MAKALAH TITRASI
IODOMETRI
DI SUSUN
OLEH
SUKMAWATI 2009200448201009
SYAMSUDIN HARSIS 918312906201012
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur tercurah kepada Allah SWT atas taufik, hidayah, berkat dan
rahmat-Nya. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada suri
tauladan kita Rasulullah saw, keluarganya, sahabatnya serta para pengikutnya
hingga akhir zaman.
Penulis menyadari bahwa makalah ini tidak akan selesai tepat waktunya
tanpa dukungan, bimbingan, arahan, dan bantuan dari semua pihak. Oleh
karena itu penulis mengucapakan terima kasih kepada teman yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini.
Akhir kata, penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat dan
menambah pengetahuan pihak yang menggunakannya.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I......................................................................................................................iii
PENDAHULUAN………………………………………………………………...1
1.1 LATAR BELAKANG………………………………………………………..1
A. Titrimetrik (Volumetrik)………………………………………………...2
B. Gravimetrik………………………………………………………………5
C. Metode Instrumental…………………………………………………….6
1.2 RUMUSAN MASALAH……………………………………………………..6
1.3 Maksud dan Tujuan………………………………………………………....6
A.Maksud Percobaan………………………………………………………..6
B. Tujuan Percobaan………………………………………………………..6
1.4 Prinsip Percobaan…………………………………………………………...7
BAB II.....................................................................................................................7
IODOMETRI.........................................................................................................7
A.Teori Yodometri…………………………………………………………..8
B.Prinsip Iodometri…………………………………………………………9
C.Macam-macam Titrasi Iodometri……………………………………...10
D.Larutan Baku……………………………………………………………14
E.Standardisasi…………………………………………………….………19
F.Penentuan Titik Akhir…………………………………………………..25
G.Reagen yang Digunakan Pada Titrasi Iodometri……………………. 27
H.Faktor yang Mempengaruhi Titrasi Iododmetri………………….…..30
I.Contoh Titrasi Iodometri………………………………………………...33
BAB III…………………………………………………………………………..38
KESIMPULAN………………………………………………………………….38
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................39
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
A. Titrimetrik (Volumetrik)
Ada sejumlah besar asam dan basa yang dapat diketahui kadarnya dengan
menggunakan metode titrimetri. Jika HA mewakili asam yang akan
ditentukan dan B mewakili basa, reaksinya adalah sebagai berikut:
HA + OH- A- + H2O
2
Atau
Titran pada umumnya adalah larutan standar dari elektrolit kuat, seperti
natrium hidroksida dan asam klorida.
3. Titrasi pengendap
4. an
8. Titrasi kompleks
3
a. Titran = suatu zat yang ditambahkan sedikit demi sedikit ke dalam sampel
dan telah diketahui konsentrasinya.
b. Titrat = zat yang belum diketahui kadarnya, yang ditambahkan sedikit
demi sedikit oleh titran.
c. Titik ekivalen = titik dimana terjadi kesetimbangan stokhiometri antara
titran dan titrat.
d. Titik akhir = titik dimana terjadinya perubahan warna pada indikator yang
menandakan penitaran berakhir.
12. Tidak semua reaksi kimia dapat digunakan sebagai basis untuk
titrasi. Berikut merupakan syarat-syarat reaksi yang dapat digunakan sebagai
basis titrasi :
14. Reaksi antara titran dengan substansi yang terpilih sebagai standar
primer harus memenuhisejumlah persyaratan untuk analisis titrimetrik. Di
samping itu, standar primer harus mempunyai karakteristik sebagai berikut:
4
1. Harus tersedia dalam bentuk murni, atau memiliki tingkat kemurnian
yang diketahui. Secara umum, jumlah total dari pengotor tidak boleh
melebihi0,01 sampai 0,02%, dan harus dilakukan tes untuk tes untuk
menentukan kuantitas dari pengotor.
2. Zat yang digunakan sebagai larutan standar primer haruslah stabil. Harus
mudah dikeringkan dan tidak higroskopis sehingga tidak banyak meyerap
air selama proses penimbangan.
3. Yang diinginkan adalah standar primer tersebut mempunyai berat
ekivalen yang cukup tinggi agar meminimalisasi konsekuensi kesalahan
pada saat penimbangan.
2. Gravimetrik
17. aA + rR → AaRr
5
2. Zat yang ditimbang haruslah mempunyai susunan yang pasti dan harus
murni, atau sangat hampir murni. Bila tidak, hasil yang diperoleh tidak
akurat.
20. Persyaratan kedua itu lebih sukar dipenuhi para analis. Kesalahan-
kesalahan analisa yang disebabkan oleh faktor-faktor seperti kelarutan
endapan umumnya dapat diminimalisasi dan jarang menimbulkan kesalahan
analisa yang signifikan. Masalahnya memperoleh endapan murni dan dapat
disaring menjadi permasalahan utama. Banyak penelitian telah dilakukan
mengenai pembentukkan dan sifat-sifat endapan, dan telah diperoleh cukup
banyak pengetahuan yang memungkinkan analis meminimalisasi masalah
kontaminasi endapan.
3. Metode Instrumental
6
32. Mengetahui dan memahami cara penetapan kadar suatu senyawa
secara volumetri.
Metode Iodimetri
7
titik akhir titrasi titrasi ditandai dengan perubahan warna larutan dari biru
menjadi bening.
38.
39.
40.
8
41.BAB II
42.IODOMETRI
A. Teori Iodimetri
45. Karena iod mudah larut dalam larutan iodida. Reaksi sel setengah
itu lebih baik ditulis sebagai:
9
46. I3- + 2e → 3I-
47. Dan potensial reduksi standarnya adalah 0,5355 volt. Maka, iod
atau ion tri-iodida merupakan zat pengoksid yang jauh lebih lemah ketimbang
kalium permanganat, kalium dikromat, dan serium(IV) sulfat. Dalam
kebanyakan titrasi langsung dengan iod (iodimetri), digunakan suatu larutan
iod dalam kalium iodida, dan karena itu spesi reaktifnya adalh ion tri-iodida,
I3-. Untuk tepatnya, semua persamaan yang melibatkan reaksi-reaksi iod
seharusnya ditulis dengan I3- dan bukan dengan I2, misalnya:
51. Warna larutan 0,1 N iodium adalah cukup kuat sehingga iodium
dapat bekerja sebagai indikatornya sendiri. Iodium juga memberi warna ungu
atau merah lembayung yang kuat kepada pelarut-pelarut sebagai karbon
tetraklorida atau kloroform dan kadang-kadang hal ini digunakan untuk
mengetahui titik akhir titrasi. Akan tetapi lebih umum digunakan suatu
larutan (dispersi koloidal) kanji, karena warna biru tua dari kompleks kanji-
iodium dipakai untuk suatu uji sangat peka terhadap iodium.
2. Prinsip Iodometri
52. Iod bebas seperti halogen lain dapat menangkap elektron dari zat
pereduksi, sehingga iod sebagai oksidator. ion I- siap memberikan elektron
dengan adanya zat penangkap elektron, sehingga I- bertindak sebagai zat
pereaksi.
53. Reaksinya :
10
55. Chlorine akan membebaskan ion bebas dari larutan KI pada pH 8
atau kurang. Iodium ini akan dititrasi dengan larutan standar sodium
thiosulfate dengan indikator starch dalam keadaan pH 3-4, sebab pada pH
netral reaksi ini tidak stoikiometri dengan reaksi oksidasi parsial thiosulfate
menjadi sulfat.
56. Diantara sekian banyak contoh teknik atau cara dalam analisis
kuantitatif terdapat dua cara melakukan analisis dengan menggunakan
senyawa pereduksi iodium yaitu secara langsung dan tidak langsung. Cara
langsung disebut iodimetri (digunakan larutan iodium untuk mengoksidasi
reduktor-reduktor yang dapat dioksidasi secara kuantitatif pada titik
ekivalennya). Namun, metode iodimetri ini jarang dilakukan mengingat
iodium sendiri merupakan oksidator yang lemah. Sedangkan cara tidak
langsung disebut iodometri (oksidator yang dianalisis kemudian direaksikan
dengan ion iodida berlebih dalam keadaan yang sesuai yang selanjutnya
iodium dibebaskan secara kuantitatif dan dititrasi dengan larutan natrium
thiosilfat standar atau asam arsenit).
11
(reduktor) langsung dititrasi dengan larutan iodium. ( I 2 ) sebagai larutan
standar.
58.
60. I2 + 2e → 2I
73. Hidrogen
74. HCN + I2 ↔ ICN + H+ + I-
sianida
77. Belerang
78. H2S + I2 ↔ 2H+ + 2I- + S
(sulfida)
12
79. Belerang
80. H2SO3 + I2 + H2O ↔ H2SO4 + 2H+ +2I-
(sulfida)
88. Agen pengoksidasi yang membutuhkan suatu larutan asam untuk bereaksi
dengan iodin, natrium thiosulfat biasanya dipergunakan sebagai titrannya.
Titrasi dengan arsenic(III) membutuhkan sebuah larutan yang sedikit
alkalin.
89. Metode titrasi langsung (iodimetri) mengacu kepada titrasi dengan suatu
larutan iod standar. Metode titrasi tak langsung (iodometri) adalah
berkenaan dengan titrasi dari iod yang dibebaskan dalam reaksi kimia.
13
90. Pada metode iodimetri dan iodometri, larutan harus dijaga supaya pH
larutan lebih kecil dari 8 karena dalam larutan alkali iodium bereaksi
dengan hidroksida (OH-) menghasilkan ion hipoiodit yang pada akhirnya
menghasilkan ion iodat menurut reaksi :
92. 3IO- IO3- + 2I-
93. Sehingga apabila ini terjadi maka potensial oksidasinya lebih besar
daripada iodium akibatnya akan mengoksidasi tiosulfat (S 2O32-) tapi juga
menghasilkan sulfat (SO42-) sehingga menyulitkan perhitungan
stoikiometri (reaksi berjalan tidak kuantitatif). Oleh karena itu, pada
metode iodometri tidak pernah dilakukan dalam larutan basa kuat.
94. Berikut beberapa analit yang dapat ditentukan dengan metode titrasi tidak
langsung iodometri:.
111. Hidrogen
112. H2O2 + 2H+ + 2I- ↔ I2 + 2H2O
Peroksida
14
113. Iodat 114. IO3- + 5I- + 6H+ ↔ 3I2 + 3H2O
15
140. Titrasi dalam suasana asam 141. Titrasi dalam suasana sedikit
basa/netral
4. Larutan Baku
147. 0,335 gram iod melarut dalam 1 dm3 air pada 25⁰C. Selain
keterlarutan yang kecil ini , larutan air iod mempunyai tekanan uap yang
cukup berarti, karena itu konsentrasinya berkurang sedikit disebabkan oleh
penguapan ketika ditangani. Kedua kesulitan ini dapat diatasi dengan
melarutkan iod itu dalam larutan air kalium iodida. Makin pekat larutan
itu,makin besar keterlarutan iod.
150. Larutan yang dihasilkan mempunyai tekanan uap yang jauh lebih
rendah ketimbang suatu larutan iod dalam air murni, akibatnya kehilangan
16
oleh penguapan menjadi sangat jauh berkurang. Meskipun demikian,
tekanan uapnya masih cukup berarti sehingga harus selalu diambil
tindakan-tindakan pencegahan untuk menjaga agar bejana-bejana yang
mengandung iod tetap tertutup,kecuali sewaktu titrasi yang sesungguhnya.
Bila larutan iod dalam iodida dititrasi dengan suatu reduktor,iod yang
bebas bereaksi dengan zat pereduksi itu. Ini menggeser kesetimbangan ke
kiri, dan akhirnya semua triiodida terurai, jadi larutan berperilaku seakan-
akan adalah suatu larutan iod bebas.
151. Untuk penyiapan larutan iod standar harus digunakan iod pro
analisis atau yang disublimasi-ulang dan kalium iodida yang bebas iodat
(misalnya pro analisis).
153. Larutan iod paling baik diawetkan dalam botol kecil yang
bersumbat-kaca. Ini harus diisi sepenuhnya,dan disimpan di tempat yang
gelap dan dingin.Kontak dengan gabus atau tutup karet harus dihindari.
17
157. Pada penggunaan iodium untuk titrasi ada dua sumber kesalahan
yaitu :
18
dari garam itu dan karena alasan - alasan lain . Karena itu zat ini tidak
sesuai sebagai standar primer.
162. Larutan baku tiosulfat jika disimpan lama - lama akan berubah
titernya. Beberapa hal yang menyebabkan sangat kompleks dan saling
bertentangan akan tetapi beberapa faktor yang dapat menyababkan
terurainya larutan tiosulfat dapat disebutka sebagai berikut :
1. Keasaman
163. Larutan tiosulfat dalam suasana alkali atau netral relatif stabil,
tidak dikenal adanya asam tiosulfat atau hidrogen tiosulfat. Proses
peruraiannya sangat rumit, tetapi fakta yang dapat dikemukakan adalah
jika konsentrasi ion hidrogen lebih besar dari 2,5 x 10⁻⁵ maka terbentuk
ion hidrogen sulfit yang sangat tidak stabil dan terurai menurut reaksi :
167. Jika HCl pekat maka yang terjadi adalah hidrogen sulfida dan
hidrogen polisulfida dan tidak terbentuk ditionat atau sulfat, sedangkan
dengan HCl yang kurang pekat terutama jika ada katalisator arsen
trioksida maka akan terbentuk pentationat. Larutan tiosulfat paling stabil
pada pH antara 9 - 10. Tops menganjurkan pemberian natrium carbonat,
pada pembuatan larutan baku tiosulfat, akan tetapi hal ini akan
mengakibatkan terjadinya reaksi samping pada saat titrasi larutan iodium
yang netral. Di samping itu pada larutan yang sangat alkalis maka
kemungkinan terjadi reaksi sebagai berikut :
19
168. 3Na₂S₂O₃ + 6NaOH → 2Na₂S + 4Na₂SO₃
+ 3H₂O
169. Mohr juga menunjukan bahwa larutan tiosulfat dalam air diuraikan
oleh asam karbonat menurut reaksi :
3. Mikroorganisme
20
177. Na2S2O4 + H2O + O →
Na2S2O3 + 2NaOH, dan
181. Oleh karena itu larutan tiosulfat yang dibuat steril akan stabil sekali
dan hanya kalau terjadi kontaminasi bakteri belerang maka akan terurai
perlahan - lahan.
5. Standardisasi
21
dikeringkan pada suhu 120⁰ C secara seksama, larutkan dalam 25 ml air
yang telah dididihkan. Tambahkan 2 gram kalium iodida yang bebas iodat
dan 5 ml HCl pekat dalam erlenmeyer bertutup. Iodium yang dibebaskan
dititrasi dengan natrium tiosulfat yang akan dibakukan sambil terus
dikocok. Bila larutan menjadi kuning pucat tambah 100 ml air dan 3 ml
larutan kanji. Titrasi dilanjutkan sampai warna biru tepat hilang (tidak
berwarna).
185. Pada pembakuan di atas reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
22
194. ml Na₂S₂O₃ = mg KIO₃ x
Valensi
195. BM KIO₃ x ml
Na₂S₂O₃
196.
23
alirka 25,0 cm³ kalium dikromat 0,1 N standar (1), campurkan
larutan-larutan baik-baik, dan cuci dinding tabung dengan sedikit air
yang telah dididihkan, dari botol pencuci. Sumbat labu (atau tutupi
dengan sebuah kaca arloji kecil), dan diamkan di tempat gelap
selama 5 menit untuk melenkapkan reaksi. Bilas sumbat atau kaca
arloji; dan encerkan larutan dengan 300 cm³ air dingin yang telah
dididihkan sebelumnya.
204. Titrasi iod yang dibebaskan dengan larutan natrium
tiosulfat yang terkandung dalam sebuah buret, sementara terus-
menerus cairan diolak supaya larutan-larutan bercampur. Bila
bagian terbesar iod telah bereaksi seperti ditunjukkan oleh larutan
yang memperoleh warna hijau kekuningan, tambahkan 2 cm³ larutan
kanji dan bilas ke arah bawah dinding labu; warna harus berubah
menjadi biru. Teruskan penambahan larutan tiosulfat setetetes demi
setetes, dan olak cairan terus-menerus, sampai 1 tetes mengubah
warna dari biru kehijauan menjadi hijau muda. Titik akhir tajam,
dan mudah diamati pada cahaya yang baik dengan latar belakang
putih. Lakukan suatu penetapan blanko, dengan mengganti larutan
kalium dikromat dengan air suling; jika kalium iodida itu bebas
iodat, blanko ini mestinya kecil terabaikan.
205. Catatan:
206. Jika ini lebih disukai, boleh ditimbang dengan
cermat kira-kira 0,20 g kalium dikromat pro analis, larutkan dalam
50 cm³ air dingin, yang sebelumnya telah dididihkan, dan lakukan
titrasi seperti diperinci di atas.
207. Prosedur pilihan lain tersebut, mempergunakan
serunutan tembag sulfat sebagai katalis untuk meningkatkan
kecepatan reaksi; akibatnya, asam yang lebih lemah (asam asetat)
boleh digunakan, dan oksidasi oleh atmosfer terhadap asam iodida
akan berkurang. Taruh 25,0 cm³ kalium dikromat 0,1 N dalam
sebuah labu erlenmeyer 250 cm³, tambahkan 5,0 cm³ asam asetat
24
glasial, 5 cm³ tembaga sulfat 0,001 M, dan cuci dinding labu dengan
air suling. Tambahkan 30 cm³ larutan kalium iodida 10 persen, dan
titrasi iod yang dibebaskan dengan larutan tiosulfat kira-kira 0,1 N,
dengan memasukkan sedikit indikator kanji menjelang akhir.
208. Titrasi boleh dilengkapkan dalam 34 menit setelah
penambahan larutan kalium iodida. Kurangi 0,05 cm³ sebagai
perhitungan atas iod yang dibebaskan oleh katalis tembaga sulfat.
209. Suatu larutan kalium permanganat yang telah distandarisasi
dapat digunakan sebagai ganti larutan kalium dikromat, dengan
menambahkan 2 cm³ asam klorida pekat kepada tiap porsi @ 25 cm³
larutan kalium permanganat; dalam hal ini prosedur pilihan lain,
dimana ditimbang suatu bagian dari garam bersangkutan, tak dapat
dipakai.
210. Jika suatu larutan iod standar tersedia, ini dapat digunakan
untuk menstandarkan larutan tiosulfat. Ukuran satu porsi @25cm3 larutan
iod standar dan masukkan dalam sebuah labu erlenmeyer 250cm 3 ,
tambahkan kira-kira 150cm3 air suling dan titrasi dengan larutan tiosilfat,
dengan menambahkan 2cm3 larutan kanji ketika cairan berwarna kuning
pucat.
25
215. Zat perantara ini bereaksi dengan ion tiosulfat dengan
memberi bagian utama dari reaksi keseluruhan :
216. S2O3I- + S2O32- → S4O62- + I-
217. Zat perantara ini juga bereaksi dengan ion iodida :
218. 2 S2O3I- + I- → S4O62- + I3-
219. Ini menjelaskan pemunculan kembali iod setelah titik akhir
pada titrasi larutan-larutan iod yang sangat encer dengan tiosulfat.
220.
b. Standardisasi Larutan Iodium
1. Dengan Arsen Trioksida
221. Adapun cara pembakuannya dilakukan dengan cara
sebagai berikut. Timbang kurang lebih 150 mg arsen trioksid secara
seksama dan larutkan dalam 20 ml NaOH 1 N bila perlu dengan
pemanasan, encerkan dengan 40 ml air dan tambah dengan 2 tetes
metil orange dan diikuti dengan penambaha HCl encer sampai warna
kuning berubah menjadi pink. Tambahkan 2 gram NaHCO 3, 20 ml
air dan 3 ml larutan kanji. Titrasi dengan baku iodium perlahan-
lahan hingga timbul warna biru tetap.
222. Arsen trioksid sukar larut dalam air akan tetapi
mudah larut dalam larutan natrium hidroksida (NaOH) dengan
membentuk natrium arsenit menurut reaksi :
223. As2O3 + 6 NaOH → 2 Na2AsO3 + 3 H20
224. Jika iodium ditambahkan pada larutan alkali maka
iodium akan bereaksi dengan NaOH membentuk natrium hipoiodit
atau senyawa-senyawa serupa yang mana tidak akan bereaksi secara
cepat dengan natrium arsenit
225. 2 NaOH + I2 → NaIO + NaI + H2O
226. Kelebihan natrium hidroksida dinetralkan dengan
HCl menggunakan metil orange sebagai indikator. Penambahan
NaHCO3 untuk menetralkan asam iodida (HI) yang terbentuk yang
mana asam iodida ini menyebabkan reaksi berjalan bolak-balik
26
(reversibel). Natrium bikarbonat akan menghilangkan asam iodida
secepat asam iodida terbentuk sehingga reaksi berjalan ke kanan
secara sempurna. Reaksi secara lengkap pada pembakuan iodium
dengan arsen trioksid sebagai berikut :
227. As2O3 + 6NaOH → 2Na3AsO3 + 3H2O
228. Na3AsO3 + I2 + 2NaHCO3 → Na3AsO4 + 2NaI + 2CO2 +
H2O
229. Pada reaksi diatas dapat diketahui bahwa valensinya
adalah empat. Karena 1 mol As2O3 setara dengan 2 mol
Na3AsO3 sedangkan 1 mol Na3AsO3 setara dengan 1 mol I2 akibatnya
1 mol As2O3 setara dengan 2 mol I2 sehingga perhitungan normalitas
dari iodium setara dengan 2 mol I2 sehingga perhitungan normalitas
dari iodium :
230. mgrek iodium = mgrek arsen trioksid
231. ml I2 x N I2 = mmol As2O3 x valensi
232. N I2 = mg As2O3 x valensi
233. BM As2O3 x ml I2
234.
2. Dengan larutan Natrium Tiosulfat standar
27
238. Titrasi iodium dengan tiosulfat tidak dapat
dilakukan dalam suasana alkalis dan pH yang diperbolehkan
tergantung dari konsentrasi iodium. Supaya terjadi oksidasi yang
kuantitatif dari tiosulfat menjadi tetraionat oleh iodium maka pH
harus kurang dari 7,6 untuk titrasi dengan iodium 0,1 N. Jika larutan
iodium konsentrasinya 0,01 N maka pH nya harus kurang dari 6,5
dan kurang dari 5 jika konsentrasi iodium 0,001 N. Sedangkan untuk
iodium yang sangat encer sekali maka suasananya harus asam sekali.
1. Suhu dinaikan
2. Larutan mengandung alkaohol, pada konsentrasi alkohol >50% menjadi
tidak berwarna
1. Harganya murah
2. Mudah didapat
3. Perubahan warna pada titik akhirtitrasi jelas
28
3. Dalam suasana asam kuat akan terhidrolisa
4. Larutan amilum dengan iodium menjadi kompleks yang sukar larut maka
pemberian amilum mendekati titik akhir.
5. Jika larutanya sangat encer akan terjadi pergeseran titik akhir titrasi.
244.
1. Tidak higroskopis
2. Mudah larut dalam air
3. Lebih stabil
4. Dengan iodium tidak membentuk kompleks yang sukar larut, sehingga
penambahanya tidak perlu mendekat titik akhir.
5. Pada larutan yang encer, tidak terjadi pergeseran titik akhir.
a. Larutan I2
247. Kelarutan iodida adalah serupa dengan klorida dan bromida yakni
larut dalam air. Garam perak iodida, merkurium (I) iodida, merkurium
29
(II) iodida, tembaga (I) iodida, dan timbal iodida merupakan garam
iodida yang paling sedikit larut.
Pengaruh pemanasan
30
d. Kalium Iodat (KIO3)
f. Indikator Redoks
254. Indikator ini dipakai pada Iodometri dan Iodimetri, indikator yang
biasa digunakan adanya Amylum dan Chloroform. Pemakaian indikator
ini tidak terpengaruh oleh naik turunnya bilangan oksidasi atau potensial
larutan, melainkan berdasarkan pembentukan kompleks dengan iodium.
1) Amylum
255. Pati atau amilum adalah karbohidrat kompleks yang
tidak larut dalam air, berwujud bubuk putih, tawar dan tidak berbau.
Pati merupakan bahan utama yang dihasilkan oleh tumbuhan untuk
menyimpan kelebihan glukosa (sebagai produk fotosintesis) dalam
jangka panjang. Hewan dan manusia juga menjadikan pati sebagai
sumber energi yang penting.
256. Pati tersusun dari dua macam karbohidrat, amilosa
dan amilopektin, dalam komposisi yang berbeda-beda. Amilosa
memberikan sifat keras (pera) sedangkan amilopektin menyebabkan
sifat lengket. Amilosa memberikan warna ungu pekat pada tes iodin
sedangkan amilopektin tidak bereaksi.
31
257. Sifat Fisika
32
2) Chloroform
264. Penggunaan indikator ini untuk titrasi Iodometri,
berdasarkan fungsi Chloroform sebagai pelarut organik yang
melarutkan iodium dalam fase organik (fase nonpolar). Melarutnya
Iodium dalam Chloroform memberi warna violet. Hal ini patut
dipahami karena Iodium sukar larut dalam air, larut hanya sekitar
0,0013 mol perliter pada suhu 25ᴼC. Tetapi sangat mudah larut
dalam larutan KI karena membentuk Ion TriIodida (I3-) dan dalam
Chloroform.
Setelah penambahan titrant Tiosulfat maka Iodium akan diubah
menjadi Iodida dan bila konsentrasi iod habis maka warna violet tadi
akan hilang.
33
268. Larutan standar tiosulfat Na2S2O3 . 5H2O mempunyai
kemurnian yang tinggi tetapi kadar airnya tidak tetap. Karena itu dapat
digunakan sebagai larutan primer larutan standar tiosulfat disebabkan oleh :
34
menyebabkan terjadinya dekomposisi tiosulfat untuk menghasilkan
belerang. Terbentuknya reaksi ini dapat diamati dengan adanya belerang
dan larutan menjadi bersifat koloid (tampak keruh oleh kehadiran S).
35
276. Penetapan secara kuantitatif zat-zat yang dapat tereduksi
berdasarkan pada reaksi redoks.
c. Reaksi
277. Oksidator + I2 → 2I
279. Alat
o Buret
o Beaker Glass
o Gelas Ukur
o Pipet Volume
o Filler
o Statif
o Erlenmeyer tutup asah
o Corong
280. Bahan
o Na2S2O3
o K2Cr2O7 0,1 N
o HCl 6 N
o KI 20 %
o Indikator amilum 1 %
o Aquades
e. Cara Kerja
1) Memipet K2Cr2O7 0,1 N sebanyak 10,0 ml, kemudian masukan
secara kuantitatif ke dalam labu erlenmeyer 250ml.
36
2) Menambahkan HCl 6 N sebanyak 5 ml dan KI 20 % sebanyak 5
ml secara kualitatif dengan menggunakan gelas ukur, kemudian
homogenkan dengan K2Cr2O7 dalam erlenmeyer.
3) Kemudian melakukan titrasi cepat-cepat dengan larutan
Na2S2O3 sampai kuning jerami.
4) Menambahkan amilum 1 % sebanyak 1-2 ml, dan titrasi di
lanjutkan lagi sampai terjadi perubahan dari biru ke hijau muda.
5) Menghitung normalitas Na2S2O3 yang telah di bakukan.
2. Penentuan Kadar Cu2+
a. Tujuan
281. Untuk menentukan kadar kemurnian tembaga II sulfat.
b. Prinsip
c. Reaksi
283. 2Cu2+ + 4I- → 2CuI(s) + I2
37
Timbangan digital
287. Bahan
Asam asetat 2 N
Aquadest
Kalium iodide
Kanji
Natrium bikarbonat
Natrium tiosufat 0,1 N
e. Cara Kerja
1) Disiapkan alat dan bahan
2) Ditimbang seksama CuSO4 0,3277 gram (triplo)
3) Dimasukkan masing-masing kedalam iodine flash 250 mL
4) Dilarutkan dengan 25 mL aquadest
5) Ditambahkan 5 mL asam asetat 2 N dari leher erlenmmeyer
dantutupnya dibasahi dengan air,ditutup.
6) Ditamabahkan 2 gram KI dan 1 gram NaHCO3 dikocok hingga
larut
7) Dititrasi dengan larutan baku Na2S2O3 sampai berwarna kuning
mudah,kemudian ditambahkan 2 mL indicator kanji 2% dan
titrasi dilanjutkan sampai warna biru pada larutan hilang.
8) Dihitung kadar kemurnian CuSO4
288.
3. Penentuan Kadar Vitamin C
a. Tujuan
289. Untuk menentukan kadar Vitamin C dalam sampel.
b. Prinsip
290. Penetapan secara kuantitatif zat-zat yang dapat tereduksi
berdasarkan pada reaksi redoks.
c. Reaksi
38
291.
Aquadest
Asam sulfat 10% 5 ml
Indikator kanji 1%
Larutan baku I2 0,1 N
Vitamin C 0,2 g
293.
f. Cara Kerja
39
1) Alat dan bahan yang akan digunakan disiapkan
2) Asam askorbat ditimbang seksama sebanyak lebih kurang80 mg,
dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250 ml
3) Air bebas CO2 ditambahkan sebanyak 15 ml air bebas CO2
4) Larutan H2SO4 10 % ditambahkan sebanyak 5 ml ke dalam
erlenmeyer.
5) Indikator larutan kanji ditambahkan sebanyak 2 ml
6) Larutan tersebut dititrasi dengan larutan baku I2 0,1389 N sampai
terbentuknya warna biru yang tidak hilang selama 30 detik.
7) Larutan iodum yang terpakai dicatat
8) Prosedur ini diulangi satu kali lagi (duplo)
9) Kadar kemurnian vitamin C dihitung
40
294. BAB III
295. SIMPULAN
41
2) Titrasi harus dilakukan dengan cepat untuk meminimalisasi terjadinya
oksidasi iodide oleh udara bebas. Pengocokan pada saat melakukan titrasi
iodometri sangat diwajibkan untuk menghindari penumpukan tiosulfat pada
area tertentu, penumpukkan konsentrasi tiosulfat dapat menyebabkan
terjadinya dekomposisi tiosulfat untuk menghasilkan belerang.
42
300. DAFTAR PUSTAKA
301.
304. Harjadi, W. 1986. “Ilmu Kimia Analitik Dasar”. PT. Gramedia. Jakarta.
305. https://nurirjawati.wordpress.com/bout-pharmacy/colap/iodo-iodimetri/
tanggal 18 Maret 2016 pukul 16.20
306. http://evelyta-appe.blogspot.co.id/2013/06/iodimetri-iodometri.html
tanggal 18 Maret 2016 pukul 16.30
307.
308.
309.
43