Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH KIMIA ANALISA

DOSEN PENGAMPU: Dr. Eka Cahya Muliawati, S.Si., M.T

Disusun oleh:

Chandra Abdus Zakur 08.2022.1.01980

FAKULTAS TEKNIK KIMIA


INSTITUT TEKNOLOGI ADHI TAMA SURABAYA
2022

1
KATA PENGANTAR 

Puji Syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dosen pada mata kuliah kimia
analisa. Selain itu, makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan bagi pembaca dan juga
bagi penulis. Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Eka Cahya Muliawati, S.Si.,
M.T selaku dosen mata kuliah kimia analisa yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni. Kami
juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari, makalah
yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
mebangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................2
DAFTAR ISI...........................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................4
A. Latar Belakang............................................................................................................4
B. Rumusan Masalah.......................................................................................................4
C. Tujuan.........................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................5
A. Pengertian Analisa Titrimetri atau Volumetri.............................................................5
B. Syarat-Syarat yang Harus Dipenuhi Untuk Dapat Melakukan Analisa Volumetri.....6
C. Macam-Macam Analisa Volumetri.............................................................................6
D. Klasifikasi Analisa Titrimetri atau Volumetri.............................................................7
E. Pembagian Analisa Volumetri....................................................................................8
BAB III PENUTUP...............................................................................................................13
A. Kesimpulan...............................................................................................................13
B. Saran..........................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................14

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Ilmu kimia adalah ilmu yang mempelajari tentang komposisi, struktur, dan sifat kimia
atau materi berdasarkan perubahan yang menyertai terjadinya reaksi kimia serta dapat
menjelaskan proses atau reaksi yang ditimbulkan dari kejadian tersebut, misalnya terjadi
perubahan materi dan energi.
Dalam percobaan laboratorium, kita sebagai mahasiswa jurusan teknik kimia sering
dipertemukan dengan suatu praktik yang disebut dengan titrasi. Titrasi biasanya dibedakan
berdasarkan jenis reaksi yang terlibat di dalam proses titrasi. Proses titrasi juga sering disebut
sebagai analisa volumetri.
Pada percobaan volumetri, penentuan dilakukan dengan jalan titrasi, yaitu suatu
proses di mana larutan baku (dalam bentuk larutan yang telah diketahui konsentrasinya)
ditambahkan sedikit demi sedikit dari sebuah buret pada larutan yang ditentukan atau yang
dititrasi sampai keduanya bereaksi secara sempurna dan mencapai jumlah ekuivalen larutan
baku sama dengan nol ekuivalen larutan yang dititrasi dan titik titrasi ini dinamakan titik
ekuivalen atau titik akhir titrasi.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Pengertian analisa titrimetri atau volumetri
2. Syarat- syarat yang harus dipenuhi untuk dapat dilakukan analisa volumetri
3. Macam – macam analisa volumetri
4. Klasifikasi analisa titrimetri atau volumetri
5. Pembagian analisa dalam volumetri

C. TUJUAN
1. Agar dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan analisa titrimetri atau volumetri
2. Agar dapat mengetahui pembagian analisa titrimetri
3. Agar dapat mengetahui macam-macam analisa volumetri
4. Agar dapat mengetahui klasifikasi pada pembagian analisa volumetri
5. Agar dapat mengetahui reaksi – reaksi kimia pada analisa titrimetri

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Analisa Titrimetri atau Volumetri


Analisa volumetri adalah analisa kimia kuantitatif yang dilakukan dengan jalan
mengukur volume suatu larutan standar yang bereaksi langsung dengan larutan yang
dianalisis, dimana kadar dan komposisi dari sampel ditetapkan berdasarkan volume pereaksi
(volume diketahui) yang ditambahkan ke dalam larutan zat uji, hingga komponen yang
ditetapkan bereaksi secara kuantitatif dengan pereaksi tersebut. Proses diatas dikenal
dengan titrasi. Oleh karena itu, analisa volumetri disebut juga analisa titrimetri. Dasar –dasar
dari Metode analisis kuantitatif volumetri (titri metri), yaitu teknik analisis menggunakan
titrasi. Prosespenambahan volemu tertentu suatu larutanterhadap larutan yamg lain disebut
titrasi. Larutan yang sudah di ketahui konsentrasinyaadalah larutan standar. Analit adalah
larutan yang akan ditentukan konsentrasinya.
Prinsip Dasar Volumetri:
1. Pencapaian reaksi titik akhir ekivalen harus berlangsung secara stoikiometri.
2. Titik ekuivalen adalah titik pada saat senyawayang ditambahkan (pentiter) telah tepat
mencukupi bereaksi dengan analit.
Larutan baku (standar) adalah larutan yang telah diketahui konsentrasinya secara
teliti, dan konsentrasinya biasa dinyatakan dalam satuan N (normalitas) atau M (molaritas).
Indikator adalah zat yang ditambahkan untuk menunjukkan titik akhir titrasi telah di capai.
Umumnya indicator yang digunakan adalah indicator azo dengan warna yang spesifik pada
berbagai perubahan pH. Titik Ekuivalen adalah titik dimana terjadi kesetaraan reaksi secara
stokiometri antara zat yang dianalisis dan larutan standar. Titik akhir titrasi adalah titik
dimana terjadi perubahan warna pada indicator yang menunjukkan titik ekuivalen reaksi
antara zat yang dianalisis dan larutan standar.
Pada umumnya, titik ekuivalen lebih dahulu dicapai lalu diteruskan dengan titik akhir
titrasi. Ketelitian dalam penentuan titik akhir titrasi sangat mempengaruhi hasil analisis pada
suatu senyawa. Pada kebanyakan titrasi titik ekuivalen ini tidak dapat diamati, karena itu
perlu bantuan senyawa lain yang dapat menunjukkan saat titrasi harus dihentikan. Senyawa
ini dinamakan indikator.

5
B. Syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk dapat dilakukan analisis volumetric
Syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk dapat dilakukan analisis volumetrik adalah
sebagai berikut:
1. Reaksinya harus berlangsung sangat cepat.
2. Reaksinya harus sederhana serta dapat dinyatakan dengan persamaan reaksi yang
kuantitatif/stokiometrik.
3. Harus ada perubahan yang terlihat pada saat titik ekuivalen tercapai, baik secara kimia
maupun secara fisika.
4. Harus ada indikator jika reaksi tidak menunjukkan perubahan kimia atau fisika.
Indikator potensiometrik dapat pula digunakan.

C. Macam-Macam Analisa Volumetri


Adapun macam-macam analisis volumetri ada tujuh, yakni:
1.  Gasometri
Gasometri adalah volumetri gas dan yang diukur (kuantitatif) adalah volume gas yang
direaksikan atau hasil reaksinya.

2. Titrimetri
Titrimetri atau titrasi adalah pengukuran volume dalam larutan yang diperlukan untuk
bereaksi sempurna dengan sevolume atau sejumlah berat zat yang akan ditentukan. Dalam
setiap metode titrimetri selalu terjadi reaksi kimia antara komponen analit dengan zat
pendeteksi yang disebut titran.

3. Alkalimetri
Alkalimetri adalah metode yang digunakan untuk menentukan kadar suatu zat yang
bersifat asam dengan menggunakan larutan standar yang bersifat basa.

4. Acidimetri
Acidimetri adalah metode yang digunakan untuk menentukan kadar suatu zat yang
bersifat basa dengan menggunakan larutan standar yang bersifat asam. Pada titrasi acidimetri
terjadi penetralan asam basa menurut reaksi.

6
5. Permanganometri
Permanganometri adalah metode yang digunakan untuk menentukan kadar suatu zat
yang bersifat reduktor dengan menggunakan larutan standar KMnO4yang bersifat oksidator.
Pada titrasi permanganometri terjadi reaksi redoks. Titrasi permanganometri tidak
menggunakan indikator karena KMnO4 sudah berfungsi sebagai auto indikator.

6. Iodometri
Iodometri adalah metode yang digunakan untuk menentukan kadar suatu zat yang
bersifat reduktor dengan menggunakan larutan standar I2 yang bersifat oksidator.
Penambahan amylum dilakukan menjelang TAT. Bila amylum ditambahkan lebih dahulu
akan mengganggu jalannya pengamatan pada TAT sebab I2 dapat mengikat amylum
sehingga iod amylum sukar dipisah.

7. Iodimetri
Iodometri adalah menentukan kadar suatu zat yang bersifat oksidator (I2) dengan
menggunakan larutan standar yang bersifat reduktor.

D. Klasifikasi Analisa Titrimetri atau Volumetri


Penggolongan analisis titrimetri ini berdasarkan:
1. Reaksi Kimia asam basa:
Jika larutan bakunya adalah larutan basa, maka zat yang akan ditentukan haruslah
bersifat asam dan sebaliknya.

2. Reaksi oksidasi-reduksi (redoks)


Yang terjadi adalah reaksi antara senyawa/ion yang bersifat sebagai oksidator dengan
senyawa/ ion yang bersifat sebagai reduktor dan sebaliknya.
Berdasarkan larutan bakunya, titrasi dibagi atas:
a. Oksidimetri adalah metode titrasi redoks yang dimana larutan baku yang
digunakan bersifat sebagai oksidator.
b. Reduksimetri adalah titrasi redoks dimana larutan baku yang digunakan bersifat
sebagai reduktor.
3. Reaksi Pengendapan (presipitasi)
Reaksi Pengendapan adalah reaksi penggabungan ion yang menghasilkan endapan/
senyawa yang praktis tidak terionisasi.

7
4. Reaksi kompleksometri
Titrasi kompleksometri digunakan untuk menetapkan kadar ion-ion alkali dan alkali
tanah/ ion-ion logam. Larutan bakunya: EDTA

E. Pembagian Analisa Volumetri


Berdasarkan atas hasil reaksi antara analit dengan larutan standar, maka analisis
volumetri dibagi atas:
1. Titrasi asam – basa
Titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titer ataupun titrant. Titrasi
asam basa berdasarkan reaksi penetralan. Kadar larutan asam ditentukan dengan
menggunakan larutan basa dan sebaliknya. Titran ditambahkan titer sedikit demi sedikit
sampai mencapai keadaan ekuivalen (artinya secara stoikiometri titrant dan titer tepat habis
bereaksi). Keadaan ini disebut sebagai “titik ekuivalen.”
Pada saat titik ekuivalent ini maka proses titrasi dihentikan, kemudian kita mencatat
volume titer yang diperlukan untuk mencapai keadaan tersebut. Dengan menggunakan data
volume titrant, volume dan konsentrasi titer maka kita bisa menghitung kadar titrant. sebelum
melakukan titrasi, ada Cara Mengetahui Titik Ekuivalen.
Studi kuantitatif mengenai reaksi penetralan asam-basa paling nyaman apabila
dilakukan dengan mengunakan prosedur yang disebut titrasi. dalam percobaan titrasi, suatu
larutan yang konsentrasinya diketahui secara pasti, disebut dengan larutan standar (standard
solution ditambahkan secara bertahap ke larutan yang lain
konsentrasinya tidak diketahui, sampai reaksi kimia antara kedua larutan tersebut
berlangsun sampai sempurna jika kita mengetahui volume larutan standard dan larutan tidak
diketahui yang digunakan dalam titrasi, maka kita dapat menghitung konsentrasi larutan tidak
diketahui itu.
Titrasi asam basa melibatkan reaksi neutralisasi dimana asam akan bereaksi dengan
basa dalam jumlah yang ekuivalen. Titran yang dipakai dalam titrasi asam basa selalu asam
kuat atau basa kuat. Titik akhir titrasi mudah diketahui dengan membuat kurva titrasi yaitu
plot antara pH larutan sebagai fungsi dari volume titran yang ditambahkan.

8
Pada umumnya, cara kedua dipilih disebabkan kemudahan pengamatan, tidak
diperlukan alat tambahan, dan sangat praktis. Indikator yang dipakai dalam titrasi asam basa
adalah indicator yang perbahan warnanya dipengaruhi oleh pH. Penambahan indicator
diusahakan sesedikit mungkin dan umumnya adalah dua hingga tiga tetes. Untuk memperoleh
ketepatan hasil titrasi maka titik akhir titrasi dipilih sedekat mungkin dengan titik equivalen,
hal ini dapat dilakukan dengan memilih indicator yang tepat dan sesuai dengan titrasi yang
akan dilakukan. Keadaan di mana titrasi dihentikan dengan cara melihat perubahan warna
indikator disebut sebagai “titik akhir titrasi.”
Dalam percobaan larutan standar biasanya kita teteskan dari suatu buret ke dalam
suatu erlenmeyer yang mengandung zat yang akan ditentukan kadarnya sampai reaksi selesai.
Selesainya suatu reaksi dapat dilihat karena terjadi perubahan warna Perubahan ini dapat
dihasilkan oleh larutan standarnya sendiri atau karena penambahan suatu zat yang disebut
indikator. Titik di mana terjadinya perubahan warna indikator ini disebut titik akhir titrasi.
Secara ideal titik akhir titrasi seharusnya sama dengan titik akhir teoritis (titik ekuivalen).
Dalam prakteknya selalu terjadi sedikit perbedaan yang disebut kesalahan titrasi.
Untuk analisis titrimetri atau volumetri lebih mudah kalau kita memakai sistem
ekivalen (larutan normal) sebab pada titik akhir titrasi jumlah ekivalen dari zat yang dititrasi
sama dengan jumlah ekivalen zat penitrasi. Berat ekivalen suatu zat sangat sukar dibuat
definisinya, tergantung dari macam reaksinya. Pada titrasi asam basa, titik akhir titrasi
ditentukan oleh indikator. Indikator asam basa adalah asam atau basa organik yang
mempunyai satu warna jika konsentrasi hidrogen lebih tinggi daripada sutau harga tertentu
dan suatu warna lain jika konsentrasi itu lebih rendah. Pada saat titik ekuivalen maka mol-
ekuivalent asam akan sama dengan mol-ekuivalent basa, maka hal ini dapat kita tulis sebagai
berikut:
Mol-ekuivalen asam = mol-ekuivalen basa
Mol-ekuivalen diperoleh dari hasil perkalian antara Normalitas dengan volume maka
rumus diatas dapat kita tulis sebagai: NxV asam = NxV basa.

Normalitas diperoleh dari hasil perkalian antara molaritas (M) dengan jumlah ion H+
pada asam atau jumlah ion OH pada basa, sehingga rumus diatas menjadi:

                                        nxMxV asam = nxVxM basa

9
2. Titrasi pengendapan
Titrasi pengendapan merupakan suatu proses titrasi yang dapat mengakibatkan
terbentuknya endapan dari zat-zat yang saling bereaksi (analit dan titran). Suatu reaksi
endapan dapat berkesudahan bila kelarutan endapannya cukup kecil. konsentrasi ion-ion yang
akan mengalami perubahan yang besar di dekat titik ekuvalennya. Terdapat 3 cara penentuan
suatu senyawa dengan titrasi pengendapan yaitu:
a. Cara mohr
b. Cara volhard
c. Cara fayans
Pada penentuan dengan cara mohr, dilakukan titrasi langsung dalam larutan netral dan
sebagai indikator digunakan ion kromat, ion kromat bertindak sebagai indikator yang banyak
digunakan untuk titrasi argentometri ion klorida dan bromida. Titik akhir titrasi dalam
metode ini ditandai dengan terbentuknya endapan merah bata dari perak kromat.
Cara volhard digunakan untuk menetapkan kadar ion klorida secara tidak langsung
dalam suasana asam kuat ke dalam larutan klorida ditambahkan larutan baku perak nitrat
dalam jumlah sedikit dan berlebihan. Kelebihan ion perak dititrasi dengan larutan baku
tiosianat mengunakan indicator Fe (III). Titik akhir titrasi ditandai dengan terbentuknya
larutan berwarna merah senyawa Fe (CNS)2+. Titrasi ini merupakan titrasi balik digunakan
jika reaksi berjalan lambat atu jika tidak ada indicator pemastian TE.
Cara Fajans menggunakan indikator suatu senyawa organik yang dapat diserap pada
permukaan endapan yang terbentuk selama titrasi argentometri berlangsung AgNO3
digunakan sebagai titran dan indicator, eiosin, fluoceein. Metode ini digunakan untuk
menentukan Cl-, Br-, I-, SCN-.

3. Titrasi reduksi-oksidasi
Titrasi Reduksi oksidasi (redoks) adalah suatu penetapan kadar reduktor atau
oksidator berdasarkan atas reaksi oksidasi dan reduksi dimana redoktur akan teroksidasi dan
oksidator akan tereduksi. Agar dapat digunakan sebagai dasar titrasi, maka reaksi redoks
harus memenuhi persyaratan umum sebagai berikut:
a. Reaksi harus cepat dan sempurna.
b. Reaksi berlangsung secara stiokiometrik, yaitu terdapat kesetaraan yang pasti
antara oksidator dan reduktor.
c. Titik akhir harus dapat dideteksi, misalnya dengan bantuan indikator redoks atau
secara potentiometrik.

10
Salah satu aplikasi titrasi redoks khususnya iodometri dengan I2 sebagai titran adalah
untuk menentukan bilangan iod lemak dan minyak. Karena kemampuan mengoksidasi yang
tidak besar, tidak banyak zat yang dapat dititrasi berdasarkan iodometri langsung. Pengunaan
ini memeanfaatkan kesangupan ikatan rangkap zat organic untuk mengadisi iod. Penentuan
kadar vitamin C (asam arkobat) pun dapat dialakukan dengan titrasi ini.
Aplikasi lain dadi titrasi redoks ini adalah penentuan kadar air cara Karl Fischer.
Pereaksinya tediri dari iod, belerang dioksida, piridin, dan methanol. Iod dan belerang
dioksida membentuk kompleks dengan piridin, dan bila terdapat air, maka kedua kompleks
ini dengan kelebihan piridin beraksi dengan air.

4. Titrasi Kompleksometri
Titrasi kompleksometri adalah titrasi berdasarkan pembentukan senyawa kompleks
antara kation dengan zat pembentuk kompleks. Titrasi kompleksometri juga dikenal sebagai
reaksi yang meliputi reaksi pembentukan ion-ion kompleks ataupun pembentukan molekul
netral yang terdisosiasi dalam larutan. Kompleksometri merupakan jenis titrasi dimana titran
dan titrat saling mengkompleks, membentuk hasil berupa kompleks. Reaksi–reaksi
pembentukan kompleks atau yang menyangkut kompleks banyak sekali dan penerapannya
juga banyak, tidak hanya dalam titrasi. Karena itu perlu pengertian yang cukup luas tentang
kompleks, sekalipun disini pertama-tama akan diterapkan pada titrasi.
Titrasi kompleksometri adalah salah satu metode kuantitatif dengan memanfaatkan
reaksi kompleks antara ligan dengan ion logam utamanya, yang umum di Indonesia EDTA.
EDTA adalah pereaksi luar biasa:
a. Dapat membentuk kelat dengan semua kation
b. Kelat - kelat tersebut cukup stabil membentuk dasar pada metode titrimetri. Kestabilan
yang besar disebabkan karena kompleks yang terbentuk berupa molekul dengan struktur
melingkar dalam kation yang dikelilingi dan diisolasi dari molekul pelarut.

 Perhitungan kesetimbangan yang melibatkan EDTA


Relley dan Bernard telah mendaftarkan hamper 200 senyawa organic yang dapat
digunakan sebagai ion logam dan EDTA (sering disebut sebagai indicator metaokromatik)
Beberapa contoh antara lain:

11
1. Hitam Eriokrom
Indikator ini peka terhadap perubahan kadar logam dan pH larutan. Pada pH 8 -10
senyawa ini berwarna biru dan kompleksnya berwarna merah anggur. Pada pH 5 senyawa itu
sendiri berwarna merah, sehingga titik akhir sukar diamati, demikian juga pada pH 12.
Umumnya titrasi dengan indikator ini dilakukan pada pH 10.

2. Jingga Xilenol
Indikator ini berwarna kuning sitrun dalam suasana asam dan merah dalam suasana
alkali. Kompleks logam-jingga xilenol berwarna merah, karena itu digunakan pada titrasi
dalam suasana asam.

3. Biru Hidroksi Naftol


Indikator ini memberikan warna merah sampai lembayung pada daerah pH 12 – 13
dan menjadi biru jernih jika terjadi kelebihan edetat.
Titrasi kompleksometri umumnya dilakukan secara langsung untuk logam yang
dengan cepat membentuk senyawa kompleks, sedangkan yang lambat membentuk senyawa
kompleks dilakukan titrasi kembali. Ion logam dapat menerima pasangan elektron dari donor
elektron membentuk senyawa koordinasi atau ion kompleks. Zat yang membentuk senyawa
kompleks disebut ligan. Ligan merupakan donor pasangan elektron logam merupakan
akseptor pasangan electron.

4. Terio T (EBT)
Adalah contoh indiator metalokromatik yang biasa digunakan pada titrasi beberapa
kation umum. Senyawa ini mengandung gugus sulfonat yang terdisiosisasi dalam air dan 2
gugus fenol yang terdisosiasi sebagian.

12
BAB III
PENUTUP

A.   Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat kami ambil dari makalah ini yaitu:
1. Analisa volumetri adalah analisa kimia kuantitatif yang dilakukan dengan jalan
mengukur volume suatu larutan standar yang bereaksi langsung dengan larutan yang
dianalisis.
2. Syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk dapat dilakukan analisis volumetrik adalah
sebagai berikut:
a. Reaksinya harus berlangsung sangat cepat.
b. Reaksinya harus sederhana serta dapat dinyatakan dengan persamaan
reaksi yang kuantitatif/stokiometrik.
c. Harus ada perubahan yang terlihat pada saat titik ekuivalen tercapai, baik
secara kimia maupun secara fisika.
d. Harus ada indikator jika reaksi tidak menunjukkan perubahan kimia atau
fisika. Indikator potensiometrik dapat pula digunakan.
3. Adapun macam-macam analisis volumetri ada tujuh, yakni: gasometri, titrimetri,
alkalimetri, acidimetri, permanganometri, iodometri dan iodimetri.
4. Penggolongan analisis titrimetri yaitu: reaksi kimia asam basa, reaksi oksidasi-reduksi
(redoks), reaksi pengendapan (presipitasi) dan reaksi kompleksometri
5. Berdasarkan atas hasil reaksi antara analit dengan larutan standar, maka analisis
volumetri dibagi atas: titrasi asam-basa, titrasi pengendapan, titrasi redoks, dan titrasi
kompleksometri

B.  Saran
Dalam melakukan analisis volumetri, dibutuhkan ketelitian dan kehati-hatian
agar tidak salah dalam menganalisis. Karena jika terdapat kesalahan kecil yang disebabkan
oleh peneliti, akan mengakibatkan kesalahan besar dalam menganalisis. 

13
DAFTAR PUSTAKA

Mulyono HAM. 2006. Kamus Kimia. Bandung: PT Bumi Aksara

Mulyono HAM. 2006.Membuat Reagen Kimia di Laboratorium. Bandung: PT Bumi Aksara

Ritawidya, Rien, Martalena Ramli dan Cecep Taufik Rustendi. 2014. Validase Metode
Penentuan Kadar Gadolinum (III) dan Ligan Diethyl Tetramine Penta Acetic
(DTPA) dalam Contrast Agent Gd. DTPA. Jurnal Radisotop dan
Radiofarmaka. ISSN: 1410-8542. 17 (1)

Suirta I, W. 2010. Sintesis senyawa orto fenilazo -2-Naftol Sebagai Indikator dalam Titrasi.
Jurnal Kimia 4 (1).

Tim Dosen Kimia UNHAS. 2012. Kimia Dasar. Makassar: Universitas Hasanuddin

Tim Penyusun Modul Kimia UNY. 2011. Kimia. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta

14

Anda mungkin juga menyukai