Anda di halaman 1dari 82

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA

MIKROBIOLOGI INDUSTRI

D
I
S
U
S
U
N
OLEH :
KELOMPOK :B
NAMA : 1. Adinda Lara Sati (062030401215)
2. Agel Ilham Saputra (062030400125)
3. Amelia Widi Nurasyah (062030401216)
4. Muhammad Min Alfisyahri (062030401225)
5. Mutia Febriana (062030400129)
6. Nabila Khoirunnisa (062030401226)
7. Salsabila Rezki Ananda (062030401227)
8. Wanda Sari br Purba (062030401228)
9. Yusril Azis Suhendra (062030401229)
10. Zaqya Herfisyah (062030401230)
KELAS : 1 KB
PROGRAM STUDI : DIII Teknik Kimia
INSTRUKTUR : Ir. Siti Chodidjah, M.T.

LABORATORIUM TEKNIK KIMIA


POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
PALEMBANG
2020

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i
DAFTAR ISI ii

STERILISASI 1

MELIHAT BENDA MELALUI MIKROSKOP 6 - 19


MIKROSKOP 1 8
MIKROSKOP 2 9
MIKROSKOP 3 10
MIKROSKOP 4 11

PENETAPAN JUMLAH SEL HIDUP & MATI 20 - 28


PJS 1 DALAM RAGI KERING 20
PJS 2 MENGGUNAKAN COUNTING CHAMBER 25

PERCOBAAN BIAKAN JAMUR 29 - 35


BLJ 1, BIAKAN JAMUR DAN ACTINOMYCETES 29
BLJ 2, BIAKAN JEAST METODE REDUKSI WARNA 31

PEMBUATAN MEDIA 36

PEMBUATAN TEMPE KEDELAI 42

PEMBUATAN YOGHURT 49

PEMBUATAN ROTI 55

PEMBUATAN NATA DE COCO 63

PEMBUATAN ETANOL (ALKOHOL) 71

DAFTAR PUSTAKA iii

ii
STERILISASI

A. TEORI DASAR
Sterilisasi adalah proses untuk mematikan mikroba dan merusak spora. Spora
adalah sel yang tidak aktif yang lebih resisten terhadap panas dibandingkan
dengan sel vegetative mikroorganisme. Dalam proses fermentasi sterilisasi
memegang peranan penting untuk menjamin keberhasilan proses tersebut.
Sterilisasi diperlukan untuk :
1. Sterilisasi produk pangan dalam kaleng, botol dan kemasan lainnya.
2. Sterilisasi media cair dan nutrient untuk industry bioteknologi, misal obat-
obatan dan enzim.
3. Sterilisasi bioreaktor dengan alat pengendali dan monitoring.
Sterilisasi dapat dilakukan dengan menggunakan proses panas, proses panas
dibedakan atas panas kering, dan panas basah. Proses sterilisasi dengan
menggunakan panas ini sangat tergantung dengan waktu dan suhu sterilisasi.
Penggunaan proses panas dalam sterilisasi dapat mengakibatkan perubahan
terhadap substrat dan nutrient missal terjadi proses karamelisasi larutan
gula,denaturasi protein, menonaktifkan vitamin, reaksi gula dengan asam amino,
polimerisasi aldehyd tak jenuh.

B. TUJUAN PERCOBAAN
Mengenalkan kepada mahasiswa :
 Pemakaian autoclave untuk proses sterilisasi.
 Teknik sterilisasi peralatan.
 Teknik sterilisasi media cair.

C. BAHAN DAN ALAT PRAKTIKUM


 Autoclave
 Sampul coklat atau kertas koran
 Kain kassa
 Kapas berlemak
 Benang
 Alat atau media yang akan disterilisasi

D. PROSEDUR PERCOBAAN
 Menuci sampai bersih peralatan gelas yang akan disterilkan, lalu
dikeringkan di oven.
 Mempital kapas dengan tangan (tangan harus bersih), lalu sumbat kapas
tadi ke bagian mulut tabung reaksi/erlenmeyer/peralatan gelas lainnya,
agar mikroba tidak dapat menembusnya.
 Menutup dengan kapas pada mulut peralatan gelas tadi dengan
alumunium foil dan ikat dengan tali yang disediakan, agar kapas tidak
basah pada waktu akan sterilisasi uap.
 Memasukkan ke autoclave atau oven sesuai yang dibutuhkan misalnya
selama 20 menit pada suhu 1100C.
 Menghidupkan alat autoclave sesuai SOP alat untuk kegunaannya.
 Setelah selesai sterilisasi, keluarkan peralatan gelas tadi, lalu didinginkan
pada suhu ruang dan simpan pada tempat yang aman.

1
2

E. DATA PENGAMATAN

Menyiapkan alat-alat yang akan Mencuci bersih peratan gelas yang


digunakan akan disterilkan

Mencuci bersih peralatan untuk Setelah semua peralatan gelas dan


mengukus peralatan gelas yang akan pengukusnya telah dicuci, lalu
disterilkan dengan cara sterilasi uap. keringkan dengan lap bersih

Setelah semua peralatan gelas disumbat


Selanjutnya, sumbat peralatan
dengan kapas, lalu dilapisi lagi dengan
gelas dengan menggunakan kapas
kertas koran/alumunium foil, kemudian
diikat
3

Peralatan gelas sudah siap untuk Memasukkan semua peralatan gelas yang
melakukan proses sterilisasi uap. sudah siap untuk melakukan sterilisasi uap
kedalam pengukusan

Mengukus peralatan gelas yang ingin Setelah dikukus selama 20 menit, angkat
disterilkan dalam waktu 20 menit. peralatan gelas yang telah disterilkan dan
didiamkan selama 3 hari.

Setelah 3 hari didiamkan, dapat dilihat


hasilnya bahwa peralatan gelas yang telah
disterilkan hasilnya steril dengan tidak
adanya mikroba/jamur yang tumbuh dalam
peralatan gelas.

NO TANGGAL NAMA ALAT JUMLAH KET


1. 5 November 2020 Erlenmeyer 2 Steril
2. 5 November 2020 Tabung Reaksi 2 Steril
3. 5 November 2020 Cawan Petri 2 Steril
4. 5 November 2020 Gelas Kimia 2 Steril
4

F. ANALISA DATA
Dari hasil percobaan diatas, sterilisasi terbagi menjadi 2 yaitu basah dan
kering, sterilisasi basah yaitu sterilisasi dengan menggunakan kukusan sedangkan
sterilisasi kering yaitu sterilisasi dengan menggunakan oven, pada praktikum
sterilisasi tentu kita harus steril juga. Peralatan pun harus steril dengan dicuci
bersih sampai benar-benar bersih karena jika tak bersih dalam sterilisasi maka
akan sangat berpengaruh pada praktikum pembuatan media. Sterilisasi dengan
kukusan adalah cara yang baik karena dengan uap air bisa membuat mikroba mati.
Jika ada autoclave lebih baik gunakan itu karena hasilnya pun lebih baik.

G. KESIMPULAN
Dari percobaan ini dapat disimpulkan bahwa sterilisasi adalah proses
mematikan semua mikroba dan merusak spora. Sterilisasi sangat diperlukan untuk
produk pangan. Sterilisasi media cair, sterilisasi bioreaktor dibedakan menjadi
panas kering dan panas basah, sterilisasi pun dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu
secara mekanik, fisik dan kimiawi. Saat melakukan percobaan sterilisasi amati
alat yang disterilisasikan selama 3 hari. Jika steril maka percobaan berhasil.
5

GAMBAR ALAT

Gelas Kimia Tabung Reaksi Aluminum Foil

Benang Lap Serbet Kapas Kesehatan

Erlenmeyer Panci Kompor

Cawan Petri
MELIHAT BENDA MELALUI MIKROSKOP

I. TEORI DASAR
Mikroskop dipergunkan untuk memperoleh bayangan yang sangat halus dari
suatu benda dan dengan demikian dapat dilihat susunan yang halus dari suatu
benda yang bagian-bagiannya tidak terlihat dengan mata biasa.

II. BAGIAN-BAGIAN DARI MIKROSKOP


1. Statief
Pada statief terpasang bagian : kaki, tiang dan meja benda.
2. Kyker (Optika)
Merupakan bagian terpenting dalam mikroskop dimana terdapat alat-alat
perbesaran benda yang terdiri dari :
a. Okuler : terdapat perbesaran 5x, 6x, 12x, dst.
b. Objektif : dapat digerakkan dan menunjukkan kekuatan
perbesaran seperti pada okuler : 10x, 50x, 100x, 200x,
dst.

Pembesaran dengan mikroskop dapat ditentukan dengan mengalihkan


kekuatan pembesaran objektif dan okuler yang dipakai, misalnya : objektif 20x,
okuler 5x, maka perbesaran yang didapat adalah 100x. Perhitungan semacam ii
sebenarnya tidak tepat, sebab pembesaran dari mikroskop masih dipengaruhi
oleh : panjang tubuh kyker, ialah jarak antara okuler sampai pada bagian tengah
revolver yang dapat berputar (bagian atas objektif).
Panjang tubuh kyker biasanya ditentukan menurut macam mikroskopnya.
Biasanya untuk mikroskop keluaran pabrik Leitz 170mm, untuk Zeiss 16mm.
Pada okuler buis biasanya terdapat satu garis tanda yang menunjukkan panjang
tubuh kyker yang tepat.

3. Alat Cermin
a. Cermin datar dan cekung berfungsi untuk menangkap cahaya,
diteruskan melalui benda ke mata kita. Cermin ini dapat berputar
kesegala arah. Bagian cermin cekung dapat ditangkap lebih banyak
daripada cermin datar.
b. Diafragma untuk mengatur banyka dikitnya cahaya yang dibutuhkan.
Kondensor, sebuah lensa untuk memusatkan cahaya yang dipergunakan
dan cara ini pun dapat mengatur masuknya cahaya.

Dalam pengamatan dengan mikroskop dikenal 2 sistem yaitu :


1. Sistem Kering
Dengan tidak menggunakan cairan preparat dan lensa (objektif).
2. Sistem Basah
Dengan mempergunakan cairan antara objektif dengan preparat cairan
dapat dipakai air, tetapi yang lazim dipakai adalah minyak cadar (cedar
oil). Dengan immersie system dapat diperoleh pembesaran yang jauh
lebih besar dari sistem kering sampai 1000x atau lebih. Sehabis bekerja
dengan immersie oil, lensa harus dibasahi dengan alkohol absolut atau
dengan xylol, juga pada pekerjaan biasa lainnya jika lensa menjadi
kotor karena suatu hal yang harus dibersihkan.

6
7

III. ALAT DAN BAHAN


 Alat :
1. Preparat
2. Pinset
3. Kaca Objek
4. Kaca Tutup
5. Jarum Ose
6. Mikroskop
MIKROSKOP 1

A. TUJUAN PERCOBAAN
Mengenalkan kepada mahasiswa cara pemakaian mikroskop untuk mengamati
berbagai bentuk serat.

B. BAHAN YANG DIGUNAKAN


1. Mikroskop
2. Preparat
3. Kaca Objek
4. Kaca Penutup
5. Bunsen
6. Pinset
7. Jarum Ose

C. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Menyiapkan macam-macam bahan serat seperti kapas, serat kapuk dan serat
bulu.
2. Membersihkan kaca objek dan kaca penutup menggunakan alkohol lalu
keringkan.
3. Mengambil masing-masing serat, diletakkan pada kaca objek lalu ditutup
dengan kaca penutup.
4. Menggambarkan apa yang dilihat dalam mikroskop dengan cara mata kiri
melihat kedalam mikroskop, mata kanan dan tangan kanan menggambar.
5. Menggambarkan apa yang diamati dan menerangkan perbedaan masing-
masing serat diatas.

8
MIKROSKOP 2

A. TUJUAN PERCOBAAN
Mengenalkan kepada mahasiswa cara pemakaian mikroskop untuk mengamati
berbagai bentuk amilum.

B. BAHAN YANG DIGUNAKAN


1. Mikroskop
2. Preparat
3. Kaca Objek
4. Kaca Penutup
5. Jarum Preparat
6. Larutan Alkohol
7. Beberapa macam bentuk amilum

C. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Menyiapkan beberapa macam bentuk amilum yaitu : butir amilum kentang,
ketela, jagung, dan beras.
2. Beberapa butir amilum diambil dengan jarum preparat.
3. Memeriksa dalam air atau glycerin.
4. Meneteskan larutan J2 dalam KJ atau Jodium Tinctur pada preparat dibagian
sisi kaca penutup dan pada sisi yang lain. Cairan yang ada dibawah kaca tutup
dihisap keluar dengan kertas penghisap, sehingga J2 dalam KJ akan masuk ke
dalam dengan perlahan kebawah kaca penutup.
5. Menggambarkan apa yang diamati dan menerangkan perbedaan butir amilum
diatas. Perhatikan adanya lamella dan letak hilus terhadap lamella (konsentris
atau eksentris).

9
MIKROSKOP 3

A. TUJUAN PERCOBAAN
Mengenalkan kepada mahasiswa cara pemakaian mikroskop untuk melihat
macam-macam mikroorganisme dalam air.

B. BAHAN YANG DIGUNAKAN


1. Larutan Alkohol
2. Macam bentuk mikroorganisme dalam air : sungai, selokan, sumur.
3. Aquadest.

C. ALAT YANG DIGUNAKAN


1. Mikroskop
2. Jarum Ose
3. Kaca Tutup
4. Preparat
5. Kaca Objek

D. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Menyiapkan 3 jenis air, yaitu :
 Air permukaan (surface water) misalnya air sungai.
 Air limbah (waste water) misalnya air selokan.
 Air dalam tanah (ground water) misalnya air sumber, mata air, atau air
sumur.
2. Membersihkan kaca preparat, dibilas pakai alkohol lalu keringkan.
3. Mengambil air masing-masing jenis dengan pipet, taruh diatas gelas preparat,
lalu ditutup dengan kaca penutup.
4. Mengamati dengan mempergunakan pembesaran tertentu.
5. Memperhatikan dalam pengamatan ini kemungkinan saudara akan
menemukan mikroorganisme yang bergerak.
6. Menggambarkan apa yang anda lihat dan untuk mempermudah perkiraan
gambar mikroba anda harus menggunakan literatur.

10
MIKROSKOP 4

A. TUJUAN PERCOBAAN
Mengenalkan kepada mahasiswa cara pemakaian mikroskop untuk melihat
macam-macam mikroorganisme dari susu.

B. BAHAN YANG DIGUNAKAN


1. Larutan methylen blue
2. Larutan susu

C. ALAT YANG DIGUNAKAN


1. Mikroskop
2. Preparat
3. Kaca Objek
4. Kaca Tutup

D. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Menyediakan preparat susu segar dan susu yang telah rusak.
2. Menyelidiki mikroorganisme dalam bahan tersebut dan mengamati perbedaan
pada kedua bahan tersebut.
3. Menyelidiki banyaknya mikroorganisme dalam bahan tersebut dengan
methylen blue, reduction metode : mengambil 10 cc milk sample, ditaruh
dalam tabung reaksi, kemudian ditambah 10 cc larutan standar dari methylene
blue thyocianete, ditutup dengan kapas.

11
12

DATA PENGAMATAN MIKROSKOP 1

SAMPLE PENGAMATAN KETERANGAN


Kapas  Warna : Putih
 Bentuk
: Panjang berantai
 Dinding sel
: Tipis
 Pergerakkan sel
: Diam
 L. Okuler
: 10 x 5,55
 L. Objektif
: 100/1,75
Kapuk  Warna : Putih
 Bentuk
: Panjang berantai
 Dinding sel
: Tipis
 Pergerakkan sel
: Diam
 L. Okuler
: 10 x 5,75
 L. Objektif
: 100/1,25
Bulu Ayam  Warna : Hitam
 Bentuk
: Batang berserabut
 Dinding sel
: Tipis
 Pergerakkan sel
: Diam
 L. Okuler
: 10 x 5,55
 L. Objektif
: 100/1,75
Bulu Bebek  Warna : Hitam
 Bentuk
: Batang berserabut
 Dinding sel
: Tebal
 Pergerakkan sel
: Diam
 L. Okuler
: 10 x 4,55
 L. Objektif
: 100/1,75
13

Bulu Burung  Warna : Hitam


 Bentuk
: Batang serabut tajam
 Dinding sel
: Tebal
 Pergerakkan sel
: Diam
 L. Okuler
: 10 x 5,55
 L. Objektif
: 100/1,25
Bulu Kucing  Warna : Hitam
 Bentuk
: Meruling
 Dinding sel
: Tebal
 Pergerakkan sel
: Diam
 L. Okuler
: 10 x 5,55
 L. Objektif
: 100/1,25
14

DATA PENGAMATAN MIKROSKOP 2

SAMPLE PENGAMATAN KETERANGAN


Kentang  Warna : Kuning
 Bentuk
: Bulat
 Dinding sel
: Tipis
 Pergerakkan sel
: Diam
 L. Okuler
: 10 x 4,55
 L. Objektif
: 100/1,25
Ketela/Singkong  Warna : Kekuningan
 Bentuk
: Bulat kecil
 Dinding sel
: Tipis
 Pergerakkan sel
: Diam
 L. Okuler
: 4x
 L. Objektif
: 10x
Jagung  Warna : Kuning
 Bentuk
: Bulat
 Dinding sel
: Tipis
 Pergerakkan sel
: Diam
 L. Okuler
: 10 x 5,55
 L. Objektif
: 100/1,25
Beras  Warna : Putih
 Bentuk
: Bulat kecil
 Dinding sel
: Tebal
 Pergerakkan sel
: Diam
 L. Okuler
: 10 x 4,55
 L. Objektif
: 100/1,25
15

DATA PENGAMATAN MIKROSKOP 3

SAMPLE PENGAMATAN KETERANGAN


Air Sungai  Warna : Agak kuning
 Bentuk
: Bulat
 Dinding sel
: Tipis
 Pergerakkan sel
: Bergerak
 L. Okuler
: 10 x 4,55
 L. Objektif
: 100/1,75
Air Selokan  Warna : Hitam
 Bentuk
: Bulat kecil
 Dinding sel
: Tipis
 Pergerakkan sel
: Bergerak
 L. Okuler
: 10 x 5,55
 L. Objektif
: 100/1,25
Air Kolam  Warna : Agak kuning
 Bentuk
: Agak lonjong
 Dinding sel
: Tipis
 Pergerakkan sel
: Bergerak
 L. Okuler
: 10 x 5,55
 L. Objektif
: 100/1,25
Air Sumur  Warna : Putih kuning
 Bentuk
: Bulat berantai
 Dinding sel
: Tipis
 Pergerakkan sel
: Bergerak
 L. Okuler
: 10 x 5,55
 L. Objektif
: 100/1,25
16

Air PDAM  Warna : Putih


 Bentuk
: Bulat oval
 Dinding sel
: Tipis
 Pergerakkan sel
: Bergerak
 L. Okuler
: 10 x 5,55
 L. Objektif
: 100/1,25
17

DATA PENGAMATAN MIKROSKOP 4

SAMPLE PENGAMATAN KETERANGAN


Susu Segar  Warna : Putih
 Bentuk
: Bulat
 Dinding sel
: Tipis
 Pergerakkan sel
: Diam
 L. Okuler
: 10 x 5,55
 L. Objektif
: 100/1,25
Susu Basi  Warna : Putih keruh
 Bentuk
: Bintik kecil
 Dinding sel
: Tipis
 Pergerakkan sel
: Bergerak
 L. Okuler
: 10 x 5,55
 L. Objektif
: 100/1,25
18

ANALISIS DATA
Setelah melakukan percobaan pengamatan beberapa sample serat dengan
mikroskop dan juga beberapa sample dari amilum dan air serta susu segar dan
susu basi. Hal yang dapat di analisis adalah alat dan bahan yang digunakan
sebelum menggunakan alat-alat yang dibutuhkan, sterilkanlah alat-alat tersebut
dengan menggunakan etanol atau dicuci, kemudian di lap dengan tisu.
Mikroskop adalah sebuah alat yang digunakan untuk melihat objek yang
sangat kecil, yang tidak dapat dilihat dengan mata biasa.
Adapun bahan yang digunakan, yaitu : serat kapas, kapuk, bulu ayam, bulu
bebek, bulu burung, bulu kucing, kentang, ketela/singkong, jagung, beras, air
sungai, air sumur, air selokan, air kolam dan air PDAM. Bahan diteliti dengan
cara mengambil sample yang ingin diteliti, lalu langsung ditempelkan diatas kaca
objek dan ditutup dengan kaca tutup. Dan begitupun dengan sample susu segar
dan susu basi.

KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa,
mikroskop adalah sebuah alat yang dirancang khusus untuk melihat benda/materi
yang tidak dapat dilihat dengan mata biasa. Pembesaran untuk melihat sample
berbeda-beda tergantung sample/materi apa yang ingin dilihat. Jika sample dan
ukurannya berukuran sangat kecil maka perbesarannya akan semakin besar,
begitu pula sebaliknya.
Untuk sample yang kami amati, yaitu : kapas, kapuk, bulu ayam, bulu bebek,
bulu burung, bulu kucing, kentang, ketela/singkong, jagung, beras, air selokan, air
kolam, air sumur, air sungai, air PDAM, susu segar dan juga susu basi. Pada
dasarnya terlihat sama dimikroskop hanya kerapatan serat, mikroba pada air,
amilum, dan mikroba pada susu segar dan susu basi. Dan hasilnya beragam, ada
sel yang bergerak dan ada yang tidak bergerak. Ada yang berbentuk bulat
renggang maupun bulat berantai.
19

GAMBAR ALAT

Mikroskop Preparat

Kaca Penutup Pipet Tetes

Mortar Alkohol
Penetapan jumlah sel hidup dan sel mati dalam ragi kering
(Dried Yeast) (PJS 1)

I. TEORI DASAR
Mikroba tersebar secara luas di alam, dalam kehidupannya mereka tidak
membatasi diri tinggal di suatu tempat. Sepanjang tempat tersebut memenuhi
persyaratan maka mikroba tersebut akan hidup. Namun demikian ada juga
mikroba tersebut akan hidup. Namun demikian ada juga yang mati karena tidak
dapat menyesuaikan dengan lingkungan atau adanya bakteri pathogen.
Zat udara dapat meracuni mikroba, karena itu akan ditolak oleh mikroba itu
sendiri, tetapi pada mikroba yang mati zat warna akan masuk ke dalam dinding
sel karena dinding sel bersifat tidak permiabel lagi sehingga menjadi tidak selektif.
Pemberian zat warna dapat membedakan sel hidup dan mati melalui percobaan
sebagai berikut.

II. TUJUAN PERCOBAAN


 Mahasiswa dapat menggunakan mikroskop
 Mahasiswa dapat membedakan sel ragi yang hidup dan yang mati
 Mahasiswa dapat menghitung persentasi sel ragi yang hidup dalam
suatu suspense mikroorganisme

III. BAHAN / ALAT


 Kaca Objek 1 Buah
 Kaca Tutup 1 Buah
 Bibit Ragi Kering 1 gr
 Lumpang Porselin 1 Buah
 Tabung Kimia 5 Buah
 Larutan “Methyl blue” dalam air (0,1%) Secukupnya
 Mikroskop 1 Buah
 Preparat 3 Buah
 Kaca Arloji 2 Buah
 Spatula 1 Buah
 Pipet Tetes 1 Buah
 Pengaduk 1 Buah
 Gelas Ukur 1 Buah
 Pinset 1 Buah
 Gelas Kimia 1 Buah
 Bola Karet 1 Buah

IV. PROSEDUR PERCOBAAN


a. Menghancurkan 1 gram bibit ragi kering dalam lumping sampai halus,
menambahkan air dan membuat dalam suatu tabung kimia suatu
suspensi bibit ragi. Konsentrasi harus sedemikian, hingga dalam
preparat yang diperiksa dengan mikroskop pada tiap-tiap bidang
pandangan terlibat antara 50-100 sel.
b. Menempatkan satu tets dari suspense tersebut diatas kaca objek dan
mencampurkan dengan larutan methyl blue hingga cairan diatas kaca
objek berwarna biru muda.

20
21

c. Setelah menutup dengan kaca tutup, memeriksa preparat menggunakan


mikroskop. Sel yang mati berwarna biru, sedangkan sel hidup tidak
menyerap warna.
d. Mencatat jumlah sel yang berwarna dan tidak, menentukan presentase
sel hidup dengan memeriksa 5 bidang pandangan.

V. CARA MEMPERGUNAKAN MIKROSKOP


a. Menempatkan mikroskop pada meja kerja, mengatur tinggi bangku
duduk sehingga penglihatan pada okuler mudah.
b. Memutar sekrup penetapan kasar, hingga tubus mikriskop naik kira-
kira 2 cm dan menempatkan preparat ditengah, kemudian
mencengkram dengan jepitan.
c. Menaikkan kondensor dan membuka diafragma seluruhnya dan
menempatkan sumber cahaya kira-kira 15 cm didepan mikroskop dan
menyalakan lampu serta mengarahkan berkas cahaya didepan cermin
mikroskop.
d. Melihat preparat dari samping (jangan melalui okuler!) dan
menempatkan cermin datar sedemikian sehingga preparat disinari
dengan terang.
e. Sambil melihat preparat dari samping, memutar objektif 10 x ke bawah
hingga kira-kira sampai ½ cm diatas preparat.
f. Melihat sekarang melalui okuler dan menetapkan cermin dengan tepat.
Arahnya harus sedemikian sehingga bidang pandang disinari seterang-
terangnya.
g. Menutup diafragma dari kondensor sedimikian, hingga bidang pandang
bayangnya diterangi sama rata.
h. Melihat melalui okuler dan memutar tubusnya perlahan-lahan keatas
dengan sekrup penetap kasar, hingga bayangan terang dari preparat.
Jika perlu menetapkan dengan sekrup penetapan halus.
i. Setelah selesai memakai mikroskop, maka sebelum menyimpan di
dalam lemari perlu melakukan :
1. Kondensor memutar kebawah
2. Revolver memutar sedemikian, hingga lensa yang terkecil berada
dibawah dan kemudian tubus diputar ke bawah.
3. Membersihkan mikroskop terlebih dahulu dengan lap bersih.
22

DATA PENGAMATAN

VI. ANALIS DATA


Dalam percobaan kali ini, dilakukan perhitungan jumlah sel ragi (PJS-1). Hal
pertama yang harus dilakukan adalah mengencerkan ragi dalam 10 ml aquadest.
Lakukan pengenceran 3 kali (10-2) dengan cara memipet 1 ml dala sampel
dicampurkan dengan 9 ml aquadest, campuran tersebut menandakan bahwa
banyak mikroba yang mati.
Kemudian letakkan satu tetes larutan ragi tadi dikaca preparat, lalu ditutup
dengan kaca penutup dan diletakkan di mokroskop untuk diamati. Lalu diberi
methyl blue, terlihat banyak mikroba yang menyerap warna dan berubah menjadi
biru. Hal tersebut menandakan bahwa banyak mikroba mati.
Perhitungan jumlah mikroba tidak bisa dilaukan karena perbesaran pada
mikroskop 100 x rusak. Perbesaran u x hanya bisa digunakan untuk melihat
perbedaan mikroba yang hidup dan mati, tetapi tidak bisa digunakan untuk
menghitung mikroba.

VII. KESIMPULAN
- Mikroba yang menyerap warna dan berwarna biru berarti sudah mati
- Mikroba yang masih hidup berwarna putih dan tidak menyerap warna
24

- Penentuan jumlah mikroba yang masih hidup harus menggunakan


mikroskop dengan perbesaran 100 x agar dapat dilihat dengan jelas
jumlahnya.
Penetapan Jumlah Sel dengan Menggunakan Ruang Hitung
(Counting Chamber) / (PJS 2)

I. TEORI DASAR
Suatu ruang hitung (counting chamber) merupakan suatu kaca objek tebal,
diatasnya suatu dataran yang didalamnya 0,1 mm. pada datarannya ini dibuat
garis-garis berbentuk 16 persegi besar dibagi lagi menjadi 16 persegi kecil.
Panjang sisi persegi kecil 0,05 mm. Jika diatas bagian yang diatas diletakkan
sebuah kaca tutup maka diletakkan sebuah kaca terbentuk suatu ruangan yang
tingginya adalah 0,1 mm.
Tiap pagi persegi kecil dibawah kaca tutup tersebut merupakan suatu ruangan
dengan isi 0,05 x 0,05 x 0,1 mm3 = 25 x 10-5 mm3. Jika dibawah kaca tutup
tersebut dimasukkan setetes suspense ragi, maka dengan mikroskop dapat
dihitung jumlah sel dalam tiap-tiap persegi tersebut. Sehingga dapat dihitung pula
jumlah sel per ml dari suspense tersebut.
Counting Chamber memiliki dua saluran yang dalam pada kedua sisi ruang
hitungnya yang berfungsi untuk menampung kelebihan cairan. Kaca tutup yang
diletakkan diatas ruang hitung harus kering agar ketinggian dari ruang hitung
tetap terjaga.
Pada Counting Chamber model baru, diatas suatu kaca objek dibuat 2 ruang
hitung yang satu sama lain dipisahkan dengan satuan.

II. TUJUAN PERCOBAAN


Mahasiswa dapat mempelajari cara menentukan konsentrasi sel melalui
metoda penetapan jumlah sel dengan Counting Chamber.

III. ALAT DAN BAHAN


 Counting Chamber
 Counter
 Suspensi ragi
 Tabung Reaksi
 Labu takar
 Pipet ukur
 Perangkat Mikroskop

IV. CARA KERJA


a. Mengencerkan suspense ragi dengan air sehingga jumlah sel di dalam
tiap persegi kecil berkisar 10 buah. Pengenceran harus dilakukan
sangat teliti dengan menggunakan labu takar dan pipet ukur.
b. Menutup ruang hitung dengan kaca tutup dan meneteskan dengan pipet
kecil setetes suspense ragi pada pinggir kaca tutup. Tetesan akan
mengalir ke bawah kaca tutup dan mengisi ruang hitung.
c. Menghitung jumlah sel dalam lima persegi besar (80 persegi kecil)
dengan menghitung sel-sel yang berada dalam persegi kecil. Pekerjaan
tersebut (mengencerkan, mengisi ruang hitung dan menghitung jumlah
sel) dilakukan tiga kali.
d. Jumlah sel dalam tiap ml (konsentrasi sel) = 1 / (80 x 25 x 10-5 x 10-3)
x jumlah sel yang terhitung di atas.
e. Kemudian menghitung jumlah rata-rata dari tiga penetapan yang
dilakukan.

25
26

DATA PENGAMATAN

NO HASIL PENGAMATAN PERHITUNGAN

Pada gambar terdapat 75 sel


dimana terdiri dari 37 sel hidup
dan 38 sel mati.

Maka diperoleh proporsi :

% sel hidup :

= 37 x 100%
75
= 49,33 %

% sel mati :

=38 x 100%
75
= 50,67%

V. ANALISA PERCOBAAN
Pada percobaan ini dilakukan perhitungan jumlah sel dengan menggunakan
Counting Chamber. Perhitungan dilakukan dengan mikroskop dan pembesaran 4
x 10 pada kaca objektif. Perhitungan dilakukan pada jumlah sel yang mati dan sel
yang hidup terdapat pada suspense ragi.
Suspense ragi dibuat dengan cara menghancurkan ragi kering menjadi serbuk
kemudian melarutkannya kedalam 10 ml air. Larutkan / cairkan di tabung reaksi.
Pengenceran dilakukan hinga sel ragi tidak menggumpal lagi. Tujuannya agar sel
ragi yang berbeda pada Counting Chamber bisa dihitung dengan mudah.
Sel-sel yang terletak pada garis sebelah kanan dan bawah tidak dihitung
dengan persegi kecil yang sering dihitung. Sel-sel yang terletak pada garis sebelah
kiri dan atas termasuk dalam persegi kecil yang sedang dihitung sel.
27

VI. KESIMPULAN
Perhitungan dilakukan pada Counting Chamber yang berjumlah 25 kotak.
Jumlah sel terdapat 37 sel hidup maka persentase 49,3 % serta 38 sel mati
yang persentasenya 50,67%.
Perhitungan jumlah sel akan lebih mudah jika menggunakan indicator dan
ruang hitung memudahkan kita untuk menghitung jumlah sel. Apakah lagi jika
sel ragi tersebut sudah diencerkan paling sedikit 3 x pengenceran.

VII. PERHITUNGAN
No. Kotak Jumlah Sel Sel Hidup Sel Mati

K1 4 3 1
K2 5 5 -
K3 3 1 2
K4 3 2 3
K5 5 2 1
K6 3 2 1
K7 2 2 -
K8 3 1 2
K9 3 2 1
K10 4 1 3
K11 3 1 2
K12 4 - 4
K13 3 2 1
K14 3 1 2
K15 3 1 2
K16 2 1 1
K17 2 1 1
K18 3 1 2
K19 4 3 1
K20 3 1 2
K21 1 - 1
K22 2 1 1
K23 2 1 1
K24 2 1 1
K25 2 1 1
JUMLAH 75 37 38
28

GAMBAR ALAT

Tabung Reaksi Pipet Tetes Spatula

Pipet Ukur Bola Karet Kaca Arloji

Labu Ukur Kaca Penutup Kaca Preparat

Neraca Analitik Mikroskop


PERCOBAAN
BLJ-1 (Biakan/Jamur/dan Actinomycetes) dan BLJ-2 (Biakan Jeast)

I. Tujuan Percobaan
 Mengenalkankepada mahasiswa pemakaian mikroskopuntuk melihat macam-
macam jamur.
 Mengenalkan kepada mahasiswa bentuk mikroorganisme dari jeast roti.

II. Dasar Teori


Jamur adalah suatu organisme yang mempunyai ciri-ciri spesifik sebagai
berikut:
 Mempunyai inti sel
 Memproduksi spora
 Tidak mempunyai klorofil sehingga dapat melakukan fotosintesis
 Dapat berkembang biak secara seksual maupun aseksual
 Beberapa diantaranya sel yang mengandung selulosa atau khitin atau
keduanya.
Perkembangan jamur secara seksual yaitu dengan cara membelah diri membentuk
spora konidia, sedangkan oembaiakan seksual yaitu dengan cara menyatukan sel-sel
gamet dengan miselium yang saling bertukar isi atau yang disebut konyugasi.

KLASIFIKASI JAMUR

1. Zygomycotina
Perkembang-biakan pada zygomycotina bersatunya hifa (+) dan hifa (-) dan
hifanya bersekat dan homositik, hidupnya saprofit pada substrat tertentu, berkembang
biak secara seksual.
Contoh :
Rhyzopus → pembuatan tempe, roti
Mucor mucedo → pembuatan selai, keju, roti

2. Oomycotina
Struktur tubuh uniseluler (bersel satu) dan ( multiseluler (bersel banyak).
Berkembang biak secara aseksual yang akan membentuk spora (zoospora). Spora ini
dalam sporagium seksual membentuk oospora.

3. Ascomycotina
Struktur tubuh ada yang bersel satu ada yang bersel banyak dan berkembang
biak dengan aseksual, hidupnya saprofit pada bahan makanan dan sampah. Hidup
parasit pada tanaman. Secara seksual, pada yang bersel satu akan membentuk askus
(askospora).

4. Basidiomycotina
Struktur tubuhnya umumnya membentuk payung, pada bagian bawah hidung
merupakan tempat terbentuknya basidium. Perkembang biakan secara aseksual pada
spora vegetatif (spora yang tidak kawin), yaitu menghasilkan konidia (konidiospora)
sedangkan pada seksual spora generatif (spora yang kawin) menghasilkan basidia
(basidiospora), yang umumnya hidup saprofit.
Contoh:
Volvariella volvaceaea → jamur metang

29
30

Auricularia polytricha → jamur kuping

5. Deuteromycotina
Hifahnya bersekat dan dinding selnya berbentuk bahan khitin. Reproduksinya
secara aseksual membentuk konidia (konidiospora) dan pada yang secara aseksual
belum diketahui.
Contoh:
Aspergillus wentii → kecap
Monilla sitophylla → oncom merah

Jamur yang menguntungkan bagi manusia :


 Saccharomyces cereviseae fregmentasi anggur, alkohol, roti
 Aspergillus wentii pembuatan kecap
 Aspergillur Orizae Pembuatan sake
 Saccharomyches Lardami Pembuatan cream
 Penicillium Notatum Penghasil antibiotik penisilin

Jamur yang merugikan bagi manusia :


 Penicillium crustacum Penyebab penyakit paru-paru
 Phitohtora Parasit pada tanaman kentang
 Unstilago maydis Parasit pada tanaman jagung
 Aspergillus fidulans Penyebab penyakit telingan manusia

JEAST ROTI
Jeast roti merupakan bahan yang berupa jamur yang berasal dari famili
Ascomicotina yang digunakan dalam pembuatan roti. Jamur yang digunakan yaitu :
Saccharomyces cereviseae.
Ciri-ciri ascomicotina :
1. Bersel satu dan ada ada yang bersel banyak
2. Hifa bersekat atau berinti banyak
3. Reproduksi aseksual yang membentuk konidia/konidiospora
4. Reproduksi seksual yaitu dengan membentuk askus (askospora)

Ascomicotina yang menguntungkan:


 Saccharomyces Sp. (ragi), dapat digunakan dalam pembuatan alkohol, tape,
sake, dan roti serta kue
 Penicillium notatum dan P.chrysogenum menghasilkan antibiotik
 Claviceps purpurea dapat menghasilkan alkoloid untuk membuat bahan obat-
obatan

Ascomicotina yang merugikan:


 Aspergillus nidulans ditemukan parasit dalam telingan manusia dan
menyebabkan penyakit otomucosisi
 Aspergillus plavus dapat menghasilkan zat racun aflatoksin
 Penicillium crustaceum menyebabkan penyakit paru-paru kronis pada manusia.
Hidupnya tersebar dialam bebas, baik yang bersifat saprofit pada bahan
makanan dan sampah serta hidup parasit pada tanaman.

III. Alat dan Bahan


Bahan yang digunakan :
31

1. Larutan methylen blue


2. Jagung, jeruk kunci, tempe, roti yang ditumbuhi jamur, dan bawang putih.
3. Jeast roti
4. Gula

Alat yang digunakan :


1. Mikroskop (1)
2. Preparat (1)
3. Kaca Objek (1)
4. Kaca tutup (1)
5. Pinset (1)
6. Tabung reaksi (2)
7. Spatula (1)
8. Rak tabung reaksi (1)

IV. Prosedur percobaan


BLJ-1
1. Menyiapkan sampel yang ditumbuhi jamur, misalnya tempe, kelapa yang telah
ditumbuhi jamur, jeruk nipis, roti atau apa saja yang telah ditumbuhi jamur.
2. Sampel ini harus dipersiapkan terlebih dahulu beberapa hari sebelum
praktikum (menyiapkan dirumah).
3. Menyelidiki jamur-jamur yang di temukan dalam sampel secara teliti.
Misalnya adanya: spora, mycellia, septa, rhizoit, dan lainya.
4. Menyelidiki jamur dalam bahan tersebut dan mengamati perbedaan dalam tiap
jenis bahan tersebut.
5. Menggambarkan morphologi jamur yang sudah diamati.
6. Mencatat semua hasil pengamatan saudara dan jelaskan perbedaan jamur dari
tiap-tiap sampel tersebut.

BLJ-2
1. Mengambil jeast roti, membiakkan dalam tabung-tabung reaksi dalam air yang
telah ditambah gula sedikit.
2. Setelah terjadi pembiakan, mengambil sedikit dan menaruh di gelas preparat
dan mengamati dengan mikroskop.
3. Menggambarkan morfologi jeast yang sudah diamati.
4. Mencatat semua yang dilihat dan membuat kesimpulan dan juga pengamatan.
32

DATA PENGAMATAN BLJ-1

NO SAMPLE JAMUR GAMBAR


1.
Tempe Zygomycotina

2.
Roti Ascomycotina

3.
Jeruk kunci Cocodimycosis
33

DATA PENGAMATAN BLJ-2

NO SAMPLE GAMBAR KETERANGAN


Ragi Roti
Sebelum ragi roti dibiakkan

Setelah ragi roti dibiakkan

V. ANALISA PERCOBAAN
BLJ-1
Percobaan kali ini mengenai perkembangbiakkan jamur dengan mikroskop. Sampel
yang digunakan ada 3, tempe, roti yang ditumbuhi jamur dan jeruk kunci. Mikroskop
dibersihkan dulu. Kaca preparat dan kaca penutup disterilkan dan lap dengan tisu.
Sampel yang pertama sampai akhir diambil dengan pinset lalu diletakkan diatas kaca
preparat dan ditutup dengan kaca penutup setelah ditambahkan dengan Methylen blue.
Berdasarkan data atau hasil pengamatan, dapat dikatakan bahwa jamur yang ada pada
tempe adalah zygomicota.karena mempunyai halus dan hifanya berwarna biru serta
berdekatan. Pada roti terdapat jamur ascomycota karena memiliki hifa yang berbentuk
miselium, sedangkan pada jeruk kunci terdapat jamur cocodimycosis.
BLJ-2
Pada ragi roti (fermipan) dapat dianalisa bahwa diperlukan seujung spatula ragi roti
kurang lebih 1/2 sdt gula pasir lalu ditambah air. Menunggu selama satu jam hingga
menimbulkan busa pada tabung reaksi. Menyiapkan mikroskop, kaca preparat dan
kaca penutup untuk dibersihkan terlebih dahulu dengan alkohol. Setelah 1 jam,
campuran ragi roti dan gula passir diteteskan diatas kaca preparat, kemudian
meneteskan larutan Methylen blue dan ditutup dengan kaca penutup. Setelah diamati
dapat diketahui bahwa jamur ragi roti yaitu jenis ascomicotina yaitu Saccharomyces
cereviseae. Bentuk seperti gelembung besar dan kecil. Saaccharomyces adalah jamur
bersel tunggal yang telah memahat milestone.
34

VI. KESIMPULAN
BLJ-1
 Jamur tempe adalah Zygomycotina
 Jamur pada roti adalah Ascomycotina
 Jamur pada jeruk kunci adalah Cocodimycosis.

BLJ-2
 Jamur yang terdapat pada ragi rpti adalah jenis Ascomicotina yang bernama
Saccharcmyces
 Jamur ini merupakan mikroba pertama yang dikembangkan untuk membuat
makann.
35

GAMBAR ALAT

Tabung Reaksi Pipet Tetes Spatula

Pipet Ukur Bola Karet Kaca Arloji

Labu Ukur Kaca Penutup Kaca Preparat

Neraca Analitik Mikroskop


PEMBUATAN MEDIA

TUJUAN PERCOBAAN
Setelah melakukan percobaan, mahasiwa diharapkan dapat mengetahui dan
membuat beberapa macam media yang dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk
pertumbuhannya.

TEORI DASAR
A. Macam – Macam Media :
Secara umum media dapat dikelompokkan dalam 3 golongab, yaitu media
alam, media semi buatan, dan media buatan. Media alam contohnya : media tape, nasi,
tanah, dll. Media semi alami, contohnya : media agar tauge, agar kentang dextrose, dll.
Sedangkan medium buatan adalah media yang seluruhnya dibuat dari bahan kimia,
contohnya : agar sabouraud, agar czapek Dok, dan lain-lain.
Menurut bentuknya, media dapat digolongkan dalam : media cair, media semi
padat dan media padat. Media semi padat adalah media yang mengandung bahan
sama dengan bahan cair, tetapi ditambah dengan agar-agar sehingga hampir padat.
Sedangkan medium padat yaitu : medium cair yang ditambah agar agar sehingga jadi
padat.
Menurut kegunaannya, medium dapat digolongkan atas :
Medium umum, yaitu medium yang umum dipakai untuk menumbuhkan
mikroorganisme,dimana berbagai mikroorganisme dapat tumbuh pada
medium ini. Contohnya : agar nutrisi untuk bakteri, agar kentang dextrosa
ntuk jamur.
Medium selektif, yaitu medium yang hanya dapat ditumbuhi mikroorganisme tertentu
saja. Contoh : agar Endo, agar SS, agar HS, dan lain-lain.
Medium differensial, yaitu medium yang dapat ditumbuhi semacam mikroorganisme
dengan memberikan ciri tertentu. Mikroorganisme tersebut mampu
menguraikan salah satu bahan pembuat medium dimana mikroorganisme lain
yang sama-sama tumbuh disitu tidak mampu. Contoh : agar darah, agar
ecsinmetilenblue, dan lain-lain.
Medium pengaya, yaitu : medium yang dipakai untuk menumbuhkan mikroorganisme
tertentu sebelum ditumbuhkan pada medium yang dipakai dalam penelitian
dengan maksud menyuburkan lebih dahulu mikroorganisme tersebut.

B. PENYIMPANAN MEDIA
Sebelum digunakan, medium yang sudah disterilkan, baik medium cair
maupun medium padat, dapat disimpan di dalam tabung-tabung gelas berupa
Erlenmeyer atau tabung reaksi ataupun dalam botol.
Penyimpanan dalam jumlah kecil biasanya dalam tabung reaksi sebanyak 10-
15 mL untuk agar yang nantinya diperlukan mengisi cawan petri. Sebanyak 5 – 7 mL
untuk membuat agar miring yang diperlukan untuk menanam biakan, agar miring
dibuat dengan memiringkan tabung reaksi berisi medium setelah disterilkan sebelum
medium menjadi padat.

C. PEMBUATAN MEDIA
 NUTRIENT AGAR (AGAR KALDU)
Bahan :
a. NaCl 0,5 gr
b. Pepton (bacto) 0,5 gr

36
37

c. Ekstrak daging 0,3 gr


d. Aquadest 100 ml
e. Agar-agar bacto 1,8 gr

Caranya :
1. Mencampurkan bahan diatas (a-d).
2. Memanaskan hingga mendidih selama 5-10 menit.
3. Mengambil dari atas api,tambahkan 3-5 ml NaOH 20% sambil
diaduk dengan menggoyangkan labu erlenmeyer ,hingga
bereaksi basa terhadap brom-thymol blue.
4. Membiarkan kotorannya mengendap
5. Menyaring melalui saringan kapas hingga bening.
6. Memeriksa reaksinya terhadap brom-thymol blue 0.04% dan
netralkan hingga akhirnya diperoleh PH 6,8-70
7. Menambahkan airnya hingga mencapai 1 liter
8. Mensterilkan selama 20 menit pada suhu 120 c.
38

DATA PENGAMATAN

NO HASIL PENGAMATAN KETERANGAN

1.
Alat alat yg akan digunakan seperti tabung reaksi dan
Cawan petri disterilkan terlebih dahulu.

2.
Bahan bahan yang akan digunakan ditimbang terlebih
dahulu.

3.
Masukkan semua bahan yang telah ditimbang ke
dalam gelas kimia dan tambahkan 100 mL aquadest

4.
Panaskan semua bahan di atas hot plate
39

5.
.
Panaskan semua bahan di atas hot plate sambil diaduk.setelah
larut tutup bagian atas gelas kimia dan setelah mendidih
diamkan selama 10 menit.

6.
Masukkan bahan ke dalam cawan petri dan tabung reaksi.
Balut cawan petri dan ujung mulut tabung reaksi
dengan kapas lalu diikat dengan alumunium foil atau kertas coklat.

7.
Memasukkan miedia ke dalam inkubator.

Sifat fisik Sebelum pendinginan Seudah pendinginan


Warna Kuning Kuning pucat
Bentuk Cair Padat
Bau Berbau Tidak Berbau
40

ANALISA PERCOBAAN
Percobaan pembuatan media yang dilakukan adalah nutrient agar -agar dan kaldu
percobaan dilakukan dengan mencampurkan semua bahan yang telah ditimbang.
Penimbangan dilakukan dengan tepat karena pepton,bacto dan ekstrak daging bersifat
hidroskopis. Hidroskopis adalah kemampuan menyerap molekul air dari
lingkungannya, setelah semua aquadest tercampur mendidih tunggu dingin dan
masukkan kedalam tabung reaksi dan cawan petri dan biarkan hingga mengeras.

KESIMPULAN
Setelah melakukan percobaan ,maka dapat disimpulkan media yang dibuat harus
disesuaikan dengan karakteristik dan jenis mikroba yang akan ditumbuhkan,. Faktor
lingkungan seperti suhu, PH, kecukupan nutrient, media dan kontaminasi perlu
dikondisikan sebaik mungkin agar mikroba yang di tambahkn steril. Sebelum
percobaan pembuatan media dilakukan ,alat alat harus steril terlebih dahulu. Media yg
dibuat juga tidak boleh terkontaminasi mikroba lain,karena nantinya media itu akan
digunakan untuk membiakkan mikroba.
41

GAMBAR ALAT

Gelas Kimia Tabung Reaksi Aluminum Foil

Benang Neraca Analitik Kapas Kesehatan

Erlenmeyer Hot Plate Kaca Arloji

Cawan Petri
PEMBUATAN TEMPE KEDELAI

I. PENDAHULUAN
Tempe adalah makanan khas Indonesia. Cara pembuatan tempe telah ditemukan
sebelum tahun 1990, tetapi pembuatannya masih sederhana. Kualitas tempe yang baik
yang dapat diperoleh dengan memilih kedelai yang bermutu baik, pengolahan yang
tepat dan penggunaan kedelai yang baik itu tidak dicampur bah an lainnya.
Pembuatan tempe didasarkan pada proses fermentasi, faktor inokulum dan kapang
dari jenis Rhizopus yang berperan penting dalam proses tersebut. Selama proses
fermentasi, jenis-jenis mikroba lain mungkin ikut campur, tetapi tidak menunjukkan
aktivitas nyata. Fermentasi kapang hanya berlangsung aktif hanya 1 hari, setelah itu
mulai terbentuk spora yang berwarna putih kehitaman, karena mulai dipengaruhi
aktivitas bakteri pembusuk.
Syarat mutu biji kedelai yang baik adalah :
a. Bebas dari sisa tanaman ( kulit polong, potongan batang atau ranting ), batu
krikil, tanah atau biji-biji lainnya.
b. Biji kecipir tidak terkena serangan hama dan penyakit.
c. Biji kecipir tidak rusak dan tidak kecil.
d. Kulit biji tidak keriput.

II. STARTER ( Rhizopus Oligosporus )


1. Menggunakan jamur tempe kedelai kedalam laru
Cara yang tepat untuk mendapatkan starter adalah dengan menggunakan jamur
tempe kedelai sebagai pengganti laru. Caranya sebagai berikut : tempe kedelai
dirajang kecil-kecil kemudian bisa disangrai atau dijemur diterik matahari. Setelah
kering tempe ditumbuk menjadi tepung dan siap digunakan penggunaan dicampurkan
dengan bahan baku yang telah siap ketahap peragian.

2. Laru bubuk buatan sendiri


Diperlukan bahan-bahan berikut : tempe segar, beras atau nasi, tepung terigu
dan air. Peralatan yang dibutuhkan adalah besek bamboo, sendok, wajan, ali,ayakan,
baskom dan kompor. Proses pembuatannya adalah sebagai berikut : pertama jamur
tempe kedelai ditumbuk menjadi tepung dan diayak halus. Menyiapkan nasi yang
baru tetapi dingin dan dicampurkan dengan tepung tempe kedelai sambil diaduk
sampai rata. Perbandingan nasi dan tepung tempe adalah 1:1.
Campuran ini diperam yaitu membungkus campuran dengan daun pisang lalu
dimasukkan dengan waktu selama semalam besek yang tertutup.Jika sudah ditumbuhi
jamur berarti sudah siap dikeringkan dengan dijemur diterik matahari. Setelah kering
ditumbuk sampai halus kemudian diayak kemudian dicampur dengan tepung nasi
yang telah dibubuhi jamur dengan perbandingan 18:1. Pencampuran harus dilakukan
secara merata.

III. BAHAN DAN ALAT YANG DIGUNAKAN


 Bahan baku
 Biji kedelai putih 1 kg
 Biji tempe (laru) 1 gr
 Air bersih secukupnya
 Peralatan yang digunakan
 Kompor 1 buah
 Kaca arloji + spatula 1 buah

42
43

 Pengaduk gelas 1 buah


 Botol aquadest 1 buah
 Panci 1 buah
 Ember plastik 1 buah
 Plastik / daun pembungkus 1 ikat

IV. CARA PEMBUATAN


a. Memilih kedelai berkualitas baik, lalu bersihkan dan dicuci dengan air bersih.
b. Setelah bersih kedelai direbus selama 30 menit, lalu direndam dalam air rebus
selama 22 jam, selama satu malam bila pH = 5 (dengan cara menambakan
asam laktat 10 ml / liter air perebus).
c. Setelah direndam, kulit ari kedelai dibuang, lalu dicuci dan direbus / kukus
lagi dengan air baru dan bersih selama 40-90 menit. Kemudian rebusan
kedelai ditiriskan pada tampah / alas yang beralaskan daun pisang, lalu
didinginkan sambil diaduk dan diratakan.
d. Setelah rebusan kedelai dingin dan diratakan, taburkan laru tempe secara
merata dengan pengaduk.
e. Kedelai yang sudah dicampur laru dibungkus dengan plastik yang telah
ditusuk-tusuk dengan jarum, lalu disimpan (diperam) pada tempat / rak yang
aman.
f. Dalam waktu 20-30 jam (2-3 hari), tempe kedelai sudah jadi.
44

DATA PENGAMATAN

NO GAMBAR KETERANGAN
1.
Kedelai yang telah direbus didiamkan terlebih
dahulu selama 22 jam

2.
Setelah didiamkan selama 22 jam, kupas kulit
arinya dan kacang kedelai. Caranya dengan
menyaringnya / mensangrai kacang kedelai lalu di
remas kacang kedelainya dan digoyang-
goyangkan agar kulit arinya lepas.

3.
Setelah kedelai yang telah dikupas kulit arinya,
kemudian direbus lagi selama 40 menit.

4. Setelah kedelai telah direbus selama 40 menit


saring dan bersihkan lagi kedelainya. Kemudian
dicampurkan dengan laru dan ragi secukupnya.
45

5.
Sebelum kacang kedelainya dimasukkan ke
dalam plastik. Plastik yang digunakan untuk
membuat tempe ditusuk-tusuk / dibolongi
terlebih dahulu.

6.
Setelah itu, masukkan kacang kedelainya
kedalam plastik sesuai wadah plastik yang
disediakan. Jangan isi sampai penuh, beri
ruang untuk menumbuhkan bakteri baik dari
laru dan ragi.

7.
Setelah itu tutup plastik dengan cara melipat
bagian atas plastik lalu diberi api panas dari
lilin.

8.
Untuk tempe yang menggunakan daun pisang.
Taruh kacang kedelai diatas daun pisang
secukupnya lalu diratakan
46

9.
Kemudian dilipat daun pisangnya dengan
rapat.

10.
Setelah dilipat, agar daun pisang tertutup rata
tidak terbuka tusuk ujung-ujung daun pisang
dan menguncinya dengan lidi / tusuk gigi.

11
Setelah semua kacang kedelai telah selesai
dan siap untuk didiamkan selama 2 hari dan
menjadi tempe disusun dan dijajarkan tempe
dengan rapih.

12
Cara menyusunnya yaitu dengan cara
ditumpuk seperti pada gambar, agar tempe
mendapatkan suhu panas dan fungsi daun
pisang dan plastik ditusuk untuk memberikan
ruang untuk mikroba / bakteri baik
berkembang biak.
47

ANALISIS PERCOBAAN
Dari percobaan yang telah dilakukan, dapat dianalisis bahwa fermentasi
merupakan tahap penting dalam proses pembuatan tempe menggunakan mikroba jenis
Rhizopus Olisgosporus. Hasil fermentasi tersebut adalah perubahan tekstur kedelai
menjadi lebih lunak dan warnanya menjadi putih. Kedelai tersebut memadat (berisi)
karena dipengaruhi oleh Rhizopus Oligosporus sehingga terbentuk tekstur, tempe
memiliki aroma khas tempe.

KESIMPULAN
Jamur yang berperan dalam proses pembuatan tempe adalah Rhizopus
Oligosporus. Keuntungan dari pembuatan tempe tersebut adalah 4.000,00. Warna
putih pada tempe dihasilkan dari aktivitas mikroorganisme yaitu Rhizopus Oryzae
kapang mengubah protein kompleks pada kedelai menjadi protein sederhana dan
meningkatkan nilai gizi yang terdiri dari peningkatan protein vitamin B kompleks
menjadi zat besi sehingga tempe menjadi salah satu protein terbaik.
48

GAMBAR ALAT

Baskom Tusuk Gigi/Lidi Daun Pisang

Spatula Panci Kompor

Plastik
PEMBUATAN YOGHURT KEDELAI

Yoghurt adalah merupakan produk olahan susu secara fermentasi pada kondisi
proses tertentu dengan bantuan bakteri penghasil asam laktat. Pada mulanya yogurt
terbuat ciri susu sapi, dengan bentuk es krim atau bubur. Yoghurt tidak hanya dapat
dibuat dari sapi, tetapi dapat juga dari bahan kacang-kacangan seperti kacang kedele,
kacang hijau.
Pada prinsipnya pembuatan yogurt kedelai ini dengan cara inkubasi susu
kedelai dengan starter Lactobacillus casei dan diinkubasi pada suhu 38 dalam alat
inkubator selama 4 jam. Bakteri L. casei ini dapat menghasilkan asam laktat selama
proses fermentasi terhadap susu kedelai.
Substrat utama yang dipecah dalam proses fermentasi adalah karbohidrat. Asam
yang terbentuk pada produk susu hasil fermentasi adalah hasil perombakan iaktosa
oleh bakteri. Proses perombakan laktosa selama proses fermentasi oleh bakteri
pembentuk asam laktat digambarkan sebagai berikut:
m.o
C12H11O12 + H2O 4C3H6O3
(Laktosa) (Air) (Asam Laktat)

Asam laktat yang dihasilkan ini menyebabkan penurunan pH susu atau meningkatkan
kadar asam susu.

A. Bahan dan peralatan


Bahan :
 susu kedele  lactobacillus casei
 (kacang kedele,yang dibuat jadi  Susu skim air
susu kedele)  essens (misalnya strawberry)
 gula pasir
Peralatan :
 autoklaf  viscometer
 inkubator  neraca analitik
 termometer  kaca arloji
 hot plate  batang pengaduk
 pipet ukur 5 ml, 25 ml  erlenmeyer
 spatula  gelas kimia 50 ml, 250 ml
 pipet tetes  Oven
 pH-meter digital  bola karet
CATATAN : ALAT DAN BAHAN HARUS STERIL KECUALI STARTER / BIBIT

B. Pembuatan Starter
Starter atau bibit adalah sejumlah awal bakteri yogurt yang ditambahkan
kedalam susu agar berkembang biak. Pembuatan starter dapat diambil dari yogurt
yang ada di pasaran dengan syarat, yogurt tersebut masih mengandung bakteri hidup.
Umumnya, pembuatan produk susu hasil fermentasi yang digunakan adalah biakan
bakteri penghasil asam laktat.

C. Langkah kerja :
1. Memasak air 250 ml hingga mendidih, kemudian masukkan susu skim 3 sendok
makan
2. Memasukkan susu ke dalam crlemeyer, kemudian disterilisasikan dalam autocla

49
50

autoklaf
3. Mendinginkan susu hingga 35°C.
4. Menambahkan 2 sendok makan minuman yakult sebagai bakteri pengasam
5. (sumber Lactobacillus).
6. Memasukkan starter tersebut ke dalam inkubator selama 7 jam dengan suhu
38° C
7. Simpan starter ke dalam lemari es

D. Pembuatan Yogurt
1. Merebus susu kedelai yang telah ditambuh susu skim pada suhu 100 C selama
30 menit, sambil selalu diaduk supaya tidak gosong.
2. Melakukan sterilisasi pada autoklaf.
3. Mendinginkan susu kedelai sampai 45°C, lalu tambahkan gelatin 1 gram dan
4. essens 1 ml (jika diinginkan).
5. Menambahkan starter kedalam susu kedelai tersebut pada suhu 35°C
51

DATA PENGAMATAN

NO GAMBAR KETERANGAN
1.
Mengukur air yang akan dituangkan
dalam proses pencampuran bahan secu-
kupnya.

2.
Kemudian masukkan yakult, dan
tambahkan susu krim

3.
Setelah itu, aduk bahan-bahan
secara rata dengan menggunakan air.

4.
Setelah semua bahan tercampur
dengan rata. Siapkan erlenmeyer dan
masukkan bahan yang telah jadi dengan
menggunakan corong.
52

5.
Bahan untuk membuat yoghurt telah
siap untuk dipanggang/dipanaskan deng-
an menggunakan oven.

6.
Sebelum dipanaskan ke dalam oven,
Erlenmeyer ditutup dengan plastik bersih
diatasnya lalu diikat agar air yang timbul
dari proses pemanasan tidak masuk ke
dalam.

7.
Dan yoghurt yang sudah dipanaskan
di dalam oven dikeluarkan dan didiamkan
selama 7 jam sebelum siap untuk di-
minum.
53

ANALISIS DATA
Yoghurt dibuat dengan menambahkan bakteri yang menguntungkan kedalam
susu yang dipasteurisasi. Pada suhu dan kondisi lingkungan, yang dikontrol. Yoghurt
(tua dibuat dengan menginkubasi bakteri Starter (lactobacillus bulgaricus dan
Streptococcus thermophilius yang diinkubasi pada suhu 38° untuk pembuatan yoghurt
hal pertama yang dilakukan yakni membuat starter dengan memasak air 250 ml
hingga mendidih, kemudian menambahkan 3 sendok makan susu skim, lalu
menambahkan 2 sendok makan yakult sebagai bakteri Pengasam. Selanjutnya
disimpan dalam incubator selama 7 jam lalu disimpan dalam lemari es. Proses
selanjutnya adalah pembuatan yoghurt.dengan merebus Susu Kedelai yang telah
ditambah susu Skim Pada sunu 100° Selama 30 menit sambil duduk agar tidak gosong.
Lalu ditambahkan Starter pada saat suhu berada di 35°C. Kemudian diinkubasi pada
suhu 38°C selama 4 jam. Selelah itu disimpan kedalam lemari es supaya yoghurt awet.
Berdasarkan data pengamatan di dapał beberapa data sepechi rasa yogurt yg
asam diarenakan penualaran pH. Testur yoghurt agak kental berbeda dari tekstur
sebelumnya yg encer. Kemudian untuk rasa susu yang awalnya punh pun berubah
menjadi agak kekuningan

KESIMPULAN
Proses fermentasi yoghurt terjadi berkat kehadiran bakteri pembusuk yang
membentuk rasa yoghurt ini sedikit asam. Bakteri yang berperan yaitu Stretococcus
thermophilus yang berperan dalam pembentukan cita rasa dan Lactobacillus
bulgaricus yang berperan dalam menyebabkan adanya rasa asam pembentukan aroma,
serta L.Casei yang menyebabkan adanya rasa asam.
54

GAMBAR ALAT

Gelas Kimia Pipet Tetes Spatula

Pipet Ukur Bola Karet Neraca Analitik

Erlenmeyer Batang Pengaduk Kaca Arloji

Oven
PEMBUATAN ROTI

1. TUJUAN PERCOBAAN
Setelah melakukan percobaan ini mahasiswa diharapkan mampu:
 Mahasiswa dapat mengetahui Teknologi pembuatan roti dengan
perbedaan kandungan protein di dalam tepung terigu.
 Mahasiswa dapat mempelajari proses fermentasi pada pembuatan roti.
 Mahasiswa dapat membandingkan kualitas produk dengan produk
komersil.

2. ALAT DAN BAHAN YANG DIGNAKAN


2.1 ALAT
 Timbangan
 Gelas ukur
 Baki alumunium
 Mixer
 Roller
 Oven, dan
 Kompor
2.2 BAHAN
 300 gram tepung terigu protein tinggi/cakra
 200 gram tepung terigu serbaguna/segitiga
 75 gram gula pasir
 10 gram ragi instant
 2 sdm susu bubuk
 1 sdt bread improver
 ½ sdt gram
 3 butir telur
 150 ml air
 100 gram margarine
 Olesan (Keju Cheddar, Coklat parut secukupnya)

3. GAMBAR PERCOBAAN (TERLAMPIR)

4. DASAR TEORI
Roti adalah produk makanan yang terbuat dari fermentasi tepung terigu
dengan ragi atau bahan pengembang lainnya kemudian di panggang. Bahan
pembuatan roti terdiri dari bahan baku dan bahan penunjang.
Bahan baku meliputi terigu. Terigu yang digunakan sebagai bahan
dasar pembuatan roti adalah tepung terigu yang memiliki kadar protein tinggi,
karena memerlukan air lebih banyak agar gluten yang terbentuk dapat
menyinpan gas sebanyak – banyaknya sehingga didapatkan volume yang besar.
Akan tetapi roti akan menjadi alot sehingga perlu diimbangi dengan
penambahan pemakainan bahan – bahan lain yang berfungsi untuk
mengempukkan roti seperti gula, margarine dan kuning telur. Ada cara yang
sering digunakan agar roti yang dihasilkan tidak alot yaitu mencampur tepung
terigu protein tinggi dengan tepung terigu protein sedang. Tujuannya agar
kadar protein terigu turun sehingga roti yang dihasilkan dengan tekstur yang
lebih lembut. Pengadukan adonan roti tidak hanya sekedar mengaduk saja

55
56

tetapi kadar protein yang terkandung di dalam tepung terigu harus


diperhatikan dan pemberian energi saat pengadukan juga disesuaikan.
Bahan peenunjang dalam pembuatan roti adalah air, garam, ragi (yeast),
gula, susu, lemak dan mineral. Air berfungsi mengikat protein terigu sehingga
membentuk gluten dan sebagai pelarut bahan penunjang lainnya (garam, gula,
susu, dan sebagainya).
Pencampuran adonan disertai dengan suatu kenaikan suhu massa
adonan terukur. Sumber panas terutama berasal dari tenaga ang dilepaskan
oleh hidrasi tepung dn panas yang dihasilkan oleh adanya geseran selama
pencampuran mekanis dari adonan.

Proses Pemanggangan Roti


Pemanggangan roti merupakan langkah terakhir dan sangat penting
dalam memproduksi produk roti. Pemanggangan merupakan aspek yang
sangat kritis dan dari seluruh urutan dalam pembuatan roti berkualitas tinggi.
Reaksi pemanggangan :
1. Pada saat adonan memasuki suatu oven yang panas, adonan bertemu
dengan udara panas dari ruang pemanggangan dan lapisan film tampak
terbentuk pada permukaan adonan. Selanjutnya terjadi pengembangan
rotii, selama itu terjadi pengembangan volume adonan yang dapat
mencapai 30 persen.
2. Pengembangan roti terjadi sebagai hasil dari suatu reaksi yang berurutan.
Disini terdapat pengaruh fisik yang murni dari panas terhadap gas yang
terjebak sehingga menaikkan tekanan, karena kebanyakan gas yang
dilepaskan terjebak dalam film gluten yang elastic, sel gas mengembang
dengan sendirinya, sehingga terdapat sejumlah besar sel gas yang kecil –
kecil dimana setiap gas mengembang dan mengakibatkan volume adonan
bertambah
3. Pengaruh pemanasan yang lain ialah kelarutan gas. Karbondioksida
ddibebaskan oleh kenaikan suhu sampai kurang lebih 1200F. gas yang
bebas ini juga membantu kelompok gas dalam usaha menaikkan tekanan
dan pengembangan adonan yang panas.
4. Oleh kenaikan suhu sampai 1300F, granula pasti mulai menggembun.
Penggembungan pasti disertai dengan penyerapan air dari bahan adonan
yang lain. Peristiwa ini paling sedikit memiliki dua pengaruh yang akan
diuraikan kemudian.
5. Sejalan dengan naiknya suhu adonan sampai 1400F terjadi kenaikan
aktivitas metabolisme di dalam sel khamir, meningkat sampai titik
kematian termal khamir.
6. Aktivitas amylase juga bertambah oleh kenaikan suhu, membantu reaksi
produk. Akhirnya system enzim juga menjadi rusak.
7. Mendekati 1700F, alcohol yang dihasilkan selama fermentasi juga
dibebaskan, dan juga membantu pengembangan tambahan dan sel gas.
Pertama, granula pati bertambah ukurannya dan menjadi lebih terikat di
dalam gluten. Kedua, air yang diperlukan oleh pati diambil dari struktur
gluten (menjadi kuat dan lebih kental). Di samping itu, pati diduga
berperan mengatur struktur adonan yang dipanggang.
8. Di samping gelatinisasi pati, jaringan gluten mulai mengalami denaturasi.
Sedang pemanasan permulaan menyebabkan pencairan gluten, selanjutnya
pemanasan yang diteruskan menyebabkan pelepasan air dan gluten.
57

9. Karena pembakaran berlangsung terus, kenaikan tekanan hasil


pengembangan gas dalam adonan yang dipanggang berubah dengan pelan
– pelan, system pati menjadi mantap dan terkondisi.
10. Pengembangan yang terjadi pada permulaan siklus pemanggangan
dimantapkan dan pelan-pelan kulit berkembang berwarna coklat keemas –
emasan, yang disertai dengan aroma dan tekstur yang menyenangkan.
11. Memperhatikan kecepatan pemanggangan roti secara tepat adalah penting,
dan ini dapat diikendalikan dengan berbagai cara. Kecepatan kenaikan
suhu secara umum dalam berbagai jenis produk.

5. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Mencampur tepung terigu dengan gula pasir, ragi instant, susu bubuk dan
garam, diaduk rata.
2. Menambahkan telur dan air, diaduk dan diuleni. Memasukkan margarine
dan diuleni hingga kalis dan lembut, dan dibulatkan. Diistirahatkan
selama 1 jam.
3. Memotong dengan berat timbang 4 gram, dibulatkan kembali, dan
diistirahatkan selama 15 menit.
4. Menyiapkan loyang roti sobek bentuk lof berukuran 19x9x10 cm, diolesi
margarine.
5. Mengambil satu adonan, diisi dengan keju, ditaruh dalam loyang.
Diletakkan berurutan sebanyak 5 buah dalam 1 loyang atau bentuk bulat
satu adonan yang diletakkan dalam loyang muffin yang telah dialasi
kertus cup. Diistirahatkan kembali 30 menit.
6. Memanaskan oven dengan temperatur 175oC. Sebelum masuk ke oven,
mengolesi roti dengan telur dan dipanggang selama 15 menit.
7. Mengeluarkan roti dari oven diolesi dengan margarine.
58

DATA PENGAMATAN

NO GAMBAR KETERANGAN
1. Siapkan bahan-bahan yang akan
digunakan untuk membuat roti.

2. Kemudian, campurkan semua adonan


seperti tepung terigu, gula, garam, ragi
dan air.Lalu diauk sampai tercampur rata.

3. Setelah semua bahan tercampur, ulen


adonan menggunakan tangan sampai
adonan menjadi kalis.

4. Setelah adonan kalis, artinya adonan


sudah bisa dibuat roti, untuk
mempermudah timbang adonan seberat 4
gram.
59

5 Diamkan adonan selama beberapa menit


5. sampai mengebang.

6. Sementara itu, siapkan topping yang


diinginkan.

7. Oleskan mentega dan tepung ke


nampan/loyang yang akan digunakan
untuk memangang roti agar tidak lengket.

8. Bentuk adona roti yang telah


mengembang dengan variasi yang
diinginkan.
Lalu tambahkan topping yang diinginkan.
60

9. Panggang roti dalam oven sampai matang


dan rotipun mengembang dengan cita
rasa yang manis, gurih, lembut serta lezat.

ANALISIS DATA
Praktikum kali ini bertujuan untuk mengalami proses fermentasi pada pembuatan
roti. Dimana roti adalah makanan yang terbuat dari tepung terigu, air dan ragi yang
pembuatannya melalui tahap pengulenan, fermentasi (pengembangan) dan
pemanggangan roti. Tepung terigu mengandung 2 macam protein yang memegang
peranan penting dalam pembuatan roti yaitu protein gluten, berfungsi menentukan
struktur produk roti, dan memberikan kekuatan pada adonan untuk menahan gas dari
aktivitas ragi, dan protein glutenin memberikan elastisitas dan kekuatan untuk
pereganggan terhadap gluten.
Fungsi ragi (yeast) dalam pembuatan roti adalah proses aerasi adonan dengan
mengubah gula menjadi gas karbon dioksida , sehingga mematangkan dan
mengempukkan gluten dalam adonan. Pada prinsipnya roti dibuat dengan cara
mencampurkan tepung dan bahan penyusun lainnya menjadii adonan kemudian
difermentasi dan dipanggang.
Tahap fermentasi dilakukan untuk menghasilkan potongan roti dengan bagian
yang porus dan tekstur roti yang lebih lembut. Metode ini didasarkan pada
terbentuknya gas akibat proses fermentasi yang menghasilkan konsistensi adonan
yang frothy (porus seperti busa). Proses fermentasu roti ini termasuk dalam proses
anaerobik. Hal ini disebabkan oleh pembentukan gas pada saat proses fermentasi akan
menghasilkan dan membentuk struktur seperti busa, sehingga aliran panas ke dalam
adonan dapat berlangsung cepat pada saat baking. Panas yang masuk ke dalam
adonan akan menyebabkan gas dan uap air akan terdesak keluar dari adonan,
sementara terjadi proses gelatinisasi pati sehingga terbentuk struktur frothy.
Khamir jenis Sacchararomyces Cereviceae merupakan jenis khamir yang paling
umum digunakan pada pembuatan roti. Khamir ini sangat mudah ditumbuhkan,
membutuhkan nutrisi yyang sederhana, laju pertumbuhan yang sangat cepat stabil,
dan aman digunakan. Dengan karakteristik tersebut, S. Cereviceae lebih banyak
digunakan dalam pembuatan roti dibandingkan penggunaan jenis khamir yang lain.
Dalam perdagangan, khamir ini sering disebut baker’s yeast atau ragi roti.
Pengembangan adonan, penggunaan mikroorganisme dalam pengembangan
adonan masih menjadi fenomena yang asing bagi masyarakat yang tidak familiar
dengan pabrik roti. Udara (O2) yang masuk ke dalam adonan pada saat pencampuran
dan pengulenan (kneading) akan dimanfaatkan untuk tumbuh oleh khamir. Artinya
akan terjadi kondisi yang anaerob dan terjadi proses fermentasi. Gas CO2 yang
dihasilkan selama proses fermentasi akan terperangkap di lapisan yang elastis dan
estensible yang selanjutnya menyababkan pengembangan adonan.
61

KESIMPULAN
Roti adalah produk makanan yang terbuat dari fermentasi tepung terigu
dengan ragi atau bahan pengembang lainnya ; Fermentasi merupakan keguatan
mikroba pada bahan pangan sehingga dihasilkan produk yang dikehendaki dan
mikroba yang umumnya terlibat dalam fermentasi adalah bakteri, khamir serta
kapang ; Khamir jenis Saccharomyces Cereviceae merupakan jenis khamir yang
paling umum digunakan pada pembuatan roti.
62

GAMBAR ALAT

Baskom Loyang Plastik

Spatula Roll Adonan Oven


PEMBUATAN NATA DE COCO

1. TUJUAN PERCOBAAN
Mahasiswa dapat memahami cara membuat nata de coco dengan bahan utama
air kelapa.

2. DASAR TEORI
a. Air Kelapa
Air kelapa merupakan media yang sangat sesuai untuk pertumbuhan
berbagai jenis mikroorganisme. Nata de Coco merupakan salah satu produk
hasil olahan kelapayang menggunakan proses fregmentasi. Pada pengolahan
air kelapa yang menjadi nata decocco mikroorganisme yang berperan adalah
Acetobacter xyinum. Selain itu faktor lainyang juga berperan adala pH dan
suhu fregmentasi.
Diantara faktor-faktor tersebut yang paling berperan adalah
mikroorganisme,karena bagaimanapun banyak nutrisi yang ditambahkan
ataupun kondisi medianya sudah baik tetapi bila mikroorganismenya kurang
maka proses fregmentasi untuk pembentukan nata de coco tidak berjalan
dengna baik pula, hal ini menunjukan bahwa aktivitas bakteri sangat
menentukan hasil yang akan diperoleh.
Air kelapa dapat dimanfaatkan dengan bantuan mikroorganisme
(bakteri), seperti alkohol, asam Cuka dan nata de coco karena air kelapa ini
rasanya manis dan mengandung mineral 4%, gula 2% dan air. Air kelapa
merupakan media yang sangat sesuai untuk pertumbuhan berbagai jenis
mikroorganisme. Oleh karena itu proses fregmentasi merupakan tahap yang
tidak dapat dikesampingkan.
Air kelapa yang mengalami fregmentasi akan mengandung berbagai
jenis bakteri seperti saccaromyces dan Acetobacter, karena air kelapa yang
telah mengalami fregmentasi banyak mengandung asam maka bakteri yang
tumbuh lebih cepat dan lebih banyak adalah Acetobacter xylinum. Komposisi
air kelapa banyak mengandung mineral dan vitamin sehingga dapat dijadikan
media yang baik dalam pertumbuhan mikroba dibantu dengan gula yang
terdapat dalam air kelapa maka akan terjadi fregmentasi dengan mudah
menjadi alkohol dan asam asetat.

b. Nata de Coco
Nata de coco sebenarnya terjadi karena fregmentasi glukosa yang
merupakan salah satu jenis karbohidrat, karbohidrat tersebut berada dalam
larutan gula yang terkandung dalam air kepala oleh Actobacter cylinum.
Kemudian glukosa tersebut digabung dengan asam lebak membentuk cairan
nata pada membran sel.
Selanjutnya cairan ini dikeluarkan bersama enzim yang akan
mempolimerisasikan glukosa menjad selukosa di luar sel. Secara fisik nata
bertekstur lembut dan berwarna putih. Air kelapa yang di gunakan untuk
pengolahan nata de coco rata-rata mengandung gula sekitar 14,5% dan pH
4,29%. Berdasarkan komposisi kimianya maka nata de coco termasuk dalam
makanan penyegar atau pencuci mulut, dan dikomposisiskan dengan buah-
buahan lainya.

63
64

Nata de Coco yang dikenal di masyarakat saat iini adalah dibuat dari
air kelapa yang kadar gulanya telah ditingkatkan dengan penambahan gula
pasir 70 gr/lt air kelapa, starter 156 ml (16,5%) dan asam asetat 20-22 ml.

c. Bakteri
Pembentukan nata de coco adalah oleh bakteri asam asetat yang
disebut Acetobacter xylinum. Bakteri ini tergolong family Psomonadeceae dan
termasuk genus acetobacter, panjang dua ujung biasanya terdapat sebagai sel
tunggal. Bakteri ini membentuk asam dari glukosa, etil alkohol, propil alkohol,
dan glikol. Mengoksidasi asam asetat menjadi karbondioksida dan air.
Dalam fregmentasinya bakteri ini dapat mengubah glukosa menjadi
selulosa secara ekstraseluler sehingga terbentuk lapisan tebal, gelembun-
gelembung udara yang terbentuk adalah akibat dari metabolisme berupa gas
CO2 mempunyai kecendrungan melekat pada jaringan selulosa, sehingga
struktur permukaaan menjadi naik dan hal ini ternyata membantu persediaaan
oksigen untuk mikroba. Nata de coco merupakan salah satu produk hasil
olahan air kelapa dengan menggunakan proses fregmentasi . Air kelapa yang
digunakan alasanya adalah air kelapa yang sudah tua karena air kelapa
dikategorikan sebagai limbah yang dibuang sedangkan air kelapa yang masih
muda dapat digunakan secara langsung tanpa diolah misalnya sebagai
minuman segar.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan Nata de Coco adalah :


1. Varietas kelapa
Air kelapa yang baik digunakan adalah air kepala dari varietas kelapa ganjah
karena penggunaan air kelapa ini akan menghasilkan nata de coco yang lebih
tebal bila dibandingkan dengan menggunakan air kelapa dari varietas kelapa
hibrida.
2. Temperatur 28-310C
Temperatur merupakan faktor yang akan mengontrol kondisi lingkungan dari
proses fregmentasi dan temperatur yang digunakan pada fregmentasi ini
adalah 28-310C.
3. pH media
pH atau derajat keasaman yang digunakan juga merupakan parametes tetap,
untuk mengendalikan tingkat keasaman dari proses, dan menjaga bakteri tetap
dapat tumbuh dengan baik, seperti Acetobacter xylinum adalah pH 4.
Sehingga diperlukan penambahan bahan untuk mendapatkan pH yang
diinginkan, yang biasanya asalah asam asetat glasial.
4. Gula sebagai sumber karbon
Proses fregmentasi dapat terjadi apabila mengandung cairan karbohidrat
seperti jenis surkosa, laktosa dan jenis lainya yang didapatkan banyak dalam
gula, merupakan sumber karbon yang digunakan sebagai nutrisi bagi
pertumbuhan bakteri pada saat proses metabolisme dan juga sebagai sumber
energi pada saat perombakan glukosa dan fruktosa menjadi selulosa.
5. Sumber Nitrogen
Sumber nitrogen yang digunakan dapat berupa ammonium pospat.
Ammonium sulfat dan sumber nitrogen lainya. Nitrogen ini juga merupakan
sumber nutrisi untuk pertumbuhan dari bakteri, konsentrasi yang biasanya
digunakan adalah 0,3%-0,7%.
65

3. PEMBUATAN BIAKAN MURNI (STARTER) NATA DE COCO


Biakan murni pembuatan Nata de Coco dibuat dengan cara :
a. Cara 1 :
Bahan dan alat yang digunakan
 Yeast ekstrak agar : 0,25 gram
 K2HPO4/KH2PO4 : 0,50/0,39 gram
 MgSO4 : 0,06 gram
 Gula pasir : 10 gram
 Agar-agar : 2 gram
 Air kelapa : 100 ml
 Air bersih : Secukupnya
 Asam asetat : Secukupnya
 Biakan murni acetobacter
 Autoclaf (dandang), botol

Langkah kerja :
 Mencampurkan semua bahan (kecuali asam asetat dan biakan murni),
lalu encerkan dengan air yang bersih.
 Memanaskan campuran tersebut agar bahan cepat terlarut.
 Setelah semua bahan-bahan larut, campurkan (adonan) didinginkan
kembali, lalu tambahkan asam cuka hingga pH nya mencapai 4,5.
 Kemudian adonan disterilkan dalam autoclave pada suhu 121o C selama
15 menit. Jika autoclave tidak tersedia, sterilisasi dilakukan dengan
menggunakan dandang.
 Dalam keadaan panas, masukkan adonan tersebut ke dalam botol atau
tabung reaksi sebelumnya telah disterilkan. Kemudian didiamkan dalam
posisi miring sampai beku. Adonan beku tersebut dinamakan media
argar miring.
 Selanjutnya media agar miring tersebut diinokulasi dengan biakan murni
acetobacter xylinum dan simpan bahan tersebut dalam ruangan yang
aman selama 5 hari. Bakteri akan tumbuh diatas permukaan media agar.
Supaya biakan murni dapat bertahan, maka setiap sebulan sekali
dipindahkan ke dalam media yeast ekstrak agar baru.

b. Cara 2 :
Pembuatan biakan murni cara 2 ini dilakukan apabila acetobacter
xylinum sukar diperoleh. Untuk memperoleh bakteri tersebut digunakan
ampas nanas. Bahan yang diperlukan adalah : nanas air, dan gula secukupnya,
sehingga diperoleh perbandingan ampas nanas, gula dan air sebesar 6 : 3 : 1.
Sedangkan alat yang dibutuhkan adalah : pisau, parut (penghancur nanas),
wadah botol jar dan kertas.

Cara pembuatannya adalah sebagai berikut :


 Menyiapkan buah nanas yang matang, kupas, dan cuci bersih.
 Membelah nanas tersebut dan potong kecil-kecil, lalu hancurkan dengan
alat penghancur atau dibelah dan diparut.
 Memeras hancuran nanas sampai sarinya habis
 Selanjutnya campur ampas nanas dengan air dan gula pasir dengan
perbandingan 6 : 3 : 1.
66

Mengaduk semua bahan hingga tercampur merata lalu masukkan ke dalam


botol jar. Kemudian botol ditutup kertas dan peram selama 2 - 3 minggu,
sampai terbentuk lapisan putih diatasnya. Lapisan itulah bakteri
pembentukkan nata.

4. PEROSES PEMBUATAN NATA DE COCO


a. Peralatan
 Gelas kimia 2 liter  Ember
 Saringan  Kain kasa
 Karet Gelang  Kaca arloji
 Spatula  Neraca analitik
 Autocalve  Kompor
 Panci  Loyang plastik agar datar
b. Bahan yang digunakan
 Air Kelapa : 2 liter
 Starter : 0,5 liter
 Asam asetat glacial : 20 ml
 Gula pasir : 10 gram
 Air bersih : secukupnya
 Pupuk ZA : 10 gram

c. Langkah kerja pembuatan Nata de Coco


 Menyiapakan air kelapa yang telah disaring dan bebas air dari kotoran
lainnya.
 Memanaskan air kelapa tersebut agar mikroba yang dapat mencemari
mati.
 Sementara memanaskan, ditambahkan gula sebanyak 7,5 % dari jumlah
air yang digunakan.
 Setelah larutan dingin, menempatkan dalam gelas kimia yang telah
disterilkan lalu menambahkan asam asetat sehingga keasaman larutan
mencapai pH antara 4,5 - 5.
 Larutan yang diinokulasikan (dicampurkan) dengan cairan starter yang
telah dibiakan lalu difermentasikan selama 14 hari dalam ruangan yang
tertutup rapat dan bersih.
 Setelah terbentuk nata maka hasil direndam dalam air bersih untuk
menghilangkan, dapat direndam dalam air gula untuk mendapatkan rasa
manis.

5. GAMBAR ALAT (TERLAMPIR)


67

DATA PENGAMATAN

NO GAMBAR KETERANGAN
1.
Siapkan alat - alat yang akan digunakan
dalam membuat Nata de Coco.

2.
Menimbang pupuk ZA seberat 2,5 gram.

3.
Menimbang gula seberat 2,495 gram.

4.
Memasukkan pupuk ZA kedalam air
kelapa.
68

5.
Memasukkan gula kedalam air kelapa.

6.
Kemudian aduk semua bahan dengan
merata,dan larut dalam larutan air kelapa,
Lalu dipanaskan sampai mendidih dengan
menggunakan hot plate.

7.
Setelah mendidih, larutan Nata de Coco
didiamkan terlebih dahulu sampai
suhunya sesuai dengan suhu ruang.

8.
Setelah larutan Nata de Coco telah
dingin/ sudah sesuai dengan suhu ruang.
Tuangkan larutan Nata de Coco ke dalam
loyang plastik dengan cara memutari
setiap sudut loyang.
69

9.
Kemudian masukkan bibit Nata de Coco
dengan merata.

10.
Setelah itu ratakan kembali dengan
menggunakan spatula.

11.
Selanjutnya, tutup larutan Nata de Coco
dengan koran dan diikat sampingnya
dengan menggunakan karet.
Dan didiamkan selama 8 hari.

ANALISA PERCOBAAN
Nata de Coco merupakan salah satu produk hasil pengolahan dengan fermentasi.
Pada percobaan kali ini, air kelapa yang digunakan sebanyak 2 liter, lalu dipanaskan
dan ditambahkan gula dan pupuk ZA. Penambahan zat-zat bertujuan untuk menambah
nutrisi pada acetobacter xylinum. Setelah dingin ditambahkan asam cuka hingga pH
nya 4.
Selanjutnya menambahkan starter/bibit Nata de Coco, lalu tuangkan adonan Nata
de Coco pada wadah yang steril dan ditutup dengan koran dan diikat dengan tali/karet
gelang, lalu disimpan pada tempat kering dan sejuk. Di fermentasi kurang lebih 10
hari.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, pada hari pertama wujud masih berupa
cairan, pada hari kedua bentuk lapisan mulai terlihat (tipis dan berwarna putih), pada
hari ke empat dan ke limalapisan putih pada Nata de Coco semakin bertambah tebal
pada hari ke enam Nata de Coco berubah wujudnya jadi padat dan bertekstur kenyal.
70

Nata de Coco yang sudah terbentuk sempurna dikeluarkan dan wadahnya dan
dicuci bersih, selanjutnya Nata dipotong kecil-kecil lalu direndam air. Setelah
direndam, Nata direbus dengan air basa lalu direndam lagi dengan air gula agar
rasanya menjadi manis.

KESIMPULAN
Air kelapa yang digunakan tidak boleh terlalu tua dan terlalu muda ; Bakteri yang
berperan dalam pembuatan Nata de Coco adalah Acetobacter Xylinum ; Faktor-faktor
yang mempengaruhi pembuatan Nata de Coco adalah :
 Varietas air kelapa
 Temperature
 pH media
 Sumber Nitrogen
 Gula sebagai sumber karbon

16
63
17

GAMBAR ALAT

Gelas Kimia Kompor Spatula

Panci Bola Karet Neraca Analitik

Erlenmeyer Batang Pengaduk Kaca Arloji

Koran Saringan Karet Gelang


PEMBUATAN ALKOHOL
(DARI PISANG /UBI)

A. TEORI DASAR
Senyawa Alkohol Merupakan senyawa yang paling banyak digunalan sebagai
pelarut. Pada dasarnya terdapat dua macam cara pembuatan alcohol yaitu :
a. Secara sintesa yaitu dengan melakukan reaksi elementer untuk
mengubah bahan baku menjadi etanol.
b. Secara fermentasi ,yaitu dengan bantuan aktivitas mikroorganisme pada
pembuatan etanol secara fermentasi, merupakan cara yang
konvensional,tetapi ,masih dipakai pada industry farmasi dan kosmetika.
Bahan-bahan untuk industri fermentasi digongkan menjadi :
 Bahan Sakarida : gula tebu, gula bit,molase, jus buah.
 Bahan Pati : padi-padian,kentang,gandum.
 Bahan yang mengandung sellulosa : limbah kayu.
Pemilihan bahan baku yang tepat sangat penting, karena sealian pertimbangan
mudah tidaknya bahan tersebut diperoleh, juga karena alcohol yang diproduksi
dengan bahan yang berbeda akan menghasilakan kualitas yang berbeda pula.

Jenis mikrooorganisme yang sering digunkan untuk proses ini adalah


ragisacharomyses cereviceae. Selain itu juga dapat digunakan enzyme yang dapat
merubah gula ,menjadi alcohol untuk menjadi etanol melalui reaksi :

C6H12O6 ------------ 2C2H5OH + 2CO2 + Energi

Untuk mendapat etanol, maka proses yang dilakukan adalah anaerobic (tanpa
oksigen),sedangkan ingin memproduksi sel , maka dilakukan secara aerobic
(dengan adanya oksigen).

Kondisi proses pembuatan alcohol yang digunakan adalah :


 Temperatur optimum : 28-32 C
 pH media : 4,5 – 4,8
 Kadar gula : 10-14%

B. TUJUAN PERCOBAAN
 Mahasiswa dapat melakukan teknik fermentasi dari bahan alam.
 Mahasiswa dapat menentukan kondisi operasi proses fermentasi
 Mahasiswa dapat melakukan analisis produk alcohol yang dihasilkan.
 Mahasiswa mampu membuat produk dan menganalisis produk yang
didapat dengan proses fermentasi

C. CARA KERJA
Proses pembuatan alcohol dilakukan secara tiga tahap , dilanjutkan dengan
analisa hasil yaitu:
1. Tahap pembuatan stater
2. Tahap fermentasi dalam reactor.
3. Tahap pemurnian dengan alat destilasi.
4. Tahap analisis.

71
72

TAHAP 1 : PEMBUATAN STARTER


a. Peralatan : labu erlemayer 1000 ml, leher angsa , Gelas kimia ,1000ml,
spatula , thermometer, hot plate, kertas saring , dan feunnel,serta neraca
analitik.
b. Bahan : ragi tape 15gr, gula pasir 10g, ubi kayu/pisang diambil eksratnya
1kg dalam 500ml air, urea = 0,6g, KNO3= 0,05G , Na3PO4 = 0,05g ,
H2SO4 = 0,1 N secukupnya.
c. Langkah percobaan :
1. Didalam gelas kimia 1000ml siapkan ekstrak ubi kayu dengan cara
ubi kayu 1kg dikupas, dicuci bersih ,lalu diparut atau diblender
tambahkan air masak (hangat kuku),kemudian disaring hingga
diperoleh ekstrak ubi atau pisang sebanyak 500ml. pasteurisasikan
pada suhu 70-80C selama 10 menit, kemudian dinginkan hingga
suhu ruang.
2. Menyaring ekstrak dengan saringan kain, tambahkan ragi tempe
sebnayak 15g yang telah dihaluskan ,gula pasir 10g , urea = 0,6g,
KNO3= 0,05G , Na3PO4 = 0,05g , H2SO4 = 0,1 N secukupnya atau
hingga pH larutan 4,
3. Menyiapkan labu erlemayer 1000ml, dan leher angsa , masukan
larutan kedalam erlemayer, tutup dengan leher angsa yang telah
berisi larutan asam sulfat 0,1 N.
4. Menginkubasi selama 7 hari pada suhu kamar, setiap hari ambil 1
tetes,teteskan pada preparat dan analisis dengan mikroskop untuk
dihitung jumlah mikrobanya hingga 7 hari kedepan.
5. Menentukan kurva pertumbuhan yang akan dihasilkan sehingga
diketahui bahwa waktu fermentasi optimum alcohol terbentuk
pada hari keberapa?

TAHAP 2 : FERMENTASI DI DALAM FERMENTOR


Peralatan dan bahan
a. Peralatan : Gelas kimia 2000ml, spatula, thermometer, hot plate, kertas
saring dan funnel, neraca analitik, 1pcs peralatan fermentor.
b. Bahan : ragi tempe s15g yang telah dihaluskan ,gula pasir 10g , urea =
0,6g, KNO3= 0,05G , Na3PO4 = 0,05g , H2SO4 = 0,1 N secukupnya.
c. Langkah percobaan :
 Didalam gelas kimia 2000ml siapkan ekstrak ubi kayu dengan
cara ubi kayu 2kg dikupas ,dicuci bersih,lalu diparut atau di
blender tambahkan air masak (hangat kuku).
 Kemudian disaring hingga diperoleh ekstrak ubi atau pisang
sebanyak 1000ml. pasteurisasikan pada suhu 70-80C selama 10
menit.
 Kemudian dinginkan hingga suhu ruang.
 Menyaring ekstrak dengan saringan kain, tambahkan ragi tempe
sebnayak 15g yang telah dihaluskan ,gula pasir 10g , urea =
0,6g, KNO3= 0,05G , Na3PO4 = 0,05g , H2SO4 = 0,1 N
secukupnya atau hingga pH larutan 4,
 Menyiapkan alat fermentor, masukan larutan kedalam fermentor,
Hidupkan alat fermentor yang telah berisi larutan inkubasi
selama beberapa Hari sesuai kurva pertumbuhsn yang
dihasilkan pada percobaan tahap 2.
73

TAHAP 3 : PEMURNIAN DENGAN DESTILASI


a. Peralatan dan bahan :
Alat : 1 set peralatan Distilasi . Saringan kain.
Bahan : larutan alcohol hasil fermentasi.
b. Pelaksanaan :
1. Mengeluarkan dan saring larutan alcohol dalam fermentor dengan
baik.
2. Kemudian pindahkan larutan yang telah disaring masukkan ke
dalam labu Godok leher 3.
3. Set alat destilasi hidupkan pemanas jaga suhu distilat pada 80C
hingga distilat tidak menghasilkan distilat hentikan dan matikan alat.
4. Menimbang produk yang di dapat.

TAHAP 4 : ANALISIS HASIL


a. Peraktan dan bahan
1. 10 buah tabung reaksi + rak tabung.
2. 1 set alat refraktometer.
3. 1 buah pipet tetes
4. 5 ml etanol murni
5. 5 ml etanol hasil distilasi
6. 5 ml aquadest
b. Pelasanaan :
1. Menyiapkan tabung reaksi dengan beri label 1 – 10
2. Menambahkan etanol murni pada tiap tabung masing- masing
berbeda 0,1 ml hingaga tabung ke 10
3. Menambahkan aquadest kedalam tabung hingga total isi tabung
masing masing 1 m
4. Menentukan indek bias dari ke 10 tabung menggunakan refratometer
5. Menghitung indek bias dari alcohol hasil percobaan
74

DATA PENGAMATAN

NO GAMBAR KETERANGAN
1.
Menimbang KNO3

2.
Menimbang urea

3.
Menimbang gula

4.
Menimbang Na3PO4
75

5.
Menimbang ragi tape

6.
Merebus pisang yang telah dikupas
kulitnya

7.
Setelah mendidih rebusan pisang tadi
disaring dan dituangkan kedalam gelas
kimia

8.
Diginkan air rebusan pisang tadi sesuai
dengan suhu ruang
76

9.
Setelah ekstrak pisang telah dingin,
masukkan semua bahannya

10.
Tuangkan H2S04 kedalam ekstrak pisang

11.
Masukkan semua bahannya sambil diaduk

12.
Aduk hingga semua bahan tercampur rata
dalam ekstrak pisang dan direbus lagi
hingga mendidih
77

18.
Setelah direbus hingga
mendidih ,dinginkan larutannya hingga
sesuai dengan suhu ruang.
Setelah suhu sudah sesuai dengan suhu
ruang, yang terakhir masukkan ragi
tapenya.

19.
Aduk sampai rata

20.
Selanjutnya dimasukkan dalm erlenmeyer
untuk didestilasi.

ANALISA PERCOBAAN
Fermentasi adalah proses produksi energi dalam sel dengan keadaan anaerobik
(tanpa oksigen). Secara umum, fermentasi adalah salah satu bentuk respirasi
anaerobik akan tetapi terdapat definisi yang lebih jelas mendefinisikan fermentasi
sebagai respirasi dalm lingkungan anaerobik dengan tanpa aseptor elekstron eksternal.
Gula adalah bahan yang umum dalam fermentasi. Beberapa contoh fermentasi adalah
etanol, asam laktat, dan hidrogen. Akan tetapi beberapa komponen lain dihasilkan dari
fermentasi seperti asam nitrat dan aseton. Ragi dikenal sebagai bahan yang umum
digunakan dalam fermentasi untuk mengahsilkan etanol didalam bir, anggur, dan
minuman beralkohol lainnya.
Pada beberapa mikroba, peristiwa pembebasan energi terbentuk karena asam
piruvat diubah menjadi alkohol. Dalam fermentasi alkohol, satu molekul glukosa
78

hanya dapat menghasilkan 2 molekul ATP bandingkan dengan respirasi aerob, satu
molekul mampu menghasilkan 38 molekul ATP.
Ciri - ciri fermentasi :
 Terjadinya secara anaerob
 Proses dibantu oleh bibit yeast ragi/organisme bibit jamur
 Mengahasilkan ATP lebih sedikit
 Menghasilkan alkohol
Dari percobaan, dilihat bahwa pada erlenmeyer pada reaksi ekstrak pisang, ragi
dan glukosa yang pada awalnya berwarna krem dn tidak berbau. Namun setelah
kurang lebih 30 menit dipasangi selang dan dihubungkan dengan erlenmeyer yang
berisi aquadest warna larutan berubah menjadi coklat keruh. Selain itu, tercium bau
alkohol yang lumayan menyengat.
79

GAMBAR ALAT

Gelas Kimia Kompor Spatula

Panci Bola Karet Neraca Analitik

Erlenmeyer Batang Pengaduk Kaca Arloji

Tutup Gabus Botol Saringan Selang


DAFTAR PUSTAKA

Jobsheet “Praktikum Mikrobiologi Industri”. Laboratorium Teknik Kimia. Palembang.


2020/2021. Politeknik Negeri Sriwijaya.

iii

Anda mungkin juga menyukai