Anda di halaman 1dari 24

BUKU AJAR

PRAKTIKUM DASAR
TEKNOLOGI FARMASI

DISUSUN OLEH

Apt. Diah Permata Sari, M.Farm

Apt. Arif Hidayat, M.Farm

STIKes WIDYA DHARMA HUSADA TANGERANG


TANGERANG SELATAN
2021

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas berkat Rahmat dan
Karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Modul Praktikum Farmasi Fisika ini.
Modul Praktikum Farmasi Fisika ini disusun untuk membantu mahasiswa Farmasi
khususnya mahasiswa program S1 Farmasi Klinik dan Komunitas di lingkungan Sekolah
Tinggi Kesehatan Widya Dharma Husada Tangerang agar lebih mudah memahami dan
melaksanakan praktikum Farmasi Fisika, sehingga mahasiswa dapat mencapai kompetensi
yang ditentukan dalam praktikum ini.
Tentunya modul ini masih jauh dari kesempurnaan. Harapan kami semoga modul ini
dapat menambah wawasan mahasiswa dan menjadi pedoman dasar yang berguna bagi
mahasiswa pada saat mereka terjun dalam bidang teknologi farmasi maupun klinis dan
khususnya pada bagian Farmasi Fisika, semoga buku ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Tangerang Selatan, September 2021


Penyusun,

Tim Praktikum Dasar Teknologi Farmasi

Penyusun:

apt. Diah Permata Sari, M.Farm

apt. Arif Hidayat, M.Farm

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................................................iii
TATA TERTIB PELAKSANAAN PRAKTIKUM.........................................................................4
FORMAT JURNAL PRAKTIKUM................................................................................................5
FORMAT LAPORAN PRAKTIKUM.............................................................................................6
MODUL 1...........................................................................................................................................9
PREFORMULASI.............................................................................................................................9
MODUL II.......................................................................................................................................12
FORMULASI SEDIAAN GEL.......................................................................................................12
MODUL III......................................................................................................................................16
FORMULASI SEDIAAN PASTA GIGI........................................................................................16
MODUL IV......................................................................................................................................19
FORMULASI SEDIAAN SUPPOSITORIA.................................................................................19

iii
TATA TERTIB PELAKSANAAN PRAKTIKUM

1. Absensi (kehadiran), mahasiswa diharuskan mengikuti semua bentuk kegiatan


praktikum dengan kehadiran 100%. Ketidakhadiran (jika berhalangan hadir) harus
dengan alasan dan keterangan resmi yang dapat dipertanggungjawabkan. Misal: sakit
dengan surat keterangan dokter, urusan keluarga dengan pernyataan orang tua, urusan
kegiatan kampus dengan surat resmi izin kaprodi).
2. Mahasiswa hadir di laboratorium tetap waktu sesuai dengan jadwal praktikum, tidak
diperkenankan memasuki laboratorium jika terlambat lebih dari 15 menit.
3. Mahasiswa tidak diperkenankan menitipkan absen. Maka penanggung jawab mata
kuliah harus memonitoring siapa yang tidak masuk. Absen selalu diisi setiap selesai
mata kuliah.
4. Setiap mahasiswa harus sudah mempelajari materi parktikum baik teori/kerangka
konsep yang mendasari percobaan, tujuan dan prosedur percobaan sebelum praktikum
dimulai.
5. Mahasiswa saat memasuki ruang laboratorium harus sudah siap dengan jas praktikum,
masker, sarung tangan, modul praktikum, jurnal, dan alat-alat yang digunakan untuk
praktikum serta membawa lap/serbet dan tisu untuk membersihkan alat-alat gelas.
6. Mahasiswa membuat laporan praktikum dengan format sesuai yang dicontohkan dalam
modul praktikum dan menyerahkan paling lambat 1 minggu setelah praktikum selesai.
7. Mahasiswa harus menjaga kebersihan alat-alat dan area kerja pada saat pengerjaan dan
saat akhir praktikum peralatan harus dikembaikan dalam keadaan bersih dan lengkap.
8. Untuk menghindari terjadinya kecelakaan, setiap mahasiswa diharapkan
memperhatikan bahan-bahan yang dapat berbahaya; jika melakukan percobaan dalam
tabung reaksi dengan pemanasan maka mulut tabung jangan diarahkan ke muka sendiri
atau orang lain, jangan menyedot dengan mulut untuk bahan kimia yang reaktif/kuat,
gunakan penyedot karet (filler); hindarkan dan matikan semua api jika bekerja dengan
pelarut-pelarut organik (eter, petroleum eter, benzene, dsb) yang mudah terbakar.
9. Mahasiswa bertanggung jawab penuh terhadap kehilangan atau kerusakan alat-alat
serta fasilitas umum dalam laboratorium.
10. Mahasiswa tidak diizinkan menggunakan handphone, laptop, tablet, dan alat lain yang
tidak terkait dengan praktikum pada saat praktikum berlangsung.

4
11. Saling menghargai dan tidak membuat kegaduhan/gangguan/kerusakan dalam
laboratorium.

FORMAT JURNAL PRAKTIKUM

Jurnal praktikum Prak. Dasar Teknologi Farmasi dikerjakan secara individu dan
dikumpulkan paling lambat sehari sebelum praktikum selanjutnya dilaksanakan. Jurnal
dikerjakan dalam buku album A4/F4, buku album diberi Nama, NIM, Kelas, dan Nama
Mata Kuliah. Keterlambatan pengumpulan laporan dengan alasan apapun tidak akan
ditoleransi dan diberikan nilai 0 (nol). Laporan dikumpukkan kepada dosen pengampu
praktikum. Adapun format jurnal praktikum sebagai berikut:

I. Cover

II. Preformulasi Zat aktif


III. Pendekatan Formula (Zat aktif dan eksipien)

IV. Perhitungan Formula (Zat aktif dan eksipien)

V. Tabel Penimbangan Bahan

No Jumlah Yang
Nama Bahan Fungsi Bahan
. Ditimbang

VI. Alat dan Bahan yang digunakan

VII. Prosedur Kerja


VIII. Tabel Evaluasi Sediaan

Jumlah Hasil yang


No Evaluasi Prinsip Evaluasi
Sampel diharapkan

5
IX. Daftar Pustaka

6
FORMAT LAPORAN PRAKTIKUM

Laporan akhir praktikum Prak. Dasar Teknologi Farmasi dikerjakan secara berkelompok
dan dikumpulkan paling lambat sehari sebelum praktikum selanjutnya dilaksanakan.
Keterlambatan pengumpulan laporan dengan alasan apapun tidak akan ditoleransi dan
diberikan nilai 0 (nol). Laporan dikumpukkan kepada dosen pengampu praktikum. Adapun
format laporan akhir sebagai berikut:

I. COVER

II. LATAR BELAKANG

Berisikan tentang latar belakang atau alasan-alasan atau teoritis kenapa topik
prektikum ini penting untuk dipraktikumkan

III. RUMUSAN MASALAH

Merumuskan permasalahan yang akan diteliti dalam praktikum berupa poin-poin

IV. TUJUAN

Tujuan umum dan tujuan khusus dalam melakukan percobaan praktikum

V. TINJAUAN PUSTAKA

Teori-teori acuan yang menunjang topik percobaan yang dilakukan

VI. PROSEDUR PENELITIAN

A. ALAT DAN BAHAN

Keseluruhuan alat-alat dan bahan percobaan yang digunakan dalam percobaan

B. PROSEDUR KERJA

7
Prosedur kerja keseluruhan dari topik percobaan yang dilakukan. Dibuat dalam
bentuk bagan kerja percobaan

C. ANALISIS DATA

Perhitungan data yang diperoleh. Dalam bentuk table data

VII. PEMBAHASAN

Pembahasan dari analisis data yang dihasilkan. Teori yang mendasari dari
pembacaan data serta dicantumkan hasil penelitian berupa table-tabel, grafik dan
gambar. Dibagian ini juga membahas pertanyaan-pertanyaan yang telah diajukan
pada masing-masing modul.

VIII. KESIMPULAN

Point-point penting dari keseluruhan yang diteliti. Kesimpulan merupakan jawaban


dari rumusan masalah yang diteliti dalam percobaan

IX. DAFTAR PUSTAKA

Memuat sumber daftar pustaka yang digunakan dalam membahas permasalahan.


Metode penulisan daftar pustaka mengikuti kaidah penulisan daftar pustaka yang
berlaku di jurusan.

X. LAMPIRAN

Berisikan gambar-gambar selama praktikum

Ketentuan:

Laporan harus merupakan hasil pekerjaan mandiri dalam satu kelompok, hal-hal semacam
meniru atau “copy-paste” laporan, tidak diperkenankan dan pelanggaran terhadap hal ini
dapat berakibat diberikannya nilai nol “0” bagi kelompok yang melakukan.

8
Contoh Cover Laporan

LAPORAN PRAKTIKUM
TMR size 14
FARMASI FISIKA

JUDUL PRAKTIKUM
TMR size 14

Disusun Oleh
TMR Size
12 Kelompok:

Nama dan NIM anggota kelompok:

1. ….
2. ….
3. ….
4. ….

Kelas:

TMR size 14
LABORATORIUM FARMASETIKA

JURUSAN FARMASI KLINIK DAN KOMUNITAS

STIKES WIDYA DHARMAS HUSADA

TANGERANG

9
2021

10
MODUL 1
PREFORMULASI

Sediaan farmasi merupakan bentuk sediaan yang dirancang dan dibuat berdasarkan
dosis dan sifat fisika dan kimia bahan aktif, tujuan pengobatan, rute pemberian serta
golongan usia konsumen yang akan menggunakan sedian obat tersebut. Sediaan farmasi
terdiri dari dua macam bahan yaitu: bahan berkhasiat dan bahan pembantu (eksipien)
yang ditambahkan dalam suatu formula sesuai dengan pengembangan bentuk sediaan yang
akan dibuat. Berdasarkan rute pemberian dan efikasi sediaan obat, bentuk sediaan farmasi
dapat dibagi menjadi sediaan steril dan sediaan non steril, yang dibedakan berdasarkan
teknik pembuatan sediaan dan eksipien penunjang yang pada umumnya harus diketahui
terutama stabilitas terhadap kenaikan suhu pada saat sterilisasi atau dapat disterilisasi
dengan metode sterilisasi yang lain.

Bahan berkhasiat adalah bahan obat yang akan dibuat menjadi sediaan farmasi
dengan dosis terapi dan tujuan pengobatan tertentu, sedangkan bahan pembantu atau
eksipien adalah bahan yang dibutuhkan dan ditambahkan untuk membuat bentuk sediaan
yang sesuai dengan standard dan spesifikasi yang telah ditentukan, mempunyai stabilita
fisik dan kimia yang memenuhi syarat selama penyimpanan, efektif serta aman dalam
penggunaannya. Bahan pembantu tidak boleh mempunyai khasiat dalam pengobatan, tetapi
sangat menentukan penampilan bentuk sediaan secara umum dan mempengaruhi
spesifikasi sediaan. Perubahan sediaan di dalam penyimpanan dapat terjadi karena
kemungkinan adanya interaksi antara bahan aktif dengan eksipien atau antara masing-
masing eksipien yang ditambahkan.

Studi preformulasi merupakan suatu studi untuk menunjang proses optimasi


pengembangan suatu sediaan obat melalui penentuan dan identifikasi sifat fisika kimia
yang penting sesuai dengan bentuk sediaan yang akan dikembangkan. Data data tersebut
dipergunakan untuk mengetahui masalah yang harus diuraikan sebelum menyusun
rancangan formulasi sediaan obat berdasarkan tiga prinsip utama sediaan obat untuk pasien
adalah aman , efikasi dan mutu.

11
Selain data fisika dan kimia dari bahan berkhasiat, perlu diketahui beberapa faktor
antara lain: adanya interaksi antara komponen yang digunakan dalam formula sediaan
akhir, kualitas dan keberlanjutan kemampuan pemasok memasok kebutuhan bahan
baku maupun bahan pembantu, karena hal tersebut dapat mempengaruhi penampilan
sediaan secara fisik dan stabilita secara kimia, proses produksi, target produksi sediaan obat.

Tahap analisis preformulasi berawal dari pencarian data obat yang tersedia dari hasil
penelitian bidang kimia medisinal meliputi antara lain: struktur, data spectra, sifat fisika
dan kimia, kemudian dibuat dokumentasi dari data sifat kimia dan fisika tersebut untuk
bahan aktif maupun bahan penambah. Data dapat diperoleh di dalam buku Farmakope atau
buku resmi yang biasa digunakan untuk dasar pengembangan sediaan. Dari data-data tersebut
dapat menjadi arahan utama yang dapat dikembangkan dalam penentuan bentuk sediaan yang
sesuai dengan rute pemberian yang dikehendaki serta sifat fisika maupun kimia bahan.

Untuk sediaan steril, tahap analisis preformulasi tidak berbeda dengan sediaan non
steril. Perbedaannya adalah untuk mendapatkan suatu sediaan steril perlu dilakukan proses
sterilisasi sediaan yang melibatkan panas, penyaringan bakteri dan radiasi. Dengan
adanya proses khusus tersebut perlu diteliti sifat fisika dan kimia bahan berkhasiat maupun
bahan pembantu agar tidak terjadi perubahan pada saat proses sterilisasi yang akan
mempengaruhi efektifitas dan keamanan penggunaan sediaan. Sesuai dengan rute pemberian
sediaan steril melalui intravena atau pembuluh darah yang lain, maka proses sterilisasi harus
dilakukan untuk menjamin sediaan tersebut bebas dari sejumlah mikroorganisma sesuai
dengan ketentuan aturan yang berlaku untuk sediaan steril.

12
JURNAL 1
PREFORMULASI
Nama Zat :
No Batch/ Lot : (kalau sudah dikasih formula)
1. Warna :
2. Rasa :
3. Bau :
4. Penampilan :
5 Khasiat :
6. Polimorfisma, solvat dan sifat kristal : (dari literatur)
7. Ukuran partikel :
8. Kelarutan (mg/ml) :
Umum
-Kelarutan dalam air :
-Kelarutan dalam etanol:
-lainnya :
Khusus
-Kelarutan dalam HCl 0,1 N :
-Kelarutan dalam dapar pH 6,8 :
9. Titik lebur
10. Bobot jenis
a. Sebenarnya :
b. Bulk :
11. pH, % konsentrasi larutan dalam H2O
12. pKa dan koefisien partisi
13. Kecepatan disolusi dalam
a. Permukaan tetap
b. Suspensi
14. Stabilitas “ bulk “ obat
a. 60 0C selama 30 hari
b. 600 lumen selama 30 hari
c. Kelembaban relatif 75 %, 25 0C selama 30 hari
15. Stabilitas larutan.
pH konstanta kecepatan
40 0C 50 0C 70 0C
………………… ……. ……. …….
………………… ……. ……. ……. Enersi aktivasi
16. Kelembaban relative % pertambahan/kehilangan bobot pada kesetimbangan. 30
%, 50 %, 60 %, 70 %, 90 %, awal
17. Penelitian bentuk padat dengan eksipien
 Eksipien
 Observasi fisika
 Data KLT
 Data DSC
18. Data analitik penetapan kadar
19. Catatan tambahan yang tidak diuraikan di atas dan dianggap perlu.

13
MODUL II
FORMULASI SEDIAAN GEL

2.1 Tujuan Percobaan

1. Mempelajari formulasi gel aminofilin dalam berbagai pembentuk gel

2. Mempelajari eksipien penyusun gel

2.2 Dasar Teori

Gel merupakan sistem semipadat terdiri dari suspensi yang dibuat dari partikel
anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar, terpenetrasi oleh suatu cairan. gel
kadang – kadang disebut jeli. (FI IV,hal 7).
Gel adalah sediaan bermassa lembek, berupa suspensi yang dibuat dari zarah kecil
senyawaan organik atau makromolekul senyawa organik, masing- masing terbungkus dan
saling terserap oleh cairan(Formularium Nasional, hal 315).

A. Berdasarkan Sifat Pelarut


1. Hidrogel (Pelarut Air)
Hidrogel pada umumnya terbentuk oleh molekul polimer hidrofilik yang saling
sambung silang melalui ikatan kimia atau gaya kohesi seperti interaksi ionik,
ikatan hidrogen atau interaksi hidrofobik. Hidrogel mempunyai biokompatibilitas
yang tinggi sebab hidrogel mempunyai tegangan permukaan yang rendah dengan
cairan biologi dan jaringan sehingga meminimalkan kekuatan adsorbsi protein dan
adhesi sel; hidrogel menstimulasi sifat hidrodinamik dari gel biological, sel dan
jaringan dengan berbagai cara; hidrogel bersifat lembut/lunak, elastis sehingga
meminimalkan iritasi karena friksi atau mekanik pada jaringan sekitarnya.
Kekurangan hidrogel yaitu memiliki kekuatan mekanik dan kekerasan yang rendah
setelah mengembang.Contoh : bentonit magma, gelatin
2. Organogel (pelarut bukan air/pelarut organik).
Contoh : plastibase (suatu polietilen dengan BM rendah yang terlarut dalam
minyak mineral dan didinginkan secara shock cooled), dan dispersi logam stearat
dalam minyak.
3. Xerogel
Gel yang telah padat dengan konsentrasi pelarut yang rendah diketahui sebagai
xerogel. Xerogel sering dihasilkan oleh evaporasi pelarut, sehingga sisa – sisa
kerangka gel yang tertinggal. Kondisi ini dapat dikembalikan pada keadaan semula
dengan penambahan agen yang mengimbibisi, dan mengembangkan matriks gel.
Contoh : gelatin kering, tragakan ribbons dan acacia tears, dan sellulosa kering dan
polystyrene.
B. Berdasarkan bentuk struktur gel
14
1. Kumparan acak
2. Heliks
3. Batang
4. Bangunan kartu
C. Berdasarkan jenis fase terdispersi (FI IV, ansel)
1. Gel fase tunggal, terdiri dari makromolekul organik yang tersebar serba sama
dalam suatu cairan sedemikian hingga tidak terlihat adanya ikatan antara molekul
makro yang terdispersi dan cairan. Gel fase tunggal dapat dibuat dari
makromolekul sintetik (misal karbomer) atau dari gom alam (misal tragakan).
Molekul organik larut dalam fasa kontinu
2. Gel sistem dua fasa, terbentuk jika masa gel terdiri dari jaringan partikel kecil yang
terpisah. Dalam sistem ini, jika ukuran partikel dari fase terdispersi relatif besar,
masa gel kadang-kadang dinyatakan sebagai magma.Partikel anorganik tidak larut,
hampir secara keseluruhan terdispersi pada fasa kontinu.

2.3 Alat dan Bahan


1. Sudip
2. Penangas air/Kompor
3. Batang pengaduk
4. Pipet tetes
5. Spatula
6. Gelas beaker
7. Kaca arlogi
8. Pot salep
9. pH meter
10. Viskometer
11. Mikroskop
12. Centrifuge
13. Mixer
14. Timbangan gram
15. Aminophilin 2%
16. HPMC 4000
17. Na.CMC
18. Carbopol
19. Propilenglikol
20. Metil Paraben
21. TEA
22. Aquadest
23. Wadah primer
24. Wadah sekunder

15
2.4 Formula Sediaan

Jumlah %
Fungsi
Bahan F FI
FIII Bahan
I I

Aminofilin 2%
HPMC 4000
Na CMC
Carbopol
Propilen glikol
Metil paraben
TEA
Aquadest

2.5 Perhitungan bahan

Hitunglah jumlah bahan yang akan ditimbang untuk sediaan 50 gram.

2.6 Prosedur Kerja

1. Bahan pembentuk gel (HPMC, Na CMC, Carbopo) dikembangkan dalam air panas
2. Aduk dalam mortar sehingga terdispersi sempurna dan terbentuk basis gel
3. Metil paraben dilakukan dalam propilenglikol, campur kedalam basis gel, aduk
hingga homogen
4. Aminofilin yang telah dilarutkan air panas dimasukkan kedalam campuran, aduk
hingga homogen
5. Lakukan evaluasi

2.6 Evaluasi Sediaan


A. Pengamatan organoleptis
Pengamatan dilakukan dengan melihat, bentuk, warna dan bau
B. Pengukuran pH
1. Timbang sampel sebanyak 10 gram
2. Larutkan dalam 50 mL aquadest
3. Kemudian ad hingga 100 mL
4. pH Stick/pH meter dicelupkan kedalam sediaan gel, sesusaikan dengan indicator
5. Replikasi 3x tiap formulasi
C. Pengukuran Viskositas Gel
1. Sediaan sebanyak 150 g dimasukan kedalam beaker glass, pasang spindle dan
rotor dijalan
2. Catat hasil setelah viscometer menunjukan angka stabil
D. Pengukuran Daya Sebar
1. Timbang 0.5 g, letakan diatas kaca bulat
2. Letakan kaca bulat lainnya diatas kaca bulat yang berisi sampel
3. Tambahkan beban 50 gram dan diamkan selama 1 menit
16
4. Catat diameter penyebaran setelah satu menit
5. Lakukan pengamatan sebanyak 3 kali
6. Gambarlah dalam grafik hubungan antara beban dan luas gel
E. Pengujian Homogenitas
1. Oleskan sampel pada objek glass
2. Timpa objek glass dengan kaca objek glass lainnya
3. Kemudian diamati dibawah mikroskop dengan perbesaran yang sesuai
4. Pengujian dilakukan dengan menggambil bagian atas, tengah dan bawah
F. Pengujian Konsistensi
1. Menimbang 5 mg sampel
2. Sampel dimasukan kedalam tabung centrifuge
3. Pengujian dilakukan dengan menggunakan centrifuge dengan kecepatan 3800 rpm
selama 3 jam
G. Pengujian Daya Lekat
1. Letakanlah sampel secukupnya diatas objek glass yang telah ditentukan luasnya
2. Letakkan objek glass yang lain diatas sampel tersebut, tekan objek glass dengan
beban 1 kg selama 5 menit
3. Pasanglah objek glass pada alat tes
4. Lepaskanlah beban seberat 80 gram dan catat waktu hingga kedua objek glass
terlepas
5. Lakukan pengamatan sebanyak 3 kali
H. Pengujian Proteksi
1. Ambilah sepotong kertas saring (10 x 10 cm) basahilah dengan larutan indicator
PP, setelah itu kertas dikeringkan.
2. Olesi kertas tersebut dengan sampel sediaan sepertilazimnya mengoles sediaan
topical
3. Pada kertas saring yang lain buatlah suatu area sebesar 2.5 x 2.5 cm, oleskan basis
gel
4. Teteskan/basahi area tersebut dengan KOH 0,1 N
5. Amati selama 15, 30, 45, 60 detik dan 3 dan 5 menit, apakah terbentuk noda
kemerahan pada kertas
6. Jika ada noda kemerahan maka sampel memberikan proteksi terhadap larutan
KOH 1 N
7. Lakukan pengujian sebanyak 3 kali

17
MODUL III
FORMULASI SEDIAAN PASTA GIGI

3.1 Tujuan Percobaan


1. Mahasiswa dapat memahami formulasi dan Langkah-langkah pembuatan pasta gigi
2. Mahasiswa dapat memmbuat sediaan pasta gigi
3. Mahasiswa dapat memahami evaluasi fisik sediaan pasta gigi

3.2 Dasar Teori


Pasta adalah sediaan semipadat yang mengandung satu atau lebih bahan obat yang
ditujukan untuk pemakaian topikal. Pasta gigi digunakan untuk perlekatan pada selaput lendir
untuk memperoleh efek lokal (FI IV, 1995). Pasta gigi adalah pasta atau gel yang digunakan
untuk meningkatkan kesehatan gigi dan mulut dengan cara mengangkat plak dan sisa
makanan, termasuk menghilangkan dan mengurangi bau mulut. Pasta gigi juga membantu
memperkuat struktur gigi dengan kandungan flournya (Pratiwi, 2007). Pasta gigi merupakan
bahan pembantu sikat gigi dalam menghambat pertumbuhan plak secara kimiawi (Putra,
2002).
Pasta gigi dipakai untuk membantu membersihkan dan memoles gigi. Bahan untuk
membersihkan gigi tersedia dalam bentuk pasta, bubuk, dan gel. Pasta gigi merupakan bahan
yang berfungsi sebagai media bagi zat aktif penghilang bakteri dan plak (anti plak) untuk
dapat diaplikasikan pada permukaan gigi. Pasta gigi biasa digunakan saat menyikat gigi
dengan menggunakan sikat gigi. Penggunaan pasta gigi bersama sikat gigi melalui penyikatan
gigi adalah salah satu cara yang paling banyak digunakan oleh masyarakat saat ini dengan
tujuan untuk meningkatkan kebersihan rongga mulut. Penambahan zat aktif pada pasta gigi
yang bermanfaat bagi kesehatan gigi dan mulut bukan hanya bertujuan sebagai program
pencegahan kerusakan gigi pada orang dewasa, melainkan juga dapat mencegah kerusakan
gigi sedini mungkin pada anak.
Fungsi utama pasta gigi adalah untuk membersihkan gigi yang dianggap sebagai
manfaat kosmetik. Pasta gigi yang digunakan saat menyikat gigi berfungsi untuk mengurangi
pembentukan plak, memperkuat gigi terhadap karies, dan memoles permukaan gigi,
menghilangkan atau mengurangi bau mulut, memberikan rasa segar pada mulut serta
memelihara kesehatan gingiva (Sasmita et al, 2007).
Pasta gigi mengandung campuran bahan penggosok, bahan pembersih, bahan
tambahan, berbentuk semipadat yang digunakan untuk membantu membersihkan tanpa
merusak gigi dan jaringan mukosa mulut (Putra, 2002).

3.3 Alat dan Bahan


1. Mortir dan stemper
2. Beaker glass
3. Batang pengaduk
4. Timbangan analitik
5. Gelas ukur
18
6. Tabung reaksi
7. Pipter tetes
8. Cawan porselin
9. Na.CmC
10. CaCO3
11. Gliserin
12. Na.Lauril Sulfat
13. Na.Sakarin
14. Menthol
15. Metil Paraben
16. Propil paraben
17. Aquadest
18. Alkohol

3.4 Formula Sediaan

Jumlah % Fungsi Bahan


Bahan
FI FII FIII FIV

Na.CmC
CaCO3
Gliserin
Na.Lauril Sulfat
Na.Sakarin
Menthol
Metil Paraben
Propil paraben
Aquadest

3.5 Perhitungan Bahan


Hitunglah jumlah bahan yang akan ditimbang untuk sediaan 50 gram.

3.6 Prosedur kerja


1. Bahan yang diperlukan ditimbang
2. Na CMC ditaburkan secara merata pada air yang sudah dipanaskan, diamkan selama 15 menit,
kemudian digerus hingga homogen (Campuran A)
3. Metil paraben dan propil paraben dilarutkan dalam gliserin 6 dalm cawan porselin diaduk hingga
homogen, dan tambahkan kedalam (Campuran A)
4. SLS dilarutkan dalam air 2.4 ml hingga larut. Lalu sakarin dilarutkan kedalam SLS (Campuran B)
5. Campuran B tambahkan kedalam Campuran A
6. Dilarutkan menthol dengan alcohol 96% hingga larut kemudian CaCO3 dimasukan kedalam
campuran A, lalu aduk homogen hingga terbentuk pasta
7. Pasta gigi dimasukan dalam wadah tube dan dimasukan dalam kemasan sekunder

3.7 Evaluasi Sediaan

19
A. Pengujian Organoleptis
Uji ini dilakukan dengan melakukan pengamatan sediaan pasta secara kualitatif meliputi;
warna, bau, rasa, bentuk sediaan
B. Pengujian pH
1. Ditimbang sampel sebanyak 10 gram
2. Dilarutkan dalam 50 mL aquadest
3. Di ad hingga 100 mL
4. pH Stick/pH meter dicelupkan kedalam sediaan gel, sesusaikan dengan indicator
5. Replikasi 3x tiap formulasi
C. Pengujian Viskositas
1. Dimasukan sampel kedalam beaker glass
2. Dipilih spindle yang cocok
3. Dimasukan spindle dalam sediaan pasta
4. Dinyatakan viscometer hingga menunjukan viskositas tertentu
D. Pengujian Busa
1. Ditimbang 1 gram pasta
2. Dilarutkan pasta kedalam 25 mL air
3. Dituang 5 mL larutak kedalam tabung reaksi
4. Ditutup atas tabung dengan jari tangan kemudian kocok sebanyak 25 kali
5. Diamati busa yang terjadi selama 30 menit untuk kestabilan busanya lalu diukur
tinggi busa dengan penggaris
6. Replikasi 3 kali pengujian
E. Pengujian Daya Sebar
1. Ditimbang pasta sebanyak 1 gram
2. Diletakan pada lempeng kaca lalu atasnya ditutup dengan lempeng kaca lainnya
3. Diberi beban seberat 5 gram dan diamkan selama 2 menit
4. Dihitung Panjang diameter sebaran pasta

20
MODUL IV
FORMULASI SEDIAAN SUPPOSITORIA

4.1 Tujuan Percobaan


1. Mempelajari cara pembuatan suppositoria
2. Mempelajari cara evaluasi suppositoria dengan penetapan waktu hancur dan waktu lelehnya
3. Mempelajari pengaruh Penambahan basis terhadap sifat fisik sediaan suppositoria

4.2 Dasar Teori

Supioitoria adalah sediaan padat yang digunakan melalui dubur, umumnya berbentuk torpedo, dapat
rne1arut atau meleleh pada suhu tubuh. Bahan dasar harus larut dalam air atau meleleh pada suhu tubuh.
Sebagai bahan dasar digunakan lemak coklat, polietilenglikol berbobot molekul tinggi, lemak atau bahan lain
yang cocok, kecuali dinyatakan lain digunakan lemak coklat. Bobot supposiroria kalau tidak dinyatakan lain
adalah 3gram untuk orang dewasa dan 2gram untuk anak.
Bentuk suppositoria, dapat digunakan melalui :
1. Rectal yang disebut rectal suppos, berbentuk torpedo.
2. Vagina yang disebut pessaries berbentuk ovula.
Oleum cacao merupakan bahan dasar suppos yang paling banyak digunakan.
Oleum cacao merupakan Trigliserida dan asam oleat, stearat dan palmitat dengan warna
putih kekuningan. Meleleh pada suhu antara 30o – 35o C. Oleum cacao dapat menunjukkan
polimorfisme dan bentuk kristalnya karena pemanasan yang tinggi diatas titik leburnya
Penambahan 3 % menyebabkan titik lebur lebih rendah daripada titik lebur oleum cacao
sendiri tetapi dengan penambahan 6% cera dapat menaikkan titik leburnya sampai 37o C.

Polyetilenglikol ( PEG ) merupakan senyawa organik dengan bobot molekul 200 -


20.000, dengan bentuk cair dan padat. PEG padat mempunyai titik lebur antara 37o- 63° C.
PEG tidak meleleh pada suhu tubuh tetapi larut dalam cairan sekresi tubuh.
Pembuatan Suppositoria.
1. Metode dingin; - Dicetak dengan tangan.
2. Metode panas : - Dicetak dengan penuangan dan Dicetak dengan mesin otomatis
3. Metode dingin atau dicetak dengan tangan untuk suppos dengan oleum cacao dalam
jumlah kecil dan untuk bahan obat tidak tahan pemanasan. Bahan dasar atau oleum
cacao di aduk dalam mortir kemudian ditambah zat aktifnya sampai massa homogen
dan plastis.
4. Metode penuangan untuk suppo dalam jumlah kecil maupun banyak dengan bahan
yang tahan pemanasan. Bahan dasar dilelehkan diatas waterbath, kemudian bahan
aktifnya di campur sampai homogen, dan dimasukkan dituang dalam cetakan yang
sudah diberi/ diolesi paraffin liquidu

21
4.3 Alat dan Bahan
1. Disentegrant tester
2. Waterbath
3. Pipet volume
4. Beaker glass
5. Stopwatch
6. Pengaduk
7. Cetakan suppositoria
8. Mortir dan stamper
9. Na.Salisilat
10. Oleum cacao
11. Cera flavum
12. Nipasol
13. PEG 6000
14. PEG 400

4.4 Formula Sediaan


Jumlah % Fungsi Bahan
Bahan
FI FII

Na.Salisilat 0.1 g 0.1 g


PEG 6000
PEG 400
Oleum Cacao
Cera Flava

4.5 Perhitungan Bahan

Hitunglah jumlah bahan yang akan ditimbang

4.6 Prosedur kerja


A. Pembuatan Suppositoria dengan Cera Flava
1. Masing-masing bahan di timbang untuk 12 formula
2. Gerus Na.Salisilat dalam mortar dan tambahkan 2/3 oleum cacao, aduk hingga
homogen
3. Lelehkan cera flava dengan 1/3 oleum cacao dalam cawan porselin diatas
waterbath
4. Masukan lelehan cera flava kedalam mortar yang berisi Na.Salisilat, aduk hingga
homogen
5. Selagi panas masukan kedalam cetakan suppositoria yang telah diberi pelumas,
biarkan sebentar lalu masukan kedalam lemari es
6. Setelah kira-kira 3 jam lepaskan suppositoria dari cetakan
7. Simpan suppositoria dalam lemari es

B. Pembuatan Suppositoria dengan PEG

22
1. Masing-masing bahan ditimbang sesuai jumlah yang diperlukan
2. Gerus halus Na.Salisilat dalam mortir dan PEG 400, aduk dengan
stamper s ampai homogen
3. Lelehkan PEG 6000 dalam cawan porselin diatas waterbath
4. Masukkan lelehan PEG 6000 kedalam mortir, aduk sampai homogen
5. Selagi panas masukkan kedalam cetakan suppositoria, biarkan
sebentar kemudian masukkan kedalam lemari es
6. Setelah kira-kira 3 jam,lepaskan suppositoria dari cetakan suppositoria
7. Simpan suppositoria dalam lemari es

4.7 Evaluasi Sediaan


A. Penetapan Waktu Hancur

1. Siapkan suppositoria yang akan ditetapkan waktu hancurnya


2. Letakkan suppositoria pada tempat pemeriksaan (jangan dibebani apapun)
3. Siapkan stopwatch, mulailah memberi beban (600 g) suppositoria
dan pada saat yang sama jalankan stopwatch
4. Tambahkan beban 200 g tiap interval 1 menit selama suppositoria
belum hancur
5. Hentikan stopwatch bila suppositoria sudah hancur
6. Catat waktu dan beban yang diperlukan sehingga suppositoria tersebut hancu r
7. Pembacaan beban sebagai berikut:
Antara 0-20 detik : beban tambahan dianggap tidak ada
Antara 21-40 detik : beban tambahan dihitung setengahnya
Antara 40-60 detik : beban tambahan dihitung penuh
8. Lakukan percobaan tersebut untuk masing-masing suppositoria
sebanyak 3 kali
B. Penetapan Waktu Leleh
1. Siapkan suppositoria yang akan ditetapkan waktu lelehnya
2. Hubungkan semua sistem sirkulasi air pada alat tersebut, Alirkan air pada 37°C
3. Masukkan suppositoria yang akan ditentukan waktu lelehnya dalam bagian spiral
dari alat tersebut.aturlah batang kaca hingga tepat menyentuh suppositoria
4. Masukkan bagian alat tersebut kedalam tabung untuk air mengalir sedemikian
rupa hingga sehingga skala 0 sejajar dengan permukaan air diluarnya.pada waktu
air menyentuh suppositoria, mulailah menjalankan stopwatch
5. Waktu dihentikan bila tidak lagi terlihat bagian suppositoria yang berada pada
spiral kaca tersebut ( fraksi suppositoria hilang dari spiral kaca)
6. Lakukan percobaan untuk masing-masing suppositoria sebanyak 3 kali
C. Pengujian Kerapuhan
Suppositoria hendaknya jangan terlalu lemah atau lembek maupun terlalu
keras yang menjadikannya sukar meleleh.
Untuk pengujian kerapuhan dapat digunakan uji elastisitas. Suppositoria
dipotong ke arah bagian yang melebar. Kemudian ditandai kedua titik pengukuran
melalui bagian yang melebar, dengan jarak tidak kurang dari 50% dari lebar bahan

23
yang datar. Kemudian diberikan beban seberat 20N (lebih kurang 2 kg) dengan cara
menggerakkan jari atau batang yang dimasukkan ke dalam tabung. Apabila terlalu
keras atau pun terlalu rapuh maka suppositoria harus diulangi.
D. Pengujian Keseragaman Bobot
Kecuali dinyatakan lain dalam masing-masing monografi, suppositoria harus
memiliki homogenitas atau keseragaman bobot dan keseragaman kandungan.
Untuk keseragam bobot, ditimbang dengan seksama 10 suppo, satu per satu, dan
dihitung berat rata-rata, dari hasil penetapan kadar maka dapat dihitung jumlah zat
aktif dari masing-masing dari 10 sampel dengan masing-masing 10 satuan sediaan
terletak antara 85,0% hingga 115,0% dari yang tertera pada etiket dan simpangan
baku relatif kurang dari atau sama dengan 6,0%.

24

Anda mungkin juga menyukai