Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH KIMIA ANALISIS KUALITATIF

“ ASIDIMERTI ”

Disusun Oleh:

Kelompok : 1

Ketua : Latifah

Rekan Kerja :

1. Achmad Rhamadhan Umar

2. Alya Rifaya Fauzia B

3. Dwi Nurlinda

4. Muhammad andyka Ramadhan

5. Wisnu Yudhistira

Kelas : II

JURUSAN TEKNIK KIMIA MINERAL

POLITEKNIK ATI MAKASSAR

TAHUN AJARAN 2022


KATA PENGANTAR

Puji beserta syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesehatan dan
rahmat-Nya kepada kami sehingga kami sebagai penulis bisa menyelesaikan makalah ini tepat
pada waktunya. Shalawat serta salam semoga tercurahkan limpahkan kepada Nabi besar yakni
Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabatnya.

Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini secara umumnya dan kepada Dosen Mata Kuliah Kimia Analisis
Kuantitatif. Penyusun menyadari dalam penulisan makalah ini banyak terdapat kekurangan
karena kami masih dalam tahap pembelajaran. Namun, sebagai penulis tetap berharap agar
makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca. Kritik dan saran dari penulisan makalah
ini sangat kami harapkan untuk perbaikan dan penyempurnaan pada makalah kami berikutnya.
Untuk itu kami ucapkan terima kasih.

Makassar, 31 Desember 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .....................................................................................................................i

DAFTAR ISI ..................................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG ........................................................................................................3


B. TUJUAN .............................................................................................................................4
C. RUMUSAN MASALAH ....................................................................................................5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 VOLUMETRI ....................................................................................................................6

2.2 ASIDIMETRI ....................................................................................................................8

2.3 LARUTAN STANDAR ....................................................................................................8

2.4 INDIKATOR ...................................................................................................................14

2.5 TITIK AKHIR TITRASI .................................................................................................14

2.6 BERAT EKIVALEN .......................................................................................................16

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN .................................................................................................................17
B. SARAN .............................................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................................18


BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kimia analitik merupakan cabang ilmu kimia yang mempelajari dasar-dasar analisis kimia.
Secara garis besar pekerjan analisis kimia dapat digolongkan menjadi dua kategori besar yaitu
analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Melalui analisis kualitatif dan analisis kuantitatif kita
dapat mendeteksi dan mengidentifikasi jenis dan jumlah komponen penyusun dari bahan yang
dianalisis. Kimia analisis kuantitatif mempelajari tentang pemisahan dan pengukuran unsur atau
senyawa kimia.

Dalam melakukan pemisahan atau pengukuran unsur atau senyawa kimia, memerlukan atau
menggunakan metode analisis kimia. Secara umum analisis kimia dibagi menjadi dua bagian,
yaitu analisis kimia kualitatif dan analisis kimia kuantitatif. pembagian ini didasari atas tujuan
dari kegiatan analisis itu sendiri.Analisis kimia kuantitatif adalah suatu rangkaian pekerjaan
analisis yang bertujuan untuk mengetahui jumlah suatu unsur atau senyawa dalam suatu sampel
yang kita analisa contoh: misal kita memperoleh tempe dan diminta menentukan kadar protein
dalam tempe tersebut. maka untuk mengetahuinya kita lakukan analisa kuantitatif.

Dalam kimia analisis kuantitatif metode dapat dibagi menjadi dua yakni metode analisis
kimia klasik dan metode kimia modern. Metode analisis kimia klasik (sering disebut juga sebagai
metode basah) yaitu volumetri (titrimetri) dan gravimetri Dalam metoda ini jarang sekali
digunakan instrumentasi elektronik kecuali neraca analitik. Hasil analisis didasarkan pada reaksi
kimia stoikiometri dan teknik pemisahan tertentu. Dalam laboratorium modern, metoda klasik ini
digunakan dalam keadaan dimana konsentrasi analit terlalu tinggi. sehingga terlalu banyak
pengenceran yang harus dilakukan jika digunakan metoda instrumentasi atau dalam keadaan
dimana metoda klasik ini lebih cocok, misalnya dalam analisis protein dengan cara Kjeldahl dan
dalam titrasi Karl-Fisher.

Sebutan "titrasi" berasal dari bahasa Latin titulus, yang berarti prasasti atau gelar. Istilah
Prancis titre, berarti rangking atau peringkat.Analisis volumetri pertama kali ditemukan pada
akhir abad ke-18 di Prancis. François Antoine-Henri Descroizilles mengembangkan buret
pertama (yang mirip dengan gelas ukur) pada tahun 1791 Joseph Louis Gay Lussac
mengembangkan versi perbaikan buret dengan menambahkan lengan samping, dan memberikan
nama "pipet" dan "buret" dalam makalah tahun 1824 pada standardisasi larutan indigo.
Terobosan penting dalam metodologi dan popularisasi analisis volumetri dilakukan oleh Karl
Friedrich Mohr, yang merancang ulang buret dengan memasang klem dan tip pada bagian
bawah. dan menulis buku teks pertamanya dengan judul, Lehrbuch der chemisch-analytischen
Titrirmethode (Buku teks metode titrasi kimia analitik), dipublikasikan tahun 1855.

Analisa volumetri dapat dikatakan sebagai suatu analisa kuantitatif yang dilakukan dengan
jalan mengukur volume larutan yang telah diketahui dengan teliti. Larutan tersebut harus dapat
bereaksi secara kuantitatif dengan larutan zat yang akan diukur dengan volume
tertentu.Umumnya larutan standar dimasukkan kedalam buret kemudian ditambahkan perlahan-
lahan kedalam larutan yang akan ditentukan (analit). Proses penambahan larutan standar ini
sampai terjadi reaksi sempurna disebut proses titrasi, dan saat dimana reaksi sempurna tercapai
disebut saat ekuivalen, saat stoikiometri atau saat akhir teoritis. Saat ekuivalen ini dapat
diketahui karena terjadinya suatu perubahan dalam larutan yang dapat disebabkan oleh larutan
standarnya sendiri maupun pengaruh oleh larutan indikator yang ditambahkan.

Suatu metode dalam penentuan kadar kebasaan suatu zat dengan menggunakan larutan
asam sebagai larutan standar dengan melalui proses titrasi asidimetri. Cara ini cukup
menguntungkan pelaksanaannya mudah dan cepat, ketelitian dan ketepatannya juga cukup tinggi.
Asam yang biasanya dipergunakan sebagai lautan standar asam asam klorida (HCl) dan asam
sulfat (H2SO4). Sedangkan alkalimetri merupakan kebalikan dari asidimetri yaitu titrasi yang
menggunakan larutan standar basa untuk menentukan asam.

B. Tujuan

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan titrimetri atau volumetri.

2. Untuk mengetahui apa itu asidimetri

3. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan larutan standar

4. Untuk mengetahui apa saja indikator dalam volumetri


5. Untuk mengetahui bagaimana titik akhir terjadi

6. Untuk mengetahui berat ekivalen dalam reaksi netralisasi volumetri

C. Rumusan masalah

1. Apa yang dimaksud dengan titrimetri atau volumetri ?


2. Apa yang dimaksud dengan asidimetri ?
3. Apa yang dimaksud dengan larutan standar?
4. Apa saja indikator dalam volumetri?
5. Bagaimana titik akhir terjadi saat titrasi?
6. Bagaimana berat ekivalen dalam reaksi netralisasi volumetri ?
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Volumetri

Analisa volumetri merupakan salah satu metode dari analisa kuantitatif yang bertujuan
untuk menentukan banyaknya suatu zat dalam volum tertentu. Analisa kuantitatif merupakan
suatu upaya untuk menguraikan atau memisahkan suatu kesatuan bahan menjadi komponen
komponen pembentukan sehingga data yang diperoleh ditinjau lebih lanjut (Haryadi, 1990).

Titrasi merupakan salah satu teknik analisis kimia kuantitatif yang dipergunakan untuk
menentukan konsentrasi suatu larutan tertentu, dimana penentuannya menggunakan suatu larutan
standar yang sudah diketahui konsentrasinya secara tepat. Pengukuran volume dalam titrasi
memegang peranan yang amat penting sehingga ada kalanya sampai saat ini banyak orang yang
menyebut titrasi dengan nama analisis volumetri (Simanjuntak, 2018).

Titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titer ataupun titran. Titrasi asam
basa berdasarkan reaksi penetralan. Kadar larutan asam ditentukan dengan menggunakan larutan
basa dan sebaliknya. Titrasi ditambahkan titer sedikit demi sedikit sampai mencapai keadaan
ekivalen (Chadijah, 2011).
Menurut ( Hamdani dkk,. 2012) Asam adalah suatu zat yang larutannya berasa asam,
memerahkan lakmus biru dan menetralkan basa. Sedangkan basa adalah suatu zat yang
larutannya berasa pahit dan terasa licin, membirukan kertas lakmus merah, dan menetralkan
asam.Ada beberapa konsep asam-basa yang pernah ditemukan oleh para ahli yaitu konsep asam-
basa menurut Arrhensius dan konsep asam-basa menurut Brosted Lowry.

Asam-basa menurut Arrhenius antara lain :

1) Teori yang dikemukakan oleh Arrhensius antara lain :


Asam dinyatakan sebagai senyawa yang dapat memberikan ion Hidrogen (H) bila
dilarutkan dalam air. Basa merupakan suatu senyawa yang dapat memberikan ion
Hidroksi (OH-) bila dilarutkan dalam air.Tiga yang pertama dalam tiap kelompok bersifat
sangat atau seluruhnya terionkan dalam larutan air dan dikelompokkan sebagai asam kuat
ataupun basa kuat. Di pihak lain, asam asetat dan ammonia hanya sedikit terionkan dalam
larutan air dan karenanya dikelompokkan masing-masing sebagain asam bila dihadapkan
pada basa. Zat seperti itu disebut senyawa amfotir atau zat amofotir.
2) Asam-basa menurut Bronsted dan Lowry Menurut Bronsted asam adalah suatu spesi
yang bias memberikan protonnya atau kelebihan proton sedangkan basa adalah spesi
yang bias menerima proton. Teori asam-basa dari Arrhensius banyak digunakan orang
karena kesederhanaanya. Tetapi teori tersebut memiliki keterbatasan yaitu hanya dapat
menjelaskan asam-basa senyawa organik dalam larutan senyawa-senyawa yang dapat
dijelaskan adalah senyawa-senyawa yang memiliki jenis rumus kimia HX untuk asam
dan (OH) untuk basa.
Teori ini tidak dapat menjelaskan kenyataan bahwa CO₂ dalam air bersifat asam
atau NH3 dalam air bersifat basa. Pada larutan ammonia sebagai pelarut. Bias
membentuk NH, sebagai asam dan dapat berbentuk NH, sebagai basa. Pada teori ini ion
H+ dan ion OH+ mempunyai peranan penting dalam penentuan sifat asam dan basa dan
hanya air sebagai pelarutnya. Fakta menunjukkan bahwa HCIO bersifat asam dalam
pelarut air. Asam ini juga menunjukkan sifat asamnya dalam pelarut bukan air, misalnya
pelarut asam cuka glasial dan pelarut ammonia cair. Dari fakta fakta itulah dapat
diperkirakan bahwa ion H+ yang mempunyai peranan yang istimewa dalam menentukan
sifat asam.
2.2 Asidimetri

Titrasi Asidimetri adalah titrasi dengan menggunakan larutan standar asam untuk
menentukan basa. Asam-asam yang biasanya dipergunakan adalah HCl, asam cuka, asam
oksalat, asam borat. Sedangkan alkalimetri merupakan kebalikan dari asidimetri yaitu titrasi
yang menggunakan larutan standar basa untuk menentukan asam (Daintith, 1997). Asidimetri
merupakan suatu metode pengukuran kadar kebasaan suatu zat dengan menggunakan larutan
asam sebagai standar. Standar asam yang sering digunakan adalah asam klorida (HCI) dan asam
sulfat (H₂SO4). Kedua asam tersebut umumnya ada dalam keadaan pekat. Asam klorida pekat
konsentrasinya adalah 10,5 12 M, sedangkan asam sulfat pekat mempunyai konsentrasi 18 M.
Asam klorida lebih sering digunakan sebagai standar dibandingkan dengan asam sulfat karena
mudah larut dalam air. Kelemahan penggunaan asam sulfat adalah asam sulfat dapat membentuk
garam sukar larut seperti barium sulfat.
2.3 Larutan Standar

Menurut (Mardiyah dkk.,2019) Larutan standar adalah larutan yang mengandung suatu
zat dengan berat tertentu dalam volume tertentu dan dinyatakan dalam satuan molar atau normal.

1. Larutan molaritas : Larutan yang mengandung 1 mol zat per liter (M).
2. Larutan normalitas : Larutan yang mengandung 1 gram ekivalen zat per liter larutan (N)

Jenis Larutan Standart :

1. Larutan Standar Primer (LSP)


adalah larutan yang disiapkan dengan cara menimbang secara akurat suatu zat yang
memiliki kemurnian tinggi dan melarutkannya dengan sejumlah tertentu pelarut dalam labu
ukur. Larutan standart yang dipersiapkan dengan cara seperti ini disebut sebagai larutan
standart primer. Syarat zat yang bisa dijadikan standart primer

a) Harus 100% murni


b) Zat tersebut harus stabil baik pada suhu kamar ataupun pada waktu dilakukan
pemanasan, standart primer biasanya dileringkan terlebih dahulu sebelum ditimbang.
c) Mudah diperoleh
d) Biasanya zat standart primer memiliki Masa molar (MR) yang besar hal ini untuk
memperkecil kesalahan relative atau eror pada waktu proses penimbangan.
Menimbang zat dalam jumlah besar memiliki kesalahan relative yang lebih kecil
dibanding dengan menimbang zat dalam jumlah yang kecil.
e) Zat tersebut juga harus memenuhi persyaratan teknik titrasi

2. Larutan Standar Sekunder (LSS)

Larutan standar sekunder adalah larutan standart yang konsentrasinya ditetapkan dengan
cara distandaarisasi dengan larutan standart primer (Mardiyah dkk., 2019). Menurut ( Basset
dkk., 1978) Larutan baku sekunder merupakan larutan yang mengandung suatu zat yang
konsentrasinya tidak dapat diketahui dengan tepat karena berasal dari zat yang tidak pernah
murni. Konsentrasi larutan ini ditentukan dengan pembakuan menggunakan larutan baku primer,
biasanya melalui metode titrimetri. Contoh larutan baku sekunder diantaranya larutan perak
nitrat (AgNO3), kalium permanganat (KMnO4), besi(1) sulfat (FeSO4) dan natrium hidroksida
(NaOH).Syarat-syarat larutan standar sekunder:

1.)Derajat kemurnian lebih rendah daripada larutan baku primer

2.)Mempunyai berat ekivalen yang tinggi untuk memperkecil kesalahan penimbangan

3.) Larutannya relatif stabil dalam penyimpanan.


2.4 Indikator

Indikator asam basa adalah zat yang dapat berubah warna apabila pH lingkungan
berubah. Apabila dalam suatu titrasi, asam maupun basanya merupakan elektrolit kuat, larutan
pada titik ekuivalen akan mempunyai pH=7. Tetapi bila asamnya maupun basanya merupakan
elektrolit lemah, garam yang terjadi akan ekuivalen larutan akan mempunyai pH >7 (bereaksi
basa) atau pH <7 (bereaksi asam) mengalami hidrolisis dan pada titik (Sri. 2008).

Tabel indikator menurut ( Monk, Paul M.S., 2001).

2.5 Titik Akhir Titrasi

Ada 2 cara umum untuk menentukan titik ekivalen pada titrasi asam basa, yaitu Memakai
pH meter untuk memonitor perubahan pH selama titrasi dilakukan, kemudian membuat plot
antara pH dengan volume titran untuk memperoleh kurva titrasi. Titik tengah dari kurva titrasi
tersebut adalah titik ekuivalen. Memakai indikator asam basa, indikator ditambahkan pada titran
sebelum proses titrasi dilakukan. Indikator ini akan berubah warna ketika titik ekuivalen terjadi,
pada saat inilah titrasi kita hentikan. Salah satu cara dalam penentuan kadar larutan asam basa
adalah dengan melalui proses titrasi asidi alkalimetri. Cara ini cukup menguntungkan karena
pelaksanaannya mudah dan cepat, ketelitian dan ketepatannya juga cukup tinggi (Simanjuntak,
2018)

Larutan yang diketahui konsentrasinya dengan pasti disebut dengan larutan standar.
Larutan standar biasanya diteteskan dari buret ke dalam erlemeyer yang berisi zat yang akan
ditentukan kadarnya sampai reaksi selesai. Zat yang harada dalam buret disebut Titran (zat
pentitrasi), sedangkan zat yang berada dala Titrat (zat yang dititrasi) ( Mardiyah dkk., 2019).

Menurut ( Mardiyah dkk., 2019) Proses tersebut dinamakan dengan titrasi. Titik dimana
reaksi tepat selesai disebut Titik Ekivalen atau titik akhir teoritis. . Titik dimana terjadi
perubahan warna indikator dalam proses titrasi disebut Titik Titrasi. Secara ideal, titik akhir
titrasi seharusnya sama dengan titik akhir teoritis (titik ekivalen).Berdasarkan reaksi yang terjadi,
analisis titrimetri digolongkan menjadi :

A. Reaksi Netralisasi ( asidimetri dan alkalimetri)

B. Reaksi Oksidasi - Reduksi (Redoks) (ex. Permanganometri, iodometri)

C. Reaksi Pengendapan (Argentometri)

D. Reaksi Komplek (Kompleksometri)

Proses titrasi dihentikan ketika tercapai titik ekivalen dimana jumlah titran setara dengan
jumlah titrat, atau titrat tepat habis berekasi dengan titran yang disebut dengan titik ekivalen.
Hanya saja, titik ini tidak dapat diamati dalam pelaksanaan proses titrasi sehingga titik ekivalen
disebut titik akhir teoritis. Selesainya suatu proses titrasi dapat diketahui dengan terjadinya
perubahan warna. Perubahan ini dapat dihasilkan oleh larutan sendiri (missal KMnO) atau
karena penambahan suatu zat lain yang disebut dengan Indikator. Suatu Indikator berubah warna
pada saat titrat telah habis bereaksi sehingga kelebihan 1 tetes titran. Saat dimana terjadi
perubahan warna indicator dalam proses titrasi disebut titik akhir titrasi ( Mardiyah dkk., 2019).
2.6 Berat Ekivalen Reaksi Netralisasi Dalam Volumetri

Menurut (Mardiyah dkk., 2019) reaksi netralisasi BE dari asam adalah berat (massa)
asam tersebut yang mengandung 1 atom hydrogen =(1,008 gram) yang dapat diganti.

Jadi BE dari HCI, HBr, HNO3 = MR nya

1 mol HCI = 1 ek HCI

BE dari H₂SO4 = ½ MR nya

1 mol H₂SO4 = % ek H₂SO4

BE dari basa adalah berat (massa) basa tersebut yang mengandung satu ion hidroksil

(OH-) (=17.008 g)

17,008 (OH-) = 1,008 (H+)

Jadi BE dari NaOH, KOH, NH4OH = MR nya

1 mol NaOH = 1 ek NaOH

BE dari Ba(OH)₂, Ca(OH)2 = ½ MR nya

1 mol Ba(OH)₂, = % ek Ba(OH)₂,


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan dalam makalah ini, diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Volumetri merupakan salah satu teknik analisis kimia kuantitatif yang
dipergunakan untuk menentukan konsentrasi suatu larutan tertentu, dimana
penentuannya menggunakan suatu larutan standar yang sudah diketahui
konsentrasinya secara tepat.
2. Asidimetri merupakan suatu metode pengukuran kadar kebasaan suatu zat dengan
menggunakan larutan asam sebagai standar.
3. Larutan standar adalah larutan yang mengandung suatu zat dengan berat tertentu
dalam volume tertentu dan dinyatakan dalam satuan molar atau normal.
4. Indikator asam basa adalah zat yang dapat berubah warna apabila pH lingkungan
berubah. Zat ini berperan sebagai zat penentu titik akhir titrasi atau titik ekuivalen.
5. Pada titik akhir titrasi dimana proses titrasi dihentikan ketika tercapai titik
ekivalen dimana jumlah titran setara dengan jumlah titrat, atau titrat tepat habis
berekasi dengan titran.
6. ) reaksi netralisasi BE dari asam adalah berat (massa) asam tersebut yang
mengandung 1 atom hydrogen =(1,008 gram).

B. Saran

Dalam melakukan analisis volumetri dibutuhkan ketelitian dan berhati-hati agar


kesalahan dapat diminimalisir sebaik mungkin, sehingga hasil yang didapatkan sesuai denga
napa yang diingikan.
DAFTAR PUSTAKA

Basset, J. 1994. Buku Ajar Vogel Kimia Analitik Kuantitatif Anorganik.Penerbit Buku
Kedokteran EGC : Jakarta.

Basset, J., Jeffry, G.H and Mendham J.(1978). Vogel's Text Book Of Quantitative Inorganic
Analysis. Imperial College : London.

Chadijah, Sitti. (2011). Dasar-dasar Kimia Analitik. UIN Press : Makassar. Hal. 71-72

Daintith, J. (1997), Kamus Lengkap Kimia edisi 7 (17). Penerbit :Jakarta. Hal. 34-40

Hamdani, Syarif., Siti Uswatun .H., Windari Safitri dan Romauli Situmorang. (2012).Panduan
Praktikum Kimia Analisis. STFI : Bandung.

Harjadi, W. (1990). Ilmu Kimia Analitik Dasar. PT.Gramedia : Jakarta.

Mardiyah, Siti., Baterun Kunsah, Nastiti Kartika Rini dan Diab Ariana.(2019). Kimia Analitik
Kuantitatif. FIK Universitas Muhammadiyah Surabaya : Surabaya.

Monk, Paul M.S. tahun. Fundamental Of Electro Analytical Chemistry (1st edition). Wiley :
America.

Simanjuntak, Rosmidah. (2018). Penetapan Kadar Asam Lemak Bebas Pada Sabun Mandi Cair
Merk "LX" Dengan Metode Titrasi Asidimetri. Jurnal Ilmiah Kohesi. Vol 2(4). Hal 66-
67.

Sri, H Ratna. (2008).Pemungutan Kurkumin Dari Kunyit Dan Pemakainya Sebagai Indikator
Analisis Volumetri. Jurnal Rekayasa Proses. Vol 2(2). Hal 49-54.

Anda mungkin juga menyukai