Anda di halaman 1dari 18

ANALISA VOLUMETRI : ARGENTOMETRI

Oleh :

Anisya Putri Sentosa


Prodi D3-Jurusan Analisa Farmasi dan Makanan

Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Jakarta II

anisyaputri.sentosa@gmail.com

I. PENDAHULUAN
Analisis kuantitatif volumetri adalah salah satu analisis kuantitatif untuk
menentukan banyaknya suatu zat dalam volume tertentu dengan mengukur
banyaknya volume larutan standard yang dapat bereaksi secara kuantitatif dengan
zat yang akan ditentukan. Salah satu contoh Analisis Volumetri adalah titrasi
pengendapan dan pembentukan kompleks.
Suatu proses titrasi yang menggunakan garam Argentum Nitrat sebagai larutan
standard disebut Proses Titrasi Argentometri. Dalam titrasi Argentometri, larutan
AgNO3 digunakan untuk menetapkan garam – garam Halogen dan Sianida, karena
kedua jenis garam ini dengan ion Ag+ dari suatu garam standard AgNO3 dapat
membentuk suatu endapan atau suatu senyawa kompleks, sesuai persamaan reaksi
sebagai berikut :
NaHal + Ag+ Ag Halogen ↓ + Na+
KCN + Ag+ AgCN ↓ + K+
KCN + AgCN K(Ag (CN)2)
Karena garam AgNO3 mempunyai kemurnian yang tinggi sehingga garam
tersebut dapat digunakan sebagai larutan standard primer.
Kendati demikian, untuk mengamati sempurnanya terjadi suatu reaksi
pengendapan karena penambahan suatu larutansulit dilakukan, dan biasanya
dibuatkan suatu reaksi kimia yang menyebabkan terjadi endapan berwarna atau
larutan berwarna pada saat titik akhir tecapai.
Titik akhir dapat ditetapkan dengan salah satu cara berikut ini (Jenkins, 1957) :

1|Analisis Volumetri : Argentometri


1. Dengan menambahkan larutan baku ke dalam larutan zat yang dianalisa sampai
selanjutnya timbul endapan. Metode ini sering dipakei dalam penentuan
kandungan klorida dari ion klorida dengan menggunakan larutan perak nitrat.
2. Dengan menambahkan larutan baku ke dalam suatu zat yang jernih yang akan
dianalisa sampai suatu endapan mulai terbentuk. Ini sering kali digunakan
dalam titrasi alkalisianida dengan larutan baku perak nitrat.
3. Dengan memakai indikator contohnya menggunakan kalium kromat yang
menunjukkan titik akhir dengan terbentuknya perak krimat yang berwarna
merah intensif.
Ruang Lingkup Analisa Volumetri : Argentometri
1) Pengertian Titrasi Argentometri
2) Prinsip Titrasi Volumetri dan Titrasi Argentometri
3) Metode Titrasi Argentometri
4) Syarat – syarat Titrasi
5) Larutan standar dan syarat – syarat larutan standar primer
6) Faktor yang mempengaruhi kelarutan
7) Jenis – Jenis Pelarut
8) Konsentrasi larutan
9) Cara membuat larutan
10) Metode Kerja Titrasi Argentometri

II. PEMBAHASAN
A. Pengertian
1. Argentometri
Istilah Argentometri diturunkan dari bahasa latin Argentum, yang berarti
perak. Jadi, Argentometri merupakan salah satu cara untuk menentukan kadar
zat dalam suatu larutan yang dilakukan dengan titrasi berdasar pembentukan
endapan dengan ion Ag+ . Pada titrasi argentometri, zat pemeriksaan yang
telah dibubuhi indikator dicampur dengan larutan standar garam perak nitrat
(AgNO3). Dengan mengukur volume larutan standar yang digunakan
sehingga seluruh ion Ag+ dapat tepat diendapkan, kadar garam dalam larutan
pemeriksaan dapat ditentukan.

2|Analisis Volumetri : Argentometri


Ada tiga tipe titik akhir yang digunakan untuk titrasi dengan AgNO3 yaitu :
1) Indikator
2) Amperometri
3) Indikator kimia
Titik akhir potensiometri didasarkan pada potensial elektrode perak yang
dicelupkan kedalam larutan analit. Titik akhir amperometri melibatkan
penentuan arus yang diteruskan antara sepasang mikroelektrode perak dalam
larutan analit. Sedangkan titik akhir yang dihasilkan indikator kimia,
biasanya terdiri dari perubahan warna/muncul tidaknya kekeruhan dalam
larutan yang dititrasi. Syarat indikator untuk titrasi pengendapan analog
dengan indikator titrasi netralisasi, yaitu :
1) Perubahan warna harus terjadi terbatas dalam range pada p-function dari
reagen /analit.
2) Perubahan Warna harus terjadi dalam bagian dari kurva titrasi untuk
analit. (skogg,1965)

B. Prinsip Titrasi Volumetri dan Titrasi Argentometri


1. Prinsip Titrasi Volumetri
Titrasi atau disebut juga volumetri merupakan metode analisis kimia yang
cepat, akurat dan sering digunakan untuk menentukan kadar suatu unsur
atau senyawa dalam larutan. Titrasi didasarkan pada suatu reaksi yang
digambarkan sebagai :
A → a + bB
hasil reaksi dimana : A adalah penitrasi (titran), B senyawa yang dititrasi, a
dan b jumlah mol dari A dan B.
Volumetri (titrasi) dilakukan dengan cara menambahkan (mereaksikan)
sejumlah volume tertentu (biasanya dari buret) larutan standar (yang sudah
diketahui konsentrasinya dengan pasti) yang diperlukan untuk bereaksi
secara sempurna dengan larutan yang belum diketahui konsentrasinya.
Untuk mengetahui bahwa reaksi berlangsung sempurna, maka digunakan
larutan indikator yang ditambahkan ke dalam larutan yang dititrasi.

3|Analisis Volumetri : Argentometri


Larutan standar disebut dengan titran. Jika volume larutan standar sudah
diketahui dari percobaan maka konsentrasi senyawa di dalam larutan yang
belum diketahui dapat dihitung dengan persamaan berikut :
VA x NA
NB =
VB
Dimana
NB : konsentrasi larutan yang belum diketahui konsentrasinya
VB : volume larutan yang belum diketahui konsentrasinya
NA : konsentrasi larutan yang telah diketahui konsentrasinya (larutan
standar)
VA : volume larutan yang telah diketahui konsentrasinya (larutan standar)

Dalam melakukan titrasi diperlukan beberapa persyaratan yang harus


diperhatikan, seperti :
a. Reaksi harus berlangsung secara stoikiometri dan tidak terjadi reaksi
samping.
b. Reaksi harus berlangsung secara cepat.
c. Reaksi harus kuantitatif.
d. Pada titik ekivalen, reaksi harus dapat diketahui titik akhirnya dengan
tajam (jelas perubahannya).
e. Harus ada indikator, baik langsung atau tidak langsung. Berat ekivalen
suatu senyawa dalam reaksi pengendapan dan pengomplekan ditentukan
oleh valensi dari senyawa tersebut.
BE = Masa molekul relatif (Mr) Valensi senyawa tsb. Berat ekivalen
(BE) dalam reaksi oksidasi reduksi didasarkan pada banyaknya elektron
yang dilepaskan atau diikat dalam suatu reaksi oksidasi atau reduksi.
BE = Masa molekul relatif (Mr) Banyaknya elektron yang dilepas atau
diikat.
Contoh perhitungan Berat Ekivalen :
 Reaksi asam basa :
BE HCl = Mr HCl
BE H2SO4 = ½ Mr H2SO4
BE NaOH = Mr NaOH.

4|Analisis Volumetri : Argentometri


Tahap pertama yang harus dilakukan sebelum melakukan titrasi adalah
pembuatan larutan standar. Suatu larutan dapat digunakan sebagai larutan
standar bila memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a. Mempunyai kemurnian yang tinggi.
b. Mempunyai rumus molekul yang pasti.
c. Tidak bersifat higroskopis dan mudah ditimbang.
d. Larutannya harus bersifat stabil.
e. Mempunyai berat ekivalen (BE) yang tinggi.
Suatu larutan yang memenuhi persyaratan tersebut di atas disebut larutan
standard primer. Sedang larutan standard sekunder adalah larutan standard
yang bila akan digunakan untuk standardisasi harus distandardisasi lebih
dahulu dengan larutan standard primer.
2. Prinsip Titrasi Argentometri
Prinsip dasarnya adalah reaksi pengendapan yang mencapai
kesetimbangan pada setiap penambahan titran; tidak ada pengotor yang
mengganggu dan diperlukan indikator untuk melihat titik akhir titrasi.
Hanya reaksi pengendapan yang dapat digunakan pada titrasi.
Titrasi Argentometri merupakan titrasi yang mendasarkan pada
pembentukan endapan dari garam yang tidak mudah larut antara titran dan
analit. Titrasi argentometri ini menggunakan cara Volhard. Sebelum
menetapkan kadar NaCl dalam air, maka dilakukan terlebih dahulu
standarisasi larutan sekunder yaitu AgNO3. Larutan AgNO 3 berada dalam
buret sebagai pentitran sedangkan NaCl berada dalam Erlenmeyer sebagai
tutran. Larutan NaCl setelah ditambah K2CrO4, dititrasi dengan AgNO3
sampai warna merah bata dan terdapat endapan. Dengan titrasi tersebut
maka akan diperoleh Normalitas AgNO3. Dalam penentuan kadar NaCl
dalam air, pengerjaan sama hal nya seperti standarisasi.

C. Metode Argentometri
Reaksi Berdasarkan pada indikator yang digunakan, argentometri dapat
dibedakan atas :
1. Metode Mohr (pembentukan endapan berwarna)

5|Analisis Volumetri : Argentometri


Metode Mohr dapat digunakan untuk menetapkan kadar klorida dan
bromida dalam suasana netral dengan larutan standar AgNO3 dan
penambahan K2CHO4 sebagai indikator. Titrasi dengan cara ini harus
dilakukan dalam suasana netral atau dengan sedikit alkalis, pH 6,5 – 9,0.
Dalam suasana asam, perak kromat larut karena terbentuk dikromat dan
dalam suasana basa akan terbentuk endapan perak hidroksida. Reaksi yang
terjadi adalah :
Asam : 2CrO42- + 2H- ↔ CrO7 2- + H2O
Basa : 2 Ag+ + 2 OH- ↔ 2 AgOH 2AgOH ↔ Ag2O + H2O
Sesama larutan dapat diukur dengan natrium bikorbonat atau kalsium
karbonat. Larutan alkalis diasamkan dulu dengan asam asetat atau asam
borat sebelum dinetralkan dengan kalsium karbonat. Meskipun menurut
hasil kali kelarutan iodida dan tiosianat mungkin untuk ditetapkan kadarnya
dengan cara ini. Namun oleh karena perak lodida maupun tiosanat sangat
kuat menyerang kromat, maka hasilnya tidak memuaskan. Perak juga tidak
dapat ditetapkan dengan titrasi menggunakan NaCl sebagai titran karena
endapan perak kromat yang mula-mula terbentuk sukar bereaksi pada titik
akhir. Larutan klorida atau bromida dalam suasana netral atau agak katalis
dititrasi dengan larutan titer perak nitrat menggunakan indikator kromat.
Apabila ion klorida atau bromida telah habis diendapkan oleh ion perak,
maka ion kromat akan bereaksi membentuk endapan perak kromat yang
berwarna coklat/merah bata sebagai titik akhir titrasi.
Sebagai indikator digunakan larutan kromat K2CrO4 0,003M atau
0,005M yang dengan ion perak akan membentuk endapan coklat merah
dalam suasana netral atau agak alkalis. Kelebihan indikator yang berwarna
kuning akan menganggu warna, ini dapat diatasi dengan melarutkan blanko
indikator suatu titrasi tanpa zat uji dengan penambaan kalsium karbonat
sebagai pengganti endapan AgCl.
2. Model Valhard (Penentu zat warna yang mudah larut)
Metode ini digunakan dalam penentuan ion Cl+ , Br - , dan I- dengan
penambahan larutan standar AgNO3. Indikator yang dipakai adalah Fe3+
dengan titran NH4CNS, untuk menentralkan kadar garam perak dengan

6|Analisis Volumetri : Argentometri


titrasi kembali setelah ditambah larutan standar berlebih. Kelebihan AgNO3
dititrasi dengan larutan standar KCNS, sedangkan indikator yang digunakan
adalah ion Fe3+ dimana kelebihan larutan KCNS akan diikat oleh ion Fe3+
membentuk warna merah darah dari FeSCN.
3. Motode Fajans (Indikator Absorbsi)
Titrasi argenometri dengan cara fajans adalah sama seperti pada cara
Mohr, hanya terdapat perbedaan pada jenis indikator yang digunakan.
Indikator yang digunakan dalam cara ini adalah indikator absorbsi seperti
cosine atau fluonescein menurut macam anion yang diendapkan oleh Ag+ .
Titrannya adalah AgNO3 hingga suspensi violet menjadi merah. pH
tergantung pada macam anion dan indikator yang dipakai. Indikator
absorbsi adalah zat yang dapat diserap oleh permukaan endapan dan
menyebabkan timbulnya warna. Pengendapan ini dapat diatur agar terjadi
pada titik ekuivalen antara lain dengan memilih macam indikator yang
dipakai dan pH. Sebelum titik ekuivalen tercapai, ion Cl- berada dalam
lapisan primer dan setelah tercapai ekuivalen maka kelebihan sedikit
AgNO3.

D. Syarat – Syarat Titrasi


Reaksi yang dapat digunakan dalam metode volumetri adalah reaksireaksi
kimia yang sesuai dengan persyaratan sebagai berikut:
1. Reaksi harus berlangsung cepat.
2. Tidak terdapat reaksi sampai.
3. Reaksi harus stoikiometri, yaitu diketahui dengan pasti reaktan dan produk
serta perbandingan mol / koefisien reaksinya.
4. Terdapat zat yang dapat digunakan untuk mengetahui saat titrasi harus
dihentikan (titik akhir titrasi) yang disebut zat indikator.

7|Analisis Volumetri : Argentometri


E. Larutan Standar dan Syarat – Syarat Larutan Standar Primer
1. Larutan Standar
Larutan standar adalah larutan yang konsentrasinya telah diketahui.
Konsentrasi dapat dinyatakan dalam molar (mol/L) atau normal (gram
ekuivalen/L).Larutan dibagi menjadi dua yaitu :
a. Larutan standar primer merupakan larutan yang telah diketahui
konsentrasinya (molaritas atau normalitas) secara pasti melalui
pembuatan langsung. Larutan standar primer berfungsi untuk
menstandarisasi/ membakukan atau untuk memastikan konsentrasi
larutan tertentu, yaitu larutan yang konsentrasinya belum diketahui
secara pasti (larutan standar sekunder).
b. Larutan Sekunder merupakan Larutan standar sekunder (titran) biasanya
ditempatkan pada buret yang kemudian ditambahkan ke dalam larutan
zat yang telah diketahui konsentrasinya secara standar primer).
2. Syarat – Syarat Larutan Standar Primer
a. Harus mudah didapat dan dalam keadaan murni.
b. Tidak higroskopis, tidak ter oksidasi, tidak menyerap udara dan selama
penyimpanan tidak boleh berubah (stabil).
c. Mengandung kotoran (zat lain) tidak melebihi 0,01%.
d. Harus mempunyai berat ekivalen yang tinggi.
e. Mudah larut dalam pelarut yang sesuai.
f. Reaksinya stoichiometri dan berlangsung terus menerus.
Larutan standar primer :
1) Untuk asam-basa : Na2CO3, Na2B4O7, K biftalat, As. benzoat, KIO3,
H2C2O4, 2H2O.
2) Reaksi redoks : K2Cr2O7, KBrO3, KIO3, As oksalat, As2O3, I2,
As2O3, Na2C2O4, KH(IO3)2.
3) Titrasi pegendapan : NaCl, KCl dan KBr, AgNO3.
4) Reaksi Pembentukan kompleks : Zn, Mg, Cu, Na2EDTA, NaCl,
AgNO3, 105 NaCl, KCl.

8|Analisis Volumetri : Argentometri


F. Faktor Yang Mempengaruhi Kelarutan
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kelarutan (Svehla,1985) :
a. Kelarutan bertambah dengan naiknya temperatur. Kadangkala endapan yang
baik terbentuk pada larutan panas, tetapi jangan dilakukan
penyaringan terhadap larutan panas karena pengendapan dipengaruhi oleh
faktor temperatur. Garam-garam anorganik lebih larut dalam air.
Berkurangnya kelarutan di dalampelarut organik dapat digunakan sebagai
dasar pemisahan dua zat. Kelarutan endapan dalam air berkurang jika
lanitan tersebut mengandung satu dari ion-ion penyusun endapan, sebab
pembatasan Ks.p (konstanta hasil kali kelarutan). Baik kation atau anion
yang ditambahkan, mengurangi konsentrasi ion penyusun endapan sehingga
endapan garam bertambah. Pada analisis kuantitatif, ion sejenis ini
digunakan untuk mencuci larutan selama penyaringan.
b. Beberapa endapan bertambah kelarutannya bila dalam lanitan
terdapat garam-garam yang berbeda dengan endapan. Hal ini disebut
sebagai efek garam netral atau efek aktivitas. Semakin kecil koefesien
aktivitas dari dua buah ion, semakin besar hasil kali konsentrasi molar ion-
ion yang dihasilkan. Kelarutan garam dari asam lemah tergantung pada pH
larutan. Jika garam dari asam lemah dilarutkan dalam air, akan
menghasilkan perubahan(H). Kation dari spesies garam mengalami
hidrolisis sehingga menambah kelarutannya
c. Kelarutan garam yang sedikit larut merupakan fungsi konsentrasi zatlain
yang membentuk kompleks dengan kation garam tersebut. Beberapa
endapan membentuk kompleks yang larut dengan ion pengendap itu sendiri.
Mula-mula kelarutan berkurang (disebabkan ion sejenis) sampai melalui
minuman. Kemudianbertambah akibat adanya reaksi kompleksasi.

G. Konsentrasi Larutan
Ada beberapa cara dalam menyatakan konsentrasi suatu larutan, yaitu sebagai
berikut :
MOLARITAS (M) : adalah banyak mol zat yang terlarut dalam 1000 ml
larutan.

9|Analisis Volumetri : Argentometri


NORMALITAS (N) : adalah banyaknya gram ekivalen zat yang terlarut dalam
1000 ml larutan.
MOLALITAS (m) : adalah banyaknya mol zat yang terlarut dalam 1000 mg
pelarut.
Berat zat terlarut
Persen Berat = X 100 %
Berat larutan
Volume zat terlarut
Persen Volume = X 100 %
Volume larutan
Normalitas (N) ditentukan oleh banyaknya gram ekivalen zat terlarut dalam
1000 ml larutan. Berat ekivalen (BE) dapat ditentukan berdasarkan jenis reaksi,
sebagai berikut :
- Reaksi asam basa (netralisasi)
- Reaksi pengendapan
- Reaksi pembentukan senyawa komplek
- Reaksi oksidasi reduksi
Dalam reaksi netralisasi, setiap senyawa akan melepaskan atau menerima atom
hidrogen. Jadi berat ekivalen (BE) berdasarkan reaksi netralisasi (asam basa)
dapat ditentukan sebagai berikut :

BE = Berat molekul (BM)Banyaknya atom H yang dilepas


Berat molekul( BM )
atau diterima BE = Banyaknya atom H yang dilepas atau diterima

Berat ekivalen suatu senyawa dalam reaksi pengendapan dan pengomplekan


ditentukan oleh valensi dari senyawa tersebut.
Berat molekul(BM )
BE =
Valensi senyawa tersebut
Berat ekivalen (BE) dalam reaksi oksidasi reduksi didasarkan pada banyaknya
elektron yang dilepaskan atau diikat dalam suatu reaksi oksidasi atau reduksi.
Berat molekul(BM )
BE =
Banyaknya elektron yang dilepas atau diikat
Contoh Perhitungan :
Berapa normalitas (N) dari HCl pekat yang mempunyai BJ = 1,1878 dan
konsentrasinya 37% (BM = 36,5)

10 | A n a l i s i s V o l u m e t r i : A r g e n t o m e t r i
Jawab :
- BJ = 1,1878 gram berarti didalam 1 liter larutan terdapat 1187,8 gram
- Konsentrasi 37%
37
Berarti hanya terdapat = x 1187,8 gram = 439,486 gram
100
Berat yang terkandung
Jadi normalitas (N) HCl =
Berat ekivalennya
439,486
= 36,5 = 12,04
Secara langsung dapat dihitung sebagari berikut :
1000 x BJ x C
Normalitas (N) HCl =
BE x 100
1000 x 1,1878 x 37
= 36,5 x 100

= 12,04 N

H. Jenis dan Pelarut yang dapat Mempengaruhi Titrasi


1. Pelarut aprotik
Pelarut aprotik adalah pelarut yang tidak dapat memberikan proton, yaitu
pelarut yang tidak terdisosiasi menjadi proton dan anion pelarut. Sebagai
contoh adalah pelarut benzen. Penggunaan pelarut aprotik dalam titrasi
bebas air adalah karena pelarut ini tidak dapat menyetingkatkan pada
keasaman/kebasaan asam dan basa yang bereaksi sesamanya. Selain itu
garam yang terjadi pada titrasi tidak akan diuraikan secara protolitik oleh
pelarut. Kerugiannya adalah sifatnya yang sedikit polar atau nonpolar yang
mempunyai daya larut yang amat kecil, selain itu hantaran suatu larutan
akan sangat dikurangi.
2. Pelarut Protik
Pelarut protik adalah pelarut yang menunjukkan disosiasi sendiri menjadi
proton dan anion pelarut. Secara praktis pelarut yang seperti ini selalu dapat
memberi dan menerima proton. Pelarut yang seperti ini dinamakan pelarut
amfiprotik atau pelarut amfolit. Pada penggunaan pelarut aprotik keadaan
ideal ini hampir tercapai. Jika dilakukan dengan pelarut amfiprotik maka

11 | A n a l i s i s V o l u m e t r i : A r g e n t o m e t r i
pelarut akan bertindak sebagai peserta pada proses netralisasi dan tetapan
inisiasi, disosiasi keasaman dan kebasaan tentu akan dipengaruhi
Pengaruh pelarut aprotik terhadap titrasi bebas air adalah senyawa HCl
yang dilarutkan akan tidak bereaksi dengan pelarut, karena itu kekuatan
asamnya tidak berkurang. Sebagai ukuran untuk kekuasaan asam adalah
afinitas proton. Makin kuat proton terikat makin sedikit proton yang
diberikan dan asamnya akan semakin meningkat/kuat. Begitupun dengan
basa. (Rivai, 1995: 142-144)
Kesetimbangan dapat didefenisikan sebagai suatu kesetimbangan antara
dua kekuatan yang bertentangan persyaratan tersebut berlawanan, melainkan
suatu kesamaan yang dinamis antara dua kecepatan kesetimbangan kimia
mengangkut konsentrasi dan reaktan dan tetapan produk. Semua reaksi
kimia, kemungkinan besar tanpa kecuali berlangsung dalam dua arah jika
hasil reaksi yang terbentuk tidak dihilangkan. Tetapi ada juga reaksi yang
hamper sempurna dan untuk tujuan praktis bisa dikatakan tidak
dikembalikan lagi (irreversible). Topik kesetimbangan kimia membicarakan
sistem reversible yang sebenarnya dan termasuk reaksi sperti anisasi,
elektrolit lemah. (Alfrad Martin, 1990: 302)
Analisis volumetrik juga dikenal sebagai titrimetri, dimana zat dibiarkan
bereksi dengan zat yang lain konsentrasinya diketahui dan dialirkan dari
buret dalam bentuk larutan. Konsentrasi larutan yang diketahui (analit)
kemudian dihitung. Syaratanya adalah reaksi harus berjalan cepat, reaksi
berlansung kuantitatif dan tidak salah dalam memilih indikator. (Khopkar,
1990: 83)
Dalam menguji suatu reaksi untuk menetakan apakah reaksi itu
digunakan untuk suatu titrasi, embuatan suatu titrasi atau kurva titrasi asam
membantu pemahaman untuk titrasi asam basa suatu kurva titrasi. Terdiri
dari suatu alur pH atau poH versus volume ml titran. Kurva semacam itu
membentuk dalam mempertimbangkan kebanyakan suatu titrasi dan dalam
memilih indicator yang tepat. (Underwood, 2002: 211)
Zat-zat anorganik dapat didesifikasikan dalam tiga golongan penting,
asam, basa, atau garam. Asam didefenisikan sebagai zat bila dilarutkan

12 | A n a l i s i s V o l u m e t r i : A r g e n t o m e t r i
dalam air, mengalami disosiasi dengan pembentukan ion ion hydrogen
sebagai suatu satu-satunya ion positif. Asam kuat berdisosiasi hamper
sempurna dengan pengenceran yang sedang karena itu ia merupakan
elektrolit kuat. Asam lemah berdisosiasi, hanya sedikit pada konsentrasi
hanya sedikit pada konsentrasi sedang bahkan konsentrasi rendah. (Svehla,
1990: 93)Analisis kimia kuantitatif).

I. Cara Membuat Larutan

a. Timbang senyawa yang akan dibuat sebagai larutan standar primer. Anda
bisa menimbangnya dengan menggunakan gelas arloji atau langsung dengan
menggunakan beaker.
b. Larutkan dengan sedikit air hingga terlarut semua.
c. Pindahkan larutan ke dalam labu ukur dengan ukuran yang sesuai. Jangan
lupa bilas beaker dengan akuades dan masukan air bilasan ini ke dalam labu
ukur.
d. Tambahkan akuades hingga garis volume labu ukur.
e. Kocok labu ukur hingga terbentuk larutan yang sempurna.

J. Metode Kerja
1. Alat dan Bahan
Alat :
1) Beker gelas 250 ml
2) Erlenmeyer 250 ml
3) Labu Takar 100 ml dan 250ml
4) Pipet ukur
5) Gelas arloji
6) Pengaduk gelas

13 | A n a l i s i s V o l u m e t r i : A r g e n t o m e t r i
7) Corong
8) Buret dan perlengkapannya
9) Pro pipet
Bahan
1) NaCl Pro Analis
2) NaCl Teknis (Garam dapur)
3) AgNO3
4) Kalium Kromat
5) Aquades
2. Cara Kerja
 Membuat larutan standar AgNO3 0,1 N 1)
1) Timbang 4,247 g AgNO3.larutkan dalam 100ml aquadest pada gelas
beaker.
2) Masukkan larutan AgNO3 ke dalam labu takar 250ml lalu tambahkan
aquadest sampai tanda batas.
3) Kocok hingga larutan homogen.
 Standarisasi AgNO3 0,1 N :
1) Keringkan NaCl Pro analis pada suhu 100-130oC.
2) Timbang dengan seksama NaCl Pro analis yang telah dikeringkan
sebanyak 250 mg. Masukkan NaCl yang telah ditimbang ke dalam
gelas beaker dan larutkan dengan 50 ml aquadest.
3) Pindahkan larutan NaCl di atas ke dalam labu takar 100 ml dan kocok
hingga homogen, dan tambahkan aquades sampai tanda batas.
4) Ambil 10ml larutan NaCl dari dalam labu takar, lalu masukkan ke
dalam erlenmeyer dan beri 1 ml indikator Kalium Kromat, buat
larutan 3 kali.
5) Tuanglah AgNO3 dari (butir A) ke dalam buret.
6) Titrasilah larutan NaCl dalam erlenmeyer dengan AgNO3 sampai
terjadi perubahan warna dan terbentuk endapan warna merah bata
(Coklat-merah lemah) dan catat volume AgNO3 (Ulangi titrasi
hingga 3 kali).
Reaksi:

14 | A n a l i s i s V o l u m e t r i : A r g e n t o m e t r i
Ag+ + Cl- → AgCl (endapan)
2Ag+ + CrO4 - → Ag2CrO4 (endapan)
Perhitungan:

mg NaCl
Normalitas AgNO3 =
BM NaCl x ml AgNO 3

 Penentuan kadar Natrum Klorida dalam garam dapur kasar


1) Timbang dengan teliti 450 mgr NaCl.
2) Larutkan dalam 100 ml air, ambil 15 ml sampel.
3) Titrasi dengan larutan baku standar AgNO3 0,1 N dengan indikator
Kalium Kromat 1 ml. ( Titrasi diulang hingga 3X kali ).
Reaksi :
Ag+ + Cl- → AgCl ↓
Perhitungan :
100
x V AgNO 3 x N AgNO 3 x 58,5
Kadar NaCl = 15 x 100 %
mg Bahan

15 | A n a l i s i s V o l u m e t r i : A r g e n t o m e t r i
SOAL LATIHAN

1) Alat pengukuran volume yang digunakan dalam Analisa volumetri adalah …


a. Termometer
b. Corong
c. Meteran
d. Gelas Ukur
e. Buret

2) Zat yang digunakan untuk menitrasi adalah ....


a. Analit
b. Titran
c. Larutan standar
d. Larutan primer
e. Reagen

3) Zat yang digunakan untuk mengetahui pada saat titrasi harus dihentikan (TAT)
disebut …
a. Indikator
b. Karbon aktif
c. Asam Sulfat
d. Natrium Hidroksida
e. Asam Klorida

4) Berapa konsentrasi molar etanol dalam suatu larutan aqueous yang mengandung 2,3
g C2H5OH (46,07 g/mol) dalam 3,5 L larutan?
a. 0,0415 mol C2H5OH/L
b. 0,0414 mol C2H5OH/L
c. 0,0413 mol C2H5OH/L
d. 0,0412 mol C2H5OH/L
e. 0,0411 mol C2H5OH/L

16 | A n a l i s i s V o l u m e t r i : A r g e n t o m e t r i
5) Suatu sampel bahan organic yang mengandung merkuri seberat 3,776 g diuraikan
dengan HNO3. Setelah pengenceran, Hg2+ dititrasi dengan 21,30 mL larutan
NH4SCN 0,1144 M. Berapa %Hg (200,59) di dalam sampel?
a. 6,47%
b. 5,56%
c. 5,89%
d. 7,47%
e. 6,56%

17 | A n a l i s i s V o l u m e t r i : A r g e n t o m e t r i
DAFTAR PUSTAKA

Yusnidar Yusuf. Buku Ajar Kimia Analisis. Jakarta: EduCenter Indonesia; 2019.

Departemen Kesehatan RI. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta: Direktorat Jenderal
POM; 1979.

Adam Wiryawan, Ririni Retnowati, dan Akhmad Sabarudin. Kimia Analitik. Malang:
Bse; 2007.

Budiarti Gita Indah, Santoso Imam, dan Salamah Siti. PETUNJUK PRAKTIKUM
DASAR TEKNIK KIMIA II. Yogyakarta : UAD PRESS; 2018

Prihatini Lis, N Isnaini Dian, dan Pinilih Intyastiwi. LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA
ANALITIK DASAR PERCOBAAN IV ARGENTOMETRI. Laboratorium Kimia
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Surakarta : Universitas Sebelas
Maret; 2007

Firdaus Bella Yoriska. LAPORAN PRAKTIKUM TITRASI ARGENTOMETRI.


Program Studi Farmasi, Fakultas Ilmu Kesehatan. Ngawi : Universitas Darussalam
Gontor; 2015

18 | A n a l i s i s V o l u m e t r i : A r g e n t o m e t r i

Anda mungkin juga menyukai