Tarigan 110405101
2.2 Prinsip Titrasi Permanganometri Permanganometri adalah titrasi yang didasarkan pada reaksi redoks. Dalam reaksi ini, ion MnO4- bertindak sebagai oksidator. Ion MnO4- akan berubah menjadi ion Mn2+ dalam suasana asam. Teknik titrasi ini biasa digunakan untuk menentukan kadar oksalat atau besi dalam suatu sampel.
Palimeita Br.Tarigan 110405101 Pada permanganometri, titran yang digunakan adalah kalium permanganat. Kalium permanganat mudah diperoleh dan tidak memerlukan indikator kecuali digunakan larutan yang sangat encer serta telah digunakan secara luas sebagai pereaksi oksidasi selama seratus tahun lebih. Setetes permanganat memberikan suatu warna merah muda yang jelas kepada volume larutan dalam suatu titrasi. Warna ini digunakan untuk menunjukkan kelebihan pereaksi. Kalium permanganat distandarisasikan dengan menggunakan natrium oksalat atau sebagai arsen (III) oksida standar-standar primer. Akhir titrasi ditandai dengan timbulnya warna merah muda yang disebabkan kelebihan permanganat. Zat organik dapat dioksidasi dengan KMnO4 dalam suasana asam dengan pemanasan. Sisa KMnO4 direduksi dengan asam oksalat berlebih. Kelebihan asam oksalat dititrasi kembali dengan KMnO4 (Yoni, 2012).
2.3 Reaksi-Reaksi Permanganometri Kalium permanganat merupakan oksidator kuat dalam larutan yang bersifat asam. Paro reaksinya sebagai berikut : MnO4- + 8H+ + 5e Mn 2+ + 4H2O Eo = +1,51 V
Reaksi ini tidak bolak-balik, sedangkan potensial elektroda bakunya diukur secara tidak langsung, dimana potensial elektrodanya sangat bergantung pada pH. Karena itu titrasi harus dilakukan pada larutan yang bersifat asam kuat (H2SO4). Meskipun demikianKalium permanganat juga merupakan oksidator kuat dalam larutan yang bersifat asam lemah, netral, atau basa lemah. Dalam lingkungan seperti itu ion permanganat tereduksi menjadi mangan bervalensi empat, sesuai dengan persamaan berikut : MnO4- + 4H+ + 3e MnO2 + 4H2O Eo = +1,68 V
Sebaliknya, dalam larutan yang bersifat basa kuat, ion permanganat terduksi menjadi ion manganat yang berwarna hijau sesuaidengan persamaan reaksi berikut : MnO4- + e MnO4 2+ ( Rivai, 1995) Kebanyakan titrasi permanganometri dilakukan dalam keadaan asam, seperti pada tabel berikut: Eo = +0,67 V
Analit Antimon (III) Arsenik(III) Bromin Hidrogen peroksida Besi(II) Molibdenum(III) Nitrit Oksalat Timah(II) Titanium(III) Tungsten(III) Uranium(IV) Vanadium(IV) (Underwood, 2001)
Setengah Reaksi Dari Substansi Teroksidasi HSbO2 + 2H2O H3SbO4 HAsO2+ 2H2O H2AsO4 + 2H+ + 2e 2Br- Br2 + 2eH2O2 O2(g) + 2H+ + 2eFe2+ Fe3+ +2eMo3++ H2O MoO22+ + 4H+ + 1eHNO2 + H2O NO3- + 3H+ + 2eH2C2O4 2CO2 + 2H+ + 2eSn2+ Sn4+ + 2eTi3+ + 2H2O TiO2+ + 2H+ +3eW3+ + 2H2O WO22+ + 4H+ + 2eU4+ + 2H2O UO22++ 4H++ 2eVO2+ + 3H2O V(OH)4-+ 2H++ e-
2.4 Sumber-Sumber Kesalahan Titrasi Permanganometri Sumber-sumber kesalahan pada titrasi permanganometri, antara lain terletak pada: 1. Apabila percobaan dilakukan dalam waktu yang lama, larutan KMnO4 pada buret yang terkena sinar akan terurai menjadi MnO2 sehingga pada titik akhir titrasi akan diperoleh pembentukan presipitat coklat yang seharusnya adalah larutan berwarna merah rosa. 2. Penambahan KMnO4 yang terlalu cepat pada larutan seperti H2C2O4. Pemberian KMnO4 yang terlalu cepat pada larutan H2C2O4 yang telah ditambahkan H2SO4 dan telah dipanaskan cenderung menyebabkan reaksi antara MnO4- dengan Mn2+. MnO4- + 3Mn2+ + 2H2O 5MnO2 + 4H+ 3. Pemberian KMnO4 yang terlalu lambat pada larutan H2C2O4 yang telah ditambahkan H2SO4 dan telah dipanaskan mungkin akan terjadi kehilangan oksalat karena membentuk peroksida yang kemudian terurai menjadi air. H2C2O4 + O2 H2O2+ 2CO2 Laboratorium Kimia Analisa Permanganometri 3
Dalam peralatan yang digunakan apabila telah dicuci ada sisa-sisa air yang mengandung pengotor organik yang akan mengubah MnO4- menjadi MnO2.
5.
Sampel yang dipakai memiliki gugus kristal H2O sehingga persen ralat yang diperoleh menjadi sangat besar.
(Fahmi, 2011)
Air gambut adalah air permukaan yang banyak terdapat di daerah berawa atau daratan rendah terutama di Sumatera dan Kalimantan, yang mempunyai ciri-ciri meliputi: intensitas warna yang tinggi, pH rendah, kandungan zat organik tinggi, keruh, konsentrasi partikel dan kation rendah. Intensitas warna tinggi merupakan salah satu ciri khas air gambut yang merupakan akibat dari tingginya kandungan zat organik yang terlarut, terutama dalam bentuk asam humus dan derivatnya. Salah satu permasalahan penting dalam pengolahan air gambut adalah tingginya zat organik sehingga hasil proses pengolahan belum mencapai baku mutu. Penelitian ini dipandang penting untuk dilakukan guna mengetahui kemampuan membrane ultrafiltrasi dalam merejeksi zat organik air gambut, sehingga kadar zat organik air bersih yang dihasilkan dapat memenuhi baku mutu. Lebih lanjut penelitian ini dapat mengurangi penggunaan bahan kimia pada pengolahan secara konvensional sehingga tidak menghasilkan limbah yang berdampak negatif pada kelestarian lingkungan. Bahanbahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah air umpan (air gambut), aquadest, dan bahan untuk analisa meliputi KMnO4, asam oksalat, H2SO4 pekat. Alat utama yang digunakan adalah satu unit modul membran yang dilengkapi dengan pompa dan alat pengukur tekanan. Penelitian menggunakan membran ultrafiltrasi berbahan sellulosa asetat (CA) yang berbantuk hollow fiber. Peralatan analisa meliputi timbangan analitik, pH meter, termometer, yang dilenggkapi juga dengan pemanas, gelas ukur, gelas kimia, botol sampel, erlenmeyer, labu ukur, dan buret ( Shafri, 2007).
Palimeita Br.Tarigan 110405101 Flowchart Rejeksi Zat Organik Air Gambut dengan Membran Ultrafiltrasi Mulai
Dicatat volumenya
Selesai Gambar 2.5 Flowchart Rejeksi Zat Organik Air Gambut dengan Membran Ultrafiltrasi (Shafri, 2007)