Anda di halaman 1dari 26

LABORATORIUM KIMIA FARMASI

PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS

LAPORAN PRAKTIKUM
TITRASI PERMANGANOMETRI

KELOMPOK IV
KELAS B /2020

ASISTEN : NUR AZMIRAH

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MEGAREZKY
MAKASSAR
2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kimia Analitik merupakan salah satu cabang ilmu kimia yang mempelajari

tentang pemisahan dan pengukuran unsur atau senyawa kimia. Dalam melakukan

pemisahan atau pengukuran unsur atau senyawa kimia, memerlukan atau

menggunakan metode analisis kimia. Kimia analitik mencakup kimia analisis

kualitatif dan kimia analisis kuantitatif. Analisis kualitatif menyatakan keberadaan

suatu unsur atau senyawa dalam sampel, sedangkan analisis kuantitatif

menyatakan jumlah suatu unsur atau senyawa dalam sampel (Wiryawan, 2018).

Teknik analisis dibedakan menjadi 2 yaitu analisis kualitatif dan analisis

kuantitatif. Analisis kualitatif merupakan analisis untuk melakukan identifikasi

elemen, spesies, dan/atau senyawasenyawa yang ada di dalam sampel. Analisis

kualitatif berkaitan dengan cara untuk mengetahui ada atau tidaknya suatu analit

yang dituju dalam suatu sampel. Analisis kuantitatif adalah analisis untuk

menentukan jumlah (kadar) absolut atau relatif dari suatu elemen atau spesies

yang ada di dalam sampel (Wardiyah, 2016).

Tujuan utama analisis kuantitatif adalah untuk untuk mengetahui kuantitas

setiap komponen yang menyusun analit. Analisis kuantitatif menghasilkan data

numerik yang memiliki satuan tertentu, umumnya dinyatakan dalam satuan

volume, satuan berat maupun satuan konsentrasi dengan menggunakan metoda

analisis tertentu. Analisis kuantitatif yang melibatkan proses kimia seperti

volumetri dan gravimetri (Endang, 2019).


Permanganometri merupakan salah satu metode titrasi yang menggunakan

prinsip reaksi reduksi dan oksidasi. Permanganometri merupakan suatu metode

yang sering digunakan karena permanganometri memiliki kelebihan seperti

permanganometri merupakan oksidator kuat, tidak memerlukan indikator.

Permanganometri ini menggunakan larutan KMnO4 sebagai titran yang

merupakan oksidator kuat yang berwarna ungu ( Harris, 2010).

Kekurangan dari permansganometri adalah larutan ini tidak stabil dalam

penyimpanan, jadi harus sering dilakukan pembekuan (Frischa Andhika Putra

dan R. Djarot Sugiarso, 2016) .

Titrasi permanganometri digunakan untuk menetapkan kadar reduktor dalam

suasana asam dengan menggunakan kalium permanganat sebagai titran. Dalam

suasana netral atau sedikit basa maka akan terbentuk endapan coklat yang akan

mengganggu. Oleh karena itu titrasi dilakukan dalam suasana asam karena akan

lebih mudah mengamati titik akhir titrasinya ( Puji kurniawati & Hanik, 2018)
B. Tujuan Percobaan

Adapun tujuan dari percobaan ini :

1. Mahasiswa dapat memahami definisi dari titrasi permanganometri.

2. Mahasiswa mampu menetapkan kadar suatu sampel menggunakan prinsip

reaksi oksidasi reduksi.

C. Prinsip Percobaan

Prinsip percobaan ini adalah menentukan kadar besi II sulfat (FeSO4)

berdasarkan prinsip reaksi oksidasi reduksi dengan menggunakan metode titrasi

permanganometri
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Umum

Kimia analitik adalah salah satu cabang ilmu kimia yang mempelajari tentang

pemisahan dengan pengukuran unsur atau senyawa kimia. Dalam melakukan

pemisahan atau pengukuran unsur atau senyawa kimia, memerluhkan atau

menggunakan metode analisis kimia. Kimia analitik mencangkup kimia analisis

kualitatif. Analisis kualitatif menyatakan keberadaan suatu unsur atau senyawa

dalam sampel, sedangkan analisis kuantitatif menyatakan jumlah suatu unsur atau

senyawa dalam sampel (Wiryawan,2018).

Parmanganometri adalah titrasi yang dilakukan berdasarkan reaksi oleh

kalium permanganat (KMnO4). Reaksi ini di fokuskan pada reaksi oksidasi dan

reduksi yang terjadi antara KMnO4 dengan bahan baku tertentu. Titrasi dengan

KMnO4 sudah dikenal lebih dari seratus tahun. Kebanyakan titrasi dilakukan

dengan cara langsung atas alat yang dapat dioksidasi seperti Fe+, asam atau garam

oksalat yang dapat larut dan sebagainya. Beberapa ion logam yang tidak

dioksidasi dapat dititrasi secara tidak langsung dengan permanganometri seperti :

1. (Ion-ion Ca, Ba, Sr, Pb, dan Hg I) yang dapat diendapkan sebagai oksalat.

Setelah endapan disaring dan dicuci, dilarutkan dalam H 2SO4 berlebih

sehingga terbentuk asam oksalat secara kuantitatif. Asam oksalat inilah yang

akhirnya dititrasi dan hasil titrasi dapat dihitung banyaknya ion logam yang

bersangkutan.
2. Ion-ion Ba dan pb dapat pula diendapkan sebagai garam khoromat. Setelah

disaring, dicuci dan dilarutkan dengan asam, ditambahkan pula larutan baku

FeSO4 berlebih. Sebagiaan Fe2+ dioksidasi oleh khromat tersebut dan sisanya

dapat ditentukan banyaknya dengan menitrasinya dengan KMnO 4 prinsip dari

titrasi permanganometri adalah berdasarkan reaksi oksidasi dan reduksi

redoks. Dalam reaksi ini, ion MnO4- bertindak sebagai oksidator. Ion MnO4-

akan berubah menjadi ion Mn2+ dalam suasana asam. Teknik titrasi ini

biasanyan digunakan untuk menentukan kadar oksalat atau besi dalam suatu

sampel. Pada permanganometri, titran yang digunakan adalah kalium

permanganate. Kalium permanaganat mudah dipoeroleh dan tidak

memerluhkan indikator kecuali digunakan larutan yang sangat encer serta

telah digunakan secara luas sebagai pereaksi oksidasi selama seratus tahun

lebih. Setetes permanganate memberikan suatu warna merah muda yang jelas

kepada volume larutan dalam suatu titrasi. Warna ini digunakan untuk

menunjukan kelebihan pereaksi. Kalium permanganate distandarisasikan

dengan menggunakan (natrium oksalat atau sebagai arsen III) oksida standar-

standar primer. Reaksi yang terajdi pada proses pembekuaan kalium

permanganate menggunakan natrium oksalat adalah : 5C2O4- + 2MnO4- + 16

h+=10CO2= 10CO2+ 2Mn2+ + 8H2O

Akhir titrasi ditandai dengan timbulnya warna merah muda yang disebabkan

kelebihan permanganate (Rahayu, 2013).

Pada metode permanganometri, titrasi dilakukan tanpa menggunakan

indikator, karena ion permanganat menghasilakn warna yang cukup jelas. Artinya,
ion permanganat selain berperan sebagai oksidator, ion permanganate juga

bertindak sebagai indikator yang dapat memberikan tanda kapan titrasi harus

dihentikan (Abdul, 2016).

Titrasi permanganometri adalah salah satu bagian dari (titrasi redoks reduksi-

oksidasi). Reaksinya adalah merupakan serah terima electron yaitu electron

diberikan oleh pereduksi proses oksidasi) dan diterima oleh (pengoksidasi proses

reduksi). Oksidasi adalah pelepasan electron oleh suatu zat. Reaksi oksidasi

ditandai dengan bertambahnya bilangan oksidasi sedangkan reduksi sebaliknya.

Kalium permanganat secara luas digunakan sebagai larutan standar

oksidimetri oksidimetri dan ia dapat bertindak sebagai indikatornya sendiri

(autoindikator). Perluh diketahui bahwa larutan kalium permanganat sebelum

digunakan dalam proses permanganometri harus distandarisasi terlebih dahulu,

untuk menstandarisasi kalium permanganat sebelum digunakan dalam proses

permanganat dapat dipergunakan zat reduktor seperti asam oksalat, natrium

oksalat,kalium tetra oksalat, dll (Underwood, 2011).

Prinsip titrasi permanganometri adalah titrasi yang didasarkan pada reaksi

redoks. Dalam reaksi ini, ion MnO4-bertindak sebagai oksidator. Ion MnO4- akan

berubah menjadi ion Mn2+ dalam suasana asam. Teknik titrasi ini biasa digunakan

untuk menentukan kadar oksalat atau besi dalam suatu sampel. Pada

permanganometri, titran yang digunakan adalah kalium permanganat, kalium

permanganat mudah diperoleh dan tidak memerluhkan indikator kecuali

digunakan larutan yang sangat encer serta telah digunakan secara luas sebagai

pereaksi oksidasi selama seratus tahun lebih. Setetes permanganat memberikan


suatu warna merah muda yang jelas kepada volume larutan dalam suatu titrasi.

Warna ini digunakana untuk menunjukan kelebihan pereaksi (Arga, 2011).

Kelebihan dan kekurangan titrasi permanganometri permanganometri ini

lebih mudah digunakan dan efektif, karna reaksi ini tidak memerluhkan indikator

hal ini dikarenakan larutan KMnO4 sudah berfungsi sebagai indikator, yaitu ion

MnO4-berwarna ungu, setelah direduksi menjadi ion Mn- tidak berwarna, dan

disebut juga sebagai autoindikator.

Sumber-sumber kesalahan pada titrasi permanganometri antara lain terletak

pada : larutan pentiter KMnO4 pada buret yang terkena sinar akan terurai menjadi

MnO2 sehingga pada titik akhir titrasi akan diperoleh pembentukan presipitat

coklat yang seharusnya adalah larutan berwarna merah rosa. Penambahan KMnO4

yang terlalu cepat pada larutan H2C2O4 yang telah ditambahkan H2SO4 dan telah

dipanaskan cenderung menyebabkan reaksi antara MnO4- dengan Mn2+ . MnO4- +

3Mn2O2+ + 2H2O = 5MnO2 + 4H+ penambahan KMnO4 yang terlalu lambat

pada larutan H2C2O4 yang telah ditambahkan H2SO4 dan telah dipanaskan

mungkin akan terjadi kehilangan oksalat karna membentuk peroksida yang

kemudian terurai menjadi air. Hal ini dapat menyebabkan pengurangan jumlah

KMnO4 yang diperluhkan untuk titrasi yang pada akhirnya akan timbul kesalahan

titrasi permanganometri yang dilaksanakan (Arga, 2011)


B. Uraian Bahan

1. Asam Sulfat (Dirjen POM, 1979 : 58)

Nama Resmi : ACIDUM SULFAS

Nama lain : Asam Sulfat

RM/BM : H2SO4/98,07

Rumus Struktur :

Pemerian : Cairan kental seperti minyak, kerosif tidak berwarnah,

timbul panas dalam air

Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air

Kegunaan : Pereaksi golongan anion.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

2. Aquadest (Dirjen POM, 1979 : 96)

Nama Resmi : AQUA DESTILLATA

Nama lain : Aquadest, air suling

RM/BM : H2O/18,02

Rumus Struktur :

Pemerian : Cairan tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa

Kelarutan : Larut dengan semua jenis larutan

Kegunaan : Zat pelarut.


Penyimpanan : Dalam wadah tertutup kedap

3. Kalium Permanganat (Dirjen POM, 1979 : 330)

Nama Resmi : KALII PERMANGANAS

Nama lain : Kalium Permanganat

RM/BM : KMnO4/158,03

Rumus Struktur :

Pemerian : Hablur mengkilap, ungu tua atau hampir hitam, tidak

berbau, sepat.

Kelarutan : Larut dalam 16 bagian air, mudah larut dalam air

mendidih.

Kegunaan : Sebagai titran

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

4. Indikator PP (Dirjen POM, 1979 : 578)

Nama Resmi : PHENOLPHALEIN

Nama lain : Fenol fthalein

RM/BM : C20H14O4/318,32

Rumus Struktur :
Pemerian : Serbuk halus putih atau agak putih kekuningan.

Kelarutan : Membentuk larutan tidak berwarna dalam suasana asam

dan alkali lemah dan memberikan warna merah di

dalam alkali kuat.

Kegunaan : Sebagai pereaksi muri

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

5. Natrium Oksalat (Dirjen POM, 1979 : 714)

Nama Resmi : NATRIUM ETANDIOAT

Nama lain : Garam dinatrium asam oksalat

RM/BM : Na2C2O4/134

Rumus Struktur :

Pemerian : Padat putih, kristal, tidak berbau, yang terurai di atas

290°C.

Kelarutan : Larut dalam asam format; tidak larut dalam alkohol,

eter.

Kegunaan : Sebagai pereaksi, dan dapat digunakan sebagai standar

primer untuk menstandardisasi larutan kalium

permanganat (KMnO4).

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik


BAB III

METODE KERJA

A. Alat dan Bahan

a. Alat

Adapun alat yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu buret, botol

semprot, corong gelas, erlemeyer, gelas ukur 10 mL, gelas kimia, kain lab,

karet penghisap, kertas perkamen, klem buret bentuk x, labu ukur, pipet tetes,

pipet volume, statif, sendok setan, dan timbangan analitik,

b. Bahan

Adapun bahan yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu asam sulfat

(H2SO4), aquadest, kalium permanganate (KMnO4), indikator pp, dan natrium

oksalat.

B. Cara kerja

a) Pembuatan kalium permanganat

1. Dilarutkan kalium permanganate ke dalam air secukupnya hingga tiap

1000 mL mengandung 3,161 g KMnO4

2. Dipanaskan larutan sampai mendidih selama 15- 30 menit kemudian di

dinginkan

3. Disaring larutan melalui corong yang diberi glasswool atau dengan

penyaringan kaca masir.

4. Ditampung lapisan dalam botol yang telah dicuci dengan campuran asm

kromat dan telah dibilas.


5. Disimpan dalam botol coklat.

b) Pembakuan kalium permanganat

1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan

2. Ditimbang natrium oksalat sebanyak 100 mg kemudian dilarutkan dalam

50 mL air

3. Ditambahkan 7 mL asam sulfat dan panaskan sekitar 70℃

4. Dititrasi pelan- pelan dengan KMnO4 0,1 N dengan diaduk sampai timbul

warna unggu mantap selama 15 detik.

5. Dititrasi suhu akhir tidak boleh kurang dari 60℃

c) Penetapan kadar ion Ferro (Fe2+)

1. Ditimbang sampel sebanyak 500 mg

2. Ditambahkan 20 mL asam sulfat encer

3. Dititrasi dengan kalium permanganat 0,1 N higga timbul warna merah

jambu tetap.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Tabel Hasil Pengamatan

1. Pembuatan Larutan KMnO4 0,1 N

No. Sampel Pelarut Bobot (g) Konsentrasi (M) Volume (mL)

1. KMnO4 Aquadest 3,161 g 0,1 1000

2. Pembakuan KMnO4

No. Sampel/ Titran/Baku Indikator Perubahan Vt N.

Baku Primer Sekunder Warna (mL) Baku

1. Natrium KMnO4 - Ungu 1 0,746


Oksalat 0,1 N Mantap

3. Penetapan Kadar FeSO4 (Besi Sulfat)

No. Sampel Titran Perubahan Warna Volume (mL) Kadar (%)

1. FeSO4 KMnO4 Merah Jambu 10,5 238


B. Pembahasan

Permanganometri adalah metode yang digunakan untuk menentukan kadar

suatu zat yang bersifat reduktor dengan menggunakan larutan standar KMnO 4

yang bersifat oksidator. Pada titrasi permanganometri terjadi rekasi redoks. Titrasi

permanganometri tidak menggunakan indikator karena KMnO4 sudah berfungsi

sebagai auto indikator.

Titrasi permanganometri adalah salah satu bagian dari titrasi redoks (reduksi-

oksidasi). Metode permanganometri didasarkan pada rekasi oksidasi ion

permangat (MnO4-) yang dalam hal ini KMnO4 berperan sebagai oksidator

(memiliki kemampuan mengoksidasi zat lain dan dirinya mengalami reduksi)

sekaligus sebagai titran. Pada umumnya permanganometri dilakukan dalam

keadaan asam karena akan lebih mudah mengamati titik titrasinya.

Pada percobaan kali ini melibatkan natrium oksalat sebagai larutan primer

dan KMnO4 sebagai larutan baku sekunder dan tidak menngunakan indikator

karena KMnO4 sudah bertindak sebagai indikator.

Alat yang digunakan dalam percobaan ini yaitu buret, corong gelas, gelas

erlenmeyer, gelas ukur, dan pipet volume.

Bahan yang digunakan dalam percobaan ini yaitu aquades (H 2O), asam sulfat

(H2SO4), besi II sulfat (FeSO4), kalium permanganat (KMnO4) dan natrium

oksalat (Na2C2O4).

Pada percobaan kali ini, hal yang dilakukan pertama kali adalah pembuatan

larutan KMnO4. Pembuatan larutan dilakukan dengan cara menimbang kalium

permanganat sebanyak 3,161 g kemudian dilarutkan dengan air hingga 1000 mL.
Selanjutnya panaskan larutan hingga mendidih selama 15-30 menit dan dinginkan

pada suhu kamar. Saring larutan melalui corong yang diberi glasswool dan

tamping lapisan dalam botol yang telah di cuci dengan asam kromat dan simpan

dalam botol coklat.

Selanjutnya masuk kedalam proses pembakuan. Pembakuan dilakukan

dengan cara ditimbang 100 mg natrium oksalat kemudian dilarutkan dalam 50 mL

air. Selanjutnya tambahkan 7 mL asam sulfat dan panaskan sampai 70℃ . Titrasi

dengan KMnO4 0,1 N sampai timbul warna ungu mantap selama 15 detik.

Proses selanjutnya yaitu penetapan kadar. Penetapan kadar dilakukan dengan

menimbang 500 mg besi II sulfat (FeSO 4) kemudian tambahkan 20 mL sulfat

encer. Titrasi dengan kalium permanganat 0,1 N hingga timbul warna merah

jambu tetap

Alasan dilakukan percobaan titrasi permanganometri yaitu untuk menentukan

atau menetapkan kadar besi II dalam garam ferro dengan menggunakan prinsip

reaksi oksidasi reduksi.

Alasan penggunaan bahan dalam titrasi permanganometri seperti kalium

permanganat (KMnO4) karena bahan ini bersifat oksidator baik dan kuat sebab

memiliki nilai E° sebesar 1,51 V sehingga kalium permanganat (KMnO4) mudah

mengalami reaksi oksidasi reduksi, dimana titrasi permanganometri terjadi karena

adanya reaksi oksidasi reduksi, sedangkan asam sulfat (H 2SO4) digunakan karena

dapat memberikan suasana asam yang kemungkinan dapat bereaksi dengan

larutan permanganat sehingga konsentrasi pada saat titrasi tetap pada 0,1 N serta

dengan menggunakan asam sulfat (H2SO4) pengamatan titik akhir titrasi lebih
mudah dilakukan bila dalam keadaan asam dan asam sulfat tidak menghasilkan

produk dan tidak mengganggu titran.

Dalam Indonesian Journal of chemical analysis Vol.1 no.2 tahun 2018 yang

ditulis oleh Puji Kurniawati dan Hanik Alfanah diperoleh hasil bahwa titik akhir

titrasi ditandai dengan perubahan warna dari tidak berwarna menjadi merah muda.

Warna merah muda timbul akibat adanya kelebihan ion permanganat. Satu tetes

kelebihan ion permanganat maka akan menimbulkan warna merah muda yang

cukup jelas terlihat, hal ini sama atau sesuai dengan hasil yang diperoleh dari

praktikum ini yaitu titik akhir titrasi ditandai dengan perubahan warna menjadi

merah mudah/ merah jambu, namun ada beberapa hal yang tidak sesuai seperti

kadar yang dihasilkan. Dalam praktikum didapatkan kadar sebesar 238%

sedangkan dalam jurnal diperoleh kadar permanganat rata-rata sebesar 0,5723

atau 57,23%. Hal ini disebabkan karena volume titrasi pada praktikum diperoleh

10.5 mL sedangkan dalam jurnal volume titrasi rata-ratanya yaitu 24,8 mL yang

meyebabkan perbedaan kadar dalam perhitungan.

Faktor-faktor kesalahan yang mungkin terjadi pada saat melakukan

percobaan, yaitu kesalahan saat mencampur atau menambahkan sampel dan faktor

peralatan juga sangat berpengaruh maka dari itu perlu ada pengecekkan kembali

peralatan pada saat akan melakukan praktikum. Peralatan praktikum juga perlu

untuk dijaga dan dirawat agar tidak rusak dan untuk menghindari kerusakan alat.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Permanganometri merupakan metode titrasi dengan menggunakan kalium

permanganat, yang merupakan oksidator kuat sebagai titran. Titrasi ini didasarkan

atas titrasi reduksi dan oksidasi atau redoks. Permanganometri juga bisa

digunakan untuk menentukan kadar belerang, nitrit, fosfit, dan sebagainya. Cara

titrasi permanganometri ini banyak digunakan dalam menganalisa zat-zat organik.

Titrasi permanganometri dilakukan dengan bantuan pemanasan (±70° C) untuk

mempercepat reaksi. Hasil yang di dapatkan setelah melakukan praktikum, yaitu

didapatkan kadar sebesar 238%.

B. Saran

1. Laboratoriuam

Disarankan semoga kedepannya bahan-bahan dan alat-alatnya di dalam

laboratorium semakin lengkap.

2. Asisten

Secara keseluruhan konsep atau cara kakak sebagai asisten dosen dalam

laboratorium baik, sebaiknya lebih ditingkatkan lagi agar kedepannya semakin

baik.
DAFTAR PUSTAKA

Puji Kurniawan & Hanik.2018 Analisis kimia ,Jurnal metode penentuan kadar
permanganat dalam air kran

Day,R.A.L. Unnderwood. 2011. Analisis kimia kuantitatif. Jakarta: erlangga

Endang Tri Wahyuni Maharani. 2019. Urgensi Materi Instrumentasi Kimia Bagi
Mahasiswa Anlisis Kesehatan. Jurnal Pendidikan Sains. Vol 7(2).
Hal188-194.

Frischa Andhika Putra & R.Djarot Sugiarso.2016 "Perbandingan metode analisis


permanganometri dan serimetri dalam penentuan kadar besi(II). Jurnal
sains dan seni ITS vol 5.No 1

Mursyidi, A.., dan Rohman Abdul,2016 pengantar kimia farmasi analisis


Volumetri dan Gravimetri, Yogyakarta:pustaka belajar.

Rahayu, Mira. 2012. Titrasi permanganometri Makassar: Laboratorium Kimi


FMIPA UNM.

Wardiyah. 2016. Praktikum Kimia Dasar. Kementrian Kesehatan RI : Jakarta


Selatan.

Wiryawan, Adam. 2018. Kimia Analitik. Direktorat Pembinaan Sekolah


Menengah Kejuaraan: Jakarta
LAMPIRAN

A. Skema Kerja

1. Pembuatan KMnO4 0,1 N

Disiapkan alat dan bahan.

Dilarutkan KMnO4 dalam air secukupnya .

Dipanaskan sampai mendidih.

Didinginkan pada suhu kamar.

Disaring larutan dan disimpan dalam botol coklat.

2. Pembakuan KMnO4 0,1 N

Disiapkan alat dan bahan.

Ditimbang natrium oksalat .

Dilarutkan dalam 50 ml air.

Ditambahkan asam sulfat dan panaskan.


Dititrasi pelan – pelan dengan KMnO4 sampai timbul warna ungu.

Diamati hasilnya.
3. Penetapan ion ferro (Fe2+)

Disiapkan alat dan bahan.

Ditimbang sampel.

Ditambahkan asam sulfat encer.

Dititrasi dengan kalium permanganate .

Diamati hasilnya dan catat.


B. Perhitungan

1. Pembuatan larutan KMnO₄ 0,1 N

Dik : Bj KMnO₄ = 1,19


Be KMnO₄ = 36,5
% = 37
V2 = 0,1
Dit : V ?
37 x 1,19 x 1000
Penyelesaian : N1 =
36,5
= 12,06
V₁ x N₁ = V₂ x N₂
V2x N ₂
V₁ =
N₁
100 mL x 0,1 N
=
12,06 N
10
¿
12,06 mL
= 0,8 mL

2. Pembakuan natrium oksalat


Dik : g = 0,1 g
Vt = 1 mL = 0,001 L
Be = 134 g/mol
Dit : N ?
g
Penyelesaian : N=
V x Be
0,1 g
=
0,001 L x 134 g /mol
0,1
= 0,134 L
mol ¿
¿
= 0,746 N
3. Penetapan kadar FeSO4
Dik : Vt = 10,5 mL = 0,105 L
N = 0,746 N
Be = 152 g/mol
Bs = 500 mg = 0,5 g
Dit : % ?
Vt x N x Be
Penyelesaian : % kadar = x 100 %
Bs
mol g
0,0105 L x 0,746 x 152
= L mol
x 100 %
0,5 g
1,190
= x 100 %
0,5
= 2,38 x 100 %
= 2,38
C. Foto Pengamatan

LABORATORIUM KIMIA ANALISIS LABORATORIUM KIMIA ANALISIS


PROGRAM STUDI S1 FARMASI
PROGRAM STUDI S1 FARMASI
UNIVERSITAS MEGARESZKY
UNIVERSITAS MEGARESZKY

Ket : Dilarutkan KMnO4 dalam air Ket: Dipanaskan larutan sampai mendidih
secukupnya. dan dinginkan.

LABORATORIUM KIMIA ANALISIS LABORATORIUM KIMIA ANALISIS


PROGRAM STUDI S1 FARMASI PROGRAM STUDI S1 FARMASI
UNIVERSITAS MEGARESZKY UNIVERSITAS MEGARESZKY

Ket: Disimpan larutan KMnO4 dalam botol Ket: Dilarutkan natrium oksalat dalam air.
coklat.
LABORATORIUM KIMIA ANALISIS LABORATORIUM KIMIA ANALISIS
PROGRAM STUDI S1 FARMASI PROGRAM STUDI S1 FARMASI
UNIVERSITAS MEGARESZKY UNIVERSITAS MEGARESZKY

Ket: Ditambahkan asam sulfat. Ket: Dipanaskan larutan.

LABORATORIUM KIMIA ANALISIS LABORATORIUM KIMIA ANALISIS


PROGRAM STUDI S1 FARMASI PROGRAM STUDI S1 FARMASI
UNIVERSITAS MEGARESZKY UNIVERSITAS MEGARESZKY

Ket: Dititrasi dengan KMnO4. Ket: Hasil titrasi.


D. Kehadiran Zoom

LABORATORIUM KIMIA ANALISIS


PROGRAM STUDI S1 FARMASI
UNIVERSITAS MEGARESZKY

Ket : Fatmawati Tharob ( 183145201087)

Anda mungkin juga menyukai