BAB 1 PERMANGANATOMETRI A. Permanganatometri Permanganatometri merupakan bagian dari oksidimetri menggunakan oksidator/pengoksid KMnO4 Dalam titrasi redoks, permanganometri adalah proses titrasi dimana garam kalium permanganat (KMnO4) digunakan sebagai zat standard karena kalium permanganat (KMnO4) tidak murni,. Zat oksidator lain dikenal adalah: - K2Cr2O7 (Dikromatometri) - Senyawaan serium (Cerimetri) Ce(SO4)2, Ce(SO4) 2(NH4)2SO4 . 2H2O - KBrO3 (Bromatometri) Kelompok oksidimetri yang banyak dibahas adalah permanganatometri karena KMnO4 adalah oksidator yang paling banyak digunakan.Kalium Permanganat (KMnO4) telah banyak digunakan sebagai agen pengoksidasi selama lebih dari 100 tahun. Reagen ini dapat diperoleh dengan mudah, tidak mahal, dan tidak membutuhkan indikator terkecuali untuk larutan yang amat encer. Satu tetes permanganat 0,1 N memberikan warna merah muda yang jelas pada volume dari larutan yang biasa digunakan dalam sebuah titrasi. Warna ini dipergunakan untuk mengindikasikan kelebihan reagen tersebut. Beberapa ion logam yang tidak dioksidasi dapat dititrasi secara tidak langsung dengan permanganometri seperti: ion-ion Ca, Ba, Sr, Pb, Zn, dan Hg (I) yang dapat diendapkan sebagai oksalat. Setelah endapan disaring dan dicuci, dilarutkan dalam H2SO4 berlebih sehingga terbentuk asam oksalat secara kuantitatif. Asam oksalat inilah yang akhirnya dititrasi dan hasil titrasi dapat dihitung banyaknya ion logam yang bersangkutan. ion-ion Ba dan Pb dapat pula diendapkan sebagai garam khromat. Setelah disaring, dicuci, dan dilarutkan dengan asam, ditambahkan pula larutan baku FeSO4 berlebih. Sebagian Fe2+ dioksidasi oleh khromat tersebutdan sisanya dapat ditentukan banyaknya dengan menitrasinya dengan KMnO4. Zat-zat yang bersifat reduktor dapat ditetapkan secara permanganatometri karena KMnO4 bersifat oksidator. Dalam lingkungan asam, dengan adanya zat reduktor, ion permanganate akan tereduksi menjadi ion mangan (III). 𝐾𝑀𝑛𝑂4− + 8𝐻+ + 5𝑒 − → 𝑀𝑛2+ + 4𝐻2 𝑂 Asam yang digunakan adalah asam sulfat dan tidak menggunakan HCl, HBr, Hl, dan 𝐻𝑁𝑂3 . Karena HCl, HBr, dan Hl dapat teroksidasi oleh𝐾𝑀𝑛𝑂4 . 2𝐾𝑀𝑛𝑂4 + 10𝐻𝐶𝑙 → 2𝑀𝑛𝐶𝑙2 + 2𝐾𝐶𝑙 + 8𝐻2 𝑂 + 5𝐶𝑙2 𝐻𝑁𝑂3 adalah zat oksidator yang dapat mengoksidasikan zat reduktor seperti reaksi 𝐾𝑀𝑛𝑂4 dalam lingkungan asam. 2𝐾𝑀𝑛𝑂4 + 3𝐻2 𝑆𝑂4 → 𝐾2 𝑆𝑂4 + 2𝑀𝑛𝑆𝑂4 + 3𝐻2 𝑂 + 5𝑂𝑛 𝑟𝑒𝑑𝑢𝑘𝑡𝑜𝑟 + 𝑂𝑛 → ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑜𝑘𝑠𝑖𝑑𝑎𝑠𝑖 Dari reaksi dalam linhkungan asam dapat dinyatakan 1 𝐵𝐸 𝐾𝑀𝑛𝑂4 = 𝑀𝑟 5 Dari lingkungan netral sedikit basa 𝑀𝑛𝑂4− + 2𝐻2 𝑂 + 3𝑒 − → 𝑀𝑛𝑂2 + 4𝑂𝐻− 1 𝐵𝐸 𝐾𝑀𝑛𝑂4 = 𝑀𝑟 3 Dalam lingkungan alkali 𝑀𝑛𝑂4− + 𝑒 → 𝑀𝑛𝑂42− 𝐵𝐸 𝐾𝑀𝑛𝑂4 = 𝑀𝑟 Yang paling sering digunakan adalah reaksi dalam lingkungan yang sangat asam dan permanganat akan bereaksi dengan sangat cepat. 𝑀𝑛𝑂4− + 8𝐻 + + 5𝑒 → 𝑀𝑛2+ + 4𝐻2 0 Cara permanganatometri paling baik dilakukan dalam suasana asamkarena dalam suasana basa akan berbentuk endapan MnO2 yang berwarna coklat yang akan mengganggu pengamatan warna pada titik akhir. Pada penitaran dalam suasana asam tetesan pertama larutan KMnO4 pada larutan contoh akan membentuk warna merah ungu yang tidak segera hilang tetapi setelah penetesan berikutnya, warna ini akan cepat hilang. Hal ini disebabkan karena pada tetesan pertama telah terbentuk ion Mn/MnSO4 yang bertindak sebagai katalisator pada peristiwa oksidasi yang terjadi. 1. Larutan standar KMnO4 Larutan KMnO4 0,1N dibuat dengan menimbang sejumlah tertentu KMnO4 sesuai volume larutan yang akan digunakan. Untuk KMnO4 0,1N sebanyak 1 liter maka ditimbang KMnO4 3,16 g. KMnO4 dilarutkan kedalam dengan air suling yang telah dididihkan dan didinginkan. Larutan KMnO4 disimpan selama1 minggu sebelum digunakan karena kenormalannya dapat berubah. Selama penyimpanan, zat-zat pereduksi yang mungkin ada akan bereaksi dengan KMnO4 membentuk MnO2 yang berupa endapan. Jika larutan KMnO4 akan digunakan pada waktu yang singkat, perlu dididihkan kurang lebih 1 jam lalu didinginkan. Larutan yang telah disimpan ataupun dididihkan dan didinginkan, disaring dengan penyaring kaca masir atau penyaring asbes lalu disimpan dalam botol berwarna, selanjutnya dapat ditetapkan kenormalannya. 2. KELEBIHAN TITRASI PERMANGANOMETRI Titrasipermanganometri ini lebih mudah digunakan dan efektif, karena reaksi ini tidak memerlukan indikator, hal ini dikarenakan larutan KMnO4 sudah berfungsi sebagai indikator, yaitu ion MnO4 - berwarna ungu, setelah direduksi menjadi ion Mn-tidak berwarna, dan disebut juga sebagai autoindikator. 3. .KEKURANGAN TITRASI PERMANGANOMETRI Sumber-sumber kesalahan pada titrasipermanganometri, antara lain terletak pada: Larutan pentiter KMnO4 ¬ pada buret Apabila percobaan dilakukan dalam waktu yang lama, larutan KMnO4 pada buret yang terkena sinar akan terurai menjadi MnO2 sehingga pada titik akhir titrasi akan diperoleh pembentukan presipitat coklat yang seharusnya adalah larutan berwarna merah rosa. Penambahan KMnO4 yang terlalu cepat pada larutan seperti H2C2O4 Pemberian KMnO4 yang terlalu cepat pada larutan H2C2O4 yang telah ditambahkan H2SO4 dan telah dipanaskan cenderung menyebabkan reaksi antara MnO4 - dengan Mn2+ . MnO4 - + 3Mn2+ + 2H2O ↔ 5MnO2 + 4H+ Penambahan KMnO4 yang terlalu lambat pada larutan seperti H2C2O4 Pemberian KMnO4 yang terlalu lambat pada larutan H2C2O4 yang telah ditambahkan H2SO4 dan telah dipanaskan mungkin akan terjadi kehilangan oksalat karena membentuk peroksida yang kemudian terurai menjadi air. H2C2O4 + O2 ↔ H2O2 + 2CO2↑ H2O2 ↔ H2O + O2↑ Hal ini dapat menyebabkan pengurangan jumlah KMnO4 yang diperlukan untuk titrasi yang pada akhirnya akan timbul kesalahan titrasipermanganometri yang dilaksanakan. E. MANFAAT TITRASI PERMANGANOMETRI Untuk mengetahui kadar dari zat-zat yang bilangan oksidasinya masih dapat dioksidasi. Dalam bidang industri, metode ini dapat dimanfaatkan dalam pengolahan air, dimana secara permanganometri dapat diketahui kadar suatu zat sesuai dengan sifat oksidasi reduksi yang dimilikinya, sehingga dapat dipisahkan apabila tidak diperlukan atau berbahaya.