dalam yang tidak
diimbangi oleh bagian lapisan di luar permukaan zat cair
yang hampa. satuan dari besaran ini adalah dyne/cm atau
Newton/m.

C. Alat dan Bahan


Alat yang digunakan :
1. Buret 50 ml 6. Pipa kapiler
2. Erlenmeyer 250 7. Gelas ukur 25 ml
3. Termometer 8. Corong gelas
4. Manometer 9. Jangka sorong
5. Gelas beker 1 L (2) 10. Penggaris

Bahan yang diperlukan:


1. Aquades
2. Larutan garam

32| PETUNJUK PRAKTIKUM DASAR TEKNIK KIMIA I (PDTK I)


D. Cara Kerja
1. Metode tekanan maksimum gelembung
Rangkaian alat adalah sebagai berikut:

P0
hm
hl
h0

h2

Keterangan gambar:
1. Buret 4. Pipa kapiler
2. Erlenmeyer 5. Gelas beker
3. Manometer

a. Menentukan h2, yaitu jarak sampai dimana pipa


kapiler dicelupkan.
b. Menentukan h0, yaitu kedudukan manometer pada
kaki kanan, sebelum pipa kapiler dicelupkan dan air
dari buret dialirkan.
c. Pipa kapiler dicelupkan ke dalam gelas beker, kran
ditutup dan buret diisi air sampai penuh.
d. Buka kran perlahan-lahan. pada saat jari-jari
gelembung sama dengan jari-jari ujung pipa kapiler,
dibaca kedudukan permukaan air dalam kaki terbuka
manometer (= hm)
h1 = 2 (hm-h0)
e. Suhu cairan di dalam gelas dan manometer diukur,
demikian pula diameter pipa kapiler diukur dengan
jangka sorong.
f. Percobaan diulangi 4 kali.

PETUNJUK PRAKTIKUM DASAR TEKNIK KIMIA I (PDTK I) |33


2. Metode kenaikan kapiler
a. Zat cair yang akan ditentukan tegangan mukanya
dituangkan ke dalam gelas beker.
b. Masukkan pipa kapiler di dalamnya dan diukur
berapa tinggi kenaikan zat cair dalam pipa tersebut.
c. Dengan cara yang sama, lakukan percobaan untuk
pipa yang lain.
d. Diameter masing-masing pipa diukur.

E. Perhitungan
Dilakukan perhitungan nilai tegangan permukaan dengan
cara menyamakan tekanan-tekanan yang bekerja bejana
(gelas beker) dan manometer (untuk metode tekanan
maksimum gelembung) dan menyamakan gaya ke atas dan
ke bawah, dengan meniadakan gaya ke samping (untuk
metode kenaikan kapiler).
a. Metode tekanan maksimum gelembung
tekanan atas = tekanan bawah
(tekanan hidrostatis + tekanan barometer)atas
= (tekanan hidrostatis + tekanan barometer)bawah
+ tekanan tegangan permukaan
2H
r gh + r = + r gh + r
1 1 b 2 2 b
R
Rq
H= .(r h - r h )
1 1 2 2
2

dengan : r1 = rapat massa zat dalam gelas beker


r2 = rapat massa zat dalam manometer
rb = tekanan barometer
h1 = selisih tinggi permukaan cairan dalam
manometer
h2 = selisih tinggi permukaan zat cair
dengan ujung gelembung udara
dalam pipa.

34| PETUNJUK PRAKTIKUM DASAR TEKNIK KIMIA I (PDTK I)


b. Metode Kenaikan Kapiler
Jika sebuah pipa kapiler ujungnya dicelupkan dalam zat
cair yang membasahi dinding (meniskusnya cekung),
maka zat cair akan naik setinggi h.

H cos q H = tegangan
permukaan zat cair
H sin q H sin q q = sudut sentuh zat
cair dengan
dinding kapiler
r = jari-jari
penampang lintang
kapiler
r = massa jenis zat
cair
h = kenaikan zat cair
dalam pipa kapiler

Gambar 2. Menentukan H dengan metode kenaikan


kapiler

Pada keadaan setimbang, gaya ke atas sama dengangaya


ke bawah, sedangkan gaya ke samping saling
meniadakan permukaan zat cair menyentuh dinding
sepanjang lingkaran 2pr.
Gaya ke atas = gaya ke bawah
2prH cos q = p2rgh
M = rrgh / 2 cos q
Apabila zat cair yang diambil adalah air dan q untuk air
sangat kecil (mendekati nol) maka cos q = 1, sehingga :
H = rrgh/2

F. Pembahasan
1. Jelaskan apa yang dimaksud tegangan muka suatu
cairan!
2. Bandingkan pengertian antara tegangan muka dan
tenaga muka! Apa bedanya?

PETUNJUK PRAKTIKUM DASAR TEKNIK KIMIA I (PDTK I) |35


3. Bandingkan antara metode tekanan maksimum
gelembung dan metode kenaikan kapiler!

D. Diskusi
a. Jelaskan apa yang dimaksud tegangan muka suatu
cairan !
b. Bandingkan pengertian antara tegangan muka dan
tenaga muka! Apa bedanya?
c. Bandingkan antara metode tekanan maksimum
gelembung dan metode kenaikan kapiler!

36| PETUNJUK PRAKTIKUM DASAR TEKNIK KIMIA I (PDTK I)


DAFTAR PUSTAKA

Atkins, P.W., Julio, D. P., 2010, Physical Chemistry, Ed. 9,


Oxford University Press,
Great Briain Chang,R. (2004). General Chemistry: the Essential
Concepts, Third Edition, Alih terjemah; kimia dasar;
konsep dan inti. Erlangga Jakarta.
Fessenden R.J., dan Fessenden J.S., 2003, Organic chemistry,
Jilid I, Alih Bahasa: A.Hadyana Pudjaatmaka Ph.D.,
Penerbit Erlangga Jakarta.
Morrison and Boyd, Organic Chemistry, Fourth Edition.
Utami,D.,Simbara Ari, (2009) Diktat petunjuk Praktikum II,
Fakultas Farmasi Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta.
Van Mess, S. (2004). Introduction to Chemical Engginering
Termodinamic, 7th edition. The Mc Graw-hill Companies
Inc, Singapore.
Halliday, D. and R. Resnick, 2013, Fundamentals of Physics
10th Edition, John Wiley and Sons.

PETUNJUK PRAKTIKUM DASAR TEKNIK KIMIA I (PDTK I) |37


LEMBAR CATATAN

38| PETUNJUK PRAKTIKUM DASAR TEKNIK KIMIA I (PDTK I)


LEMBAR CATATAN

PETUNJUK PRAKTIKUM DASAR TEKNIK KIMIA I (PDTK I) |39


LEMBAR CATATAN

40| PETUNJUK PRAKTIKUM DASAR TEKNIK KIMIA I (PDTK I)

Anda mungkin juga menyukai