Anda di halaman 1dari 22

Nama : Briliana Luthfia Nur’aini

NIM I1021231053
Kelas : A2
Resume 6.b Analisis Volumetri (Titrasi)
Prosedur kimia analitik biasanya diklasifikasikan dengan dua cara :
1. Berdasarkan tujuan analisis :
 Analisis kualitatif konvensional
 Analisis kuantitatif
2. Berdasarkan metode yang digunakan :
 Metode konvensional, meliputi : metode titrimetri (volumetrik) dan
gravimetrik.
 Metode modern / instrumental/instrumentasi, seperti Elektrokimia,
Spektrofotometri, Kromatografi.
A. Metode Analisis Titrimetri
Analisis titrimetri merupakan salah satu metode analisis kuantitatif
konvensional. Titrasi adalah metode penetapan konsentrasi suatu larutan dengan
menggunakan larutan baku/standar yang sudah diketahui konsentrasinya.
Perhitungan yang terdapat dalam metode analisis titrimetri berdasarkan pada
hubungan stoikiometri dari reaksi kimia yang terjadi. Analisa titrimetri atau
dikenal dengan analisis volumetrik merupakan suatu metode analisis kuantitatif
berdasarkan pada volume konstan yang dihubungkan dengan reaksi stoikiometri
sederhana dari suatu reaksi kimia sederhana atau merupakan pengukuran kadar
suatu zat dengan mengukur volume dari sejumlah zat yang diselidiki direaksikan
dengan larutan baku (standar) dimana konsentrasinya telah diketahui secara teliti
dengan reaksi yang berlangsung secara kuantitatif.

B. Prinsip Analisis Titrimetri


Prinsip analisis titrimetri adalah larutan sampel dititrasi dengan larutan yang
konsentrasinya diketahui dengan tepat (larutan standar) untuk bereaksi secara
kuantitatif dengan larutan analit. Jumlah analit dalam sampel ditentukan dengan
mengukur volume larutan standar yang digunakan sehingga tercapai titik
ekuivalen.
Bidang kimia yang mempelajari aspek kuantitatif unsur dalam suatu senyawa atau
reaksi disebut Stoikiometri (bahasa Yunani: stoicheon = unsur; metrain =
mengukur).
Dengan kata lain, Stoikiometri adalah perhitungan kimia yang menyangkut
hubungan kuantitatif zat yang terlibat dalam reaksi.
a. Prinsip Metode Analisis Titrimetri
 Metode analisis titrimetri berdasarkan pada reaksi kimia antara larutan analit
dengan larutan titran menurut reaksi:
aA+tT→ produk
Pada reaksi tersebut, sebanyak a mol analit A bereaksi dengan t mol titran T
menghasilkan produk.
 Larutan analit adalah larutan yang akan ditentukan kuantitasnya, sedangkan
titran merupakan larutan standar.
 Larutan standar adalah larutan yang konsentrasinya sudah diketahui dengan
pasti.
Suatu larutan yang telah diketahui konsentrasinya secara pasti (larutan standar)
biasanya dimasukkan dalam buret dan ditambahkan secara sedikit demi sedikit ke
larutan lain yang konsentrasinya tidak diketahui, sambil terus dilakukan
pengocokan sampai semua analit telah habis bereaksi atau reaksi kimia antara
kedua larutan tersebut berlangsung sempurna atau telah tercapai titik ekivalen
yaitu titik keadaan (kuantitas) dimana bahan tepat habis bereaksi yang dapat
Ditentukan secara stoikiometri (Chandra & Cordova, 2012).
 Proses menambahkan larutan standar sampai reaksi telah berlangsung
sempurna merupakan proses titrasi.
 Titik atau keadaan dimana jumlah titran yang ditambahkan tepat bereaksi
sempurna dengan analit disebut titik ekuivalen atau titik akhir teoritis.
Pada praktiknya saat terjadi titik ekuivalen sulit untuk ditentukan, karena mata
tidak bisa mengamati reaksi kimia yang terjadi. Titik ekivalen ini tidak dapat
diamati dengan mata sehingga diperlukan penambahan indikator, dimana tetesan
titran berlebih akan berikatan dengan indikator membentuk suatu komplek yang
dapat menimbulkan perubahan warna sebagai tanda bahwa kedua larutan tersebut
telah mengalami reaksi berlangsung sempurna (bahan habis bereaski secara
stoikiometri) sehingga titrasi dapat diakhiri.
TAT = Titik Akhir Titrasi
 Titik dimana proses titrasi dihentikan karena terbentuk perubahan warna
konstan akibat adanya indikator yang bereaksi dengan pentiter (titran) disebut
Titik Akhir Titrasi (TAT) sehingga diperoleh volume titran yang bereaksi
dengan titrat yang selanjutnya dapat digunakan untuk menetapkan konsentrasi
analit/sampel (titrat). Oleh karenanya, titrimetri ini juga disebut metode
volumetrik, karena menghasilkan volume tertentu untuk menetapkan
konsentrasi.
 Jadi, titik ekuivalen dapat diketahui melalui penambahan pereaksi yang dapat
memberikan perubahan visual yang jelas, seperti perubahan warna atau
pembentukan kekeruhan.
 Pereaksi yang ditambahkan tersebut adalah indikator.
 Titik pada saat terjadi perubahan warna dalam larutan yang dititrasi disebut
Titik Akhir Titrasi.
 Idealnya, Titik Akhir Titrasi = Titik Ekuivalen. Namun kenyataannya terdapat
perbedaan dan menimbulkan sesatan/galat/kesalahan titrasi.
 Pemilihan indikator dan kondisi eksperimen harus dilakukan secara cermat
dan teliti, sehingga kesalahan yang muncul menjadi sekecil mungkin.
 Konsentrasi suatu larutan yang belum diketahui ditentukan melalui titrasi
dengan larutan baku/standar yang sudah diketahui konsentrasinya.
 Pembuatan larutan memerlukan ketepatan dan ketelitian agar hasil yang
diperoleh tidak menyimpang dari hasil yang sesungguhnya.
 Untuk keperluan analisis kuantitatif perlu dilakukan standardisasi terhadap
larutan standar sekunder sebelum larutan tersebut digunakan sebagai larutan
standar untuk menetapkan kadar dalam analisis analit.
 Larutan standar dalam titrimetri memegang peranan yang sangat penting.
Larutan standar merupakan istilah kimia yang menunjukkan bahwa suatu
larutan telah diketahui konsentrasinya dengan pasti. Hal ini berarti konsentrasi
larutan standar adalah tepat dan akurat.
Larutan Standar Primer Vs Sekunder
Larutan standar dibedakan menjadi 2 macam yaitu larutan standar primer dan
larutan standar sekunder.
 Larutan standar primer adalah larutan standar yang konsentrasinya diperoleh
dengan cara menimbang. Syarat senyawa yang dapat dijadikan standar primer
adalah:
a. Memiliki kemurnian yang sangat tinggi yaitu sekitar 100%.
b. Bersifat stabil pada suhu kamar dan pada suhu pemanasan (pengeringan).
Hal ini disebabkan umumnya senyawa standar primer dipanaskan
terdahulu sebelum ditimbang.
c. Mudah diperoleh (tersedia di banyak tempat).
d. Memiliki massa molar relatif yang tinggi (Mr). Hal ini untuk menghindari
kesalahan relative yang terjadi pada saat menimbang. Penimbangan
dengan massa yang besar akan lebih mudah dan memiliki kesalahan yang
lebih kecil dibandingkan dengan menimbang suatu zat dengan massa kecil.
e. Harus memenuhi kriteria syarat-syarat titrasi.
Berdasarkan persyaratan tersebut, masa senyawa yang dapat digunakan sebagai
larutan standar primer antara lain senyawa As203, KBrO3, KHC8H404, Na2CO3,
dan NaCl (Day & Underwood, 2001). Jadi, senyawa-senyawa tersebut ditimbang
dengan massa tertentu, kemudian dilarutkan dalam akuades dengan volume
tertentu.
 Fungsi dari larutan standar tersebut adalah:
1. Arsen trioksida (As203) dipakai untuk membuat larutan natrium arsenit
(NaAsO2) yang digunakan untuk menstandardisasi larutan natrium
periodat (NalO4), larutan iodine (12), dan cerium (IV) sulfat [Ce(SO4)2].
2. Kalium bromate (KBrO3) untuk menstandardisasi larutan natrium tiosulfat
(Na2S2O3).
3. Kalium hidrogen ftalat (KHC8H404), biasa juga ditulis sebagai KHP.
Larutan standar ini biasa dipakai untuk menstandardisasi larutan Natrium
Hidroksida.
4. Natrium karbonat (Na2CO3) dan natrium tetraborat (Na2B4O7.10H2O)
dipakai untuk standardisasi larutan H2SO4, HCI dan HNO3.
5. Natrium klorida (NaCl) untuk menstandardisasi larutan AgNO3.
 Larutan standar sekunder adalah larutan yang konsentrasinya diperoleh
dengan cara menitrasinya dengan larutan standar primer.
NaOH tidak dapat dipakai untuk standar primer disebabkan NaOH bersifat
higroskopis.
Oleh karena itu, NaOH harus dititrasi dahulu dengan asam oksalat agar dapat
dipakai sebagai larutan standar. Begitu juga dengan H2SO4 dan HCI tidak bisa
langsung digunakan sebagai larutan standar, namun harus distandardisasi dengan
larutan standar primer Na2CO3.

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, maka analisis titrimetri merupakan


salah satu metode analisis kuantitatif yang dilakukan dengan menentukan volume
larutan standar yang digunakan untuk bereaksi secara kuantitatif dengan larutan
analit. Massa analit dihitung dari volume larutan standar yang digunakan sampai
terjadi reaksi sempurna dan stoikiometri.

b. Persyaratan Analisis Titrimetri


Zat/senyawa yang berada dalam bentuk larutan belum tentu dapat ditentukan
dengan metode titrasi. Persyaratan yang harus dipenuhi agar kita dapat
menentukan kuantitas suatu zat dengan cara titrasi adalah sebagai berikut:
1) Reaksi antara titran dengan analit harus stoikiometri. Artinya reaksi
keduanya dapat ditulis dalam persamaan reaksi sederhana yang telah
diketahui dengan pasti. Jadi produk reaksi antara titran dan analit harus
diketahui secara pasti, sehingga kita dapat menuliskan dan menyetarakan
reaksinya. Sebagai contoh reaksi antara larutan asam klorida dengan
kalium hidroksida dapat ditulis secara pasti sebagai berikut:
HCl(aq) + KOH(aq) → KCl(aq) + H2O(l)
Harus ada Reaksi sederhana, yang dapat dinyatakan dengan persamaan
kimia. Reaksi harus praktis berlangsung dalam sekejap.
2) Reaksi antara titran dan analit harus berlangsung dengan cepat. Hal ini
untuk memastikan proses titrasi dapat berlangsung dengan cepat dan titik
ekuivalen dapat diketahui dengan pasti.
3) Tidak ada reaksi lain yang mengganggu reaksi antara titran dan analit. Bila
terdapat zat-zat pengganggu, maka zat tersebut harus dihilangkan. Sebagai
contoh bila kita melakukan titrasi asam asetat dengan NaOH maka tidak
boleh ada asam lain seperti H2SO4. Keberadaan H2SO4 dapat
mengganggu reaksi antara asam asetat dan NaOH.
4) Bila reaksi antara titran dengan analit telah berjalan dengan sempurna
(artinya titran dan analit telah habis bereaksi), maka harus ada sesuatu
yang dapat dipergunakan untuk memastikan hal tersebut. Salah satu cara
yang dapat kita lakukan adalah penggunaan indicator. Penambahan
indicator dapat menimbulkan perubahan warna ketika zat yang dititrasi
sudah habis bereaksi dengan titran. Pada saat inilah kita harus mengakhiri
titrasi. Namun perlu diingat adalah jarak antara titik akhir titrasi dengan
titik ekuivalen harus berdekatan. Harus tersedia beberapa indikator untuk
menentukan titik akhir titrasi.
5) Kesetimbangan reaksi harus mengarah ke pembentukan produk, sehingga
dapat diukur secara kuantitatif. Bila reaksi tidak mengarah ke
pembentukan produk maka akan sulit untuk menentukan titik akhir titrasi.

Apabila semua persyaratan tersebut telah terpenuhi, maka kita dapat menganalisis
sampel dengan menggunakan metode titrimetri.

Titrimetri (Volumetri)
Analisis kimia kuantitatif yang dilakukan dengan menetapkan volume suatu
larutan yang konsentrasinya telah diketahui dengan tepat, yang diperlukan untuk
bereaksi secara kuantitatif dengan larutan dari zat yang akan ditetapkan.
Ada tiga komponen utama yang terlibat :
1. standar/larutan baku (titran)
Larutan yang konsentrasinya telah diketahui dengan tepat.
1) Larutan baku primer, larutan yang dibuat dengan melarutkan zat baku
yang ditimbang secara seksama sampai volume tertentu secara seksama.
Syarat zat baku:
1. Zat yang mempunyai kemurnian tinggi
2. Stabilitas yang tinggi, dinyatakan dengan BPFI (Baku Pembanding FI)
atau Pa (Proanalitis)
3. Mempunyai BE (berat ekuivalen) yang besar, sehingga kesalahan
menjadi kecil
2) Larutan baku sekunder, Larutan baku yang kadar/konsentrasinya
ditentukan dengan menggunakan larutan baku primer melalui proses
standarisasi. Pembakuan cara yang digunakan untuk menentukan
normalitas atau molaritas suatu larutan.
2. Larutan zat uji (analit/titrat)
Larutan yang akan ditentukan konsentrasinya
3. Indikator
Larutan/zat yang ditambahkan untuk membantu menetapkan titik akhir
titrasi.

Jadi, larutan asam klorida dapat dibakukan dengan menggunakan larutan baku
natrium hidroksida sebagai baku sekunder, atau dengan menggunakan natrium
karbonat yang diketahui kemurniannya, dan disebut baku primer

c. Jenis Analisis Titrimetri


Empat tipe reaksi dalam titrimetri
1. Reaksi asam-basa/netralisasi
Titrasi yang melibatkan senyawa asam atau basa, baik sebagai zat. Uji
maupun sebagai larutan baku.
Asidimetri merupakan titrasi antara larutan basa kuat, basa lemah atua garam
terhidrolisis yang berasal dari asam lemah dengan larutan standar asam kuat.
Reaksi yang terjadi contohnya:
NH4OH(aq) + HCl(aq) → NH4Cl(aq) + H2O(l)
Alkalimetri merupakan titrasi antara larutan asam kuat, asam lemah atua
garam terhidrolisis yang berasal dari basa lemah dengan larutan standar basa
kuat. Reaksi yang terjadi contohnya:
CH3COOH(aq) + NaOH(aq) → CH3COONa(aq) + H2O(l)

2. Reaksi oksidasi reduksi


Titrasi yang melibatkan reaksi yang mengalami perubahan bilangan oksidasi
atau pemindahan. reaksi oksidasi reduksi terbagi menjadi dua yaitu oksidator
dan reduktor. Oksidator merupakan Zat pengoksidasi yang umum digunakan
adalah kalium permanganat, kalium bikromat, iodin, kalium iodat, dan kalium
bromat. Sedangkan reduktor merupakan zat pereduksi yang umum digunakan
adalah senyawa besi, natrium tiosulfat asam arsenat. Contoh, besi(II)
dioksidasi dengan serium(IV) menjadi beri(III) dan serium(III). Contoh reaksi
yang terjadi adalah:
Fe2+(aq) + Ce4+(aq) → Fe3+(aq) + Ce3+(aq)

3. Reaksi pengendapan
Titrasi yang melibatkan senyawa yang dapat bereaksi membentuk suatu
endapan tanpa proses reaksi redoks. Pengendapan kation perak dengan anion
halogen merupakan titrasi pengendapan yang telah banyak digunakan,
sehingga titrasi pengendapan disebut juga titrasi argentometri. Contoh reaksi
yang terjadi adalah:
Cl-(aq) + Ag+(aq) → AgCl(s)

4. Reaksi pembentukan kompleks


merupakan proses titrasi yang mengakibatkan terbentuknya senyawa/ion
kompleks yang stabil. Titrasi ini menghasilkan senyawa kompleks. Reaksi ini
tergantung pada pembentukan senyawa- senyawa kompleks yang larut atau
sedikit larut. Contoh titrasi jenis ini adalah ion perak yang dititrasi dengan ion
sianida menghasilkan ion komplek Ag(CN)2-. Contoh reaksi yang terjadi
adalah:
Ag+(aq) + CN-(aq) → Ag[Ag(CN)2](s)

Metode titrasi dibedakan atas :


1. Titrasi langsung
Titrasi di mana larutan uji bereaksi langsung dengan larutan baku
HCI + NaOH
NaCl + H₂O
Dengan persamaan mgrek zat uji = mgrek larutan baku
N zat uji x Vzat uji = Nlarutan baku x Vlarutan baku

2. Titrasi tidak langsung


Titrasi di mana larutan baku tidak bereaksi langsung dengan larutan zat uji, tapi
larutan baku bereaksi dengan sisa atau kelebihan larutan baku lain yang
ditambahkan langsung ke dalam zat uji:
suatu asam + NaOH (berlebih)
NaOH + H2SO4 (sisa)
Dengan persamaan: mgrek zat uji = (mgrek larutan baku yang ditambahkan
langsung dalam zat uji - mgrek larutan bbaku Mengapa dilakukan titrasi tidak
langsung :
1. Zat uji dan larutan baku bereaksi lambat
2. Zat uji mudah menguap/terurai
3. Untuk mendapatkan indikator yang baik
3. Titrasi blangko
Titrasi yang dilakukan terhadap pereaksi/pelarut yang digunakan tanpa
mengandung zat uji, Untuk menghilangkan kesalahan-2 yang disebabkan oleh
pereaksi, metode, dll
Dengan persamaan: mgrek zat uji = {(volume titrasi blanko - volume titrasi zat
uji) x normalitas larutan baku }

Pembakuan
1. H2SO4 0,1N
2. NaOH 0,1N
3. HCI04 0,1N
4. AgNO3 0,1N
5. Besi (III) amonium sulfat 0,1N
6. HCI 0,1 N
7. Na2S2O3 0,1N
8. Serium (IV)sulfat 0,1N
9. KI 0,1 N
10. Asam oksalat 0,1N
11. Kalium arsenat 0,1N
12. Titanium klorida 0,1N
13. Komplekson I
14. Amonium tiosianat 0,1N
15. Komplekson II
16. KMnO4 0,1N
17. Komplekson III
18. K2Cr207 0,1N
19. Komplekson IV
20. KBr 0,1N
21. KFe(II)CNS 0,1N
22. I2 0,1N
23. Bromin 0,1N
24. NaNO2 0,1N

Metode Analisis Konvensional


Analisis kimia konvensional menggunakan alat analisis sederhana seperti
volumetri dan gravimetri. Berikut adalah beberapa metode yang sering digunakan.
Metode Prinsip Keterangan
Gravimetri Perbedaan bobot tetap Umumnya pada analisis
saat ditimbang kadar abu dan susut
pengeringan
Titrasi Bebas Air Reaksi asam basa yang Analisis asam dan basa
dapat diganggu oleh lemah
adanya air
Nitrimetri Reaksi diazotasi Analisis nitrit dan
menimbulkan senyawa turunan
perubahan warna sulfanilamide
Titrasi Reaksi kompleks antara Analisis logam valensi 2
Kompleksometri EDTA sehingga dan 3 (Ca, Mg, Pb, Zn,
menimbulkan warna Al, Fe, Cu),
menggunakan agen
pengkelat/ligan EDTA.
Titrasi Redoks Reaksi redoks dalam Penentuan ion logam Ca,
larutan Mg, Zn, Fe), menentukan
oksigen atau H2O
terlarut, menentukan
anion (Cl-, Br-, S2-),
Analisis serimetri (Ce),
permanganometri, iodo-
iodimetri (Cl-, Vit. C)
Titrasi Pengendapan Kelarutan senyawa hasil Analisis argentometri
reaksi yang mudah untuk kadar NaCl
mengendap
Titrasi Netralisasi Reaksi asam basa yang Analisis basa dan asam
tidak diganggu air kuat

Cara Membaca Buret


Cara membaca tinggi larutan dalam gelas ukur
Pembacaan skala dan miniskus harus dengan posisi sejajar mata untuk
menghindari kesalahan paralaks.
1. Meniskus
Miniskus adalah kurva yang dibentuk pada permukaan atas cairan di dalam wadah
Kurva ini dibentuk oleh tegangan permukaan antara cairan dan wadah yang
menahan cairan
A. Meniskus Cekung / Bawah
Miniskus bawah digunakan untuk larutan yang tidak berwarna dan larutan
berwarna tetapi masih bening Jika molekul dalam cairan lebih tertarik ke
sisi wadah daripada satu sama lain, cairan akan menempel di sisi wadah.
Ketika ini terjadi, kurva meniskus membungkuk dan disebut cekung
Sebagian besar cairan membentuk meniskus jenis ini.
B. Meniskus Cembung / Atas
Miniskus atas digunakan untuk larutan yang berwarna pekat atau gelap.
Membentuk kurva ke atas, atau meniskus cembung. Dalam beberapa
kasus, molekul-molekul cairan lebih tertarik satu sama lain daripada sisi
wadah, cairan akan menarik diri dari sisi wadah dan Meniskus jenis ini
kadang-kadang dikenal sebagai meniskus terbelakang, tetapi istilah yang
tepat adalah meniskus cembung. Cairan umum yang membentuk cembung
meniskus adalah cairan merkuri (raksa).
Aturan Penting yang Harus Diperhatikan untuk Alat Gelas
 Alat harus bersih dan kering.
 Namun jangan pernah memaparkan alat- alat gelas volumetrik pada panas,
karena hal tersebut akan mempengaruhi kalibrasinya.
 Dengan demikian, jangan pernah menge- ringkan alat-alat gelas
volumetrik dalam oven pengering.

PERALATAN VOLUMETRIK
Penggunaan untuk memperoleh derajat ketelitian yang diinginkan dalam
penetapan kadar menurut FHI, termasuk diantaranya pengukuran secara
volumetrik dan pernyataan bahwa suatu pengukuran "diukur saksama", alat harus
dipilih dan digunakan dengan hati- hati. Ukuran buret harus sedemikian hingga
volume titran tidak kurang dari 30% volume nominal. Bila volume titran yang
diukur kurang dari 10 mL, umumnya diperlukan buret 10 ml atau mikroburet.
Rancangan alat volumetrik merupakan faktor penting dalam menjamin
kesaksamaan. Misalnya panjang skala dari gelas ukur harus tidak kurang dari 5
kali diameter dalam; ujung buret dan pipet harus membatasi laju alir agar tidak
lebih dari 500 μL per detik atau 10 tetes per detik.
Standar kesaksamaan toleransi kapasitas untuk labu tentukur, pipet volume dan
buret harus sesuai dengan yang tertera pada Tabel 1 (Farmakope Herbal Indonesia
II, 2017).

Penimbangan dan Pengukuran Pengertian lebih kurang dalam pernyataan untuk


jumlah bahan yang diperlukan untuk pemeriksaan atau penetapan kadar, berarti
bahwa jumlah yang harus ditimbang atau diukur tidak boleh kurang dari 90% dan
tidak boleh lebih dari 110% jumlah yang tertera. Hasil pemeriksaan atau
penetapan kadar didasarkan pada penimbangan atau pengukuran secara saksama
sejumlah bahan tersebut.
Dengan pernyataan timbang saksama dimaksudkan bahwa penimbangan
dilakukan sedemikian rupa sehingga batas kesalahan penimbangan tidak boleh
lebih dari 0,1% jumlah yang ditimbang; misalnya dengan pernyataan timbang
saksama 50 mg, berarti bahwa batas kesalahan penimbangan tidak lebih dari 0,05
mg. Pengukuran saksama dapat juga dinyatakan dengan perkataan pipet atau
dengan menambahkan angka 0 di belakang koma angka terakhir bilangan yang
bersangkutan; misalnya dengan pernyataan pipet 10 mL atau ukur 10,0 mL
dimaksudkan bahwa pengukuran harus dilakukan saksama (Farmakope Herbal
Indonesia, 2017).
LATIHAN SOAL
1. Analisis kimia kuantitatif bertujuan untuk menentukan kuantitas setiap
komponen penyusun sampel atau menentukan kadar atau konsentrasi suatu
analit dalam sampel tertentu. Analisis kuantitatif dapat dilakukan secara
konvensional maupun instrumentasi. Metode analisis kuantitatif yang tidak
termasuk analisis kuantitatif konvensional adalah
a. Gravimetri
b. Spektrofotometri Ultra Violet
c. Volumetri
d. Titrimetri
e. Titrasi Netralisasi

2. Seorang apoteker yang bekerja di BPOM akan melakukan analisis untuk


menetapkan kadar/konsentrasi sautu larutan sampel dengan melakukan
titrasi. Dalam percobaan titrasi, suatu larutan yang konsentrasinya
diketahui secara pasti ditambahkan secara bertahap ke larutan lain yang
konsentrasinya tidak diketahui, sampai reaksi kimia antar kedua larutan
tersebut berlangsung sempurna. Larutan yang sudah diketahui secara pasti
konsentrasinya disebut
a. Larutan Analit c. Larutan Indikator e. Larutan Titrat
b. Larutan Standar d. Larutan Sampel

3. Seorang apoteker lab pengujian BPOM akan menetapkan kadar analit


asam asetat perdagangan menggunakan larutan standar NaOH namun
sebelum digunakan untuk menetapkan kadar sampel, larutan NaOH harus
dibakukan/distandardisasi dengan larutan standar primer asam oksalat.
Mengapa larutan standar NaOH harus distandardisasi terlebih dahulu
dengan Asam Oksalat sebelum digunakan untuk menetapkan kadar asam
asetat?
A. Karena NaOH merupakan larutan standar primer
B. Karena NaOH bersifat higroskopis
C. Karena NaOH merupakan senyawa yang memiliki kemurnian yang
sangat tinggi
D. Karena NaOH bersifat stabil pada suhu kamar dan suhu pemanasan
E. Karena NaOH memiliki massa molar relative yang tinggi.

4. Titik atau keadaan dimana jumlah titran yang ditambahkan tepat bereaksi
sempurna dengan analit atau titik keadaan (kuantitas) dimana bahan tepat
habis bereaksi yang dapat uitentukan secara stoikiometri
A. Titik Ekuivalen
B. Titik Jenuh
C. Titik Akhir Titrasi
D. Titik Leleh
E. Titik Eutetik
5. Seorang praktikan melakukan penetapan kadar suatu senyawa asam dalam
larutan uji menggunakan metode titrasi. Larutan uji yang ditambahkan
indikator PP berada dierlenmeyer dan dititrasi dengan suatu larutan baku
basa sejumlah tertentu sampai terjadi perubahan warna. Terjadi perubahan
warna karena adanya penambahan satu tetes titran berlebih menyebabkan
perubahan warna indikator, yang menunjukkan titran dan titrat telah habis
bereaksi. Titik terjadinya perubahan warna pada indikator disebut....
A. Titik akhir titrasi
B. Titik ekivalen
C. Titik awal titrasi
D. Titik tengah reaksi
E. Titik reaksi titrasi

6. Pada praktiknya saat terjadi titik ekuivalen sulit untuk ditentukan. Titik
akhir teoritis (titik ekuivalen) dapat diketahui melalui penambahan
pereaksi yang dapat memberikan perubahan visual yang jelas, seperti
perubahan warna atau pembentukan kekeruhan. Pereaksi yang
ditambahkan tersebut adalah...

A. Analit
B. Titrat
C. Titran
D. Indikator
E. Larutan Standar

7. Seorang apoteker di BPOM sedang membimbing apoteker muda di lab


mengenai topik titrasi. Titik pada saat terjadi perubahan warna dalam
larutan yang dititrasi atau titik dimana proses titrasi dihentikan karena
terbentuk perubahan warna konstan akibat adanya indikator yang bereaksi
dengan pentiter (titran) sehingga diperoleh volume titran yang bereaksi
dengan titrat (analit) yang selanjutnya dapat digunakan untuk menetapkan
konsentrasi analit/sampel. Disebut apakah titik yang dimaksud apoteker
tersebut?
A. Titik Ekuivalen
B. Titik Akhir Teoritis
C. Titik Eutetik
D. Titik Akhir Titrasi
E. Titik Jenuh

8. Pernyataan yang tidak tepat berikut ini adalah

A. Pembuatan larutan memerlukan ketepatan dan ketelitian agar hasil yang


diperoleh tidak menyimpang dari hasil yang sesungguhnya.
B. Larutan standar yang konsentrasinya diperoleh dengan cara menimbang
dengan massa tertentu, kemudian dilarutkan dalam akuades dengan
volume tertentu dan telah diketahui konsentrasinya dengan pasti, tepat dan
akurat disebut larutan standar primer.
C. Perlu dilakukan standardisasi terhadap larutan standar primer sebelum
larutan tersebut digunakan sebagai larutan standar untuk menetapkan
kadar dalam analisis analit untuk keperluan analisis kuantitatif.
D. Syarat senyawa yang dapat dijadikan standar primer diantaranya
memiliki kemurnian yang sangat tinggi, bersifat stabil pada suhu kamar
dan suhu pemanasan (pengeringan), mudah didapat, memiliki massa molar
relative tinggi
E. Fungsi dari larutan standar primer tersebut adalah untuk
menstandardisasi larutan standar sekunder.
9. Apoteker di Industri farmasi akan membuat sediaan infus Ringer dengan
formulasi tiap 100 ml mengandung NaCl 860 mg, KCI 30 mg,
CaCl2.2H20 33 mg dan Aqua pro injeksi hingga 100 ml. Larutan
parenteral ini digunakan untuk pasien anak-anak yang mengalami
dehidrasi pada saat diare. Untuk menjamin kualitas kekuatan sediaan perlu
dilakukan pengujian kadar setiap analit di dalam sampel. Metode
volumetrík dapat dipakai untuk menetapkan kadar CaCl2 di dalam sedian
tersebut. Metode volumetrik apakah yang digunakan apoteker untuk
mengetahui kadar CaCl2 dalam sediaan tersebut?
A. Titrasi asam basa
B. Titrasi pengendapan
C. Titrasi kompleksometri
D. Titrasi iodometri
E. Titrasi permanganometri
10. Laboratorium pengujian BPOM akan melakukan penetapan kadar sampel
sediaan sirup antasida yang mengandung Al(OH), dan Mg(OH)2
menggunakan metode titrasi. Hasil pengujian menimbulkan warna akibat
reaksi kompleks antara EDTA dan logam yang terkandung di dalam
sampel. Titrasi apa yang dilakukan?
A. Alkalimetri
B. Asidimetri
C. Kompleksometri
D. Lodometri
E. Argentometri

11. Seorang praktikan akan melakukan percobaan penetapan kadar asam cuka
perdagangan dengan menggunakan metode titrasi. Praktikan tersebut
menempatkan sampel asam cuka perdagangan ke dalam erlenmeyer
dengan ditambah 3 tetes indicator pp dan sejumlah larutan NaOH berada
didalam buret. Praktikan tersebut melakukan titrasi secara duplo dan
proses titrasi dihentikan sampai terjadi titik akhir titrasi yang ditandai
dengan perubahan warna. Metode titrasi apakah yang digunakan praktikan
tersebut?
A. Asidimetri
B. Alkalimetri
C. Kompleksometri
D. Argentometri
E. Redoks
12. Apoteker laboratorium pengujian BPOM akan melakukan penetapan kadar
sampel sediaan sirup obat antasida menggunakan metode analisis
kuantitatif konvesional. Apoteker tersebut melakukan prosedur titrasi
dengan memasukkan larutan sampel obat antasida ke erlenmeyer dan
ditambah beberapa tetes indikator kemudian akan dititrasi dengan titran
HCI yang berada di buret. Titrasi akan diakhiri oleh apoteker ketika
tercapai titik akhir titrasi yang ditandai dengan perubahan warna larutan di
erlenmayer sehingga diperoleh volume titran sejumlah tertentu. Metode
titrasi apakah yang digunakan oleh apoteker tersebut?
A. Kompleksometri
B. Argentometri
C. Redoks
D. Asidimetri
E. Alkalimetri
13. Apoteker di lab pengujian BPOM menimbang sebanyak 250 mg sampel
yang mengandung vitamin C, kemudian dimasukkan kedalam erlenmeyer
ditambah 5 ml H2SO4 2N, ditambahkan 2 ml indikator kanji 0,5%. Titrasi
dilakukan dengan larutan 12 0,1N hingga terbentuk warna biru diperlukan
sebanyak 25 ml. Menurut cara kerja yang telah dilakukan, metode apa
yang tepat sesuai dengan cara kerja tersebut?
A. Iodimetri
B. Iodometri
C. Bromometri
D. Bromatometri
E. Permanganometri

Anda mungkin juga menyukai