Anda di halaman 1dari 21

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Allah SWT atas segala limpahan nikmat dan
karunianya, sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan laporan ini sebagai
salah satu syarat untuk mata kuliah Kimia Analitik Dengan Titrasi Asam Basa,
program studi D-III Analis kesehatan. Sholawat serta salam senantiasa kita
curahkan kepada nabi besar kita nabi Muhammad SAW dan para pengikutnya
yang sampai sekarang mengikuti ajaran ajaran beliau.
saya menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini sepenuhnya masih
ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasa. Apabila
pembaca belum puas dengan makalah yang lebih bagus dan lebih baik.
Saya harapkan demi kesempurnaan makalah ini bermanfaat bagi bangsa
dan Negara yang khusunya bagi kemajuan ilmu pengetahuan.

Gorontalo, Mei 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................2

1.1 Latar Belakang.........................................................................................................2


1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................2
1.3 Tujuan......................................................................................................................2
1.4 Manfaat....................................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................................2

2.1 Pengertian Titrasi Asam Basa...................................................................................2


2.2 Uraian Bahan............................................................................................................2
BAB III METODE PRAKTIKUM......................................................................................2

3.1 Tempat dan waktu....................................................................................................2


3.2 Alat Dan Bahan........................................................................................................2
3.2.1Alat.........................................................................................................................2
3.2.1 Bahan.....................................................................................................................2
3.3 Prosedur Kerja..........................................................................................................2
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...............................................................................2

4.1 Hasil.........................................................................................................................2
4.2. Percobaan dan Perhitungan......................................................................................2
4.3 Pembahasan..............................................................................................................2
BAB V PENUTUP..................................................................................................................2

5.1 Kesimpulan...............................................................................................................2
5.2 Saran.........................................................................................................................2
DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Titrasi merupakan suatu metode untuk menentukan kadar suatu zat dengan
menggunakan zat lain yang sudah dikethaui konsentrasinya. Titrasi biasanya
dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang terlibat di dalam proses titrasi,
sebagai contoh bila melibatan reaksi asam basa maka disebut sebagai titrasi
asam basa, titrasi redox untuk titrasi yang melibatkan reaksi reduksi oksidasi,
titrasi kompleksometri untuk titrasi yang melibatan pembentukan reaksi
kompleks dan lain sebagainya. (disini hanya dibahas tentang titrasi asam
basa).
Zat yang akan ditentukan kadarnya disebut sebagai “titrant” dan biasanya
diletakan di dalam Erlenmeyer, sedangkan zat yang telah diketahui
konsentrasinya disebut sebagai “titer” dan biasanya diletakkan di dalam
“buret”. Baik titer maupun titrant biasanya berupa larutan.
Titrasi asam basa disebut juga titrasi adisi alkalimetri. Kadar atau
konsentrasi asam basa larutan dapat ditentukan dengan metode volumetri
dengan teknik titrasi asam basa. Volumetri adalah teknik analisis kimia
kuantitatif untuk menetapkan kadar sampel dengan pengukuran volume
larutan yang terlibat reaksi berdasarkan kesetaraan kimia. Kesetaraan kimia
ditetapkan melalui titik akhir titrasi yang diketahui dari perubahan warna
indicator dan kadar sampel untuk ditetapkan melalui perhitungan berdasarkan
persamaan reaksi.
Titrasi asam basa merupakan teknik untuk menentukan konsentrasi larutan
asam atau basa. Reaksi yang terjadi merupakan reaksi asam basa (netralisasi).
Larutan yang kosentrasinya sudah diketahui disebut larutan baku. Titik
ekuivalen adalah titik ketika asam dan basa tepat habis bereaksi dengan
disertai perubahan warna indikatornya. Titik akhir titrasi adalah saat terjadinya
perubahan warna indicator.
Titik ekivalen pada titrasi asam basa adalah pada saat dimana sejumlah
asam tepat di netralkan oleh sejumlah basa. Selama titrasi berlangsung terjadi
perubahan pH. pH pada titik equivalen ditentukan oleh sejumlah garam yang
dihasilkan dari netralisaasi asam basa. Indikator yang digunakan pada titrasi
asam basa adalah yang memiliki rentang pH dimana titik equivalen berada.
Pada umumnya titik equivalen tersebut sulit untuk diamati, yang mudah
dimatai adalah titik akhir yaang dapat terjadi sebelum atau sesudah titik
equivalen tercapai. Titrasi harus dihentikan pada saat titik akhir titrasi
tercapai, yang ditandai dengan perubahan warna indikator. Titik akhir titrasi
tidak selalu berimpit dengan titik equivalen. Dengan pemilihan indikator yang
tepat, kita dapat memperkecil kesalahan titrasi.
Titrasi asam basa merupakan contoh analisis glumetri, yaitu suatu cara
atau  metode yang menggunakan larutan yang disebut titran dan dilepaskan
dari perangkat gelas yang disebut buret. Titik dalam titrasi dimana titran yang
telah ditambahkan cukup untuk bereaksi secara tepat dengan senyawa yang
ditentukan disebut titik ekivalen atau titik stoikhiometri, titik ini sering
ditandai dengan perubahan warna senyawa yang disebut indikator.
Berikut ini syarat-syarat yang diperlukan agar titrasi yang dilakukan berhasil :
1. Konsentrasi titrasi harus diketahui. Larutan seperrti ini disebut larutan
standar.
2. Reaksi yang tepat antara titran dan senyawa yang dianalisis harus
diketahui.
3. Titik stoikhiometri atau titik ekivalen harus diketahui. Indikator
yang  memberikan perubahan warna, atau sangat dekat pada titik ekivalen
yang sering digunakan. Titik pada saat indikator berubah warna disebut
titik akhir.
4. Volume titran yang dibutuhkan untuk mencapai titik ekivalen harus
diketahui setepat mungkin.

2
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada praktikum kali ini yaitu apa yang
dimaksud dengan titrasi asam basa?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan praktikum kali ini yaitu untuk mengetahui apa yang
dimaksud dengan titrasi asam basa

1.4 Manfaat
Adapun manfaat praktikum kali ini yaitu dapatmengetahui apa yang
dimaksud dengan titrasi asam basa

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Titrasi Asam Basa

Titrasi adalah proses penentuan banyaknya suatu larutan dengan


konsentrasi yang diketahui dan diperlukan untuk bereaksi secara lengkap
dengan sejumlah contoh tertentu yang akan di analisis. Contoh yang akan
dianalisis dirujuk sebagai (tak diketahui, unknown). Prosedur analitis yang
melibatkan titrasi dengan larutan-larutan yang konsentrasinya diketahui
disebut analisis volumetri. Dalam analisis larutan asam dan basa, titrasi
melibatkan pengukuran yang seksama, volume-volume suatu asam dan suatu
basa yang tepat saling menetralkan (Keenan,1998:422-423).

Pada proses titrasi ini digunakan suatu indikator yaitu suatu zat yang
ditambahkan sampai seluruh reaksi selesai yang dinyatakan dengan perubahan
warna. Perubahan warna menandakan telah tercapainya titik akhir titrasi
(Brady,1999:217-218).

Larutan basa yang akan diteteskan (titran) dimasukkan ke dalam buret


(pipa panjang berskala) dan jumlah yang terpakai dapat diketahui dari tinggi
sebelum dan sesudah titrasi. Larutan asam yang dititrasi dimasukkan kedalam
gelas kimia (erlenmeyer) dengan mengukur volumenya terlebih dahulu denga
memekai pipet gondok. Untuk mengamati titik ekivalen, dipakai indikator
yang warnanya disekitar titik ekivalen. Dala titrasi yang diamati adalah titik
akhir bukan titik ekivalen (syukri,1999:428).

Suatu proses didalam laboratorium untuk mengukur jumlah suatu reaktan


yang bereaksi sempurna dengan sejumlah reaktan lainnya, dimana reaktan

4
pertama ditambahkan secara kontinu ke dalam reaktan kedua disebut titrasi.
Reaktan yang ditambahkan tadi disebut sebagai titrant dan reaktan yang
ditambahkan titrant kedalamnya disebut titree. Didalam beberapa titrasi, titik
ekivalen adalah titik selama proses titrasi dimana tepatnya titrat telah cukup
ditambahkan untuk bereaksi dengan titree. Salah satu masalah tekhnis dalam
titrasi adalah titik dimana suatu perubahan dapat diamati, terjadi yang untuk
mengindikasikan pendekatan yang paling baik ke titik ekivalen. Secara ideal,
titik akhir dan titik ekivalen seharusnya identik, tetapi dalam prakteknya
jarang sekali ada orang yang mampu membuat kedua titik tersebut tepat sama,
meskipun ada beberapa hal dimana perbedaan antara kedua hal tersebut dapat
diabaikan (Snyder,199 :597-599).

Kadang-kadang kita perlu mengetahui tidak hanya atau sekedar pH, akan
tetapi perlu kita ketahui juga berapa banyak asam atau basayang terdapat
didalam sampel. Sebagai contoh, seorang ahli kimia lingkungan mempelajari
suatu danau dimana ikan-ikannya mati. Dia harus mengetahui secara pasti
seberapa banyak asam yang terkandung dalam suatu sampel air danau
tersebut. Titrasi melibatkan suatu proses penambahan suatu larutan yang
disebut tirant dari buret ke suatu flask yang berisi sampel dan disebut analit.
Berhasilnya titrasi asam-basa tergantung pada seberapa akurat kita dapat
mendeteksi titik stoikiometri. Pada titik tersebut, jumlah mol dari H3O+ dan
OH– yang ditambahkan sebagai titrant adlah sama dengan jumlah mol dari
OH- atau H3O+  yang terdapat dalam analit. Pada titik stoikiometri, larutan
terdiri dari garam dan air. Larutan tersebut adalah asam apabila ion asam
yang terkandung didalamnya, dan basa apabila ion basa yang terkandung
didalamnya (Atkins, 1997:550).

Seperti yang telah diketahui sebelumnya, dalam stoikiometri titrasi, titik


ekivalen dari reaksi netralisasi adalah titik pada reaksi dimana asam dan basa
keduanya setara, yaitu dimana keduanya tidak ada yang berlebihan. Dalam
titrasi, suatu larutan yang akan dinetralkan, misal asam, ditempatkan di dalam

5
flask bersamaan dengan beberapa tetes indikator asam basa. Kemudian
larutan lainnya (misal basa) yang terdapat didalam buret, ditambahkan ke
asam. Pertama-tama ditambahkan cukup banyak, kemudian dengan tetesan
hingga titik ekivalen. Titik ekivalen terjadi pada saat terjadinya perubahan
warna indikator. Titk pada titrasi dimana indikator warnanya berubah disebut
titik akhir (Petrucci, 1997:636).

Misalkan kita ingin menentukan molaritas dari suatu larutan HCl


yang tidak diketahui konsentrasinya. Kita bisa menentukan konsentrasi HCl
tersebut melalui suatu prosedur yang disebut titrasi, dimana kita menetralisasi
suatu asam dengan suatu basa yang telah diketahui konsentrasinya. Pada
titrasi, pertama-tama kita menempatkan suatu asam yang volumenya telah
ditentukan ke dalam suatu flask. Dan tambahkan beberapa tetes indikator
seperti penolftalein, kedalam larutan asam. Dalam larutan asam, penolftalein
tidak berwarna. Kemudian, buret kita isi dengan larutan NaOH yang
konsentrasinya telah diketahui. dan dengan hati-hati NaOH ditambahkan ke
asam pada flask. Kita bisa mengetahui bahwa netralisasi telah berlangsung
ketika penolftalein dalam larutan berubah warna menjadi merah muda. Ini
disebut titik akhir netralisasi. Dari volume yang ditambahkan dan molar
NaOH, kita dapat menentukan konsentrasi asam (Timberlake,2004:354-355).

Titirasi asam-basa merupakan cara yang tepat dan mudah untuk


menentukan jumlah senyawa-senyawa yang bersifat asam dan basa.
Kebanyakan asam dan basa organik dan organik dapat dititrasi dalam larutan
berair, tetapi sebagian senyawa itu terutama senyawa organik tidak larut
dalam  air. Namun demikian umumnya senyawa organik dapat larut dalam
pelarut organik, karena itu senyawa organik itu dapat ditentukan dengan
titrasi asam basa dalam pelarut inert. Untuk menentukan asam digunakan
larutan baku asam kaut misalnya HCl, sedangkan untuk menentuan basa
digunakan larutan basa kuat misalnya NaOH. Titik akhir titrasi biasanya
ditetapkan dengan bantuan perubahan indikator asam basa yang sesuai atau

6
dengan bantuan peralatan seperti potensiometri, spektrofotometer,
konduktometer. (Rivai,H.1990:308-310).
Tidak semua pereaksi dapat digunakan sebagai titran, untuk itu pereaksi
harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut berlangsung sempurna, tunggal
dan menurut persamaan yang jelas ( dasar teoritis), cepat dan irreversible, ada
petunjuk akhir titrasi (indikator), larutan baku direaksikan dengan alat harus
mudah didapat dan sederhana menggunakannya, juga harus stabil sehingga
konsentrasinya tidak mudah berubah bila disimpan (Ady Mara,2010:21)

2.2 Uraian Bahan


Uraian Bahan

1. Aqua Destilata (Depkes RI,1979l:62)

Nama Resmi    : AQUA DESTILATA

Nama Lain       : Air Suling,Aquades

Rm/Bm            : H₂O / 18,02

Pemberian       : Cairan jernih,tidak berbau, tidak berasa dan tidak


berwarna

Penyimpanan   : Didalam wadah tertutup baik

Kegunaan        : Sebagai pelarut

2. Natrium Hydroxydium (Depkes RI,1979:412 )

Nama resmi     : NATRIUM HIDROKSIDA

Nama Lain       : Natrium hidroksida

Rm/Bm            : NaOH/40.00

7
Pemerian       : Bentuk batang, massa hablur atau keping-keping, rapuh dan
muda melebihi basa, sangan alkalis dan korosif.

Kelarutan         : Sangat mudah larut dalam air dan   etanol (95%)

Penyimpanan   : Mengandung tidak kurang dari 97,5% akali jumlah

dihitung sebagai NaOH dan tidak lebih dari 2,5% NaCO3

Kegunaan        : Sebagai zat tambahan

3. Indikator pp (Depkes RI,1979:675)

Nama Resmi    : FENOLFTALEIN

Nama Lain       : Fenolftalein, Indikator PP

RM                  : C20H14O4

BM                  : 318,33

Pemerian          : Serbuk hablur putih atau putih kekuningan lemah, tidak


berbau stabil dan udara                                  

Kelarutan         : Praktis tidak larut dalam air, larut dalam etanol

Penyimpanan   : Dalam wadah tertutup rapat

K/P                  : Zat tambahan,indicator

8
BAB III

METODE PRAKTIKUM

3.1 Tempat dan waktu


Praktikum tentang ‘TITRASI” ini dilaksanakan di Laboratorium
Mikrobiologi Universitas Bina Mandiri Gorontalo pada hari senin, tanggal 20
april 2021 pukul 09:00 Wita sampai dengan selesai.
3.2 Alat Dan Bahan
3.2.1Alat
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu:
1. Buret
2. Statif
3. Klem
4. erlenmeyer
5. Corong
3.2.1 Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu:
1.Aquades
2. Larutan HCl
3. Larutan NaoH
4. Indikator Penoftalin
3.3 Prosedur Kerja
1. Masukan NaOH kedalam buret 50ml hinggga mencapai dibawah angka 0
(nol) menggunakan corong (letakanan buret dibawah dari dagu agar tidak
tumpah)
2. Siapkan 3 buah erlenmeyer, kemudian masing-masing masukan 10 ml
HCL
3. Kemudian tambahkan 3 tetes indikator penoftalin pada masing-masing
erlenmeyer.

9
4. Sampel A larutan HCL dititrasi dengan NaOH setetes demi setetes pada
erlenmeyer 1
5. Homogenkan larutan NA0H dan HCL secara perlahan sampai sampai
terjadi perubahan warna
6. Setelah terjadi perubahan warna, titrasi pertama dihentikan
7. Larutan titrasi kedua sama dengan larutan titrasi pertama
8. Pada saat titrasi homogenkan secara perlahan
9. Hentikan titrasi setelah terjadi perubahan warna

10
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Berdasarkan praktikum Kimia Analitik tentang Titrasi potensiometri


dilaksanakan pada hari Selasa, 20 April 2021 di dapatkan hasil :
Tabel 4.1 Hasil titrasi potensiometri berdasarkan gambar

Titrasi Asam klorida dengan titran larutan NaOH

Bahan Volume Gambar

NaOH

2 ml

Percobaan 1

4 ml

11
Percobaan 2

HCL 10 ml

2 ml

Percobaan 1
Hasil Perubahan
Warna

4 ml

Percobaan 2

12
4.2. Percobaan dan Perhitungan

4.2.1 Percobaan I
Titrasi A mendapat volume 27 ml

Titrasi B mendapat volume 24 ml

4.2.2 Percobaan II
Titrasi A mendapat volume 23 ml

Titrasi B mendapat volume 26 ml

4.2.3 Perhitungan:
a. Sampel A: Volume NaOH (1) = 27 ml

Volume NaOH (2) = 23 ml

Volume NaOH =27+23

50
= = 25 ml
2

HCL: 10 ml

Molaris : IM

b. Sampel B : Volume NaOH (1) = 24 ml

Volume NaOH (2) = 26 ml

Volume NaOH = 24+26

50
= = 25
2

M1 . V1 = M2 . V2

M1 . 25 = 1 . 1O

13
M1 = 1 . 10

10
M1 =
25

M1 = 0,4 ml

4.3 Pembahasan

Reaksi asam-basa dapat digunakan untuk menentukan konsentrasi


larutan asam atau larutan basa. Penentuan itu dilakukan dengan cara
meneteskan larutan basa yang telah diketahui konsentrasiya ke dalam
sejumlah larutan asam yang belum diketahui konsentrasinya atau sebaliknya.
Penetesan dilakukan hingga asam dan basa tepat habis bereaksi. Waktu
penambahan hingga asam dan basa tepat habis disebut titik ekuivalen.
Dengan demikian, konsentrasi asam atau basa dapat ditentukan jika salah
satunya sudah diketahui. Proses penetapan konsentrasi tersebut disebut titrasi
asam-basa.

Titrasi merupakan suatu metode untuk menentukan kadar suatu zat dengan
menggunakan zat lain yang sudah dikethaui konsentrasinya. Titrasi biasanya
dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang terlibat di dalam proses titrasi,
sebagai contoh bila melibatan reaksi asam basa maka disebut sebagai titrasi
asam basa, titrasi redox untuk titrasi yang melibatkan reaksi reduksi oksidasi,
titrasi kompleksometri untuk titrasi yang melibatan pembentukan reaksi
kompleks dan lain sebagainya.
Zat yang akan ditentukan kadarnya disebut sebagai “titrant” dan biasanya
diletakan di dalam Erlenmeyer, sedangkan zat yang telah diketahui
konsentrasinya disebut sebagai “titer” dan biasanya diletakkan di dalam
“buret”. Baik titer maupun titrant biasanya berupa larutan. Pada laporan kali
ini akan di jelaskan mengenai titrasi asam-basa

14
15
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan


yaitu sebagai berikut :

1. Volume akhir titrasi NaOH adalah 27 ml


2. Pada Sampel A proses titrasi terjadi perubahan warna oleh HCL dengan
NaOH dari warna bening menjadi merah muda.
3. Terjadi perubahan warna bening menjadi merah muda dikarenakan adanya
penambahan [OH-] yang menyebabkan [H+] berkurang dan keseimbangan
bergeser ke kanan.
5.2 Saran
Dalam melakukan praktikum, sebaiknya praktikan harus berhati-hati
dalam menggunakan larutan-larutan yang ada di laboratorium dan dalam
melakukan praktikum kali ini kita juga harus memperhatikan ketelitian dalam
mengukur volume larutan basa (NaOH), karena volume larutan NaOH sangat
mempengaruhi hasil konsentrasi .

15
DAFTAR PUSTAKA

Atkins, Peter and Jones Lorette. 1997. Chemistry Molecules and Canges.


NewYork: W. H. Freeman and Company.

Brady, James E. 1999. Kimia Universutas Asas dan Struktur. Jakarta: Binarupa


Aksara

Harjadi, W. 1990.Ilmu Kimia Analitik Dasar. Gramedia: Jakarta

Keenan, C. W, dkk. 1998. Kimia untuk Universitas. Jakarta: Erlangga.

Khopkar, S.M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI Press: Jakarta

Petrucci, Ralph H and Willias S. Harwood. 1997. General Chemistry. New


Jersey:Prentice Hall.

Purba, Michael. 1997. Buku Pelajaran Ilmu Kimia Untuk SMU kelas 2.Erlangga:


Jakarta

Rivai, H. 1990. Asas Pemeriksaan Kimia. UI Press: Jakarta

Shelva.G.1985.Vogelanalisis anorganik kualitatif makrodansemi makro. PT Kaa
n media pustaka : Jakarta

Snyder, Milton K. 1996. Chemistry Structure and Reaction. New York: Holt


Rinehart And winston. Inc.

Susanti, S. 1995. Analisis Kimia Farmasi Kualitatif. LEPHAS: Makassar

Syukri. 1999. Kimia Dasar 2. Bandung ITB.

Timberlake, Karen C. 2004. General, Organic and Biological Chemistry


Structure Of Life. San Fransisco: Pearson Benjamin Cummings.
LAMPIRAN

Hasil Titrasi pertama Hasil titrasi kedua

Hasil perubahan warna

Anda mungkin juga menyukai