Anda di halaman 1dari 277

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI FARMASI

PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI DAN VIROLOGI

LAPORAN LENGKAP
PRAKTIKUM

KELOMPOK II
KELAS B/020

KOORDINATOR LABORATORIUM : apt. WAHYUDDIN JUMARDIN, S.Farm

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MEGAREZKY
MAKASSAR
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang maha Esa karena atas

rahmatnya kami dapat menyelesaikan laporan praktikum ini yang berjudul

“LAPORAN LENGKAP MIKROBIOLOGI DAN VIROLOGI” dengan waktu

yang telah ditentukan.

Kami sangat berterimakasih kepada kakak asisten Mufli Thami Tufail yang

telah menuntun jalannya praktikum mikrobiologi dan virologi ini dengan baik.

Laporan ini jauh dari kata sempurna maka dari itu kritik dan saran yang

bersifat membangun dari pihak pembaca diperlukan. Semoga laporan ini

bermanfaat bagi pembaca untuk menambah ilmu pengetahuan terutama dalam

bidang laboratorium praktikum mikrobiologi dan virologi.

Makassar, 22 Agustus 2021

KELOMPOK II

i
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan lengkap ini diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk mengikuti

ujian praktikum “MIKROBIOLOGI DAN VIROLOGI” dengan program studi

S1 Farmasi Universitas Megaresky Makasssar Tahun ajaran 2021 kelompok II

kelas B angkatan 2020 yang disahkan oleh :

NO. JUDUL PERCOBAAN ASISTEN PARAF

1 Pengenalan Alat MUFLI THAMI TUFAIL

2 Sterilisasi MUFLI THAMI TUFAIL

3 Pembuatan Media FELIX RONALDO RADA

4 Penanaman dan Isolasi RAHMATIA E. AMAN T.


Mikroorganisme
5 Pemeriksaan Mikroskopik JUMRIANI
Pengecatan Gram
6 Teknik Aseptis : Pemindah RAHMATIA E. AMAN T.
Biakan
7 Perhitungan Koloni MUFLI THAMI TUFAIL

8 Uji Sensitivitas Antibiotik RAHMATIA E. AMAN T.

MAKASSAR, 22 Agustus 2021


Mengetahui Koordinator Laboratorium

apt. WAHYUDDIN JUMARDIN, S.Farm


NIDN : 0927118502

ii
KARTU KONTROL

PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI DAN VIROLOGI

Nama : PUTRI REGINA TRIANDINI

NIM : D1B120078

Kelompok : 2/II

Kelas : B/020

NO PERCOBAAN NILAI PARAF

1 Pengenalan Alat

2 Sterilisasi

3 Pembuatan Media

4 Penanaman Dan Isolasi


Mikroorganisme
5 Pemeriksaan Mikroskopik
Pengecatan Gram
6 Teknik Aseptis : Pemindah
Biakan
7 Perhitungan Koloni

8 Uji Sensitivitas Antibiotik

MAKASSAR, 22 Agustus 2021


Koordinator Praktikum

apt. WAHYUDDIN JUMARDIN, S.Farm


NIDN : 0927118502

iii
KARTU KONTROL

PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI DAN VIROLOGI

Nama : PREISCYLIA RARU

NIM : D1B120084

Kelompok : 2/II

Kelas : B/020

NO PERCOBAAN NILAI PARAF

1 Pengenalan Alat

2 Sterilisasi

3 Pembuatan Media

4 Penanaman Dan Isolasi


Mikroorganisme
5 Pemeriksaan Mikroskopik
Pengecatan Gram
6 Teknik Aseptis : Pemindah
Biakan
7 Perhitungan Koloni

8 Uji Sensitivitas Antibiotik

MAKASSAR, 22 Agustus 2021


Koordinator Praktikum

apt. WAHYUDDIN JUMARDIN, S.Farm


NIDN : 0927118502

iv
KARTU KONTROL

PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI DAN VIROLOGI

Nama : MEIDINA DWI PUTRI

NIM : D1B120057

Kelompok : 2/II

Kelas : B/020

NO PERCOBAAN NILAI PARAF

1 Pengenalan Alat

2 Sterilisasi

3 Pembuatan Media

4 Penanaman Dan Isolasi


Mikroorganisme
5 Pemeriksaan Mikroskopik
Pengecatan Gram
6 Teknik Aseptis : Pemindah
Biakan
7 Perhitungan Koloni

8 Uji Sensitivitas Antibiotik

MAKASSAR, 22 Agustus 2021


Koordinator Praktikum

apt. WAHYUDDIN JUMARDIN, S.Farm


NIDN : 0927118502

v
KARTU KONTROL

PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI DAN VIROLOGI

Nama : ADVENTIANI MANGAGO

NIM : D1B120081

Kelompok : 2/II

Kelas : B/020

NO PERCOBAAN NILAI PARAF

1 Pengenalan Alat

2 Sterilisasi

3 Pembuatan Media

4 Penanaman Dan Isolasi


Mikroorganisme
5 Pemeriksaan Mikroskopik
Pengecatan Gram
6 Teknik Aseptis : Pemindah
Biakan
7 Perhitungan Koloni

8 Uji Sensitivitas Antibiotik

MAKASSAR, 22 Agustus 2021


Koordinator Praktikum

apt. WAHYUDDIN JUMARDIN, S.Farm


NIDN : 0927118502

vi
KARTU KONTROL

PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI DAN VIROLOGI

Nama : VIKA APRILIANI TAUFIK

NIM : D1B120083

Kelompok : 2/II

Kelas : B/020

NO PERCOBAAN NILAI PARAF

1 Pengenalan Alat

2 Sterilisasi

3 Pembuatan Media

4 Penanaman Dan Isolasi


Mikroorganisme
5 Pemeriksaan Mikroskopik
Pengecatan Gram
6 Teknik Aseptis : Pemindah
Biakan
7 Perhitungan Koloni

8 Uji Sensitivitas Antibiotik

MAKASSAR, 22 Agustus 2021


Koordinator Praktikum

apt. WAHYUDDIN JUMARDIN, S.Farm


NIDN : 0927118502

vii
KARTU KONTROL

PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI DAN VIROLOGI

Nama : RISMAYANTI

NIM : D1B120061

Kelompok : 2/II

Kelas : B/020

NO PERCOBAAN NILAI PARAF

1 Pengenalan Alat

2 Sterilisasi

3 Pembuatan Media

4 Penanaman Dan Isolasi


Mikroorganisme
5 Pemeriksaan Mikroskopik
Pengecatan Gram
6 Teknik Aseptis : Pemindah
Biakan
7 Perhitungan Koloni

8 Uji Sensitivitas Antibiotik

MAKASSAR, 22 Agustus 2021


Koordinator Praktikum

apt. WAHYUDDIN JUMARDIN, S.Farm


NIDN : 0927118502

viii
KARTU KONTROL

PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI DAN VIROLOGI

Nama : NUR FITRI AULIAH

NIM : D1B120092

Kelompok : 2/II

Kelas : B/020

NO PERCOBAAN NILAI PARAF

1 Pengenalan Alat

2 Sterilisasi

3 Pembuatan Media

4 Penanaman Dan Isolasi


Mikroorganisme
5 Pemeriksaan Mikroskopik
Pengecatan Gram
6 Teknik Aseptis : Pemindah
Biakan
7 Perhitungan Koloni

8 Uji Sensitivitas Antibiotik

MAKASSAR, 22 Agustus 2021


Koordinator Praktikum

apt. WAHYUDDIN JUMARDIN, S.Farm


NIDN : 0927118502

ix
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................. i

LEMBAR PENGESAHAN .......................................................................... ii

KARTU KONTROL ..................................................................................... iii

DAFTAR ISI ................................................................................................. x

PERCOBAAN I

Pengenalan Alat ........................................................................................... 1

PERCOBAAN II

Sterilisasi ...................................................................................................... 28

PERCOBAAN III

Pembuatan Media ......................................................................................... 55

PERCOBAAN IV

Penanaman Dan Isolasi Mikroorganisme .................................................... 80

PERCOBAAN V

Pemeriksaan Mikroskopik Dan Pengecatat Gram......................................... 104

PERCOBAAN VI

Teknik Aseptis : Pemindah Biakan ............................................................... 129

PERCOBAAN VII

Perhitungan Koloni ....................................................................................... 149

PERCOBAAN VIII

Uji Sensitivitas Antibiotik ............................................................................. 170

BIOGRAFI

FOTO KELOMPOK

x
LABORATORIUM MIKROBIOLOGI DAN VIROLOGI FARMASI
PROGRAM STUDI S1 FARMASI
UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR

PERCOBAAN I
PENGENALAN ALAT DAN BAHAN

KELOMPOK II

PREISCYLIA RARU D1B120084


ADVENTIANI MANGAGO D1B120081
MEIDINA DWI PUTRI D1B120057
RISMAYANTI D1B120061
VIKA APRILIANI TAUFIK D1B120083
PUTRI REGINA TRIANDINI D1B120078

KELAS B/20

ASISTEN: MUFLI THAMI TUFAIL

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MEGAREZKY
MAKASSAR
2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Laboratorium adalah suatu tempat dimana dilakukan kegiatan percobaan,

pengukuran, penelitian atau riset ilmiah yang berhubungan dengan ilmu sains

(kimia, fisika, biologi) dan ilmu-ilmu lainnya. Laboratorium bias berupa ruangan

yang tertutup seperti kamar atau ruangan terbuka seperti kebun dan lain-lain

(Amna, 2014)

Laboratorium adalah tempat sekelompok orang yang melakukan berbagai

macam kegiatan penelitian (reset), pengamatan, pelatihan dan pengujian ilmiah

sebagai pendekatan antara teori dan praktik dari berbagai macam disiplin ilmu.

Secara fisik laboratorium juga dapat merujuk kepada suatu ruangan tertutup, kamar

atau ruangan terbuka. Laboratorium harus dilengkapi dengan berbagai saran

prasarana untuk kebutuhan percobaan. Laboratorium sebagai tempat kegiatan reset,

penelitian, percobaan, pengamatan, serta pengujian ilmiah memiliki banyak fungsi,

yaitu :

1). Menyeimbangkan antara teori dan praktik ilmu dan menyatukan antara teori

dan praktik

2). Memberikan keterampilan kerja ilmiah bagi para peneliti, baik dari kalangan

siswa, mahasiswa, dosen, atau peneliti lainnya. Hal ini disebabkan

laboratorium tidak hanya menuntut pemahaman terhadap objek yang dikaji,

1
tetapi juga menuntut seseorang untuk melakukan eksperimentasi

3). Memberikan dan menumpuk keberanian para peneliti (yang terdiri dari

pembelajaran, peserta didik, mahasiswa, dosen dan seluruh praktisi

keilmuan lainnya) untuk mencari hakikat kebenaan ilmiah dari suatu objek

keilmuan dalam lingkungan alam dan lingkungan sosial (Amna, 2014)

Laboratorium merupakan faktor yang sangat penting dalam pengerjaan Analisa

mikrobiologi. Dalam menentukan lokasi yang tepat untuk laboratorium Analisa

miktobiologi, beberapa aspek harus menjadi perhatian. Hal ini sangat erat

kaitannya dengan sifat dan ciri Analisa mikrobiologi yang mengharuskan kondisi

aseptic dan lingkungan terkontrol (Hafsan, 2014).

Mikrobiologi adalah ilmu yang mempelajari mengenai organisme yang

berukuran mikroskopis. Sedemikan kecilnya sehingga keberadaan mereka hanya

dapat dilihat dengan alat yang disebut mikroskop. Dunia mikro organisme terdiri

dari lima (5) kelompok organisme, yaitu: bakteri, protozoa, virus, algae serta

cendawan (jamur) mikroskopik. Dengan demikian lingkup mikrobiologi meliputi

Bakteriologi, yaitu ilmu yang mempelajari tentang bakteri, Virologi yaitu Ilmu

yang mempelajari tentang virus, Mikologi yaitu ilmu yang mempelajari tentang

jamur dan algae dan Parasitologi yaitu ilmu yang mempelajari tetntang parasit.

1. Pengantar Mikrobiologi, yang membahas tentang pengertian, sejarah

penemuan bakteri hingga perkembangan teori dasar mikrobiologi.

2
2. Bakteriologi Dasar yang membahas tentang klasifikasi, taksonomi dan

nomenklatur bakteri, morfologi dan struktur bakteri, fisiologi dan metabolisme

bakteri dan mengenai macam-macam media pertumbuhan bakteri.

3. Patogenesis Penyakit infeksi yang terutama membahas tentang aspek umum

penyakit infeksi dan peran bakteri dalam menyebabkan penyakit pada manusia..

4. Flora Normal Rongga mulut, Ekosistem mulut dan Plak Dental yang membahas

tentang jenis dan perkembangan flora normal rongga mulut, lingkungan mulut

dan faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri di rongga mulut

dan membahas juga tentang komposisi bakteri pada plak dental, dan bagaimana

pembentukan plak dan kalkulus di rongga mulut. mempelajari tentang Parasit

(Meganada, 2017)

Pengenalan alat-alat yang akan dipergunakan dalam laboratorium sangat

penting guna kelancaran percobaan yang akan dilaksanakan diantaranya adalah

menghindari kecelakaan kerja dan gagalnya percobaan. Alat-alat laboratorium

biasanya dapat rusak atau bahkan bebrbahaya jika tidak sesuai dengan prosedur

pemakaian.pemahaman fungsi dan cara kerja peralatan serta bahan harus mutlak

dikuasi (Penuntun mikrobiologi)

Pengenalan alat-alat ini meliputi macam-amacam alat, mengetahui nama-

namanya, memahami bentuk,fungsi, serta cara kerja alat-alat tersebut. Setiap alat

dirancang atau dibuat dengan bahan-bahan yang berbeda satu sama lain dan

mempunyai fungsi yang sangat spesifik. Kebanyakan peralatan utuk percobaan-

3
percobaan di dalam laboratorium terbuat dari gelas. Meskipun peralatan-pralatan

tersebut telah siap dipakai, tetapi di dalam pemasangan alat untuk suatu percobaan

kadang kala diperlukan sambungan-sambungan dengan gelas atau membuat

peralatan khusus sesuai kebutuhan (Meganada, 2017).

Peralatan yang digunakan pada laboratorium mikrobiologi hampir sama

dengan peralatan-peralatan yang umumnya digunakan di laboratorium kimia yaitu

berupa alat-alat gelas antara lain : tabung reaksi, cawan petri, pipet ukur dan pipet

volumetrik, labu ukur (tentukur), labu erlenmeyer, gelas ukur, cawan petri,

termometer, pipet tetes, pembakar spiritus, kaki tiga dengan kawat asbes dan objek

glass, tabung durham, batang pengaduk, beacek glass (Meganada, 2017).

Di samping peralatan gelas tersebut pada laboratorium mikrobiologi masih ada

sejumlah alat yang khusus antara lain: otoklaf, oven, mikroskop, jarum ose

(inokulasi), jarum preparat, up, keranjang kawat untuk sterilisasi, inkubator untuk

membiakkan mikroorganisme dengan suhu yang konstan, spektrofotometer untuk

mengukur kepekatan suspensi atau larutan. Penangas air untuk mencairkan

medium, maknetik stirrer untuk mengaduk dan tabung, hot plat, timbangan analog

(Meganada, 2017)

4
B. Maksud Percobaan

1. Untuk dapat mengetahui alat-alat yang ada di laboratorium

2. Untuk dapat mengetahui nama-nama alat beserta fungsinya

3. Untuk dapat menggunakan alat-alat dalam laboratorium mikrobiologi

C. Tujuan Percobaan

1. Mahasiswa mampu mengetahui nama alat-alat yang digunakan dalam

laboratorium mikrobiologi

2. Mahasiswa mampu mengetahui fungsi serta penggunaan beberapa alat-alat

dalam laboratorium

D. Manfaat Percobaan

1. Mengetahui nama alat-alat yang ada di dalam laboratorium mikrobiologi

2. Mengetahui fungsinya serta mempermudah mahasiswa mempergunakan yang

ada dalam laboratorium karena telah diperkenalkan oleh laboran.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Umum

Mikrobiologi adalah ilmu yang mempelajari mengenai organisme yang

berukuran mikroskopis. Sedemikan kecilnya sehingga keberadaan mereka hanya

dapat dilihat dengan alat yang disebut mikroskop. Dunia mikroorganisme terdiri

dari lima kelompok organisme, yaitu: bakteri, protozoa, virus, algae serta cendawan

(jamur) mikroskopik. Dengan demikian lingkup mikrobiologi meliputi

Bakteriologi, yaitu ilmu yang mempelajari tentang bakteri, Virologi yaitu Ilmu yang

mempelajari tentang virus, Mikologi yaitu ilmu yang mempelajari tentang jamur

dan algae dan Parasitologi yaitu ilmu yang mempelajari tentang Parasit. Untuk

melihat mikroorganisme ini harus dilakukan di laboratorium mikrobiologi

(Meganada, 2017).

Laboratorim mikrobiologi adalah salah satu laboratorium yang wajib ada pada

program matakuliah farmasi karena laboratorium ini sangat menunjang pembuatan

peroduk-produk atau sediaan farmasi. Berbagai sediaan obat dan makanan serta

minuman yang akan dipasarkan untuk publik memiliki syarat tertentu terhadap

cemaran mikroba, bahkan obat-obat steril bebas dari cemaran mikroba dan bahan-

bahan lain yang mengancam keselamatan penggunanya. Selama melakukan

kegiatan dalam laboratorium ini harus tetap menjaga keamanan dan keselamatan

diri, oleh karena itu tahap pengenalan alat dan proses sterilisasi menjadi amat

6
penting diketahui dan dipahami oleh para mahasiswa yang akan bekerja di

dalamnya. Selain penggunaan alat pelindung diri (APD) di laboratorium, mahasiswa

juga perlu mengenal dan paham cara menggunakan alat-alat yang biasa digunakan

dalam laboratorium mikrobiologi (Yusmaniar,2017).

Pengenalan alat- alat praktikum penting dilakukan guna untuk keselamatan

kerja dalam melakukan proses penelitian. Selain itu juga pengenalan alat praktikum

bertujuan agar mahasiswa mengetahui nama dan fungsi dari alat-alat tersebut. Alat-

alat praktikum sangat dibutuhkan dalam proses penelitian ataupun praktikum

terutama dalam proses praktikum mikrobiologi banyak sekali alat-alat yang

digunakan dan mempunyai fungsi masing-masing didalam bidang keilmuan atau

pun proses penelitian tentu. Alat-alat ini sangat dibutuhkan sekali. Alat-alat

laboratorium juga dapat berbahaya jika terjadi kesalahan dalam prosedur

pemakaiannya maka diperlukan pengenalan alat-alat laboratorium agar

pengguanaan alat tersebut dapat dipergunakan dengan fungsi dan prosedur yang

baik dan benar, sehingga kesalahan yang terjadi dapat diminimalisir

sedikit mungkin hal ini penting agar mendapatkan hasil penelitian yang baik dan

benar, data–data yang tepat akan meningkatkan kualitas penelitian seseorang

(Hokayuruke, 2013).

Pengetahuan alat merupakan salah satu faktor yang penting untuk mendukung

kegiatan praktikum. Pengenalan alat-alat laboratorium untuk para mahasiswa sangat

penting dilaksanakan agar dapat menunjang pengetahuan dalam melaksanakan

7
aktivitas di dalam laboratorium baik dalam melaksanakan praktikum maupun

penelitian (Bua, 2012).

Pengenalan alat-alat laboratorium juga penting dilakukan untuk keselamatan

kerja saat melakukan penelitian. Alat-alat laboratorium biasanya dapat rusak

atau bahkan berbahaya jika penggunaannya tidak sesuai dengan prosedur.

Pentingnya dilakukan pengenalan alat-alat laboratorium adalah agar dapat

diketahui cara penggunaan alat tersebut dengan baik dan benar, sehingga

kesalahan prosedur pemakaian alat dapat diminimalisasi sedikit mungkin. Hal

ini penting supaya saat melakukan penelitian, data yang diperoleh akan benar pula

(Ririn,2016).

Bekerja dilaboratorium mikrobiologi tidak akan lepas dari berbagai

kemungkinan terjadinya bahaya dari berbagai jenis bahan kimia baik yang berisfat

berbahaya maupun yang bersifat tidak berbahaya. Selain itu, peralatan yang ada di

dalam laboratorium juga dapat mengakibatkan bahaya yang tak jarang beresiko

tinggi bagi praktikan yang sedang melakukan praktikum jika tidak mengetahui cara

dan prosedur penggunaan alat yang akan digunakan. Setiap percobaan kita selalu

menggunakan perlaratan yang berbeda atau meskipun sama tappi ukurannya

berbeda (Ririn,2016)

Beberapa alat laboratorium tersebut meliputi alat-alat yang besar seperti

mikroskop, autoklaf, inkubator, oven, lemari pendingin,dan colony counter. Alat-

alat lain adalah alat-alat kecil seperti mikropipet, cawan petri, labu erlenmeyer, pipet

8
tetes, pipet ukur, tabung reaksi, gelas ukur, tabung durham, kawat ose/sengkelit,

pinset, timbangan dan lain-lain (Yusmaniar,2017).

Penggunaan sarana laboratorium harus diprioritaskan untuk keterlaksanaan

praktikum kimia. Penggunaan alat dan bahan praktikum yang baik dapat menunjang

keterlaksanaan praktikum kimia sesuai dengan tuntutan dari kurikulum yang

diterapkan oleh sekolah (Warsiti dkk, 2013).

Dalam proses penggunaan alat dan bahan praktikum, laboran memiliki peranan

yang cukup penting. Mulai dari mempersiapkan alat dan bahan sesuai permintaan,

mencatat penggunaan, hingga menata kembali ke tempat semula merupakan tugas

dari laboran (Wiratma, 2014).

Pemeliharaan atau perawatan alat dan bahan sebaiknya dilakukan secara rutin

(terjadwal) dan tercatat sehingga dapat memberikan informasi mengenai riwayat

alat dan bahan, dari sejak awal pembelian, pemakaian, pemeliharaan, hingga habis

masa pakai (Rosada dkk, 2017).

Prinsip percobaan peralatan di laboratorium adalah berdasarkan identifikasi alat

yang biasa digunakan pada saat praktikum fungsingya serta cara penggunaan alat

secara tepat sesuai fungsi dan tempatnya. Pada prinsipnya, sterilisasi autoklaf

menggunakan panas dan tekanan dari uap air sehingga disenut sterilisasi panas

basah. Biasanya untuk mensterilkan media menggunakan temperatur 121 dengan

tekanan 2 bar selama 15 menit. Alasan mengapa digunakan temperatur 121

9
karena pada saat itu menunjukkan tekanan 2 bar yang akan membantu membunuh

mikroorganisme dalam suatu benda (tim kimia, 2018)

Prinsip kerja oven yaitu sterilisasi panas kering, perubahan energi listrik

menjadi energi panas dimana temperatur dalam oven dijaga tetap konstan dengan

alat kontrol thermometer. Prinsip kerja water bath yaitu Pada saat dingin

mensterilisasi steker dihidupkan, dipilih suhu (temperatur) yang diinginkan (jika

memungkinkan) dan atur. Pengaturan harus dilakukan sesuia dengan pembacaan

thermostat (bila tersedia), atau sesuai dengan suatu sistem pengawasan suhu (Tim

Kimia, 2018).

10
B. Uraian Bahan

1. Agar ( Dirjen POM Edisi III, 1979)

Nama Resmi : AGAR

Nama Lain : Agar-Agar

Pemeriaan : Tidak berbau atau bau lemah, berasa musilago pada lidah

Kelarutan : Tidak larut dalam air dingin, dan larut dalam air

Mendidih

Kegunaan : Sebagai bahan pemadat medium

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

2. Alkohol ( FI III, 1997, Hal : 56)

Nama Resmi : AETHANOLUM

Nama Lain : Alkohol, etanol, ethyl alkohol

RM/BM : /46,07

Rumus struktur: H H

H – C – C – OH

H H

Pemeriaan : Cairan tidak berwarna, jernih, mudah menguap dan

Mudah terbakar serta memberikan nyala biru yang tidak

Berasap

Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform P dan

Dalam Eter P

11
Kegunaan : Sebagai zat tambahan, juga dapat membunuh kuman

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terhindah dari cahaya

Ditempat sejuk jauh dari nyala api.

3. Dekstrosa (FI III, 1997. Hal : 300)

Nama resmi : DEXTROSUM

Nama lain : Dekstrosa, glukosa

RM/BM : 0 /180,16

Pemeriaan : Serbuk tidak berwarna, serbuk hablur atau serbuk granul

Putih, tidak berbau, rasa manis

Kelarutan : Mudah larut dalam air, sangat mudah larut dalam air

Mendidih, sukar larut dalam etanol

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

4. Ekstrak Beef (Dirjen POM Edisi IV, 1979)

Nama Resmi : BEEF EXTARCT

Nama Lain : Kaldu nabati, kaldu hewani, ekstrak beef

Pemeriaan : Berbau dan berasa pada lidah. Kaldu daging sapi

Konsentrat diperoleh dengan mengekstraksi daging sapi

segar tanpa lemak, dengan cara merebus dalam air dan

menguapkan kaldu pada suhu rendah dalam hampa udara

sampai terbentuk residu kental berbentuk pasta. Massa

berbentuk pasta, berwarna coklat kekuningan sampai

12
coklat tua, bau dan rasa seperti daging, sedikit asam.

Kelarutan : Larut dalam air dingin

Kegunaan : Sumber protein untuk pertumbuhan mikroorganisme

Penyimpanan : Simpan dalam wadah tertutup rapat, tidak tembus cahaya.

5. Alumunium Foil ( FI III, 1997, Hal : 96)

Nama Resmi : ALLUMINILL

Nama Lain : Aluminium, alumunium foil

RM/BM : AL/26,92

Rumus struktur: ̶

pemeriaan : Warna keperakan, tidak berbau, tidak berasa

Kelarutan : Tidak larut dalam air

Kegunaan : Sebagai reaktan reaksi kombinasi dan subtitusi

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

6. Pepton ( Dirjen POM Edisi IV, 1979)

Nama resmi : PEPTON

Nama lain : Pepton daging

Pemeriaan : Serbuk, kuning kemerahan sampai coklat, bau khas, tidak

Busuk

Kelarutan : Larut dalam air, memberikan larutan berwana coklat

Kekuningan yang bereaksi agak asam, praktis tidak larut

Dalam etanol (95%) P dan dalam Eter P

Kegunaan : Sebagai sumber nutrient yang spesifik untuk mikroba

13
Bakteri

Penimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

14
BAB III

METODE KERJA

A. Alat

Adapun alat yang digunakan dalam praktikum kali ini di antaranya yaitu

Autoklaf, Bunsen, Botol semprot, Cawan petri, Erlenmeyer, Gelas ukur,

Gunting, Inkubator, Kaki tiga, Kulkas, LAF ( Laminar Air Flow), Oven, Ose

bulat, Ose lurus, Rak tabung reaksi , Spluid, Tabung reaksi, dan Timbangan

B. Bahan

Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini diantaranya yaitu

Alkohol, Alumunium Foil, Benang godam, Kertas , NB ( Nutrien Broth), NA

( Nutrien Agar ), PDA ( Potato Dextrose Agar ), SSA (Salmonela Sigela Agar),

dan Tissue

C. Cara Kerja

1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam praktikum

2. Laboran/dosen/asisten menunjukkan alat-alat laboratorium yang hendak

dipelajari serta menjelaskan fungsi alat-alat tersebut pada praktikan

3. Mendengar serta memperhatikan laboran/dosen/asisten yang sedang

mengenalkan alat-alat laboratorium

4. Menuliskan fungsi dari alat-alat laboratorium di buku hasil praktikum farmasi

sesuai yang dijelaskan oleh asisten/dosen

15
5. Mengumpulkan buku-uku hasil praktikum farmasi untuk ditanda tangani oleh

asisten/dosen

16
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Tabel pengamatan

No Alat dan Bahan Kegunaan

1. Sterilisasi dengan sinar uv Untuk mengidentifikasi mikroorganisme

2. Cawan petri sebagai wadah pertumbuhan mikroba

3. Erlen meyer Sebagai wadah untuk pembuatan

medium

4. Gelas ukur Untuk mengukur volume bahan yang

akan digunakan

17
5. Tabung reaksi Sebagai tempat untuk

mengembangbiakkan mikroba murni

6. Rak tabung reaksi Sebagai tempat tabung reaksi

7. Kaki tiga Sebagai penyangga pemanasan dengan

Bunsen

8. Bunsen Sumber api/panas

9. Kawat kasa Untuk penyangga bahan yang

dipanaskan diatas bunsen

18
10. Timbangan analitik Untuk menimbang bahan

11. Oven Untuk sterilisasi alat yang bersifat kaca

dengan suhu 175°C dan waktu 1,5-2 jam

atau digunakan untuk mengeringkan

sampel

12. Inkubator Untuk membantu pertumbuhan bakteri

dan atau perkembangbiakkan bakteri

dalam waktu tertentu dengan suhu 30°C

dalam waktu 1x24 jam

13. Hot plate Untuk memanaskan bahan

14. Spuit Untuk mengukur bahan cair/padat

19
15. Lemari pendingin Untuk penyimpanan bakteri murni

16. Laminar unflow(laf) Untuk pengerjaan secara aseptis,

menyambungkan atau memisahkan

bakteri

B. Pembahasan

Pada praktikum kali ini dilakukan pengenalan alat dan bahan yang ada pada

laboratorium mikrobiologi dan virologi dasar. Laboratorium mikrobiologi adalah

salah satu laboratorium yang wajib ada pada program mata kuliah farmasi karena

laboratorium ini sangat menunjang pembuatan produk-produk atau sediaan

farmasi.

Mikrobiologi adalah ilmu yang mempelajari mengenai organisme yang

berukuran mikroskopis. Sedemikian kecilnya sehingga keberadaan mereka hanya

dapat dilihat dengan alat yang disebut mikroskop. Dunia mikroorganisme terdiri

dari lima kelompok organisme yaitu, bakteri, protozoa, virus, algae serta cendawan

(jamur) mikroskopik. Dengan demikian lingkup mikrobiologi meliputi

bakteriologi, yaitu ilmu yang mempelajari tentang bakteri. Sedangkan virologi

yaitu ilmu yang mempelajari tentang virus.

20
Pengenalan alat-alat laboratorium penting dilakukan guna untuk keselamatan

kerja dalam melakukan proses penelitian. Selain itu juga pengenalan alat

praktikum bertujuan agar mahasiswa mengetahui nama dan fungsi dari alat-alat

tersebut. Alat-alat praktikum sangat dibutuhkan dalam proses penelitian. Alat-alat

laboratorium juga dapat berbahaya jika terjadi kesalahan dalam prosedur

pemakaiannya, maka diperlukan pengenalan alat-alat laboratorium agar

penggunaan alat tersebut dapat dipergunakan dengan fungsi dan prosedur yang

baik dan benar sehingga kesalahan yang terjadi dapat diminimalisir sedikit

mungkin hal ini penting agar mendapatkan hasil penelitian yang baik dan benar.

Alat-alat yang digunakan pada praktikum kali ini dintaranya yaitu mikroskop,

autoklaf, inkubator, oven, lemari pendingin, dan laminar unflow (laf). Alat-alat

lain adalah alat kecil seperti mikropipet, cawan petri, gelas ukur, erlen meyer,

tabung reaksi, spuit, ose lurus, ose bulat, timbangan dan lain-lain.

Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini yaitu, NB (Natrium

Blood), SSA (Salmonela Sigela Agar), dan PDA (Potato Dextrose Agar).

Cawan petri yang selalu berpasangan yang berukuran agak kecil sebagai

wadah dan yang lebih besar merupakan tutupnya. Fungsi cawan petri sebagai

tempat pertumbuhan atau penanaman mikroba secara kuantitatif dan sebagai

tempat pengujian sampel ,prinsip kerjanya yaitu medium dapat dituang kecawan

bagian bawah dan cawan bagian atas sebagai penutupnya.

Erlenmeyer Berfungsi untuk menampung larutan, bahan atau cairan yang.

Labu Erlenmeyer dapat digunakan untuk meracik dan menghomogenkan bahan-

21
bahan komposisi media, menampung akuades, kultivasi mikroba dalam kultur cair.

Terdapat beberapa pilihan berdasarkan volume cairan yang dapat ditampungnya

yaitu 25 ml, 50 ml, 100 ml, 250 ml, 300 ml, 500 ml, 1000 ml.

Gelas ukur digunakan untuk mengukur volume zat kimia dalam bentuk cair.

Alat ini mempunyai skala, tersedia berbagai macam ukuran. Gelas ukur tidak dapat

digunakan untuk larutan panas.

Di dalam mikrobiologi, tabung reaksi digunakan untuk uji-uji biokimiawi dan

menumbuhkan mikroba.Tabung reaksi dapat diisi media padat maupun cair. Tutup

tabung reaksi dapat berupa kapas, tutup metal, tutup plastik atau aluminium foil.

Rak tabung reaksi merupakan salah satu dari alat-alat laboratorium yang

berupa non gelas terbuat dari kayu yang berbentuk seperti rak kecil, rak ini

digunakan untuk menata atau menyimpang beberapa dari tabung reaksi.

Kaki tiga dalam alat laboratorium adalah besi yang mempunyai 3 kaki yang

memiliki fungsi sebagai penyangga ring. Fungsi kaki tiga adalah sebagai penahan

kawat kasa dan penyangga ketika proses pemanasan.

Salah satu alat yang berfungsi untuk menciptakan kondisi yang steril adalah

pembakar bunsen. Api yang menyala dapat membuat aliran udara karena oksigen

dikonsumsi dari bawah dan diharapkan kontaminan ikut terbakar dalam pola aliran

udara tersebut. Untuk sterilisasi jarum ose atau yang lain, bagian api yang paling

cocok untuk memijarkannya adalah bagian api yang berwarna biru (paling panas).

Perubahan bunsen dapat menggunakan bahan bakar gas atau metanol.

22
Timbangan merupakan salah satu alat laboratorium yang sering digunakan

untuk mengukur massa benda ke tingkat presisi yang lebih tinggi. Dalam

laboratorium, pengukuran massa merupakan salah satu hal penting yang tidak bisa

ditinggalkan, bahkan menjadi faktor utama penentu berhasilnya pengujian yang

dilakukan.

Oven Berfungsi untuk sterilisasi kering. alat-alat yang disterilkan

menggunakan oven antaralain peralatan gelas seperti cawan petri, tabung reaksi,

dll. serilisasi kerning dengan oven dilakukan dengan cara memanaskan dengan

suhu 180 selama 1 jam.

Inkubator adalah alat untuk menginkubasi atau memeram mikroba pada suhu

yang terkontrol. Alat ini dilengkapi dengan pengatur suhu dan pengatur waktu.

Inkubator merupakan alat yang digunakan untuk menginkubasi atau mengerami

suatu biakan.

Spluid adalah pompa piston sederhana untuk menyuntikkan atau menghisap

cairan atau gas. Alat suntik terdiri dari tabung dengan piston di dalamnya yang

keluar dari ujung belakang.

Jarum inokulum berfungsi untuk memindahkan biakan untuk ditanam/

ditumbuhkan ke media baru. Jarum inokulum biasanya terbuat dari kawat

nichrome atau platinum sehingga dapat berpijar jika terkena panas. Bentuk ujung

jarum dapat berbentuk lingkaran (loop) dan disebut ose.

23
Autoklaf adalah alat pemanas tertutup yang digunakan untuk mensterilisasi

suatu benda menggunakan uap bersuhu dan bertekanan tinggi (120 ) selama

kurang lebih 15 menit. Penurunan tekanan pada autoklaf tidak dimaksudkan untuk

membunuh mikroorganisme, melainkan meningkatkan suhu dalam autoklaf. Suhu

yang tinggi inilah yang akan membunuh mikroorganisme.

Dalam praktikum ini alkohol berfungsi untuk mensterilkan alat-alat yang akan

digunakan seingga terbebas dari bakteri atau virus yang ada. Benang godam

berfungi untuk mengikat alat-alat praktikum yang telah dibungkus oleh kertas

sebelum dimasukkan ke dalam oven untuk disterilkan. Kertas berfungsi untuk

membungkus alat-alat yang digunakan dalam praktikum sebelum dilakukan

sterilisasi.

Nutrient Agar (NA) adalah salah satu contoh media yang sring digunakan

untuk menumbuhkan dan mengembangbiakan bakteri, terbuat dari ektrak beef,

pepton, dan agar. Medium NA dapat juga digunakan untuk merawat / menyimpan

/ reservasi mikroorganisme, membuat subkultur maupun meguji kemurnian isolat

yang ditumbuhkan didalam laboratorium. Medium NA juga sering digunakan

untuk melakukan kegiatan perhitungan / enumerasi jumlah mikroorganisme yang

berada pada sampel air, limbah, dan feses.

Nutrient Broth (NB) termasuk ke media umum yang digunakan untuk

menumbuhkan biakan secara general. NB diformulasikan dengan sumber karbon

dan nitrogen supaya dapat memenuhi kebutuhan nutrisi bakteri. Komposisi NB

24
terdiri dari beef extract sebagai sumber karbon dan pepton sebagai sumber

nitrogen.

Potato Dextrose Agar (PDA) merupakan media yang sering digunakan untuk

menumbuhkan dan mengembangbiakkan yeast dan kapang. Dapat juga digunakan

untuk enumerasi yeast dan kapang dalam suatu sampel atau produk makanan, PDA

cocok untuk pertumbuhan jamur. PDA mengandung sumber karbohidrat dalam

jumlah cukup yaitu terdiri dari 20% ekstrak kentang dan 2% glukosa sehingga baik

untuk pertumbuhan kapang dan kamir tetapi kurang baik untuk pertumbuhan

bakteri.

Salmonela Sigela Agar (SSA) adalah media selektif yang digunakan untuk

mengisolasi salmonella dan beberapa spesies shigella yang berasal dari spisemen

klinik seperti urin, feses maupun makanan.

25
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan, dapat disimbulkan beberapa

hal yaitu :

1. Mikrobiologi adalah ilmu yang mempelajari mengenai organisme yang

berukuran mikroskopis. Sedemikan kecilnya sehingga keberadaan mereka

hanya dapat dilihat dengan alat yang disebut mikroskop. Dalam praktikum kali

ini dilakukan pengenalan alat dan bahan yang digunakan dalam laboratorium

seperti mikroskop, autoklaf, inkubator, oven, lemari pendingin, laminar unflow

(laf), mikropipet, cawan petri, gelas ukur, erlenmeyer, tabung reaksi, spuit, ose

lurus, ose bulat, timbangan dan lain-lain. Sedangkan bahan yang digunakan

yaitu, NB (Natrium Blood), SSA (Salmonela Sigela Agar), dan PDA (Potato

Dextrose Agar).

2. Beberapa alat yang ada di laboratorium memeiliki fungsinya masing-masing

seperti cawan petri sebagai wadah pertumbuhan mikroba, Erlenmeyer sebagai

wadah untuk pembuatan medium, gelas ukur untuk mengukur volume bahan

yang akan digunakan, tabung rekasi sbagai tempat untuk mengembangbiakkan

mikroba murni, rak tabung reaksi sebagai tempat untuk meletakkan tabung

reaksi, kaki tiga sebagai penyangga pemanasan dengan Bunsen, Bunsen sebagai

sumber api atau panas, kawat kasa untuk penyangga bahan yang dipanaskan

26
diatas Bunsen, timbangan analitik untuk menimbang bahan, oven digunakan

untuk sterilisasi alat yang bersifat kaca, incubator sebagai alat untuk membantu

pertumbuhan bakteri atau perkembangbiakkan bakteri dalam waktu tertentu,

hote plate untuk memanaskan bahan, spluid berfungsi untuk mengukur ahan

cair, lemari pendingin atau kulkas untuk penyimpanan bakteri kurni, dan laminar

unflow (LAF) berfungsi untuk pengerjaan secara aseptis menyambungkan atau

memisahkan bakteri.

B. Saran

1. Laboratorium

Untuk alat-alatnya ditambah kelengkapannya dan untuk alat yang sudah ada

tetap rawat dengan baik agar tidak cepat rusak.

2. Asisten

Untuk kinerja kakak asisten dalam mendampingi kami sudah cukup baik jadi

perlu dipertahankan.

27
DAFTAR PUSTAKA

Bua, A.T. 2012. Laporan Praktikum Instrumentasi Pengenalan Alat Laboratorium dan
Pembuatan Reagen.

Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia. Edisi III. Dapartemen kesehatan Republik.
Jakarta

Emda Amna, 2014. Laboratorium Sebagai Sarana Pembelajaran Kimia Dalam


Meningkatkan Dan keterampilan Kerja Ilmiah. Banda Aceh, UIN
Ar-Raniry

Hoyakure, 2013. Penuntun Praktikum Kimia Organik 2. Fakultas Pertanian Universitas


Lambung Mangkurat. Banjar Baru.

Hafsan, 2014. Laboratorium Analitik. Makassar, Alaudin University Press

Meganada Hiaranya Putri, Sukini, Yodong. 2017. Mikrobioologi. Kementrian


Kesehatan Republik Indonesia.

Rosada, D. Kadarisman, N. Rahajo. 2017. Panduan Pengelolaan Dan Pemanfaatan


Laboratorium IPA. Jakarta: Kemendikbud

Ririn, Adrian, 2016. Pengenalan Alat-Alat Laboratorium Mikrobiologi Untuk


Mengatasi Keselamatan Kerja Dan Kebersihan Praktikum. Jurnal
Mikrobiologi. Vol.1 (1)

Warsiti, Ngalim, A. Sumardi. 2013. Pengelolaan Laboratorium kimia di SMA negeri


1 Boyolali Tahun 2013. Naskah Publikasi Ilmiah. Surakarta: Universitas
Muhammadiyah Surakarta.

Wiratama, I G. L, Subagia, I W, 2014. Pengelolaan Laboratorium Kimia Pada SMA


Negeri Di Kota Singaraja (Acuan Pengembangan Model Panduan
Pengelolaan Laboratorium Kimia Berbasis Kearifan Lokal Tri Sakti ).
Jurnal Pendidikan Indonesia.

Yusmaniar, Wardiyah, Khairun Nida. 2017. Mikrobiologi Dan Parasitologi. Jakarta


Selatan, Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
LAMPIRAN

A. Skema Kerja

1. Pengenalan Alat Dan Bahan

Disiapkan alat dan bahan

Laboran/asisten menunjukkan
alat-alat laboratorium yang
hendak dipelajari

Mendengar serta
memperhatikan laboran/Asisten
yang menjelaskan

Menuliskan fungsi-fungsi dari


alat laboratorium sesuai dengan
yang dijelaskan

Mengumpulkan buku-buku hasil


praktikum farmasi untuk ditanda
tangani oleh laboran/asisten
LABORATORIUM MIKROBIOLOGI DAN VIROLOGI FARMASI
PROGRAM STUDI S1 FARMASI
UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR

PERCOBAAN II
STERILISASI

KELOMPOK II

PREISCYLIA RARU D1B120084


ADVENTIANI MANGAGO D1B120081
MEIDINA DWI PUTRI D1B120057
RISMAYANTI D1B120061
VIKA APRILIANI TAUFIK D1B120083
PUTRI REGINA TRIANDINI D1B120078

KELAS B/20

ASISTEN: MUFLI THAMI TUFAIL

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MEGAREZKY
MAKASSAR
2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Farmasi adalah dunia yang mempelajari tentang berbagai obat, baik obat

tradisional, obat herbal, obat modern yang di dapat dari bahan yang berasal dari

tumbuhan maupun zat kimia. Di bidang farmasi ini para ahli mempelajari,

meneliti, dan mengetahui baik buruknya makanan atau obat. (Haeria. 2017)

Mikrobiologi adalah ilmu yang mempelajari semua makhluk mikroskopik

dalam bentuk sel tunggal, multisel, maupun aselular seperti bakteri, microfungi,

kapang, mikroalga, protozoa, dan Archaea. Selain itu, virus merupakan

makhluk mikro aseluler sehingga sering dikaji dalam ilmu mikrobiologi

meskipun tidak dapat sepenuhnya dikatakan sebagai makhluk hidup.

Mikrobiologi dimulai sejak ditemukannya mikroskop dan berkembang menjadi

ilmu yang multidispliner. Dalam penerapannya dimasa kini, mikrobiologi tidak

dapat dipisahkan dengan ilmu yang lain dalam aplikasinya di bidang farmasi,

kedokteran, Teknik kimia, arkeologi, pertanian, gizi dan kesehatan, serta

pangan. (Fidia. 2016)

Sterilisasi adalah proses penghilangan atau membunuh mikroorganisme

(protozoa, fungi, bakteri, mycoplasma, virus) dalam benda/steril, serta

mencegah terjadinya kontaminasi. Peralatan laboratorium yang akan

disterilisasi memerlukan bahan pengemas. Kemasan adalah suatu benda yang

digunakan sebagai wadah/tempat yang dikemas dan dapat

28
mencegah/mengurangi kerusakan, melindungi bahan yang ada di dalamnya dari

pencemaran serta gangguan fisik seperti gesekan, benturan dan getaran. (Istini.

2020)

Seiring dengan berkembangnya teknologi kesehatan di Indonesia semakin

meningkatnya kebutuhan akan instrument medis. Instrument medis sangat

berpengaruh sebagai penunjang untuk penyembuhan luka atau penyakit

terhadap kesembuhan pasien. Malpraktek pada dunia kedokteran banyak terjadi

akibat factor teknis dalam masa penyembuhan. Salah satu factor teknis

penyebab terjadinya malpraktek adalah kontaminasi terhadap alat yang

digunakan dalam dunia kesehatan. Salah satu cara untuk mencegah terjadinya

kontaminasi pada peralatan medis yaitu dengan melakukan sterilisasi.

(Hardono. 2020)

Sterilisasi dapat didefinisikan sebagai proses yang secara efektif

membunuh atau menghilangkan mikroorganisme yang dapat berpindah (seperti

jamur, bakteri, virus) dari permukaan peralatan. Mikroorganisme dapat

dikendalikan yaitu dihambat atau dimatikan dengan menggunakan berbagai

proses. Metode sterilisasi dapat dibagi menjadi dua kelompok umum yaitu fisik

dan kimia meskipun sterilisasi dapat dicapai dengan bahan kimia tertentu,

umumnya metode fisik lebih handal. Salah satu metode paling efektif untuk

mematikan mikroorganisme menggunakan suhu tinggi. Salah satu sterilisator

yang menggunakan metode panas uap bertekanan adalah autoclave. Autoclave

adalah alat untuk mensterilkan berbagai macam peralatan dan perlengkapan

yang digunakan dalam mikrobiologi menggunakan uap air panas pada

29
umumnya 15 Psi dan dengan suhu 121oC . lama sterilisasi yang dilakukan

selama 15 menit. (Hardono. 2020)

B. Maksud Percobaan

1. Untuk mengetahui metode sterilisasi

2. Untuk mengetahui cara membebaskan alat maupun media dari jasad renik

C. Tujuan Percobaan

1. Mahasiswa mampu mengetahui metode sterilisasi

2. Mahasiswa mampu mengetahui cara membebaskan alat maupun media dari

jasad renik

D. Manfaat Percobaan

1. Mengetahui metode sterilisasi

2. Mengetahui cara membebaskan alat maupun media dari jasad renik

30
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Umum

Mikrobiologi adalah ilmu yang mempelajari semua makhluk mikroskopik

dalam bentuk sel tunggal, multisel, maupun aselular seperti bakteri, microfungi,

kapang, mikroalga, protozoa, dan Archaea. Selain itu, virus merupakan

makhluk mikro aseluler sehingga sering dikaji dalam ilmu mikrobiologi

meskipun tidak dapat sepenuhnya dikatakan sebagai makhluk hidup.

Mikrobiologi dimulai sejak ditemukannya mikroskop dan berkembang menjadi

ilmu yang multidispliner. Dalam penerapannya dimasa kini, mikrobiologi tidak

dapat dipisahkan dengan ilmu yang lain dalam aplikasinya di bidang farmasi,

kedokteran, Teknik kimia, arkeologi, pertanian, gizi dan kesehatan, serta

pangan. (Fidia. 2016)

Steril adalah suatu keadaan dimana suatu zat bebas dari mikroba hidup,

baik yang patogen (menimbulkan penyakit) maupun apatogen/non patogen

(tidak menimbulkan penyakit), baik dalam bentuk vegetatif (siap untuk

berkembang biak) maupun dalam bentuk spora (dalam keadaan statis, tidak

dapat berkembang biak, tetapi melindungi diri dengan lapisan pelindung yang

kuat). Steril atau teknik aseptis adalah suatu system cara bekerja (praktek) yang

menjaga sterilitas ketika menangani pengkulturan mikroorganisme untuk

mencegah kontaminasi terhadap kultur mikroorganisme yang diinginkan.

(Istini. 2020)

31
Uji sterilitas merupakan suatu cara pengujian untuk mengetahui suatu

sediaan atau bahan farmasi atau alat-alat kesehatan yang dipersyaratkan harus

dalam keadaan steril. Dengan demikian sediaan dan peralatan tersebut harus

bebas dari mikroorganisme. Jadi, hanya dikenal sediaan dan peralatan tersebut

steril atau tidak steril, tidak ada istilah hamper atau setengah steril. (Rosylianti.

2012)

Sterilisasi dalam mikrobiologi berarti membebaskan tiap benda atau

subtansi dari semua kehidupan mikrorganisme (protozoa, fungi, bakteri dan

virus) dalam bentuk apapun. Untuk mendapatkan keadaan steril ini, diperlukan

proses fisik (panas), penggunaan bahan kimia (gas formaldehid dan clorox),

antibiotik, sinar UV atau sinar gamma, ataupun dengan cara mekanik melalui

sentrifungsi kecepatan tinggi atau filtrasi (Edhi. 2013)

Sterilisasi merupakan suatu proses untuk membunuh mikroorganisme

sampai ke spora-sporanya, yang terdapat di dalam bahan makanan. Proses ini

dilakukan dengan cara memanaskan makanan sampai temperature 121 °C,

selama watu 15 menit (Tri yuni hendrawati,2017). Sterilisasi bisa juga diartikan

sebagai upaya yang dilakukan dalam rangka mencegah dan menghindari

kontaminasi (Anis. 2015).

Sterilisasi merupakan suatu proses dengan metode tertentu yang dapat

memberikan hasil akhir, yaitu sutu bentuk kadaan yang tidak adapat

diyunjukkan lagi adanya mikrorganisme hidup. Metode sterilisasi cukup

banyak, namun alternatif yang dipilih sangat bergantung pada keadaan serta

32
kebutuhan setempat. Apapun pilihan medodenya hendaknya tetap menjaga

kualitas hasil sterilisasi (Raudah. 2017)

Sterilisasi juga merupakan salah satu teknik yang penting dalam bekerja

dalam laboratorium. Tenknok laboratorium merupakan kiat-kiat mengenai

seluk beluk laboratorium. Sebelum melakukan praktikum di dalam

laboratorium diperlukan pengenalan-pengenalan mengenai beberapa

pengetahuan pokok dan teknik – teknik laboratorium ini untuk mencegah

timbulnya bahaya yang ditimbulkan oleh alat dan bahan dan bahan dalam

laboratorium maupun kesalahan dalam penggunaan peralatan

(Tim Kimia Dasar. 2012).

Tujuan sterilisasi adalah membunuh semua bentuk mikroorganisme hidup

termasuk sporanya pada alat-alat yang disterilkan (Florence. 2012). Sterilisasi

juga bertujuan untuk mematikan mikrorganisme yang berpotensi merugikan

pertumbuhan dan perkembangan bibit. Misalnya saja terkontaminasi oleh

bakteri (Yusnu, dkk. 2018).

Sterilisasi peralatan bisa dilakukan dengan cara pemanasan kering maupun

basa. Misalnya pada wadah botol, gelas dan logam. Pemanasan kering

dilakukan dengan cara menaruh wadah atau gelas kedalam oven yang bersuhu

tinggi selama jangka waktu tertentu. Untuk pemanasan kering, wadah atau gelas

harus benar-benar dalam keadaan kering sebelum dimasukkan kedalam oven.

Pasalnya bila bila wadah dalam kondisi basa bisa mengakibatkan alat pecah

(Yusnu, dkk. 2018).

33
Pemanasan basah, biasanya dipakai autoklaf pada tekanan 1 atmosfer (atm)

dengan suhu dan waktu tertentu. Angka suhu yang dipakai biasanya 121°C

selama 15 menit atau 115°C selama 30 menit. (Yusnu, dkk. 2018).

Autoklaf adalah alat pemanas tertutup yang fungsinya untuk mensterilkan

suatu benda menggunakan uap bersuhu dan bertekanan tinggi biasanya suhu

digunakan 121oC dan bertekanan 15 kg/cm2 yang dilakukan selama kurang

lebih 15 menit. (Fitri. 2013)

Penurunan tekanan pada autoklaf tidak dimaksudkan untuk membunuh

mikroorganisme, melainkan meningkatkan suhu dalam autoklaf. Suhu yang

tinggi inilah yang akan membunuh mikroorganisme. Prinsip kerja autoklaf yaitu

mensterilisasi bahan dengan menggnakan tekanan uap optimum. Pada saat

tercapai tekanan di suhu yang sesuai, maka proses sterilisasi dimulai dan timer

mulai mengitung waktu mundur. Setelah proses sterilisasi, sumber panas

dimatikan dan tunggu tekanan dalam kompartemen turun hingga sama dengan

tekanan udara di lingkungan (jarum pada preisure gauge menunjukan angka

nol) (Fitri. 2013)

Keunggulan autoklaf adalah dapat mensterlisasi alat dan bahan hingga

tidak ada mikroorganisme yang hidup lagi, autoklaf memerlukan waktu yang

singkat untuk sterilisasi serta menggunakan suhu dan tekanan tunggi sehingga

memberikan kekuatan yang lebih besar untuk membunuh sel dibandingkan

dengan udara panas biasa. Autoklaf memiliki kelebihan lain yaitu alat perebus

yang bertekanan tinggi (Permatasari, dkk. 2013)

34
Cara sterilisasi pembakaran biasanya diperuntukkan peralatan-peralatan

yang terbuat dari logam seperti jarum inokulasi, pinset dan pisau. Alat-alat

logam itu dipanaskan sampai membara. Untuk wadah gelas yang telah

disterilisasi didalam autoklaf, ketika akan dipakai dilakukan sterilisasi lagi

dibgian ujung mulut wadah dengan cara pemanasan beberapa saat (Yusnu, dkk.

2018).

Sterilisasi penyaringan. Sterilisasi larutan yang labil terhadap panas kering

sering dilakukan dengan penyinaran menggunakan bahan yang dapat menahan

mikroba, hingga mikroba yang dikandungnya dapat dipisahkan secara fisika.

Perangkat penyaringan umumnya terdiri dari suatu matriks berpori bertutup

kedap atau dirangkaian pada wadah yang tidak permiabel. Efektifitas

penyaringan media atau penyaringan substrat tergantung pada ukuran pori

matriks, daya adsorpsi bakteri dari matriks dan mekanisme pengayakan (Tim

MGMP Pati. 2015).

Sterilisasi dengan cara aseptik dilakukakan untuk mencegah masuknya

mikroba hidup kedalam komponen steril atau komponen yang melewati proses

antara yang melibatkan produk setengah jadi atau produk ruahan atau

komponen yang bebas dari mikroba yang hidup (Tim MGMP Pati. 2015).

Dalam melakukan sterilisasi cara aseptik diperlukan bahan pensteril seperti

golongan alkohol contonya etanol. Bahan ini efektif membunuh bakteri dan

fungi, tetapi tidak bisa membunuh endospore. Mekanisme kerjanya adalah

dengan mendenaturasi protein mikroorganisme, melarutkan lipid dari

membrane mikroorganisme. Konsentrasi adalah dari 70-80% dengan cepat

35
dapat membunuh mikroorganisme disbanding dengan etanol murni karena

untuk mendenaturasi protein diperlukan air (Edhi. 2013).

Selanjutnya yaitu golongan logam berat contohnya merkuri, perak dan

tembaga. Bahan ini bersifat antiseptik karena mampu berkombinasi dengan

protein seluler. Untuk merkuri penggunaannya lebih dibatasi karena bersifat

korosif dan toksiknya tinggi serta kurang efektif terhadap bahan organik.

Golongan aldehid contonya formaldehid, formalin adalah larutan 37% gas

formaldehid merupakan antimikroba paling efektif menginaktivasi hamper

semua mikroorganisme. Dan golongan peroksigen, contohnya ozon (O2) dan

hydrogen peroksida (H2O2) sebagai antimikroba dengan cara menoksidasi

komponen seluler mikroorganisme (Edhi. 2013).

Terdapat beberapa Teknik sterilisasi yang dapat dilakukan, yaitu: sterilisasi

secara fisik, kimia, mekanik, pasteurisasi dan tyndalisasi. (Hafsan. 2014)

1. Sterilisasi secara fisik

Selama senyawa kimia yang disterilkan tidak berubah atau terurai

akibat suhu tinggi dan atau tekanan tinggi, selama itu sterilisasi secara fisik

dapat dilakukan. Misalnya dengan pemanasan udara panas, uap air

bertekanan, pemijaran, penggunaan sinar-sinar bergelombang pendek

seperti sinar X, sinar gamma, UV dan sebagainya. Sterilisasi dengan udara

panas (kering) digunakan alat yaitu oven (Hot Air Sterilizer). Cara ini umum

digunakan untuk mensterilkan peralatan gelas. Suhu yang digunakan 170-

180oC selama 2-3 jam. (Hafsan. 2014)

36
Sterilisasi dengan uap air bertekanan, merupakan cara yang paling

banyak digunakan. Alat yang dipakai adalah autoklaf, umumnya material

yang disterilkan berupa medium, air dan sebagainya. Suhu yang digunakan

121oC, dengan tekanan 15 lbs selama 15 menit. Sterilisasi dengan autoklaf

merupakan cara yang paling sering digunakan karena; uap air panas dengan

tekanan tinggi memperbesar kemungkinan terjadinya penetrasi uap air ke

dalam sel mikroorganisme, yang menyebabkan koagulasi protein

protoplasma sehingga mengakibatkan kematian sel mikroorganisme.

(Hafsan. 2014)

2. Sterilisasi secara kimia

Sterilisasi secara kimia yaitu memaparkan alat atau bahan yang

mengandung mikroorganisme terhadap suatu senyawa kimia sehingga

dengan suatu reaksi tertentu dapat membunuh atau menghentikan

pertumbuhan mikroorganisme tersebut tanpa merusak bahan atau alat yang

disterilisasi. (Hafsan. 2014)

Senyawa kimia yang paling banyak digunakan sebagai desinfektan

(senyawa yang dapat menghancurkan sel) antara lain CuSO4, AgNO3,

HgCl2, ZnO, alkohol dan campurannya. Beberapa larutan garam seperti

NaCl (9%), KCl (11%), dan KNO3 (10%). Basa kuat dan asam kuat dapat

juga digunakan karena mampu menghidrolisis sel mikroorganisme.

(Hafsan. 2014)

37
3. Sterilisasi secara mekanik

Prinsip sterilisasi secara mekanik (filtrasi) yaitu menyaring suatu cairan

non steril dengan kertas membrane sehingga cairan yang melewatinya akan

terbebas dari mikroorganisme (steril). Pada umumnya bahan yang

disterilkan melalui cara ini adalah bahan yang mengandung senyawa tidak

tahan suhu tinggi atau tekanan tinggi seperti serum darah, antibiotic,

glukosa dll. Filter apparatus umumnya terdiri dari corong, filter base,

penjepit corong, labu pengumpul, selang, dan pompa vakum. Filter

apparatus juga dapat digunakan untuk menghitung mikroorganisme dengan

prinsip yang sama dengan sterilisasi filtrasi. Kertas membrane filter

memiliki pori-pori yang sangat kecil, lebih kecil dari ukuran bakteri pada

umumnya. Diameter pori-pori dapat berukuran 0,2 um, 0,45 um, 0,65 um

dll. (Hafsan. 2014)

4. Pasteurisasi

Pasteurisasi adalah teknik sterilisasi yang biasa digunakan untuk

larutan-larutan yang mudah rusak apabila terkena suhu tinggi lebih tepat

digunakan untuk susu dan produk susu. Pasteurisasi tidak membunuh semua

mikroorganisme yang terdapat pada susu namun mengurainya sehingga

akan lebih tahan lama disimpan. Bakteri thermoduric memiliki

kemungkinan bertahan hidup lebih besar saat pasteurisasi. Pasteurisasi

terdapat dua cara yaitu metode lama (yang dikembangkan oleh Louis

Pasteur), dengan memanaskan susu pada 63oC selama 30 menit atau dengan

flash pasteurisasi (HTST-High Temperature Short-Term) yaitu pemanasan

38
cepat pada 72oC selama 15 detik kemudian didinginkan dengan cepat.

(Hafsan. 2014)

5. Tyndalisasi

Steaming (tyndallization) atau sterilisasi bertahap (discontinue) yang

dikembangkan oleh John Tyndall adalah istilah untuk cara sterilisasi dengan

uap air panas yang dapat mencapai suhu 100oC pada wadah tanpa tekanan.

Sterilisasi menggunakan uap air panas dapat dilakukan sekali atau tiga kali

(tahap) dengan hari yang berlainan dengan memanaskannya pada 80oC

selama satu jam. Tindalisasi dilakukan pada suhu 90-100oC selama 30 menit

secara bertahap 3 kali. Selama jeda tahapan media diinkubasi pada 37oC

semalam. Pemanasan tiga tahap dimaksudkan untuk memberi kesempatan

endospore untuk berkecambah sehingga akan mati pada tahap pemanasan

selanjutnya. (Hafsan. 2014)

39
B. Uraian Bahan

1. Aquadest (FI III,1979,Hal: 96)

Nama Resmi : AQUA DESTILLATA

Nama lain : Aquadest, air suling

RM/BM : H2O/18,02

Rumus Struktur :

Pemerian : Cairan tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa

Kelarutan : Larut dengan semua jenis larutan

Kegunaan : Zat pelarut.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup kedap

2. Alkohol (FI III,1979,Hal: 65)

Nama Resmi : AETHANOLUM

Nama lain : Akohol, etanol, ethyl alkohol

RM/BM : C2H6O/46,07

Rumus Struktur : H H

H – C – C – OH

H H

Pemerian : Cairan tidak berwarna, jernih, mudah menguap dan

mudah bergerak; bau khas rasa panas, mudah terbakar

dan memebrikan nyala biru yang tidak berasap.

40
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform P dan

dalam eter P

Kegunaan : Sebagai zat tambahan, juga dapat membunuh kuman

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terhindar dari cahaya,

ditempat sejuk jauh dari nyala air

3. Aluminium foil (FI III,1979,Hal: 96)

Nama Resmi : ALLUMINILL

Nama lain : Aluminium, aluminium foil

RM/BM : Al/26,92

Rumus Struktur :

Pemerian : Warna keperakan, tidak berbau, tidak berasa

Kelarutan : Tidak larut dalam air

Kegunaan : Sebagai reaktan reaksi kombinasi dan substitusi

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

41
BAB III

METODE KERJA

A. Alat

Adapun alat yang digunakan dalam praktikum kali ini diantaranya yaitu

: autoklaf, botol semprot, cawan petri, Erlenmeyer, gelas ukur, gunting, kaki

tiga, kawat kasa, lampu spiritus, oven, ose bulat, ose lurus, rak tabung

reaksi, tabung reaksi.

B. Bahan

Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini diantaranya

yaitu : aluminium foil, alkohol, benang godam, kapas, kertas.

C. Cara Kerja

1. Sterilisasi panas

a. Oven

1) Disiapkan alat-alat laboratorium dari gelas seperti cawan petri,

tabung, Erlenmeyer.

2) Ditutup/disumbat alat-alat yang mau disterilkan menggunakan

kapas.

3) Dibungkus alat menggunakan kertas, lalu diikat dengan benang

godam.

4) Dinyalakan oven terlebih dahulu dan disetting pada suhu 175oC

selama 1,5-2 jam.

5) Dimasukkan alat kedalam oven pada suhu 175oC

42
b. Pemisaran

1) Disiapkan lampu spiritus

2) Disiapkan alat yang akan disterilisasi.

3) Disterilisasi alat dengan cara membakar permukaan alat gelas

diatas nyala api Bunsen.

4) Dilakukan sterilisasi ose dengan cara memanaskan ose pada

lampu spiritus atau nyala api Bunsen, mulailah dari pangkal

kawat dan setelah terlihat merah berpijar, secara pelan-pelan

pemanasan dilanjutkan ke ujung ose.

2. Sterilisasi basah

a. Autoklaf

1) Disiapkan alat-alat yang akan disterilisasi

2) Dibungkus alat-alat yang akan disterilkan dengan plastik

3) Dinyalakan terlebih dahulu autoklaf, lalu disetting pada suhu

121oC

4) Dimasukkan alat yang akan disterilkan kedalam autoklaf

5) Disterilisasi pada suhu 121oC selama 10-30 menit

b. Desinfektan

1) Diisi botol semprot dengan alkohol 70%

2) Disemprot tangan dengan alkohol

3) Didiamkan dan akan mulai bekerja, tangan disemprot lagi

dengan alkohol dan diusapkan ke seluruh permukaan tangan

43
4) Disemprot sekitar meja kerja dengan alkohol 70% beberapa kali

sampai merata

5) Diletakkan alat dan bahan yang diperlukan

6) Disemprot lagi dengan alkohol semua permukaan alat.

44
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Tabel pengamatan

No Alat dan Bahan Kegunaan

1. Autoklaf Untuk mensterilisasi suatu benda

ataupun media dengan menggunakan

uap bersuhu tinggi dan bertekanan

tinggi.

2. Botol semprot Untuk menyimpan alkohol 70% yang

digunakan untuk menyemprotkan meja

agar steril

3. Cawan petri Berfungsi sebagai wadah pertumbuhan

atau penanaman mikroba secara

kuantitatif dan tempat pengujian sampel.

4. Erlenmeyer Untuk menampung larutan, bahan atau

cairan, digunakan juga untuk meracik

atau menghomogenkan bahan-bahan

komposisi media, menampung aquadest,

kultivasi mikroba dalam kultur cair.

45
5. Gelas ukur Digunakan untuk mengukur volume

suatu zat dalam bentuk cair, gelas ukur

tidak dapat digunakan untuk larutan

panas.

6. Gunting Digunakan untuk memotong bahan yang

tipis, seperti kertas, tekstil tali, dan kabel.

7. Kaki tiga Sebagai penahan kawat kasa dan

penyangga ketika proses pemanasan.

8. Kawat kasa Untuk menahan beaker atau labu ketika

proses pemanasan menggunakan

pemanas Bunsen atau pemanas spiritus.

9. Lampu spiritus Untuk sterilisasi (memijarkan ose)

sebelum inokulasi sample dan

mengkondisikan area dalam kondisi

aseptis dengan jarak max dari pijaran

lampu spiritus 30 cm

10. Oven Untuk mengeringkan alat-alat sebelum

digunakan dan digunakan untuk

mengeringkan bahan yang dalam

keadaan basah.

46
11. Ose bulat Digunakan untuk mengambil atau

memindahkan sampel dari suatu medium

ke medium lainnya secara zigzag.

12. Ose lurus Digunakan untuk mengambil atau

memindahkan sampel dari suatu medium

ke medium lainnya dengan cara

ditusukkan.

13. Rak tabung reaksi Wadah meletakkan tabung reaksi

14. Tabung reaksi Tempat mereaksikan dua larutan/bahan

kimia atau lebih, serta sebagai tempat

mengembangbiakan mikroba dalam

media cair.

15. Aluminium foil Sebagai penutup Erlenmeyer atau tabung

reaksi

16. Alkohol Cairan yang digunakan sebagai

antiseptic (membunuh atau menghambat

mikroorganisme), untuk pembersih alat-

alat medis.

47
17. Benang godam Berfungsi untuk mengikat alat-alat yang

telah dibungkus dengan kertas sebelum

di masukkan ke oven untuk sterilisasi.

18. Kapas Berfungsi sebagai penyumbat tutup

tabung reaksi, Erlenmeyer, gelas ukur.

19. Kertas Berfungsi untuk membungkus alat-alat

yang akan di masukkan ke dalam oven

untuk di sterilisasikan.

B. Pembahasan

Pada praktikum kali ini dilakukan pengenalan alat dan bahan yang ada

pada laboratorium mikrobiologi dan virologi dasar. Laboratorium mikrobiologi

adalah salah satu laboratorium yang wajib ada pada program mata kuliah

farmasi karena laboratorium ini sangat menunjang pembuatan produk-produk

atau sediaan farmasi.

Mikrobiologi adalah ilmu yang mempelajari mengenai organisme yang

berukuran mikroskopis. Sedemikian kecilnya sehingga keberadaan mereka

hanya dapat dilihat dengan alat yang disebut mikroskop. Dunia

mikroorganisme terdiri dari lima kelompok organisme yaitu, bakteri, protozoa,

virus, algae serta cendawan (jamur) mikroskopik. Dengan demikian lingkup

mikrobiologi meliputi bakteriologi, yaitu ilmu yang mempelajari tentang

bakteri. Sedangkan virologi yaitu ilmu yang mempelajari tentang virus.

48
Sterilisasi dalam mikrobiologi berarti membebaskan tiap benda atau

subtansi dari semua kehidupan mikroorganisme (protozoa, fungi, bakteri dan

virus) dalam bentuk apapun. Untuk mendapatkan keadaan steril ini, diperlukan

proses fisik (panas), penggunaan bahan kimia (gas formaldehid dan clorox),

antibiotik, sinar UV atau sinar gamma, ataupun dengan cara mekanik melalui

sentrifungi kecepatan tinggi atau filtrasi.

Sterilisasi merupakan suatu proses dengan metode tertentu yang dapat

memberikan hasil akhir, yaitu suatu bentuk keadaan yang tidak dapat

ditunjukkan lagi adanya mikroorganisme hidup. Metode sterilisasi cukup

banyak, namun alternatif yang dipilih sangat bergantung pada keadaan serta

kebutuhan setempat. Apapun pilihan metodenya hendaknya tetap menjaga

kualitas hasil sterilisasi.

Alat yang digunakan pada percobaan ini yaitu: botol semprot, cawan petri,

Erlenmeyer, gelas ukur, gunting, kaki tiga, oven, ose bulat, ose lurus, rak

tabung reaksi, tabung reaksi.

Adapun bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu: aluminium foil,

alkohol 70%, kapas, dan kertas.

Tujuan sterilisasi adalah membunuh semua bentuk mikroorganisme hidup

termasuk sporanya pada alat-alat yang disterilkan. Sterilisasi juga bertujuan

untuk mematikan mikroorganisme yang berpotensi merugikan pertumbuhan

dan perkembangan bibit. Misalnya saja terkontaminasi oleh bakteri.

Sterilisasi peralatan bisa dilakukan dengan cara pemanasan kering maupun

basah. Misalnya pada wadah botol, gelas dan logam. Pemanasan kering

49
dilakukan dengan cara manaruh wadah atau gelas kedalam oven yang bersuhu

tinggi selama jangka waktu tertentu. Untuk pemanasan kering, wadah atau

gelas harus benar-benar dalam keadaan kering sebelum dimasukkan kedalam

oven. Pasalnya bila wadah dalam kondisi basah bisa mengakibatkan alat pecah.

Pemanasan basah, biasanya dipakai autoklaf pada tekanan 1 atmosfer

(atm) dengan suhu dan waktu tertentu. Angka suhu yang dipakai biasanya

121°C selama 15 menit atau 115°C selama 30 menit.

Autoklaf adalah alat pemanas tertutup yang fungsinya untuk mensterilkan

suatu benda menggunakan uap bersuhu dan bertekanan tinggi biasanya suhu

digunakan 121oC dan bertekanan 15 kg/cm2 yang dilakukan selama kurang

lebih 15 menit.

Botol semprot diisi dengan alkohol 70%, berfungsi untuk menyemprot

meja atau alat-alat disekitar agar tidak tertempel mikroorganisme hidup.

Cawan petri, berfungsi sebagai wadah pertumbuhan atau penanaman

mikroba secara kuantitatif dan tempat pengujian sampel. Cara sterilisasi alat

ini, sebelumnya dibungkus dengan menggunakan kertas, bagian putihnya di

dalam. Hal ini dilakukan agar tinta pada kertas tidak melengket pada alat. Cara

membungkus cawan petri seperti membungkus kado. Jika cawan petri berisi

makan cawan dimasukkan kedalam autoklaf.

Erlenmeyer digunakan untuk meletakkan media maupun untuk pemanasan

media. Cara sterilisasinya yaitu bila kosong disterilisasi dengan oven,

sedangkan jika berisi disterilisasi dengan autoklaf. Sebelum disterilkan,

terlebih dahulu mulut Erlenmeyer ditutup dengan kapas.

50
Gelas ukur digunakan untuk mengambil cairan dalam volume tertentu.

Cara sterilisasinya di dalam autoklaf, ditutup dengan kertas lalu diikat dengan

benang godam.

Gunting digunakan untuk memotong bahan yang tipis, seperti kertas,

tekstil tali, dan kabel.

Kaki tiga sebagai penahan kawat kasa dan penyangga ketika proses

pemanasan.

Kawat kasa berfungsi untuk menahan beaker atau labu ketika proses

pemanasan menggunakan pemanas Bunsen atau pemanas spiritus.

Lampu spiritus digunakan untuk sterilisasi jarum ose, jarum enten, dan

jarum needle. Selain itu dapat di gunakan untuk memanaskan suatu media.

Oven digunakan sebagai alat sterilisasi panas kering dengan temperature

170-180oC. Alat ini bekerja tanpa membutuhkan kelembaban sehingga tidak

membasahi alat yang disterilkan. Namun tidak semua bahan/alat dapat

disterilkan dengan cara panas kering, contohnya adalah bahan yang terbuat dari

karet maupun plastic yang tidak tahan dengan panas tinggi.

Ose bulat digunakan untuk mengambil atau memindahkan sampel dari

suatu medium ke medium lainnya secara zigzag. Ose bulat disterilkan dengan

cara dipanaskan menggunakan Bunsen.

Ose lurus duntuk mengambil atau memindahkan sampel dari suatu

medium ke medium lainnya dengan cara ditusukkan. Ose lurus disterilkan

dengan cara dipanaskan menggunakan Bunsen sama seperti ose bulat.

51
Tabung reaksi digunakan untuk meletakkan media yang ditanami mikroba

untuk diamati. Cara sterilisasi alat ini, sebelumnya dibungkus dengan

menggunakan kertas, bagian putihnya di dalam. Hal ini dilakukan agar tinta

pada kertas tidak melengket pada alat.

Aluminium foil sebagai penutup Erlenmeyer atau tabung reaksi agar tidak

terkontaminasi.

Alkohol 70% dipakai untuk mensterilkan meja atau alat-alat yang

tidakdimasukkan kedalam oven, seperti gunting.

Kapas dipakai untuk menutup atau menyumbat Erlenmeyer, tabung reaksi,

gelas ukur.

Kertas, dipakai untuk membungkus alat-alat yang akan di masukkan ke

dalam oven untuk disterilkan.

Manfaat percobaan sterilisasi yaitu untuk mengetahui metode sterilisasi,

mengetahui cara membebaskan alat maupun media dari jasad renik dan dapat

menjelaskan secara singkat cara mensterilisasi.

52
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Sterilisasi dalam mikrobiologi berarti membebaskan tiap benda atau

subtansi dari semua kehidupan mikrorganisme (protozoa, fungi, bakteri dan

virus) dalam bentuk apapun. Dalam praktikum dilakukan sterilisasi alat-alat

seperti gelas ukur, erlenmeyer, tabung rekasi, cawan petriks, ose bulat, ose

lurus dan lain-lain dengan tujuan untuk membunuh semua bentuk

mikroorganisme hidup termasuk sporanya pada alat-alat yang disterilkan.

2. Sterilisasi yang digunakan yaitu sterilisasi cara aseptik yang digunakan

untuk membunuh bakteri yang terdapat pada meja tempat praktikum dengan

etanol 75%. Cara yang kedua yaitu dengan metode panas kering dengan alat

yaitu oven digunakan untuk sterilisasi alat-alat dari kaca seperti cawan petri,

erlenmeyer, tabung rekasi dan lain-lain dan sterilisasi yang terakhir yaitu

sterilisasi pembakaran dengan menggunakan Bunsen untuk mensterilisasi

ose bulat dan ose lurus. Namun sebelum sterilisasi alat-alat harus dibungkus

dengan kertas dan dikiat dengan benang gudang. Tujuan dari

pembungkusan yaitu agar alat-alat tidak terkontaminasi dengan bakteri luar

dan alat tidak pecah karena pada umumnya alat terbuat dari kaca. Selain

menggunakan oven, sterilisasi juga bisa dengan alat autoklaf, dengan

metode panas basah. Caranya dengan memasukkan uap dari atas autoklaf

sehingga udara tertekan ke bawah dan keluar melalui saluran bawah

autoklaf. Setelah itu suhu meningkat dan terjadilah sterilisasi.

53
B. Saran

1. Laboratorium

Kalau bisa alatnya diperlengkap lagi, alat-alat yang telah rusak diperbaiki

agar bisa untuk digunakan saat praktikum selanjutnya.

2. Asisten

Untuk kakak asisten saat menjelaskan suaranya bisa diperbesar karena

praktikan yang duduk di belakang kurang mendengar apa yang disampaikan.

54
DAFTAR PUSTAKA

Anis, Shofiyani, Neni.2015. Pengembangan Metode Sterilisasi Pada Berbagai Eksplan Guna
Meningkatkan Keberhasilan Kultur Kalus Kencur (kaemferia galangal L). Agritech.
Vol 17 (1):55-64.

Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia. Edisi III. Departemen Kesehatan


Republik Indonesia. Jakarta
Edhi, Sandra.2013. Cara Mudah Memahami dan Menguasai Kultur Jaringan. Bogor
: IPB Press

Fibriana Fidia, Andin Vita Amalia. 2016. Potensi Kitchen Microbiology Untuk
Meningkatkan Keterampilan Teknik Hands-on Dalam Pembelajaran
Mikrobiologi. Universitas Negeri Semarang : Unnes Science Education
Journal

Florence Meliawaty. 2012. Efisiensi Sterilisasi Alat Bedah Mulut Melalui Inovasi
Oven Dengan Ozon Dan Infrared. JKM. Vol 11 (2): 147-167

Haeria. 2017. Pengantar Ilmu Farmasi. UIN Alauddin : Makassar

Hardono Tri, Kuat Supriyadi. 2020. Modifikasi Autoclave Berbasis Atmega328


(Suhu). Universitas Muhammadiyah Yogyakarta : UMY Science Education
Journal

Hendrawati Tri Yuni, Suratmin Utomo. 2017. Optimasi Suhu dan Waktu Sterilisasi
Pada Kualitas Susu Segar Di Kabupaten Boyolali.Jurnal
Teknologi.Universitas Muhammadiyah Jakarta. Vol 9(2). Hal 98-101

Istini. 2020. Pemanfaatan Plastik Polipropilen Standing Pouch Sebagai Salah Satu
Kemasan Sterilisasi Peralatan Laboratorium. Vol 2 (3). Universitas Gadjah
Mada : Indonesia Journal Of Laboratory

Martoyo Pratiwi Yuniarti. Ratih Dewanti Hariyadi. Permatasari. Winiati Rahayu.


2013. Kajian standar cemaran mikroba dalam pangan di indonesia.Jurnal
Standardisasi Volume 16 Nomor 2, Juli 2014: Hal 113 - 124.

Rahmayanti Fitri. 2013. Intruksi kerja pemakaian autoclave. Universitas


Brawijaya. Indonesia Journal Of Laboratoriy. Vol.2(1)

Raudah, Tien Zubaidah, Imam Santoso.2017. Efektivitas Sterilisasi Metode Panas


Kering Pada Alat Medis Ruang Perawatan Luka Rumah Sakit
Dr.H.Soemarno SosroatmodjoKuala Kapuas. Jurnal Kesehatan Lingkungan
Vol. 14 (1)
Tim Kimia Dasar.Jurusan PMIPA-FKIP.2012.Penuntun Praktikum Kimia Dasar
Jurusan Pendidikan MIPA.Jember University Press

Tim MGMP Pati.2015.Ilmu Resep Teori Jilid III.Yogyakarta: Deepublish

Yusnu, Iman, Nurhakim, 2018. Sukses Budidaya Jamur Tiram. Jakarta : Bumi
Pamulang.
LAMPIRAN

A. Skema Kerja

1. Oven

Disiapkan alat-alat laboratorium dari gelas seperti cawan petri, tabung,

Erlenmeyer

Ditutup/disumbat alat-alat yang mau disterilkan menggunakan kapas

Dibungkus alat menggunakan kertas. Lalu diikat dengan benang godam

Dinyalakan oven terlebih dahulu dan disetting pada suhu 175oC selama

1,5-2 jam.

Dimasukkan alat kedalam oven pada suhu 175oC


2. Pemisaran

Disiapkan lampu spiritus

Disiapkan alat yang akan disterilisasi

Disterilisasi alat dengan cara membakar permukaan alat gelas diatas

nyala api Bunsen

Dilakukan sterilisasi ose dengan cara memanaskan ose pada lampu

spiritus atau nyala api Bunsen


3. Autoklaf

Disiapkan alat-alat yang akan disterilisasi

Dibungkus alat-alat yang akan disterilkan dengan plastik

Dinyalakan terlebih dahulu autoklaf, lalu disetting pada suhu 121oC

Dimasukkan alat yang akan disterilkan kedalam autoklaf

Disterilisasi pada suhu 121oC selama 10-30 menit


4. Desinfektan

Diisi botol semprot dengan alkohol 70%

Disemprot tangan dengan alkohol

Disemprot lagi tangan dengan alkohol dan diusapkan ke seluruh

permukaan tangan

Disemprot sekitar meja kerja dengan alkohol 70% beberapa kali

sampai merata

Diletakkan alat dan bahan yang diperlukan

Disemprot lagi dengan alkohol semua permukaan alat


B. Gambar

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI LABORATORIUM MIKROBIOLOGI


PROGRAM STUDI S1 FARMASI PROGRAM STUDI S1 FARMASI
UNIVERSITAS MEGARESZKY UNIVERSITAS MEGARESZKY

Ket: Dibungkus cawan petri menggunakan Ket: Dibungkus tabung reaksi menggunakan

kertas lalu diikat dengan benang godam kertas lalu diikat dengan benang godam

sebelum dimasukkan ke dalam oven sebelum dimasukkan ke dalam oven

untuk disterilkan. untuk disterilkan.

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI LABORATORIUM MIKROBIOLOGI


PROGRAM STUDI S1 FARMASI PROGRAM STUDI S1 FARMASI
UNIVERSITAS MEGARESZKY UNIVERSITAS MEGARESZKY

Ket: Dibungkus alat-alat (cawan petri, tabung Ket: Dimasukkan alat-alat yang telah di

reaksi, gelas ukur, Erlenmeyer) sebelum bungkus ke dalam oven untuk

dimasukkan ke dalam oven disterilkan dengan metode panas

kering.
LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
PROGRAM STUDI S1 FARMASI
UNIVERSITAS MEGARESZKY

Ket: Dipanaskan ose bulat dan ose lurus


menggunakan bunsen
LABORATORIUM MIKROBIOLOGI DAN VIROLOGI FARMASI
PROGRAM STUDI S1 FARMASI
UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR

LAPORAN PRAKTIKUM
PEMBUATAN MEDIUM

KELOMPOK II

PREISCYLIA RARU D1B120084


ADVENTIANI MANGAGO D1B120081
MEIDINA DWI PUTRI D1B120057
RISMAYANTI D1B120061
VIKA APRILIANI TAUFIK D1B120083
PUTRI REGINA TRIANDINI D1B120078
NUR FITRI AULIAH D1B120098
KELAS B/020

ASISTEN: FELIX RONALDO RADA

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MEGAREZKY
MAKASSAR
2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. LatarBelakang

Farmasi adalah dunia yang mempelajari tentang berbagai obat, baik obat

tradisional, obat herbal, obat modern yang di dapat dari bahan yang berasal dari

tumbuhan maupun zat kimia. Di bidang farmasi ini para ahli mempelajari,

meneliti dan mengetahui dengan baik buruknya makanan atau obat (Haeria,2017).

Mikrobiologi adalah ilmu yang mempelajari mengenai organisme yang

berukuran mikroskopis. Sedemikan kecilnya sehingga keberadaan mereka hanya

dapat dilihat dengan alat yang disebut mikroskop. Dunia mikroorganisme terdiri

dari lima (5) kelompok organisme, yaitu: bakteri, protozoa, virus, algae serta

cendawan (jamur) mikroskopik. Dengan demikian lingkup mikrobiologi meliputi

Bakteriologi, yaitu ilmu yang mempelajari tentang bakteri, Virologi yaitu ilmu

yang mempelajari tentang virus, Mikologi yaitu ilmu yang mempelajari tentang

jamu rdan algae dan Parasitologi yaitu ilmu yang mempelajari tetntang parasit

(Haeria,2017).

Pengantar Mikrobiologi, yang membahas tentang pengertian, sejarah

penemuan bakteri hingga perkembangan teori dasar mikrobiologi. Bakteriologi

dasar yang membahas tentang klasifikasi, taksonomi dan nomenklatur bakteri,

morfologi dan struktur bakteri, fisiologi dan metabolisme bakteri dan mengenai

macam-macam media pertumbuhan bakteri. Patogenesis penyakit infeksi yang

terutama membahas tentang aspek umum penyakit infeksi dan peran bakteri

55
dalam menyebabkan penyakit pada manusia. Flora Normal Rongga mulut,

ekosistem mulut dan plak dental yang membahas tentang jenis dan perkembangan

flora normal rongga mulut, lingkungan mulut dan faktor-faktor yang

mempengaruhi pertumbuhan bakteri di rongga mulut dan membahas juga tentang

komposisi bakteri pada plak dental, dan bagaimana pembentukan plak dan

kalkulus di rongga mulut. Mempelajari tentang parasit (Meganada, 2017).

Medium adalah suatu bahan yang terdiri atas campuran nutrisi ( zat makan)

yang dipakai untuk menumbuhkan mikroba termaksud bakteri patogen. Selain

untuk menumbuhkan mikrobia medium dapat digunakan pula untuk isolasi,

meperbanyak, pengujian sifat-sifat fisiologi dan perhitungan jumlah mikroba.

Medium harus mengandung nutrien yang merupakan substansi dengan berat

molekul rendah dan mudah larut dalam air. Ini adalah degradasi dari nutrient

dengan molekul yang kompleks. Nutrien dalam medium harus memenuhi

kebutuhan dasar makhluk hidup yang meliputi air, karbon, energi, mineral dan

faktor tumbuh (Kaheruni, dkk. 2017).

Media adalah campuran nutrien atau zat makanan yang dibutuhkan oleh

mikroorganisme untuk pertumbuhan. Media selain untuk menumbuhkan mikroba

juga dibutuhkan untuk isolasi & inokulasi mikroba serta untuk uji fisiologi dan

biokimia mikroba (Hafsan, 2014).

Media merupakan bahan yang terdiri dari zat-zat makanan (nutrient) yang

diperlukan mikroorganisme untuk pertumbuhannya. Media juga berguna untuk

isolasi sifat-sifat fisiologi dan perhitungan jumlah mikroba dalam suatu bahan,

media dan pembiakkan selektif digunakan untuk menyeleksi bakteri yang

56
diperlukan dari campuran terdapat dari bahan pemeriksaan, dengan menambahkan

zat-zat tertentu bakteri yang dicari dapat dipisahkan dengan mudah, media ini

dapat dibedakan berdasarkan sifatnya yaitu, cair dan padat (Wenny, 2018).

B. Maksud Percobaan

Adapun maksud dari percobaan kali ini adalah untuk memahami

bagaimana pembuatan media dengan benar dan memahami bagaimana proses

dalam pembuatan medium cair dan padat.

C. Tujuan Percobaan

Adapun tujuan dari percobaan kali ini adalah mahasiswa dapat

menentukan cara pembuatan medium baik medium cair maupun medium padat.

D. Manfaat Percobaan

Adapun manfaat dari percobaan kali ini yaitu, praktikan dapat memahami

dan mengetahui cara pembuatan dan perhitungan meium cari dan padat.

57
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori umum

Mikrobiologi adalah ilmu yang mempelajari semua makhluk

mikroskopik dalam bentuk sel tunggal, multisel, maupun aselular seperti

bakteri, microfungi, kapang, mikroalga, protozoa, dan Archaea. Selain itu, virus

merupakan makhluk mikro aseluler sehingga sering dikaji dalam ilmu

mikrobiologi meskipun tidak dapat sepenuhnya dikatakan sebagai makhluk

hidup. Mikrobiologi dimulai sejak ditemukannya mikroskop dan berkembang

menjadi ilmu yang multidispliner. Dalam penerapannya dimasa kini,

mikrobiologi tidak dapat dipisahkan dengan ilmu yang lain dalam aplikasinya

di bidang farmasi, kedokteran, Teknik kimia, arkeologi, pertanian, gizi dan

kesehatan, serta pangan (Fidia, 2016).

Semua makhluk hidup memerlukan bahan makanan untuk keperluan

hidupnya. Bahan makanan ini diperlukan untuk sintesis bahan sel dan untuk

mendapatkan energi. Demikian pula dengan mikroorganisme, untuk

kehidupannya membutuhkan bahan-bahan organic dan anorganik dari

lingkungannya. Bahan-bahan tersebut disebut dengan nutrient (zat gizi),

sedangkan proses penyerapannya disebut proses nutrisi. Peran utama nutrient

untuk mikroorganisme adalah sebagai sumber energi, bahan pembangun sel dan

sebagai aseptor electron dalam reaksi bioenergik (reaksi yang menghasilkan

energi). Oleh karenannya, bahan makanan yang diperlukan terdiri dari air,

58
sumber energi, sumber karbon, sumber aseptor electron, sumber mineral, factor

pertumbuhan dan nitrogen (Zahrotul, dkk. 2019).

Mikroorganisme dapat ditumbuhkan dan dikembangkan pada suatu

substrat yang disebut medium (jamak : media). Dengan adanya medium

pertumbuhan, aktivitas mikrobia dapat dipelajari dan dengan medium tumbuh

dapat dilakukan isolasi mikrobia dengan kultur murni, perbanyakan, pengujian

sifat fisiologis, dan perhitungan jumlah mikrobia. Keragaman yang luas dalam

tipe nutrient untuk mikrobia yaitu diimbangi dengan oleh tersedianya berbagai

media yang banyak macamnya untuk kultivasinya. Media yang bisa digunakan

yaitu seperti pepton, ekstrak daging, ekstrak khamir, dan agar. Bahan yang

paling umum digunakan untuk membuat medium menjadi padat dapat dipakai

agar (Zahrotul, dkk. 2019).

Media adalah campuran nutrient atau zat makanan yang dibutuhkan oleh

mikroorganisme untuk pertumbuhan. Media selain untuk menumbuhkan

mikroba juga dibutuhkan untuk isolasi & inokulasi mikroba serta untuk uji

fisiologi dan biokimia mikroba. Media yang baik untuk pertumbuhan mikroba

adalah yang sesuai dengan lingkungan pertumbuhan mikroba tersebut, yaitu :

susunan makanannya dimana media harus mengandung air untuk menjaga

kelembaban dan untuk pertukaran zat atau metabolism, juga mengandung

sumber karbon, mineral, vitamin dan gas, tekanan osmose yaitu harus isotonic,

derajat keasaman/pH umumnya netral tapia da juga yang alkali, temperature

harus sesuai dan steril. Media harus mengandung semua kebutuhan untuk

pertumbuhan mikroba, yaitu : sumber energi misalnya gula, sumber nitrogen,

59
juga ion inorganic essensial dan kebutuhan yang khusus, seperti vitamin serta

unsur makro dan unsur mikro (Yusmaniar, dkk. 2017).

Media dapat memanipulasi tempat tumbuhnya biakan atau menjadikan

menjadikan media sebagai isolate tempat tumbuhnya, dan sekaligus

memanipulasi komposisi media pertumbuhannya. Media terdiri dari bahan

dasar, nutrient dan ataupun bahan tambahan. Media dapat dibedakan

berdasarkan sifat fisis, komposisi dan berdasarkan tujuannya. Media sebelum

digunakan harus disterilkan terlebih dahulu, sterilisasi yang digunakan adalah

sterilisasi panas basah (autoklaf). Syarat media yang baik untuk pertumbuhan

mikroba adalah lingkungan kehidupannya harus sesuai dengan lingkungan

pertumbuhan mikroba tersebut, yaitu : susunan makanannya (media harus

mengandung air untuk menjaga kelembaban dan untuk pertukaran

zat/metabolism, juga mengandung sumber karbon, mineral, vitamin dan gas),

tekanan osmose yaitu harus isotonic, derajat keasaman/pH umumnya netral

tapia da juga yang alkali, temperature harus sesuai dan steril. Media harus

mengandung semua kebutuhan untuk pertumbuhan mikroba, yaitu : sumber

energi (contoh : gula), , sumber nitrogen, juga ion inorganic essensial dan

kebutuhan yang khusus, seperti vitamin (Wenny, 2018).

Berdasarkan bentuknya media dibedakan menjadi 3 yaitu :

1. Media padat

Media padat mengandung bahan pemadat atau agar sekitar 15%

sehingga bentuknya padat. Menurut bentuk dan wadahnya dibedakan

menjadi 3 jenis : media tegak, media miring dan media lempeng. Pada

60
umumnya media ini dipergunakan untuk menumbuhkan bakteri maupun

jamur. Pada media lempeng agar pada umumnya digunakan untuk

mengisolasi mikroorganisme oleh karena pada media ini akan tumbuh

isolate atau koloni-koloni bakteri dan jamur yang diduga ada dalam sampel

yang kita kultur. Dengan demikian kita dapat mengidentifikasi secara

makroskopis isolate mikroorganisme tersebut (Suarjana, dkk. 2017).

2. Media setengah padat atau semisolid

Media semisolid merupakan media yang mengandung agar sekitar 0,3-

0,4 % agar sehingga konsistensinya menjadi kenyal atau tidak padat dan

tidak cair. Pada umumnya media ini digunakan untuk melihat pergerakan

atau motilitas bakteri. Bakteri memiliki flagela yang digunakan untuk

bergerak. Pada media semisolid bakteri yang memiliki flagella terlihat

pertumbuhannya melebar sampai diluar bidang tusukan. Sebaliknya bakteri

yang tidak memiliki flagella pertumbuhannya terbatas pada bidang tusukan

pada waktu melakukan inokulasi (Suarjana, dkk. 2017).

3. Media cair

Media cair merupakan media yang tidak ditambahi bahan pemadat atau

agar sehingga konsistensinya cair. Media cair pada umumnya dipergunakan

untuk melihat sifat pertumbuhan bakteri seperti keruh uniform, membentuk

endapan berpasir atau membentuk untaian rambut atau caput medusae

(Suarjana, dkk. 2017).

Pembiakkan adalah suatu proses memperbanyak organisme dengan cara

menyediakan konolisi lingkungan yang cocok. Mikroorganisme yang sedang

61
tumbuh membuat replika dirinya sendiri dan memerlukan unsur-unsur yang

terdapat dalam komposisi kimia tubuhnya. Nutrient harus menyediakan unsur-

unsur tersebut dalam bentuk yang dapat di metabolisme (Karen, dkk. 2018).

Dalam mempelajari sifat mikroorganisme seperti jamur dan bakteri,

diperlukan suatu media pertumbuhan yang dapat mencukupi nutrisi, sumber

energi dan kondisi longkungan tertentu. Suatu media untuk dapat

menumbuhkan mikroorganisme dengan baik diperlukan perdyaratan antara lain:

media harus mempunyai pH yang sesuai, media tidak mengandung zat-zat

penghambat, media harus steril, dan media harus mengandung semua nutrisi

yang mudah digunakan mikroorganisme (Nurul & Triastuti, 2015).

1. Endo Agar

Endo Agar adalah medium umum untuk uji air dan produk dairy. Endo

Agar adalah media media selektif dan media diferensial yang digunakan untuk

mengisolasi bakteri batang gram negatif berdasarkan kemampuan bakteri

memfermentasi laktosa atau tidak.Media ini pada awalnya dibuat untuk

mengisolasi bakteri batang penyebab tifus (typhoid) kemudian berkembang

menjadi media diferensial terutama untuk konfirmasi pemeriksaan bakteri

coliform. Komposisi Media Endo Agar Bahan Jumlah Peptone 10 gram

Lactose 10 gram Di-potassium phosphate 3,5 gram Sodium sulphite 2,5 gram

Agar 10 gram Distilled Water Add to make 1 Liter pH akhir Media Endo : 7,5

± 0,2 pada suhu 25°C Cara Pembuatan Media Endo Agar Timbang 36 gram

bubuk Media Endo, larutkan dengan aquadest sebanyak 1 liter. Tambahkan

6ml basic fuchsin 10% dalam alkohol.Panaskan sampai mendidih untuk

62
melarutkan media.Sterilkan dalam autoclave pada suhu 121°C selama 15

menit.Tunggu suhu sampai hangat-hangat kuku (45°C-50°C).Homogenkan,

tuang ke dalam cawan petri. Interprestasi Hasil Media Endo Agar Pada bakteri

yang tidak dapat memfermentasi laktosa (contoh : Salmonella sp., Shigella

sp.) koloni dan media akan berwarna transparan atau tidak berwarna karena

bakteri tidak memfermentasi laktosa. Pada bakteri yang dapat memfermentasi

laktosa (contoh : Escherichia coli, Klebsiella sp.) koloni dan media akan

berwarna merah atau merah muda, karena memfermentasi laktosa. Reaksi :

Na2SO4 + Basic Fuchsin → Leucofuchsin Laktosa (difermentasi bakteri) →

Formaldehide Leucofuchsin + Formaldehide → Na2SO4 + Fuchsin.. (Andi

2021).

2. Media TSB (Trypticase Soy Broth)

TSB adalah media Broth diperkaya untuk tujuan umum,untuk isolasi,

dan penumbuhan bermacam mikroorganisme. Media ini banyak digunakan

untuk isolasi bakteri dari specimen laboratorium dan akan mendukung

pertumbuhan mayoritas bakteri patogen.MediaTSB mengandung kasein dan

pepton kedelai yang menyediakan asam amino substansi nitrogen lainnya

yang membuatnya menjadi media bernutrisi untuk bermacam mikroorganisme

.Dektosa adalah sumber energi dan natrium klorida mempertahankan

kesetimbangan osmatik .Di kalium fosfat di tambahkan sebagai buffer untuk

mempertahankan pH.(anonim 20011).

63
3. EMBA (Eosin Methylene Blue Agar)

Media Eosin Methylene Blue mempunyai keistimewaan mengandung

laktosa dan berfungsi untuk memilah mikroba yang memfermentasikan

laktosa seperti S. aureus, P. aerugenosa, dan Salmonella.Mikroba yang

memfermentasi laktosa menghasilkan koloni dengan inti berwarna gelap

dengan kilap logam. Sedangkan mikroba lain yang dapat tumbuh koloninya

tidak berwarna.( Cappucino 2014).

4. Nutrient Broth(NB)

Nutrient broth merupakan media untuk mikroorganisme yang berbentuk

cair. Intinya sama dengan nutrient agar. Termasuk ke dalam media umum

yang digunakan untuk menumbuhkan biakan secara general. NB

diformulasikan dengan sumber karbon dan nitrogen supaya dapat memenuhi

kebutuhan nutrisi bakteri. Komposisi NB terdiri dari beef extract sebagai

sumber karbon dan pepton sebagai sumber nitrogen (Cappucino, 2014)

5. Lactose Broth (LB)

Lactose broth digunakan sebagai media untuk mendeteksi kehadiran

koliform dalam air, makanan, dan produk susu, sebagai kaldu pemerkaya (pre-

enrichment broth) untuk Salmonellae dan dalam mempelajari fermentasi

laktosa oleh bakteri pada umumnya. Pepton dan ekstrak beef menyediakan

nutrien esensial untuk memetabolisme bakteri.Laktosa menyediakan sumber

karbohidrat yang dapat difermentasi untuk organisme kolifor. Digunakan

sebagai medium pemeliharaan isolate. Komposisi medium tersebut adalah

64
ekstrak khamir [Oxoid] 0,5%, NaCl [Merck] 1%, pepton [Oxoid] 1% dan agar

[Fluka] 2% (Bernadita. 2016).

6. Media SSA (Salmonella Shigella Agar)

Adalah media selektif yang digunakan untuk mengisolasi Salmonella dan

beberapa spesies Shigella yang berasal dari spesimen klinik seperti urin,

darah, feses maupun yang berasal dari makanan (Cappucino, 2014).Media

SSA mengandung pepton, laktosa, natrium sitrat, natrium tiosulfat, besi (III)

sitrat, brilliant green, natural red dan bile salt. Salmonella spp. yang tumbuh

dalam media SSA berupa koloni transparan, biasanya terdapat bintik hitam

ditengah koloni tersebut, sedangkan Shigella berupa k koloni transparan, tidak

terdapat bintik hitam di tengah (Bernadita. 2016).

Medium yang dibahas dalam uraian di atas adalah medium untuk

pertumbuhan dan perkembangbiakan mikroorganisme.Jadi, medium atau media

adalah substansi yang terdiri atas campuran zat-zat makanan (nutrisi) untuk

pertumbuhan dan perkembang biakan mikroorganisme. Dalam cabang ilmu

biologi yaitu mikrobiologi, kultur media sangat penting untuk menumbuhkan

mikroba, isolasi, perhitungan jumlah mikroba, dan pengujian sifat-sifat fisik

bakteri sehingga suatu bakteri dapat diidentifikasi. Pembiakan mikrobia dalam

laboratorium memerlukan media yang berisi zat-zat hara atau nutrien serta

lingkungan pertumbuhan sesuai dengan mikroorganisme (Rahayu dkk, 2014).

65
B. Uraian Bahan

1. Aluminium foil (FI III,1979,Hal: 96)

Nama Resmi : ALLUMINILL

Nama lain : Aluminium, aluminium foil

RM/BM : Al/26,92

Rumus Struktur :

Pemerian : Warna keperakan, tidak berbau, tidak berasa

Kelarutan : Tidak larut dalam air

Kegunaan : Sebagai reaktan reaksi kombinasi dan substitusi

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

2. Aquadest (FI III 1979, Hal: 96)

Nama Resmi : AQUA DESTILLATA

Nama lain : Aquadest, air suling

RM/BM : H2O/18,02

Rumus Struktur :

Pemerian : Cairan tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa

Kelarutan : Larut dengan semua jenis larutan

Kegunaan : Zat pelarut.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup kedap

66
3. Alkohol (FI III 1979, Hal: 65)

Nama Resmi : AETHANOLUM

Nama lain : Akohol, etanol, ethyl alkohol

RM/BM : C2H6O/46,07

Rumus Struktur : H H

H – C – C – OH

H H

Pemerian : Cairan tidak berwarna, jernih, mudah menguap dan

mudah bergerak; bau khas rasa panas, mudah terbakar

dan memebrikan nyala biru yang tidak berasap.

Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform P dan

dalam eter P

Kegunaan : Sebagai zat tambahan, juga dapat membunuh kuman

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terhindar dari cahaya,

ditempat sejuk jauh dari nyala air.

67
C. Uraian Medium

1. Medium Endo Agar

Komposisi : 1,0% pepton, o,25% dipotassium hidrogen fosfat, 1,0%

laktosa, 0,33% natrium sulfit anhidrat, 0,03% fukhsin dan

1,25% agar (Bridson. 2016)

2. Medium Triptoy Soy Broth (TSB)

Komposisi : 20 g/L pepton, 2,5 g/L glukosa, 5 g/L NaCl dan 2,5 g/L

K2HPO4 (Tito. 2014)

3. Media Salmonella Shigella Agar (SSA)

Komposisi : lab-lem copowder (5,0 gr), peptone (5,0 gr), laktose (10,0

gr), bilesalt (8,5 gr), sodium citrate (10,0 gr), sodium

thiosulphate (8,5 gr), ferriccitrate (1,0 gr), brilian tgreen

(0,00033), neutralred (0,025 gr) dan bactoagar (13,5 gr)

(Bridson. 2016)

4. Media Eosin Methylene Blue Agar (EMBA)

Komposisi : 10 g peptone, 5 g lactose, 5 g sucrose, 2 g dipotassium

phosphate, 0,4 g eosin Y, 0,065 g methylene blue dan

aquadest 1 liter (Lily, dkk. 2017)

5. Medium Nutrient Borth (NB)

Komposisi : 1 g/L lable mcopowder, 2 g/L yeastextract, 5 g/L peptone,

dan 5 g/L sodium chloride (Harris. 2015)

6. Media Lactose Broth (LB)

Komposisi : Beef extract, pepton dan laktosa (Yunan. 2017)

68
BAB III

METODE KERJA

A. Alat

Adapun alat-alat yang digunakan pada percobaan kali ini yaitu Bunsen, Botol

semprot, batang pengaduk, cawan petri, Erlenmeyer, gelas ukur, gelas kimia,

handscoon, kaki tiga, pipet tetes, rak tabung reaksi, spoit 20 ml, sendok tanduk,

tabung reaksi, dan timbangan Analitik.

B. Bahan

Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini diantaranya


yaitu :alkohol, aluminium foil, aquadest, benang godam, EMBA (Eiosin
Methylene Blue Agar), Endo Agar, kapas, kertas perkamen, LB (Lactose Broth),
NB (Nutrien Broth), SSA (Salmonella Sigella Agar), TSB (Trypticase Soy
Broth).

C. Cara Kerja

1. pembuatan medium cair

a. Nutrient Broth (NB)

1) Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.

2) Ditimbang nutrient broth sebanyak 0,96 gram menggunakan

timbangan analitik.

3) Diukur aquadest 120 mL dengan gelas ukur.

4) Dimasukkan NB 0,96 gram kedalam erlenmeyer dan ditambahkan

aquadest 120 mL, lalu dihomogenkan.

69
5) Dipanaskan di atas bunsen dan diaduk hingga mendidih.

6) Diangkat erlenmeyer dan ditutup dengan kapas.

7) Dimasukkan NB kedalam autoklaf untuk disterilisasikan dengan suhu

121oC selama 20 menit.

8) Dikeluarkan NB dan alat dari autoklaf.

9) Disterilkan tabung reaksi dan erlenmeyer dengan bunsen dan diambil

NB menggunakan spuit dan dimasukkan kedalam tabung reaksi

kemudian diangin-anginkan dan erlenmeyer ditutup kembali dengan

menggunakan kapas.

b. Lactose Broth (LB)

1) Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.

2) Ditimbang nutrient broth sebanyak 1,56 gram menggunakan

timbangan analitik.

3) Diukur aquadest 120 mL dengan gelas ukur.

4) Dimasukkan LB 1,56 gram kedalam rlenmeyer dan ditambahkan

aquadest 120 mL, lalu dihomogenkan.

5) Dipanaskan di atas bunsen dan diaduk hingga mendidih.

6) Diangkat erlenmeyer dan ditutup dengan menggunakan kapas.

7) Dimasukkan LB dan alat-alat lainnya kedalam autoklaf untuk

disterilkan dengan suhu 121oC selama 20 menit.

70
8) Dikeluarkan LB dan alat dari autoklaf.

9) Disterilkan tabung reaksi dan erlenmeyer dengan bunsen dan diambil

LB menggunakan spuit dan dimasukkan kedalam tabung reaksi

kemudian diangin-anginkan dan erlenmeyer ditutup kembali dengan

menggunakan kapas.

c. Trypticase Soy Broth (TSB)

1) Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.

2) Ditimbang nutrient broth sebanyak 1,8 gram menggunakan timbangan

analitik.

3) Diukur aquadest 120 mL dengan gelas ukur.

4) Dimasukkan TSB 1,8 gram kedalam erlenmeyer dan ditambahkan

aquadest 120 mL, lalu dihomogenkan.

5) Dipanaskan di atas bunsen dan diaduk hingga mendidih.

6) Diangkat erlenmeyer dan ditutup dengan menggunakan kapas.

7) Dimasukan TSB dan alat-alat lainnya kedalam autoklaf untuk

disterilisasikan dengan suhu 121oC selama 20 menit.

8) Dikeluarkan TSB dan alat dari autoklaf.

9) Disterilkan tabung reaksi dan erlenmeyer dengan bunsen dan diambil

TSB menggunakan spuit dan dimasukkan kedalam tabung reaksi

kemudian diangin-anginkan dan erlenmeyer ditutup kembali dengan

menggunakan kapas.

71
2. Pembuatan medium padat

a. ENDO Agar

1) Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.

2) Ditimbang ENDO agar sebanyak 4,68 gram menggunakan timbangan

analitik.

3) Diukur aquadest 120 mL dengan gelas ukur.

4) Dimasukkan ENDO Agar 4,68 gram kedalam erlenmeyer dan

ditambahkan aquadest 120 mL, lalu dihomogenkan.

5) Dipanaskan di atas bunsen dan diaduk hingga mendidih.

6) Diangkat erlenmeyer dan ditutup dengan menggunakan kapas.

7) Dimasukkan ENDO Agar kedalam autoklaf untuk disterilisasikan

dengan suhu 121oC selama 20 menit.

8) Dikeluarkan ENDO Agar dan alat-alat dari autoklaf.

9) Disterilkan cawan petri dan erlenmeyer dengan bunsen dan diambil

ENDO Agar menggunakan spuit dan dimasukkan kedalam cawan petri

kemudian diangin-anginkan dan erlenmeyer ditutup kembali dengan

menggunakan kapas.

10) Diratakan ENDO Agar dengan menggunakan angka delapan.

b. Eosin Methylene Blue Agar (EMBA)

1) Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.

2) Ditimbang EMBA sebanyak 4,32 gram menggunakan timbangan

analitik.

3) Diukur aquadest 120 mL dengan gelas ukur.

72
4) Dimasukkan EMBA 4,32 gram kedalam erlenmeyer dan ditambahkan

aquadest 120 mL, lalu dihomogenkan.

5) Dipanaskan di atas bunsen dan diaduk hingga mendidih.

6) Diangkat erlenmeyer dan ditutup dengan menggunakan kapas.

7) Dimasukkan EMBA kedalam autoklaf untuk disterilisasikan dengan

suhu 121oC selama 20 menit.

8) Dikeluarkan EMBA dan alat-alat dari autoklaf.

9) Disterilkan cawan petri dan erlenmeyer dengan bunsen dan diambil

EMBA menggunakan spuit dan dimasukkan kedalam cawan petri

kemudian diangin-anginkan dan erlenmeyer ditutup kembali dengan

menggunakan kapas.

10) Diratakan EMBA dengan menggunakan angka delapan.

c. Salmonella Sigella Agar (SSA)

1) Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.

2) Ditimbang SSA sebanyak 4,32 gram menggunakan timbangan analitik.

3) Diukur aquadest 120 mL dengan gelas ukur.

4) Dimasukkan SSA 4,32 gram kedalam erlenmeyer dan ditambahkan

aquadest 120 mL, lalu dihomogenkan.

5) Dipanaskan di atas bunsen dan diaduk hingga mendidih.

6) Diangkat erlenmeyer dan ditutup dengan menggunakan kapas.

7) Dimasukkan SSA kedalam autoklaf untuk disterilisasikan dengan suhu

121oC selama 20 menit.

8) Dikeluarkan SSA dan alat-alat dari autoklaf.

73
9) Disterilkan cawan petri dan erlenmeyer dengan bunsen dan diambil

SSA menggunakan spuit dan dimasukkan kedalam cawan petri

kemudian diangin-anginkan dan erlenmeyer ditutup kembali dengan

menggunakan kapas.

10) Diratakan SSA dengan menggunakan angka delapan.

74
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

NO Media Padat Media cair

1 Endo agar Lurin Bertani (LB)

2. Eosin Methylene Blue Agar (EMB) Nutrient Borth (NB)

3. Salmonella Shigella Agar (SSA) Triptic Soy Broth (TSB)

75
B. Pembahasan

Pada pembuatan medium padat seperti ENDO AGAR, EMBA, dan SSA

masing-masing didapatkan dengan jumlah bobot ENDO AGAR adalah 4,68 g,

EMBA adalah 4,32 g, dan SSA adalah 4,32 g dan dilarutkan bersama aquadest

120mL dalam erlenmeyer dan disterilkan dalam autoclave kemudian dituangkan

ke dalam cawan petri menggunakan spuit 20mL dan terbentuklah medium padat.

Pada pembuatan medium cair seperti LB, NB, dan TSB masing-masing

didapatkan dengan jumlah LB adalah 1,56 g, NB adalah 0,96 g, dan TSB adalah

1,8 g dan dilarutkan bersama aquadest 60mL dalam erlenmeyer dan disterilkan

dalam autoclave kemudian dituangkan ke dalam tabung reaksi menggunakan spuit

20mL dan terbentuklah medium cair.

Media memiliki banyak jenis dan fungi. Salah satunya yaitu media PDA

(Potato Dextrose Agar). Media PDA merupakan media yang sangat umum

digunakan untuk mengembangbiakkan dan menumbuhkan jamur dan khamir.

PDA mengandung sumebr karbohidrat dalam jumlah cukup terdiri dari 20%

ekstrak kentang dan 2% glukosa. Komposisi media PDA berupa kentang, dextrose

dan aquadest. Secara rinci karakteristik media PDA terdiri dari, potato ekstrak 40

gram, dextrose 20 gram, dan agar 15 gram.

Adapun fungsi dari media PDA yaitu agar yang merupakan bahan media

tempat tumbuh bagi biakkan yang baik karena mengandung cukup air, ini

berfungsi untuk memadatkan media. Dextrose atau gugusan gula baik itu

monosakarida maupun polisakarida merupakan penambahan nutrisi bagi biakkan

pada media PDA.

76
Proses pembuatan media PDA, EMBA, ENDO AGAR, LB, NB, dan TSB

dilakukan dengan cara menimbang media bubuk menggunakan neraca analitik

sesuai dengan peraturannya lalu dimasukkan kedalam erlenmeyer, erlenmeyer

berfungsi sebagai wadah untuk melarutkan media bubuk dengan aquadest yang

telah diukur pHnya.

Setelah itu dipanaskan diatas api bunsen, fungsi dipaaskan agar bubuk dan

aquadest terlarut, setelah itu ditutup erlenmeyer menggunakan kapas dan

disterilkan di autoclave, fungsi dari autoclave yaitu untuk mensterilkan media,

karena media sangat mudah terkontaminasi dengan keadaan luar makanya harus

disterilkan.

Setelah disterilkan di dalam autoclave media dimasukkan ke cawan petri

untuk media yang padat seperti PDA, EMBA, ENDO AGAR, sedangkan media

cair seperti TSB, NB, LB dimasukkan dalam tabung reaksi. Setelah dimasukkan

ke dalam cawan petri dan tabung reaksi, media harus disterilkan kembali dalam

autoclave.

Dalam pembuatan media kesterilan alat dan tempat harus sangat diperhatikan,

karena media sangat mudah terkontaminasi dengan udara luar, jika media sudah

terkontaminasi dengan mikroorganisme lain maka media tersebut akan ditumbuhi

bakteri-bakteri yang tidak diinginkan.

77
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa

media merupakan suatu bahan yang digunakan untuk menumbuhkan mikroba

yang terdiri atas campuran nutrisi atau zat-zat makanan. Media digunakan untuk

isolasi dan identifikasi mikroorganisme sekaligus digunakan untuk perbanyakan

dan perhitungan jumlah mikroorganisme. Sebelum melakukan praktikum maka

perlu dipersiapkan alat dan bahan yang diperlukan serta dilakukan sterilisasi alat.

Cara pembuatan dari keenam media yaitu ENDO AGAR, EMBA, SSA, LB,

NB, dan TSB cenderung sama, terlebih dahulu semua alat dibungkus dengan

kertas, kemudian alat disterilkan menggunakan oven dengan suhu 175°C selama

60 menit. Setelah alat disterilkan, tutup mulut alat menggunakan kapas, masing-

masing media ditimbang menggunakan neraca analitik sesuai perhitungan yang

telah ditentukan. Kemudian media bubuk dimasukkan kedalam erlenmeyer dan

ditambahkan dengan aquadest sebanyak 120mL, lalu panaskan diatas bunsen

sambil diaduk agar media tidak menggumpal dan agar perubahan warna terlihat.

Diamkan beberapa menit lalu sterilkan menggunakan autoclave dengan suhu

121°C selama 15 menit, kemudian pindahkan media padat kedalam cawan petri

dan media cair kedalam tabung reaksi menggunakan spuit 20mL, dikerjakan

didekat bunsen agar media dan wadah tetap steril dari mikroorganisme yang tidak

diinginkan.

78
B. Saran

1. Laboratorium

Alat-alat yang digunakan dalam laboratorium harus dilengkapi agar tidak

mengganggu proses praktikum dan untuk alat yang sudah ada di rawat dengan

baik agar tidak mudah rusak.

2. Asisten

Kinerja kakak sebagai asisten sudah cukup baik jadi perlu dipertahankan

agar kedepannya semakin baik lagi.

79
DAFTAR PUSTAKA

Aini, Nurul & Rahayu, Triastuti. 2015. Media Alternatif Untuk Pertumbuhan
Jamur Menggunakan Sumber Karbohidrat Yang Berbeda. Surakarta. Sp.

Corral, Karen C, dkk. 2018 Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta. EGC.

Dirjen POM. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi IV. Departemen Kesehatan


Republik Indonesia. Jakarta

Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia. Edisi III. Departemen Kesehatan


Republik Indonesia. Jakarta

Emda Amma, 2014. Laboratorium sebagai Sarana Pembelajaran Kimia Dalam


Meningkatkan Dan Keterampilan Kerja Ilmiah. BandaAceh, UINArraniry

Fibriana Fidia, Andin Vita Amalia. 2016. Potensi Kitchen Microbiology Untuk
Meningkatkan Keterampilan Teknik Hands-on Dalam Pembelajaran
Mikrobiologi. Universitas Negeri Semarang : Unnes Science Education
Journal

Haeria. 2017. Pengantar Ilmu Farmasi. UIN Alauddin : Makassar

Hafsan, 2014.Laboratorium Analitik. Makassar, Alaudin University Press

Meganada Hiaranya Putri, Sukini, Yodong. 2017. Mikrobiologi. Kementrian


Kesehatan Republik Indonesia

Murtius, Wenny Surya. 2018. Praktek Dasar Mikrobiologi. Padang:Universitas


Andalas
Suarjana, Besung, Mahatmi, danTono. 2017.Isolasi dan Identifikasi Bakteri. Bali:
Universitas Udayana

Yusmaniar, Wardiyah, Khairun Nida. 2017. Mikrobiologi Parasitologi. Jakarta:


Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Zahrotul, Nadira, dan Tholibah. 2019. Panduan Praktikum Mikrobiologi Dasar.
Magelang:Universitas Tidar
Suarjana, Besung, Mahatmi, dan Tono. 2017. Isolasi dan Identifikasi Bakteri.
Bali: Universitas Udayana

Yusmaniar, Wardiyah, Khairun Nida. 2017.Mikrobiologi Parasitologi.Jakarta:


Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Zahrotul, Nadira, dan Tholibah.2019.Panduan Praktikum Mikrobiologi Dasar.
Magelang:Universitas Tidar
LAMPIRAN

A. Skema Kerja

1. Endo Agar

DitimbangEndo Agar sebanyak 4,68 g.

Diukuraquadestsebanyak 120 ml.

DimasukkanEndo Agar 4,68 g kedalam Erlenmeyer dan

ditambahkanaquadest 120 ml, laludihomogenkan.

Dipanaskan di atas bunsen dan diadukhinggamendidih.

Diangkat Erlenmeyer dan ditutupdenganmenggunakankapas.

DikeluarkanEndo Agar dan alatdariautoklaf.

DiratakanEndo Agar denganmenggunakanmetodeangkadelapan.


2. EMBA

Ditimbang EMBAsebanyak 4,68 g.

Diukuraquadestsebanyak 120 ml.

DimasukkanEMBA 4,32 g kedalam Erlenmeyer dan

ditambahkanaquadest 120 ml, laludihomogenkan.

Dipanaskan di atas bunsen dan diadukhinggamendidih.

Diangkat Erlenmeyer dan ditutupdenganmenggunakankapas.

DimasukkanEMBA dan alat-

alatlainnyakedalamautoklafuntukdisterilisasikandengansuhu 121°C

selama 15-20 menit.

DikeluarkanEMBA dan alatdariautoklaf.


Distrerilkancawan petri dan Erlenmeyer dengan bunsen dan diambil

EMBAmenggunakanspoit dan dimasukkankedalamcawan petri

kemudiandiangin-anginkan dan Erlenmeyer

ditutupkembalidenganmenggunakankapas.

Diratakan EMBA denganmenggunakanmetodeangkadelapan.

3. LB

Ditimbang LB sebanyak 1,56 g.

Diukuraquadestsebanyak 120 ml.

DimasukkanLB 1,56 g kedalam Erlenmeyer dan ditambahkanaquadest

120 ml, laludihomogenkan.

Dipanaskan di atas bunsen dan diadukhinggamendidih.

Diangkat Erlenmeyer dan ditutupdenganmenggunakankapas.


DimasukkanLB dan alat-

alatlainnyakedalamautoklafuntukdisterilisasikandengansuhu 121°C

selama 15-20 menit.

Dikeluarkan LB dan alatdariautoklaf.

Distrerilkancawan petri dan Erlenmeyer dengan bunsen dan diambilLB

menggunakanspoit dan dimasukkankedalamcawan petri

kemudiandiangin-anginkan dan Erlenmeyer

ditutupkembalidenganmenggunakankapas.

DiratakanLB denganmenggunakanmetodeangkadelapan.

4. NB

Ditimbang NB sebanyak 0,96 g.

Diukuraquadestsebanyak 120 ml.


DimasukkanNB 0,96 g kedalam Erlenmeyer dan ditambahkanaquadest

120 ml, laludihomogenkan.

Dipanaskan di atas bunsen dan diadukhinggamendidih.

Diangkat Erlenmeyer dan ditutupdenganmenggunakankapas.

DimasukkanNB dan alat-

alatlainnyakedalamautoklafuntukdisterilisasikandengansuhu 121°C

selama 15-20 menit.

DikeluarkanNB dan alatdariautoklaf.

Distrerilkancawan petri dan Erlenmeyer dengan bunsen dan diambil

NBmenggunakanspoit dan dimasukkankedalamcawan petri

kemudiandiangin-anginkan dan Erlenmeyer

ditutupkembalidenganmenggunakankapas.
Diratakan NB denganmenggunakanmetodeangkadelapan.

5. SSA

Ditimbang SSA sebanyak 4,32 g.

Diukuraquadestsebanyak 120 ml.

DimasukkanSSA 4,32 g kedalam Erlenmeyer dan

ditambahkanaquadest 120 ml, laludihomogenkan.

Dipanaskan di atas bunsen dan diadukhinggamendidih.

Diangkat Erlenmeyer dan ditutupdenganmenggunakankapas.

DimasukkanSSA dan alat-

alatlainnyakedalamautoklafuntukdisterilisasikandengansuhu 121°C

selama 15-20 menit.


DikeluarkanSSA dan alatdariautoklaf.

Distrerilkancawan petri dan Erlenmeyer dengan bunsen dan diambil

SSAmenggunakanspoit dan dimasukkankedalamcawan petri

kemudiandiangin-anginkan dan Erlenmeyer

ditutupkembalidenganmenggunakankapas.

Diratakan SSA denganmenggunakanmetodeangkadelapan.

6. TSB

Ditimbang TSB sebanyak 1,8 g.

Diukuraquadestsebanyak 120 ml.

DimasukkanTSB 1,8 g kedalam Erlenmeyer dan ditambahkanaquadest

120 ml, laludihomogenkan.


Dipanaskan di atas bunsen dan diadukhinggamendidih.

Diangkat Erlenmeyer dan ditutupdenganmenggunakankapas.

DimasukkanTSB dan alat-

alatlainnyakedalamautoklafuntukdisterilisasikandengansuhu 121°C

selama 15-20 menit.

DikeluarkanTSB dan alatdariautoklaf.

Distrerilkancawan petri dan Erlenmeyer dengan bunsen dan diambil

TSBmenggunakanspoit dan dimasukkankedalamcawan petri

kemudiandiangin-anginkan dan Erlenmeyer

ditutupkembalidenganmenggunakankapas.

Diratakan TSB denganmenggunakanmetodeangkadelapan.


B. Perhitungan

39
1. Endo Agar = 1000 𝑥 6 𝑥 20 𝑚𝑙 = 4,68 𝑔

30
2. TSB = 1000 𝑥 6 𝑥 10 𝑚𝑙 = 1,8 𝑔

36
3. SSA = 1000 𝑥 6 𝑥 20 𝑚𝑙 = 4,32 𝑔

36
4. EMBA = 1000 𝑥 6 𝑥 20 𝑚𝑙 = 4,32 𝑔

8
5. NB = 1000 𝑥 6 𝑥 20 𝑚𝑙 = 0,96 𝑔

13
6. LB = 1000 𝑥 6 𝑥 20 𝑚𝑙 = 1,56 𝑔
C. GAMBAR

LABORATORIUM LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI MIKROBIOLOGI
PROGRAM STUDI S1 FARMASI PROGRAM STUDI S1 FARMASI
UNIVERSITAS MEGARESZKY UNIVERSITAS MEGARESZKY

Ket: Ditimbang TSB sebanyak 1,80 Ket: DitimbangEndo Agar sebanyak

gram. 4,68 gram.

LABORATORIUM LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI MIKROBIOLOGI
PROGRAM STUDI S1 FARMASI PROGRAM STUDI S1 FARMASI
UNIVERSITAS MEGARESZKY UNIVERSITAS MEGARESZKY

Ket: Ditambahkanaquadessebanyak Ket: DimasukkanEndo Agar kedalam

20 ml di dalam erlenmeyer. Erlenmeyer yang sudah diberi

aquades.
LABORATORIUM LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI MIKROBIOLOGI
PROGRAM STUDI S1 FARMASI PROGRAM STUDI S1 FARMASI
UNIVERSITAS MEGARESZKY UNIVERSITAS MEGARESZKY

Ket: DipanaskanEndo Agar diatas Ket: Disterilkan medium

Bunsen sambil diaduk – aduk ad menggunakan autoklaf.

homogen.

LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI
PROGRAM STUDI S1 FARMASI
UNIVERSITAS MEGARESZKY

Ket: Dimasukkansetiap media


kedalamcapit atau cawan petri
dan diberi label.
LABORATORIUM MIKROBIOLOGI DAN VIROLOGI FARMASI
PROGRAM STUDI S1 FARMASI
UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR

LAPORAN PRAKTIKUM
PENANAMAN DAN ISOLASI MIKROORGANISME

KELOMPOK II

PREISCYLIA RARU D1B120084


ADVENTIANI MANGAGO D1B120081
MEIDINA DWI PUTRI D1B120057
RISMAYANTI D1B120061
VIKA APRILIANI TAUFIK D1B120083
PUTRI REGINA TRIANDINI D1B120078
NUR FITRI AULIAH D1B120092

KELAS B/20

ASISTEN : RAHMATIA E. AMAN T.

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MEGAREZKY
MAKASSAR
2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Farmasi adalah dunia yang mempelajari tentang berbagai obat, baik obat

tradisional, obat herbal, obat modern yang di dapat dari bahan yang berasal dari

tumbuhan maupun zat kimia. Di bidang farmasi ini para ahli mempelajari, meneliti,

dan mengetahui baik buruknya makanan atau obat (Haeria, 2017)

Mikrobiologi adalah ilmu yang mempelajari semua makhluk mikroskopik

dalam bentuk sel tunggal, multisel, maupun aselular seperti bakteri, microfungi,

kapang, mikroalga, protozoa, dan archaea. Selain itu, virus merupakan makhluk

mikro aseluler sehingga sering dikaji dalam ilmu mikrobiologi meskipun tidak

dapat sepenuhnya dikatakan sebagai makhluk hidup. Mikrobiologi dimulai sejak

ditemukannya mikroskop dan berkembang menjadi ilmu yang multidispliner.

Dalam penerapannya dimasa kini, mikrobiologi tidak dapat dipisahkan dengan ilmu

yang lain dalam aplikasinya di bidang farmasi, kedokteran, teknik kimia, arkeologi,

pertanian, gizi dan kesehatan, serta pangan (Fidia, 2016).

Mikroba ada yang bermanfaat dan ada yang merugikan yang bersifat pathogen.

Mikroba yang bermanfaat dan mikroba yang merugikan untuk membedakannya

tentu sulit, mengingat mikroba tersebut dalam bentuk populasi campuran. Hal ini

dapat diatasi dengan proses identifikasi antara mikroba bermanfaat dan mikroba

yang merugikan dapat melalui pemisahan populasi campuran dari lingkungan.

Pemisahan ini lebih dikenal dengan nama isolasi mikroba. Pengamatan mikroba

80
hanya dapat dilakukan jika mikroba yang diamati di isolasi di tempat-tempat

tertentu sehingga mereka mudah diamati. Pengamatan terhadap mikroba tertentu

hanya dapat dilakukan jika mikroba dipisahkan dari lingkungan dan mikroba

lainnya. Ini bisa dilakukan dengan teknik isolasi (Bandaring, dkk. 2020).

Isolasi mikroorganisme suatu upaya pemindahan mikroba diluar dari

lingkungan alamiahnya untuk mendapatkan biakan murni. Pemisahan

mikroorganisme dari lingkungan bertujuan untuk memperoleh biakan murni yang

sudah tidak bercampur lagi dengan mikroba lainnya. Prinsip dari isolasi mikroba

adalah memisahkan satu jenis mikroba dengan mikroba lainnya yang terdapat pada

suatu substrata tau lingkungan sekitarnya. Sehingga dalam mempelajari ilmu

mikroorganisme kita hrus mengerti dan memahami bagaimana mendapatkan

mikroba murni dengan cara mengisolasi dan memisahkan mikrobia tersebut sesuai

dengan tujuannya. Melalui isolasi kita dapat mempelajari morfologi, biologi

ataupun karakteristik mikrobia tersebut (Yunilas, 2017)

Media merupakan bahan yang dapat dilakukan sebagai tempat pertumbuhan

mikroorganisme seperti bakteri. Beberapa jenis bakteri dapat hidup baik pada

media yang sangat sederhana, yang hanya mengandung garam anorganik ditambah

sumber karbon organik seperti gula, namun ada pula bakteri yang memerlukan

suatu media yang sangat kompleks selain mengandung sumber karbon dan nitrogen

juga perlu penambahan darah atau bahan-bahan kompleks lainnya, namun yang

terpenting media harus mengandung nutrisi yang merupakan substansi dengan berat

molkul rendah dan mudah larut dalam air (Bandaring, dkk. 2020).

81
B. Maksud Percobaan

Adapun maksud dari percobaan kali ini adalah untuk mengenal cara

mengisolasi mikroorganisme terutama bakteri dan fungsi dari beberapa sumber

isolasi dan mengetahui mikroorganisme yang terdapat dalam sumber isolasi

C. Tujuan Percobaan

Adapun tujuan percobaan kali ini adalah mahasiswa mampu mengetahui cara

mengisolasi mikroorganisme terutama bakteri dan fungi dari beberapa sumber

isolasi dan mahasiswa mampu mengetahui mikroorganisme yang terdapat dalam

sumber isolasi.

D. Manfaat Percobaan

Adapun manfaat dari percobaan kali ini yaitu mengetahui cara mengisolasi

mikroorganisme terutama bakteri dan fungi dari beberapa sumber isolasi dan

mengetahui mikroorganisme yang terdapat dalam sumber isolasi.

82
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Umum

Mikroorganisme atau mikroba adalah organisme yang berukuran sangat kecil

sehingga untuk mengamatinya diperlukan alat bantuan yang disebut mikroskop.

Mikroorganisme ada yang bersel tunggal maupun bersel banyak. Mikroorganisme

disebut juga organisme mikroskopis (Ermavianti, 2019).

Penanaman bakteri adalah pekerjaan memindahkan bakteri dari medium yang

lama ke medium yang baru dengan tingkat ketelitian yang sangat tinggi dalam

kondisi steril atau aseptik. Kondisi steril ini meliputi media, alat, dan bahan yang

digunakan harus benar-benar bersih dari kontaminasi organisme. Dalam melakukan

penanaman bakteri diperlukan beberapa persiapan antara lain menyiapakan ruangan

dan pemindahan dengan kawat inokulasi. Ruangan tempat penanaman bakteri harus

bersih dan steril agar tidak terjadi kesalahan dalam percobaan dan kawat inokulasi

(ose) yang digunakan sebaiknya digunakan pada bagian ujung yang terbuat dari

platina atau nikel (Tim Tentor Master, 2018).

Proses pengambilan bakteri dari media atau lingkungan aslinya dan

menumbuhkannya pada media buatan untuk mendapatkan kultur bakteri murni

adalah pengertian isolasi bakteri. Populasi bakteri dapat diisolasi ke dalam suatu

kultur sehingga dapat dipelajari, sifat, dan kemampuan biokimianya sebagai salah

satu tujuan isolasi (Rahmi, 2021).

Proses isolasi bakteri dari satu tempat ke tempat yang lainnya harus dilakukan

dilakukan dengan prosedur aseptik. Aseptik dalam hal ini berarti bebas dari sepsis,

83
yaitu kondisi yang tercemar karena tempat mikroorganisme lain yang tidak

dinginkan. Prosedur ini sangat penting dilakukan saat menangani bakteri, selain

untuk melindungi diri juga terhindar dari mikroorganisme lain (Rahmi, 2021).

Isolasi bakteri merupakan suatu cara untuk memisahkan atau memindahkan

mikroba tertentu dari lingkungan sehingga di peroleh kultur murni atau biakan.

Pada proses isolasi bakteri harus diketahui cara menaman dan menumbuhkan

bakteri pada medium biakan serta syarat-syarat lain untuk untuk pertumbuhannya.

Memindahkan bakteri dari medium yang lama ke medium yang baru diperlukan

ketelitian pensterilan alat-alat yang digunakan, supaya dapat dihindari terjadinya

kontaminasi (Sudjito, 2018).

Biakan pertama kali hasil isolasi disebut isolat. Pembuatan isolat dilakukan

dengan cara mengambil sampel dari lingkungan baik yang cair, udara maupun

tanah. Selanjutnya sampel tersebut kemudian dibiakkan dengan menggunakan

media universal atau media seletif. Media universal akan diperoleh biakan mikroba

campuran. Untuk media proses identifikasi maupun isolasi jenis tertentu saja,

dilakukan proses pembuatan isolate tunggal dari isolate campuran tersebut (Lestari,

2017).

Isolasi mikroba bisa juga diartikan sebagai suatu proses pemisahan mikroba

dari lingkungan asalnya dengan menggunakan teknik pengenceran berseri

kemudian menumbuhkannya pada media buatan untuk memperoleh kultur murni

“pure culture”. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam isolasi mikroba

diantaranya teknik sterilisasi, jenis media yang digunakan, teknik isolasi dan

penyimpanan kultur mikroba pasca isolasi (Kristiandi, 2020).

84
Hal-hal lain yang perlu diperhatikan dalam melakukan isolasi bakteri yaitu :

sifat spesies mikroba yang akan diisolasi, tempat hidup atau asal mikroba, medium

untuk pertumbuhan yang sesuai, cara menanam mikroba tersebut, cara inkubasi

mikroba, cara menguji bakteri bahwa miroba yang isolasi telah berupa biakan murni

dan sesuai dengan maksud dan yang terakhir yaitu cara memelihara agar mikroba

yang telah diisolasi tetap merupakan biakan murni (Rahmi, 2021).

Prinsip dari isolasi mikroba adalah memisahkan satu jenis mikroba dengan

mikroba yang lain yang berasal dari campuran bermacam-macam mikroba. Hal ini

dilakukan dengan menumbuhkannya dalam media padat, sel-sel mikroba akan

membentuk koloni sel yang tetap pada tempatnya (Gabriella, 2017).

Dalam melakukan isolasi dilakukan dua tahap yaitu propagasi pengenceran.

Propagasi dilakukan dengan tujuan untuk memperbanyak jumlah sel bakteri

penghasil kozoenzim sehingga memudahkan sebelum dilakukan identifikasi. Tahap

ini dilakukan dengan carasampel dicampurkan dengan medium selektif kemudian

di inkubasi dengan menggunakan shaker dengan kecepatan 100 rpm selama 6 x 24

jam. Tahap kedua yaitu pengenceran. Pengenceran dilakukan dengan tujuan

mendapatkan kuantitas bakteri dalam jumlah yang dapat terhitung. Teknik yang

digunakan adalah teknik pengenceran secara bertingkat atau berseri (series of

dilution) (Lestari, 2017).

Masa hidup mikroorganisme ditentukan melalui beberapa syarat yaitu medium

tempat mikroba tumbuh harus lembab, mengandung oksigen bagi mikroba yang

membutuhkan oksigen, pH netral, mengandung sumber karbon, mineral, vitamin

serta nutrisi yang mencukupi (Rahmadhani, 2020).

85
Terdapat beberapa metode yang dilakukan selama isolasi diantaranya spread-

plate (cawan tebar/sebar), streak plate (cawan gores), pour plate (cawan tuang) dan

teknik dilusi (pengenceran).

1. Spread-plate (cawan sebar)

Cawan sebar merupakan teknik kultur mikroba dengan cara menuangkan

sampel di atas media yang telah memedat lalu menyebar secara merata

menggunakan batang drigalski. Dengan metode ini mikroba hanya dapat

tumbuh di atas permukaan media. Oleh karena itu, pada metode spread-plate

tidak dapat digunakan untuk mengukturkan mikroba anaerob yang hanya dapat

tumbuh di bawah permukaan media agar (Kristiandi, 2021).

2. Streak- plate (cawan gores)

Cawan gores merupakan teknik isolasi yang dilakukan dengan

menggoreskan sampel mikroba dengan membuat garis berpola di atas

permukaan media padat menggunakan jarum inokulasi (ose). Penggoresan

yang sempurna akan menghasilkan koloni yang terpisah. Mikroba yang

terlepas pada garis-garis goresan semakin lama semakin sedikit, sehingga pada

garis terakhir akan membentuk koloni yang terpisah jauh dan koloni tersebut

diperkiran tunggal (Kristiandi, 2021).

3. Pour-plate (cawan tuang)

Cawan tuang merupakan teknik isolasi dengan cara mencampurkan

sampel mikroba dengan media yang belum memadat (suhu 45°C). Dengan

metode pour-plate mikroba diharapkan akan tumbuh dan tersebar merata baik

di lapisan permukaan atas maupun lapisan permukaan dibawah permukaan

86
media agar. Oleh karena itu, metode tersebut sangat cocok digunakan untuk

mengisolasi mikroba aerob maupun anaerob (Kristiandi, 2021).

Keunggulan metode tuang yaitu permukaan bakteri lebih halus dan merata

di seluruh permukaan media sehingga zona bening Nampak lebih jelas dan

pengukuran diameter lebih mudah, durasi waktu yang dugunakan dalam cawan

petri lebih singkat dan terjadinya resiko kontaminasi lebih sedikit

dibandingkan dengan kolaborasi metode sebar dan gores (Serniati, 2017).

Sedangkan kelemahan dari metode ini adalah membetuhkan waktu dan

bahan yang lama dan banyak, akan tetapi tidak memerlukan biakan tinggi

(Fatiqin, 2019).

4. Teknik Dilusi (pengenceran)

Tujuan dari teknik ini adalah melarutkan atau melepaskan mikroba dari

susbtratnya ke dalam air sehingga lebih mudah penanganannya. Sampel yang

telah diambil kemudian disuspensikan dalam aquades steril. Teknik

penanaman ini merupakan lanjutan dari teknik pengenceran bertingkat. Teknik

dilusi penting dalam analisa mikrobiologi karena hampir semua metode

penelitian dan perhitungan jumlah mikroba menggunakan teknik ini, seperti

TPC (Total Plate Count) (Sudjito, 2018).

87
B. Uraian Bahan

1. Aquadest (FI III, 1979, Hal : 96)

Nama Resmi : AQUA DESTILLATA

Nama lain : Aquadest, air suling

RM/BM : H2O/18,02

Rumus Struktur :

Pemerian : Cairan tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa

Kelarutan : Larut dengan semua jenis larutan

Kegunaan : Zat pelarut.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup kedap

2. Alkohol (FI III, 1979, Hal: 65)

Nama Resmi : AETHANOLUM

Nama lain : Akohol, etanol, ethyl alkohol

RM/BM : C2H6O/46,07

Rumus Struktur :

Pemerian : Cairan tidak berwarna, jernih, mudah menguap dan

mudah bergerak; bau khas rasa panas, mudah terbakar

dan memebrikan nyala biru yang tidak berasap.

88
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform P dan

dalam eter P

Kegunaan : Sebagai zat tambahan, juga dapat membunuh kuman

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terhindar dari cahaya,

ditempat sejuk jauh dari nyala air

3. Media salmonella shigella agar (SSA) (Bridson, 2016)

Komposisi : Lab-lem copoeder 5,0 gram, pepton 5,0 gram,lactose 10,0

gram, bilesalt 8,5 gram, sodium citrate 10,0 gram, sodium

thiosulphate 8,5 gram, ferriccitrate 1,0 gram, brilian

tgreen 0,00033, neutralred 0,025 gram dan bactoagar 13,5

gram.

4. Bakso (Sufi, 2021)

Komposisi : Energi 201 kal, protein 18,8 gram, lemak 14,0 gram, kalsium

11 mg, fosfor 170 mg dan besi 2,8 mg.

5. Nasi putih (Kemenkes RI, 2014)

Komposisi : Energi 357, indeks glikemik 64, karbohidrat 77,1, lemak

1,7, protein dan serat 0,2

6. Yakult (Sudarmadji, 2019)

Komposisi : Air 52,85, gula 14,40, glukosa 0,20, lactobacillus casei

1,00, dan skin milk powder 2,03.

7. Mie (Nuril, 2020)

Komposisi : Energi total 380 kkal, energy dari lemak 130 kkal, protein

13%, natrium 71%, karbohifrat total 17%, vitamin A 25%,

89
vitamin B1 35%, vitamin B6 25%, vitamin B12 45%, dan

gula 8 gram.

8. Roti (Tim Ide Masak, 2012)

Komposisi : Tepung terigu, ragi, gula, telur, air, susu, dan mentega.

Salah satu bahan utama pembuatan roti yaitu tepung terigu

yang mengandung protein sebesar 11- 13%.

9. Teh (Muaris, 2012)

Komposisi : Energi 153 kkal, protein 3,2 gram, lemak 3,9 gram,

karbohidrat 26,8 gram, serat, kolestrol 14 mg, natrium

85,2 mg.

90
BAB III

METODE KERJA

A. Alat

Adapun alat yang digunakan dalam praktikum kali ini di antaranya yaitu

autoklaf, bunsen, botol semprot, cawan petri, erlenmeyer, gelas ukur, gunting,

inkubator, kaki tiga, kulkas, LAF (Laminar Air Flow), oven, ose bulat, ose lurus,

rak tabung reaksi, spoit, tabung reaksi, dan timbangan.

B. Bahan

Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini diantaranya yaitu

aquades, alkohol, bakso, benang godam, kertas, mie masak, nasi, roti, SSA

(Salmonela Sigela Agar), tissue, teh gelas, dan yakult.

C. Cara Kerja

1. Sterilisasi Alat

a. Dibungkus semua alat-alat seperti cawan petri, gelas kimia, gelas ukur,

dan tabung reaksi dengan kertas lalu diikat dengan benang godam.

b. Dimasukkan semua alat-alat ke dalam oven dengan suhu 175°C selama 60

menit.

c. Dikeluarkan semua alat-alat dari oven dan didiamkan selama beberapa

menit sampai alat-alatnya dingin.

2. Pembuatan Bahan

a. Mie

1. Dihaluskan mie dengan menggunakan lumpang.

91
2. Ditimbang mie yang sudah dihaluskan sebanyak 1 gram dengan

menggunakan timbangan analitik.

3. Dilarutkan dengan aquades sebanyak 1 mL.

b. Roti

1. Dihaluskan roti dengan menggunakan lumpang.

2. Ditimbang roti yang sudah dihaluskan sebanyak 1 gram dengan

menggunakan timbangan analitik.

3. Dilarutkan dengan aquades sebanyak 1 mL.

c. Bakso

1. Dihaluskan bakso dengan menggunakan lumpang.

2. Ditimbang bakso yang sudah dihaluskan sebanyak 1 gram dengan

menggunakan timbangan analitik.

3. Dilarutkan dengan aquades sebanyak 1 mL.

d. Nasi

1. Dihaluskan nasi dengan menggunakan lumpang.

2. Ditimbang nasi yang sudah dihaluskan sebanyak 1 gram dengan

menggunakan timbangan analitik.

3. Dilarutkan dengan aquades sebanyak 1 mL.

e. SSA (Salmonella Sigella Agar)

1. Ditimbang SSA sebanyak 8,64 gram dengan menggunakan timbangan

analitik.

2. Diukur aquades sebanyak 240 mL dengan menggunakan gelas ukur

92
3. Dimasukkan SSA ke dalam erlenmeyer yang telah berisi aquades dan

diaduk

4. Dipanaskan SSA di api bunsen sampai mendidih dan terus diaduk.

5. Dimasukkan kedalam autoklaf selama 15- 20 menit lalu dikerluarkan.

f. Teh Gelas

1. Disiapkan alat dan bahan yang digunakan

2. Diukur teh gelas sebanyak 1 mL dengan menggunakan gelas ukur.

g. Yakult

1. Disiapkan alat dan bahan digunakan

2. Diukur yakult sebanyak 1 mL dengan menggunakan gelas ukur.

3. Isolasi Mikroorganisme

a. Isolasi Bahan Padat

1. Diencerkan roti yang telah dihaluskan/ digerus sebanyak 1 gram dan

ditambahkan aquadest sebanyak 1 mL.

2. Dimasukkan ke dalam tabung 1, lalu ditambahkan aquadest sebanyak 9

mL.

3. Diambil lagi 1 mL dari tabung 1, kemudian dimasukkan ke tabung 2 dan

ditambahkan aquadest sebanyak 9 mL.

4. Diambil lagi 1 mL dari tabung 2, kemudian dimasukkan ke tabung 3 dan

ditambahkan aquadest sebanyak 9 mL.

5. Diambil lagi 1 mL dari tabung 3, kemudian dimasukkan ke tabung 4 dan

ditambahkan aquadest sebanyak 9 mL.

93
6. Diambil lagi 1 mL dari tabung 4, kemudian dimasukkan ke tabung 5 dan

ditambahkan aquadest sebanyak 9 mL.

7. Dilakukan hal yang sama pada bahan mie, bakso dan nasi.

b. Isolasi Bahan Cair

1. Diambil 1 mL yakult dan ditambahkan aquadest sebanyak 8 ml.

2. Dimasukkan ke dalam tabung 1, lalu ditambahkan aquadest sebanyak 9

mL.

3. Diambil lagi 1 mL dari tabung 1, kemudian dimasukkan ke tabung 2 dan

ditambahkan aquadest sebanyak 9 mL.

4. Diambil lagi 1 mL dari tabung 2, kemudian dimasukkan ke tabung 3 dan

ditambahkan aquadest sebanyak 9 mL.

5. Diambil lagi 1 mL dari tabung 3, kemudian dimasukkan ke tabung 4 dan

ditambahkan aquadest sebanyak 9 mL.

6. Diambil lagi 1 mL dari tabung 4, kemudian dimasukkan ke tabung 5 dan

ditambahkan aquadest sebanyak 9 mL.

7. Dilakukan hal yang sama pada bahan teh gelas.

4. Penanaman Mikroorganisme

1. Dibagi 12 medium SSA ke dalam cawan petri, 6 bagian untuk medium

bahan padat dan bahan cair dan 6 bagian lagi sebagai medium untuk

menangkap mikroorganisme.

2. Diberi label 6 cawan petri yang akan digunakan pada bahan padat dan cair.

94
3. Diambil bahan dari tabung 5 dengan label roti menggunakan jarum

inokulum atau ose yang telah disterilisasi diatas api bunsen dan dibuat zig

zag di permukaan media, setelah itu di tutup.

4. Dilakukan cara ini untuk bahan lainnya seperti mie, bakso, nasi, teh gelas

dan yakult.

5. Diinkubasi selama 1 × 24 jam.

6. Diamati mikroba yang tumbuh.

5. Penangkapan Mikroorganisme di Sekitar Kita

1. Disiapkan 6 medium SSA tadi dalam cawan petri dan biarkan memadat.

2. Diletakkan cawan petri di ruangan, depan lab, wc, uv, LAF dan tanpa

perlakuan dan dibuka selama 15 menit.

3. Ditutup cawan petri setelah 15 menit.

4. Diinkubasi 1× 24 jam.

5. Diamati mikroba yang tumbuh.

95
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Tabel pengamatan

No. Isolasi Ket.

Penanaman Mikroba

1.

Negatif

Tidak terdapat
pertumbuhan
mikroba
Sebelum Inkubasi Setelah Inkubasi
(Sampel Bakso) (Sampel Bakso)
2.

Negatif

Tidak terdapat
pertumbuhan
mikroba

Sebelum Inkubasi Setelah Inkubasi


(Sampel Mie) (Sampel Mie)
3.

Negatif

Tidak terdapat
pertumbuhan
mikroba
Sebelum Inkubasi Setelah Inkubasi
(Sampel Nasi) (Sampel Nasi)

96
4.

Negatif

Tidak terdapat
pertumbuhan
mikroba

Sebelum Inkubasi Setelah Inkubasi


(Sampel Roti) (Sampel Roti)
5.

Negatif

Tidak terdapat
pertumbuhan
mikroba

Sebelum Inkubasi Setelah Inkubasi


(Teh gelas) (Teh Gelas)
6.

Negatif

Tidak terdapat
pertumbuhan
mikroba

Sebelum Inkubasi Setelah Inkubasi


(Yakult) (Yakult)

97
Menangkap Mikroba

N No. Isolasi Ket.

Menangkap Mikroba

1. Negatif

Tidak terdapat
pertumbuhan
mikroba

Sebelum Inkubasi Setelah Inkubasi


(Tanpa Perlakuan) (Tanpa Perlakuan)
2.

Negatif

Tidak terdapat
pertumbuhan
mikroba

Sebelum Inkubasi Setelah Inkubasi


(Ruangan) (Ruangan)
3.

Negatif

Tidak terdapat
pertumbuhan
mikroba

Sebelum Inkubasi Setelah Inkubasi


(Depan Lab) (Depan Lab)

98
4.

Negatif

Tidak terdapat
pertumbuhan
mikroba

Sebelum Inkubasi Setelah Inkubasi


(Wc) (Wc)
5.

Negatif

Tidak terdapat
pertumbuhan
mikroba

Sebelum Inkubasi Setelah Inkubasi


(UV) (UV)
6.

Negatif

Tidak terdapat
pertumbuhan
mikroba

Sebelum Inkubasi Setelah Inkubasi


(LAF) (LAF)

99
B. Pembahasan

Inokulasi atau penanaman bakteri adalah pekerjaan memindahkan bakteri dari

medium yang lama kemedium yang baru dengan tingkat ketelitian yang sangat

tinggi dalam kondisi steril (aseptik). Kondisi steril ini meliputi media, alat dan

bahan yang digunakan harus benar – benar bersih dari kontaminasi

mikroorganisme. Isolasi mikroba memisahkan mikroba satu dengan mikroba lain

yang berasal dari campuran berbagai mikroba untuk dapat mempelajari sifat biakan,

morfologi dan sifat mikroba lainnya.

Pada praktikum kali ini alat yang digunakan yaitu autoklaf, bunsen, botol

semprot, cawan petri, erlenmeyer, gelas ukur, gunting, inkubator, kaki tiga, kulkas,

LAF (Laminar Air Flow), oven, ose bulat, ose lurus, rak tabung reaksi, spoid,

tabung reaksi, dan timbangan.

Adapun bahan yang digunakan yaitu aquades, alkohol, bakso, benang godam,

kertas, mie masak, nasi, roti, SSA (Salmonela Sigela Agar), tissue, teh gelas dan

yakult.

Pada percobaan kali ini, hal yang dilakukan pertama kali adalah sterilisasi alat.

Tujuan dari sterilisasi alat yaitu membebaskan seluruh alat yang digunakan dari

mikroorganisme. Sterilisasi alat dilakukan dengan cara seluruh alat seperti cawan

petri, gelas kimia, erlenmeyer, gelas ukur dan tabung reaksi dibungkus dengan

kertas lalu diikat dengan benang godam setelah itu dimasukkan semua alat tadi

kedalam oven dengan suhu 175˚C selama 60 menit kemudian keluarkan seluruh

alat dari oven dan didiamkan selama beberapa menit sampai alat dingin.

100
Selanjutnya masuk kedalam proses pembuatan bahan. Bahan yang digunakan

terdiri atas 2 yaitu bahan padat dan cair. Bahan padat seperti bakso, mie, nasi, roti

dan SSA sedangkan bahan cair seperti teh gelas dan yakult. Bahan padat seperti

bakso, mie, nasi, dan roti dihaluskan terlebih dahulu dengan menggunakan

lumpang dan stemper selanjutnya bahan tersebut di timbang sebanyak 1 gram

dengan timbangan analitik kemudian dilarutkan dengan aquades sebanyak 1 mL

agar diperoleh bahan yang encer atau cair sedangkan bahan cair seperti teh gelas

dan yakult langsung diambil sebanyak 1 mL menggunakan gelas ukur. Pembuatan

SSA dilakukan dengan menimbang bahan sebanyak 8,64 gram kemudian dilarutkan

SSA dengan aquades sebanyak 240 mL selanjutnya di panasakan bahan di atas api

bunsen sampai mendidih dan homogen kemudian di masukkan ke dalam autoklaf

selama 15- 20 menit kemudian dikeluarkan dari autoklaf dan di masukkan kedalam

cawan petri.

Selanjutnya masuk ke dalam proses isolasi. Proses isolasi dibagi 2 yaitu isolasi

bahan padat dan cair. Isolasi bahan padat dilakukan dengan memasukkan bahan

yang sudah diencerkan ke dalam tabung 1, lalu di tambahkan aquades sebanyak 9

mL. Di ambil lagi 1 mL dari tabung 1 kemudian dimasukkan ke tabung 2 dan

ditambah aquades sebanyak 9 mL. Dilakukan terus cara ini sampai tabung ke yang

5. Proses selanjunya yaitu isolasi bahan cair dilakukan dengan mengambil bahan

cair sebanyak 1 mL kemudian di tambah aquades sebanyak 9 mL lalu di

homogenkan kemudian di ambil 1 mL dari tabung 1 untuk di masukkan ke tabung

2 dan ditambah aquades sebanyak 9 mL. Dilakukan terus cara tersebut sampai

tabung ke yang 5.

101
Proses selanjutnya yaitu penanaman mikroorganisme dilakukan dengan

mengambil bahan dari tabung 5 menggunakan jarum inokulum atau ose yang telah

disterilisasi diatas api bunsen sampai pijar dan dibuat zig zag diatas pemukaan

media setelah itu ditutup kemudian di inkubasi selama 1 x 24 jam dan diamati

mikroba yang tumbuh. Selanjunya masuk kedalam proses menangkap

mikroorganisme dilakukan dengan menyiapkan medium dalam cawan petri

kemudian cawan petri diletakkan diruangan, depan lab, wc, uv, LAF, dan tanpa

perlakuan dan dibuka selama 15 menit kemudian ditutup setelah 15 menit lalu

diinkubasi 1 x 24 jam kemudian diamati mikroba yang tumbuh.

Faktor-faktor kesalahan yang mungkin terjadi pada saat melakukan percobaan,

antara lain kurang tepat dalam menimbang dan mengukur bahan, kesalahan saat

mencampur atau menambahkan sampel. Selain itu, faktor peralatan juga sangat

berpengaruh maka dari itu perlu ada pengecekkan kembali peralatan pada saat akan

melakukan praktikum. Peralatan praktikum juga perlu untuk dijaga dan dirawat

agar tidak rusak dan untuk menghindari kerusakan alat.

102
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa

isolasi mikroorganisme merupakan suatu upaya pemindahan mikroba diluar dari

lingkungan alamiahnya untuk mendapatkan biakan murni. Pemisahan

mikroorganisme dari lingkungannya bertujuan untuk mendapatkan biakan murni

yang sudah tidak bercampur lagi dengan mikroba lainnya. Beberapa jenis bakteri

dapat hidup baik pada media yang sederhana, yang hanya mengandung garam

organik ditambah sumber karbon organik seperti gula, namun ada pula bakteri yang

memerlukan suatu media yang sangat kompleks selain mengandung sumber karbon

dan nitrogen juga perlu penambahan darah atau bahan-bahan kompleks lainnya.

B. Saran

1. Laboratorium

Untuk laboratorium agar alat-alatnya lebih ditambah kelengkapannya guna

menunjang proses belajar mahasiswa, dan untuk alat yang sudah ada agar tetap

dijaga dan dirawat agar bertahan lama.

2. Asisten

Untuk kakak asisten cara menjelaskannya sudah cukup baik, kiranya perlu

dipertahankan lagi kedepannya agar kami dapat mengerti dengan baik.

103
DAFTAR PUSTAKA

Badaring, Deny, Romadhon, Fiqriansyah, dan Bahri Arsad. “2020”. Identifikasi


Morfologi Mikroba pada Ruangan Water Closet Jurusan Biologi Universitas
Negeri Makassar. Universitas Negeri Makassar : Makassar

Bridson. “2016”. The Oxoid Manual 9th Edition. Former Technical Director of
Oxoid.
Ermavianti, Dwi. 2019. Sanitasi Hygiene Kecantikan. Andi Offset : Yogyakarta

Fatiqin, Awalul, Riri, Novita, Ike, Apriani. “2019”. Pengujian Salmonella Dengan
Menggunakan Media Dan E.coli Menggunakan Media Emba Pada Bahan
Pangan. Jurnal Indobiosains. Vol 1(1). Hal 22-29.

Fidia Fibriana, Andin Vita Amalia. 2016. Potensi Kitchen Microbiology Untuk
Meningkatkan Keterampilan Teknik Hands-on Dalam Pembelajaran
Mikrobiologi. Universitas Negeri Semarang : Unnes Science Education
Journal

Gabriela Christy Sabbathini, Sri Pujiyanto, Wijanarka, Puspita Lisdiyanti. 2017.


Isolasi dan Identifikasi Bakteri Genus Sphingomonas dari Daun Padi (Oryza
sativa) di Area Persawahan Cibinong. Jurnal Biologi. Vol 6 (1). Hal. 59-64

Haeria. 2017. Pengantar Ilmu Farmasi. UIN Alauddin : Makassar.

Kemenkes RI. 2014. Profil Kesehatan Indonesia. Kementrian Kesehatan RI :


Jakarta.

Kristiandi, Kiki. 2021. Teknologi Fermentasi. Yayasan Kita Menulis : Medan

Lestari, Purwaning, Budi. 2017. Mikrobiologi Berbasis Inkuiry. PT Book Mart


Indoesia (Gunung Samudra) : Malang.

Muaris, Hindah, Gagas. 2012. Jurus Jitu Jajanan Sehat Di Luar Rumah. PT
Gramedia Pustaka Utama : Jakarta.

Nuril. 2020. Mie Sehat Sebagai Usaha Pengereman Impor Terigu Dengan
Menggunakan Bahan Subtitusi Alami. Academic Dan Research Institute :
Pasuruan

Rahmadhani, Indrie, Wahyuni. 2020. Dasar-Dasar Praktikum Mikrobiologi. PT


Pena Persada : Purwokerto.
Rahmi. 2021. Mikrobiologi Akuatik. PT Nas Media Indonesia : Makassar.

Serniati, Marbiah, Nurhayati. 2017. Kajian Uji Konfrontasi Terhadap Bakteri


Pathogen Dengan Menggunakan Metode Sebar, Medote Tuang, Dan Metode
Gores. Jurnal Galung Tropika.Vol 6 (1). Hal 42-48

Sudjito, Yason Lukman. 2018. Smart Book Biologi. PT Grasindo : Jakarta.

Sudarmadji, S. 2019. Prosedur Analisa Untuk Bahan Makanan Dan Pertanian.


Liberty : Yogyakarta

Sufi. 2021. Bisnis Laris Manis Bakso. PT Gramedia Pustaka Utama : Jakarta.

Tim Ide Masak. 2012. Resep Favorit Untuk Usaha Roti Manis. PT Gramedia
Pustaka Utama : Jakarta.

Tim Tentor Master. 2018. Magic Trick Praktis Ala Bimbel Biologi. PT Gramedia
Widiasarana Indonesia : Jakarta.
Yunilas. 2017. Penuntun Praktikum Mikrobiologi Peternakan. Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara : Sumatera Utara
LAMPIRAN

A. Skema Kerja

1. Sterilisasi alat
Alat
− Dicuci
− Dibilas
− Dikeringkan
− Dibungkus
− Disterilkan

Alat steril

2. Penanaman Mikroba
Bakso
− Ditimbang
− Dilarutkan
− Diencerkan
− Dipindahkan
− Diinkubasi 1 x 24 jam

Terdapat Pertumbuhan Mikroba


Mie Masak

− Ditimbang
− Dilarutkan
− Diencerkan
− Dipindahkan
− Diinkubasi 1 x 24 jam

Terdapat Pertumbuhan Mikroba

Nasi

− Ditimbang
− Dilarutkan
− Diencerkan
− Dipindahkan
− Diinkubasi 1 x 24 jam

Terdapat Pertumbuhan Mikroba

Roti

− Ditimbang
− Dilarutkan
− Diencerkan
− Dipindahkan
− Diinkubasi 1 x 24 jam

Terdapat Pertumbuhan Mikroba


Teh Gelas

− Diukur
− Diencerkan
− Dipindahkan
− Diinkubasi 1 x 24 jam

Terdapat Pertumbuhan Mikroba

Yakult

− Diukur
− Diencerkan
− Dipindahkan
− Diinkubasi 1 x 24 jam

Terdapat Pertumbuhan Mikroba

3. Penangkapan

Medium SSA

− Ditimbang
− Dilarutkan
− Dipanaskan
− Dihomogenkan
− Disterikan
− Diletakkan
− Dibiarkan 15 menit
− Diinkubasi 1 x 24

Terdapat Pertumbuhan Mikroba


B. Perhitungan

36
1. SSA = 1000 𝑥 12 𝑥 20 𝑚𝐿 = 8,64 𝑔𝑟𝑎𝑚
C. Gambar

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI LABORATORIUM MIKROBIOLOGI


PROGRAM STUDI S1 FARMASI PROGRAM STUDI S1 FARMASI
UNIVERSITAS MEGARESZKY UNIVERSITAS MEGARESZKY

Ket: Disterilkan alat – alat Ket: Ditimbang SSA

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI LABORATORIUM MIKROBIOLOGI


PROGRAM STUDI S1 FARMASI PROGRAM STUDI S1 FARMASI
UNIVERSITAS MEGARESZKY UNIVERSITAS MEGARESZKY

Ket: Dihaluskan bahan – bahan Ket: Ditimbang nasi


LABORATORIUM MIKROBIOLOGI LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
PROGRAM STUDI S1 FARMASI PROGRAM STUDI S1 FARMASI
UNIVERSITAS MEGARESZKY UNIVERSITAS MEGARESZKY

Ket: Ditimbang roti Ket: Ditimbang biji bakso

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI LABORATORIUM MIKROBIOLOGI


PROGRAM STUDI S1 FARMASI PROGRAM STUDI S1 FARMASI
UNIVERSITAS MEGARESZKY UNIVERSITAS MEGARESZKY

Ket: Ditimbang mie Ket: Pembuatan medium


LABORATORIUM MIKROBIOLOGI LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
PROGRAM STUDI S1 FARMASI PROGRAM STUDI S1 FARMASI
UNIVERSITAS MEGARESZKY UNIVERSITAS MEGARESZKY

Ket: Dicairkan bahan padat Ket: Dipindahkan sampel dalam tabung

reaksi

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI LABORATORIUM MIKROBIOLOGI


PROGRAM STUDI S1 FARMASI PROGRAM STUDI S1 FARMASI
UNIVERSITAS MEGARESZKY UNIVERSITAS MEGARESZKY

Ket: Medium sebelum inkubasi Ket: Hasil inkubasi medium


LABORATORIUM MIKROBIOLOGI DAN VIROLOGI FARMASI
PROGRAM STUDI S1 FARMASI
UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR

LAPORAN PRAKTIKUM
PEMERIKSAAN MIKROSKOPIK & PENGECATAN GRAM

KELOMPOK II

PREISCYLIA RARU D1B120084


ADVENTIANI MANGAGO D1B120081
MEIDINA DWI PUTRI D1B120057
RISMAYANTI D1B120061
VIKA APRILIANI TAUFIK D1B120083
PUTRI REGINA TRIANDINI D1B120078
NUR FITRI AULIAH D1B120092

KELAS B/20

ASISTEN : JUMRIANI

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MEGAREZKY
MAKASSAR
2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Farmasi adalah dunia yang mempelajari tentang berbagai obat, baik obat

tradisional, obat herbal, obat modern yang di dapat dari bahan yang berasal dari

tumbuhan maupun zat kimia. Di bidang farmasi ini para ahli mempelajari, meneliti,

dan mengetahui baik buruknya makanan atau obat. (Haeria, 2017)

Mikrobiologi adalah ilmu yang mempelajari semua makhluk mikroskopik

dalam bentuk sel tunggal, multisel, maupun aselular seperti bakteri, microfungi,

kapang, mikroalga, protozoa, dan Archaea. Selain itu, virus merupakan makhluk

mikro aseluler sehingga sering dikaji dalam ilmu mikrobiologi meskipun tidak

dapat sepenuhnya dikatakan sebagai makhluk hidup. Mikrobiologi dimulai sejak

ditemukannya mikroskop dan berkembang menjadi ilmu yang multidispliner.

Dalam penerapannya dimasa kini, mikrobiologi tidak dapat dipisahkan dengan ilmu

yang lain dalam aplikasinya di bidang farmasi, kedokteran, teknik kimia, arkeologi,

pertanian, gizi dan kesehatan, serta pangan (Fidia, 2016)

Bakteri mempunyai morfologi, struktur dan sifat-sifat yang khas. Bakteri

merupakan mikroorganisme yang berukuran mikroskopik. Selain mikroskopik,

bakteri juga hampir tidak berwarna atau transparan dan kontras dengan air.

Sehingga melihat dan mengamati bakteri dalam kedaan hidup sangat sulit. Untuk

mengatasi hal tersebut maka dikembangkan suatu teknik pewarnaan sel bakteri. Ini

merupakan salah satu cara yang paling utama dalam penelitian-penelitian

104
mikrobiologi. Hal itu untuk mempermudah proses identifikasi bakteri. (Meganada

dkk, 2017)

Istilah ”pewarna sederhana” dapat diartikan dalam mewarnai sel-sel bakteri

hanya digunakan satu macam zat warna saja. Kebanyakan bakteri mudah bereaksi

dengan pewarna-pewarna sederhana karena sitoplasmanya bersifat basofilik (suka

akan basa) sedangkan zat-zat warna yang digunakan untuk pewarnaan sederhana

umumnya bersifat alkalin (komponen kromoforiknya bermuatan positif). Faktor-

faktor yang mempengaruhi pewarnaan bakteri yaitu fiksasi, peluntur warna,

substrat, intensifikasi pewarnaan dan penggunaan zat warna penutup. Suatu

preparat yang sudah meresap suatu zat warna, kemudian dicuci dengan asam encer

maka semua zat warna terhapus. sebaliknya terdapat juga preparat yang tahan

terhadap asam encer. Bakteri-bakteri seperti ini dinamakan bakteri tahan asam, dan

hal ini merupakan ciri yang khas bagi suatu spesies (Meganada dkk, 2017)

Untuk mengidentifikasi suatu biakan murni bakteri hasil isolasi mula-mula

diamati morfologi sel secara mikroskopik melalui pengecatan atau pewarnaan,

salah satunya adalah dengan pewarnaan gram. Pewarnaan gram merupakan salah

satu prosedur yang paling banyak digunakan untuk mencirikan banyak bakteri. Dari

pewarnaan gram dapat diketahui morfologi sel antara lain sifat gram, bentuk sel,

dan penataan sel. Pewarnaan gram atau metode gram adalah suatu metode empiris

untuk membedakan spesies bakteri menjadi dua kelompok besar, Gram positif dan

gram negatif, berdasarkan sifat kimia dan fisika dinding sel mereka, metode ini

diberi nama berdasarkan penemunya, ilmuwan Denmark Hans Christian gram

1884 (Meganada dkk, 2017)

105
Pewarnaan Gram dibagi menjadi dua yaitu pewarnaan majemuk karena

menggunakan lebih dari satu macam zat warna. Dan pewarnaan diferensial karena

pewarnaan ini mampu mendiferensiasi atau membedakan bakteri, sehingga bakteri

dapat digolongkan menjadi dua yaitu Gram negatif dan Gram positif. (Meganada

dkk, 2017)

Prinsip dasar dari pewarnaan ini adalah adanya ikatan ion antara komponen

seluler dari bakteri dengan senyawa aktif dari pewarnaan yang disebut kromogen.

Terjadi ikatan ion karena adanya muatan listrik baik pada komponen seluler

maupun pada pewarnaan. Berdasarkan adanya muatan ini maka dapat dibedakan

pewarna asam dan pewarna basa. Teknik pewarnaan bukan pekerjaan yang sulit

tapi perlu ketelitian dan kecermatan bekerja serta mengikuti aturan dasar yang

berlaku. Oleh karena itu yang melatarbelakangi praktek ini yaitu untuk mengetahui

teknik pewarnaan mikroorganisme sehingga mempermudah dalam melihat bagian-

bagian bakteri (Meganada dkk, 2017)

Pemeriksaan mikroskopis ini dilakukan untuk menemukan hasil bakteri secara

visual dengan melakukan identifikasi langsung. Kelemahan teknik ini adalah tidak

dapat membedakan spesies dan tidak dapat melakukan hitung jumlah bakteri.

Selain itu juga reagensia yang digunakan relatif mahal. (Wempi, 2012)

106
B. Maksud Percobaan

Adapun maksud dari percobaan ini:

1. Agar mahasiswa mengetahui pemeriksaan mikroskop bakteri

2. Agar mahasiswa mengetahui cara melakukan pengecatan bakteri, khususnya

membedakan bakteri gram positif dan bakteri gram negatif

C. Tujuan Percobaan

Adapun tujuan dari percobaan ini:

1. Mahasiswa mengetahui pemeriksaan mikroskop bakteri

2. Mahasiswa mengetahui cara melakukan pengecatan bakteri, khususnya

membedakan bakteri gram positif dan bakteri gram negatif

D. Manfaat Percobaan

Adapun manfaat dari percobaan ini:

1. Mengetahui pemeriksaan mikroskop bakteri

2. Mengetahui cara pengecatan bakteri, khususnya bakteri gram positif dan bakteri

gram negatif

107
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Umum

Mikrobiologi adalah ilmu yang mempelajari semua makhluk mikroskopik

dalam bentuk sel tunggal, multisel, maupun aselular seperti bakteri, microfungi,

kapang, mikroalga, protozoa, dan Archaea. Selain itu, virus merupakan makhluk

mikro aseluler sehingga sering dikaji dalam ilmu mikrobiologi meskipun tidak

dapat sepenuhnya dikatakan sebagai makhluk hidup. Mikrobiologi dimulai sejak

ditemukannya mikroskop dan berkembang menjadi ilmu yang multidispliner.

Dalam penerapannya dimasa kini, mikrobiologi tidak dapat dipisahkan dengan ilmu

yang lain dalam aplikasinya di bidang farmasi, kedokteran, teknik kimia, arkeologi,

pertanian, gizi dan kesehatan, serta pangan. (Fidia, 2016)

Mikroorganisme merupakan jasad renik yang tidak dapat dilihat dengan mata

telanjang, tetapi harus menggunakan mikroskop. Yang tergolong ke dalam

mikroorganisme adalah bakteri, jamur, ganggang, protozoa, dan virus.

Mikroorganisme terdapat dalam populasi yang besar dan beragam dan hamper

terdapat di mana-mana di ala mini. Mereka dapat berada di dalam air, udara, tanah,

maupun di dalam tubuh makhluk hidup. Mikroorganisme terdapat paling banyak di

tempat yang mengandung nutrient, kelembaban dan suhu yang sesuai untuk

pertumbuhan dan perkembangbiakannya. (Mayasari, 2020)

Bakteri merupakan mikroba uniseluler, yang mempunyai 3 bentuk dasar yaitu,

bulat seperti bola (coccus), batang (bacillus), silindris dan lengkung (spiral). Untuk

melihat struktur sel bakteri dengan seksama, diperlukan suatu pewarnaan. Biasanya

108
pewarna yang digunakan disebut pewarna bakteri. Fungsi pewarnaan bakteri

terutama memberi warna pada sel atau bagian-bagiannya, sehingga menambah

kontras dan tampak lebih jelas. Sel-sel bakteri yang tidak diwarnai pada umumnya

sukar diamati dengan mikroskop cahaya biasa, karena sitoplasma sel mempunyai

indeks bias yang hampir sama dengan indeks bias lingkungannya yang bersifat cair.

(Kurniati dkk, 2018)

Sel prokariotik merupakan bentuk kehidupan yang terkecil dan memiliki

metabolism paling bervariasi. Kata prokariotik sendiri berarti “sebelum nukleus”

yaitu suatu organisme bersel satu tanpa memiliki nukleus. Hal ini berarti bahwa sel

prokariotik ini merupakan nenek moyang dari sel eukariotik, karena dia ada

sebelum sel eukariotik ada. Sel prokariotik ini memiliki tiga komponen dasar

diantaranya yaitu : plasmalemma, ribosom, dan nucleoid. Beberapa prokariotik

tidak memiliki kapsul yang menyelubungi dinding sel,kecuali prokariot yang dapat

berfotosintesis. Sel prokariotik ini dapat mengabsorbsi bahan organic untuk

pertumbuhannya. (Rahmadina, 2017)

Sel eukariotik ialah sel yang memiliki inti atau nukleus (karion) yang

dikelilingi oleh membrane, sehingga sel ini memiliki dua membran yaitu membran

sitoplasma dan membran inti (membran nukleus). Kata eukaryotic ini berasal dari

kata Yunani, eu (sejati), dan karyon (bagian dalam biji/nukleus). Oleh sebab itu, sel

ini dinamakan sel yang memiliki membrane inti (nukleus). Sel eukariotik memulai

kehidupannya dengan sebuah nukleus yang dikelilingi oleh berbagai macam

organel yang memiliki struktur dan fungsi tertentu dan terbungkus dalam sebuah

109
membran sehingga bentuknya kokoh dan tersusun dengan teratur. (Rahmadina,

2017)

Karakteristik yang membedakan bakteri gram positif adalah komposisi dinding

selnya beberapa lapisan peptidoglikan bergabung bersama membentuk struktur

tebal dan kaku. Terdapat sekitar 40 lapisan peptidoglikan atau disebut juga lapisan

Murein/Mukopeptida yang merupakan 50% dari bahan dinding sel. Sedangkan

pada bakteri gram negatif hanya ada 1 atau 2 lapisan yang merupakan 5-10% dari

bahan dinding sel. (Meganada dkk, 2017)

Selain itu dinding sel bakteri gram positif memiliki asam teikoat dan

teikuronat, yang terutama terdiri dari alkohol (seperti ribitol dan alkohol) dan fosfat.

Asam teikoat terdiri dari 2 jenis yaitu : asam lipoteikoat dan dinding dinding asam

teikoat. Kedua jenis asam teikoat bermuatan negatif karena mengandung gugus

fosfat dalam struktur molekul mereka. (Meganada dkk, 2017)

Komponen khusus dinding sel bakteri gram negatif terdiri dari Lipoprotein dan

selaput luar. Selaput luar mempunyai saluran khusus yang mengandung molekul

protein yang disebut porin yang memudahkan difusi pasif senyawa hidrofil dengan

berat molekul rendah (gula, asam amino, ion-ion tertentu). Molekul antibiotika

dapat menembus, tetapi relatif lambat, sehingga bakteri gram negatif relatif lebih

resisten terhadap antibiotika. (Meganada dkk, 2017)

Bakteri yang termasuk gram negatif adalah Enterobactericeae, Salmonella sp,

Shigella sp, E.Coli dan sebagainya. Sedangkan bakteri gram positif adalah

Staphylococci, Streptococci, Enterrococci, Clostridium, Bacillus. (Meganada dkk,

2017)

110
Staphylococcus aureus adalah salah satu contoh dari bakteri gram positif,

tumbuh dalam kelompok menyerupai buah anggur. Sel Staphylococcus aureus

berbentuk bulat dengan diameter antara 0,8-1,0 µm, tersusun dalam kelompok tidak

teratur, tidak bergerak, tidak membentuk spora. (Prihartono, 2012)

S. aureus mudah tumbuh pada kebanyakan pembenihan bakteriologik dalam

keadaan aerobic atau mikroaerobik. Bakteri ini tumbuh paling cepat pada suhu

37°C, tapi paling baik membentuk pigmen pada suhu kamar (20°C). koloni S. aureus

pada pembenihan padat berbentuk bulat halus menonjol berkilau-kilauan,

membentuk pigmen berwarna kuning emas. (Prihartono, 2012)

S. aureus bersifat meragikan karbohidrat dengan lambat, menghasilkan asam

laktat tetapi tidak menghasilkan gas. Bakteri tersebut dapat menimbulkan penyakit

melalui kemampuannya berkembang biak dan menyebar luas dalam jaringan

karena kemampuannya menghasilkan banyak zat ekstraseluler. (Prihartono, 2012)

Penanaman dapat dilakukan pada media sederhana maupun media yang

mengandung darah. Biakan S.aureus bila ditanam pada suhu 37°C akan tumbuh

dengan cepat, tetapi hemolysis dan pembentukan pigmen mungkin tidak terjadi

sampai beberapa hari kemudian dan menjadi optimal pada suhu kamar 27°C.

(Prihartono, 2012)

E. coli adalah kuman oportunis yang banyak ditemukan di dalam usus besar

manusia sebagai flora normal. Sifatnya unik karena dapat menyebabkan infeksi

primer pada usus misalnya diare pada anak-anak dan travelers diarrhea, seperti

juga kemampuannya menimbulkan infeksi pada jaringam tubuh lain diluar usus.

111
E.coli dapat memfermentasi laktosa, beberapa strain E.coli menghasilkan

hemolysis agar darah. (Prihartono, 2012)

E.coli berbentuk batang gemuk berukuran 2,4 µm x 0,4 µm sampai 0,7 µm,

termasuk gram negatif tidak bersimpai, bergerak aktif dan tidak berspora. Bersifat

aerob atau fakultatif aerob dan tumbuh pada pembenihan biasa. Suhu optimum

pertumbuhannya yaitu 37°C E.coli meragi laktosa, glukosa, sukrosa, maltose dan

mannitol dengan asam dan gas. E.coli banyak ditemukan dalam usus besar manusia,

menyebar ke vagina dan uretra. Strain E.coli yang menyebabkan diare mempunyai

pili sebagai media untuk melekat pada epitel intestine. (Prihartono, 2012)

E.coli tumbuh baik pada hamper semua media yang biasa dipakai di

laboratorium mikrobiologi; pada media yang dipergunakan untuk isolasi kuman

enteric, sebagian besar strain E.coli tumbuh sebagai koloni yang meragi laktosa.

E.coli bersifat mikroaerofilik. Beberapa strain bila ditanam pada agar darah

menunjukan hemolysis tipe β. Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh E.coli

misalnya diare, infeksi saluran kemih mulai dari sistitis sampai pielonefriti,

pneumonia, meningitis pada bayi baru lahir dan infeksi luka terutama luka di dalam

abdomen. (Prihartono, 2012)

Pewarnaan gram atau metode gram adalah salah satu teknik pewarnaan yang

paling penting dan luas yang digunakan untuk mengidentifikasi bakteri. Dalam

proses ini, olesan bakteri yang sudah terfiksasi dikenai larutan-larutan berikut : zat

pewarna kristal violet, larutan yodium, larutan alkohol (bahan pemucat), dan zat

pewarna tandingannya berupa zat warna safranin, atau air fuchsin. Metode ini diberi

nama berdasarkan penemunya, ilmuwan Denmark Hans Christian Gram (1853-

112
1938) yang mengembangkan teknik ini pada tahun 1884 untuk membedakan antara

Pneumokokus dan bakteri Klebsiella pneumoniae. Bakteri yang terwarnai dengan

metode ini dibagi menjadi dua kelompok, yaitu bakteri gram positif dan bakteri

gram negative. Bakteri gram positif akan mempertahankan zat pewarna kristal

violet dan karenanya akan tampak berwarna ungu tua di bawah mikroskop. Adapun

bakteri gram negatif akan kehilangan zat pewarna kristal violet setelah dicuci

dengan alkohol, dan sewaktu diberi zat pewarna tandingannya yaitu dengan zat

pewarna air fuchsin atau safranin akan tampak berwarna merah. Perbedaan warna

ini disebabkan oleh perbedaan dalam struktur kimiawi dinding selnya. (Meganada

dkk, 2017)

Tujuan dari pewarnaan bakteri adalah untuk mempermudah pengamatan

bentuk sel mikroorganisme, memperjelas ukuran jasad, dapat mengamati struktur

luar dan struktur dalam dari sel mikroba, melihat reaksi jasad terhadap pewarna

yang diberikan, sehingga sifat fisik, kimia dari jasad dapat diketahui. Dengan

demikian, kita dapat menggunakan pewarna sebagai salah satu cara untuk

klasifikasi bakteria. Berhasil atau tidaknya pewarnaan sangat ditentukan oleh waktu

pemberian warna dan umur biakan yang diwarnai. (Sujaya, 2016)

Jenis-jenis pewarnaan bakteri yang dikenal adalah :

1. Pewarnaan sederhana. Pewarnaan ini hanya menggunakan satu macam zat

warna, missal biru metilen, air flukhsin, atau ungu kristal selama 1-2 menit.

(Prihartono, 2012)

2. Pewarnaan diferensial. Pewarnaan diferensial menggunakan lebih dari satu

macam zat warna yang terdiri atas : a) pewarnaan gram yang ditemukan oleh

113
Christian Gram pada tahun 1884 untuk membedakan bakteri yang bersifat gram

positif dan gram negative, b) pewarnaan tahan asam, misalnya pewarnaan Ziehl

Neelsen dan Kinyoun-Gabbet untuk membedakan bakteri yang tahan asam dan

yang tidak tahan asam. (Prihartono, 2012)

Pewarnaan khusus. Pewarnaan ini dipakai untuk mewarnai bagian-bagian sel

bakteri atau bakteri tertentu yang sulit diwarnai dengan pewarnaan biasa, misalnya

pewarnaan gray untuk mewarnai flagel dan pewarnaan klein untuk mewarnai spora.

(Prihartono, 2012)

114
B. Uraian Bahan

1. Aquadest (FI III,1979,Hal: 96)

Nama Resmi : AQUA DESTILLATA

Nama lain : Aquadest, air suling

RM/BM : H2O/18,02

Rumus Struktur :

Pemerian : Cairan tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa

Kelarutan : Larut dengan semua jenis larutan

Kegunaan : Zat pelarut.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup kedap

2. Alkohol (FI III,1979,Hal: 65)

Nama Resmi : AETHANOLUM

Nama lain : Akohol, etanol, ethyl alkohol

RM/BM : C2H6O/46,07

Rumus Struktur : H H

H – C – C – OH

H H

Pemerian : Cairan tidak berwarna, jernih, mudah menguap dan

mudah bergerak; bau khas rasa panas, mudah terbakar

dan memebrikan nyala biru yang tidak berasap.

115
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform P dan

dalam eter P

Kegunaan : Sebagai zat tambahan, juga dapat membunuh kuman

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terhindar dari cahaya,

ditempat sejuk jauh dari nyala air

3. Aseton (Ditjen POM. 1979)

Nama resmi : ACETONUM

RM/BM : (CH3)2CO/58,00

Pemerian : Cairan jernih tidak berwarna, mudah menguap, bau khas,

mudah terbakar

Kelarutan : Dapat bercampur dengan air, etanol 95%, ester, klorofom

membentuk larutan jernih

Titik didih : Antar 55.5% dan 57%

Kegunaan : Sebagai sampel

4. Iodium (Ditjen POM, 1979)

Nama resmi : IODIUM

Nama lain : Iodium

RM/BM : I/126,91

Pemerian : Keping atau butir, berat, mengkilat, seperti logam, hitam

kelabu, dan bau khas

Kelarutan : Larut dalam lebih kurang 3500 bagian air, dalam 13

bagian etanol (95%) P, dalam lebih kurang 80 bagian

gliserol P dan dalam lebih kurang 4 bagian

116
karbondisulfida P, larut dalam Klorofom P dan dalam

Karbontetraklorida P

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : Sebagai komposisi cat B

5. Kristal Violet (Ditjen POM, 1979)

Nama resmi : KRISTAL VIOLET

Pemerian : Hablur berwarna hijau tua

Kelarutan : Sukar larut dalam air, agak sukar larut dalam etanol (95%)

P dan dalam asam asetat glasial P, Larutannya berwarna

lembayung tua

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : Sebagai cat utama atau gram A dalam Pengecatan Gram

6. Kalium Iodida (Ditjen POM, 1979)

Nama resmi : KALII IODIDE

Sinonim : Kalium iodide

RM/BM : KI/166,00

Pemerian : Hablur heksahedral, transparan atau tidak berwarna,

opak putih, atau serbuk butiran putih. Higroskopik

Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, lebih mudah larut dalam

air mendidih, larut dalam etanol 95% p, mudah larut

dalam gliserol p

Kegunaan : Sebagai reduktor yang melepaskan I2

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

117
7. Safarin (Ditjen POM, 1979)

Nama resmi : SAFARININ

Pemerian : Serbuk halus berwarna biru keunguan

Kelarutan : Tidak larut dalam air, mudah larut dalam etanol

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : Sebagai Komposisi cat D

8. Amonium Oksalat (Ditjen POM, 1979)

Nama resmi : AMMONIUM OXALATE

Nama lain : Ammonium oksalat

Massa Molekul : 60 g/mol

Rumus molekul : C2H8N2O2

Pemerian : Cairan putih, tidak berbau

Kelarutan : Larut dalam air

Titik didih : Dekompos

Titik lebur : 70oC

Kegunaan : Sebagai komposisi cat A

118
C. Uraian Bakteri

1. Escherichia coli (Prihartono, 2012)

a. Klasifikasi Escherichia coli

Kingdom : Procaryota

Divisio : Gracilicutes

Class : Scotobacteria

Ordo : Eubacteriles

Family : Entobacteriaceae

Genus : Escherichia

Species : Escherichia coli

b. Morfologi Escherichia coli

Morfologi : Bakteri gram-negatif berbentuk batang pendek yang

memiliki panjang sekitar 2 µm, diameter 0,7 µm, lebar

0,4-0,7 µm dan bersifat anaerob fakultatif.

2. Staphylococcus aureus (Prihartono, 2012)

a. Klasifikasi Staphylococcus aureus

Kingdom : Procaryota

Divisio : Firmicutes

Class : Bacili

Ordo : Bacillales

Family : Staphylococcaceae

Genus : Staphylococcus

Species : Staphylococcus aureus

119
b. Morfologi Staphylococcus aureus

Morfologi : Bakteri gram-positif berbentuk bulat berdiameter 0,7-1,2

µm, tersusun dalam kelompok-kelompok yang tidak

teratur seperti buah anggur, fakultatif anaerob, tidak

membentuk spora, dan tidak bergerak.

120
BAB III

METODE KERJA

A. Alat

Adapun alat yang digunakan dalam praktikum kali ini diantaranya yaitu botol

semprot, bunsen, cawan petri, deck gelas, gelas kimia, mikroskop, kaki tiga, kawat

kasa, objek gelas, ose bulat, pipet tetes, rak tabung reaksi, dan tabung reaksi.

B. Bahan

Adapun bahan yang digunakan pada praktikum kali ini diantaranya yaitu

aceton, aquades, alkohol, aluminium foil, biakan bakteri gram positif dan gram

negatif, iodium, kalium iodida, kapas, kristal violet, safranin dan tissue.

C. Cara Kerja

1. Pembuatan Preparat Untuk Pengecetan

1) Diambil objek gelas yang bersih dan steril.

2) Disterilkan objek gelas dan ose dengan menggunakan bunsen.

3) Diambil satu koloni bakteri dengan ose yang steril dan diratakan pada objek

gelas dan ditipiskan.

4) Disterilkan kembali ose yang digunakan mengambil bakteri dengan dibakar

pada nyala api sampai membara.

5) Dikeringkan preparat diatas nyala api sambil digoyangkan dengan jarak

kira-kira 20 cm.

121
2. Pengecatan gram

1) Diambil Preparat yang siap dicat, digenangi dengan cat gram A selama 3

menit. Kemudian cat dibuang dan tanpa dicuci

2) Digenangi preparat yang sama dengan cat gram B selama 1 menit. Setelah

itu cat dibuang dan dicuci dengan air mengalir

3) Ditetesi preparat dengan cat gram C ampai warna cat tepat

dihilangkan/dilunturkan

4) Digenangi preparat dengan cat gram D selama 1-2 menit.

5) Dicuci preparat lalu dikeringkan dalam suhu kamar dan kemudian diamati

dibawah mikroskop dengan menggunakan pembesaran kuat.

122
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Tabel Hasil Pengamatan

No. Nama Bakteri Perubahan Warna Gram


1. Bakteri Escherichia Negatif
coli berbentuk
batang (basil)

Warna Merah

2. Bakteri Positif
Staphylococcus
aureus berbentuk
bulat (coccus)

Warna Ungu

B. Pembahasan

Pewarnaan gram atau metode gram adalah salah satu teknik pewarnaan yang

paling penting dan luas yang digunakan untuk mengidentifikasi bakteri. Pewarnaan

gram bertujuan untuk mengidentifikasi bakteri dengan mudah. Pewarnaan gram

untuk membedakan spesies bakteri menjadi dua kelompok besar, yakni gram positif

dan gram negatif, berdasarkan sifat kimia dan fisik dinding sel mereka.

123
Bakteri gram negatif adalah bakteri yang tidak mempertahankan zat warna

metil ungu pada metode pewaraan gram. Sedangkan bakteri gram positif akan

mempertahankan zat warna metil ungu gelap setelah dicuci dengan alkohol. Bakteri

gram negatif memiliki 3 lapisan dinding sel, lapisan terluar yaitu lipoposakarida

(lipid) kemungkinan tercuci oleh alkohol, sehingga pada saat diwarnai dengan

safranin akan berwarna merah. Bakteri gram positif memiliki selapis dinding sel

berupa peptidoglikan yang tebal. Setelah pewarnaan dengan kristal violet, pori-pori

dinding sel menyempit akibat dekolorisasi oleh alkohol sehingga dinding sel tetap

menahan warna ungu.

Adapun peralatan yang digunakan pada percobaan ini yaitu : botol semprot,

bunsen, cawan petri, deck glass, Erlenmeyer, gelas kimia, kaki tiga, kawat kasa,

mikroskop, objek glass, ose bulat, pipet tetes, rak tabung reaksi, dan tabung reaksi.

Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu : aceton, alkohol,

aluminium foil, aquadest, Escherichia coli, iodium, kalium iodida, kapas, kristal

violet, safranin, Staphylococcus aureus, dan tissue.

Alkohol 70% dipakai untuk mensterilkan meja atau alat-alat yang

tidakdimasukkan kedalam oven, seperti gunting.

Kapas dipakai untuk menutup atau menyumbat Erlenmeyer, tabung reaksi,

gelas ukur.

Kristal violet, alkohol 96% dan ammonium oksalat digunakan sebagai

pengecatan gram A (Ungu). iodium, kalium iodide dan aquadest digunakan sebagai

pengecatan gram B (Coklat). Aceton dan alkohol digunakan sebagai pengecatan

124
gram C (tak berwarna). Safranin, alkohol 96% dan aquadest digunakan sebagai

pengecatan gram D (Merah).

Jenis bakteri yang digunakan pada percobaan ini adalah Escherichia coli yang

merupakan bakteri gram negatif berbentuk batang atau basil dan Staphylococcus

aureus yang merupakan bakteri gram positif berbentuk bulat atau coccus.

Cara pembuatan preparat untuk pengecatan. Pertama diambil objek glass yang

bersih dan steril, kemudian disterilkan objek glass dan ose dengan menggunakan

bunsen. Selanjutnya, diambil satu koloni bakteri dengan ose yang steril dan

diratakan pada objek gelas dan ditipiskan, kemudian disterilkan kembali ose yang

digunakan untuk mengamil bakteri dengan cara dibakar pada nyala api sampai

membara, lalu dikeringkan preparat di atas nyala api sambil digoyangkan dengan

jarak kira-kira 20 cm.

Cara pembuatan cat gram B. Pertama, disiapkan alat dan bahan, kemudian

ditimbang iodium sebanyak 1 gram dan kalium iodida sebanyak 2 gram.

Selanjutnya, dimasukkan aquadest ke dalam Erlenmeyer sebanyak 300 ml dengan

menggunakan labu ukur, kemudian dimasukkan iodium dan kalium iodida yang

sudah ditimbang ke dalam Erlenmeyer yang berisi aquadest sebanyak 300 ml, lalu

dihomogenkan iodium, kalium iodida dan aquadest di dalam Erlenmeyer.

Cara pengecatan bakteri Staphylococcus aureus. Pertama, disiapkan preparat

yang telah diberi bakteri, kemudian dicat / digenangi preparat yang sudah ada

bakteri dengan cat gram A (kristal violet, alkohol 96% dan Ammonium oksalat)

selama 1-3 menit, lalu dibuang cat dan tidak dicuci. Selanjutnya, dicat / digenangi

preparat dengan cat gram B selama 1 menit, kemudian dibuang cat dan dicuci

125
dengan air mengalir, lalu ditetesi preparat dengan dengan cat gram C (aseton dan

alkohol) sampai warna cat hilang atau luntur. Selanjutnya, dibuang dan dicuci

dengan air mengalir, kemudian digenangi / dicat preparat dengan cat gra D

(safranin) selama 1-2 menit, lalu dcuci preparat dan dikeringkan dalam suhu kamar,

kemudian diamati dibawah mikroskop dengan perbesaran kuat. Melalui

pengamatan kami, Staphylococcus aureus memiliki bentuk bulat atau coccus dan

berwarna ungu sehingga Staphylococcus aureus merupakan bakteri gram positif.

Tetapi, pada pengamatan ini faktor cahaya menyebabkan warna pada

Staphylococcus aureus terlihat seperti kuning pudar.

Cara pengecatan bakteri Escherichia coli. Pertama, disiapkan preparat yang

telah diberi bakteri, kemudian dicat / digenangi preparat yang sudah ada bakteri

dengan cat gram A (kristal violet, alkohol 96% dan Ammonium oksalat) selama 1-

3 menit, lalu dibuang cat dan tidak dicuci. Selanjutnya, dicat / digenangi preparat

dengan cat gram B selama 1 menit, kemudian dibuang cat dan dicuci dengan air

mengalir, lalu ditetesi preparat dengan dengan cat gram C (aseton dan alkohol)

sampai warna cat hilang atau luntur. Selanjutnya, dibuang dan dicuci dengan air

mengalir, kemudian digenangi/dicat preparat dengan cat gra D (safranin) selama 1-

2 menit, lalu dcuci preparat dan dikeringkan dalam suhu kamar, kemudian diamati

dibawah mikroskop dengan perbesaran kuat. Melalui pengamatan kami,

Escherichia coli memiliki bentuk batang atau basil dan berwarna merah sehingga

Escherichia coli merupakan bakteri gram negatif.

Manfaat dari percobaan pemeriksaan mikroskopik dan pengecatan gram yaitu

untuk mengetahui cara pemeriksaan mikroskopik pada bakteri, mengetahui cara

126
pengecatan bakteri, khususnya dapat membedakan antara bakteri gram positif dan

bakteri gram negatif.

Alasan digunakannya bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli

yaitu karena dapat dengan mudah ditemukan dimanapun. Tapi bukan bukan hanya

itu alas an lainnya adalah agar pada pemeriksaan mikroskopik dengan terjadi warna

kontras antara bakteri dengan lingkungan sekitarnya, sehingga bakteri terlihat jelas

dan dalam hal ini perlu diperhatikan juga bentuk bakteri, susunan bakteri atas

kedudukan satu dengan yang lain dan sifat pengecatan dari bakteri tersebut.

127
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Bakteri merupakan organisme yang relative sederhana karena umumnya terdiri

dari satu sel (uniselular) dan tidak memiliki membran inti (prokariotik). Prokariotik

mencakup bakteri dan Archea.Secara umum bakteri memiliki sifat yang tembus

cahaya, hal ini dikarenakan bakteri tidak memiliki zat warna dalam tubuhnya.

Tujuan dari pewarnaan yaitu untuk mempermudah proses pengamatan dari bentuk

sel bakteri, perluasan ukuran, mengamati struktur dalam serta luar sel bakteri, serta

untuk melihat reaksi jazad terhadap pewarnaan yang diberikan, sehingga nantinya

sifat fisik atau kimia jazad dapat diketahui .Bakteri seringkali dikelompokkan

berdasarkan bentuk dan sifatnya terhadap pengencatan Gram. Pengecatan Gram

merupakan upaya untuk melihat respon dinding sel terhadap cat. Pengecatan

dilakukan dalam empat macam cat yaitu cat utama (Gram A), cat penguat (Gram

B), cat peluntur (Gram C) dan cat penutup (Gram D).

B. Saran

1. Laboratorium

Diharapkan agar alat-alat maupun bahan lebih di lengkapi lagi, dan untuk

alat-alat yang telah rusak mungkin bisa diperbaiki atau di ganti.

2. Asisten

Untuk asisten cara penjelasan di laboratorium sudah bagus, tetapi untuk

asistensi ada baiknya bisa dijelaskan secara rinci dan detail agar praktikan bisa

lebih memahami.

128
DAFTAR PUSTAKA

Fibriana Fidia, Andin Vita Amalia. 2016. Potensi Kitchen Microbiology Untuk
Meningkatkan Keterampilan Teknik Hands-on Dalam Pembelajaran
Mikrobiologi. Universitas Negeri Semarang : Unnes Science Education
Journal

Haeria. 2017. Pengantar Ilmu Farmasi. UIN Alauddin : Makassar

Kurniati Tri Handayani, Indrayanti Reni, Muzajjanah, Rustam Yoswita, Sukmawati


Dalla. 2018. Penuntun Praktikum Mikrobiologi. Universitas Negeri Jakarta

Meganada Hiaranya Putri, Sukini, Yodong. 2017. Bahan Ajar Keperawatan Gigi
Mikrobiologi. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia : Jakarta

Prihartono Dwi. 2012. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Buah Ceremai
(Phyllanthus acidus (L.) Skeels) Terhadap Staphylococcus aureus dan
Escherichia coli Multiresisten Antibiotik. Universitas Muhammadiyah:
Surakarta
LAMPIRAN

A. Skema Kerja

1. Staphylococcus Aureus
Bakteri 1

- Disiapkan alat dan bahan


- Disterilkan dect glass dan objek
glass
- Disterilkan ose
- Dikeringkan objek glass
- Diletakkan bakteri staphylococcus
Aureus
- Ditetesi gram A sebanyak 3 tetes
dan didiamkan selama 3 menit
- Dibuang cat tanpa dicuci
- Ditetesi dengan cat gram B
- Dibuang dan dicuci dengan
menggunakan aquades
- Ditetesi dengan cat gram C
- Digenangi dengan cat gram D
- Dicuci preparat dan dikeringkan
- Diamati di bawah mikroskop
Staphylococcus
Aureus
2. Escherichia coli
Bakteri 2

- isiapkan alat dan bahan


- Disterilkan dect glass dan objek
glass
- Disterilkan ose
- Dikeringkan objek glass
- Diletakkan bakteri escherichia coli
Ditetesi gram A sebanyak 3 tetes
dan didiamkan selama 3 menit
- Dibuang cat tanpa dicuci
- Ditetesi dengan cat gram B
- Dibuang dan dicuci dengan
menggunakan aquades
- Ditetesi dengan cat gram C
- Digenangi dengan cat gram D
- Dicuci preparat dan dikeringkan
Diamati di bawah mikroskop
Esherichia coli
B. Foto Pengamatan

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI LABORATORIUM MIKROBIOLOGI


PROGRAM STUDI S1 FARMASI PROGRAM STUDI S1 FARMASI
UNIVERSITAS MEGARESZKY UNIVERSITAS MEGARESZKY

Ket: Diambil bakteri dari dalam tabung Ket: Diratakan bakteri pada objek gelas dan

reaksi. ditipiskan.

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI LABORATORIUM MIKROBIOLOGI


PROGRAM STUDI S1 FARMASI PROGRAM STUDI S1 FARMASI
UNIVERSITAS MEGARESZKY UNIVERSITAS MEGARESZKY

Ket: Disterilisasi kembali ose Ket: Didiamkan gram A selama kurang lebih

menggunakan bunsen. 3 menit.


LABORATORIUM MIKROBIOLOGI LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
PROGRAM STUDI S1 FARMASI PROGRAM STUDI S1 FARMASI
UNIVERSITAS MEGARESZKY UNIVERSITAS MEGARESZKY

Ket: Didiamkan gram B selama 1 menit Ket: Didiamkan gram C selama 2 menit 2,29

3,60 detik. detik.

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI LABORATORIUM MIKROBIOLOGI


PROGRAM STUDI S1 FARMASI PROGRAM STUDI S1 FARMASI
UNIVERSITAS MEGARESZKY UNIVERSITAS MEGARESZKY

Ket: Hasil pengamatan Erchechia Coli. Ket: Hasil bakteri staphylococcus aureus.
LABORATORIUM MIKROBIOLOGI DAN VIROLOGI FARMASI
PROGRAM STUDI S1 FARMASI
UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR

LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNIK ASEPTIS : PEMINDAH BIAKAN

KELOMPOK II

PREISCYLIA RARU D1B120084


ADVENTIANI MANGAGO D1B120081
MEIDINA DWI PUTRI D1B120057
RISMAYANTI D1B120061
VIKA APRILIANI TAUFIK D1B120083
PUTRI REGINA TRIANDINI D1B120078
NUR FITRI AULIAH D1B120092

KELAS B/20

ASISTEN: RAHMATIA E. AMAN T.

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MEGAREZKY
MAKASSAR
2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Farmasi adalah dunia yang mempelajari tentang berbagai obat, baik obat

tradisional, obat herbal, obat modern yang di dapat dari bahan yang berasal dari

tumbuhan maupun zat kimia. Di bidang farmasi ini para ahli mempelajari, meneliti,

dan mengetahui baik buruknya makanan atau obat. (Haeria. 2017).

Mikrobiologi adalah ilmu yang mempelajari semua makhluk mikroskopik

dalam bentuk sel tunggal, multisel, maupun aselular seperti bakteri, microfungi,

kapang, mikroalga, protozoa, dan Archaea. Selain itu, virus merupakan makhluk

mikro aseluler sehingga sering dikaji dalam ilmu mikrobiologi meskipun tidak

dapat sepenuhnya dikatakan sebagai makhluk hidup. Mikrobiologi dimulai sejak

ditemukannya mikroskop dan berkembang menjadi ilmu yang multidispliner.

Dalam penerapannya dimasa kini, mikrobiologi tidak dapat dipisahkan dengan ilmu

yang lain dalam aplikasinya di bidang farmasi, kedokteran, Teknik kimia,

arkeologi, pertanian, gizi dan kesehatan, serta pangan. (Fidia. 2016).

Biakan murni ( pure culture ) sangat diperlukan dalam kegiatan mikrobiologi,

misalnya untuk keperluan diagnostik, karakteristik mikroorganisme, industry

mikribiologi, dan yang lain. Untuk mendapatkan kultur murni selain nutrisi dan

lingkungan yang menunjang pertumbuhan mikroorganisme juga perlu dicegah

adanya kontaminan dalam biakan. Untuk itu diperlukan suatu teknik aseptis

(Tim Mikrobiologi, 2021).

129
Teknik aseptis sangat diperlukan untuk memindahkan biakan dari satu tempat

ke tempat yang lain. Dengan teknik aseptis seorang mikrobiologis berusaha

mencegah terjadinya kontaminasi pada biakan (Tim Mikrobiologi, 2021).

Pembiakan mikrobia di laboratorium memerlukan media yang berisi zat

haraserta lingkungan pertumbuhan sesuai bagi mikroba. Media adalah suatu bahan

yang digunakan untuk menumbuhkan mikroba yang terdiri atas campuran nutrisi

atau zat-zat makanan. Selain untuk menumbuhkan mikroba, media dapat juga

digunakan untuk isolasi, memperbanyak, pengujian sifat-sifat fisiologis dan

perhitungan jumlah mikroba (Nur Hidayat, Dkk. 2018).

130
B. Maksud Percobaan

Adapun maksud dari percobaan ini :

1. Mahasiswa mampu mengetahui cara memindahkan biakan dari satu media ke

media lain.

2. Mahasiswa mampu mengetahui cara kerja aseptis.

C. Tujuan Percobaan

Adapun tujuan dari percoaan ini :

1. Mahasiswa dapat memahami cara memindahkan biakan dari satu media ke

media lain.

2. Mahasiswa dapat memahami cara melakukan kerja aseptis.

D. Manfaat Percobaan

Adapun manfaat dari percobaan ini :

1. Mahasiswa mengetahui cara memindahkan biakan dari satu media ke media lain.

2. Mahasiswa dapat mengetahui cara kerja aseptis.

131
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Umum

Mikroorganisme atau mikroba adalah organisme yang berukuran sangat kecil

sehingga untuk mengamatinya diperlukan alat bantuan yang disebut mikroskop.

Mikroorganisme ada yang bersel tunggal maupun bersel banyak. Mikroorganisme

disebut juga organisme mikroskopis (Ermavianti, 2019).

Pemindahan biakan atau bakteri atau yang lebih dikenal dengan inokulasi yaitu

suatu cara memindahkan biakan murni dari satu media ke media yang lain yang

sama atau berbedah dimana biakan murni/ inokulum merupakan biakan hasil isolasi

yang terdiri dari satu jenis mikroba (Harti, 2015).

Tujuan dipindahkannya biakan atau bakteri yaitu memperbanyak

mikroorganisme atau rekulturasi dan digunakan dalam perhitungan jumlah

mikroorganisme, untuk memperoleh isolate, inokulum dari sampel atau biakan

campuran digunakan dalam pengujian sifat fisiologi yang khusus dari berbagai

isolate serta digunakan dalam menguji patogenensis organisme (Harti ,2015).

Penanaman bakteri adalah pekerjaan memindahkan bakteri dari medium yang

lama ke medium yang baru dengan tingkat ketelitian yang sangat tinggi dalam

kondisi steril atau aseptik. Kondisi steril ini meliputi media, alat, dan bahan yang

digunakan harus benar-benar bersih dari kontaminasi organisme. Dalam melakukan

penanaman bakteri diperlukan beberapa persiapan antara lain menyiapakan ruangan

dan pemindahan dengan kawat inokulasi. Ruangan tempat penanaman bakteri harus

bersih dan steril agar tidak terjadi kesalahan dalam percobaan dan kawat inokulasi

132
(ose) yang digunakan sebaiknya digunakan pada bagian ujung yang terbuat dari

platina atau nikel (Tim Tentor Master, 2018).

Kondisi aseptik adalah suatu keadaan yang dirancang untuk mengindari adanya

kontaminasi oleh mikroorganisme, pirogen, ataupun partikel, baik pada alat,

kemasan ataupun bentuk sediaan selama proses pencampuran. Teknik aseptis

didefenisikan sebagai prosedur kerja yang meminimalisasi kontaminan

mikroorganisme dan dapat mengurangi resiko paparan terhadap petugas (Oetari,

2018).

Agar percobaan dan pengujian dapat berhasil maka jumlah kotaminan pada

peralatan dan lingkungan kerja harus diminimalkan. Untuk itu diperlukan suatu

metode aseptis. Metode aseptis merupakan keterampilan laboratorium yang

mendasar dan sangat penting yang dapat digunakan untuk memindahkan biakan

kultur, mengisolasi media, isolasi kultur murni dan melakukan pengujian

mikrobiologik. Metode aseptis digunakan untuk mengisolasi spesies kultur

campuran. Selain itu, metode aseptis juga dapat mencegah penyebaran mikroba

patogen ke lingkungan maupun analis sehingga menurunkan resiko foodborne

disease (Lestari, 2018).

Prinsip-prinsip dasar teknik aseptik yang harus ditegakkan adalah: Media

pertumbuhan dalam wadah (misalnya erlenmeyer atau tabung reaksi) harus

disterilisasi segera setelah dibuat, wadah (misalnya petridish) yang akan digunakan

untuk kultivasi mikroorganisme sebaiknya dibungkus dan kemudian disterilkan,

semua instrumen (misalnya jarum ose ataupun tip pipet) dan berbagai larutan serta

aquadest yang akan menyentuh sisi sebelah dalam petridish dan tabung reaksi yang

133
sudah disterilkan, medium steril dan kultur mikroorganisme, pertama-tama harus

disterilkan terlebih dahulu, area kerja atau meja kerja harus disterilkan dahulu

sebelum dipakai dan selalu dijaga sterilitasnya sepanjang pemakaiannya (misalnya,

tidak meletakkan ose dan tip pipet yang telah digunakan untuk kultivasi maupun

transfer mikroorganisme, di atas meja kerja. Jarum ose harus disterilkan kembali

(dengan dibakar pada nyala api Bunsen) sebelum diletakkan di tempatnya dan tip

pipet bekas pakai harus diletakkan dalam larutan disinfektan/ alkohol), mulut

tabung reaksi harus selalu dipanaskan dahulu sebelum maupun sesudah transfer

ataupun kultivasi mikroorganisme. Tutup/sumbat tabung kultur tidak boleh

diletakkan di atas meja kerja untuk mencegah kontaminasi ulangalik antara tabung

reaksi kultur dan meja kerja, biasakan untuk memisahkan (mengkategorikan) segala

macam peralatan dan medium antara yang steril dan terkontaminasi agar pekerjaan

berjalan lancer, transfer kultur dan kultivasi mikroorganisme harus dilakukan di

dekat nyala api Bunsen pada meja kerja yang sudah disterilkan atau dalam laminar-

air flow cabinet (Rakhmawati, 2011).

Dalam melakukan transfer atau pemindahan bakteri maka perlu diperhatikan

hal-hal seperti berikut :

1. Transfer dapat dilakukan dengan ose mata atau ose jarum, ose yang akan

dipakai untuk memindahkan kultur sel harus dalam keadaan steril yaitu dengan

membakar ose diatas api pemanas bunsen, setelah ose dingin baru dapat

digunakan untuk memindahkan mikroba dari media yang lama ke media yang

baru. Jika saat memindahkan kultur sel terdengar suara “mendesis” berarti ose

134
belum cukup dingin sehingga kemungkinan mikroba yang dipindahkan dapat

mati karena ose masih panas.

2. Sebelum dan sesudah memindahkan kultur sel. ujung atau mulut tabung harus

dilewatkan diatas api Bunsen untuk meminimalisir kontaminan dari udara

masuk ke dalam tabung.

3. Selain dipindahkan dalam media cair dan agar dalam cawan petri, kultur sering

kali dipindahkan ke agar miring. Untuk memindahkan/ menginokulasikan

kultur pada media agar miring, ose yang sudah mengandung mikroba

disentuhkan secara perlahan-lahan di ujung paling dalam tabung , kemudian

ose ditarik pelan-pelan secara zig zag sampai ke ujung bagian atas tanpa

merusak agar (Lestari, 2018).

135
B. Uraian Bakteri

1. Klasifikasi Bakteri Escherichia Coli (Ikmalia, 2014).

Kingdom : Bacteria

Divisi : Proteobacteria

Classis : Gammaproteobacteria

Ordo : Enterobacteriales

Family : Enterobactericeae

Genus : Escherichia

Species : Escherichia coli

Morfologi : Bakteri gram negatif berbentuk batang pendek yang

memiliki panjang sekitar 2 mm, diameter 0,7, lebar 0,4 –

0,7 mm dan bersifat anaerob fakultatif.

2. Klasifikasi Staphylococcus aureus (Syahrurachman, et al. 2011).

Domain : Bacteria

Kingdom : Eubacteria

Ordo : Eubacteriales

Family : Micrococcaceae

Genus : Staphylococcus

Species : Staphylococcus aureus

Morfologi : Bakteri gram positif bulat berdiameter 0,7 – 1,2 mm,

tersusun dalam kelompok – kelompok yang tidak teratur

seperti buah anggur, fakultatif anaerob, tidak membentuk

spora dan tidak bergerak.

136
3. Klasifikasi Streptococcus mutans (Sutadi Heriandi, 2015).

Kingdom : Monera

Divisi : Firmicutes

Classis : Bacilli

Ordo : Lactobacilalles

Family : Streptococcaceae

Genus : Streptococcus

Species : Streptococcus mutans

Morfologi : Bakteri gram positif berbentuk bulat dengan diameter 0,5-

0,7 mm, fakultatif anaerob, tidak bergerak aktif, tidak

membentuk spora dan mempunyai susunan rantai dua atau

lebih.

137
C. Uraian Bahan

1. Aquadest (Dirjen POM 1979 : 96)

Nama Resmi : AQUA DESTILLATA

Nama lain : Aquadest, air suling

RM/BM : H2O/18,02

Rumus Struktur :

Pemerian : Cairan tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa

Kelarutan : Larut dengan semua jenis larutan

Kegunaan : Zat pelarut.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup kedap

2. Alkohol (Dirjen POM 1979 : 65)

Nama Resmi : AETHANOLUM

Nama lain : Akohol, etanol, ethyl alkohol

RM/BM : C2H6O/46,07

Rumus Struktur :

Pemerian : Cairan tidak berwarna, jernih, mudah menguap dan

mudah bergerak; bau khas rasa panas, mudah terbakar

dan memebrikan nyala biru yang tidak berasap.

138
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform P dan

dalam eter P

Kegunaan : Sebagai zat tambahan, juga dapat membunuh kuman

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terhindar dari cahaya,

ditempat sejuk jauh dari nyala air

3. Nutrien Agar (NA) (Kristiandi, 2021)

Komposisi : 0.5% pepton, 0,3% ekstrak daging sapi, 1,5% agar dan

0,5 % NaCl yang berperan sebagai penunjang

pertumbuhan mikroba

4. Medium Nutrient Borth (NB) (Harris,2015)

Komposisi : 1 g/L lable mcopowder, 2 g/L yeastextract, 5 g/L peptone,

dan 5 g/L sodium chloride).

139
BAB III

METODE KERJA

A. Alat

Adapun alat yang digunakan pada praktikum kali ini di antaranya yaitu

autoklaf, bunsen, botol semprot, cawan petri, Erlenmeyer, gelas ukur, gunting, kaki

tiga, kulkas, oven, ose bulat, rak tabung reaksi, spoit, tabung reaksi, dan timbangan

analitik.

B. Bahan

Adapun bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah aquadest,

alkohol, bakteri Escherichia coli, bakteri Propionibacterium acnes, bakteri

Streptococcus mutans, benang godam, kertas, NA (Nutrient Agar), dan NB

(Nutrient Broth).

C. Cara Kerja

1. Sterilisasi Alat

a. Dibungkus semua alat-alat seperti cawan petri, gelas kimia, gelas ukur, dan

tabung reaksi dengan kertas lalu diikat dengan benang godam.

b. Dimasukkan semua alat-alat ke dalam oven dengan suhu 175°C selama 60

menit.

c. Dikeluarkan semua alat-alat dari oven dan didiamkan selama beberapa

menit sampai alat-alatnya dingin.

2. Pembuatan medium

a. NA (Nutrient Agar)

1. Ditimbang NA sebanyak 2,76 gram dengan menggunakan timbangan.

140
2. Dimasukkan aquadest sebanyak 120 mL ke dalam erlenmeyer.

3. Dimasukkan NA 2,76 gram ke dalam erlenmeyer yang berisi aquades

120 ml.

4. Dipanaskan NA sampai homogen.

5. Diaduk atau dihomogenkan sampai mendidih menggunakan batang

pengaduk.

6. Diangkat erlenmeyer dan ditutup dengan kapas.

7. NA dan alat lainnya dimasukkan ke dalam autoklaf untuk

disterilisasikan dengan suhu 121O C selama 20 menit.

8. Dikeluarkan NA dan alat dari autoklaf.

9. Tabung reaksi dan erlenmeyer disterilkan dengan bunsen dan diambil

NA menggunakan spoit dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi

kemudian diangin – anginkan dan Erlenmeyer ditutup kembali

menggunakan kapas.

10. NA diratakan dengan menggunakan metode angka delapan.

b. NB (Nutrient Broth)

1. Ditimbang NB sebanyak 0,24 gram dengan menggunakan timbangan.

2. Dimasukkan aquadest sebanyak 120 mL ke dalam erlenmeyer.

3. Dimasukkan NB 0,24 gram ke dalam erlenmeyer yang berisi aquades

120 ml.

4. Dipanaskan NB sampai homogen.

5. Diaduk atau dihomogenkan sampai mendidih menggunakan batang

pengaduk.

141
6. Diangkat erlenmeyer dan ditutup dengan kapas.

7. NB dan alat lainnya dimasukkan ke dalam autoklaf untuk

disterilisasikan dengan suhu 121OC selama 20 menit.

8. Dikeluarkan NB dan alat dari autoklaf.

9. Tabung reaksi dan erlenmeyer disterilkan dengan bunsen dan diambil

NB menggunakan spoit dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi

kemudian diangin – anginkan dan Erlenmeyer ditutup kembali

menggunakan kapas.

10. NB diratakan dengan menggunakan metode angka delapan.

3. Pemindahan biakan dari media cair ke media padat

a. Dipanaskan ose hingga membara

b. Dibuka tabung yang berisi kultur yang akan dipindahkan, panasi mulut

tabung pada nyala api

c. Dimasukkan ose tersebut ke dalam biakan dekat dinding tabung dan ambil

satu koloni biakan, kemudian panasi mulut tabung dan tutup kembali.

d. Dibuka tabung berisi nutrient agar miring, panasi mulut tabung dengan

nyala api

e. Digoreskan ose pada media nutrient agar miring

f. Dipanasi kembali mulut tabung, kemudian tutup

g. Diinkubasi 37oC selama 24 jam.

4. Pemindahan biakan dari media padat ke media padat

a. Dipanaskan ose hingga membara

142
b. Dibuka tabung yang berisi kultur yang akan dipindahkan, panasi mulut

tabung pada nyala api

c. Dimasukkan ose tersebut ke dalam biakan dekat dinding tabung dan ambil

satu koloni biakan, kemudian panasi mulut tabung dan tutup kembali.

d. Dibuka petri dish sebagian dan panasi mulut petri dish dekat dengan nyala

api

e. Digoreskan ose pada media nutrient agar pada petri dish dekat nyala api

f. Dipanasi kembali mulut petri dish dan kemudian tutup

g. Diinkubasi 37oC selama 24 jam.

5. Pemindahan biakan dari media padat ke media cair

a. Dipanaskan ose hingga membara

b. Dibuka tabung yang berisi kultur yang akan dipindahkan, panasi mulut

tabung pada nyala api

c. Dimasukkan ose tersebut ke dalam biakan dekat dinding tabung dan ambil

satu koloni biakan, kemudian panasi mulut tabung dan tutup kembali.

d. Dibuka tabung yang berisi nutrient, panasi mulut tabung dengan nyala api

e. Dimasukkan ose kedalam tabung yang berisi nutrient

f. Dipanasi kembali mulut tabung, kemudian tutup

g. Diinkubasi 37oC selama 24 jam.

143
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Tabel Hasil Pengamatan

No. Pemindahan biakan bakteri Keterangan

1. Pemindahan biakan
padat-padat yang
terdapat pertumbuhan

Sebelum Inkubasi Sesudah Inkubasi bakteri (Escherichia

Bakteri coli)

2. Pemindahan biakan
cair-cair yang terdapat
pertumbuhan bakteri
(Propionibacterium
Sebelum Inkubasi Sesudah Inkubasi
acnes)
Bakteri

3. Pemindahan biakan
padat-cair yang terdapat
pertumbuhan bakteri
(Streptococcus mutans)
Sebelum Inkubasi Sesudah Inkubasi
Bakteri

4. Pemindahan biakan
padat-padat yang
terdapat partumbuhan
bakteri (Escherichia
Sebelum Inkubasi Sesudah Inkubasi
coli)
Bakteri

144
5. Pemindahan biakan
cair-padat yang terdapat
partumbuhan bakteri

Sebelum Inkubasi Sesudah Inkubasi (Propionibacterium

Bakteri acnes)

6. Pemindahan biakan
padat-padat yang
terdapat partumbuhan
bakteri (Streptococcus
Sebelum Inkubasi Sesudah Inkubasi
mutans)
Bakteri

B. Pembahasan

Pemindahan biakan atau bakteri atau yang lebih dikenal dengan inokulasi yaitu

suatu cara memindahkan biakan murni dari satu media ke media yang lain yang

sama atau berbedah dimana biakan murni/ inokulum merupakan biakan hasil isolasi

yang terdiri dari satu jenis mikroba (Harti, 2015).

Pada praktikum kali ini digunakan alat – alat yaitu autoklaf, bunsen, botol

semprot, cawan petri, erlenmeyer, gelas ukur, gunting, kaki tiga, kulkas, oven, ose

bulat, rak tabung reaksi, spoit, tabung reaksi, dan timbangan analitik.

Adapun bahan – bahan yang digunakan adalah aquadest, alkohol, bakteri

Escherichia coli, bakteri Propionibacterium acnes, bakteri Streptococcus mutans,

benang godam, kertas, NA (Nutrient Agar), dan NB (Nutrient Broth).

Pada percobaan kali ini, hal yang dilakukan pertama kali yaitu pembuatan

medium. Pertama, disterilisasikan terlebih dahulu alat – alat yang digunakan

menggunakan oven dengan temperature 175°C selama 60 menit, lalu dikeluarkan

145
dan didiamkan hingga dingin. Selanjutnya, timbang bahan yang akan digunakan,

dihomogenkan medium dengan aquades, diletakkan larutan yang telah

dihomogenkan di atas bunsen dan diaduk medium hingga mendidih, diangkat

medium yang telah mendidih kemudian ditutup erlenmeyer menggunakan kapas

lalu disterilkan di autoklaf. Sebelum medium dipindahkan ke cawan petri

disterilisasikan terlebih dahulu menggunakan pijaran api. Dimiringkan sedikit

erlenmeyer untuk diambil medium menggunakan spoit lalu dituangkan ke cawan

petri lalu ditutup, digoyangkan cawan petri membentuk angka 8, dilakukan secara

berulang sampai semua mediumnya habis.

Cara pemindahan biakan yang pertama, ose dipanaskan dari pangkal sampai

ujung hingga membara, kemudian dibuka tabung yang berisi kultur yang akan

dipindahkan, panasi mulut tabung pada nyala api. Kemudian ose dimasukkan ke

dalam biakan dekat dinding tabung dan ambil satu koloni biakan. Selanjutnya,

tabung dibuka, lalu dipanasi mulut tabung dengan nyala api kemudian digoreskan

ose pada media nutrient agar miring, lalu dipanasi kembali mulut tabung dan ditutup

kembali. Setelah itu, diinkubasi selama 24 jam dengan suhu 37°C.

Teknik aseptis sangat diperlukan untuk memindahkan biakan dari satu ke

tempat yang lain. Dengan teknik aseptis seorang mikrobiologis berusaha mencegah

terjadinya kontaminasi pada biakan. Manfaat dari percobaan teknik aseptis

pemindah biakan adalah mampu memindahkan biakan bakteri dari satu media ke

media yang lain, serta mampu melakukan kerja secara aseptis.

Berdasarkan hasil pengamatan pada medium bakteri yang dipindahkan harus

dilakukan secara aseptik agar terjadi biakan murni. Hasil yang didapatkan setelah

146
bakteri diinkubasi terdapat pertumbuhan bakteri atau kultur murni pada medium

Nutrient Agar (NA) dan medium Nutrient Broth (NB).

147
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Penanaman bakteri adalah pekerjaan memindahkan bakteri dari medium lama

ke medium yang baru dengan tingkat ketelitian yang sangat tinggi dalam kondisi

steril atau aseptis. Tujuan pemindahan biakan yaitu untuk memperbanyak

mikroorganisme atau rekulturasi, digunakan dalam perhitungan jumlah

mikroorganisme dan digunakan dalam menguji patogenensis organisme. Kondisi

aseptis adalah suatu keadaan yang dirancang untuk menghindari adanya

kontaminasi oleh mikroorganisme, baik pada alat, kemasan ataupun bentuk sediaan

selama proses pencampuran dan dapat mengurangi resiko paparan terhadap

praktikan. Media pertumbuhan yang dibuat dan wadah yang akan digunakan untuk

kultivasi mikroorganisme sebaiknya dibungkus dan kemudian disterilkan. Metode

aseptis digunakan untuk mengisolasi spesies kultur campuran. Metode aseptis juga

dapat mencegah penyebaran mikroba patogen ke lingkungan

B. Saran

1. Laboratorium

Disarankan semoga kedepannya bahan-bahan dan alat-alat di dalam

laboratorium semakin lengkap.

2. Asisten

Secara keseluruhan konsep atau cara kakak sebagai asisten dosen dalam

laboratorium baik, sebaiknya kakak-kakak asisten dosen lebih tingkatkan lagi

agar kedepannya semakin baik.

148
DAFTAR PUSTAKA

Ermavianti, Dwi. 2019. Sanitasi Hygiene Kecantikan. Andi Offset : Yogyakarta

Fibriana Fidia. Andin Vita Amalia. 2016. Potensi Kitchen Microbiology Untuk
Meningkatkan keterampilan Teknik Hands – on Dalam Pembelajaran
Mikrobiologi. Universitas Negeri Semarang : Unnes Science Education
Journal.

Haeria. 2017. Pengantar Ilmu Farmasi. UIN Alauddin : Makassar.

Harris, Amanda. (2015), Studi Komparasi Variasi Media Kultur Terhadap


Pertumbuhan Populasi Bakteri Bacillus subtillis dan Bacillus licheniformis
Untuk Probiotik Unggas. Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Arlanga
Surabaya.

Harti, Agnes Sri. 2015. Mikrobiologi Kesehatan. CVAndi Offset : Yogyakarta.

Ikmalia. 2014. Analisa Profil Protein Isolat Escherichia coli S1 Hasil Iradiasi Sinar
Gamma.

Kristiandi, Kiki, Sanya Anda Lusiana, Rizky Nisfi Ramdhini.2021. Teknologi


Fermentasi : Yayasan Kita Menulis

Lestari, Lili Arsanti, Eni Harmayani, Tyas Utami, Puspita Mardika Sari, Syara
Nurfiani. 2018. Dasar-Dasar Mikrobiologi Makanan di Bidang Gizi dan
Kesehatan. Gajah Mada Uuniversity Press : Yogyakarta

Nur Hidayat, Dkk. 2018. Mikroorganisme Dan Pemanfataannya. UB Press.


Malang. Oetari. R. A. 2018. Teknik Aseptis. Gajah Mada University Press:
Yogyakarta.

Rakhmawati, Anna, Bernadetta Octavia, Siti Umniyatie. 2011. Petunjuk Praktikum


Mikrobiologi. Jurdik Biologi FMIPA UNY.

Syahrurachman, et al. 2011. Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran. Staf Pengajar


Fakultas Kedokteran Univesitas Indonesia. Edisi revisi. Jakarta : Binarupa
Aksara.

129
Sutadi Heriandi, Yuke Heriandi. 2015. Identifikasi S.Mutans dan S.Sobrinus
Dengan Morfologi Koloni dan Analisa Biokimia. Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Indonesia. Jakarta : vol. 11(3), no. 106 – 109.

Tim Tentor Master. 2018. Magic Trick Praktis Ala Bimbel Biologi. PT Gramedia
Widiasarana Indonesia : Jakarta.

Tim Mikrobiologi. 2021. Penuntun Praktikum Mikrobiologi Dasar. Fakultas


Farmasi Universitas Megarezky : Makassar.

130
LAMPIRAN

A. Skema Kerja

1. Sterilisasi alat

Alat

− Dicuci
− Dibilas
− Dikeringkan
− Dibungkus
− Disterilkan
Alat steril

2. Pembuatan medium

Medium NA

− Ditimbang
− Dilarutkan
− Dipanaskan
− Dihomogenkan
− Disterilkan
− Dipindahkan
− Diinkubasi 1 x 24

Terdapat Pertumbuhan Mikroba

131
Medium NB

− Ditimbang
− Dilarutkan
− Dipanaskan
− Dihomogenkan
− Disterilkan
− Dipindahkan
− Diinkubasi 1 x 24

Terdapat Pertumbuhan Mikroba

132
B. Perhitungan
23
1. NA = 1000 𝑥 6 𝑥 20 𝑚𝐿 = 2,76 𝑔𝑟𝑎𝑚

8
2. NB = 1000 𝑥 3 𝑥 10 𝑚𝐿 = 0,24 𝑔𝑟𝑎𝑚

133
C. Foto Pengamatan

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI LABORATORIUM MIKROBIOLOGI

PROGRAM STUDI S1 FARMASI PROGRAM STUDI S1 FARMASI


UNIVERSITAS MEGARESZKY UNIVERSITAS MEGARESZKY

KET: Disterilkan alat. KET:. Ditimbang NA.

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI LABORATORIUM MIKROBIOLOGI

PROGRAM STUDI S1 FARMASI PROGRAM STUDI S1 FARMASI


UNIVERSITAS MEGARESZKY UNIVERSITAS MEGARESZKY

KET: Ditimbang NB KET: Pembuatan medium.

134
LABORATORIUM MIKROBIOLOGI LABORATORIUM MIKROBIOLOGI

PROGRAM STUDI S1 FARMASI PROGRAM STUDI S1 FARMASI


UNIVERSITAS MEGARESZKY UNIVERSITAS MEGARESZKY

KET: Bahan disterilisasi di dalam autoklaf. KET: Pemindahan medium.

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI LABORATORIUM MIKROBIOLOGI

PROGRAM STUDI S1 FARMASI PROGRAM STUDI S1 FARMASI


UNIVERSITAS MEGARESZKY UNIVERSITAS MEGARESZKY

KET: Pengambilan bakteri. KET: Penggoresan bakteri.

135
LABORATORIUM MIKROBIOLOGI LABORATORIUM MIKROBIOLOGI

PROGRAM STUDI S1 FARMASI PROGRAM STUDI S1 FARMASI


UNIVERSITAS MEGARESZKY UNIVERSITAS MEGARESZKY

KET: Medium sebelum inkubasi. KET: Medium sesudah inkubasi.

136
LABORATORIUM MIKROBIOLOGI DAN VIROLOGI FARMASI
PROGRAM STUDI S1 FARMASI
UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR

PERCOBAAN VII
PERHITUNGAN KOLONI

KELOMPOK II

PREISCYLIA RARU D1B120084


ADVENTIANI MANGAGO D1B120081
MEIDINA DWI PUTRI D1B120057
RISMAYANTI D1B120061
VIKA APRILIANI TAUFIK D1B120083
PUTRI REGINA TRIANDINI D1B120078
NUR FITRI AULIAH D1B120092

KELAS B/20

ASISTEN: MUFLI THAMI TUFAIL

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MEGAREZKY
MAKASSAR
2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Farmasi adalah dunia yang mempelajari tentang berbagai obat, baik obat

tradisional, obat herbal, obat modern yang di dapat dari bahan yang berasal dari

tumbuhan maupun zat kimia. Di bidang farmasi ini para ahli mempelajari,

meneliti, dan mengetahui baik buruknya makanan atau obat. (Haeria. 2017)

Mikrobiologi adalah ilmu yang mempelajari semua makhluk mikroskopik

dalam bentuk sel tunggal, multisel, maupun aselular seperti bakteri, microfungi,

kapang, mikroalga, protozoa, dan Archaea.Selain itu, virus merupakan makhluk

mikro aseluler sehingga sering dikaji dalam ilmu mikrobiologi meskipun tidak

dapat sepenuhnya dikatakan sebagai makhluk hidup.Mikrobiologi dimulai sejak

ditemukannya mikroskop dan berkembang menjadi ilmu yang multidispliner.

Dalam penerapannya dimasa kini, mikrobiologi tidak dapat dipisahkan dengan

ilmu yang lain dalam aplikasinya di bidang farmasi, kedokteran, Teknik kimia,

arkeologi, pertanian, gizi dan kesehatan, serta pangan. (Fidia. 2016)

Menghitung jumlah mikroorganisme pada suatu materi dilakukan untuk

mengetahui status mikrobiologis dari bahan tersebut.Perhitungan mikroba tersebut

dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung.Perhitungan secara

langsung memungkinkan mengetahui jumlah mikroba pada saat itu juga tetapi

sulit untuk membedakan sel hidup dan sel mati.(penuntun)

Mikroba dapat hidup pada beberapa kondisi tertentu, sehingga medium

pengencer yang digunakan pun berbeda-beda. Pada analisis suatu mikroba

149
terdapat beberapa pilihan medium pengenceran yang dapat digunakan untuk

mikroba anaerobic, medium pengencer yang digunakan untuk mikroba osmofilik

dan halofilik, serta medium pengencer untuk sampel cair atau sampel padat

dengan partikel halus dan lainnya ( Wenny, 2018)

Perhitungan koloni ini dilakukan untuk mengetahui pertumbuhan suatu

bakteri. Penghitungan suatu koloni dapat dilakukan dengan metode pour plate.

Mengingat jumlah koloni bisa mencapai lebih dari 300 koloni, maka diperlukan

alat bantu yang biasa disebut Colony Counter untuk mempermudah penghitungan

jumlah koloni bakteri. (Erdo, 2019)

B. Maksud Percobaan

1. Untuk mengetahui cara perhitungan mikroba pada berbagai bahan

2. Untuk mengetahui jumlah mikroba pada suatu bahan

C. Tujuan Percobaan

1. Mahasiswa mengetahui cara perhitungan mikroba pada bahan

2. Mahasiswa mengetahui jumlah mikroba pada suatu bahan

D. Manfaat Percobaan

Adapun manfaat dari percobaan ini yaitu mengetahui cara perhitungan

mikroba pada berbagai bahan dan mengetahui jumlah mikroba pada suatu bahan.

150
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Umum

Mikrobiologi adalah ilmu yang mempelajari semua makhluk mikroskopik

dalam bentuk sel tunggal, multisel, maupun seluler seperti bakteri, mikrofungi,

kapang, mikroalga, protozoa, dan Archaea.Selain itu, virus merupakan makhluk

mikro aseluler sehingga sering dikaji dalam ilmu mikrobiologi meskipun tidak

dapat sepenuhnya dikatakan sebagai makhluk hidup.Mikrobiologi dimulai sejak

ditemukannya mikroskop dan berkembang menjadi ilmu yang multidispliner.

Dalam penerapannya dimasa kini, mikrobiologi tidak dapat dipisahkan dengan

ilmu yang lain dalam aplikasinya di bidang farmasi, kedokteran, teknik kimia,

arkeologi, pertanian, gizi dan kesehatan, serta pangan. (Fidia, 2016)

Mikroorganisme merupakan jasad renik yang tidak dapat dilihat dengan mata

telanjang, tetapi harus menggunakan mikroskop.Yang tergolong ke dalam

mikroorganisme adalah bakteri, jamur, ganggang, protozoa, dan virus.

Mikroorganisme terdapat dalam populasi yang besar dan beragam dan hamper

terdapat di mana-mana di ala mini. Mereka dapat berada di dalam air, udara,

tanah, maupun di dalam tubuh makhluk hidup.Mikroorganisme terdapat paling

banyak di tempat yang mengandung nutrient, kelembaban dan suhu yang sesuai

untuk pertumbuhan dan perkembangbiakannya. (Mayasari, 2020)

Bakteri adalah suatu organisme yang jumlahnya paling banyak dan tersebar

luas dibandingkan dengan organisme lainnya di bumi.Bakteri umumnya

merupakan organisme uniseluler (bersel tunggal), prokariota/prokariot, tidak

151
mengandung klorofil, serta berukuran mikroskopik (sangat kecil). Bakteri tidak

hanya merugikan bagi manusia, ada juga yang memiliki manfaat, antara lain

:Escherichia coli, Acetobacter xylinum, Streptococcus termophylus. (Arya, 2015)

Pengertian lain dari bakteri yaitu salah satu golongan mikroorganisme

prokariotik (bersel tunggal) yang hidup berkoloni dan tidak mempunyai selubung

inti namun mampu hidup dimana saja. Menurut klasifikasinya bakteri dibagi

menjadi 2 yaitu bakteri Gram positif dan bakteri Gram negatif.Beberapa bakteri

Gram positif dan bakteri Gram negatif merupakan flora normal pada tubuh

manusia. (Michelle, 2017)

Koloni bakteri merupakan sekumpulan dari bakteri-bakteri yang sama yang

mengelompok menjadi satu dan membentuk suatu koloni-koloni. Untuk

mengetahui pertumbuhan suatu bakteri dapat dilakukan dengan menghitung

jumlah koloni bakteri. Perhitungan suatu koloni biasa dilakukan secara manual

dengan menandai dan menghitung koloni bakteri yang ada pada cawan petri,

perhitungan ini masih menggunakan daya ingat manusia sehingga dapat terjadi

kesalahan dalam proses perhitungan. Untuk mempermudah perhitungan jumlah

koloni bakteri digunakan alat yang biasa disebut Colony Counter.Pada alat Colony

Counter, perhitungan jumlah koloni bakteri menggunakan arduino uno smd

dengan minimum sistem atmega 328 dan Probe sebagai penghitung koloni

bakteri. Dengan adanya Colony Counter tersebut pengguna tinggal menandai

koloni bakteri yang dihitung dengan menyentuhkan Probe pada media sampel,

sehingga hasil perhitungan akan langsung ditampilkan di LCD. Dari hasil uji coba

152
penghitungan pada 15 sampel alat Colony Counter dapat berfungsi dengan baik.

(Erdo, 2019)

Colony Counter merupakan alat yang digunakan untuk menghitung koloni

bakteri. Colony Counter bekerja dengan memanfaatkan lup untuk memperbesar

koloni bakteri yang terdapat pada cawan petri. Colony Counter pada umumnya

masih bersifat manual, hanya mengandalkan daya ingat petugas laboratorium.

Proses yang masih manual seperti ini akan berdampak pada lambatnya proses

penghitungan dan rendahnya kualitas hasil yang didapat. Dengan proses seperti ini

diperlukan otomasisasi perhitungan menggunakan alat seperti perancangan

berbasis mikrokontroler. (Arya, 2015)

Perhitungan bakteri adalah suatu cara yang digunakan untuk menghitung

jumlah colony bakteri yang tumbuh pada suatu media pembiakan. Perhitungan

jumlah bakteri dapat dilakukan dengan berbagai cara misalnya perhitungan

dengan metode MPN, perhitungan dengan pengecatan negatif dan perhitungan

dengan metode hitung cawan. Jumlah bakteri dapat juga dihitung dengan

menggunakan haemacytometeratau petroff hauseser cunter. Satuan yang

digunakan dalam perhitungan adalah CFU/mL atau CFU/gram. (Nur Hidayati,

2018)

Perhitungan bakteri dengan metode MPN (Most Propable Number)

merupakan metode perhitungan sel bakteri terutama untuk perhitungan bakteri

coliform berdasarkan jumlah perkiraan terdekat yaitu perhitungan dalam range

tertentu dan dihitung sebagai nilai duga dekat secara statistic dengan merujuk

pada table MPN (Most Propable Number). (Harti, 2015)

153
MPN (Most Propable Number) bisa juga diartikan sebagai suatu metode yang

menggunakan serangkaian pengenceran dan beberapa seri tabung (3,5, atau 7

tabung) untuk memperkirakan secara statistik jumlah bakteri dalam sampel

pangan cair seperti sush dan air. MPN merupakan metode yang diaplikasikan

ketika sampel diduga mengandung bakteri dalam jumlah rendah ( 100/g atau

100 mL) atau mengandung partikel yang akan mengganggu jika dilakukan

perhitungan dengan metode pemupukan cawan (plate count). (Rahti, 2021)

Salah satu metode yang dapat dilakukan untuk menghitung jumlah mikroba

dalam suatu bahan makan salah satunya yaitu dengan mengukur jumlah sel yang

ada menggunakan metode hitung cawan (Total Plate Count).Metode hitung cawan

merupakan metode enumerasi yang sudah lama dan banyak digunakan dalam

bidang mikrobiologi pangan untuk memperkirakan jumlah mikroorganisme yang

ada pada suatu sampel bahan makan dengan asumsi bahwa mikroorganisme yang

ada terdistribusi secara homogen di dalam makan.(Endang, 2020)

Metode hitung cawan memiliki beberapa kelebihan diantaranya yaitu

kapasitas untuk menghitung jumlah bakteri jika terlalu banyak ataupun jika terlalu

sedikit dapat menggunakan faktor pengenceran.Selain itu, metode hitung cawan

ini hanya menghitung bakteri yang layak dihitung tidak termasuk bakteri mati

ataupun puing-puing yang ada pada media pertumbuhan.Namun, metode ini juga

memiliki kekurangan yaitu perhitungan kumpulan sel bakteri dapat salah dihitung

sebagai koloni tunggal sehingga dilaporkan sebagai CFU/mL daripada

sel/mL.Selain itu metode ini membutuhkan waktu yang lama karena hasil hitung

cawan ini biasanya diperoleh setelah 1-3 hari.(Endang, 2020)

154
Metode hitung cawan dibedakan menjadi beberapa cara yaitu metode tuang

(pour plate), metode sebaran (spread plate), dan metode drop plate. Metode

hitung cawan termasuk metode yang digunakan untuk penanaman bakteri dengan

menggunakan media padat, yang prinsip kerjanya berdasarkan pembuatan seri

pengenceran (homogenisasi) sampel dengan kelipatan.Hasil perhitungan dengan

menggunakan hitung cawan ini dalam bentuk Colony forming unit (CFU).CFU ini

menunjukkan jumlah koloni yang tumbuh tiap gram atau mililiter sampel yang

dihitung dari jumlah cawan, faktor pengenceran, dan volume yang

digunakan.(Endang, 2020)

Prinsip dari metode hitungan cawan adalah menumbuhkan sel-sel mikroba

yang masih hidup pada suatu atau beberapa media sehingga sel tersebut

berkembang biak dan membentuk koloni-koloni yang dapat dilihat langsung

dengan mata telanjang tanpa menggunakan mikroskop, dan koloni dapat dihitung

menggunakan Colony Counter. (Merisa, 2015)

Metode kuantitatif yang digunakan untuk mengetahui jumlah mikroba yang

ada pada suatu sampel, umumnya dikenal dengan Angka Lempeng Total (ALT).

Uji Angka Lempeng Total (ALT) dan lebih tepatnya ALT aerob mesofil atau

anerob mesofil menggunakan menggunakan media padat dengan hasil akhir

berupa koloni yang dapat diamati secara visual berupa angka dalam coloni (cfu)

per mL/gram atau koloni/100 mL. (Rahmadhani, 2020)

Angka Lempeng Total adalah angka yang menunjukkan jumlah bakteri

mesofil dalam tiap-tiap 1 ml atau 1 gram sampel makanan yang diperiksa. Prinsip

dari ALT adalah menghitung pertumbuhan koloni bakteri aerob mesofil setelah

155
sampel makanan ditanam pada lempeng media yang sesuai dengan cara tuang

kemudian dieramkan selama 24-48 jam pada suhu 35-37°C. Uji angka lempeng

total merupakan metode yang umum digunakan untuk menghitung adanya bakteri

yang terhadap dalam sediaan yang diperiksa. (Sri, 2019)

Menurut MA PPOM 61/MIK/06 prinsip pengujian Angka Lempeng Total

yaitu pertumbuhan koloni bakteri aerob mesofil setelah cuplikan diinokulasi pada

media lempeng agar dengan cara tuang dan dinkubasi pada suhu yang sesuai. Pada

pengujian Angka Lempeng Total digunakan PDF (Pepton Dulution Fluid) sebagai

pengencer sampel dan menggunakan PCA (Plate Count Agar) sebagai media

padat. (Rahmadhani, 2020)

Beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika menghitung jumlah koloni

bakteri dari sampel yaitu :

1. Cawan yang dipilih dan dihitung adalah yang mengandung jumlah koloni

antara 30-300 CFU/g. Jika jumlah koloni tiap sampel lebih dari 300 CFU/g

dikategorikan sebagai terlalu banyak untuk dihitung (TBUD) atau too

numerous to count (TNTC).

2. Beberapa koloni yang bergabung menjadi satu atau satu deret rantai koloni

yang terikat sebagai suatu garis dihitung sebagai satu koloni.

3. Koloni yang tumbuh menutup lebih besar dari setengan luas cawan petri,

tidak disebut sebagai koloni melainkan spreader.

4. Jika hasil perbandingan jumlah bakteri dari hasil pengenceran berturut-turut

antara pengenceran yang lebih besar dengan pengenceran sebelumnya adalah

< 2 maka hasilnya dirata-rata. Namun jika hasilnya ≥ 2, maka menggunakan

156
jumlah mikroba dari hasil pengenceran sebelumnya (pengenceran terkecil).

(Endang, 2020)

Menurut Nur Hidayati, persyaratan-persyaratan perhitungan koloni yaitu :

1. Jumlah koloni per cawan petri adalah 25-250

2. Perbandingan antara pengenceran yang lebih tinggi dengan yang lebih

rendah, jika < 2 maka di rata-rata, jika ≥ 2 maka data yang digunakan adalah

data pengenceran yang lebih rendah.

3. Tidak spreader

4. Jika jumlah koloni tidak ada yang memenuhi syarat maka digunakan yang

mendekati 250

5. Jika ada ulangan maka hasilnya dirata-rata terlebih dahulu

6. Penulisan laporan menggunakan satu angka didepan koma dan satu angaka

decimal dibelakang koma.

7. Jika decimal dibawah lima maka dibulatkan ke bawah dan jika lebih besar

atau sama dengan lima maka dibulatkan keatas (Nur Hidayati, 2018).

157
B. Uraian Bahan

1. Aluminium foil (Dirjen POM, 1979:639)

Nama resmi : ALUMINILL

Nama lain : Aluminium

Rumus molekul : Al

Berat molekul : 26,92

Struktur molekul : -

Pemerian : Warna keperakan, tidak berbau, tidak berasa.

Kelarutan : Tidak larut dalam air

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : Sebagai reaktan dalam reaksi kombinasi

2. Aquadest (FI III, 1979, Hal: 96)

Nama Resmi : AQUA DESTILLATA

Nama Lain : Aquadest, air suling

RM/BM : H2O/18,02

Rumus Struktur :

Pemerian : Cairan tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa

Kelarutan : Larut dengan semua jenis larutan

Kegunaan : Zat pelarut

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup kedap

3. Alkohol (FI III, 1979, Hal: 65)

Nama resmi : AETHANOLUM

158
Nama lain : Etanol

Berat molekul : 46,07

Rumus molekul : C2H6O

Struktur molekul :

Pemerian : Cairan tidakberwarna, jernih,mudah menguap,

mudah bergerak,baukhas, rasa panas, mudah terbakar

dengan memberikan warna biru yang tidak berasap.

Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, kloroform p,dan eter p.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya,

ditempat sejuk, jauh dari api.

Kegunaan : Zat tambahan.

159
C. Uraian Bakteri

1. Bacillus sp (Fibi Puspita, 2017)

a. Klasifikasi

Kingdom : Bacteria

Divisi : Procaryotae

Kelas : Schizomycetes

Bangsa : Eubacteriales

Suku : Bacillacae

Marga : Bacillus

Jenis : Bacillus sp.

b. Morfologi

Bacillus spmerupakan bakteri gram positf dengan bentuk batang

pendek hingga batang tunggal dengan penataan tunggal. Waran

koloninya putih hingga kekuningan, tepinya tidak rata, permukaannya

kasar dan tidak berlendir.

2. Staphylococcus aureus (Syahrurachman, et al. 2011)

a. Klasifikasi

Kingdom : Bacteria

Domain : Eubacteria

Ordo : Eubacteriales

Family : Micrococcaceae

Genus : Staphylococcus

Species : Staphylococcus aureus

160
b. Morfologi

Bakteri gram positif bulat berdiameter 0,7 – 1,2 mm, tersusun dalam

kelompok – kelompok yang tidak teratur seperti buah anggur, fakultatif

anaerob, tidak membentuk spora dan tidak bergerak.

161
D. Uraian Medium

1. Nutrien Agar (NA) (Kristiandi, 2021)

Komposisi : 0.5% pepton, 0,3% ekstrak daging sapi, 1,5% agar dan

0,5 % NaCl yang berperan sebagai penunjang

pertumbuhan mikroba

162
BAB III

METODE KERJA

A. Alat

Adapun alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah: buku, Colony

Counter, pensil.

B. Bahan

Adapun bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah: koloni

bakteri dalam cawan.

C. Cara Kerja

1. Letakkan isolate bakteri dalam cawan di atas Colony counter.

2. Hitung jumlah koloni yang terdapat dalam satu cawan.

3. Tandai koloni yang sudah dihitung supaya tidak terhitung ulang.

a. Metode hitung cawan

1. Siapakan kultur cair bakteri uji berumur 1×24 jam.

2. Homogenkan dulu sampel mikroba yang akan dihitung.

3. Lakukan pengenceran terhadap sampel. Caranya: pengenceran 10-

1diperoleh dengan memasukkan 1 ml sampel ke dalam 9 ml air pepton/

aquades steril. Pengenceran 10-2 diperoleh memasukkan 1 ml sampel dari

pengenceran 10-1 ke dalam 9 ml air pepton/ aquades steril. Pengenceran

10-3diperoleh dengan memasukkan 1 ml sampel dari pengenceran 10-3 ke

dalam 9 ml air pepton , dan seterusnya pengenceran dilakukan tergantung

dari kekeruhan sampel.

163
4. Inokulasikan sebanyak 0,1 ml hasil pengenceran kepermukaan media NA

dengan cara taburan, kemudian ratakan dengan cara memutar-mutar cawan

diatas meja. Inokulasikan ini dapat pula dilakukan dengan metode tuang.

164
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Tabel Pengamatan

No Nama Bakteri Gambar Jumlah

1. Staphylococcus Aureus 59 Koloni

2. Bacillus Sp. 9 Koloni

B. Pembahasan

Bakteri merupakan mikroorganisme bersel tunggal dengan ukuran panjang

0,5-10 µ dan lebar 0,5-2,5 µ. Karakteristik bakteri dilihat dari bentuknya, seperti

bulat (cocci), batang (spirilli), koma (vibrios). Tambahan struktur bakteri yang

terpenting diketahui cambuk (flagella), kapsul (capsule) dan endospora

(endospore). Flagella merupakan struktur tambahan di luar sel yang berbentuk

cabuk halus yang tidak terlihat di bawah miskroskop kecuali menggunakan teknik

perwarnaan khusus.Susunan flagella pada sel yang untuk diidentifikasi dan

165
dikelompokkan menjadi dua golongan, yaitu flagella peitrichous dan flagella

polar.

Koloni bakteri merupakan sekumpulan dari bakteri-bakteri yang sejenis yang

mengelompok menjadi satu dan membentuk suatu koloni-koloni. Untuk

mengetahui pertumbuhan suatu bakteri dapat dilakukan dengan menghitung

jumlah koloni bakteri. Penghitungan suatu koloni dapat dilakukan dengan metode

pour plate. Mengingat jumlah koloni bisa mencapai lebih dari 300 koloni, maka

diperlukan alat bantu yang biasa disebut Colony Counter untuk mempermudah

penghitungan jumlah koloni bakteri.

Perhitungan bakteri adalah suatu cara yang digunakan untuk menghitung

jumlah colony bakteri yang tumbuh pada suatu media pembiakan. Perhitungan

jumlah bakteri dapat dilakukan dengan berbagai cara misalnya perhitungan

dengan metode MPN, perhitungan dengan pengecatan negatif dan perhitungan

dengan metode hitung cawan. Jumlah bakteri dapat juga dihitung dengan

menggunakan haemacytometeratau petroff hauseser cunter. Satuan yang

digunakan dalam perhitungan adalah CFU/mL atau CFU/gram.

Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah buku, colony

counter dan pensil.Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah

koloni bakteri dalam cawan.

Adapun cara kerja pada praktikum kali ini yaitu, letakkan isolat bakteri dalam

cawan di atas colony counter, hitung jumlah koloni yang terdapat dalam satu

cawan, tandai koloni yang sudah dihitung supaya tidak terhitung ulang. Metode

hitung cawan, siapakan kultur cair bakteri uji berumur 1×24 jam, homogenkan

166
dulu sampel mikroba yang akan dihitung, lakukan pengenceran terhadap sampel,

caranya: pengenceran 10-1 diperoleh dengan memasukkan 1 mL sampel ke dalam

9 mL air pepton/ aquades steril, pengenceran 10-2 diperoleh memasukkan 1 mL

sampel dari pengenceran 10-1 ke dalam 9 mL air pepton/ aquades steril,

pengenceran 10-3 diperoleh dengan memasukkan 1 mL sampel dari pengenceran

10-3 ke dalam 9 mL air pepton, dan seterusnya pengenceran dilakukan tergantung

dari kekeruhan sampel, inokulasikan sebanyak 0,1 mL hasil pengenceran

kepermukaan media NA dengan cara taburan, kemudian ratakan dengan cara

memutar-mutar cawan diatas meja, inokulasikan ini dapat pula dilakukan dengan

metode tuang.

Pada hasil pengamatan morfologi koloni bakteri, didapatkan koloni bakteri

berbentuk bulat dengan tepi utuh yang mendominasi namun ada juga beberapa

koloni bakteri dengan tepi bergerigi, warna beragam yaitu putih, kuning, dan

merah serta elevansi tumbuh dipermukaan. Morfologi koloni bakteri perlu diamati

untuk mempermudah dalam proses identifikasi bakteri karena sifatsifat koloni

bakteri dapat menentukan jenis bakteri tersebut. Koloni sel bakteri merupakan

sekelompok sel yang dapat dilihat secara langsung dengan mata. Koloni bakteri

dapat berbentuk bulat, tak beraturan dengan permukaan cembung, cekung atau

datar serta tepi koloni rata atau bergelombang, Berdasarkan hasil

penelitianmenyatakan dengan melakukan pengamatan morfologi bakteri akan

memudahkan dalam mengidentifikasi bakteri misalnya bakteri Bacillus sp. koloni

muncul di atas permukaan media Nutrient Agar (NA) dengan warna koloni

kuning, krem atau putih kusam, dan merah kecoklatan, bakteri Staphylococcus sp.

167
koloni muncul di atas permukaan media NA dengan koloni berwarna putih dan

permukaan koloni mengkilat. Jumlah koloni yang diamati terdapat 59 jumlah

koloni bakteri.

168
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa

perhitungan mikroba dapat dilakukan secara langsung maupun tidak

langsung.Perhitungan jumlah bakteri secara langsung digunakan untuk

menentukan jumlah bakteri keseluruhan baik yang mati maupun yang

hidup.Sedangkan perhitungan bakteri secara tidak langsung digunakan untuk

menentukan jumlah bakteri yang hidup saja.Dalam praktikum ini jumlah koloni

dari bakteri Staphylococcus aureus yaitu berjumlah 59 koloni.Sedangkan jumlah

koloni dari bakteri Bacillus sp. yaitu berjumlah 9 koloni.

B. Saran

1. Laboratorium

Diharapkan agar alat-alat yang ada di laboratorium mikrobiologi lebih

dilengkapi lagi, dan untuk alat yang sudah rusak sebaiknya diperbaiki/diganti.

1. Asisten

Untuk asisten secara keseluruhan cara penjelaskannya sudah bagus, tetapi

untuk praktikum online sebaiknya menggunakan zoom premium agar yang

terkendala oleh jaringan tidak kesusahan untuk join di zoom dan kami juga

bisa mengikuti praktikum hingga selesai.

169
DAFTAR PUSTAKA

Arya Bondan Permadi, Hj. Her Gumiwang Ariswati, Triwiyanto. 2015. Inkubasi
Bakteri Dilengkapi Dengan Colony Counter (Inkubator Bakteri). Fakultas
Teknik Elektromedik : Politeknik Kesehatan Surabaya.

Endang Soesetyaningsih, Azizah. 2020. Akurasi Perhitungan Bakteri pada Daging


Sapi Menggunakan Metode Hitung Cawan (Calculation Accuracy of
Bacterical in Beef Meat Using Total Plate Count Method).Vol. 8 (3).Hal : 75-
79.

Erdo Banu Wicaksono, Hardianto, Arief Muliawan. 2019. Rancang Bangun


Penghitung Jumlah Koloni Bakteri Berbasis Arduino Uno. Jurnal Teknika.
Vol. 13 (2).Hal. 123 – 128

Fibriana Fidia, Andin Vita Amalia. 2016. Potensi Kitchen Microbiology Untuk
Meningkatkan Keterampilan Teknik Hands-on Dalam Pembelajaran
Mikrobiologi. Universitas Negeri Semarang : Unnes Science Education
Journal

Fifi Puspita,Muhammad Ali,Ridho Pratama. 2017. Isolasi dan Karakterisasi


Morfologi dan Fisiologi Bakteri Bacillus sp. Endofitik dari Tanaman Kelapa
Sawit (Elaeis guineensis Jacq). Jurnal Agrotek. Vol. 6 (2): 44-49.

Harti, Agnes Sri. 2015. Mikrobiologi Kesehatan. CVAndi Offset : Yogyakarta

Kristiandi, Kiki, Sanya Anda Lusiana, Rizky Nisfi Ramdhini. 2021. Teknologi
Fermentasi : Yayasan Kita Menulis

Merisa Yunita, Yusuf Hendrawan, Rini Yulianingsih. 2015. Analisis Kuantitatif


Mikrobiologi Pada Makanan Penerbangan (Aerofood ACS) Garuda
Indonesia Berdasarkan TPC (Total Plate Count) Dengan Metode Pour Plate.
Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem.Vol. 3 (3).Hal.273-248.

Michelle V. Holderman, Edwin de Queljoe, Sendy B. Rondonuwu.


2017.Identifikasi Bakteri Pada Pegangan Eskalator Di Salah Satu Pusat
Perbelanjaan Di Kota Manado. Jurnal Ilmiah Sains. Vol. 17 (1). Hal 13-18.

Nur Hidayati, Irene Meitiniarti, Neti Yuliana. 2018. Mikroorganisme dan


Manfaatnya. UB Press : Malang.

Rahmadhani,Indrie,Wahyuni. 2020. Dasar-Dasar Praktikum Mikrobiologi .Jawa


Tengah: CV Pena Persada.
Ratih Dewanti. 2021. Mikrobiologi Keamanan Pangan. PT IPB Press : Bogor.

Sri Sundari, Fadhliani. 2019. Uji Angka Lempeng Total (ALT) pada Sediaan
Kosmetik Lotion X di BBPOM Medan. Jurnal Biologica Samudra.Vol.1
(1).Hal : 25-33
Syahrurachman, et al. 2011.Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran.Staf Pengajar
Fakultas Kedokteran Univesitas Indonesia.Edisi revisi.Jakarta : Binarupa
Aksara.
LAMPIRAN

A. Skema kerja

Pengenceran

- Disiapkan alat dan bahan

- Disiapkan kultur bakteri

- Dihomogenkan sampel mikroba

- Disiapkan sampel

- Disiapkan Diukur 1 mL sampel

pada tabung reaksi

- Diulangi hingga tabung reaksi

kelima

- Diratakan

Hasil pengenceran

Perhitungan koloni bakteri

- Diletakkan isolate cawan diatas

colony counter

- Dihitung jumlah koloni

- Ditandai koloni yang sudah

dihitung

Koloni bakteri telah dihitung


B. Perhitungan
23
1) NA = 1000 𝑥 6 𝑥 20 𝑚𝐿 = 2,76 𝑔𝑟𝑎𝑚

1 1
(150 𝑥 −2)+(25 𝑥 −3)
10 10
2) Perhitungan ALT = 2
(150 𝑥 102)+(25 𝑥 103)
= 2
15000+25000
= 2

= 20.000
C. Gambar

LABORATORIUMMIKROBIOLOGI LABORATORIUM MIKROBIOLOGI


PROGRAM STUDI S1 FARMASI PROGRAM STUDI S1 FARMASI
UNIVERSITAS MEGAREZKY UNIVERSITAS MEGAREZKY

Ket :Colony counter. Ket : Nyalakan lampunya.

LABORATORIUMMIKROBIOLOGI LABORATORIUM MIKROBIOLOGI


PROGRAM STUDI S1 FARMASI PROGRAM STUDI S1 FARMASI
UNIVERSITAS MEGAREZKY UNIVERSITAS MEGAREZKY

Ket :Proses perhitungan bakteri. Ket :Sampel koloni mikroba.


LABORATORIUM MIKROBIOLOGI DAN VIROLOGI FARMASI
PROGRAM STUDI S1 FARMASI
UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR

PERCOBAAN VIII
UJI SENSITIVITAS MIKROBA TERHADAP ANTIBIOTIK

KELOMPOK II

PREISCYLIA RARU D1B120084


ADVENTIANI MANGAGO D1B120081
MEIDINA DWI PUTRI D1B120057
RISMAYANTI D1B120061
VIKA APRILIANI TAUFIK D1B120083
PUTRI REGINA TRIANDINI D1B120078
NUR FITRI AULIAH D1B120092

KELAS B/20

ASISTEN: RAHMATIA E. AMAN T.

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MEGAREZKY
MAKASSAR
2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Farmasi adalah dunia yang mempelajari tentang berbagai obat, baik obat

tradisional, obat herbal, obat modern yang di dapat dari bahan yang berasal dari

tumbuhan maupun zat kimia. Di bidang farmasi ini para ahli mempelajari, meneliti,

dan mengetahui baik buruknya makanan atau obat (Haeria, 2017).

Mikrobiologi adalah ilmu yang mempelajari semua makhluk mikroskopik

dalam bentuk sel tunggal, multisel, maupun aselular seperti bakteri, mikrofungi,

kapang, mikroalga, protozoa, dan Archaea. Selain itu, virus merupakan makhluk

mikro aseluler sehingga sering dikaji dalam ilmu mikrobiologi meski pun tidak

dapat sepenuhnya dikatakan sebagai makhluk hidup. Mikrobiologi dimulai sejak

ditemukannya mikroskop dan berkembang menjadi ilmu yang multidispliner.

Dalam penerapannya dimasa kini, mikrobiologi tidak dapat dipisahkan dengan

ilmu yang lain dalam aplikasinya di bidang farmasi, kedokteran, Teknik kimia,

arkeologi, pertanian, gizi dan kesehatan, serta pangan (Fidia, 2016).

Bakteri mempunyai morfologi, struktur dan sifat-sifat yang khas. Bakteri

merupakan mikroorganisme yang berukuran mikroskopik. Selain mikroskopik,

bakteri juga hampir tidak berwarna atau transparan dan kontras dengan air.

Sehingga melihat dan mengamati bakteri dalam kedaan hidup sangat sulit. Untuk

mengatasi hal tersebut maka dikembangkan suatu teknik pewarnaan sel bakteri. Ini

merupakan salah satu cara yang paling utama dalam penelitian-penelitian

170
mikrobiologi. Hal itu untuk mempermudah proses identifikasi bakteri (Meganada

dkk, 2017).

Antibiotik merupakan bahan kimiawi yang dihasilkan oleh organisme seperti

bakteri dan jamur, yang dapat mengganggu mikroorganisme lain. Biasanya bahan

ini dapat membunuh bakteri (bakterisidal) atau menghambat pertumbuhan bakteri

(bakteriostatik) atau mikroorganisme lain. Beberapa antibiotik bersifat aktif

terhadap beberapa spesies bakteri (berspektrum luas) sedangkan antibiotik lain

bersifat lebih spesifik terhadap spesies bakteri tertentu (Sudigdoadi, 2015).

Antibiotik merupakan golongan obat yang digunakan untuk mengobati

penyakit infeksi akibat bakteri. Penggunaan antibiotik yang tidak tepat akan

berdampak besar terhadap terjadinya resistansi. Mekanisme resistansi antibiotik

adalah terhambatnya kemampuan antibiotik untuk mencapai tempat kerjanya atau

menembus membran luar. Munculnya resistansi pada satu atau beberapa jenis

antibiotik tertentu akan berpengaruh terhadap pola pengobatan. Negara-negara

yang tidak memiliki pedoman pengobatan standar cenderung menggunakan secara

berlebihan. Selain itu, penggunaan antibiotik tanpa resep dari dokter juga menjadi

faktor yang turut memengaruhi resistensi antibiotik (Rachmawati, dkk. 2020).

Penggunaan antibiotik memiliki prinsip-prinsip yang harus dilakukan sebagai

pedoman dalam penggunaanya. Prinsip tersebut antara lain pengunaan antibiotik

bijak, terapi empiris dan definitif, profilaksis bedah dan kombinasi (Sudigdoadi,

2015)

171
B. Maksud Percobaan

1. Untuk mengetahui sensitivitas mikrobia terhadap antibiotik.

2. Untuk mengetahui sensitif atau resisten terhadap antibiotik yang diujikan.

C. Tujuan Percobaan

1. Mahasiswa mampu melakukan uji sensitifitas mikrobia terhadap antibiotik.

2. Mahasiswa mampu menentukan mikrobia uji termasuk sensitif atau resisten

terhadap antibiotik yang diujikan.

D. Manfaat Percobaan

1. Mengetahui cara melakukan uji sensitifitas mikrobia terhadap antibiotik.

2. Mengetahui cara menentukan mikrobia uji termasuk sensitif atau resisten

terhadap antibiotik yang diujikan.

172
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Umum

Mikrobiologi adalah ilmu yang mempelajari semua makhluk mikroskopis

dalam bentuk sel tunggal, multiseluler, maupun seluler seperti bakteri, mikrofungi,

kapang, mikroalga, protozoa dan archaea. Selain itu virus merupakan mahkluk

mikro seluler sehingga sering dikaji dalam ilmu mikrobiologi meskipun tidak dapat

sepenuhnya dikatakan sebagai mahkluk hidup. Mikrobiologi dimulai sejak

ditemukan mikroskop dan berkembang menjadi ilmu yang multidisipliner. Dalam

penerapannya dimasa kini, mikrobiologi tidak dapat dipisahkan dengan ilmu

lainnya dalam aplikasinya dibidang farmasi, kedokteran, teknik kimia, arkeologi,

pertanian, gizi, dan kesehatan, serta pangan (Fidia, 2016).

Mikroorganisme atau mikroba adalah organisme yang berukuran sangat kecil

sehingga untuk mengamatinya diperlukan alat bantu yang disebut mikroskop.

Mikroorganisme ada yang bersel tunggal maupun bersel banyak. Mikroorganisme

disebut juga organisme mikroskopis (Ermavianti, 2019).

Bakteri adalah suatu organisme yang jumlahnya paling banyak dan tersebar

luas dibandingkan dengan organisme lainnya di bumi. Bakteri umumnya

merupakan organisme uniseluler (bersel tunggal), prokariota/prokariot, tidak

mengandung klorofil, serta berukuran mikroskopik (sangat kecil). Bakteri tidak

hanya merugikan bagi manusia, ada juga yang memiliki manfaat, antara lain :

Escherichia coli, Acetobacter xylinum, Streptococcus termophylus (Arya, 2015).

173
Pengertian lain dari bakteri yaitu salah satu golongan mikroorganisme

prokariotik (bersel tunggal) yang hidup berkoloni dan tidak mempunyai selubung

inti namun mampu hidup dimana saja. Menurut klasifikasinya bakteri dibagi

menjadi 2 yaitu bakteri Gram positif dan bakteri Gram negatif. Beberapa bakteri

Gram positif dan bakteri Gram negatif merupakan flora normal pada tubuh

manusia (Michelle, 2017).

Kata antibiotik berasal dari bahasa yunani yaitu “anti” artinya melawan dan

“bios” artinya hidup, sehingga antibiotik adalah zat atau senyawa yang dapat

membunuh atau menghambat pertumbuhan dari bakteri (Eko, 2018).

Antibiotik ditemukan pada tahun 1928 oleh Sir Alexander Fleming (Fleming,

1929). Sejak ditemukannya antibiotik sebagai agen antimikroba, antibiotik dikenal

telah mmenyelamatkan banyaknya nyawa terutama pada penggunaannya selama

perang dunia II (Sengupta, 2013; Wright, 2014). Namun pada tahun 2013 Central

for Disease Control and Prevention (CDC) mengemumkan bahwa saat ini manusia

telah memasuki ”post-antibiotik era” dan World Health Organization (WHO) pada

tahun 2014 memperingatkan bahwa krisis resistensi antibiotik telah menjadi

ancaman kesehatan serius di dunia (WHO, 2011; Michel, 2014; Spellberg, 2014)

Pemakaian antibiotik sebagai terapi dasar dalam penyakit infeksi harus

dilakukan secara bijak dan rasional sehingga terhindar dari terjadinya peningkatan

resistensi antibiotik dan efek samping yang tidak diinginkan. Hal ini menyebabkan

penyakit infeksi akan semakin sulit diobati (Ratih, 2019).

Antibiotik bisa juga diartikan sebagai substansi kimia yang diproduksi oleh

berbagai spesies mikroorganisme (bakteri, fungi, aktinomicetes), mampu menekan

174
pertumbuhan mikroba lain dan mungkin membunuhnya. Ada berpuluh-puluh

antibiotik yang berguna untuk terapi penyakit infeksi. Antibiotik ini berbeda satu

sama lain dalam beberapa hal seperti sifat kimia, fisika, farmakologis, spektrum

antibakteri dan mekanisme kegiatannya (Natalia, 2020).

Antibiotik sebagai obat untuk menanggulangi penyakit infeksi,

penggunaannya harus rasional, tepat dan aman. Penggunaan antibiotik yang tidak

rasional akan menimbulkan dampak negatif, seperti terjadinya kekebalan

mikroorganisme terhadap beberapa antibiotik, meningkatnya efek samping obat

dan bahkan berdampak kematian. Penggunaan antibiotik dikatakan tepat bila efek

terapi mencapai maksimal sementara efek toksik yang berhubungan dengan obat

menjadi minimum, serta perkembangan antibiotik resisten seminimal mungkin

(Rini, 2017).

Salah satu contoh antibiotik adalah amoksisilin. Amoksisilin merupakan suatu

antibiotik semisintetik penicillin yang memiliki cincin beta-laktam memiliki

aktivitas sebagai antibakteri yang disebabkan oleh mikroorganisme yang rentan.

Amoksisilin termasuk antibiotik spektrum luas dan memiliki bioavailablitas oral

yang tinggi. Antibiotik amoksisilin ini juga dapat digunakan pada terapi

pneumonia dan penyakit lain termasuk infeksi bakteri pada telinga, tenggorokan,

sinus, kulit, saluran kemih, abdomen dan darah (Cindy, 2018).

Dampak negatif akibat penggunaan antibiotik yang tidak rasional,

penggunaan antibiotik yang terlalu sering, penggunaan antibiotik baru yang

berlebihan, dan penggunaan antibiotik dalam jangka waktu yang lama ialah

timbulnya resistensi mikroorganisme terhadap berbagai antibiotik (multidrug-

175
resistance). Hal ini mengakibatkan pengobatan menjadi tidak efektif, peningkatan

morbiditas maupun mortalitas pasien, dan peningkatan biaya kesehatan (Rini,

2017).

Resistensi dapat diartikan sebagai tidak terhambatnya pertumbuhan

mikroorganisme, dalam hal ini bakteri dengan pemberian antibiotik secara sistemik

pada kadar hambat minimalnya atau dosis normal yang seharusnya. Jadi, resistensi

antibiotik adalah kemampuan mikroorganisme untuk bertahan terhadap efek

antibiotik, diantaranya dengan memperoleh gen resisten melalui mutasi atau

perubahan / pertukaran plasmid (transfer gen) antar spesies bakteri yang sama,

contohnya methiciline-resistant Staphylococcus aureus (MRSA) atau vancomycin-

resistant Staphylococcus aureus (VRSA) (Rini, 2017).

Efektivitas adalah pemberian antibiotik yang dapat mengobati penyakit yang

disebabkan mikroba seperti demam tifoid yang dilihat dari dari catatan medik

dokter yang dinyatakan sembuh atau membaik (Aan, 2016).

Sensitivitas adalah suatu keadaan dimana mikroba sangat peka terhadap

antibiotik atau sensitivitas adalah suatu kepekaan suatu antibiotik yang masih baik

untuk memberikan daya hambat terhadap mikroba (Artati, 2018).

Ada beberapa faktor penyebab terjadinya resistensi bakteri, yaitu faktor

primer adalah penggunaan agen antibiotik, munculnya strain bakteri yang resisten

terhadap antibiotik, dan penyebaran strain tersebut ke bakteri lain. Selain itu,

adanya faktor penjamu seperti lokasi infeksi, kemampuan antibiotik mencapai

organ target infeksi sesuai dengan konsentrasi terapi, flora normal pasien, dan

ekologi lingkungan merupakan faktor-faktor yang perlu diperhatikan (Rini, 2017).

176
Resistensi dapat dibagi menjadi tiga tipe yaitu resistensi non genetik, resistensi

genetik dan resistensi silang. Resistensi non genetik terdapat pada bakteri dalam

keadaan inaktif atau istirahat, resistensi genetik merupakan mutasi gen yang

bersifat spontan tanpa dipengaruhi antibakteri, sedangkan resistensi silang adalah

resistensi bakteri terhadap suatu antibiotika tertentu dan antibiotika lain yang

mempunyai struktur hampir sama (Suharsa, 2015).

Mekanisme kerja yang dilakukan suatu antibiotik dalam menekan

pertumbuhan bakteri melalui bermacam- macam cara, tetapi memiliki tujuan yang

sama yaitu menghambat perkembangan bakteri. Berdasarkan mekanisme kerjanya

dalam menghambat proses biokimia di dalam organisme antibiotik dibedakan

menjadi lima yaitu antibiotik penghambat reaksi kimia dinding sel bakteri seperti

penicillin dan sefalosporin, antibiotik penghambat rekasi kimia asam nukleat sel

mikroba seperti rifampisin, antibiotik penghambat reaksi kimia protein seperti

tetrasiklin,dan kloramfenikol, antibiotik penghambat fungsi membrane sel seperti

ionimycin dan antibiotik penghambat sel mikroba seperti trimetophrim (Prapati,

2012).

Antibiotik dapat digolongkan atau diklasifikasikan berdasarkan asal atau

sumbernya, struktur kimianya, tempat kerjanya dan spectrum kerjanya.

1. Antibiotik alamiah merupakan antibiotik yang berasal dari bahan alamiah

seperti tanaman, hewan maupun mikroorganisme lainnya.

2. Antibiotik semisintik merupakan antibiotik yang berasal dari hasil sintesis

bahan dasarnya yang berasal dari bahan-bahan alamiah (biosintesis), misalnya

177
antibiotik yang merupakan senyawa turunan dari antibiotik alamiah seperti

penicillin-V

3. Antibiotik sintesik (murni) merupakan antibiotik yang berasal dari bahan

dasar yang awalnya tidak berkhasiat, setelah disintesis maka didapat senyawa

dengan khasiat farmakologis sebagai antibiotik, misalnya antibiotik yang

merupakan struktur analog antibiotik alamiah maupun turunanya seperti

Kloramfenikol (Natalia, 2020).

Adapun klasifikasi antibiotika secara umum dapat dibagi sebgai berikut.

a. Berdasarkan sifat toksisitas selektif atau aktivitas antibakterial

1. Antibiotika dengan aktivitas bakteriostatik, yang bersifat menghambat

pertumbuhan mikroba melalui prevensi multiplikasi aktif bakteri pada

dosis yang dianjurkan. Kadar minimal yang diperlukan umtuk

menghambat pertumbuhan mikroba disebut dengan kadar hambat minimal

(KHM)

2. Antibiotika dengan aktivitas bakterisidal, yang bersifat membunuh

mikroba pada dosis yang di anjurkan. Kadar minimal yang diperlukan

untuk membunuh mikroba disebut dengan kadar bunuh minimal (KBM).

b. Berdasarkan perbedaan sifat spektrumnya

1. Antibiotika berspektrum sempit, misalnya penisilin G yang bersifat aktif

terutama terhadap bakteri gram-positif dan tidak peka terhadap bakteri

gram-negatif.

2. Antibiotika berspektrum luas, dengan aktivitas antimikroba yang efektif

terhadap kuman gram-positif dan gram-negatif. Misalnya tetrasiklin yang

178
bersifat aktif terhadap beberapa bakteri gram-positif maupun gram-

negatif, Rickettsia dan Chlamydia.

Batas antara kedua sifat spektrum ini terkadang tidak jelas dan efektivitas

klinis antibiotika tidak berbanding lurus dengan sifat spektrumnya.

Antibiotika dengan berspektrum luas cenderung menimbulkan

superinfeksi oleh kuman atau jamur yang resisten. Di lain pihak, pada

spesies yang belum diketahui, diperlukan antimikroba yang berspektrum

luas sementara menunggu hasil pemeriksaan mikrobiologis.

c. Berdasarkan struktur kimianya

1. Golongan sulfonamid: sulfadiazine.

2. Golongan beta-laktam : penisilin, sefalosporin, dan lainnya.

3. Golongan tetrasiklin.

4. Golongan aminoglikosida : gentamisin.

5. Golongan makrolid : eritromisin.

6. Golongan polipeptida: vankomisin.

7. Golongan fluorokuinolon: enrofloksasin.

8. Golongan linkosamid: linkomisin.

9. Lainnya: tuberkilostatika, leprostatika, antikanker, antivirus, interferon,

kloramfenikol, nitrofurantoin.

d. Berdasarkan mekanisme kerjanya

1. Menghambat sintesis dinding sel : vankomisin, golongan beta-laktam

2. Menghambat sintesis protein : aminoglikosida, eritromisin, klindamisin,

tetrasiklin.

179
3. Meningkatkan permeabilitas membrane sitoplasma: polimiksin B,

amfoterisin B.

4. Menghambat sintesis asam nukleat: kuinolon.

5. Menghambat metabolism sel: sulfonamid (Soegeng, 2016).

Ada pun perhitungan zona hambat yaitu :

1. Amoxicillin

(30 – 6 mm) + (35 - 6 mm) + (65 – 66 mm)


3

= 24 mm + 29 mm + 59 mm
3

= 112 mm
3

= 37,33 mm

2. Cefadroxil

(45 – 6 mm) + (45 – 6 mm) + (105 + 6 mm)


3

= 39 mm + 39 mm +_ 39 mm
3

= 177 mm
3

= 59 mm

3. Eritromisin

(40 – 6 mm) + (40 – 6 mm) + (40 – 6 mm)


3

180
= 34 mm + 34 mm + 34 mm
3

= 102 mm
3

= 34 mm

181
B. Uraian Bahan

1. Aquadest (FI III,1979,Hal: 96)

Nama Resmi : AQUA DESTILLATA

Nama lain : Aquadest, air suling

RM/BM : H2O/18,02

Rumus Struktur :

Pemerian : Cairan tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa

Kelarutan : Larut dengan semua jenis larutan

Kegunaan : Zat pelarut.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup kedap

2. Amoksisilin (FI IV,1995, Hal: 95)

Nama Resmi : AMOXICILLIN

Nama lain : Amoksisilin

RM/BM : C16H19N3O5S/365,4

Rumus Struktur :

Pemerian : Serbuk putih dan hampir putih, sangat higroskopik

182
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, agak sukar larut dalam

etanol, sangat sukar larut dalam aseton, praktis, tidak

larut dalam kloroform dan eter

Kegunaan : Sebagai antibiotik

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik dan terlindung dari cahaya

Farmakodinamik : Baik amoxicillin dan kloksalilin adalah derivat dan

penisilin dan bersifat bakterisidal. Obat- obat ini

menganggu sintetis dinding sel bakteri, sehingga

menyebabkan sel menjadi lisis. Amoxicillin dapat

diproduksi dengan atau tanpa asam klavulanat, suatu

agen yang mencegah pemecahan amoxicillin dengan

menurunkan resistensi terhadap obat antibakterial.

Penambahan asam klavulanat menambah efek

amoxicillin. Preparat amoxicillin klavunalat

(augmentin) dan amokxilin trihidrat (Amoxil)

mempunyai farmakokinetik dan farkodinamik yang

serupa dan demikian pula dengan efek samping dan

reaksi merugikannnya.

Farmakokinetik : Amoxicillin diabsopsi dengan baik melalui saluran

gastrointestinal, dimana kloksasilin obat ini mempunyai

waktu paruh yang singkat. Tujuh puluh persen dari

amokxilin diekskresikan ke dalam urin, kloksasilin di

ekskresikan ke dalam empedu dan urin.

183
Interaksi : Meningkatnya risiko perdarahan, jika digunakan dengan

obat pengencer darah. Meningkatnya risiko alergi, jika

digunakan dengan allopurinol.

Indikasi : Infeksi saluran kemih, otitsmedia, sinusitis, bronkitis,

kronis, salmonelosis, gonore, profilaksis endokardia dan

terapi tambahan pada meningitis listeria.

Efek samping : Mual, diare ruam, kadang-kadang terjadi kolitis

Cara kerja obat : Amoxicillin adalah senyawa Penisilina semisintetik

dengan aktivitas antibakteri spektrum luas yang bersifat

bakterisid, efektif terhadap sebagian besar bakteri gram

positip dan beberapa gram negatip yang patogen.

Bakteri patogen yang sensitif terhadap Amoxicillin

antara lain : Staphylococci, Streptococci, Enterococci,

S. pneumoniae, N. gonorrhoeae, H influenzas, E. coli,

dan P. mirabiiis. Amoxicillin kurang efefktif terhadap

species Shigella dan bakteri penghasil beta laktamase.

Dosis antibiotic : oral dewasa 250-500 mg tiap 8 jam, infeksi saluran

nafas berat/berulang 3 gram tiap 12 jam, infeksi salura

kemih 3 gram diulang setelah 10-12 jam

3. Sefadroksil (ISO,2019, Vol. 52, Hal. 112)

Nama Resmi : CEFADROXIL

Nama lain : Cefat

184
RM/BM : C16H16N2O6S2/332

Rumus Struktur :

Pemerian : Serbuk hablur putih atau sisik mengkilap, tidak

berwarna kasar, tidak berbau, rasa agak asam dan pahit

kemudian manis.

Kelarutan :

Kegunaan : Sebagai antibiotik

Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat

Farmakodinamik : Cefadroxil mengandung gugus beta laknam, struktur

molekul yang yang berperan dalam fungsi bakterisidal

antibiotic tersebut. Gugus beta laknam bekerja dengan

mengabisi zat yang berfungsi dalam sintesis dinding

bakteri, yaitu penicillin- binding protein (PBP). Inhibisi

PBP akan menganggu fase transpeptidase pada proses

biosintetis peptidoglikan.

Farmakokinetik : Sefaleksin, sefradin dan sefadroksil diabsobsi dari usus

secara bervariasi. Setelah dosis oral 500 mg, kadar

serum 15- 20 mcg/ mL. Konsentrasi dalam urin biasanya

sangat tinggi, tetapi disebagian besar jaringan bervariasi

dan pada umumnya lebih bervariasi dari pada serum.

185
Interaksi : Cefadroxil yang dikonsumsi bersama dengan antibiotik

golongan bakteriostatik lain dapat menyebabkan efek

antagonis yang mengurangi efikasi obat. Contoh

antibiotik yang bersifat bakteriostatik adalah

eritromisin, tetrasiklin, chloramphenicol, dan

sulfonamide. Konsumsi bersama dengan kolestiramin

menyebabkan berkurangnya efek cefadroxil karena

bioavailabilitas yang berkurang.

Indikasi : Bakteri gram positif dan bakteri gram negatif.

Efek samping : Dari konsumsi cefadroxil dapat melibatkan berbagai

sistem, antara lain saluran pencernaan, disfungsi hepar,

genitalia, serta reaksi hipersensitivitas yang dapat

mengancam jiwa.

Cara kerja : Cefadroksil adalah antibiotika semisintetik Golongan

sefalosforin, Cefadroxil sendiri adalah jenis antibiotik

yang disebut juga dengan sefalosporin. Obat ini bekerja

dengan cara mengganggu kemampuan bakteri saat

membentuk dinding sel dari bakteri yang masuk ke

tubuh.

Kontra indikasi : Orang dengan riwayat hipersensitif terhadap cefadroxil

atau antibiotik golongan sefalosporin lain merupakan

kontraindikasi pemberian cefadroxil. [3,13,14].

4. Eritromisin (FI III,1979,Hal: 247)

186
Nama Resmi : ERYTHROMYCINUM

Nama lain : Eritromisina

RM/BM : C37H67NO13/18,02

Rumus Struktur :

Pemerian : Serbuk atau hablur, putih atau agak kekuningan, tidak

berbau atau hampir tidak berbau, rasa pahit, agak

higroskopik

Kelarutan : Larut dalam lebih kurang 1000 bagian air, larut dalam

etanol 95% P, dalam kloroform P dan dalam eter P.

Kegunaan : Sebagai antibiotikum

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik dan terlindung dari cahaya

Farmakodinamik : Eritromisin menekan sintesis protein bakteri. Mula kerja

dari preparat oral adalah 1 jam, waktu untuk mencapai

puncak adalah 4 jam, dan lama kerjanya adalah 6 jam.

Farmakokinetik : Preparat eritromisin oral diabsorpsi dengan baik melalui

saluran gastrointestinal. Obat ini tersedia untuk

pemberian intravena, tetapi harus diencerkan dalam 100

mL salin atau dekstrosa 5% dalam larutan air untuk

187
mencegah flebitis atau rasa terbakar pada tempat

suntikan.

Interaksi : Klindamisin dan linkomisin bersifat inkompatibel

dengan aminofilin, fenitoin (dilanti), barbiturate dan

ampisilin.

Indikasi : Sebagai alternatif untuk pasien yang alergi penisilin

untuk pengobatan enteritis kampilobakter, pneumonia,

penyakit Legionaire, sifilis, uretritis non gonokokus,

prostatitis kronik, akne vulgaris, dan profilaksis difetri

dan pertusis.

Efek Samping : Mual, muntah, nyeri perut, diare, urtikaria, ruam dan

reaksi alergi lainnya; gangguan pendengaran yang

reversibel pernah dilaporkan setelah pemberian dosis

besar; ikterus kolestatik dan gangguan jantung (aritmia

dan nyeri dada).

Cara Kerja : Bekerja dengan menembus membran sel bakteri dan

mengikat sub unit ribosom pada sel bakteri sehingga

menyebabkan bakteri mati.

Dosis Oral : Dewasa dan anak di atas 8 tahun, 250-500 mg tiap 6

jam atau 0,5-1 g tiap 12 jam (lihat keterangan di atas);

pada infeksi berat dapat dinaikkan sampai 4 g/hari.

Anak sampai 2 tahun, 125 mg tiap 6 jam; 2-8 tahun 250

mg tiap 6 jam. Untuk infeksi berat dosis dapat

188
digandakan. Akne: 250 mg dua kali sehari, kemudian

satu kali sehari setelah 1 bulan. Sifilis stadium awal, 500

mg 4 kali sehari selama 14 hari.Infus intravena: infeksi

berat pada dewasa dan anak, 50 mg/kg bb/hari secara

infus kontinu atau dosis terbagi tiap 6 jam; infeksi

ringan 25 mg/kg bb/hari bila pemberian per oral tidak

memungkinkan.

5. Nutrien Agar (NA) (Kristiandi, 2021)

Komposisi : 0.5% pepton, 0,3% ekstrak daging sapi, 1,5% agar dan

0,5 % NaCl yang berperan sebagai penunjang

pertumbuhan mikroba

189
C. Uraian Bakteri

1. Klasifikasi Staphylococcus aureus (Syahrurachman, et al. 2011).

Domain : Bacteria

Kingdom : Eubacteria

Ordo : Eubacteriales

Family : Micrococcaceae

Genus : Staphylococcus

Species : Staphylococcus aureus

Morfologi : Bakteri gram positif bulat berdiameter 0,7 – 1,2 mm,

tersusun dalam kelompok – kelompok yang tidak teratur

seperti buah anggur, fakultatif anaerob, tidak membentuk

spora dan tidak bergerak.

190
BAB III

METODE KERJA

A. Alat

Adapun alat yang digunakan dalam praktikum kali ini diantaranya yaitu alu,

bunsen, batang pengaduk, cawan petri, cawan porselin, Erlenmeyer 250 mL, gelas

ukur 100 mL, gelas kimia 100 mL, gelas arloji, kaki tiga, kawat kasa, korek,

lumpang, pinset, spoid, dan sendok tanduk.

B. Bahan

Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini diantaranya yaitu

aquadest, amoxilin, benang godam, cefadroxil, eritromisin, kapas, kertas

perkamen, Natrium Agar dan paper dish.

C. Cara Kerja

1. Sterilisasi alat

a. Dibungkus semua alat-alat seperti cawan petri, gelas kimia, gelas ukur, dan

tabung reaksi dengan kertas lalu diikat dengan benang godam.

b. Dimasukkan semua alat-alat ke dalam oven dengan suhu 1750C selama 60

menit.

c. Dikeluarkan semua alat-alat dari oven dan didiamkan selama beberapa

menit sampai alat-alatnya dingin.

2. Pembuatan medium NA (Nutrien Agar)

a. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.

b. Ditimbang NA (Nutrien Agar) sebanyak 0,46 gram menggunakan

timbangan analitik.

191
c. Dilarutkan NA (Nutrien Agar) dengan aquadest sebanyak 20 ml ke dalam

Erlenmeyer.

d. Dipanaskan di atas bunsen kemudian diaduk dengan menggunakan batang

pengaduk sampai homogeny.

e. Diangkat medium NA (Nutrient Agar) kemudian ditutup dengan kapas.

f. Disterilisasi medium NA (Nutrien Agar) dan alat-alat lainnya kedalam

autoklaf dengan suhu 1210C selama 20 menit.

g. Diangkat medium NA (Nutrien Agar) lalu didinginkan kemudian

ditambahkan bakteri Staphylococcus Aureus dan diambil menggunakan

spoit 1 ml.

h. Dimasukkan kedalam cawan petri dan disterilkan didekat bunsen lalu

ditutup.

i. Diratakan dengan metode delapan.

3. Pemberian antibiotik Cefadroxil pada medium

a. Dimasukkan antibiotik ke dalam lumping lalu digerus sampai halus.

b. Dilarutkan aquades 50 ml dengan antibiotik Cefadroxil 1 gram.

c. Dicelupkan paper dish kedalam antibiotik Cefadroxil.

d. Di totol-totol paper dish pada gelas arloji sebanyak 5-7 kali lalu di letakkan

di bagian tengah medium.

e. Diinkubasi selama 1 x 24 jam.

4. Pemberian antibiotik Eritromisin pada medium

a. Dimasukkan antibiotik ke dalam lumpang lalu digerus sampai halus.

b. Dilarutkan aquades 50 ml dengan antibiotik Eritromisin 1 gram.

192
c. Dicelupkan paper dish kedalam antibiotik Eritromisin.

d. Di totol-totol paper dish pada gelas arloji sebanyak 5-7 kali lalu di letakkan

di bagian tengah medium.

e. Diinkubasi selama 1 x 24 jam.

5. Pemberian antibiotik Amoxicillin pada medium

a. Dimasukkan antibiotik ke dalam lumpang lalu digerus sampai halus.

b. Dilarutkan aquades 50 ml dengan antibiotik Amoxicillin 1 gram.

c. Dicelupkan paper dish kedalam antibiotik Amoxicillin

d. Di totol-totol paper dish pada gelas arloji sebanyak 5-7 kali lalu di letakkan

di bagian tengah medium.

e. Diinkubasi selama 1 x 24 jam.

193
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Tabel pengamatan

NO GAMBAR KETERANGAN
1
Terdapat bercakan putih pada

cawan petri dan Dapat

menghambat mikroba

-bakteriosida
Sampel : Obat
Amoxisillin -bakterostatik
Bakteri : Staphylococcus
aureus
2
Terdapat zona bening pada

cawan perti dan dapat

membunuh mikroba.

-sensitif
Sampel : Obat Eritromisin
-bakteriosida dan
Bakteri : Staphylococcus
aureus bakteriostatik

3
Terdapat bercakan putih pada

cawan petri dan Dapat

menghambat mikroba

-sensitif

Sampel : Obat Cefadroxil


Bakteri : Staphylococcus
aureus

194
B. Pembahasan

Antibiotik merupakan tes yang digunakan untuk menguji kepekaan suatu

bakteri terhadap suatu antibiotik. Uji sensitivitas bertujuan untuk mengetahui

efektifitas dari suatu antibiotik. Hasil sensitivitas suatu bakteri terhadap antibiotik

ditentukan oleh diameter zona hambat yang terbentuk, semakin besar diameter

zona hambat yang terbentuk maka pertumbuhannya semakin terhambat sehingga

dibutuhkan standar acuan untuk menentukan apakah bakteri tersebut resisten atau

sensitive terhadap suatu antibiotik.

Adapun alat yang digunakan pada percobaan kali ini adalah : Cawan petri,

Bunsen, Kaki tiga, Kawat kasa, Gelas ukur 100 mL, Erlenmeyer 250 mL, Cawan

porselen, Gelas kimia 100 mL, Spoit 1 ml, Batang pengaduk, Gelas arloji, Korek,

Kertas perkamen, Pinset, Paper dish, lumpang dan alu.

Adapun bahan yang digunakan pada percobaan kali ini adalah medium

Nutrien agar, Antibiotik Amoxilin, Eritromisin, Cefadroxil, dan bakteri yang di

pakai Staphylococcus aureus.

Adapun cara kerja sterilisasi metode panas kering (oven) yaitu pertama-tama

dihubungkan oven dengan sumber listrik. Kemudian, diaktifkan oven dan ditunggu

selama beberapa saat hingga muncul kata display. Setelah itu, diatur waktu dan

suhu oven. Ditunggu hingga suhu menyala. Dan diletakkan alat laboratorium yang

berbahan kaca contohnya erlenmeyer, gelas ukur, cawan petri dan tabung reaksi

yang telah dibungkus dengan kertas HVS didalam oven. Ditunggu hingga proses

sterilisasi selesai. Kemudian, dinonaktifkan oven tunggu hingga display mati.

195
Adapun cara kerja pembuatan medium Nutrient Agar yaitu pertama-tama

disiapkan alat yang sudah disterilkan. Kemudian, ditimbang medium yang

digunakan dan diletakkan diatas kertas perkamen. Setelah itu, dicampur medium

padat dengan aquades 120 mL didalam labu erlenmeyer. Dipanaskan medium

diatas nyala api bunsen hingga mendidih. Kemudian, diangkat labu erlenmeyer

yang berisi medium yang telah mendidih menggunakan lap halus. Dan ditutup

labu erlenmeyer menggunakan kapas. Selanjutnya, disterilkan medium kedalam

autoklaf dengan suhu 121°C dalam waktu 20 menit. Setelah itu, dimasukkan

medium kedalam cawan petri sebanyak 20 mL menggunakan spoit. Kemudian,

ditambahkan bakteri Staphylococcus aureus sebanyak 1 ml menggunakan spoit.

Dan diratakan medium dengan cara membentuk angka 8.

Adapun cara pembuatan sampel yang di gerus yaitu antibiotik amoxilin,

eritromisin, cefadroxil, kemudian di ambil sampel sebanyak 0,1 gram dan

kemudian peperdist di celupkan pada antibiotik dan di letakan pada cawan petri

yang berisi medium nutrien agar dilakukan pada semua sampel, kemudian di

inkubasi selama 1x24 jam untuk mengetahui seberapa daya hambat pada antibiotik

bakteri uji.

Berdasarkan kemampuan menghambat atau membunuh bakteri, antibiotik

digolongkan menjadi dua kelompok yakni bakteriostatik dan bakterisidal. Secara

sederhana, bakterisidal adalah obat yang membunuh bakteri sedangkan

bakteriostatik adalah obat yang mencegah pertumbuhan bakteri. Resistensinya

suatu antibiotik mungkin dikarenakan pemberian antibiotik secara tidak teratur.

Oleh karena itu, diperlukan suatu uji sensitifitas antibiotik untuk mengetahui

196
pasien tersebut mengalami resisten terhadap jenis-jenis antibiotik sehingga dapat

diberikan antibiotik yang sesuai (masih sensitif).

Antibiotik dapat menjadi resisten dengan ciri antibiotik tersebut tidak

terhambat pertumbuhannya ketika diberikan antibiotik secara sistemik dalam

dosisi normal yang semestinya dapat menghambat pertumbuhan bakteri itu.

Penyebab dari resistensi antibiotik ini terjadi karena penggunaannya yang

berlebihan dan irasional. Bahkan, 40% dari penggunaan antibiotik ini dipakai

untuk hal yang kurang tepat seperti infeksi virus.

Antibiotik Amoxicillin tergolong bakteriosida dan bakteriostatik karena

mampu menghambat atau membunuh bakteri, antibiotik Eritromisin tergolong

bakteriosida dan bakteriostatik karena menghambat dan membunuh bakteri,

sedangkan antibiotik Cefadroxil tergolong antibiotik bakteriostatik karena hanya

mampu menghambat pertumbuhan mikroba.

Adapun tingkat sensitifitas pada antibiotik yang digunakan yaitu antibiotik

Amoxicillin dan Eritromisin sangat sensitive karena mampu menghambat bahkan

membunuh mikroba. Sedangkan, antibiotik Cefadroxil tingkat sensitifitasnya lebih

rendah karena hanya mampu menghambat mikroba

Mekanisme penghambatan terhadap pertumbuhan bakteri oleh senyawa

antibakteri dapat berupa perusakan dinding sel dengan cara menghambat

pembentukannya atau mengubahnya setelah selesai terbentuk, perubahan

permeabilitas membran sitoplasma sehingga menyebabkan keluarnya bahan

makanan dari dalam sel, perubahan molekul protein dan asam nukleat,

penghambatan kerja enzim, dan penghambatan sintesis asam nukleat dan protein.

197
Penghambat Luas dan sempit dipengaruhi oleh antibiotik yang digunakan

dalam suatu uji sensitivitas, karena setiap antibiotik memiliki daya hambat yang

berbeda.

Antibiotik Amoxicillin dan Eritromisin merupakan antibiotik yang

berspektrum luas karena mampu menghambat atau membunuh mikroba baik

bakteri gram positif atau pun bakteri gram negative. Sedangkan, Cefadroxil

merupakan antibiotik berspektrum sempit karena hanya mampu menghambat

mikroba.

Setelah di inkubasi selama 1x24 jam di dapatkan hasil pada Amoxilin yaitu

dapat menghambat bakteri Staphylococcus aureus, pada Eritromisin dapat

membunuh bakteri Staphylococcus aureus, pada Cefadroxil dapat menghambat

bakteri Staphylococcus aureus.

Adapun cawan perti yang di gunakan pada Amoxicillin dengan ukuran vertikal

4cm, horizontal 4cm, dan miringnya 4cm, Eritromisin dengan ukuran vertikal 3cm,

horizontal 3,5cm ,miring 3cm, dan sisi lainnya 3,5cm. Cefadroxil dengan ukuran

vertikal 4,5cm, horizontal 4,5cm, miring 5cm, dan sisi miring 5,5 cm.

198
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa uji

sensitivitas mikrobia terhadap antibiotik dapat dilakukan dengan cara sumuran

yaitu dengan membuat sumuran atau lubang pada media padat yang telah berisi

mikrobia dan kemudian pada sumuran tersebut dimasukkan antibiotik.

Hasil sensitivitas suatu bakteri terhadap antibiotik ditentukan oleh diameter

zona hambat yang terbentuk, semakin besar diameter zona hambat yang terbentuk

maka pertumbuhannya semakin terhambat sehingga dibutuhkan standar acuan

untuk menentukan apakah bakteri tersebut resisten atau sensitif terhadap suatu

antibiotik.

B. Saran

1. Laboratorium

Untuk laboratorium agar alat-alatnya lebih ditambah kelengkapannya guna

menunjang proses belajar mahasiswa, dan untuk alat yang sudah ada agar tetap

dijaga dan dirawat agar bertahan lama.

2. Asisten

Untuk kakak asisten cara menjelaskannya sudah cukup baik, kiranya perlu

dipertahankan lagi kedepannya agar kami dapat mengerti dengan baik.

199
DAFTAR PUSTAKA

Artati. 2018.Media Kesehatan Politeknik Kesehatan Makassar, Jurnal Kesehatan.


Vol 11 NO 2 (2016)

Arya Bondan Permadi, Hj. Her Gumiwang Ariswati, Triwiyanto. 2015. Inkubasi
Bakteri Dilengkapi Dengan Colony Counter (Inkubator Bakteri).Fakultas
Teknik Elektromedik :Politeknik Kesehatan Surabaya.

Cindy Melinda Sofyani. 2018. Validasi Metode Analisis Kromatografi Cair


Kinerja Tinggi Untuk Penetapan Kadar Uji Disolusi Terbanding Tablet
Amoksisilin.Jurnal Farmaka Suplemen. Vol. 16 (1).Hal.324-330.

Eko Widodo, M Halim Natsir, Osfar Sjofjan. 2018. Adiktif Pakan Unggas
Pengganti Antibiotik (Respon Terhadap Larangan Antibiotik Pemerintah
Indonesia). UB Press : Malang.

Ermavianti, Dwi. 2019. Sanitasi Hygiene Kecantikan. Andi Offset : Yogyakarta

Fidia, Fibriana, Andin Vita Amalia. 2016. Potensi Kitchen Microbiology Untuk
Meningkatkan Keterampilan Teknik Hands-on Dalam Pembelajaran
Mikrobiologi.Universitas Negeri Semarang :Unnes Science Education
Journal

Haeria. 2017. Pengantar Ilmu Farmasi. UIN Alauddin : Makassar

Kristiandi, Kiki, Sanya Anda Lusiana, Rizky Nisfi Ramdhini. 2021. Teknologi
Fermentasi: Yayasan Kita Menulis

Meganada, Hiaranya Putri, Sukini, Yodong. 2017. Bahan Ajar Keperawatan Gigi
Mikrobiologi. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia : Jakarta

Michelle V. Holderman, Edwin de Queljoe, Sendy B. Rondonuwu.


2017. Identifikasi Bakteri Pada Pegangan Eskalator Di Salah Satu Pusat
Perbelanjaan Di Kota Manado. Jurnal Ilmiah Sains.Vol. 17 (1). Hal 1318.
Natalia, Sri, Martani. 2020. MerA Echerichia Coli Efek Resisten Merkuri
Terhadap Resisten Antibiotik. Media Sains Indonesia : Bandung.

Prapati Utama. 2012. Antibiotik Alami Untuk Mengatasi Aneka Penyakit.


Agromedia Pustaka : Jakarta.

Ratih Pusporini. 2019. Antibiotik Kedokteran Gigi. UB Press : Malang

Rachmawati Sinta, Rizky L. Fazeri dan Ika Norcahyanti. 2020.


Gambaran Penggunaan Antibiotik di Bangsal Penyakit Dalam RSUD
Bangil Kabupaten Pasuruan. Universitas Jember : JPSCR

Rina Hidayati Pratiwi. 2017. Mekanisme Pertahanan Bakteri Patogen Terhadap


Antibiotik. Jurnal Pro-Life.Vol. 4 (3).Hal : 418-429.

Soegijanto, Soegeng.2016. Kumpulan Makalah Penyakit Tropis. Surabaya:


Airlangga University Press

Sudigdoadi Sunarjati. 2015. Mekanisme Timbulnya Resistensi Antibiotik Pada


Infeksi Bakteri. Universitas Padjadjaran : Bandung

Widodo, Aan Wahyu.2016. Evaluasi Penggunaan dan Efektifitas Pemberian


Antibiotik Pada pasien Demam Tifoid Di Instalasi Rawat Inap RSUD SukaharjoPada
Periode 1 Oktober -31 Desember 2015. Jurnal Kesehatan Prima. Vol 13 (2). Hal. 14
LAMPIRAN

A. Skema Kerja

1. Sterilisasi alat

Alat

− Dicuci
− Dibilas
− Dikeringkan
− Dibungkus
− Disterilkan
Alat Sterilisasi

2. Pembuatan medium NA

Medium NA

− Ditimbang
− Dilarutkan
− Dipanaskan
− Didinginkan
− Dicampur dengan bakteri
− Dihomogenkan
− Diratakan dengan metode 8
− Didiamkan

Medium di bagi menjadi 3


bagian
3. Pemberian antibiotik cefadroxil pada medium

Cefadroxil

− Digerus
− Dicampur dengan aquades
− Dicelupkan di paper dish
− Ditotol – totol sebanyak 5-7 kali
− Diletakkan dibagian tengah medium
− Diinkubasi 1 x 24 jam

Menghambat bakteri

4. Pemberian antibiotik eritromisin pada medium

Eritromisin

− Digerus
− Dicampur dengan aquades
− Dicelupkan di paper dish
− Ditotol – totol sebanyak 5-7 kali
− Diletakkan dibagian tengah medium
− Diinkubasi 1 x 24 jam

Membunuh bakteri
5. Pemberian antibiotik amoxicillin pada medium

Amoxicillin

− Digerus
− Dicampur dengan aquades
− Dicelupkan di paper dish
− Ditotol – totol sebanyak 5-7 kali
− Diletakkan dibagian tengah medium
− Diinkubasi 1 x 24 jam

Menghambat bakteri
B. Perhitungan Medium
23
1. NA = 1000 𝑥 1 𝑥 20 𝑚𝐿 = 0,46 𝑔𝑟𝑎𝑚
C. Perhitungan Zona Hambat

1. Amoxicillin

(30 – 6 mm) + (35 - 6 mm) + (65 – 66 mm)


3

= 24 mm + 29 mm + 59 mm
3

= 112 mm
3

= 37,33 mm

2. Cefadroxil

(45 – 6 mm) + (45 – 6 mm) + (105 + 6 mm)


3

= 39 mm + 39 mm +_ 39 mm
3

= 177 mm
3

= 59 mm

3. Eritromisin

(40 – 6 mm) + (40 – 6 mm) + (40 – 6 mm)


3

= 34 mm + 34 mm + 34 mm
3

= 102 mm
3

= 34 mm
D. Foto Pengamatan

LABORATORIUMMIKROBIOLOGI LABORATORIUM MIKROBIOLOGI


PROGRAM STUDI S1 FARMASI PROGRAM STUDI S1 FARMASI
UNIVERSITAS MEGARESZKY UNIVERSITAS MEGARESZKY

KET: Disterilkanalat. KET:.Alat dan bahan yang digunakan.

LABORATORIUMMIKROBIOLOGI LABORATORIUM MIKROBIOLOGI


PROGRAM STUDI S1 FARMASI PROGRAM STUDI S1 FARMASI
UNIVERSITAS MEGARESZKY UNIVERSITAS MEGARESZKY

KET: Ditimbang NA. KET: Aquades diukur dengan gelas ukur.


LABORATORIUM MIKROBIOLOGI LABORATORIUM MIKROBIOLOGI

PROGRAM STUDI S1 FARMASI PROGRAM STUDI S1 FARMASI


UNIVERSITAS MEGARESZKY UNIVERSITAS MEGARESZKY

KET: Bahan antibiotik dilarutkan dengan KET:Medium sebelum inkubasi


aquades sebanyak 50 ml.

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
PROGRAM STUDI S1 FARMASI
UNIVERSITAS MEGARESZKY

KET : Medium sesudah inkubasi.

Anda mungkin juga menyukai