Anda di halaman 1dari 23

Laporan Praktikum

KIMIA FARMASI 1
“PERMANGANOMETRI”

OLEH

NAMA : ALFIKAR HUSAIN


KELAS : B-D3 FARMASI 2021
KELOMPOK : IV (EMPAT)
ASISTEN : RAFLI HULUBANGGA

LABORATORIUM KIMIA FARMASI


JURUSAN FARMASI
FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2022
Lembar Pengesahan

PRAKTIKUM KIMIA FARMASI 1


“ PERMANGANOMETRI ”

OLEH
KELOMPOK : IV (EMPAT)
KELAS : D3-B FARMASI 2021

1. ALFIKAR HUSAIN 821321063


2. PUTRI RAWE SULEMAN 821321049
3. SITI ANGGRAINI DUNGGIO 821321055
4. MARSELI TUI 821321060
5. NURHAYYU KAILANI TULEN 821321062
6. MUTIA HALID 821321064
7. PRISKA EKA DIVA 821321067

Gorontalo, September 2022 NILAI


Mengetahui
Asisten

RAFLI HULUBANGGA
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan Laporan
Praktikum Kimia Farmasi 1 percobaan “Permanganometri”.
Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari asisten
yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun
materinya. Kami berharap semoga laporan praktikum Kimia Farmasi 1 percobaan
Permanganometri ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
pembaca.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun kami butuhkan demi
kesempurnaan laporan ini. Akhir kata, kami berharap semoga Laporan Praktikum
ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Gorontalo, September 2022

Alfikar Husain
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Farmasi adalah suatu profesi kesehatan yang berhubungan dengan
pembuatan dan distribusi dari produk yang berkhasiat obat ini meliputi seni dan
ilmu pengetahuan dari sumber alam atau sintetik menjadi material atau produk
yang cocok dipakai untuk mencegah, dan mendiagnosa penyakit. Dalam farmasi
juga mempelajari berbagai ilmu terapan, diantaranya adalah matematika, fisika,
biologi, kimiadan masih banyak cabang ilmu lainnya (Anief, 2005).
Kimia Farmasi Analisis merupakan suatu metode untuk memperoleh aspek
kualitatif, kuantitatif, dan informasi struktur dari suatu senyawa obat pada
khususnya, dan bahan kimia pada umumnya. Ilmu kimia analisis mempunyai
keterkaitan dengan bidang ilmu yang lain, misalnya dengan ilmu statistika, terkait
dengan pengolahan data hasil analisis (Underwood, 1981).
Dalam analisis kuantitatif ada beberapa metode titrasi yang sering
digunakan salah satunya metode titrasi permanganometri dimana
permanganometri merupakan suatu penetapan kadar atau reduktor dengan jalan
dioksidasi dengan larutan baku Kalium Permanganat (KMnO 4) dalam lingkungan
asam sulfat encer. Metode permanganometri didasarkan pada reaksi oksidasi ion
permanganat. Oksidasi ini berlangsung dalam suasana asam, netral, dan alkalis,
dimana kalium permanganate merupakan oksidator yang kuat sebagai titran.
Titrasi ini didasarkan atas titrasi reduksi dan oksidasi atau redoks. Kalium
permanganat inilah yang telah digunakan meluas lebih dari 100 tahun (Svehla,
1990).
Titrasi permanganometri dilakukan dengan bantuan pemanasan (± 70ºC)
untuk mempercepat reaksi. Pada awal reaksi titrasi, warna merah mantap untuk
beberapa saat yang menandakan reaksi berlangsung lambat. Pada pembuatan
titran selanjutnya, warna merah hilang makin cepat karena ion mangan (II) yang
terjadi berfungsi sebagai katalis untuk mempercepat reaksi Selanjutnya titran
dapat ditambahkan lebih cepat sampai titik akhir titrasi tercapai yaitu sampai
pada tetesan dimana warna merah menjadi warna merah jambu.
(Harjadi,W.1990).
Prinsip titrasi permanganometri adalah reaksi oksidasi reduksi pada
suasana asam yang melibatkan elektron dengan jumlah tertentu, dibutuhkan
suasana asam (H2SO4) untuk mencapai tingkat oksidasi dari KMnO4 yang paling
tinggi dan bilangan oksidasi +7 menjadi +2. Pada proses titrasi tidak dibutuhkan
indicator lain. Karena KMnO4 sudah mampu memberikan perubahan warna saat
titik akhir titrasi yang ditandai dengan terbentuknya warna merah muda. Sifat dari
KMnO4 ini dikenal sebagai autoindikator (Breck,1974).
Dimana pada percobaan ini di bagi menjadi dua bagian yaitu reaksi
reduksi dan reaksi oksidasi. Reduksi merupakan suatu reaksi dimana terjadi
penerimaan atau penangkapan elektron serta penambahan hidrogen (H) dan
pelepasan oksigen (O) atau turunnya bilangan oksidasi sedangkan oksidator
merupakan suatu reaksi dimana terjadi pelepasan elektron hidrogen (H) dan
penerimaan oksigen (O) (Hardjadi,1990).
Permanganometri merupakan metode titrasi dengan menggunakan kalium
permanganat, yang merupakan oksidator kuat sebagai titran. Titrasi ini
didasarkan atas titrasi reduksi dan oksidasi atau redoks. Permanganometri juga
bisa digunakan untuk menentukan kadar belerang, nitrit, fosfit, dan sebagainya.
Cara titrasi permanganometri ini banyak digunakan dalam menganalisa zat-zat
organik. Kalium permanganat telah digunakan sebagai pengoksida secara
meluas lebih dari 100 tahun. Reagensia ini mudah diperoleh, murah dan tidak
memerlukan indikator kecuali bila digunakan larutan yang sangat encer.
Permanganat bereaksi secara beraneka, karena mangan dapat memiliki keadaan
oksidasi +2, +3, +4, +6, dan +7 (Day, 1999).
KMnO4 merupakan zat pengoksida yang penting. Untuk analisis kimia
biasanya digunakan pada larutan asam dimana senyawa tersebut direduksi
menjadi Mn2+(aq). Pada analisi besi dengan MnO4-, contoh disiapkan dengan cara
yang sama untuk reaksi dan dititrasi dengan MnO 4-. Mn2+mempunyai warna pink
(merah muda) sangat pucat yang dapat dilihat dengan mata telanjang. MnO 4-
berwarna sangat cerah (ungu). Pada titik akhir titrasi larutan yang dititrasi
mempunyai warna akhir pink (merah muda) dengan hanya penambahan satu tetes
lagi MnO4-. MnO4- dapat digunakan untuk menetukan kadar besi. Untuk
mempelajari metode permanganometri lebih lanjut maka perlu dilakukannya
praktikum ini (penentuan kadar besi secara permanganometri) (Yudhi, 2009).
Berdasarkan penjelasan diatas metode permanganometri digunakan untuk
menentukan kadar reduktor dalam suasana asam sulfat encer dengan
menggunakan kalium permanganat sebagaititran, titrasi ini dilakukan dalam
suasana asam karena akan lebih mudah mengamati titik akhir titrasinya, kalium
permanganat selain sebagai titran juga bertindak sebagai indikator.
1.2 Maksud Percobaan
Maksud Percobaan Mengetahui dan memahami prinsip titrasi
permanganometri dalam menentukan kadar besi (Fe) didalam suatu sampel
dengan menggunakan larutan standar kalium permanganat (KMnO4).
1.3 Tujuan Percobaan
1. Menentukan pembakuan larutan Kalium Permanganat dengan Asam sulfat.
2. Menentukan persen kadar besi (II) sulfat didalam suatu sampel dengan
menggunakan larutan standar kalium permanganat (KMnO4) sesuai dengan
prinsip titrasi permanganometri.
1.4 Prinsip Percobaan
Percobaan ini didasarkan pada reaksi (Reduksi Oksidasi) dimana larutan
(KMnO4) bersifat oksidator dari larutan uji dan sampel bersifat reduktor dan
redaksi pada larutan baku KMnO4 sampai tetap warnamerah muda (Hardjadi,1990
1.5 Manfaat Percobaan
1. Praktikan mampu menentukan pembakuan larutan Kalium Permanganat
dengan Asam Oksalat.
2. Praktikan mampu menentukan persen kadarbesi (II) sulfat didalam suatu
sampel dengan menggunakan larutan standar kalium permanganat (KMnO 4)
sesuai dengan prinsip titrasi permanganometri.
BAB 2
DASAR TEORI
2.1 Dasar Teori
Titrasi permanganometri merupakan bagian dari titrasi redoks, yang
menggunakan larutan KMnO4 sebagai zat pengoksidasinya (oksidator). Larutan
KMnO4 bukan standar primer, karena larutan ini sukar diperoleh dalam keadaan
murni dan bebas dari MnO2. Selain itu air suling biasa kemungkinan mengandung
zat-zat Tereduksi yang akan bereaksi dengan KMnO4 membentuk MnO2. Adanya
MnO2 sangat mengganggu karena dapat mengkatalisis penguraian permanganat.
Larutan KMnO4 dapat distandarkan dengan arsen (III) oksida atau natrium
oksalat. (Tim Praktikum Kimia Analitik Dasar, 2021).
Kalium Permanganat (KMnO4) telah banyak digunakan sebagai agen
pengoksidasi selama lebih dari 100 tahun. Reagen ini dapat diperoleh
dengan mudah, tidak mahal, dan tidak membutuhkan indikator terkecuali untuk
larutan yang amat encer. Satu tetes permanganat 0,1 N memberikan warna
merah muda yang jelas pada volume dari larutan yang biasa dipergunakan
dalam sebuah titrasi. warna ini di pergunakan untuk
mengindikasikan kelebihan reagen tersebut. Permanganat mengalami
beragam reaksi kimia, karena Mangan (Mn) dapat dalam kondisi +2, +3,
+4, +6, +7 (Raymond, 2005).
Reaksi-reaksi kimia yang melibatkan oksidasi-reduksi dipergunakan secara
luas dalam analisa titrimetrik. Ion-ion dari berbagai unsur dapat hadir dalam
kondisi oksidasi yang berbeda-beda, menghasilkan kemungkinan terjadi banyak
reaksi redoks. Banyak dari reaksi-reaksi ini memenuhi syarat untukdigunakan
dalam analisa titrimetrik, dan penerapan-penerapannya cukup banyak. Kalium
permanganat telah banyak dipergunakan sebagai agen pengoksidasi selama lebih
dari 100 tahun. Reagen ini dapat diperoleh dengan mudah, tidak mahal, dan tidak
membutuhkan indicator terkecuali untuk larutan yang amat encer. Satu tetes 0.1N
permanganate memberikan warna merah muda yang jelas pada volume dari
larutan yang biasa dipergunakan dalam sebuah titrasi. Warna ini dipergunakan
untuk mengidentifikasi kelebihan reagen tersebut. Permanganate menjalani
beragam reaksi kimia, karena mangan dapat hadir dalam kondisi kondisi oksidasi
+2, +3, +4, +6 dan +7. Reaksi yang paling umum ditemukan dalam laboratorium
adalah reaksi yang terjadi dalam larutan larutan yang bersifat amat asam, 0.1N
atau lebih. MnO- + 8H+ + 5 e ⇌ Mn2+ + 4H2O E0 = +1,51v (Day and
Underwood,2002).
Kalium permanganat adalah larutan standar sekunder. Oleh karena itu,
sebelum digunakan, kalium permanganat harus distandarisasi terlebih dahulu oleh
larutan standar primernya. Larutan standar primer yang umum digunakan untuk
menstandarisasi larutan permanganat adalah natrium oksalat Adapun reaksi yang
terjadi saat standarisasi adalah:
5C2O42- (aq) + 2MnO4- (aq) + 16H+ (aq) → 10CO2 (g) + 2Mn2+ (aq) + 8H2O
(l) (Putra, 2016) .
Titik akhir titrasi saat standarisasi ditandai dengan munculnya warna
merah muda akibat kelebihan ion permanganat. Permanganometri pada umumnya
digunakan untuk menentukan kadar dari besi(II). Ion permanganat akan
mengalami reduksi menghasilkan Mn2+, sedangkan besi(II) akan mengalami
oksidasi menghasilkan besi(III). Berikut adalah reaksi reduksi oksidasi ketika
dilakukan titrasi:
MnO4- (aq) + 8H+ (aq) + 5Fe2+ (aq) → Mn2+ (aq) + 4H2O (l) + 5Fe3+ (aq)
Reaksi oksidasi merupakan reaksi pengikatan oksigen oleh suatu zat.
Reaksi reduksi merupakan reaksi pelepasan oksigen oleh suatu zat. Tinjauan
reaksi reduksi dan oksidasi berdasarkan pengikatan dan pelepasan oksigen
ternyata kurang universal karena reaksi kimia tidak hanya melibatkan oksigen
saja. Konsep reaksi reduksi dan oksidasi selanjutnya dijelaskan dengan
menggunakan konsep transfer elektron. Oksidasi adalah reaksi pelepasan elektron,
sedangkan reduksi adalah reaksi pengikatan elektron. Berdasarkan konsep tersebut
dapat dinyatakan bahwa peristiwa reaksi oksidasi dan reduksi berlangsung secara
bersamaan. Reaksi transfer elektron terjadi pada senyawa-senyawa yang berikatan
ion. Ion positif terbentuk karena suatu atom melepas elektronnya, sedangkan ion
negatif terbentuk karena suatu atom mengikat elektron, sedangkan pada senyawa
kovalen, proses pembentukan senyawa kovalen tidak disertai dengan terjadinya
perpindahan elektron. Senyawa kovalen terjadi karena pembentukan pasangan
elektron bersama (Prilianti, 2012).
2.2 Uraian Bahan
2.2.1. Alkohol (Dirjen POM, 1979 )
Nama Resmi : AETHANOLUM
Nama Lain : Etanol, Etil, Alkohol,
Rumus Struktur :

Rumus Molekul : C2H6O


Berat Molekul : 46,07 g/mol
Pemerian : Cairan tidak berwarna, jernih mudah
menguap,dan mudah bergerak, bau khas dan
rasa panas. Mudah terbakar dan memberikan
nyala biru.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform
P dan dalam eter P
Khasiat : Antiseptik dan desinfektan
Kegunaan : Untuk mensterilkan alat yang akan digunakan
Penyimpanan : Dalam Wadah tertutup rapat.
2.2.2 Aquades (Dirjen POM, 1979)
Nama resmi : AQUA DESTILLATA
Nama lain : Air suling
Berat molekul : 18,02 g/mol
Rumus molekul : H2O
Rumus struktur :

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau


dan tidak mempunyai rasa
Kelarutan : Larut dengan semua jenis larutan
Khasiat : Sebagai pelarut
Kegunaan : Penjenuh kertas saring
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
2.2.3 Ferro sulfat ( DITJEN POM, 1995 )
Nama resmi : FERO SULFAT
Nama lain : Feri sulfat; asam sulfat; besi (3+)
Rumus molekul : FeSO4
Berat molekul : 278,01 g/mol
Rumus Struktur :

Pemerian : Hablur atau granul warna hijau kebiruan, pucat,


tidak berbau dan rasa seperti garam. Merekah di
udara kering. Segera teroksidasi dalam udara
lembab membentuk besi (III) sulfat berwarna
kuning kecoklatan.
PH : Lebih kurang 3,7
Kelarutan : Mudah larut dalam air; tidak larut dalam etanol;
sangat mudah larut dalam air mendidih
Khasiat : Mengobati kekurangan zat besi, dan juga untuk
aplikasi industry
2.2.3 Asam sulfat (FI. IV hal.52)
Nama resmi : ACIDUM SULFURICUM
Nama lain : Asam sulfat
Rumus molekul : H2SO4
Berat molekul : 98,07g/mol
Rumus Struktur :

Pemerian : Cairan jernih, seperti minyak, tidak berwarna,


bau sangat tajam dan korosif.
Kelarutan : Bercampur dengan air dan dengan etanol,
dengan menimbulkan panas.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Zat tambahan
2.2.4 Kalium permanganat (FI. III hal.330)
Nama resmi : KALII PERMANGANAS
Nama lain : Kalium permanganat
Rumus molekul : KMnO4
Berat molekul : 158,03g/mol
Rumus struktur :

Pemerian : Hablur mengkilap; ungu atau hampir hitam;


tidak berbau; rasa manis atau sepat.
Kelarutan : Larut dalam 16 bagian air ; mudah larut dalam
air mendidih.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Antiseptikum ekstern
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Praktikum
Adapun waktu dan tempat pelaksanaan praktikum “Kimia Farmasi”. Pada
hari Rabu tanggal 21 September 2022 jam 10:00 – 13:00 WITA, bertempat di
laboratorium Kimia Analisis Farmasi, Jurusan Farmasi, Fakultas Olahraga dan
Kesehatan, Universitas Negeri Gorontalo.
3.2 Alat dan bahan
3.2.1 Alat
Adapun alat yang digunakan yaitu, buret, corong, gelas ukur, pipet,
spatula, lap kasar, labu ukur, labu erlenmayer, neraca halus, klem, statiff.
3.2.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan yaitu, alkohol 70%, aquadest, H2SO4,
KMnO4, ferosulfat, perkemen, tissue.
3.3 Prosedur Kerja
3.3.1 Pembuatan KMnO4
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Dibersihkan alat menggunakan alkohol 70%
3. Ditimbang serbuk KMnO4 sebanyak 0,31 g
4. Dimasukkan serbuk yang telah ditimbang ke dalam gelas baker
5. Ditambahkan aquadest 100 ml
6. Diaduk hingga akhir
3.3.2 Titrasi permanganometri
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Dibersihkan alat dengan menggunakan alkohol 70%
3. Ditimbang garam ferosulfat sebanyak 600 mg atau sama dengan 0,6 g
4. Dimasukkan ke dalam erlenmeyer
5. Ditambahkan aquadest sebanyak 100 ml
6. Dimasukkan H2SO4 sebanyak 25 ml ke dalam erlenmeyer dan
dihomogenkan
7. Dimasukkan larutan KmnO4 sebanyak 33 ml ke dalam buret
8. Dititrasi larutan yang sudah dihomogenkan dalam erlenmeyer
9. Dilihat hasil perubahan warna yang terjadi
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil pengamatan

HASIL KETERANGAN
Pada sampel pertama tidak
terjadi perubahan warna.

Pada sampel kedua terjadi


perubahan warna menjadi warna
merah jambu dengan jumlah
volume KmnO4, 34 mL.

4.2 Perhitungan
4.2.1 Perhitungan fe
% kadar fe : V. N . Fe
Berat sampel
: 0,5 . 0,1. 158,034
600 . 100
: 0,79017
60.000
: 0,000013 %

4.2.2 Perhitungan normalitas KMnO4


N : mxa
N : gr x5
Bm x n
0,1 N : gr x5
158,034 x 0,1 L
gr : 158,034 x 0,1 x 0,1 L
5
gr : 1.58034
5
: 0,31 gram
3.3 Pembahasan
Pada percobaan kali ini digunakan metode permanganometri dimana
titrasi didasarkan pada reaksi redoks. Kalium permanganate merupakan
oksidator kuat dalam larutan yang bersifat asam lemah netral atau basa lemah.
Titrasi harus dilakukan dalam larutan yang bersifat asam kuat karena reaksi
tersebut tidak terjadi bolak-balik,sedangkan potensial elektroda sangat bergantung
pada pH.
Pada percobaan kali ini kami membuat terlebih dahulu larutan baku
KMnO4. Dimana disiapkan terlebih dahulu alat dan bahan yang akan digunakan,
kemudian dibersihkan alat menggunakan alkohol 70%, setelah itu ditimbang
kalium permanganat sebanyak 0,6 g dan dilarutkan dalam 100 mL air di dalam
gelas kimia. Kemudian dituang kedalam erlen meyer dengan menggunakan
corong yang, kemudian dikocok sampai benar-benar larut.
Langkah selanjutnya pembuatan larutan baku KMnO4 dengan
menggunakan asam oksalat sebagai larutan baku karena asam oksalat sangat baik
dalam keadaan asam sehingga akan lebih memudahkan titrasinya. Sebelum
melakukan pembakuan KMnO4 dibuat terlebih dahulu larutan asam oksalat,
disiapkan terlebih dahulu larutan asam oksalat,disiapkan terlebih dahulu alat dan
bahan yang akan digunakan, kemudian dibersihkan alat menggunakan alkohol 70
%, kemudian ditimbang asam oksalat sebanyak 0,6 g dan dilarutkan dalam air
sebanyak 100 mL didalam gelas kimia di goyang sampai larut, setelah larut
masukan ke dalam erlen meyer.
Langkah selanjutnya pembuatan titrasi permanganometri ferosulfat, yang
pertama disiapkan alat dan bahan terlebih dahulu, kemudian dibersihkan alat dan
bahan dengan alkohol 70%, kemudian ditimbang garam ferosulfat sebanyak 0,6
gram, kemudian dimasukkan ke dalam labu erlenmayer dan ditambahkan aquadest
sebanyak 100 ml, kemudian masukkan H2SO4 sebanyak 25 ml, ke dalam labu
erlenmayer dan dihomogenkan, selanjutnya masukkan larutan KMnO4 sebanyak
50 ml, dan dititrasi larutan yang sudah dihomogenkan, amati dan catat hasil
perubahan warna serta volume KMnO4 yang terpakai.
Pada saat melakukan titrasi berdasarkan cara kerja diatas, kami mengamati
perubahan warna pada sampel ke dua dengaan 50 ml larutan KMnO4 pada buret,
yang digunakan sebanyak 34 ml, kemudian terjadi perubahan warna pada larutan,
yaitu berubah menjadi warna merah jambu. Hal ini terjadi berdasarkan jurnal
sains 2016, bahwa pada titik akhir titrasi bertindak sebagai indikator, (auto
indikator). Titik akhir titrasi ditunjukan dengan perubahan warna bening menjadi
warna merah muda sekali atau merah jambu, warna merah muda timbul akibat
kelebihan ion permenganat. Satu tetes ion permenganat akan menimbulkan warna
merah muda yang cukup jelas terlihat (Frischa 2016).
Kemungkinan kesalahan yang terjadi yakni, pada sampel uji pertama
jumlah ferosulfat yang ditimbang tidak akurat, yang seharusnya 600 mg atau
setara dengan 0,6 gram dan yang ditimbang lebih dari 0,6 gram, maka dari itulah
pada sampel uji pertama tidak terjadi reaksi atau perubahan warna apapun.
BAB 5
PENUTUP
5.1.1 Kesimpulan
1. Dari percobaan dan didapatkan melalui perhitungan konsentrasi KMnO 4
0,1 N dengan menggunakan asam sulfat 4 N yaitu 0,00013 %.
2. Dari percobaan penentuan kadar besi yang dilakukan secara
permanganometri didapatkan kadar Fe2+ pada sampel adalah 0,31 gram.
5.2 Saran
5.2.1 Saran Untuk Jurusan
Agar jurusan dapat melengkapi sarana dan prasarana agar dapat
memberikan kenyamanan pada mahasiswa dalam melakukan aktivitas di kampus
Universitas Negeri Gorontalo.
5.2.2 Saran Untuk Laboratorium
Agar alat-alat di laboratorium dapat dilengkapi atau diperbaiki agar
seluruh aktivitas di dalam laboratorium dapat berjalan dengan lancar tanpa ada
masalah apapun.

5.2.3 Saran Untuk Asisten


Kepada para asisten diharapkan dapat membangkitkan semangat kepada
kami sebagai praktikan agar proses belajar dan praktik akan lebih hidup dan
memberikan nilai-nilai edukatif.

5.2.4 Saran Untuk Praktikan


Diharapkan agar praktikan dapat menyimak dengan baik saat asisten
memberikan arahan agar mempermudah dalam menyelesaikan praktikum.
DAFTRA PUSTAKA
Anief, M., 2005, Manajemen Farmasi.Yogyakarta : Gadjah Mada University
Press.

Breck, D. W., 1974, Zeolite Molecular Sieve: Stucture, Chemistry and Use, John
Wiley and Sons Inc, New York.

Chang, Raymond. 2005. Kimia Dasar. Jakarta : Erlangga.

Day, R.A. dan Underwood, A.L., 1999, Analisis Kimia Kuantitatif, Edisi Keenam,
Erlangga, Jakarta

Ditjen POM. (1979). Farmakope Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Departemen


Kesehatan RI. Hal. 32-33.

Ditjen POM. (1995). Farmakope Indonesia Edisi IV Jakarta

Frischa, dkk. (2016). Jurnal Sains Dan Seni ITS, Vol. 5, No. 1, 2337-3520.
Perbandingan Metode Analisis Permanganometri Dan Serimetri
Dalam Penentuan Kadar Besi (fe), UI, press

Harjadi. W,. 1990. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Gramedia. Jakarta

Jamilatur & Chylen, 2021, Buku Ajar Kimia Analitis, Universitas Negeri Siduarjo,
Press.

Putra, F. A.; Sugiarso, R. D.: Perbandingan Metode Analisis Permanganometri


dan Serimetri dalam Penentuan Kadar Besi(II). Jurnal Sains dan Seni
ITS. Jurusan Kimia, Fakultas MIPA, ITS, 2016. Vol 5, No 1, 2337-3520.

Prilianti, Ratna. 2012. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Pendalaman


Materi Kimia Redoks Berbasis Empat Pilar Pendidikan Melalui Lesson
Study. (Artikel Tesis, Program Studi Konsentrasi Kimia, PPS Universitas
Negeri Semarang)

Underwood, 1981. . Kimia Analisis Kuantitatif Edisi V. Jakarta : Erlangga.

Yudhi, 2009. Buku Ajar Vogel : Kimia Analisis Kuantitatif Organik. Jakarta :
Buku Kedokteran EGC. (Dikutip pada 08 Desember 2019)
LAMPIRAN – LAMPIRAN
Lampiran I: Alat dan Bahan
1. Alat

No Alat Gambar Fungsi

1.
Sebagai alat untuk
Buret
melakukan titrasi.

2.
Sebagai alat untuk
Corong
memindahkan
larutan

4.
Gelas ukur Sebagai alat untuk
50 ml mengukur larutan

5.
Sebagai alat untuk
Pipet memindahkan
larutan volumw
kecil

6.

Sebagai alat untuk


Spatula
memindahkan sampel
Sebagai alas untuk
7. Lap kasar
meletakkan alat

8. Lap halus Sebagai alas untuk


meletakkan larutan

Sebagai alat untuk


mengencerkan zat
9. Labu ukur 100 ml tertentu.

Sebagai alat untuk


10. Naraca analitik menimbang berat pada
sampel
2. Bahan

No Bahan Gambar Fungsi

Sebagai antiseptik
1. Alkohol 70%
dan disinfektan

Sebagai larutan
2. Aquadest
campuran

H2SO4
2.
Sebagai pereaksi

3. KMnO4 Sebagai pereaksi

4 Ferosulfat Sebagai sampel


Kertas Sebagai wadah sampel
5
perkamen saat ditimbang

untuk membersihkan
6. Tisu
alat dan bahan

Anda mungkin juga menyukai