IODOMETRI
Disusun Oleh:
Muhammad Davi Pratama (2307026159)
Dosen Pengampu:
Dra. Silvia Renni Yenti, M.Si
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur tercurah kepada Allah SWT atas taufik, hidayah, berkat dan
rahmat-Nya. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada suri tauladan
kita Rasulullah saw, keluarganya, sahabatnya serta para pengikutnya hingga akhir
zaman.
Penulis akhirnya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Iodometri.
Makalah ini disusun sebagai tugas untuk mata kuliah Kimia Analisa Klasik di
Universitas Riau.
Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang
membangun untuk penyusunan laporan selanjutnya.
Akhir kata, penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat dan
menambah pengetahuan pihak yang menggunakannya.
ii
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................iii
A. Titrimetrik (Volumetrik)...................................................................................1
B. Gravimetrik.......................................................................................................5
C. Metode Instrumental.........................................................................................6
BAB II IODOMETRI...............................................................................................7
A. Teori Yodometri................................................................................................7
B. Prinsip Iodometri...............................................................................................8
C. Macam-macam Titrasi Iodometri......................................................................9
D. Larutan Baku...................................................................................................13
E. Standardisasi....................................................................................................18
F. Penentuan Titik Akhir.....................................................................................24
G. Faktor yang Mempengaruhi Titrasi Iododmetri..............................................26
ii
i
BAB I
KIMIA ANALISIS
A. Titrimetrik (Volumetrik)
1
konsentrasinya (analit) dengan sebuah larutan hasil standarisasi yang sudah
diketahui konsentrasi dan volumenya (titrant). Tetesan titrant dihentikan
ketika titik ekuivalen telah tercapai. Titik ekuivalen adalah titik
dimana titrant dan analit tepat bereaksi atau jumlah volume
larutan titrant dengan mol tertentu telah sama dengan mol larutan analit. Titik
ekuivalen ini susah diamati, karena kebanyakan larutan sampel yang
dianalisis tidak berwarna. Yang bisa diamati adalah titik akhir titrasi. Titik
akhir titrasi ditentukan dengan menggunakan larutan indikator. Indikator ini
akan berubah warna jika volume larutan titrant yang menetesi analit berlebih
atau dengan kata lain saat larutan analit sudah bereaksi semua. Akhir reaksi
selama titrasi diketahui dengan bantuan suatu indikator.
Ada sejumlah besar asam dan basa yang dapat diketahui kadarnya dengan
menggunakan metode titrimetri. Jika HA mewakili asam yang akan
ditentukan dan B mewakili basa, reaksinya adalah sebagai berikut:
HA + OH- A- + H2O
Atau
Titran pada umumnya adalah larutan standar dari elektrolit kuat, seperti
natrium hidroksida dan asam klorida.
2
2. Titrasi oksidasi reduksi (redoks)
3. Titrasi pengendapan
4. Titrasi kompleks
Contoh dari reaksi dimana terbentuk suatu kompleksstabil antara ion perak
dan sianida:
a. Titran = suatu zat yang ditambahkan sedikit demi sedikit ke dalam sampel
dan telah diketahui konsentrasinya.
b. Titrat = zat yang belum diketahui kadarnya, yang ditambahkan sedikit
demi sedikit oleh titran.
c. Titik ekivalen = titik dimana terjadi kesetimbangan stokhiometri antara
titran dan titrat.
d. Titik akhir = titik dimana terjadinya perubahan warna pada indikator yang
menandakan penitaran berakhir.
3
Tidak semua reaksi kimia dapat digunakan sebagai basis untuk titrasi.
Berikut merupakan syarat-syarat reaksi yang dapat digunakan sebagai basis
titrasi :
4
3. Yang diinginkan adalah standar primer tersebut mempunyai berat
ekivalen yang cukup tinggi agar meminimalisasi konsekuensi kesalahan
pada saat penimbangan.
B. Gravimetrik
aA + rR → AaRr
5
pengetahuan yang memungkinkan analis meminimalisasi masalah kontaminasi
endapan.
C. Metode Instrumental
6
BAB II
IODOMETRI
A. Teori Iodometri
Karena iod mudah larut dalam larutan iodida. Reaksi sel setengah itu
lebih baik ditulis sebagai:
I3- + 2e → 3I-
7
Dan potensial reduksi standarnya adalah 0,5355 volt. Maka, iod atau
ion tri-iodida merupakan zat pengoksid yang jauh lebih lemah ketimbang
kalium permanganat, kalium dikromat, dan serium(IV) sulfat. Dalam
kebanyakan titrasi langsung dengan iod (iodimetri), digunakan suatu larutan
iod dalam kalium iodida, dan karena itu spesi reaktifnya adalh ion tri-iodida,
I3-. Untuk tepatnya, semua persamaan yang melibatkan reaksi-reaksi iod
seharusnya ditulis dengan I3- dan bukan dengan I2, misalnya:
Warna larutan 0,1 N iodium adalah cukup kuat sehingga iodium dapat
bekerja sebagai indikatornya sendiri. Iodium juga memberi warna ungu atau
merah lembayung yang kuat kepada pelarut-pelarut sebagai karbon
tetraklorida atau kloroform dan kadang-kadang hal ini digunakan untuk
mengetahui titik akhir titrasi. Akan tetapi lebih umum digunakan suatu
larutan (dispersi koloidal) kanji, karena warna biru tua dari kompleks kanji-
iodium dipakai untuk suatu uji sangat peka terhadap iodium.
B. Prinsip Iodometri
8
C. Macam-macam Titrasi Iodometri
9
Reaksinya : Reduktor → oksidator + e
I2 + 2e → 2I
ANALIT REAKSI
11
CuSO4 5H2O. Pada Iodometri, sampel yang bersifat oksidator direduksi
dengan kalium iodida berlebih dan akan menghasilkan iodium yang
selanjutnya dititrasi dengan larutan baku tiosulfat. Banyaknya volume
tiosulfat yang digunakan sebagai titran setara dengan iod yang dihasilkan
dan setara dengan banyaknya sampel. Prinsip penetapannya yaitu bila zat
uji (oksidator) mula-mula direaksikan dengan ion iodida berlebih,
kemudian iodium yang terjadi dititrasi dengan larutan tiosulfat.
Reaksinya : oksidator + KI → I2
I2 + OH- HI + IO-
12
stoikiometri (reaksi berjalan tidak kuantitatif). Oleh karena itu, pada
metode iodometri tidak pernah dilakukan dalam larutan basa kuat.
13
Berikut beberapa analit yang dapat ditentukan dengan metode
titrasi tidak langsung iodometri:
ANALIT REAKSI
14
Iodometri Iodimetri
D. Larutan Baku
15
16
Keterlarutan yang bertambah ini disebabkan oleh pembentukan
ion triiodida:
I2 + I I3-
17
Larutan KIO3 dan KI memiliki dua kegunaan penting, pertama
adalah sebagai sumber dari sejumlah iod yang diketahui dalam titrasi, ia
harus ditambahkan kepada larutan yang mengandung asam kuat, ia tak
dapat digunakan dalam medium yang netral atau memiliki keasaman
rendah. Yang kedua, dalam penetapan kandungan asam dari larutan
secara iodometri, atau dalam standarisasi larutan asam keras.
18
b. Pembuatan larutan baku Natrium Tiosulfat
1. Keasaman
HS₂O₃⁻ → HSO₃⁻ + S
19
Jika HCl pekat maka yang terjadi adalah hidrogen sulfida dan
hidrogen polisulfida dan tidak terbentuk ditionat atau sulfat,
sedangkan dengan HCl yang kurang pekat terutama jika ada
katalisator arsen trioksida maka akan terbentuk pentationat. Larutan
tiosulfat paling stabil pada pH antara 9 - 10. Tops menganjurkan
pemberian natrium carbonat, pada pembuatan larutan baku tiosulfat,
akan tetapi hal ini akan mengakibatkan terjadinya reaksi samping
pada saat titrasi larutan iodium yang netral. Di samping itu pada
larutan yang sangat alkalis maka kemungkinan terjadi reaksi sebagai
berikut
:
3. Mikroorganisme
Na2S2O4 → NaSO3 + S
S + 3O + H2O → H2SO4
Oleh karena itu larutan tiosulfat yang dibuat steril akan stabil
sekali dan hanya kalau terjadi kontaminasi bakteri belerang maka
akan terurai perlahan - lahan.
E. Standardisasi
21
1. Dengan Kalium Iodat
22
ml Na₂S₂O₃ = mg KIO₃ x Valensi
BM KIO₃ x ml Na₂S₂O₃
23
melenkapkan
24
reaksi. Bilas sumbat atau kaca arloji; dan encerkan larutan dengan
300 cm³ air dingin yang telah dididihkan sebelumnya. Titrasi iod
yang dibebaskan dengan larutan natrium tiosulfat yang terkandung
dalam sebuah buret, sementara terus-menerus cairan diolak supaya
larutan- larutan bercampur. Bila bagian terbesar iod telah bereaksi
seperti ditunjukkan oleh larutan yang memperoleh warna hijau
kekuningan, tambahkan 2 cm³ larutan kanji dan bilas ke arah bawah
dinding labu; warna harus berubah menjadi biru. Teruskan
penambahan larutan tiosulfat setetetes demi setetes, dan olak cairan
terus-menerus, sampai 1 tetes mengubah warna dari biru kehijauan
menjadi hijau muda. Titik akhir tajam, dan mudah diamati pada
cahaya yang baik dengan latar belakang putih. Lakukan suatu
penetapan blanko, dengan mengganti larutan kalium dikromat
dengan air suling; jika kalium iodida itu bebas iodat, blanko ini
mestinya kecil terabaikan.
Catatan:
Jika ini lebih disukai, boleh ditimbang dengan cermat kira-kira 0,20
g kalium dikromat pro analis, larutkan dalam 50 cm³ air dingin, yang
sebelumnya telah dididihkan, dan lakukan titrasi seperti diperinci di
atas.
Prosedur pilihan lain tersebut, mempergunakan serunutan tembag
sulfat sebagai katalis untuk meningkatkan kecepatan reaksi;
akibatnya, asam yang lebih lemah (asam asetat) boleh digunakan,
dan oksidasi oleh atmosfer terhadap asam iodida akan berkurang.
Taruh 25,0 cm³ kalium dikromat 0,1 N dalam sebuah labu
erlenmeyer 250 cm³, tambahkan 5,0 cm³ asam asetat glasial, 5 cm³
tembaga sulfat 0,001 M, dan cuci dinding labu dengan air suling.
Tambahkan 30 cm³ larutan kalium iodida 10 persen, dan titrasi iod
yang dibebaskan dengan larutan tiosulfat kira-kira 0,1 N, dengan
memasukkan sedikit indikator kanji menjelang akhir. Titrasi boleh
dilengkapkan dalam 34 menit setelah penambahan larutan kalium
iodida. Kurangi 0,05 cm³ sebagai perhitungan atas iod yang
25
dibebaskan oleh katalis tembaga sulfat.
26
Suatu larutan kalium permanganat yang telah distandarisasi dapat
digunakan sebagai ganti larutan kalium dikromat, dengan
menambahkan 2 cm³ asam klorida pekat kepada tiap porsi @ 25 cm³
larutan kalium permanganat; dalam hal ini prosedur pilihan lain,
dimana ditimbang suatu bagian dari garam bersangkutan, tak dapat
dipakai.
3. Dengan larutan iod standar
Zat perantara ini bereaksi dengan ion tiosulfat dengan memberi bagian
utama dari reaksi keseluruhan :
S2O3I- + S2O32- → S4O62- + I-
Zat perantara ini juga bereaksi dengan ion iodida :
2 S2O3I- + I- → S4O62- + I3-
Ini menjelaskan pemunculan kembali iod setelah titik akhir pada
titrasi larutan-larutan iod yang sangat encer dengan tiosulfat.
29
mgrek iodium = mgrek arsen trioksid
ml I2 x N I2 = mmol As2O3 x valensi
N I2 = mg As2O3 x valensi
BM As2O3 x ml I2
2-
2S O + I → 2I- + S O 2-
2 3 2 4 6
30
sendiri tapi penglihatan kurang dapat menagkap perubahan warnanya, maka
digunakan indikator amilum.
1. Suhu dinaikan
2. Larutan mengandung alkaohol, pada konsentrasi alkohol >50% menjadi
tidak berwarna
1. Harganya murah
2. Mudah didapat
3. Perubahan warna pada titik akhirtitrasi jelas
1. Tidak higroskopis
31
2. Mudah larut dalam air
3. Lebih stabil
32
4. Dengan iodium tidak membentuk kompleks yang sukar larut,
sehingga penambahanya tidak perlu mendekat titik akhir.
5. Pada larutan yang encer, tidak terjadi pergeseran titik akhir.
Zat-zat organik seperti CCl4, CHCl3, dan CS2 (tidak dapat bercampur
dengan air) pada saat mendekati titik akhir titrasi kadar larutan +
CCl4/CS2/CHCl3yang akan turun ke dasar labu titrasi dengan warna merah
violet karena I2 terlarut didalamnya. Kemudian titrasi dilanjutkan sambil
dikocok keras sampai warna merah hilang.
33
LARUTAN SEKUNDER
34
belerang. Terbentuknya reaksi ini dapat diamati dengan adanya belerang
dan larutan menjadi bersifat koloid (tampak keruh oleh kehadiran S).
Pastikan jumlah iod yang ditambahkan adalah berlebih sehingga semua analit
tereduksi dengan demikian titrasi akan menjadi akurat. Kelebihan iodide tidak
akan mengganggu jalannya titrasi redoks akan tetapi jika titrasi tidak
dilakukan dengan segera maka I- dapat teroksidasi oleh udara menjadi I2.
35
BAB III
SIMPULAN
37
DAFTAR PUSTAKA
https://nurirjawati.wordpress.com/bout-pharmacy/colap/iodo-iodimetri/ tanggal 18
Maret 2016 pukul 16.20
http://evelyta-appe.blogspot.co.id/2013/06/iodimetri-iodometri.html tanggal 18
Maret 2016 pukul 16.30
38