Anda di halaman 1dari 24

Laporan Praktikum

KIMIA FARMASI I
“ARGENTOMETRI”
Diajukan Untuk Memenuhi Salah-Satu Persyaratan Praktikum Kimia farmasi
I 2022

OLEH :

NAMA : NUR ADHA IYONU


KELOMPOK : II (DUA)
KELAS : B-D3 FARMASI 2021
ASISTEN : CALVIN SAKO

LABORATORIUM KIMIA ANALISIS


JURUSAN FARMASI
FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2022
Lembar Pengesahan
LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA FARMASI I
“ARGENTOMETRI”

OLEH :
KELAS : B -D3 FARMASI 2021
KELOMPOK : II (DUA)

1. FARADILAH PRATIWI YASILU (821321047)


2. NATASYA MELLY JULIANTI (821321051)
3. REFO AKBAR PALIMA (821321057)
4. NURAIN TAMUTU (821321046)
5. NURULM HIDAYANTI S TIMUMUN (821321065)
6. NUR ADHA IYONU (821321068)

Gorontalo, Oktober 2022 NILAI


Mengetahui
Asisten

CALVIN SAKO
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Segala puji syukur bagi Allah SWT atas segala rahmat dan nikmat-Nya
yang telah diberikan kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan
praktikum kimia farmasi I. Dan tidak lupa pula kita panjatkan shalawat serta
salam kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, yang telah menjadi suri
tauladan yang baik bagi umatnya.
Adapun tujuan dari saya menulis laporan ini yakni untuk memenuhi tugas
laporan praktikum dari Asisten pada praktikum kimia farmasi. Selain itu, laporan
ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Argentometri.
Laporan ini dapat selesai dengan lancar karena tidak lepas dari bantuan
asisten yang bertanggung jawab pada praktikum ini, untuk itu saya ucapkan
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada asisten saya pada percobaan praktikum
ini.
Saya sangat menyadari bahwa laporan ini masih sangat jauh dari kata
sempurna, hal ini karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang kami
miliki. Untuk itu saya mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
agar laporan ini bisa dapat menambah pengetahuan bagi pembaca. Semoga
penulisan laporan praktikum ini dapat bermanfaat terima kasih.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Gorontalo, Oktober 2022


Mengetahui

NUR ADHA IYONU

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan Percobaan 2
1.3 Manfaat Percobaan 2
1.4 Prinsip Percobaan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3
2.1 Dasar Teori 3
2.2 Uraian Bahan 9
BAB III METODE PRAKTIKUM 14
3.1 Waktu dan Tempat 14
3.2 Alat dan Bahan 14
3.3 Prosedur Kerja 14
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 15
4.1 Hasil 15
4.2 Pembahasan 16
BAB V PENUTUP 18
5.1 Kesimpulan18
5.2 Saran 18
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan zaman, Indonesia mulai bertahap
melaksanakan pembangunan di segala lini bidang, termasuk ialah bidang industri.
Industri kimia sebagai salah satu industri vital dan strategis, telah mendapat
perhatian lebih dalam pengembangannya, mengingat industri ini mempunyai
keterkaitan dengan perkembangan dengan industri terkait. Salah satu industri
kimia ialah industri farmasi.
Farmasi adalah ilmu yang mempelajari cara membuat, mencampur,
meracik formulasi obat, identifikasi, kombinasi, analisis dan standarisasi atau
pembakuan obat secara pengobatan, termasuk pula sifat-sifat obat dan
distribusinya serta penggunaannya yang aman. Salah satu ilmu yang dipelajari
dalam farmasi adalah kimia farmasi (Syamsuni, 2006).
Kimia farmasi merupakan suatu disiplin ilmu gabungan kimia dan farmasi
yang terlibat dalam desain, isolasi sintesis, analisis, identifikasi, pengembangan
bahan-bahan alam dan sintetis yang digunakan sebagai obat-obat farmasetika,
yang dapat digunakan untuk terapi. Bidang ini juga melakukan titrasi (Meyliana
W, 2012).
Titrasi merupakan suatu metode analisis kuantitatif untuk menentukan
konsentrasi dari suatu larutan menggunakan larutan lain yang telah distandarisasi
atau larutan yang konsentrasinya telah diketahui. Dalam metode titrimetri ini,
larutan yang akan ditentukan konsentrasinya disebut titran. Penambahan titran ke
dalam analit dilakukan hingga tercapai titik ekuivalen dimana akan terjadi
perubahan warna dari larutan indikator. Salah satu cara dalam penentuan kadar
larutan asam basa adalah dengan melalui proses titrasi argentometri (Phiin’s,
2010).
Argentometri adalah suatu proses titrasi yang menggunakan garam
argentum nitrat (AgNO3) sebagai larutan standard. Dalam titrasi argentometri,
larutan AgNO3 digunakan untuk menetapkan garam-garam halogen dan sianida
karena kedua jenis garam ini dengan ion Ag+ dari garam standard AgNO3 dapat

1
memebesntuk suatu endapan atau suatu senyawa kompleks. Berdasarkan jenis
indikator dan teknik titrasi yang dipakai maka titrasi argentometri dapat dibedakan
atas tiga metode yaitu metode Mohr, metode Volhard, dan metode Vajans (Sinta,
2013).
Metode mohr yaitu indikator yang digunakan adalah indikator K 2CrO4,
titrannya AgNO3. Terutama untuk menentukkan garam klorida dengan titrasi
langsung atau mnentukkan garam perak dengan titrasi kembali setelah
ditambahkan larutan baku NaCl berlebih. Kedua yaitu cara Volhar,
menggunakan indikator Fe3+, titrannya KSCN atau NH4SCN untuk menentukkan
garam perak dengan titrasi langsung atau garam-garam klorida, bromida, iodida,
tiosianat, juga untuk anion-anion lain yang lebih mudah larut dari AgSCN, tetapi
dengan usaha khusus. pH harus cukup rendah sekitar 0,3 MH +, agar Fe3+ tidak
terhidrolisa. Dan yang ketiga adalah cara Fajans, indikator yang digunakan adalah
indikator adsorben menurut macam anion yang diendapkan oleh Ag+, titran
AgNO3, pH tergantung dari macam anion dan indikator yang dipakai (Mulyono,
2005).
Berdasarkan dari hal diatas, maka dilakukan percobaan praktikum
argentometri dengan menentukan kadar zat dalam suatu larutan yang dilakukan
dengan pembentukan endapan bersama ion Ag+.
1. 2 Tujuan Praktikum
1. Mahasiswa dapat mengetahui apa itu argentometri
2. Mahasiswa dapat mengetahui cara menentukan kadar suatu zat dengan
menggunakan metode argentometri
1.3 Manfaat Praktikum
Mahasiswa mampu menentukan kadar zat dalam suatu larutan yang
dilakukan dengan pembentukan endapan bersama ion Ag+.
1.4 Prinsip Percobaan
Argentometri merupakan titrasi yang melibatkan reaksi antara ion halida
(Cl-, Br-, I-) atau anion lainnya (CN-, CNS-) dengan ion Ag+ (Argentum) dari
perak nitrat (AgNO3) dan membentuk endapan perak halida (AgX). METODE

2
MOHR : Prinsip : AgNO3 akan bereaksi dengan NaCl membentuk endapan AgCl
yang berwarna putih

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dasar Teori
2.1.1 Pengertian Titrasi
Titrasi merupakan proses reaksi netralisasi yang dipakai untuk
menentukan konsentrasi dari suatu larutan asam atau basa dengan
menambahkan setetes demi setetes larutan basa ke dalam larutan asam. Titik
ketika melakukan titrasi dimana titran yang diteteskan cukup untuk membuat
reaksi yang sempurna disebut dengan titik ekuivalen yang ditandai dengan
perubahan warna pada larutan. Titik akhir titrasi merupakan titik pada saat
indikator berubah warna. Asidimetri adalah penentuan kadar suatu basa
dengan menggunakan asam sebagai larutan standar primer. Sedangkan
alkalimetri merupakan penentuan kadar suatu asam dengan menggunakan basa
sebagai larutan standar primer (Yurida dkk, 2013).
Titrasi adalah cara analisis yang memungkinkan untuk mengukur jumlah
yang pasti dari suatu larutan dengan mereaksikan dengan suatu larutan lain yang
konsentrasinya diketahui. Analisis semacam ini yang menggunakan pengukuran
volume larutan reaktan disebut analisis volumetri. Pada suatu titrasi, salah satu
larutan yang mengandung suatu reaktan dimasukkan ke dalam buret, sebuah
tabung panjang yang salah satu ujungnya mempunyai kran dan diberi skala dalam
mililiter dan sepersepuluh mililiter (Fatih, 2008).
Titrasi merupakan proses penentuan banyaknya suatu larutan dengan
konsentrasi yang telah diketahui sebelumnya untuk bereaksi secara lengkap
dengan larutan yang konsentrasinya belum diketahui sebelumnya (Keenan,1980).
Titrasi umumnya digunakan untuk pembakuan atau standardisasi pada larutan
baku sekunder, seperti NaOH dan HCL dengan menggunakan larutan baku
primer, seperti asam oksalat, NaCl atau larutan baku sekunder yang telah

3
dilakukan standarisasi terlebih dahulu menjadi larutan baku primer (Sulastri,
2009).
2.1.2 Pengertian Argentometri
Istilah Argentometri diturunkan dari bahasa latin Argentum, yang berarti
perak. Jadi, Argentometri merupakan salah satu cara untuk menentukan kadar zat
dalam suatu larutan yang dilakukan dengan titrasi berdasar pembentukan endapan
dengan ion Ag+. Pada titrasi argentometri, zat pemeriksaan yang telah dibubuhi
indikator dicampur dengan larutan standar garam perak nitrat (AgNO3). Dengan
mengukur volume larutan standar yang digunakan sehingga seluruh ion Ag+ dapat
tepat diendapkan, kadar garam dalam larutan pemeriksaan dapat ditentukan
(Rufaida dan Waldjinah, 2009).
Argentometri merupakan titrasi yang melibatkan pembentukan endapan
dari garam yang tidak mudah larut antara titrant dan analit. Hal dasar yang
diperlukan dari titrasi jenis ini adalah pencapaian keseimbangan pembentukan
yang cepat setiap kali titran ditambahkan pada analit, tidak adanya interferensi
yang menggangu titrasi, dan titik akhir titrasi yang mudah diamati (Mulyono,
2005).
Argentometri merupakan salah satu cara analisi kuantitatif dengan
sistem pengendapan (presipitasi). Cara analisis ini biasanya dipergunakan untuk
menentukan ion-ion halogen, ion perak, ion tiosianat, serta ion-ion lain yang dapat
diendapkan oleh larutan standardnya (Tim praktikum, 2020).
Studi kuantitatif mengenai reaksi penetralan asam-basa paling nyaman
apabila dilakukan dengan menggunakan prosedur yang disebut titrasi
(titration). Dalam percobaan titrasi suatu larutan yang konsentrasinya telah
diketahui secara pasti disebut sebagai larutan standar (standard solution) atau
larutan baku, yang ditambahkan secara bertahap ke larutan lain yang
konsentrasinya tidak diketahui, sampai reaksi kimia antara kedua larutan tersebut
berlangsung sempurna (Chang, 2005).
Dasar titrasi argentometri adalah pembentukan endapan yang tidak
mudah larut antara titran dengan analit. Sebagai contoh yang banyak dipakai
adalah titrasi penentuan NaCl dimana ion Ag+ dari titran akan bereaksi dengan

4
ion Cl- dari analit membentuk garam yang tidak mudah larut AgCl (Kisman,
2018).
Ag(NO3)(aq) + NaCl(aq) AgCl(s) + NaNO3(aq)
Setelah semua ion klorida dalam analit habis maka kelebihan ion
perak akan bereaksi dengan indikator. Indikator yang dipakai biasanya adalah ion
kromat CrO42- dimana dengan indicator ini ion perak akan membentuk
endapan berwarna coklat kemerahan sehingga titik akhir titrasi dapat diamati.
Indikator lain yang bisa dipakai adalah tiosianida dan indicator adsorbsi.
Berdasarkan jenis indikator dan teknik titrasi yang dipakai maka titrasi
argentometri dapat dibedakan atas Argentometri dengan metode Mohr,
Volhard, atau Fajans. Selain menggunakan jenis indikator diatas maka kita juga
dapat menggunakan metode potensiometri untuk menentukan titik ekuivalen
(Kisman, 2018).
Salah satu jenis titrasi pengendapan yang sudah lama dikenal adalah
melibatkan reaksi pengendapan antara ion halida (Cl-, I-, Br-) dengan ion
perak Ag+. Titrasi ini biasanya disebut sebagai Argentometri yaitu titrasi
penentuan analit yang berupa ion halida (pada umumnya) dengan
menggunakan larutan standart perak nitrat AgNO3. Titrasi argentometri tidak
hanya dapat digunakan untuk menentukan ion halide akan tetapi juga dapat
dipakai untuk menentukan merkaptan (thioalkohol), asam lemak, dan beberapa
anion divalent seperti ion fosfat dan ion arsenat (Kisman, 1988).
Metode-metode yang digunakan dalam titrasi Argentometri :
1. Metode Mohr
Salah satu jenis titrasi pengendapan adalah titrasi Argentometri.
Argentometri merupakan titrasi yang melibatkan reaksi antara ion halida (Cl-, Br-,
I-) atau anion lainnya (CN-, CNS) dengan ion Ag + dari perak nitrat (AgNO3) dan
membentuk endapan perak halida (AgX). Konsentrasi ion klorida dalam suatu
larutan dapat ditentukan dengan cara titrasi dengan larutan standart perak nitrat.
Endapan putih perak klorida akan terbentuk selama proses titrasi berlangsung dan
digunakan indicator larutan kalium kromat encer. Setelah semua ion klorida
mengendap maka kelebihan ion Ag+ pada saat titik akhir titrasi dicapai akan

5
bereaksi dengan indicator membentuk endapan coklat kemerahan Ag2CrO4
(Mulyono, 2005).
Ketajaman titik ekuivalen tergantung dari kelarutan endapan yang
terbentuk dari reaksi antara analit dan titrant. Endapan dengan kelarutan yang
kecil akan menghasilkan kurva titrasi argentometri yang memiliki kecuraman
yang tinggi sehingga titik ekuivalen mudah ditentukan, akan tetapi endapan
dengan kelarutan rendah akan menghasilkan kurva titrasi yang landai sehingga
titik ekuivalen agak sulit ditentukan. Hal ini analog dengan kurva titrasi antara
asam kuat dengan basa kuat dan antara asam lemah dengan basa kuat (Harjadi,
2013).
2. Metode Volhard
Metode ini digunakan untuk menentukan kandungan perak dalam suasana
asam dengan larutan standar kalium atau amonium tiosianat berlebih. Kelebihan
tiosianat dapat ditetapkan secara jelas dengan garam besi (III) nitrat atau besi (III)
amonium sulfat sebagai indikator yang membentuk warna merah dari
kompleks besi (III) tiosianat dalam suasana asam nitrat 0,5– 1,5 N. Titrasi ini
harus dilakukan dalam suasana asam, sebab ion besi (III) akan diendapkan
menjadi Fe (OH)3 jika suasananya basa, sehingga titik akhir tidak dapat diamati.
Prinsip Pada metode ini, sejumlah volume larutan standar AgNO 3
ditambahkan secara berlebih ke dalam larutan yang mengandung ion halida.
Konsentrasi ion klorida, iodide, bromide dan yang lainnya dapat ditentukan
dengan menggunakan larutan standar perak nitrat. Larutan perak nitrat
ditambahkan secara berlebih kepada larutan analit dan kemudian kelebihan
konsentrasi larutan Ag+ dititrasi dengan menggunakan larutan standar
tiosianida (SCN-) dengan menggunakan indikator ion Fe3+. Ion besi (III) ini akan
bereaksi dengan ion tiosianat membentuk kompleks yang berwarna merah
(Mulyono, 2005).
3. Metode K. Fajans
Metode ini digunakan indikator adsorbsi untuk mengetahui titik
ekuivalen.Indikator akan teradsorpsi oleh endapan. Indikator ini tidak

6
memberikan perubahan warna kepada larutan, tetapi pada permukaan endapan.
Endapan harus dijaga agar tidak membentuk koloid.
Prinsip pada titrasi Argentometri dengan metode Fajans ada dua
tahap untuk menerangkan titik akhir titrasi dengan indikator absorpsi
(fluorescein). Indikator adsorbsi dapat dipakai untuk titrasi argentometri.
Titrasi argentometri yang menggunakan indikator adsorbsi ini dikenal dengan
sebutan titrasi argentometri metode Fajans. Sebagai contoh marilah kita
gunakan titrasi ion klorida dengan larutan standart Ag+ (Mulyono, 2005).
Endapan perak klorida membentuk endapan yang bersifat koloid.
Sebelum titik ekuivalen dicapai maka endapat akan bermuatan negative
disebakkan teradsorbsinya Cl- di seluruh permukaan endapan. Dan terdapat
counter ion bermuatan positif dari Ag+ yang teradsorbsi dengan gaya elektrostatis
pada endapat. Setelah titik ekuivalen dicapai maka tidak terdapat lagi ion Cl-
yang teradsorbsi pada endapan sehingga endapat sekarang bersifat netral
(Mulyono, 2005).
2.1.3 Fungsi Argentometri
Titrasi Argentometri, Salah Satu Jenis Titrasi. Ada lagi salah satu jenis
titrasi yang perlu Anda ketahui, yakni titrasi argentometri. Seperti fungsi
titrasi pada umumnya, jenis titrasi yang satu ini juga digunakan
untuk memeriksa kadar atau konsentrasi zat tersebut (Mulyono,2005)
2.1.4 Tahap-tahap argentometri
Pada tahap-tahap pertama dalam titrasi, endapan terdapat dalam
lingkungan dimana masih ada kelebihan ion X- dibanding dengan Ag+; maka
endapan menyerap ion-ion X- sehingga butiran-butiran koloid menjadi bermuatan
negatif. Karena muatan Fl- juga negatif, maka Fltidak dapat ditarik atau diserap
oleh butiran-butiran koloid tersebut. Makin lanjut titrasi dilakukan, makin kurang
kelebihan ion X-; menjelang titik ekivalen, ion X- yang terserap endapan akan
lepas kembali karena bereaksi dengan titrant yang ditambah saat itu, sehingga
muatan koloid makin berkurang negatif. Pada titik ekivalen tidak ada kelebihan
X- maupun Ag+; jadi koloid menjadi netral. Setetes titrant kemudian
menyebabkan kelebihan Ag+. Ion-ion Ag+ ini diserap oleh koloid yang menjadi

7
positif dan selanjutnya dapat menarik ion Fl- dan menyebabkan warna endapan
berubah mendadak menjadi merah muda (Hajadi,2013)
2.1.5 Kelebihan dan kekurangan
Kelebihan dan kekurangan titrasi argentometri Titrasi pengendapan adalah
anilisis titrimetri berdasarkan proses terbentuknya endapan antara reagen dengan
analit dan reagen dengan indikator dengan warna yang berbeda. Hal dasar yang
diperlukan dari titrasi pengendapan adalah pencapaian keseimbangan
pembentukan yang cepat setiap kali titran ditambahkan pada analit, tidak adanya
interferensi yang menggangu titrasi, tetapi ditambah dengan titik akhir titrasi yang
mudah diamati. Adapun dalam titrasi pengendapan terdapat kelebihan dan
kekurangan yang signifikan, diantaranya : Jumlah metode titrasi pengendapan
tidak sebanyak titrasi asam-basa ataupun titrasi reduksi-oksidasi (redoks)
(Harjadi,2013).
2.1.6 Prinsip Argentometri
Argentometri merupakan titrasi yang melibatkan reaksi antara ion halida
(Cl-, Br-, I-) atau anion lainnya (CN-, CNS-) dengan ion Ag+ (Argentum) dari
perak nitrat (AgNO3) dan membentuk endapan perak halida (AgX). METODE
MOHR : Prinsip : AgNO3 akan bereaksi dengan NaCl membentuk endapan AgCl
yang berwarna putih (Sulastri,2009)
2.1.7 Faktor-faktor Argentometri
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kelarutan suatu zat adalah:
1. Ph
2. Temperatur
3. Jenis Pelarut
4. Bentuk dan ukuran partikel Konstanta dielektrik pelarut
5. Adanya zat-zat lain, misalnya surfaktan pembentuk komplek ion sejenis,
dll (Pantang, 2010).
2.2 Uraian Bahan
2.2.1 Alkohol (Dirjen POM edisi III)
Nama Resmi : AETHANOLUM
Nama lain : Alkohol, etanol, ethyl alcohol

8
Rumus molekul : C2H6O
Rumus struktur :

Berat molekul : 46,07 g/mol


Pemerian : Cairan tidak berwarna, jernih mudah menguap dan
mudah bergerak, bau khas rasa panas, mudah
terbakar dan memberikan nyala biru yang tidak
berasap
Kelarutan : Sangat mudah larut dal am air, dalam kloroform p
dan eter p
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terhindar dari cahaya,
ditempat sejuk jauh dari nyala api.
Kegunaan : Sebagai zat tambahan, juga dapat membunuh kuman
2.2.2 Aquades (Dirjen POM edisi III)
Nama Resminya : AQUA DESTILATA
Nama Lainnya : Aquades, air suling
Rumus Molekul : H2O
Rumus Struktur :

Berat Molekul : 18,02 gr/mol


Pemerian : Cairan tidak berwarna dan berbau dan tidak berasa
Kelarutan : Larut dengan semua jenis larutan
Kegunaan : Zat pelarut
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
2.2.3 AgNO3 (Dirjen POM, 1979)
Nama resmi : ARGENTIINITRAS
Nama lain : Perak Nitrat
Rumus struktur :

9
Rumus molekul : AgNO3
Berat molekul : 169,87 g/mol
Pemerian : Hablur berwarna putih, tidak berbau
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai larutan baku
Khasiat : Sebagai bahan peledak, fotografi dan keramik
2.2.4 NATRIUM KLORIDA (Ditjen POM, 1979: 53)
Nama Resmi : NATRIUM CLORIDA
Nama Lain : Sodium chloride
Rumus Molekul : HCl
Rumus Struktur :

Berat Molekul : 58,44 g/mol


Pemeriaan : Serbuk hablur berwarna putih
Kelarutan : Larut dalam air
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai sampel
2.2.5 K2CrO4 (Ditjen POM, 1995)
Nama Resmi : KALIUM KROMAT
Nama Lain : Kalium kromat
Rumus Molekul : K2CrO4
Rumus struktur :

10
Berat Molekul : 194
Pemerian : Hablur kuning
Kelarutan : Sangatmudah larut dalam air
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai indikator

BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu Dan Tempat
Praktikum kimia farmasi 1 percobaan “Argentometri” dilaksanakan pada
hari rabu, 26 Oktober 2022 pukul 10.00 wita sampai dengan 13.00. Dilaksanakan
di Laboratorium Kimia Analisis, Jurusan Farmasi, Fakultas Olahraga dan
Kesehatan, Universitas Negeri Gorontalo.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum yaitu batang Pengaduk,
Buret, Gelas Kimia, Gelas Ukur, Labu Takar, Neraca Analitik, Kertas Perkamen,
Pipet tetes.
3.2.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum yaitu Aquadest, Alkohol
70 %, AgNO3, Garam Dapur, Indikator kalium kromat,NaCL.
3.3 Cara Kerja
3.3.1 Pembekuan Larutan Agno3
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Dibersuhkan alat menggunakan alkhol 70%

11
3. Ditimbang sebanyak 1 gram garam dan dilarutkan dalam 50 mL aquadest
lalu diencerkan dalam labu 100 mL untuk membuat larutan Nacl
4. Dimasukan 50 mL didalam buret larutan Agno3
5. Dituang sebanyak 25 mL larutan Nacl
6. Ditambahkan 1 mL larutan indicator kalium kromat
7. Dititrasi larutan Nacl dengan Agno3
8. Dihentikan titras apabila sudah terjadi perubahan warna Merah Bata
3.3.2 Penetapan NaCL pada garam dapur
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Dibersihkan alat menggunakan alkohol 70%
3. Ditimbang sampel garam sebanyak 1 gram
4. Dilarutkan sampel garam dapur di dalam gelas beker
5. Dimasukan larutan tersebut kedalam labu takar sebanyak 100 mL dan
diencerkan tanda batas
6. Dipipeti 25 mL larutan dan dimasukan kedalam erlemeyer, ditambahkan
indicator kalium kromat dan titrasi dengan Agno3
7. Dihentikan titrasi ketika terjadi perubahan warna merah bata
8. Dihitung kadar Nacl dalam garam dapur

12
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Tabel Hasil Pengamatan
Reaksi Volume Warna Warna Akhir Gambar
Terpakai Awal
NaCl + AgNO3 22 Kuning Merah bata

Indikator K2CrO4 40 Kuning Merah bata

4.1.2 Perhitungan
a) N AgNO3 = mg NaCl x Valensi
BM NaCl x V AgNO3
= 600 x 1
58,44 x 22
= 600
1.285,68
= 0,46 mg
b) % kadar = V AgNO3 x N AgNO3 x BE x 100 %
mg sampel
= 34 x 0,46 x 50,44 x 100 %
1.000
= 914,0016 x 100 %
18,0
= 91%

13
4.2 Pembahasan
Pada praktikum kali ini dilakukan metode argentometri untuk mendapatkan
kadar halogenida dan senyawa-senyawa yang terbentuk endapan denfan reaksi
nitrat (AgNO3) dimana menurut Khopkar (1965) Argentometri merupakan titrasi
pengendapan sampel yang dianalisis dengan menggunakan ion perak. Menurut
Underwood (2010) Argentometri adalah penetapan kadar suatu zat dalam larutan
berdasarkan pengendapan dengan memakai larutan AgNO3 sebagai standar. Pada
reaksi argentometri terbentuk endapan AgCl (perak klorida). Endapan adalah
padatan yang tidak larut dan terpisah dari larutan. Analisa argentometri ini
biasanya digunakan untuk penentuan kadar senyawa yang mengandung unsur
halogen (SPU golongan VII A, yaitu Cl, Br, I) karena reaksi antara ion Ag+ dan
ion dari senyawa tersebut dapat menghasilkan suatu endapan. Satu grek dalam
metode ini adalah kemampuan suatu zat untuk mengikat atau melepas 1 ion perak
(Ag+). Dalam argentometri, yang dimaksud dengan larutan normal adalah larutan
yang ekuivalen dengan 1 mol ion Ag+ tiap 1 mol AgNO3.
Adapun alat yang digunakan yaitu batang pengaduk, buret, corong, gelas
ukur, erlenmeyer, neraca analitik dan pipet tetes. Bahan yang digunakan yaitu
AgNO3, aquadest, alkohol 70%, NaCl, Kr2CrO4.
Langkah pertama yang dilakukan sebelum masuk ke tahap kerja adalah
menyiapkan alat dan bahan terlebih dahulu, kemudian membersihkan alat dengan
alkohol 70%, dimana Menurut siswadono (1995), tujuan digunakan alkohol
karena alkohol bersifat bakterisid untuk antiseptik atau desinfektan yang dapat
menurunkan tegangan permukaan sel bakteri dan denaturasi bakteri. Desinfektan
adalah zat kimia yang menghancurkan atau mengurangi pertumbuhan
mikroorganisme patogen/parasit pada permukaan benda mati sedangkan antiseptik
berupa zat atau substansi yang menghentikan atau menghambat pertumbuhan
mikroorganisme patogen/parasit pada permukaan banda hidup/mahkluk hidup.
Pada percobaan pembakuan larutan AgNo3 standarisasi digunakan NaCl
sebagai standar primer. Untuk mementukan konsentrasi baku larutan sekunder.
Pada penetapan kadar NaCl digunakan 1 gram NaCl dan dilarutkan dalam 100 mL
air, lalu dituangkan 25 mL larutan NaCl kedalam labu erlenmeyer dan ditetesi

14
indikator K2CrO4, Dimana menurut Sudadji (2007), penambahan indikator kalium
kromat (K2CrO4) bertujuan untuk mengetahui warna dari titik akhir titrasi. Setelah
itu dititrasi dengan larutan baku AgNO3 dimana menurut Suddharnatha, dkk
(2015) Larutan botol berwarna coklat. Perak nitrat mudah terurai oleh cahaya
menjadi perak oksida. Lalu diamati perubahan warna dan adanya endapan dimana
menurut Sudadji (2007), reaksi pengendapan terjadi dimana senyawa klorida
dalam NaCl berada pada suasana netral dengan tambahan larutan baku sekunder
perak nitrat (AgNO3) dan penambahan larutan indikator kalium kromat (K2CrO4)
pada permulaan titrasi akan terjadi endapan perak klorida setelah titik ekuivalen,
maka dengan penambahan sedikit perak nitrat akan bereaksi dengan kromat dan
membentuk endapan.
Tercatat volume titran (AgNO3) yang digunakan pada titrasi standarisasi
sebanyak 21 ml. Volume dicatat dan setelah dilakukan perhitungan dan
didapatkan baku larutan AgNO3 sebesar 0,476N
Adapun reaksi-rekasi yang terjadi pada tahap ini yaitu:
AgNO3 + NaCl AgCl + NaNO3
2Ag+ + CrO42- Ag2CrO4
Pada percobaan penetapan NaCl dalam garam dapur (cara mohr) digunakan
1 gram garam dapur dan dilarutkan dalam 50 mL aquadest dalam gelas beker.
Lalu dimasukkan kedalam labu takar 100 ml dan encerkan sampai batas. Menurut
Suddharnata dkk, (2015) Pengenceran digunakan untuk membuat larutan dengan
konsentrasi yarg Lebih rendah dari larutan dengan konsentrasi lebih tinggi/pekat
dan setelah itu ditambahkan indikator K2CrO4 ( kalium kromat) sebanyak 3 tetes
ke dalam erlenmeyer. Dimana menurut Suddharnatha, dkk (2015) Penambahan
indikator dilakukan untuk mempermudah penentuan titik akhir titrasi. Hal ini
disebabkan karena kalium kromat (K2CrO4) warna endapannya sangat berbeda
dengan endapan yang dihasilkan oleh klorida jika bereaksi dengan ion perak yaitu
coklat untuk perak kromat dan putih untuk perak klorida. Setelah itu dititrasi
dengan larutan baku AgNO3 dimana menurut Suddharnatha, dkk (2015) Larutan
baku harus dilindungi dari cahaya matahari panas maka harus disimpan dalam
botol berwarna coklat. Perak nitrat mudah terurai oleh cahaya menjadi perak

15
oksida. Lalu diamati perubahan warna dan adanya endapan. Kadar NaCl dalam
sampel garam dapur yang didapat yaitu 91%
Kemungkinan kesalahan yang dilakukan pada percobaan kali ini yaitu
kesalahan dalam pengumpulan data dan jumlah yang digunakan dalam pengujian
yang tidak tepat yang sangat berpengaruh pada hasil akhir.

16
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Argentometri merupakan salah satu metode dari titrasi penetapan. Titrasi
dengan metode ini digunakan dalam penentuan ion halogenida. metode
pengendapan digunakan karena metode ini lebih mudah dilakukan dengan
memisahkan suatu sampel menjadi komponen-komponennya dan saat ini
pengendapannya merupakan teknik pemisahan yang luas penggunaannya. Setelah
melakukan praktikum ini dapat diambil kesimpulan hasil kadar NaCl dalam
sampel garam dapur sebesar 91%
5.2 Saran
5.2.1 Saran untuk jurusan
Diharapkan agar kiranya pihak jurusan dapat meningkatkan fasilitas-
fasilitas yang ada pada laboratorium yang digunakan.
5.2.2 Saran untuk asisten
Diharapkan agar kiranya dapat terjadi kerjasama yang lebih baik bagi antar
asisten dan praktikan saat berada di dalam laboratorium maupun diluar
laboratorium. Sebab, kerjasama yang baik akan lebih mempermudah proses
penyaluran pengetahuan dari asisten kepada praktikan.
5.2.3 Saran untuk praktikan
Diharapkan kepada para praktikan agar kiranya dapat menyimak dengan
baik saat asisten memberikan arahan agar mempermudah kita menyelesaikan
praktikan tersebut.
5.2.4 Saran untuk laboratorium
Diharapkan untuk dapat melengkapi peralatan atau bahan yang akan
digunakan untuk kegiatan praktikum agar kegiatan bisa berjalan dengan lancar.

17
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Rohman. (2007). Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Agnestia, M.I. (2014). Intisari Kimia. Bandung: CV Pustaka Setia.

Andari, S. (2013). Perbandingan Penetapan Kadar Ketoprofen Tablet Secara


Alkalimetri dengan Spektrofotometri-Uv.Jurnal Eduhealth 3(2). Hal 114-
119.

Anis Dyah Rufaida, Waldjinah. 2012. “Kimia untuk SMA/MA”. Klaten : PT Intan
Pariwara.

Basset, J, et al. (1994). Buku Ajar Vogel Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik.
Edisi 4. Pudjaatmaka, A.H., Setiono, L., Penerjemah; Pudjaatmaka, A.H.;
editor. Jakarta : EGC. Terjemah dari: Vogel’s Textbook of Quantitative
Inorganic Analysis Including Elementary Instrumental Analysis.

Brady, James E., Kimia Universitas Asas & Struktur Jilid 1, Edisi Ke5, Jakarta:
Binarupa Aksara, 1999.

[Depkes, RI] Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1979). Farmakope


Indonesia Edisi III : Departemen Kesehatan Indonesia.

Didik, Setyo dkk. 2009. Buku  Ajar  Analisis Kuantitatif . Semarang : Universitas


Diponegoro.

Ditjen POM. (1979). Farmakope Indonesia, Edisi ke III, Departemen Kesehatan


Republik Indonesia, Jakarta

Fatih, Ahmad. 2008. Kamus Lengkap Kimia. Yogyakarta :


Yogyakarta: Panji Pustaka.

Indira, Cita. 2015. “Pembuatan Indikator Asam Basa Karamunting”. Jurnal


Kaunia. IX(1). 1-10.

Keenan, C. W., Kleinfelter, C. D., & Wood, J. H. (1980). General College


Chemistry, 6th edition. Knoxville: Harper and Row Publisher, Inc.

Khadijah. 2013. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Cipta pustaka Media.

Khopkar, S.M. 1985. Konsep Dasar Kimia Analitik. Depok : UI Press.

Nahri, Azizah. (2015). Penentuan Sifat Keasaman Dan Kebasaan Larutan.


Jakarta : Salemba Medika.

Nugroho, Nurrezki, Desi Warnaliza, Wilis. 2014. Buku Ajar Asuhan Kebidanan I.
Yogyakarta : Nuha Medika
Padmaningrum, R.T. 2016. Titrasi Iodimetri. Makalah, FMIPA – UNY,
Yogyakarta. Prosiding Seminar Nasional Kimia dan
Pembelajarannya.Jurusan Kimia FMIPA, Universitas Negeri Malang.

Phiin’s, 2010. Percobaan alsidi-alkalimetri. Ilmu Kimia Untuk Universitas.


Bandung: ITB

Priscilla LeMone, dkk. (2017). Buku Ajar Keperawatan medical Bedah. Jakarta :
EGC

Sulastri. 2009. Peningkatan Kemampuan Operasi Hitung Penjumlahan Bilangan


Bulat Melalui Media “Red and White Stik” pada Siswa Kelas IV SD
Nasima Semarang Tahun pelajaran 2008/2009. Yogyakarta: Universitas
Sanata Dharma.

Syamsuni, 2006, Farmasetika Dasar Dan Hitungan Farmasi, Penerbit Buku


Kedokteran EGC, Jakarta. 29 – 31.

Wood kleinfelter, 1980. Kimia Dasar Untuk Universitas Jilid I. Jakarta: Erlangga.

Yurida M, Afriani E, Arita S (2013). Asidi-alkalimetri. Jurnal Teknik Kimia, 19


(2): 1-8.

Anda mungkin juga menyukai