Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA DASAR
“ STANDARISASI LARUTAN ”
Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mata Kuliah Kimia Dasar
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya
sehingga laporan praktikum mengenai Standarisasi Larutan ini dapat tersusun
hingga selesai. Tidak lupa saya juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan
dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi
maupun pikirannya.
Dan harapan saya semoga laporan ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca. Untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi laporan agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman saya, saya yakin
masih banyak kekurangan dalam laporan ini, Oleh karena itu saya sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
laporan ini.

Serang, 22 September 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... i


DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL ............................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ........................................................................................1
1.2. Tujuan .....................................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Larutan ..................................................................................2
2.2. Kegunaan Standarisasi Larutan ................................................................2
2.3. Pengertian Larutan Standar ......................................................................2
2.4. Macam-Macam Larutan Standar ..............................................................3
2.5. Pengenceran .............................................................................................4
2.6. Molaritas dan Normalitas .........................................................................4
BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1. Waktu dan Tempat ...................................................................................5
3.2. Alat dan Bahan ........................................................................................5
3.3. Cara Kerja ...............................................................................................5
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil ........................................................................................................6
4.2. Pembahasan .............................................................................................6
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan .................................................................................................8
5.2. Saran ........................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................9
LAMPIRAN PERHITUNGAN ...........................................................................10
LAMPIRAN GAMBAR ......................................................................................11

ii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Hasil Pengamatan dari standarisasi larutan HCl dan H2SO4………………6

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kehidupan sehari-hari kita tidak lepas dari yang namanya larutan, karena
larutan memegang peranan yang penting dalam kehidupan makhluk hidup. Dalam
ilmu kimia, pengertian larutan ini sangat penting karena hampir semua reaksi terjadi
dalam bentuk larutan. Pembuatan larutan dengan konsentrasi tertentu sering
dihasilkan konsentrasi yang tidak tepat dengan yang diinginkan. Untuk mengetahui
konsentrasi sebenarnya dari larutan yang dihasilkan maka dilakukan standarisasi.
Standarisasi merupakan suatu proses yang digunakan untuk menentukan
secara teliti konsentrasi suatu larutan. Larutan standar kadang-kadang dapat dibuat
dengan menimbang secara teliti sejumlah contoh solut yang digunakan dan
melarutkannya ke dalam volume larutan yang secara teliti diukur volumenya. Cara
ini biasanya tidak dapat dilakukan, karena relatif sedikit pereaksi kimia yang dapat
diperoleh dalam bentuk cukup murni untuk memenuhi permintaan analis akan
ketelitiannya. Beberapa zat tadi yang memadai dalam hal ini disebut standar primer.
Suatu larutan lebih umum distandarisasikan dengan cara titrasi yang pada proses
itu ia bereaksi dengan sebagian berat dari standar primer (Indry, 2010).
Titrasi adalah cara analisis untuk menghitung jumlah cairan yang
dibutuhkan untuk bereaksi dengan sejumlah cairan lain. Dalam satu cairan yang
mengandung reaktan ditempatkan dalam biuret, sebuah tabung yang panjang salah
satu ujungnya terdapat kran (stopkok) dengan skala milimeter dan sepersepuluh
milimeter. Cairan di dalam biuret disebut titran dan pada titran ditambah indikator,
perubahan warna indikator menandai habisnya titrasi (Wahyudi, 2000).

1.2. Tujuan
Praktikum Pengenalan Alat ini bertujuan untuk:
Mengetahui cara mengencerkan suatu larutan dengan normalitas tertentu

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Larutan


Larutan merupakan campuran homogen dari dua zat atau lebih yang saling
melarutkan dan setiap zat penyusunnya tidak bisa dibedakan lagi secara fisik.
Campuran homogen tersebut terdiri dari pelarut dan zat terlarut. Sebagai contoh
larutan yang sering kita lihat dalam kehidupan sehari-hari adalah air garam, air gula,
air kopi, air teh dan sebagainya. Pada larutan juga terdapat istilah solven dan solute.
Solvent adalah pelarut sedangkan solute adalah zat terlarut. Pada umumnya dalam
suatu larutan jumlah solvent lebih banyak dibandingkan jumlah solute. Larutan
dapat terbentuk disebabkan ada gaya tarik menarik yang terjadi antara molekul-
molekul solven dan solute.

2.2. Kegunaan Standarisasi Larutan


Kegunaan standarisasi larutan adalah untuk mengetahui secara teliti
konsentrasi suatu larutan, sebab ada beberapa larutan yang konsentrasinya mudah
berubah karena pengaruh udara, sehingga konsentrasi tepatnya tidak dapat dihitung.

2.3. Pengertian Larutan Standar


Larutan standar atau larutan baku adalah suatu larutan yang mengandung
konsentrasi yang diketahui secara tepat dari unsur atau zat. Larutan standar
biasanya berfungsi sebagai titran sehingga ditempatkan buret, yang sekaligus
berfungsi sebagai alat ukur volume larutan baku. Larutan yang akan ditentukan
konsentrasinya atau kadarnya, diukur volumenya dengan menggunakan pipet
volumetri dan ditempatkan di erlenmeyer larutan standar yang digunakan untuk
menentukan konsentrasi zat lain, seperti larutan dalam titrasi.
Konsentrasi larutan standar biasanya dinyatakan dalam satuan mol per liter
(mol / L, sering disingkat M untuk molaritas), mol per desimeter kubik (mol/dm3)
atau kilomol per meter kubik (kmol/m3). Suatu standar sederhana diperoleh melalui
pelarutan unsur tunggal atau suatu zat dalam pelarut yang mampu yang mana akan
bereaksi dengannya.

2
2.4. Macam-Macam Larutan Standar
Menurut Padmaningrum (2006), larutan standar berdasarkan kemurniannya
dibagi menjadi dua, yaitu :
1. Larutan Standar Primer / Baku Primer
Larutan standar primer adalah larutan standar yang dibuat dengan
menimbang dan melarutkan suatu zat tertentu dengan kemurnian tinggi,
dimana konsentrasi larutan tersebut dapat diketahui dari massa-volume
larutan.
Syarat-syarat larutan standar primer:
 Zat harus mudah diperoleh, dimurnikan, dikeringkan (jika mungkin
pada suhu 110-120 °C) dan disimpan dalam keadaan murni.
 Zat harus tidak berubah berat dalam penimbangan di udara; kondisi
ini menunjukkan bahwa zat tak boleh higroskopis, tak pula
dioksidasi oleh udara atau dipengaruhi karbon dioksida.
 Zat tersebut dapat diuji kadar pengotornya dengan uji- uji kualitatif
dan kepekaan tertentu.
 Zat tersebut sedapat mungkin mempunyai massa relatif dan massa
ekuivalen yang besar.
 Zat tersebut harus mudah larut dalam pelarut yang dipilih.
 Reaksi yang berlangsung dengan pereaksi harus bersifat
stoikiometrik dan langsung.
2. Larutan Standar Sekunder / Baku Sekunder
Larutan standar sekunder adalah larutan standar yang dibuat dengan
menimbang dan melarutkan suatu zat tertentu dengan kemurnian yang
relatif rendah sehingga konsentrasi diketahui dari hasil standarisasi.
Syarat-syarat larutan standar sekunder:
 Derajat kemurnian lebih rendah daripada larutan baku primer.
 Mempunyai berat ekivalen yang tinggi untuk memperkecil
kesalahan penimbangan.
 Larutannya relatif stabil dalam penyimpanan.

3
2.5. Pengenceran
Pengenceran adalah sebuah usaha yang dipakai untuk sebuah senyawa
melalui cara penambahan jumlah pelarut yang memiliki sifat netral, biasa
digunakan adalah air murni (aquades) dengan ukuran tertentu. Penambahan zat
yang melarutkan pada sebuah senyawa serta bedampak turunnya kandungan
kepekatan maupun derajat konsentrasi pada senyawa yang diencerkan atau
dilarutkan.

M 1 V1 = M 2 V2

2.6. Molaritas dan Normalitas


Dalam melakukan percobaan standarisasi larutan, maka praktikan mengenal
molaritas dan normalitas dalam mencari perhitungnnya.
Molaritas adalah besaran yang menyatakan jumlah mol zat terlarut dalam tiap
satuan volume larutan. Satuan molaritas adalah molar (M) yang sama dengan
mol/liter. Jika terdapat n mol senyawa terlarut dalam V liter larutan, maka rumus
molaritas larutan adalah sebagai berikut.

Sedangkan, normalitas adalah besaran yang menyatakan jumlah mol ekivalen zat
terlarut dalam tiap satuan volume larutan. Satuan normalitas adalah normal (N)
yang sama dengan mol ekivalen/liter. Rumus normalitas larutan adalah sebagai
berikut.

ek adalah mol ekivalen yaitu jumlah mol dikali jumlah ion H+ atau ion OH–
Jika n mol zat terlarut mengandung sebanyak a ion H+ atau OH–

4
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan Tempat


Praktikum tentang standarisasi larutan dilaksanakan di Laboratorium
Agroekoteknologi Lt. 1 Fakultas Pertanian Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
pada hari Senin, tanggal 17 September 2018 pukul 07.00 s/d 09.00 WIB.

3.2. Alat dan Bahan


Alat yang digunakan yaitu, labu ukur 100 mL, pipet ukur, gelas ukur 50 mL,
beaker glass 250 mL, botol semprot. Dan bahan yang digunakan yaitu, larutan HCl
1 N, larutan H2SO4 1 N, aquades.

3.3. Cara Kerja


Cara kerja dari praktikum standarisasi larutan yaitu sebagai berikut:
1. Dibuatkan larutan standar HCl 0,1 M dan H2SO4 0,1 M masing-masing
sebanyak 100 mL.
2. Dihitung jumlah HCl 1 N dan H2SO4 1 N (dalam mL) yang dibutuhkan
untuk membuat larutan standar pada nomor 1 (tahap 1) menggunakan
rumus diatas.
3. Dimasukkan larutan HCl 1 N dan H2SO4 1 N masing-masing pada labu ukur
100 mL.
4. Ditambahkan aquades ke dalam labu ukur hingga tepat 100 mL.
5. Diaduk dengan cara menggoyang-goyangkan labu ukur tersebut.

5
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil
Tabel 1. Hasil Pengamatan dari standarisasi larutan HCl dan H2SO4

Volume (mL)
Larutan
HCL 1 N atau H2SO4 1 N Aquades

HCl 0,1 M 10 mL 90 mL

H2SO4 0,1 M 20 mL 80 mL

4.2. Pembahasan
Praktikum ini membahas tentang perbedaan larutan standar primer dan
sekunder. Larutan standar primer adalah larutan standar yang dibuat dengan
menimbang dan melarutkan suatu zat tertentu dengan kemurnian tinggi, dimana
konsentrasi larutan tersebut dapat diketahui dari massa-volume larutan. Sedangkan
larutan standar sekunder adalah larutan standar yang dibuat dengan menimbang dan
melarutkan suatu zat tertentu dengan kemurnian yang relatif rendah sehingga
konsentrasi diketahui dari hasil standarisasi.
Adapun syarat-syarat larutan standar primer antara lain, zat harus mudah
diperoleh, dimurnikan, dikeringkan, zat harus tidak berubah berat dalam
penimbangan di udara, zat tersebut dapat diuji kadar pengotornya dengan uji- uji
kualitatif dan kepekaan tertentu, zat tersebut sedapat mungkin mempunyai massa
relatif dan massa ekuivalen yang besar, zat tersebut harus mudah larut dalam pelarut
yang dipilih, dan reaksi yang berlangsung dengan pereaksi harus bersifat
stoikiometrik dan langsung.
Sedangkan syarat-syarat larutan standar sekunder antara lain, derajat
kemurnian lebih rendah daripada larutan baku primer, mempunyai berat ekivalen
yang tinggi untuk memperkecil kesalahan penimbangan, larutannya relatif stabil
dalam penyimpanan.

6
Larutan harus distandarisasi untuk mengetahui secara teliti konsentrasi larutan
tersebut. sebab ada beberapa larutan yang konsentrasinya mudah berubah karena
pengaruh udara, sehingga jika tidak distandarisasi maka konsentrasi tepatnya tidak
dapat dihitung.
Volume larutan HCl 1 N dan H2SO4 1 N yang digunakan tidak sama karena
dalam penghitungan ekuivalen HCl dan H2SO4 berbeda. HCl ekuivalennya 1
sedangkan H2SO4 ekuivalennya 2. Maka, nilai mol nya pun berbeda dimana mol
adalah kepekatan larutan. Karena kepekatannya berbeda, menyebabkan kebutuhan
aquades untuk stadarisasi larutan berbeda untuk mencapai 100 mL larutan.

7
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan, dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut:
1. Cara mengencerkan larutan adalah dengan menambahkan jumlah pelarut
yang memiliki sifat netral, biasa digunakan adalah air murni (aquades)
dengan ukuran tertentu. Penambahan zat yang melarutkan pada sebuah
senyawa serta bedampak turunnya kandungan kepekatan maupun derajat
konsentrasi pada senyawa yang diencerkan atau dilarutkan.
2. Dari hasil pengenceran HCl 1 N dan H2SO4 dengan aquades maka diketahui
konsentrasi HCl sebanyak 10 mL dengan aquades sebanyak 90 mL dan
konsentrasi H2SO4 sebanyak 20 mL dengan aquades sebanyak 80 mL.

5.2 Saran
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan sebaiknya praktikan
mengetahui sekaligus memahami materi yang berkaitan dengan praktikum
misalnya rumus titrasi ataupun penyetaraan reaksi sehingga pada saat praktikum
tidak menyita waktu. Kedua, sebaiknya pembagian dan koordinasi mengenai
praktikum lebih diperhatikan agar semua praktikan paham akan praktikum yang
dilaksanakan dan dapat mengaplikasikan ke dalam kehidupan dan mengetahui
manfaatnya. Saya juga menyadari bahwa laporan yang saya tulis masih banyak
kekurang, oleh sebab itu saya berharap laporan ini dapat dikembangkan dan
menjadi referensi dalam pembuatan laporan yang lain.

8
DAFTAR PUSTAKA

Brady, James E. 1999. Kimia Universitas Asaa & Struktur. Edisi kelima. Jakarta :
Binarupa Aksara.

Day, R.A., dan A.L. Underwood. 2001. Analisis Kimia Kuantitatif. Edisi keenam.
Jakarta : Erlangga.

Goldberg, David. Kimia Untuk Pemula. Edisi kedua. Jakarta : Erlangga.

Wahyudi. 2000. Jurnal Kimia dan Larutan. Vol2 (5). Universitas Jendral Sudirman
: Purwokerto.

Indry, Sumarni. 2010. Jurnal Standarisasi Natrium Hidroksida Dan Penggunaanya


Untuk Penentuan Konsentrasi Asam Asetat. Jurusan Farmasi Universitas
Lambung Mangkurat : Banjarmasin.

Noor, Yudhi. 2006. Jurnal Penentuan Daya Serap Arang Aktif Teknis Terhadap
Iodium Secara Potensiometri. Bidang Bahan Bakar Nuklir Pusat Teknologi
Bahan Bakar Nuklir : Batam.

Mardiah, Dinna. 2016. Laporan Praktikum Kimia Analitik : Standarisasi.


https://dinnaraldani.blogspot.com/2016/12/laporan-praktikum-kimia-
analitik_16.html. Diakses pada tanggal 22 September 2018 pukul 16.45

9
LAMPIRAN PERHITUNGAN

10
LAMPIRAN GAMBAR

Lampiran : Alat dan bahan yang dipergunakan dalam praktikum

Lampiran 1. Beaker glass 250 mL Lampiran 2. Labu ukur 100 mL

Lampiran 3. Pipet ukur Lampiran 4. Gelas ukur 50 mL

Lampiran 5. Botol semprot

11
Lampiran 6. HCl 1 N Lampiran 7. H2SO4 1 N

Lampiran 8. Aquades

12

Anda mungkin juga menyukai