PRAKTIKUM DASAR
TEKNOLOGI FARMASI
DISUSUN OLEH
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas berkat Rahmat dan
Karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Modul Praktikum Farmasi Fisika ini.
Modul Praktikum Farmasi Fisika ini disusun untuk membantu mahasiswa Farmasi
khususnya mahasiswa program S1 Farmasi Klinik dan Komunitas di lingkungan Sekolah
Tinggi Kesehatan Widya Dharma Husada Tangerang agar lebih mudah memahami dan
melaksanakan praktikum Farmasi Fisika, sehingga mahasiswa dapat mencapai kompetensi
yang ditentukan dalam praktikum ini.
Tentunya modul ini masih jauh dari kesempurnaan. Harapan kami semoga modul ini
dapat menambah wawasan mahasiswa dan menjadi pedoman dasar yang berguna bagi
mahasiswa pada saat mereka terjun dalam bidang teknologi farmasi maupun klinis dan
khususnya pada bagian Farmasi Fisika, semoga buku ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Penyusun:
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................................................iii
TATA TERTIB PELAKSANAAN PRAKTIKUM.........................................................................4
FORMAT JURNAL PRAKTIKUM................................................................................................5
FORMAT LAPORAN PRAKTIKUM.............................................................................................6
MODUL 1...........................................................................................................................................9
PREFORMULASI.............................................................................................................................9
MODUL II.......................................................................................................................................12
FORMULASI SEDIAAN GEL.......................................................................................................12
MODUL III......................................................................................................................................16
FORMULASI SEDIAAN PASTA GIGI........................................................................................16
MODUL IV......................................................................................................................................19
FORMULASI SEDIAAN SUPPOSITORIA.................................................................................19
iii
TATA TERTIB PELAKSANAAN PRAKTIKUM
4
11. Saling menghargai dan tidak membuat kegaduhan/gangguan/kerusakan dalam
laboratorium.
Jurnal praktikum Prak. Dasar Teknologi Farmasi dikerjakan secara individu dan
dikumpulkan paling lambat sehari sebelum praktikum selanjutnya dilaksanakan. Jurnal
dikerjakan dalam buku album A4/F4, buku album diberi Nama, NIM, Kelas, dan Nama
Mata Kuliah. Keterlambatan pengumpulan laporan dengan alasan apapun tidak akan
ditoleransi dan diberikan nilai 0 (nol). Laporan dikumpukkan kepada dosen pengampu
praktikum. Adapun format jurnal praktikum sebagai berikut:
I. Cover
No Jumlah Yang
Nama Bahan Fungsi Bahan
. Ditimbang
5
IX. Daftar Pustaka
6
FORMAT LAPORAN PRAKTIKUM
Laporan akhir praktikum Prak. Dasar Teknologi Farmasi dikerjakan secara berkelompok
dan dikumpulkan paling lambat sehari sebelum praktikum selanjutnya dilaksanakan.
Keterlambatan pengumpulan laporan dengan alasan apapun tidak akan ditoleransi dan
diberikan nilai 0 (nol). Laporan dikumpukkan kepada dosen pengampu praktikum. Adapun
format laporan akhir sebagai berikut:
I. COVER
Berisikan tentang latar belakang atau alasan-alasan atau teoritis kenapa topik
prektikum ini penting untuk dipraktikumkan
IV. TUJUAN
V. TINJAUAN PUSTAKA
B. PROSEDUR KERJA
7
Prosedur kerja keseluruhan dari topik percobaan yang dilakukan. Dibuat dalam
bentuk bagan kerja percobaan
C. ANALISIS DATA
VII. PEMBAHASAN
Pembahasan dari analisis data yang dihasilkan. Teori yang mendasari dari
pembacaan data serta dicantumkan hasil penelitian berupa table-tabel, grafik dan
gambar. Dibagian ini juga membahas pertanyaan-pertanyaan yang telah diajukan
pada masing-masing modul.
VIII. KESIMPULAN
X. LAMPIRAN
Ketentuan:
Laporan harus merupakan hasil pekerjaan mandiri dalam satu kelompok, hal-hal semacam
meniru atau “copy-paste” laporan, tidak diperkenankan dan pelanggaran terhadap hal ini
dapat berakibat diberikannya nilai nol “0” bagi kelompok yang melakukan.
8
Contoh Cover Laporan
LAPORAN PRAKTIKUM
TMR size 14
FARMASI FISIKA
JUDUL PRAKTIKUM
TMR size 14
Disusun Oleh
TMR Size
12 Kelompok:
1. ….
2. ….
3. ….
4. ….
Kelas:
TMR size 14
LABORATORIUM FARMASETIKA
TANGERANG
9
2021
10
MODUL 1
PREFORMULASI
Sediaan farmasi merupakan bentuk sediaan yang dirancang dan dibuat berdasarkan
dosis dan sifat fisika dan kimia bahan aktif, tujuan pengobatan, rute pemberian serta
golongan usia konsumen yang akan menggunakan sedian obat tersebut. Sediaan farmasi
terdiri dari dua macam bahan yaitu: bahan berkhasiat dan bahan pembantu (eksipien)
yang ditambahkan dalam suatu formula sesuai dengan pengembangan bentuk sediaan yang
akan dibuat. Berdasarkan rute pemberian dan efikasi sediaan obat, bentuk sediaan farmasi
dapat dibagi menjadi sediaan steril dan sediaan non steril, yang dibedakan berdasarkan
teknik pembuatan sediaan dan eksipien penunjang yang pada umumnya harus diketahui
terutama stabilitas terhadap kenaikan suhu pada saat sterilisasi atau dapat disterilisasi
dengan metode sterilisasi yang lain.
Bahan berkhasiat adalah bahan obat yang akan dibuat menjadi sediaan farmasi
dengan dosis terapi dan tujuan pengobatan tertentu, sedangkan bahan pembantu atau
eksipien adalah bahan yang dibutuhkan dan ditambahkan untuk membuat bentuk sediaan
yang sesuai dengan standard dan spesifikasi yang telah ditentukan, mempunyai stabilita
fisik dan kimia yang memenuhi syarat selama penyimpanan, efektif serta aman dalam
penggunaannya. Bahan pembantu tidak boleh mempunyai khasiat dalam pengobatan, tetapi
sangat menentukan penampilan bentuk sediaan secara umum dan mempengaruhi
spesifikasi sediaan. Perubahan sediaan di dalam penyimpanan dapat terjadi karena
kemungkinan adanya interaksi antara bahan aktif dengan eksipien atau antara masing-
masing eksipien yang ditambahkan.
11
Selain data fisika dan kimia dari bahan berkhasiat, perlu diketahui beberapa faktor
antara lain: adanya interaksi antara komponen yang digunakan dalam formula sediaan
akhir, kualitas dan keberlanjutan kemampuan pemasok memasok kebutuhan bahan
baku maupun bahan pembantu, karena hal tersebut dapat mempengaruhi penampilan
sediaan secara fisik dan stabilita secara kimia, proses produksi, target produksi sediaan obat.
Tahap analisis preformulasi berawal dari pencarian data obat yang tersedia dari hasil
penelitian bidang kimia medisinal meliputi antara lain: struktur, data spectra, sifat fisika
dan kimia, kemudian dibuat dokumentasi dari data sifat kimia dan fisika tersebut untuk
bahan aktif maupun bahan penambah. Data dapat diperoleh di dalam buku Farmakope atau
buku resmi yang biasa digunakan untuk dasar pengembangan sediaan. Dari data-data tersebut
dapat menjadi arahan utama yang dapat dikembangkan dalam penentuan bentuk sediaan yang
sesuai dengan rute pemberian yang dikehendaki serta sifat fisika maupun kimia bahan.
Untuk sediaan steril, tahap analisis preformulasi tidak berbeda dengan sediaan non
steril. Perbedaannya adalah untuk mendapatkan suatu sediaan steril perlu dilakukan proses
sterilisasi sediaan yang melibatkan panas, penyaringan bakteri dan radiasi. Dengan
adanya proses khusus tersebut perlu diteliti sifat fisika dan kimia bahan berkhasiat maupun
bahan pembantu agar tidak terjadi perubahan pada saat proses sterilisasi yang akan
mempengaruhi efektifitas dan keamanan penggunaan sediaan. Sesuai dengan rute pemberian
sediaan steril melalui intravena atau pembuluh darah yang lain, maka proses sterilisasi harus
dilakukan untuk menjamin sediaan tersebut bebas dari sejumlah mikroorganisma sesuai
dengan ketentuan aturan yang berlaku untuk sediaan steril.
12
JURNAL 1
PREFORMULASI
Nama Zat :
No Batch/ Lot : (kalau sudah dikasih formula)
1. Warna :
2. Rasa :
3. Bau :
4. Penampilan :
5 Khasiat :
6. Polimorfisma, solvat dan sifat kristal : (dari literatur)
7. Ukuran partikel :
8. Kelarutan (mg/ml) :
Umum
-Kelarutan dalam air :
-Kelarutan dalam etanol:
-lainnya :
Khusus
-Kelarutan dalam HCl 0,1 N :
-Kelarutan dalam dapar pH 6,8 :
9. Titik lebur
10. Bobot jenis
a. Sebenarnya :
b. Bulk :
11. pH, % konsentrasi larutan dalam H2O
12. pKa dan koefisien partisi
13. Kecepatan disolusi dalam
a. Permukaan tetap
b. Suspensi
14. Stabilitas “ bulk “ obat
a. 60 0C selama 30 hari
b. 600 lumen selama 30 hari
c. Kelembaban relatif 75 %, 25 0C selama 30 hari
15. Stabilitas larutan.
pH konstanta kecepatan
40 0C 50 0C 70 0C
………………… ……. ……. …….
………………… ……. ……. ……. Enersi aktivasi
16. Kelembaban relative % pertambahan/kehilangan bobot pada kesetimbangan. 30
%, 50 %, 60 %, 70 %, 90 %, awal
17. Penelitian bentuk padat dengan eksipien
Eksipien
Observasi fisika
Data KLT
Data DSC
18. Data analitik penetapan kadar
19. Catatan tambahan yang tidak diuraikan di atas dan dianggap perlu.
13
MODUL II
FORMULASI SEDIAAN GEL
Gel merupakan sistem semipadat terdiri dari suspensi yang dibuat dari partikel
anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar, terpenetrasi oleh suatu cairan. gel
kadang – kadang disebut jeli. (FI IV,hal 7).
Gel adalah sediaan bermassa lembek, berupa suspensi yang dibuat dari zarah kecil
senyawaan organik atau makromolekul senyawa organik, masing- masing terbungkus dan
saling terserap oleh cairan(Formularium Nasional, hal 315).
15
2.4 Formula Sediaan
Jumlah %
Fungsi
Bahan F FI
FIII Bahan
I I
Aminofilin 2%
HPMC 4000
Na CMC
Carbopol
Propilen glikol
Metil paraben
TEA
Aquadest
1. Bahan pembentuk gel (HPMC, Na CMC, Carbopo) dikembangkan dalam air panas
2. Aduk dalam mortar sehingga terdispersi sempurna dan terbentuk basis gel
3. Metil paraben dilakukan dalam propilenglikol, campur kedalam basis gel, aduk
hingga homogen
4. Aminofilin yang telah dilarutkan air panas dimasukkan kedalam campuran, aduk
hingga homogen
5. Lakukan evaluasi
17
MODUL III
FORMULASI SEDIAAN PASTA GIGI
Na.CmC
CaCO3
Gliserin
Na.Lauril Sulfat
Na.Sakarin
Menthol
Metil Paraben
Propil paraben
Aquadest
19
A. Pengujian Organoleptis
Uji ini dilakukan dengan melakukan pengamatan sediaan pasta secara kualitatif meliputi;
warna, bau, rasa, bentuk sediaan
B. Pengujian pH
1. Ditimbang sampel sebanyak 10 gram
2. Dilarutkan dalam 50 mL aquadest
3. Di ad hingga 100 mL
4. pH Stick/pH meter dicelupkan kedalam sediaan gel, sesusaikan dengan indicator
5. Replikasi 3x tiap formulasi
C. Pengujian Viskositas
1. Dimasukan sampel kedalam beaker glass
2. Dipilih spindle yang cocok
3. Dimasukan spindle dalam sediaan pasta
4. Dinyatakan viscometer hingga menunjukan viskositas tertentu
D. Pengujian Busa
1. Ditimbang 1 gram pasta
2. Dilarutkan pasta kedalam 25 mL air
3. Dituang 5 mL larutak kedalam tabung reaksi
4. Ditutup atas tabung dengan jari tangan kemudian kocok sebanyak 25 kali
5. Diamati busa yang terjadi selama 30 menit untuk kestabilan busanya lalu diukur
tinggi busa dengan penggaris
6. Replikasi 3 kali pengujian
E. Pengujian Daya Sebar
1. Ditimbang pasta sebanyak 1 gram
2. Diletakan pada lempeng kaca lalu atasnya ditutup dengan lempeng kaca lainnya
3. Diberi beban seberat 5 gram dan diamkan selama 2 menit
4. Dihitung Panjang diameter sebaran pasta
20
MODUL IV
FORMULASI SEDIAAN SUPPOSITORIA
Supioitoria adalah sediaan padat yang digunakan melalui dubur, umumnya berbentuk torpedo, dapat
rne1arut atau meleleh pada suhu tubuh. Bahan dasar harus larut dalam air atau meleleh pada suhu tubuh.
Sebagai bahan dasar digunakan lemak coklat, polietilenglikol berbobot molekul tinggi, lemak atau bahan lain
yang cocok, kecuali dinyatakan lain digunakan lemak coklat. Bobot supposiroria kalau tidak dinyatakan lain
adalah 3gram untuk orang dewasa dan 2gram untuk anak.
Bentuk suppositoria, dapat digunakan melalui :
1. Rectal yang disebut rectal suppos, berbentuk torpedo.
2. Vagina yang disebut pessaries berbentuk ovula.
Oleum cacao merupakan bahan dasar suppos yang paling banyak digunakan.
Oleum cacao merupakan Trigliserida dan asam oleat, stearat dan palmitat dengan warna
putih kekuningan. Meleleh pada suhu antara 30o – 35o C. Oleum cacao dapat menunjukkan
polimorfisme dan bentuk kristalnya karena pemanasan yang tinggi diatas titik leburnya
Penambahan 3 % menyebabkan titik lebur lebih rendah daripada titik lebur oleum cacao
sendiri tetapi dengan penambahan 6% cera dapat menaikkan titik leburnya sampai 37o C.
21
4.3 Alat dan Bahan
1. Disentegrant tester
2. Waterbath
3. Pipet volume
4. Beaker glass
5. Stopwatch
6. Pengaduk
7. Cetakan suppositoria
8. Mortir dan stamper
9. Na.Salisilat
10. Oleum cacao
11. Cera flavum
12. Nipasol
13. PEG 6000
14. PEG 400
22
1. Masing-masing bahan ditimbang sesuai jumlah yang diperlukan
2. Gerus halus Na.Salisilat dalam mortir dan PEG 400, aduk dengan
stamper s ampai homogen
3. Lelehkan PEG 6000 dalam cawan porselin diatas waterbath
4. Masukkan lelehan PEG 6000 kedalam mortir, aduk sampai homogen
5. Selagi panas masukkan kedalam cetakan suppositoria, biarkan
sebentar kemudian masukkan kedalam lemari es
6. Setelah kira-kira 3 jam,lepaskan suppositoria dari cetakan suppositoria
7. Simpan suppositoria dalam lemari es
23
yang datar. Kemudian diberikan beban seberat 20N (lebih kurang 2 kg) dengan cara
menggerakkan jari atau batang yang dimasukkan ke dalam tabung. Apabila terlalu
keras atau pun terlalu rapuh maka suppositoria harus diulangi.
D. Pengujian Keseragaman Bobot
Kecuali dinyatakan lain dalam masing-masing monografi, suppositoria harus
memiliki homogenitas atau keseragaman bobot dan keseragaman kandungan.
Untuk keseragam bobot, ditimbang dengan seksama 10 suppo, satu per satu, dan
dihitung berat rata-rata, dari hasil penetapan kadar maka dapat dihitung jumlah zat
aktif dari masing-masing dari 10 sampel dengan masing-masing 10 satuan sediaan
terletak antara 85,0% hingga 115,0% dari yang tertera pada etiket dan simpangan
baku relatif kurang dari atau sama dengan 6,0%.
24