Anda di halaman 1dari 23

MATA KULIAH KIMIA DASAR

LAPORAN PRAKTIKUM

ANALISIS KUANTITATIF ASIDIMETRI

OLEH:
KELOMPOK III (TIGA)
ALISIA SILSILIA MALATANI 754840122068
FAUZIA A. BALIDE 754840122075
HAZHIYAH AGUSTINA HUNAWA 754840122078
NURWAFIQ SYAHARANI SULEMAN 754840122087
RAHMATIYA NYURA 754840122090
SITI MAGHFIRAH Y. DUNGGIO 754840122093
WILLA SHAVILLA MOHUNE 754840122100

PEMBIMBING : DWINA RAMADHANI POMALINGO, M.Farm.

LABORATORIUM KIMIA
PROGRAM STUDI DIII FARMASI
JURUSAN FARMASI
POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhanahu wa ta’ala, atas


anugrah dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan laporan praktikum kali ini, yang
berjudul “Analisis Kuantitatif Asidimetri”
Tersusunnya laporan praktikum ini karena buah kerja sama dari seluruh
anggota kelompok kami dan tentunya dengan bantuan dari berbagai pihak olehnya
kami ucapkan banyak terima kasih atas kontribusi waktu, tenaga, dan pikiran yang
telah diberikan.
Kami selaku kelompok penyusun menyadari betul bahwa laporan praktikum
ini jauh dari kata sempurna. Untuk itu kami sangat terbuka memohon bimbingan
berupa saran yang membangun dari berbagai pihak, terutama dari yang terhormat ibu
Dwina Ramadhani Pomalingo, M.Farm. selaku dosen pembimbing praktikum kimia
dasar.
Akhir kata kami sebagai penyusun berharap semoga laporan praktikum ini
dapat bermanfaat khususnya bagi kelompok kami, dan bagi berbagai pihak.

Gorontalo, November 2022

Kelompok III

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................1
A. Latar Belakang...................................................................................1
B. Tujuan Praktikum...............................................................................3
C. Manfaat Praktikum.............................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................4
A. Dasar Teori.........................................................................................4
B. Uraian Bahan.....................................................................................6
BAB III METODE KERJA........................................................................10
A. Alat dan Bahan...................................................................................10
B. Metode Kerja.....................................................................................10
BAB IV PEMBAHASAN............................................................................12
A. Hasil Pengamatan...............................................................................12
B. Pembahasan........................................................................................12
BAB V PENUTUP........................................................................................15
A. Kesimpulan .......................................................................................16
B. Saran .................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................17
LAMPIRAN................................................................................................18

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ilmu kimia analitik yaitu ilmu yang merupakan dasar dari metode
mengenai pemisahan-pemisahan dan analisa suatu bahan. Analisis dapat
dilakukan dengan mempelajari atau mengidentifikasi sesuatu dalam suatu
penelitian dari sebuah sampel yang didapatkan baik secara fisik maupun
karakteristik sampel tersebut. Analisis di dalam kimia dapat dibedakan
menjadi dua berdasarkan tujuan dilakukannya analisis, antara lain analisis
kualitatif dan analisis kuantitatif (Andari S, 2013).
Analisis kuantitatif adalah analisis penetapan jumlah suatu zat tertentu
didalam suatu larutan sampel. Analisis kuantitatif berkaitan dengan
identifikasi zat kimia. Analisis kuantitatif adalah analisis kimia yang
menyangkut penetuan jumlah zat tertentu yang ada didalam suatu sampel.
Analisis kuantitatif terdiri atas volumetri, gravimetri, titrimetri (asidimetri dan
alkalimetri), presipitrimetri, iodometri, dan spektrometri. Analisa volumetri
merupakan salah satu metode dari analisa kuantitatif yang bertujuan
menentukan banyaknya suatu zat dalam volume tertentu, Gavimetri adalah
suatu teknik pengukuran kadar dalam suatu bobot tertentu, titrimetri adalah
analisis dengan titrasi menggunakan asam atau basa. Presipitrimetri adalah
cara titrasi dimana terbentuk endapan (presipilat), iodometri ialah salah satu
bentuk pengukuran dari suatu oksidator menggunakan larutan kalium iodida,
dan spektrometri merupakan penentuan kadar suatu zat berdasarkan hasil
analisa spektrum zat atau berdasarkan transmitasi larutan terhadap cahaya
pada panjang gelombang tertentu menggunakan instrumen spektometri (Day
dan Underwood, 2002).
Proses titrasi digunakan dalam penentuan analisis banyak, termasuk
melibatkan reaksi asam basa. Indikator adalah zat yang digunakan untuk

1
sinyal ketika titrasi telah sampai di titik dimana kesetimbangan antara titran
sebagai larutan baku sekunder dan analit sebagai larutan baku primer adalah
sama. Keadaan ini disebut juga titik ekivalen yang ditandai dengan perubahan
warna pada larutan. Reaksi yang menggunakan titrasi pada asam dan basa
menghasilkan garam dan air disebut juga proses netralisasi (Welner, 2010).
Asidimetri berasal dari kata asidi dan metri, dimana asidi berasal dari
kata yang berarti asam sedangkan metri berasal dari bahasa Yunani yang
berarti ilmu, proses, seni mengukur. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
asidimetri adalah pengukuran jumlah asam atau pengukuran dengan asam
untuk menentukan basa (Padmaningrum, 2006).
Dalam titrasi asam basa dibutuhkan suatu zat yang dapat menunjukkan
titik akhir titrasi berupa adanya perubahan warna. Zat yang dimaksud disebut
sebagai indikator. Terdapat berbagai macam indikator yang dapat digunakan
dalam titrasi asam basa. Indikator ini tidak bekerja pada satu pH tertentu saja,
namun dengan cara mengubah rentang pH yang sempit. Selain dalam bentuk
zat, indikator asam basa pun dapat berupa kertas. Kertas ini memang
merupakan kertas khusus dan diberi nama kertas lakmus. Kertas lakmus ini
ada yang berupa kertas lakmus merah dan biru, namun ada juga kertas lakmus
universal yang langsung dapat ditentukan kisaran pH larutannya berdasarkan
perubahan warna yang diberikan. Zat indikator yang umumnya digunakan
dalam titrasi asam basa adalah metil jingga dengan rentang pH 3.1- 4.4 yang
akan menghasilkan warna merah apabila pH dibawah 3.1 dan warna jingga
apabila pH di atas 4.4; dan fenolftalein dengan rentang pH 8.3 – 10.00 yang
akan memberikan hasil berupa larutan tidak berwarna apabila pH di bawah
8.3dan menjadi warna rosa apabila pH di atas 10.00. Apabila reaksi terjadi
antara asam kuat dengan basa lemah maka lebih cocok digunakan indikator
metil jingga karena dari reaksi ini didapatkan hasil berupa larutan asam yang
sesuai dengan trayek pH metil jingga. Kemudian untuk reaksi antara asam
lemah dengan basa kuat akan lebih cocok jika digunakan indikator

2
fenolftalein karena dari reaksi ini akan didapatkan hasil berupa larutan basa
dan hal ini sesuai dengan trayek pH fenolftalein (Clark, 2013).
Indikator dibagi menjadi dua yaitu indikator alami dan indikator
buatan. Indikator buatan diantaranya metil merah (MM) dan metil jingga atau
metil orange (MO) sebagai indikator asam, serta fenolftalein (PP) sebagai
indikator basa (Rufaida dan Waldjinah, 2009).
Berdasarkan teori diatas maka dilakukanlah praktikum analisis
kuantitatif asidimetri, untuk menetapkan kadar terhadap senyawa basa yang
dianalisis menggunakan larutan baku asam.
B. Tujuan Praktikum
1. Dapat melakukan standarisasi larutan H2SO4
2. Dapat menentukan kadar suatu senyawa yang terdapat dalam sampel
NaOH dengan metode asidimetri
C. Manfaat Praktikum
Memahami konsep titrasi asam dan basa, dan dapat melakukan analisis
kuantitatif dengan menentukan kadar suatu senyawa basa yang terdapat dalam
sampel dengan metode asidimetri.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Titrasi dan larutan


Titrasi merupakan salah satu teknik analisis kimia kuantitatif yang
dipergunakan untuk menentukan konsentrasi suatu larutan tertentu, dimana
penentuannya menggunakan suatu larutan standar yang sudah diketahui
konsentrasinya secara tepat. Pengukuran volume dalam titrasi memegang
peranan yang amat penting sehingga ada kalanya sampai saat ini banyak orang
yang menyebut titrasi dengan nama analisis volumetric. Titrasi dilakukan dengan
cara volume zat penitrasi (titran) yang digunakan untuk bereaksi dengan zat yang
dititrasi (titrat). Dalam titrasi dikenal titik ekivalen dan titik akhir titrasi. Titik
akhir titrasi adalah titik pada saat titrasi diakhiri/dihentikan. Dalam titrasi
biasanya diambil sejumlah alikuot tertentu yaitu bagian dari keseluruhan larutan
yang dititrasi kemudian dilakukan proses pengenceran (Simanjutak, 2018).
Menurut Achmad (2008: 170), pada analisis volumetrik diperlukan larutan
standar. Proses penentuan konsentrasi larutan standart disebut ‘’menstandarkan’’.
Ada dua cara dalam menstandarkan larutan yaitu:
1. Pembutan langsung larutan dengan melarutkan suatu zat murni dengan berat
tertentu, kemudian diencerkan sampai memperoleh volume tertentu secara
tepat. Larutan ini disebut larutan standar primer, sedangkan zat yang
digunakan disebut standar primer.
2. Larutan yang konsentrasinya tidak dapat diketahui dengan cara menimbang
zat kemudian melarutkannya untuk memperoleh volume tertentu, tetapi dapat
distandarkan dengan larutan standar primer, disebut larutan standar sekunder.

Menurut Achmad (1996:170), zat yang dapat digunakan untuk larutan


standar primer, harus memenuhi persyaratan di bawah ini:
1. Mudah diperoleh dalam bentuk murni ataupun dalam keadaan yang diketahui

4
kemurniannya. Pengotoran tidak melebihi 0,01 sampai 0,02%
2. Harus stabil
3. Zat ini mudah dikeringkan, tidak higrokopis, sehingga tidak menyerap uap air,
tidak menyerap CO2 pada waktu penimbangan
B. Asidimetri
Asam adalah suatu zat yang larutannya berasa asam, memerahkan
lakmus biru dan menetralkan basa. Sedangkan basa adalah suatu zat yang
larutannya berasa pahit dan terasa licin, membirukan kertas lakmus merah dan
menetralkan asam (Chadijah, 2012).
Asidimetri berasal dari kata asidi dan metri, dimana asidi berasal dari
kata yang berarti asam sedangkan metri berasal dari bahasa Yunani yang
berarti ilmu, proses, seni mengukur. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
asidimetri adalah pengukuran jumlah asam atau pengukuran dengan asam
untuk menentukan basa (Padmaningrum, 2006).
Pada prinsipnya asidimetri adalah analisa titrimetri yang menggunakan
asam kuat sebagai titrannya dan sebagai analitnya adalah basa atau senyawa
yang bersifat basa, pengukuran dengan asam (yang diukur jumlah basa atau
garamnya).
Titrasi asidimetri soal reaksi dengan asam kuat-basa kuat, asam kuat-
basa lemah, asam lemah-basa kuat, asam kuat-garam dari asam lemah, basa
kuat-garam dari basa lemah. Titrasi ini menggunakan indikator pH atau
indikator asam-basa sebagai penanda karena memiliki sifat dapat berubah
warna apabila pH lingkungannya berubah, warna asam pengertian warna
indikator ketika dalam keadaan asam dan warna basa ketika dalam keadaan
basa (Harjadi, 1986).
Indikator adalah zat warna larut yang perubahan warnanya tampak
jelas dalam rentang pH yang sempit. Jenis indikator yang khas adalah asam
organik yang lemah yang mempunyai warna berbeda dari basa konjugatnya.
Indikator yang baik mempunyai intesitas warna yang sedemikian rupa

5
sehingga hanya beberapa tetes larutan indikator encer yang harus ditambahkan
kedalam larutan yang sedang diuji. Konsentrasi molekul indikator yang sangat
rendah ini hampir tidak berpengaruh terhadap pH larutan. Perubahan warna
indikator mencerminkan pengaruh asam dan basa lainnya yang terdapat dalam
larutan (Oxtoby, 2001).
Indikator dibagi menjadi dua yaitu indikator alami dan indikator
buatan. Indikator buatan diantaranya metil merah (MM) dan metil jingga atau
metil orange (MO) sebagai indikator asam, serta fenolftalein (PP) sebagai
indikator basa (Rufaida dan Waldjinah, 2009).
C. Uraian Bahan
a. Aquadest (Dirjen POM, 1979)
Nama Resmi : AQUA DESTILLATA
Nama Lain : Air Suling
Berat Molekul : 18,02 g/mol
Rumus Molekul : H2O
Rumus Sruktur :

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak


mempunyai rasa
Kelarutan : Larut dalam etanol, asam asetat, tidak larut dalam
air
Kegunaan : Sebagai bahan pelarut
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

6
b. C15H15N3O2 (Dirjen POM, 1979)
Nama Resmi : DIMETIL AMINO AZOBENZENA
Nama Lain : Metil Merah
Bobot Molekul : 269,3 g/mol
Rumus Molekul : C15H15N3O2
Rumus Sruktur :

Pemerian : Serbuk merah tua atau hablur lembayung


Kelarutan : Agak sukar larut dalam air, larut dalam etanol
Kegunaan : Sebagai indikator
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
c. H2SO4 (Dirjen POM, 2020)
Nama Resmi : SULFURIC ACID
Nama Lain : Asam Sulfat
Berat Molekul : 98,07 g/mol
Rumus Molekul : H2SO4
Rumus Sruktur :

Pemerian : Cairan jernih seperti minyak; tidak berwarna, bau


sangat tajam dan korosif, bobot jenis lebih kurang
1,84

7
Kelarutan : Bercampur dengan air dan dengan etanol, dengan
menimbulkan panas
Kegunaan :
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
d. NaOH (Dirjen POM, 1979)
Nama Resmi : NATRII HYDROXIDUM
Nama Lain : Natrium Hidroksida
Bobot Molekul : 40 g/mol
Rumus Molekul : NaOH
Rumus Sruktur :

Pemerian : Butiran, massa hablur atau keping kering, keras,


rapuh, dan menunjukan susunan hablur, putih
mudah meleleh basa, sangat alkali, dan korosif,
segera menyerap karbondioksida.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air dan dalam etanol
(95%) P.
Kegunaan : Sebagai sampel
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
e. Na2B4O7.10H2O (Dirjen POM, 2020)
Nama Resmi : NATRIUM TETRABORAT
Nama Lain : Boraks, sodium tetraborate
Bobot Molekul : 381,37 g/mol
Rumus Molekul : Na2B4O7.10H2O
Rumus Sruktur :

8
Pemerian : Hablur transparan tidak berwarna atau serbuk
hablur putih; tidak berbau. Larutan bersifat basa
terhadap fenolplatein. Pada waktu mekar diudara
kering dan hangat, hablur sering dilapisi serbuk
warna putih.
Kegunaan : Sebagai larutan baku primer
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

9
BAB III

METODE KERJA

A. Alat dan Bahan


Alat:
1. Batang pengaduk
2. Buret
3. Corong
4. Erlenmeyer
5. Gelas Kimia
6. Kaca Arloji
7. Klem
8. Pipet tetes
9. Sendok tanduk
10. Statif

Bahan:
1. Indikator (Metil Merah)
2. Larutan baku primer (Natrium Tetraborat)
3. Larutan baku sekunder (Asam sulfat)
4. Sampel (NaOH)
B. Prosedur Kerja
1. Pembuatan larutan baku primer Natrium Tetraborat
Ditimbang dengan teliti 4,7705 gram natrium tetraborat kemudian
masukan kedalam gelas piala ukuran 250 mL. Dilarutkan bahan tersebut
dengan sebagian aquadest dan dipindahkan larutan kedalam labu ukur 250
mL. Dibilas kembali gelas piala dengan sedikit aquadest dan dimasukan
bilasan tersebut kedalam labu ukur yang telah berisi Natrium tetraborat
dengan tujuan agar sisa-sisa larutan yang masih menempel pada gelas

10
piala dapat terakomodir seluruhnya. Ditambahkan kembali aquadest
kedalam labu takar hingga batas skala, dan diperhatikan miniskus dengan
seksama. Kemudian dihomogenkan larutan dengan cara menekuk posisi
labu ± 90o berulang kali.
2. Pembuatan larutan baku sekunder Asam Sulfat
Dituangkan sebagian kecil aquadest kedalam labu ukur 250 mL.
Pipet dengan teliti asam sulfat pekat sebanyak 1,4 mL dan dimasukan
perlahan kedalam labu ukur yang telah berisi sebagian kecil aquadest.
Setelah itu, ditambahkan aquadest kembali hingga tanda batas skala, dan
diperhatikan miniskus dengan seksama. Kemudian dihomogenkan larutan
dengan cara ditekuk posisi labu ±90o berulang kali.
3. Standarisasi Asam Sulfat
Dituangkan larutan H2SO4 kedalam buret, disiapkan 3 buah labu
erlenmeyer yang masing-masing diisi dengan 25 mL larutan natrium
tetraborat, diteteskan dengan indikator metil merah sebanyak 3 tetes.
Kemudian dititrasi erlenmeyer 1 dan dihentikan ketika telah terjadi
perubahan warna yang konstan. Titik akhir titrasi adalah ketika titran
berubah warna menjadi merah muda. Dicatat volume titran yang
digunakan, dan dilakukan cara yang sama untuk erlenmeyer 2 dan 3,
kemudian dihitung rata-rata volume titran yang terpakai. Terakhir
ditentukan molaritas yang sebenarnya dari larutan asam sulfat dengan
memperhatikan reaksi kimia yang telah berlangsung.
4. Penetapan kadar
Dipipet 25 mL dari larutan NaOH yang telah dibuat dan
dimasukan kedalam 3 buah erlenmeyer, diteteskan dengan indikator metil
merah sebanyak 3 tetes. Dititrasi dengan larutan baku sekunder asam
sulfat yang sudah distandarisasi sampai terjadi perubahan warna menjadi
merah muda, dilakukan titrasi sebanyak 3 kali dan dihitung rata-ratanya
lalu ditetapkan kadarnya.

11
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

No. Volume titrat Volume titran Volume Hasil


Natrium Asam Sulfat Akhir
Tetraborat
Awal Akhir
1. 25,00 mL 0,00 Ml 42,4 mL 42,4 mL

2. 25,00 mL 92,4 Ml 33,5 mL 58,9 mL Merah


muda
3. 25,00 mL 83,00 mL 20,00 mL 73,00 mL

No. Volume titrat Volume titran Volume Hasil


NaOH Asam Sulfat Akhir
Awal Akhir
1. 25,00 mL 0,00 Ml 14,00 mL 14,00 mL

2. 25,00 mL 14,00 Ml 30,00 mL 16,00 mL Merah


muda
3. 25,00 mL 30,00 Ml 44,00 mL 14,00 mL

B. Perhitungan

a. Penentuan kadar Natrium Tetraborat


M1 . V1 = M2 . V2
0,048 . 25 = M2. 58,1
1,2
M2 =
58,1

12
M2 = 0,020 M

b. Penentuan kadar NaOH


M1 . V1 = M2 . V2
M1 . 25 = 0,020.14,6
0,292
M1 =
25
M2 = 0,01168 M
C. Pembahasan
Pada praktikum kali ini kami melakukan analisis kuantitatif asidimetri,
untuk menetapkan kadar terhadap senyawa basa yang dianalisis menggunakan
larutan baku asam. Hal yang pertama kali dilakukan adalah menyiapkan alat
dan bahan berupa batang pengaduk, buret, corong, erlenmeyer, gelas kimia,
kaca arloji, klem, pipet tetes, sendok tanduk, dan statif. Bahan yang
diperlukan adalah natrium tetraborat sebagai larutan baku primer, asam sulfat
sebagai larutan baku sekunder, NaOH sebagai sampel, dan metil merah
sebagai indikator.
Standarisasi larutan asam sulfat dilakukan dengan cara mentitrasi
dengan larutan natrium tetraborat dengan menggunakan indikator metil
merah. Hal ini dilakukan untuk mengetahui konsentrasi H2SO4, indikator metil
merah digunakan untuk menentukan kapan titik akhir hasil titrasi tercapai
dengan indikasi perubahan warna, dimana indikator metil merah akan berubah
warna menjadi merah muda. Indikator metil merah memiliki pH antara 4,2-
6,2 yang telah diketahui jika asam kuat direaksikan dengan natrium tetraborat
akan menghasilkan natrium sulfat, air dan boron trioksida (G. Svehla, 2985).
Setelah penambahan indikator larutan akan berubah warna menjadi
merah muda yang menandakan bahwa larutan memiliki pH dibawah 4,4 dan
kuning pada pH 6,2. Proses titrasi pada larutan berubah warna menjadi merah
muda sehingga dapat dikatakan bahwa larutan tersebut merupakan asam (G.

13
Svehla, 1985).
Pada standarisasi H2SO4 dilakukan dengan titrasi asidimetri dimana
H2SO4 digunakan sebagai titran. Larutan natrium tetraborat diberikan 3 tetes
indikator metil merah yang berfungsi sebagai pemberi tanda apabila titrasi
telah mencapai titik kesetimbangan yang ditandai dengan terjadinya
perubahan warna. Sebelumnya, larutan natrium tetraborat dipindahkan
kedalam labu erlenmeyer sebanyak 25 mL dengan menggunakan gelas ukur.
Titrasi dilakukan sebanyak tiga kali (triplo), hal ini dilakukan untuk
mendapatkan hasil yang akurat. Ketika telah mencapai titik kesetimbangan
maka akan terjadi perubahan warna menjadi merah muda. Akan tetapi apabila
larutan belum mencapai titik kesetimbangan maka larutan berwarna kuning
pucat, harus tetap diperhatikan apabila penambahan yang dilakukan pada
proses titrasi berlebih maka warna pada larutan akan semakin pekat.
Na2B4O7 + H2SO4 → Na2SO4 + H2O + 2B2O3 (G. Svehla, 1985).
Namun pada saat praktikum, perubahan warna yang terjadi adalah
merah muda yang terlalu pekat diduga karena penambahan yang dilakukan
pada proses titrasi sudah berlebih, dan titik ekuivalennya sudah terlampaui.
Dari data yang diperoleh untuk standarisasi H 2SO4 didapat hasil dari jumlah
volume yang di rata-ratakan adalah 58,1 mL maka didapatkan konsentrasi dari
H2SO4 adalah 0,020 M.
Selanjutnya dilakukan penetapan kadar dari sampel. Sampel yang
digunakan dalam hal ini adalah NaOH, untuk penetapan kadar dari NaOH
dilakukan dengan cara menuangkan 25 mL larutan NaOH yang telah dibuat
kedalam 3 buah labu erlenmeyer kemudian ditambahkan dengan indikator
metil merah sebanyak 3 tetes, lalu dititrasi dengan larutan baku sekunder asam
sulfat hingga terjadi perubahan warna.
Lakukan titrasi sampel hingga tercapai titik ekivalen, saat mulai
terlihat adanya perubahan warna dari kuning menjadi merah jingga (MO) atau

14
kuning menjadi pink (MM) (Mardiyah, 2019)
Titik ekivalen adalah titik yang menyatakan banyaknya titran secara
kimia, setara dengan banyaknya analit. Analit adalah spesies (atom, unsur,
ion, gugus, molekul) yang dianalisis atau ditentukan konsentrasinya atau
srukturnya terhadap volum (W. Haryadi, 1990).
Pada penentuan kadar NaOH menggunakan metode asidimetri dimana
H2SO4 dengan indikator metil merah (MM) sebanyak 3 tetes. Penentuan titik
akhir titrasi didasarkan pada perubahan warna merah muda, hal ini
menandakan bahwa larutan telah mencapai titik kesetimbangan ditandai
dengan perubahan warna, apabila larutan tersebut belum mencapai titik
kesetimbangan maka larutan berwarna kuning pucat. Volume yang diperlukan
untuk mentitrasi NaOH rata-rata volumenya adalah 14,6 mL dan didapatkan
molaritas dari larutan NaOH adalah 0,01168 M.

15
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Distandarisasi larutan H2SO4 menggunakan larutan baku primer natrium
tetraborat hingga mencapai titik kesetimbangan ditandai dengan
perubahan warna merah muda, dilakukan titrasi sebanyak 3 kali (triplo)
untuk mendapatkan hasil yang akurat. Didapat hasil dari jumlah volume
yang di rata-ratakan adalah 58,1 mL maka konsentrasi dari H2SO4 adalah
0,020 M.
2. Penetapan kadar larutan NaOH dilakukan sebanyak 3 kali dalam 3 buah
labu erlenmeyer yang masing-masing telah diisi 25 mL larutan NaOH,
Dititrasi hingga terjadi perubahan warna. Didapat rata-rata volume 14,6
mL dan ditentukan molaritasnya adalah 0,01168 M.
B. Saran
1. Untuk Labolatorium
Diharapkan persediaan alat dan bahan dilaboratorium semakin lengkap
dan bisa lebih banyak lagi agar kegiatan praktikum kedepannya dapat
berjalan dengan lancar dan sesuai prosedur modul.
2. Untuk Praktikan
Diharapkan saat praktikum selanjutnya bisa menguasai alat laboratorium,
dan lebih serius dalam mengikuti praktikum, serta mendengarkan arahan
dosen dan instruktur dengan sebaik-baiknya.

16
DAFTAR PUSTAKA

Andari, S. (2013). Perbandingan Kadar Koroprofen Tablet Secara Alkalimetri


Spekfotometri UV. Jurnal Eduhealth, 3, 114-119.

Bassett J. et. al. 1994. Buku ajar vogel: Kimia Analitik Kuantitatif Anorganik.
Kedokteran ECC. Jakarta

Chadijah, & Sitti. (2012). Dasar-dasar Kimia Analitik. Makassar: Alauddin


University Press.
Chadijah, Sitti, & Underwood. (1990). Analisis Kimia Kualitatif. Jakarta: Erlangga.

Deg. R.A dan S Keenan. 1998. Kimia Analisa Kuantitatif. Erlangga Jakarta

Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia Edisi Ketiga. Departemen Kesehatan


Republik Indonesia. Jakarta.
Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen Kesehatan
Republik Indonesia. Jakarta.
Depkes RI. 2020. Farmakope Indonesia Edisi VI. Departemen Kesehatan
Republik Indonesia. Jakarta.

Harmita, 2006. Pengantar Kuantitatif Bahan Baku Dari Bentuk Sediaan Farmasi.
Cipta kreasi bersama. Jakarta

Khamidinati, 2009. Teknik Laboratorium Kimia. Pustaka pelajar. Yogyakarta

Mursyidi Ahmad. et. al. 2008. Pengantar Kimia Farmasi AnalisisVolumetri dan
Gravimetri. VGM press. Yogyakarta

Padmanigrum, R. 2006. Titrasi Asidimetri. Tersedia online di


http://staff.uny.ac.id>sites>files>pengabdian. [diakses pada 1 Desember
2018].
Svehla, G. 1985. Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro. PT Kalman

17
18
LAMPIRAN

(Pembuatan larutan sampel NaOH dan indikator Metil Merah)

(Larutan sampel dan indikator Metil Merah, NaOH, Phenopthalein, H2SO4)

(Penambahan larutan sampel dan indikator)

(Proses titrasi larutan menggunakan buret) (Hasil akhir)

19
20

Anda mungkin juga menyukai