NIM I1021231053
Kelas : A2
Resume 6.b Analisis Volumetri (Titrasi)
Prosedur kimia analitik biasanya diklasifikasikan dengan dua cara :
1. Berdasarkan tujuan analisis :
Analisis kualitatif konvensional
Analisis kuantitatif
2. Berdasarkan metode yang digunakan :
Metode konvensional, meliputi : metode titrimetri (volumetrik) dan
gravimetrik.
Metode modern / instrumental/instrumentasi, seperti Elektrokimia,
Spektrofotometri, Kromatografi.
A. Metode Analisis Titrimetri
Analisis titrimetri merupakan salah satu metode analisis kuantitatif
konvensional. Titrasi adalah metode penetapan konsentrasi suatu larutan dengan
menggunakan larutan baku/standar yang sudah diketahui konsentrasinya.
Perhitungan yang terdapat dalam metode analisis titrimetri berdasarkan pada
hubungan stoikiometri dari reaksi kimia yang terjadi. Analisa titrimetri atau
dikenal dengan analisis volumetrik merupakan suatu metode analisis kuantitatif
berdasarkan pada volume konstan yang dihubungkan dengan reaksi stoikiometri
sederhana dari suatu reaksi kimia sederhana atau merupakan pengukuran kadar
suatu zat dengan mengukur volume dari sejumlah zat yang diselidiki direaksikan
dengan larutan baku (standar) dimana konsentrasinya telah diketahui secara teliti
dengan reaksi yang berlangsung secara kuantitatif.
Apabila semua persyaratan tersebut telah terpenuhi, maka kita dapat menganalisis
sampel dengan menggunakan metode titrimetri.
Titrimetri (Volumetri)
Analisis kimia kuantitatif yang dilakukan dengan menetapkan volume suatu
larutan yang konsentrasinya telah diketahui dengan tepat, yang diperlukan untuk
bereaksi secara kuantitatif dengan larutan dari zat yang akan ditetapkan.
Ada tiga komponen utama yang terlibat :
1. standar/larutan baku (titran)
Larutan yang konsentrasinya telah diketahui dengan tepat.
1) Larutan baku primer, larutan yang dibuat dengan melarutkan zat baku
yang ditimbang secara seksama sampai volume tertentu secara seksama.
Syarat zat baku:
1. Zat yang mempunyai kemurnian tinggi
2. Stabilitas yang tinggi, dinyatakan dengan BPFI (Baku Pembanding FI)
atau Pa (Proanalitis)
3. Mempunyai BE (berat ekuivalen) yang besar, sehingga kesalahan
menjadi kecil
2) Larutan baku sekunder, Larutan baku yang kadar/konsentrasinya
ditentukan dengan menggunakan larutan baku primer melalui proses
standarisasi. Pembakuan cara yang digunakan untuk menentukan
normalitas atau molaritas suatu larutan.
2. Larutan zat uji (analit/titrat)
Larutan yang akan ditentukan konsentrasinya
3. Indikator
Larutan/zat yang ditambahkan untuk membantu menetapkan titik akhir
titrasi.
Jadi, larutan asam klorida dapat dibakukan dengan menggunakan larutan baku
natrium hidroksida sebagai baku sekunder, atau dengan menggunakan natrium
karbonat yang diketahui kemurniannya, dan disebut baku primer
3. Reaksi pengendapan
Titrasi yang melibatkan senyawa yang dapat bereaksi membentuk suatu
endapan tanpa proses reaksi redoks. Pengendapan kation perak dengan anion
halogen merupakan titrasi pengendapan yang telah banyak digunakan,
sehingga titrasi pengendapan disebut juga titrasi argentometri. Contoh reaksi
yang terjadi adalah:
Cl-(aq) + Ag+(aq) → AgCl(s)
Pembakuan
1. H2SO4 0,1N
2. NaOH 0,1N
3. HCI04 0,1N
4. AgNO3 0,1N
5. Besi (III) amonium sulfat 0,1N
6. HCI 0,1 N
7. Na2S2O3 0,1N
8. Serium (IV)sulfat 0,1N
9. KI 0,1 N
10. Asam oksalat 0,1N
11. Kalium arsenat 0,1N
12. Titanium klorida 0,1N
13. Komplekson I
14. Amonium tiosianat 0,1N
15. Komplekson II
16. KMnO4 0,1N
17. Komplekson III
18. K2Cr207 0,1N
19. Komplekson IV
20. KBr 0,1N
21. KFe(II)CNS 0,1N
22. I2 0,1N
23. Bromin 0,1N
24. NaNO2 0,1N
PERALATAN VOLUMETRIK
Penggunaan untuk memperoleh derajat ketelitian yang diinginkan dalam
penetapan kadar menurut FHI, termasuk diantaranya pengukuran secara
volumetrik dan pernyataan bahwa suatu pengukuran "diukur saksama", alat harus
dipilih dan digunakan dengan hati- hati. Ukuran buret harus sedemikian hingga
volume titran tidak kurang dari 30% volume nominal. Bila volume titran yang
diukur kurang dari 10 mL, umumnya diperlukan buret 10 ml atau mikroburet.
Rancangan alat volumetrik merupakan faktor penting dalam menjamin
kesaksamaan. Misalnya panjang skala dari gelas ukur harus tidak kurang dari 5
kali diameter dalam; ujung buret dan pipet harus membatasi laju alir agar tidak
lebih dari 500 μL per detik atau 10 tetes per detik.
Standar kesaksamaan toleransi kapasitas untuk labu tentukur, pipet volume dan
buret harus sesuai dengan yang tertera pada Tabel 1 (Farmakope Herbal Indonesia
II, 2017).
4. Titik atau keadaan dimana jumlah titran yang ditambahkan tepat bereaksi
sempurna dengan analit atau titik keadaan (kuantitas) dimana bahan tepat
habis bereaksi yang dapat uitentukan secara stoikiometri
A. Titik Ekuivalen
B. Titik Jenuh
C. Titik Akhir Titrasi
D. Titik Leleh
E. Titik Eutetik
5. Seorang praktikan melakukan penetapan kadar suatu senyawa asam dalam
larutan uji menggunakan metode titrasi. Larutan uji yang ditambahkan
indikator PP berada dierlenmeyer dan dititrasi dengan suatu larutan baku
basa sejumlah tertentu sampai terjadi perubahan warna. Terjadi perubahan
warna karena adanya penambahan satu tetes titran berlebih menyebabkan
perubahan warna indikator, yang menunjukkan titran dan titrat telah habis
bereaksi. Titik terjadinya perubahan warna pada indikator disebut....
A. Titik akhir titrasi
B. Titik ekivalen
C. Titik awal titrasi
D. Titik tengah reaksi
E. Titik reaksi titrasi
6. Pada praktiknya saat terjadi titik ekuivalen sulit untuk ditentukan. Titik
akhir teoritis (titik ekuivalen) dapat diketahui melalui penambahan
pereaksi yang dapat memberikan perubahan visual yang jelas, seperti
perubahan warna atau pembentukan kekeruhan. Pereaksi yang
ditambahkan tersebut adalah...
A. Analit
B. Titrat
C. Titran
D. Indikator
E. Larutan Standar
11. Seorang praktikan akan melakukan percobaan penetapan kadar asam cuka
perdagangan dengan menggunakan metode titrasi. Praktikan tersebut
menempatkan sampel asam cuka perdagangan ke dalam erlenmeyer
dengan ditambah 3 tetes indicator pp dan sejumlah larutan NaOH berada
didalam buret. Praktikan tersebut melakukan titrasi secara duplo dan
proses titrasi dihentikan sampai terjadi titik akhir titrasi yang ditandai
dengan perubahan warna. Metode titrasi apakah yang digunakan praktikan
tersebut?
A. Asidimetri
B. Alkalimetri
C. Kompleksometri
D. Argentometri
E. Redoks
12. Apoteker laboratorium pengujian BPOM akan melakukan penetapan kadar
sampel sediaan sirup obat antasida menggunakan metode analisis
kuantitatif konvesional. Apoteker tersebut melakukan prosedur titrasi
dengan memasukkan larutan sampel obat antasida ke erlenmeyer dan
ditambah beberapa tetes indikator kemudian akan dititrasi dengan titran
HCI yang berada di buret. Titrasi akan diakhiri oleh apoteker ketika
tercapai titik akhir titrasi yang ditandai dengan perubahan warna larutan di
erlenmayer sehingga diperoleh volume titran sejumlah tertentu. Metode
titrasi apakah yang digunakan oleh apoteker tersebut?
A. Kompleksometri
B. Argentometri
C. Redoks
D. Asidimetri
E. Alkalimetri
13. Apoteker di lab pengujian BPOM menimbang sebanyak 250 mg sampel
yang mengandung vitamin C, kemudian dimasukkan kedalam erlenmeyer
ditambah 5 ml H2SO4 2N, ditambahkan 2 ml indikator kanji 0,5%. Titrasi
dilakukan dengan larutan 12 0,1N hingga terbentuk warna biru diperlukan
sebanyak 25 ml. Menurut cara kerja yang telah dilakukan, metode apa
yang tepat sesuai dengan cara kerja tersebut?
A. Iodimetri
B. Iodometri
C. Bromometri
D. Bromatometri
E. Permanganometri