KIMIA DASAR
“ STANDARISASI LARUTAN ”
Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mata Kuliah Kimia Dasar
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya
sehingga laporan praktikum mengenai Standarisasi Larutan ini dapat tersusun
hingga selesai. Tidak lupa saya juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan
dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi
maupun pikirannya.
Dan harapan saya semoga laporan ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca. Untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi laporan agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman saya, saya yakin
masih banyak kekurangan dalam laporan ini, Oleh karena itu saya sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
laporan ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
DAFTAR TABEL
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.2. Tujuan
Praktikum Pengenalan Alat ini bertujuan untuk:
Mengetahui cara mengencerkan suatu larutan dengan normalitas tertentu
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2
2.4. Macam-Macam Larutan Standar
Menurut Padmaningrum (2006), larutan standar berdasarkan kemurniannya
dibagi menjadi dua, yaitu :
1. Larutan Standar Primer / Baku Primer
Larutan standar primer adalah larutan standar yang dibuat dengan
menimbang dan melarutkan suatu zat tertentu dengan kemurnian tinggi,
dimana konsentrasi larutan tersebut dapat diketahui dari massa-volume
larutan.
Syarat-syarat larutan standar primer:
Zat harus mudah diperoleh, dimurnikan, dikeringkan (jika mungkin
pada suhu 110-120 °C) dan disimpan dalam keadaan murni.
Zat harus tidak berubah berat dalam penimbangan di udara; kondisi
ini menunjukkan bahwa zat tak boleh higroskopis, tak pula
dioksidasi oleh udara atau dipengaruhi karbon dioksida.
Zat tersebut dapat diuji kadar pengotornya dengan uji- uji kualitatif
dan kepekaan tertentu.
Zat tersebut sedapat mungkin mempunyai massa relatif dan massa
ekuivalen yang besar.
Zat tersebut harus mudah larut dalam pelarut yang dipilih.
Reaksi yang berlangsung dengan pereaksi harus bersifat
stoikiometrik dan langsung.
2. Larutan Standar Sekunder / Baku Sekunder
Larutan standar sekunder adalah larutan standar yang dibuat dengan
menimbang dan melarutkan suatu zat tertentu dengan kemurnian yang
relatif rendah sehingga konsentrasi diketahui dari hasil standarisasi.
Syarat-syarat larutan standar sekunder:
Derajat kemurnian lebih rendah daripada larutan baku primer.
Mempunyai berat ekivalen yang tinggi untuk memperkecil
kesalahan penimbangan.
Larutannya relatif stabil dalam penyimpanan.
3
2.5. Pengenceran
Pengenceran adalah sebuah usaha yang dipakai untuk sebuah senyawa
melalui cara penambahan jumlah pelarut yang memiliki sifat netral, biasa
digunakan adalah air murni (aquades) dengan ukuran tertentu. Penambahan zat
yang melarutkan pada sebuah senyawa serta bedampak turunnya kandungan
kepekatan maupun derajat konsentrasi pada senyawa yang diencerkan atau
dilarutkan.
M 1 V1 = M 2 V2
Sedangkan, normalitas adalah besaran yang menyatakan jumlah mol ekivalen zat
terlarut dalam tiap satuan volume larutan. Satuan normalitas adalah normal (N)
yang sama dengan mol ekivalen/liter. Rumus normalitas larutan adalah sebagai
berikut.
ek adalah mol ekivalen yaitu jumlah mol dikali jumlah ion H+ atau ion OH–
Jika n mol zat terlarut mengandung sebanyak a ion H+ atau OH–
4
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
5
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Tabel 1. Hasil Pengamatan dari standarisasi larutan HCl dan H2SO4
Volume (mL)
Larutan
HCL 1 N atau H2SO4 1 N Aquades
HCl 0,1 M 10 mL 90 mL
H2SO4 0,1 M 20 mL 80 mL
4.2. Pembahasan
Praktikum ini membahas tentang perbedaan larutan standar primer dan
sekunder. Larutan standar primer adalah larutan standar yang dibuat dengan
menimbang dan melarutkan suatu zat tertentu dengan kemurnian tinggi, dimana
konsentrasi larutan tersebut dapat diketahui dari massa-volume larutan. Sedangkan
larutan standar sekunder adalah larutan standar yang dibuat dengan menimbang dan
melarutkan suatu zat tertentu dengan kemurnian yang relatif rendah sehingga
konsentrasi diketahui dari hasil standarisasi.
Adapun syarat-syarat larutan standar primer antara lain, zat harus mudah
diperoleh, dimurnikan, dikeringkan, zat harus tidak berubah berat dalam
penimbangan di udara, zat tersebut dapat diuji kadar pengotornya dengan uji- uji
kualitatif dan kepekaan tertentu, zat tersebut sedapat mungkin mempunyai massa
relatif dan massa ekuivalen yang besar, zat tersebut harus mudah larut dalam pelarut
yang dipilih, dan reaksi yang berlangsung dengan pereaksi harus bersifat
stoikiometrik dan langsung.
Sedangkan syarat-syarat larutan standar sekunder antara lain, derajat
kemurnian lebih rendah daripada larutan baku primer, mempunyai berat ekivalen
yang tinggi untuk memperkecil kesalahan penimbangan, larutannya relatif stabil
dalam penyimpanan.
6
Larutan harus distandarisasi untuk mengetahui secara teliti konsentrasi larutan
tersebut. sebab ada beberapa larutan yang konsentrasinya mudah berubah karena
pengaruh udara, sehingga jika tidak distandarisasi maka konsentrasi tepatnya tidak
dapat dihitung.
Volume larutan HCl 1 N dan H2SO4 1 N yang digunakan tidak sama karena
dalam penghitungan ekuivalen HCl dan H2SO4 berbeda. HCl ekuivalennya 1
sedangkan H2SO4 ekuivalennya 2. Maka, nilai mol nya pun berbeda dimana mol
adalah kepekatan larutan. Karena kepekatannya berbeda, menyebabkan kebutuhan
aquades untuk stadarisasi larutan berbeda untuk mencapai 100 mL larutan.
7
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan, dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut:
1. Cara mengencerkan larutan adalah dengan menambahkan jumlah pelarut
yang memiliki sifat netral, biasa digunakan adalah air murni (aquades)
dengan ukuran tertentu. Penambahan zat yang melarutkan pada sebuah
senyawa serta bedampak turunnya kandungan kepekatan maupun derajat
konsentrasi pada senyawa yang diencerkan atau dilarutkan.
2. Dari hasil pengenceran HCl 1 N dan H2SO4 dengan aquades maka diketahui
konsentrasi HCl sebanyak 10 mL dengan aquades sebanyak 90 mL dan
konsentrasi H2SO4 sebanyak 20 mL dengan aquades sebanyak 80 mL.
5.2 Saran
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan sebaiknya praktikan
mengetahui sekaligus memahami materi yang berkaitan dengan praktikum
misalnya rumus titrasi ataupun penyetaraan reaksi sehingga pada saat praktikum
tidak menyita waktu. Kedua, sebaiknya pembagian dan koordinasi mengenai
praktikum lebih diperhatikan agar semua praktikan paham akan praktikum yang
dilaksanakan dan dapat mengaplikasikan ke dalam kehidupan dan mengetahui
manfaatnya. Saya juga menyadari bahwa laporan yang saya tulis masih banyak
kekurang, oleh sebab itu saya berharap laporan ini dapat dikembangkan dan
menjadi referensi dalam pembuatan laporan yang lain.
8
DAFTAR PUSTAKA
Brady, James E. 1999. Kimia Universitas Asaa & Struktur. Edisi kelima. Jakarta :
Binarupa Aksara.
Day, R.A., dan A.L. Underwood. 2001. Analisis Kimia Kuantitatif. Edisi keenam.
Jakarta : Erlangga.
Wahyudi. 2000. Jurnal Kimia dan Larutan. Vol2 (5). Universitas Jendral Sudirman
: Purwokerto.
Noor, Yudhi. 2006. Jurnal Penentuan Daya Serap Arang Aktif Teknis Terhadap
Iodium Secara Potensiometri. Bidang Bahan Bakar Nuklir Pusat Teknologi
Bahan Bakar Nuklir : Batam.
9
LAMPIRAN PERHITUNGAN
10
LAMPIRAN GAMBAR
11
Lampiran 6. HCl 1 N Lampiran 7. H2SO4 1 N
Lampiran 8. Aquades
12