Anda di halaman 1dari 8

BAB IV

PROSES PRODUKSI GAS LPG


4.1 Gas Alam
Gas yang dikeluarkan dalam bumi terdiri dari berbagai macam komposisi.
Komposisi yang memberikan nilai kalori adalah gas yang mengandung unsur
hidrokarbon, sedangkan unsur-unsur lainnya tidak memberikan nilai kalori yang
biasanya disebut dengan impuritis seperti CO2, H2S, H2O, N2 dan sebagainya. Malah
diantaranya dapat memberikan efek korosi. Untuk memisahkan gas yang kita
butuhkan dari unsur impuritis yang harus dibuang perlu peralatan pemisahan, dimana
unsur yang akan dipisahkan dalam fasa yang sama yaitu fasa gas.
Gas hidrokarbon yang telah terbebas dari impurities tersebut terbagi atas tiga
jenis gas berdasarkan pemakaiannya yaitu LNG (Liquified Natural Gas), CNG
(Compresses Natural Gas), LPG (Liquified Petroleum Gas), dan tersisa dalam
bentuk kondensat atau crude oil. Perbedaan pemakaian dari unsur hidrokarbon
tersebut disebabkan oleh perbedaan persentase dari komponen-komponen
hidrokarbon ringan, menengah sampai berat.
LNG diisyaratkan mempunyai komponen CH4 (C1) minimal 85% kemudian
sisanya mengandung C2H6 (C2), C3H8 (C3) serta yang lebih berat lagi. Dengan syarat
tambahan C4+ tidak lebih dari 2%, C5+ tidak lebih dari 0,1%, N2 tidak lebih dari 1%,
H2S maksimum 0,25 grains/100 SCF, dan total sulfur 1,3 grains/100 SCF. Sedangkan
CNG memiliki komposisi yang hampir sama dengan LNG tetapi dalam proses
pencairannya tidak menggunakan pendinginan temperatur sampai -100 oF seperti
pada LNG tetapi dengan memberikan tekanan yang sangat tinggi sampai dengan
3000 psi.
LPG (liquefied petroleum gas) terdiri dari campuran utama propan (C3H8) dan
butan (C4H10) dengan sedikit persentase hidrokarbon tidak jenuh (propilen dan
butilen) dan beberapa fraksi C2 yang lebih ringan dan C5 yang lebih berat. LPG
merupakan campuran dari hidrokarbon tersebut yang berbentuk gas pada tekanan
atmosfir, namun dapat diembunkan menjadi bentuk cair pada suhu normal, dengan
tekanan yang cukup besar. Uap LPG lebih berat dari udara. Butan beratnya sekitar
dua kali berat udara dan propan sekitar satu setengah kali berat udara. Sehingga, uap

dapat mengalir di dekat permukaan tanah dan turun hingga ke tingkat paling rendah
dari lingkungan.
Kandungan LPG memiliki perbandingan komposisi C3 : C4 sebesar 70% : 30%,
dimana dilakukan pemberian tekanan sampai dengan 300 psi sehingga unsur tersebut
berubah fasa menjadi cair.
Dan unsur yang lebih berat berikutnya dapat berupa kondensat atau crude oil
dengan unsur dominan pada C5H12 (C5) sampai dengan unsur terberat (residu).
Pemisahan pertama pada suatu minyak atau gas (Oil and Gas Processing) dimulai
dengan separator untuk memisahkan unsur-unsur pembentuk cair baik dalam bentuk
H2O maupun hidrokarbon. Jika pada kasus dimana sumur menghasilkan air sangat
banyak, maka proses awalnya sering ditambahkan alat FWKO (Free Water Knock
Out).
Untuk memisahkan unsur-unsur yang ringan dan berat, dapat dipakai alat
Fractionator, dimana Methane (C1), Ethane (C2), Propane (C3), dan Butane (C4)
dapat dipisahkan secara sendiri-sendiri. Kemudian unsur-unsur tersebut dapat
dipergunakan atau diolah sesuai dengan kebutuhan, seperti halnya LNG mengambil
unsur C1 yang dominan, LPG unsur C3 dan C4 yang dominan, dan lain-lain.
4.2 MINI LPG-PLANT
Komponen yang diperlukan pada suatu Mini LPG-Plant disesuaikan dengan
komposisi dari unsur yang dikandungnya, serta banyaknya gas yang harus diolah.
Jadi sifatnya kasus per kasus. Agar mini LPG-Plant ini berlaku untuk jumlah gas
yang sangat kecil antara 1 sampai dengan 10 MMSCFD maka diisyaratkan yang
akan diolah hanya yang mengandung CO2 dan H2S yang tidak terlalu tinggi sehingga
tidak diperlukan Sweetener dan mengurangi ongkos produksi.
Begitu pula Deethanizer digabung menjadi Demethanizer/Deethanizer yang
diatur setara dengan Deethanizer yang berfungsi memisahkan C1 dan C2 bersamasama. Begitu pula Depropanizer digabung menjadi Depropanizer/Debuthanizer yang
berfungsi untuk mengambil unsur C3 dan C4 dari residu yang akan dikondensasi.
Kedua alat tersebut temperatur dan tekanan kerjanya dipilih kondisi optimum yang
sangat tergantung dari komposisi gas yang harus diolah.
Karena yang diolah adalah gas bertekanan rendah maka diperlukan kompressor
jenis dua tingkat, agar tercapai tekanan keluaran yang diperlukan oleh alat
Deethanizer serta alat Depropanizer.

Kemudian diperlukan alat-alat pelengkap lainnya seperti tangki LPG, tangki


kondensat, pompa LPG dan kondensat, serta pipa-pipa penyambung dan monifold.
Dalam memilih dan mengoptimasikan temperatur dan tekanan kerja dari peralatan
yang sedang didesain dapat dilakukan dengan prinsip flash calculation.
Flash Calculation adalah suatu cara perhitungan dengan menggunakan prinsip
hukum kekekalan masa dan perubahan fasa yang dapat menampilkan keadaan
stabil/setimbang beberapa fasa dalam suatu sistem. Perhitungan ini sering dilakukan
pada saat menentukan laju alir dari tiap-tiap fasa yang masuk dan keluar dari bejana
bertekanan atau alat-alat lainnya.
Karena dalam keadaan nyata bukan dalam keadaan ideal, maka salah satu jalan
untuk memecahkan persoalan-persoalan mengenai kesetimbangan fasa adalah
dengan konsep angka kesetimbangan (EquilibriumConstant). Jumlah dari seluruh
fraksi mol dalam masing-masing fasa adalah satu sehingga dengan persamaan
tersebut, komposisi daripada cairan dan gas suatu sistem multi komponen non-ideal
dapat dihitung dengan cara Trial & Error.
Adapun langkah-langkah proses produksi pada Mini LPG Plant Pertamina
adalah sebagai berikut :
4.2.1

Gas Umpan Kompresor (Feed Gas Compressor)


Gas yang diproses di kilang LPG pada mulanya berasal dari beberapa

stasiun pengumpul yang sebelumnya dipisahkan dari campuran minyak dari


sumur. Gas ini selanjutnya dikirim melalui pipa ke kilang LPG untuk
pengolahan lebih lanjut. Adapun laju umpan masuk gas yang dimiliki adalah
rata-rata 3,26 MMSCFD (Million Standard Cubic Feet per Day). Gas tersebut
dimampatkan/dikompresi (C-101???) dari tekanan 15 psig hingga tekanan 440
psig dimana suhu keluaran gas 89,08 oF (Isotermis). Tujuannya adalah untuk
mengubah fasa gas menjadi cair.
4.2.2 Pemisahan Suhu Rendah (Low Temp. Separator)
Sebelum melalui proses pemisahan, bahan baku gas terlebih dahulu
dilewatkan melalui scrubber.Tujuannya adalah untuk mengabsorbsi pengotor
dan mengeringkan gas guna menghindari hydrate/plugging pada peralatan yang
menimbulkan korosi dan sumbatan. Gas kemudian dialirkan ke dalam flash
drumyaitu proses pemisahan awal. Pada proses ini, terjadi penurunan tekanan

yang cukup drastis sehingga fraksi-fraksi berat dari gas alam akan tetap pada
fasa cair, sedangkan fraksi ringan berubah fasa menjadi gas.
4.2.3

Sistem Pendinginan (Refrigeran System)


Tahap selanjutnya adalah tahap pendinginan. Pada tahap ini, gas

didinginkan pada serangkaian alat penukar panas (heat exchanger). Terdapat


tiga buah heat exchanger yang digunakan dengan media pendingin yang
berbeda. Heat exchanger yang pertama, menggunakan media pendingin gas
keluaran separator (V-101). Heat exchanger yang kedua, menggunakan media
pendingin kondensat keluaran separator (V-101). Sedangkan pendinginan yang
ketiga, terjadi pada Chiller (E-103) dengan menggunakan propon sebagai media
pendinginnya. Penurunan suhu terjadi secara drastis dari 65,52 oF hingga
-30,00oF.
Adapun jumlah propan yang diperlukan adalah 0,847 MMBTU/hr (Million
British Thermal Unit per Hour). Sebelum digunakan sebagai media pendingin,
propan tersebut didinginkan secara khusus pada sistem refrigeran.

Propan yang telah digunakan pada chilling system dipanaskan (V-106)


menggunakan hot oil guna meningkatkan tekanan gas propan, sehingga propan
akan sepenuhnya berfasa gas karena diimbangi oleh kenaikan suhu. Setelah itu,
propan dikompressi pada (C-102) untuk mencapai tekanan 1000 psi pada suhu
tetap. Hal ini menimbulkan propan yang tadinya berfasa gas, berubah menjadi
fasa cair. Propan kemudian diekspansi pada flash drum(V-107) ke tekanan 300
psi sehingga terjadi penurunan suhu -100 oF. Hal ini menimbulkan perubahan
fasa dari cair menjadi gas. Propan kemudian didinginkan kembali pada sebuah
cooler (A-101/A-105) sehingga propan kembali mencair. Propan diekspansi
kembali pada sebuah flash drum untuk menurunkan suhu dan tekanan. Hal ini
jelas akan merubah fasa propan menjadi gas. Selanjutnya propan didinginkan
pada sebuah cooler (M-104) hingga propan berubah fasa menjadi cair. Propan
cair yang memiliki suhu dan tekanan yang sangat rendah kembali diekspansikan
pada flash drum (V-111) guna menurunkan suhu dan tekanan. Pada tahap inilah
sebagian propan berada pada kondisi kesetimbangan antara fasa gas dan cair.
Propan yang tidak berubah fasa lagi (tetap fasa cair) digunakan langsung pada

chilling system sedangkan yang masih berupa fasa gas, dikembalikan ke unit
kompresor untuk didinginkan kembali.
4.2.4

Pemisahan Gas (Product Recovery)


Pemisahan gas yang dilakukan, berada pada tiga unit berbeda yaitu

separator tiga fasa (V-101), deethanizer (T-101), dan depropanizer. Terdapat tiga
komponen yang dipisahkan pada separator (V-101) yaitu komponen gas (C1 dan
C2), fasa cair (kondensat dan propilen glikol). Gas keluaran separator akan
ditampung sebagai Gas LNG karena mengandung kadar (C1 dan C2) yang cukup
tinggi. Gas ini selanjutnya akan ditampung pada tangki penyimpanan gas (V105). Namun, untuk keperluan proses produksi, sebagian produk LNG
digunakan sebagai bahan bakar (fuel gas system). Cairan pada separator,
dipisahkan berdasarkan berat jenis fluida (fluid level) tersebut yaitu kondensat
minyak ( C3, < 1 g/cm3) berada pada bagian atas fluida, dan propilen glikol (
= 1,036 g/cm3) berada pada bagian bawah fluida.
Fluida cair yang berasal dari separator (V-101 dan V-106) selanjutnya akan
didistilasi pada unit deethanizer. Tujuannya adalah untuk memisahkan gas
ringan (C1 dan C2) dari kondensat. Gas pada aliran atas dikondensasi pada suhu
5oF dan tekanan 250 psig, dengan rasio 2:1. Gas tersebut dialirkan ke heat
exchanger (E-101/E-103) dan dipisahkan lagi dari kondensat pada separator (V101) sebelum disimpan. Hal ini perlu dilakukan karena aliran atas fluida gas,
masih mengandung C3 yang cukup tinggi, yaitu sekitar 15,400 bbl/day
(barrel/day). Kondensat pada aliran bawah, dipanaskan kembali pada suhu184,3
o

F dan tekanan 252,2 psig, dengan rasio 2:1. Pada aliran bawah masih

mengandung C2 sebesar 0,145 bbl/day. Namun, karena dalam konsentrasi kecil,


tidak perlu dipisahkan lagi.Adapun pendingin yang digunakan pada kondensor
adalah propan yang berasal dari refrigeran system dengan laju 0,253
MMBTU/hr sedangkan pemanas pada reboiler mengunakan hot oil dengan laju
0,606 MMBTU/hr.
Aliran bawah unit deethanizer selanjutnya didistilasi pada unit
depropanizer. Aliran atas fluida gas (C3 dan C4) selanjutnya dikondensasi pada
temperatur 122,9 oF dan tekanan 165 psig, dengan rasio 8:1. Gas selanjutnya
dikompres dan ditampung pada tangki (T-704). LPG yang dihasilkan
mengandung butan (C4) sebesar 66,40 bbl/day dan pentan (C5) sebesar 1,63

bbl/day. Sedangkan pada aliran bawah, kondensat dipanaskan pada suhu 293,5
o

F dan tekanan 172 psig, dengan ratio 8:1. Kondensat yang dihasilkan hampir

tidak mengandung propan (C3) yaitu 0,000 bbl/day, namun meskipun sedikit
masih mengandung butan sebesar 0,12 bbl/day.
Terdapat tiga produk akhir yang diperoleh pada kilang ini, yaitu Lean Gas
(LNG) dengan kapasitas 2,97 MMSCFD, LPG dengan kapasitas 13,32 ton/hari,
dan kondensat (crude oil) sebesar 62,79 bbl/hari.
4.2.5 Penggunaan Glikol (Glycol Injection / Recovery System)
Untuk mengurangi kadar air pada gas, maka perlu dilakukan proses absorpsi
air dari gas dengan menggunakan propylene gylcol (propane-1,2-diol). Glikol
memiliki densitas 1,036 g/m3 dan titik didih 188,2 oC (370,8 oF) pada keadaan
standar. Penggunaan glikol sebagai absorber dikarenakan sifat glikol yang larut
pada air dan sekaligus tidak bereaksi pada gas. Adapun kesetimbangan Absorpsi
glikol terhadap air, dapat dilihat berdasarkan grafik pada Gambar 4.1. Dapat
diamati bahwa kesetimbangan absorpsi dipengaruhi oleh suhu dan tekanan.

Gambar 4.1 Data Kesetimbangan Uap Air dari Gas Alam (Sweet Natural Gas)
Glikol pada temperatur tertentu, diinjeksikan secara berkala ke dalam pipa
gas sebelum gas masuk pada serangkaian cooler. Hal ini bertujuan agar glikol

dapat bekerja dengan optimal. Glikol yang kaya air, akan terpisah pada aliran
paling bawah, pada separator tiga fasa.
Aliran kaya air mengalir ke heat exchanger dan memasuki tangki pemisah
atau flash. Gas hidrokarbon yang terserap bersamaan dengan air pada kontaktor
dibebaskan/dialirkan kembali ke proses pengolahan awal. Akhirnya, glikol
mengalir ke stripper/filter untuk mendesorpsi air dari glikol menggunakan silica
gell sebelum masuk ke dalam kontaktor dan digunakan kembali.
4.2.6 Media Pemanas dan Bahan Bakar (Hot Oil and Fuel Gas System)
Suatu sistem pemanas fluida panas (Hot Oil) beroperasi pada sebuah loop
(putaran) dengan sistem tertutup dan tekanan rendah. Pemanasan dengan sistem
ini, dapat mencapai 750 oF sehingga membuatnya sebagai pilihan ideal untuk
banyak aplikasi proses. Pemilihan antara sistem uap atau sistem cairan panas
ditentukan oleh beberapa persyaratan proses. Penentu utama pemilihan sistem
adalah suhu. Jika sistem yang memerlukan panas di atas titik beku air (32 oF)
dan di bawah 350 oF, maka pada umumnya menggunakan media pemanas uap
(steam). Namun, apa bila di bawah 32 oF atau di atas 350 oF, cairan panas
mungkin lebih baik. Selain itu, pemilihan minyak (natural oil) sebagai media
pemanas adalah untuk mencegah dampak korosi terhadap asset yang dimiliki.
Adapun media pemanas yang disediakan pada Mini LPG Plant dibutuhkan
pada unit separator tiga fasa (V-101), reboiler (E-104/E105) pada deethanizer
dan depropanizer, sistem glikol, dan pemanas tambahan pada pengolahan
propan (refrigeran system).
Bahan bakar yang digunakan pada proses produksi adalah Liquid Natural
Gas (LNG) /Lean gas, yang diperoleh dari keluaran produk atas. Lean gas ini,
selain dijual, juga dapat digunakan sebagai bahan bakar pada coil ataupun
generator.

Anda mungkin juga menyukai