KIMIA FARMASI 1
“PERMANGANOMETRI”
OLEH
OLEH
KELOMPOK : IV (EMPAT)
KELAS : D3-B FARMASI 2021
RAFLI HULUBANGGA
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan Laporan
Praktikum Kimia Farmasi 1 percobaan “Permanganometri”.
Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari asisten
yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun
materinya. Kami berharap semoga laporan praktikum Kimia Farmasi 1 percobaan
Permanganometri ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
pembaca.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun kami butuhkan demi
kesempurnaan laporan ini. Akhir kata, kami berharap semoga Laporan Praktikum
ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Alfikar Husain
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Farmasi adalah suatu profesi kesehatan yang berhubungan dengan
pembuatan dan distribusi dari produk yang berkhasiat obat ini meliputi seni dan
ilmu pengetahuan dari sumber alam atau sintetik menjadi material atau produk
yang cocok dipakai untuk mencegah, dan mendiagnosa penyakit. Dalam farmasi
juga mempelajari berbagai ilmu terapan, diantaranya adalah matematika, fisika,
biologi, kimiadan masih banyak cabang ilmu lainnya (Anief, 2005).
Kimia Farmasi Analisis merupakan suatu metode untuk memperoleh aspek
kualitatif, kuantitatif, dan informasi struktur dari suatu senyawa obat pada
khususnya, dan bahan kimia pada umumnya. Ilmu kimia analisis mempunyai
keterkaitan dengan bidang ilmu yang lain, misalnya dengan ilmu statistika, terkait
dengan pengolahan data hasil analisis (Underwood, 1981).
Dalam analisis kuantitatif ada beberapa metode titrasi yang sering
digunakan salah satunya metode titrasi permanganometri dimana
permanganometri merupakan suatu penetapan kadar atau reduktor dengan jalan
dioksidasi dengan larutan baku Kalium Permanganat (KMnO 4) dalam lingkungan
asam sulfat encer. Metode permanganometri didasarkan pada reaksi oksidasi ion
permanganat. Oksidasi ini berlangsung dalam suasana asam, netral, dan alkalis,
dimana kalium permanganate merupakan oksidator yang kuat sebagai titran.
Titrasi ini didasarkan atas titrasi reduksi dan oksidasi atau redoks. Kalium
permanganat inilah yang telah digunakan meluas lebih dari 100 tahun (Svehla,
1990).
Titrasi permanganometri dilakukan dengan bantuan pemanasan (± 70ºC)
untuk mempercepat reaksi. Pada awal reaksi titrasi, warna merah mantap untuk
beberapa saat yang menandakan reaksi berlangsung lambat. Pada pembuatan
titran selanjutnya, warna merah hilang makin cepat karena ion mangan (II) yang
terjadi berfungsi sebagai katalis untuk mempercepat reaksi Selanjutnya titran
dapat ditambahkan lebih cepat sampai titik akhir titrasi tercapai yaitu sampai
pada tetesan dimana warna merah menjadi warna merah jambu.
(Harjadi,W.1990).
Prinsip titrasi permanganometri adalah reaksi oksidasi reduksi pada
suasana asam yang melibatkan elektron dengan jumlah tertentu, dibutuhkan
suasana asam (H2SO4) untuk mencapai tingkat oksidasi dari KMnO4 yang paling
tinggi dan bilangan oksidasi +7 menjadi +2. Pada proses titrasi tidak dibutuhkan
indicator lain. Karena KMnO4 sudah mampu memberikan perubahan warna saat
titik akhir titrasi yang ditandai dengan terbentuknya warna merah muda. Sifat dari
KMnO4 ini dikenal sebagai autoindikator (Breck,1974).
Dimana pada percobaan ini di bagi menjadi dua bagian yaitu reaksi
reduksi dan reaksi oksidasi. Reduksi merupakan suatu reaksi dimana terjadi
penerimaan atau penangkapan elektron serta penambahan hidrogen (H) dan
pelepasan oksigen (O) atau turunnya bilangan oksidasi sedangkan oksidator
merupakan suatu reaksi dimana terjadi pelepasan elektron hidrogen (H) dan
penerimaan oksigen (O) (Hardjadi,1990).
Permanganometri merupakan metode titrasi dengan menggunakan kalium
permanganat, yang merupakan oksidator kuat sebagai titran. Titrasi ini
didasarkan atas titrasi reduksi dan oksidasi atau redoks. Permanganometri juga
bisa digunakan untuk menentukan kadar belerang, nitrit, fosfit, dan sebagainya.
Cara titrasi permanganometri ini banyak digunakan dalam menganalisa zat-zat
organik. Kalium permanganat telah digunakan sebagai pengoksida secara
meluas lebih dari 100 tahun. Reagensia ini mudah diperoleh, murah dan tidak
memerlukan indikator kecuali bila digunakan larutan yang sangat encer.
Permanganat bereaksi secara beraneka, karena mangan dapat memiliki keadaan
oksidasi +2, +3, +4, +6, dan +7 (Day, 1999).
KMnO4 merupakan zat pengoksida yang penting. Untuk analisis kimia
biasanya digunakan pada larutan asam dimana senyawa tersebut direduksi
menjadi Mn2+(aq). Pada analisi besi dengan MnO4-, contoh disiapkan dengan cara
yang sama untuk reaksi dan dititrasi dengan MnO 4-. Mn2+mempunyai warna pink
(merah muda) sangat pucat yang dapat dilihat dengan mata telanjang. MnO 4-
berwarna sangat cerah (ungu). Pada titik akhir titrasi larutan yang dititrasi
mempunyai warna akhir pink (merah muda) dengan hanya penambahan satu tetes
lagi MnO4-. MnO4- dapat digunakan untuk menetukan kadar besi. Untuk
mempelajari metode permanganometri lebih lanjut maka perlu dilakukannya
praktikum ini (penentuan kadar besi secara permanganometri) (Yudhi, 2009).
Berdasarkan penjelasan diatas metode permanganometri digunakan untuk
menentukan kadar reduktor dalam suasana asam sulfat encer dengan
menggunakan kalium permanganat sebagaititran, titrasi ini dilakukan dalam
suasana asam karena akan lebih mudah mengamati titik akhir titrasinya, kalium
permanganat selain sebagai titran juga bertindak sebagai indikator.
1.2 Maksud Percobaan
Maksud Percobaan Mengetahui dan memahami prinsip titrasi
permanganometri dalam menentukan kadar besi (Fe) didalam suatu sampel
dengan menggunakan larutan standar kalium permanganat (KMnO4).
1.3 Tujuan Percobaan
1. Menentukan pembakuan larutan Kalium Permanganat dengan Asam sulfat.
2. Menentukan persen kadar besi (II) sulfat didalam suatu sampel dengan
menggunakan larutan standar kalium permanganat (KMnO4) sesuai dengan
prinsip titrasi permanganometri.
1.4 Prinsip Percobaan
Percobaan ini didasarkan pada reaksi (Reduksi Oksidasi) dimana larutan
(KMnO4) bersifat oksidator dari larutan uji dan sampel bersifat reduktor dan
redaksi pada larutan baku KMnO4 sampai tetap warnamerah muda (Hardjadi,1990
1.5 Manfaat Percobaan
1. Praktikan mampu menentukan pembakuan larutan Kalium Permanganat
dengan Asam Oksalat.
2. Praktikan mampu menentukan persen kadarbesi (II) sulfat didalam suatu
sampel dengan menggunakan larutan standar kalium permanganat (KMnO 4)
sesuai dengan prinsip titrasi permanganometri.
BAB 2
DASAR TEORI
2.1 Dasar Teori
Titrasi permanganometri merupakan bagian dari titrasi redoks, yang
menggunakan larutan KMnO4 sebagai zat pengoksidasinya (oksidator). Larutan
KMnO4 bukan standar primer, karena larutan ini sukar diperoleh dalam keadaan
murni dan bebas dari MnO2. Selain itu air suling biasa kemungkinan mengandung
zat-zat Tereduksi yang akan bereaksi dengan KMnO4 membentuk MnO2. Adanya
MnO2 sangat mengganggu karena dapat mengkatalisis penguraian permanganat.
Larutan KMnO4 dapat distandarkan dengan arsen (III) oksida atau natrium
oksalat. (Tim Praktikum Kimia Analitik Dasar, 2021).
Kalium Permanganat (KMnO4) telah banyak digunakan sebagai agen
pengoksidasi selama lebih dari 100 tahun. Reagen ini dapat diperoleh
dengan mudah, tidak mahal, dan tidak membutuhkan indikator terkecuali untuk
larutan yang amat encer. Satu tetes permanganat 0,1 N memberikan warna
merah muda yang jelas pada volume dari larutan yang biasa dipergunakan
dalam sebuah titrasi. warna ini di pergunakan untuk
mengindikasikan kelebihan reagen tersebut. Permanganat mengalami
beragam reaksi kimia, karena Mangan (Mn) dapat dalam kondisi +2, +3,
+4, +6, +7 (Raymond, 2005).
Reaksi-reaksi kimia yang melibatkan oksidasi-reduksi dipergunakan secara
luas dalam analisa titrimetrik. Ion-ion dari berbagai unsur dapat hadir dalam
kondisi oksidasi yang berbeda-beda, menghasilkan kemungkinan terjadi banyak
reaksi redoks. Banyak dari reaksi-reaksi ini memenuhi syarat untukdigunakan
dalam analisa titrimetrik, dan penerapan-penerapannya cukup banyak. Kalium
permanganat telah banyak dipergunakan sebagai agen pengoksidasi selama lebih
dari 100 tahun. Reagen ini dapat diperoleh dengan mudah, tidak mahal, dan tidak
membutuhkan indicator terkecuali untuk larutan yang amat encer. Satu tetes 0.1N
permanganate memberikan warna merah muda yang jelas pada volume dari
larutan yang biasa dipergunakan dalam sebuah titrasi. Warna ini dipergunakan
untuk mengidentifikasi kelebihan reagen tersebut. Permanganate menjalani
beragam reaksi kimia, karena mangan dapat hadir dalam kondisi kondisi oksidasi
+2, +3, +4, +6 dan +7. Reaksi yang paling umum ditemukan dalam laboratorium
adalah reaksi yang terjadi dalam larutan larutan yang bersifat amat asam, 0.1N
atau lebih. MnO- + 8H+ + 5 e ⇌ Mn2+ + 4H2O E0 = +1,51v (Day and
Underwood,2002).
Kalium permanganat adalah larutan standar sekunder. Oleh karena itu,
sebelum digunakan, kalium permanganat harus distandarisasi terlebih dahulu oleh
larutan standar primernya. Larutan standar primer yang umum digunakan untuk
menstandarisasi larutan permanganat adalah natrium oksalat Adapun reaksi yang
terjadi saat standarisasi adalah:
5C2O42- (aq) + 2MnO4- (aq) + 16H+ (aq) → 10CO2 (g) + 2Mn2+ (aq) + 8H2O
(l) (Putra, 2016) .
Titik akhir titrasi saat standarisasi ditandai dengan munculnya warna
merah muda akibat kelebihan ion permanganat. Permanganometri pada umumnya
digunakan untuk menentukan kadar dari besi(II). Ion permanganat akan
mengalami reduksi menghasilkan Mn2+, sedangkan besi(II) akan mengalami
oksidasi menghasilkan besi(III). Berikut adalah reaksi reduksi oksidasi ketika
dilakukan titrasi:
MnO4- (aq) + 8H+ (aq) + 5Fe2+ (aq) → Mn2+ (aq) + 4H2O (l) + 5Fe3+ (aq)
Reaksi oksidasi merupakan reaksi pengikatan oksigen oleh suatu zat.
Reaksi reduksi merupakan reaksi pelepasan oksigen oleh suatu zat. Tinjauan
reaksi reduksi dan oksidasi berdasarkan pengikatan dan pelepasan oksigen
ternyata kurang universal karena reaksi kimia tidak hanya melibatkan oksigen
saja. Konsep reaksi reduksi dan oksidasi selanjutnya dijelaskan dengan
menggunakan konsep transfer elektron. Oksidasi adalah reaksi pelepasan elektron,
sedangkan reduksi adalah reaksi pengikatan elektron. Berdasarkan konsep tersebut
dapat dinyatakan bahwa peristiwa reaksi oksidasi dan reduksi berlangsung secara
bersamaan. Reaksi transfer elektron terjadi pada senyawa-senyawa yang berikatan
ion. Ion positif terbentuk karena suatu atom melepas elektronnya, sedangkan ion
negatif terbentuk karena suatu atom mengikat elektron, sedangkan pada senyawa
kovalen, proses pembentukan senyawa kovalen tidak disertai dengan terjadinya
perpindahan elektron. Senyawa kovalen terjadi karena pembentukan pasangan
elektron bersama (Prilianti, 2012).
2.2 Uraian Bahan
2.2.1. Alkohol (Dirjen POM, 1979 )
Nama Resmi : AETHANOLUM
Nama Lain : Etanol, Etil, Alkohol,
Rumus Struktur :
HASIL KETERANGAN
Pada sampel pertama tidak
terjadi perubahan warna.
4.2 Perhitungan
4.2.1 Perhitungan fe
% kadar fe : V. N . Fe
Berat sampel
: 0,5 . 0,1. 158,034
600 . 100
: 0,79017
60.000
: 0,000013 %
Breck, D. W., 1974, Zeolite Molecular Sieve: Stucture, Chemistry and Use, John
Wiley and Sons Inc, New York.
Day, R.A. dan Underwood, A.L., 1999, Analisis Kimia Kuantitatif, Edisi Keenam,
Erlangga, Jakarta
Frischa, dkk. (2016). Jurnal Sains Dan Seni ITS, Vol. 5, No. 1, 2337-3520.
Perbandingan Metode Analisis Permanganometri Dan Serimetri
Dalam Penentuan Kadar Besi (fe), UI, press
Jamilatur & Chylen, 2021, Buku Ajar Kimia Analitis, Universitas Negeri Siduarjo,
Press.
Yudhi, 2009. Buku Ajar Vogel : Kimia Analisis Kuantitatif Organik. Jakarta :
Buku Kedokteran EGC. (Dikutip pada 08 Desember 2019)
LAMPIRAN – LAMPIRAN
Lampiran I: Alat dan Bahan
1. Alat
1.
Sebagai alat untuk
Buret
melakukan titrasi.
2.
Sebagai alat untuk
Corong
memindahkan
larutan
4.
Gelas ukur Sebagai alat untuk
50 ml mengukur larutan
5.
Sebagai alat untuk
Pipet memindahkan
larutan volumw
kecil
6.
Sebagai antiseptik
1. Alkohol 70%
dan disinfektan
Sebagai larutan
2. Aquadest
campuran
H2SO4
2.
Sebagai pereaksi
untuk membersihkan
6. Tisu
alat dan bahan