Dosen Pengampu :
NIM : 201030700202
KELAS : 04FKKP004
TAHUN 2022
1. TUJUAN PRAKTIKUM
Menetapkan kadar formalin dengan metode spektrofotometri visible.
2. TEORI DASAR
Formalin merupakan cairan jernih yang tidak berwarna dengan bau menusuk, uapnya
merangsang selaput lendir hidung dan tenggorokan dan rasa membakar. Bobot tiap
mililiter adalah 1,08 gram. Dapat bercampur dengan air dan alkohol, tetapi tidak
bercampur dengan kloroform dan eter (Norman and Waddington, 2012). Didalam
formalin mengandung sekitar 37% formaldehid dalam air, biasanya ditambah methanol
hingga 15% sebagai pengawet. Formalin dikenal sebagai bahan pembunuh hama
(desinfektan) dan banyak digunakan dalam industri. Nama lain dari formalin adalah
Formol, Methylene aldehyde, Paraforin, Morbicid, Oxomethane, Polyoxymethylene
glycols, Methanal, Formoform, Superlysoform, Formaldehyde, dan Formalith (Astawan,
Made, 2012). Berat Molekul Formalin adalah 30,03 dengan Rumus Molekul HCOH.
Karena kecilnya molekul ini memudahkan absorpsi dan distribusinya ke dalam sel tubuh.
Gugus karbonil yang dimilikinya sangat aktif, dapat bereaksi dengan gugus – NH2 dari
protein yang ada pada tubuh membentuk senyawa yang mengendap (Harmita, 2014).
Larutan formaldehid atau larutan formalin mempunyai nama dagang formalin, formol
atau mikrobisida dengan rumus molekul CH2O mengandung 37 % gas formaldehid
dalam air. Biasanya ditambahkan 10– 15% metanol untuk menghindari polimerisasi.
Larutan ini sangat kuat dan dikenal dengan larutan formalin 40% yang mengandung 40
gram formaldehid dalam 100 ml pelarut (Cahyadi, 2012)
4. PROSEDUR KERJA
5. MONOGRAFI BAHAN
6. DATA PENGAMATAN
7. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini dilakukan Penentuan kadar formaldehid pada ikan asin
dengan menggunakan metode spektrofotometri UV-Vis. Praktikum ini dilakukan
dengan Uji kualitatif yang dilakukan sebagai langkah awal untuk mengetahui sampel
tercemar zat formalin. Sampel yang terbukti mengandung formalin akan dilanjutkan
dengan analisis kuantitatif dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada
panjang gelombang optimumnya
Langkah pertama yaitu pembuatan larutan formalin 1 ppm yang dilarutkan dalam 100
b/v dengan konsep pengenceran. Lalu membuat larutan standar formalin 50 ppm yang
dibuat dari larutan formalin 100 ppm dan dimasukkan ke labu takar 100 ml.
Kemudian membuat larutan standar formalin dengan konsentrasi 0,1, 0,15, 0,2, 0,25
ml ppm dari larutan formalin 50 ppm. Pereaksi yang digunakan dalam menganalisis
formalin secara spektrofotometri lainnya yaitu dengan menggunakan pereaksi Nash.
Pada pengujian kualitatif digunakan pereaksi Nash untuk mengetahui
adanya formalin pada sampel. Pereaksi Nash ini digunakan untuk menunjukkan
adanya kandungan Formalin pada sampel yang ditandai dengan perubahan warna
menjadi kuning Kelebihan pereaksi Nash yaitu mampu mendeteksi formalin dalam
konsentrasi yang kecil pada sampel. Lalu dipanaskan selama 15 menit dan lihat
perubahan warna yang tejadi. Hasil yang negatif menandakan sampel ikan asin tidak
mengandung pengawet tambahan ada indikasi bahwa para produsen tidak
menambahkan formalin pada saat pembuatan ikan asin yang ada pada saat ikan
tersebut dibeli tidak mengindikasikan adanya kandungan formalin.
Hasil penentuan absorbansi larutan standar formaldehid diperoleh hubungan yang
linear antara absorbansi dengan konsentrasi. Kurva baku yang dihasilkan sudah
memenuhi hukum Lambert-Beer yang berlaku dimana konsentrasi berbanding lurus
dengan absorbansinya, semakin tinggi konsentrasi maka absorbansinya semakin
besar. Berdasarkan perhitungan dapat dihitung regresi linear dengan bentuk
persamaan y = ax+b sehingga diperoleh regresi linear yaitu Y = 0,0048x + 0,1064
dengan nilai r (koefisien korelasi) sebesar 0,99869. Nilai r yang mendekati 1
menunjukkan kurva kalibrasi linear dan terdapat hubungan antara konsentrasi larutan
formaldehid dengan nilai serapan. Nilai R2 yang diperoleh dengan nilai 0,9974 sama
dengan 99,74% angka tersebut mengandung arti bahwa konsentrasi berpengaruh
terhadap absorbansi sebesar 99,74%.
Hasil absorbansi pada sampel ikan asin yang diperoleh menunjukkan besar kadar
senyawa formaldehid yang terkandung dalam ikan asin. Pada penelitian ini,
absorbansi dari masing-masing sampel yang didapat telah memenuhi range absorbansi
yang baik yaitu berkisar 0,2-0,8. Nilai absorbansi dapat dipengaruhi oleh beberapa
variabel diantaranya jenis pelarut, pH larutan, suhu, dan zat-zat pengganggu.
Perbedaan nilai absorbansi pada setiap sampel yang sama saat replikasi dapat
disebabkan oleh hal-hal yang mempengaruhi nilai absorbansi tersebut. Maka
dilakukan replikasi pada setiap sampel sebanyak 3 kali untuk meningkatkan
keakuratan nilai absorbansi pada penelitian atau mengurangi tingkat kesalahan dari
suatu penelitian. Sehingga mendapatkan hasil nilai absorbansi yang akurat.
8. KESIMPULAN
Hasil praktikum menunjukkan bahwa secara umum metode analisis formalin menggunakan
uji kuantitatif dan uji kualitatif, dimana uji kuantitatif ini menggunakan pereaksi Nash yang
menunjukan bahwa sampel ikan akan tidak mengandung formalin karena tidak menunjukan
perubahan warna.
Hasil uji kualitatif dengan metode sprektrofotometer visible pada sampel ikan asin
didapatkan kadar pada sampel ikan asin terbesar yaitu ppm
DAFTAR PUSTAKA
Norman, R.O.C and D.J. Waddington, 2012. Modern Organic Chemistry. Colliens
Educational, New York.
Harmita. 2014. Buku Ajar Analisis Fisikokimia. Departemen Farmasi FMIPA Universitas
Indonesia. Depok
Cahyadi, W. 2012. Analisis dan Aspek Kesehatan: Bahan Tambahan Pangan. Edisi ke-2.
Jakarta(ID): Bumi Aksara. Cipta Pangan, 2006. Formalin Bukan Formal.
http://www.ciptapangan.com/files/downloadsmodule/@random4413d85398188/1142501871
_bulettin_cp_jan06.pdf. [ 19 Juni 2008]
Herdiantini, E., 2013. Analisis Bahan Tambahan Kimia (Bahan Pengawet dan Pewarna) yang
dilarang dalam Makanan. Tugas Akhir yang tidak dipublikasikan. Fakultas Teknik
Universitas Pasundan, Bandung