PENGUKURAN pH
KELOMPOK :4B
NAMA : MUHAMMAD.S.SALMAN
- NUR AINUN
- RIA MONICA
- NURUL HIDAYAH
- ZULFIKAR
Jurusan/prodi : T.kimia/T.K.I
Uraian Tugas :
1) Ukur pH untuk larutan H2SO4 dengan kosentrasi 0,2M , 0,3M, dan 0,4M.
2) Lakukan kalibrasi untuk larutan buffer dengan pH 4 dan 7
3) Lakukan 3x pengulangan untuk masing-masing percobaan
4) Buat kurva linearitas antara pH dengan H2SO4
5) Buat kurva linearitas antara pH Teoritis dengan pH yang terukur
6) Hitung standard defiasi
Ir.syafruddin.M.Si Elwina,ST.MT
Nip : 19650819 199802 1 001 Nip : 10730917 200212 001
LEMBAR PENGESAHAN
Kelompok : 4B
Ka.Laboratorium : Ir.Syafruddin,M.Si
Syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan hidayah-Nya Makalah
Instrumentasi dan pengukuran berjudul Instrumentasi Pengukuran pH disusun oleh Kelompok
4B dapat diselesaikan. Makalah ini dibuat untuk memenuhi kebutuhan Proses Belajar Mengajar
bagi mahasiswa jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Lhokseumawe, khususnya pada
program studi DIV Teknologi Kimia Industri .
Adanya Makalah ini dapat kiranya memperlancar proses Belajar Instrumentasi pada
semester IV di Program Studi DIV Teknologi Kimia Industri, dan pada penyusunan
selanjutnya hendaknya lebih baik.
Demikian.
Ketua kelompok
Muhammad.S.Salman
Nim:1324301091
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Umum
Pada era ini, pengukuran pH tidak lagi menggunakan zat warna (indicator) ataupun kertas
lakmus, tetapi dengan menggunakan elektroda yaitu elektroda gelas yang menghasilkan
potensial elektroda yang berkaitan dengan kosentrasi ion Hidrogen.
Hubungan tersebut dinyatakan dengan rumus :
E = Ea + 0,000198 (pH – pHr)
Dimana :
pHr = pH larutan yang terdapat di dalam elektroda
E = potensial dari elektroda gelas tersebut
Ea = potensial asimetri
pH = pH larutan uji (sampel)
T = suhu sampel dalam Kelvin.
1.6.Gambar
2.1. Defenisi pH
pH adalah derajat keasamam yang digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman atau
kebasaan yang dimiliki oleh suatu larutan. Ia didefenisikan sebagai logaritma aktivitas ion
Hidrogen (H+) yang terlarut koefisien aktivitas ion Hidrogen tidak dapat diukur secara
eksperimental, sehingga nilainya didasarkan pada perhitungan teoritis.
Istilah pH didefinisikan oleh Sorensen tahun 1909 sebagai logaritma negatif dari
konsentrasi ion hidrogen. Kemudian dipahami bahwa gaya gerak listrik (GGL) sel galvanik
yang digunakan untuk mengukur pH lebih tergantung pada aktivitas ion hidrogen daripada
konsentrasi.
Air murni bersifat netral, dengan pH nya pada suhu 25oC diteatapkan sebagai 7. Larutan
dengan pH kurang dari 7 bersifat asam, sedangkan larutan dengan nilai pH lebih dari 7 bersifat
basa atau alkali. Pengukuran pH sangatlah penting dalam bidang yang terkait dengan
kehidupan atau industry pengolahan kimia seperti kimia, biologi , kedokteran , pertanian, ilmu
kepanganan, rekayasa ( keteknikan) dan osseanografi. Sifat asam dan basa suatu larutan
bergantung pada nilai relatif konsentrasi H+ dan konsentrasi OH- . Bila konsentrasi H+ lebih
dominan dari konsentrasi OH-, maka larutan bersifat asam, sedangkan bila H+ sama dengan
OH- seperti pada air murni, larutan bersifat netral (pada kenyataan air murni sedikit bersifat
asam karena adanya CO2 yang terlarut). Bila konsentrasi OH- besar dari H+, maka larutan
bersifat basa.
Harga pOH hanya ada dalam perhitungan, dalam implementasinya jarang disebut pOH
meskipun larutan itu bersifat basa. Hubungan antara [H+] , [OH-], pH dan pOH untuk larutan
asam, basa dan netral pada suhu 25oC.
Secara eksperimen di laboratorium atau di lapangan, konsentrasi H+ atau pH suatu
larutan dapat ditentukan dengan menggunakan pH-Meter, kertas pH Universal, larutan
indikator dan kertas lakmus merah atau kertas lakmus biru. Kertas lakmus hanya dapat
menunjukkan apakah larutan bersifat asam, basa dan netral.
Untuk pemgukuran yang dilakukan dalam waktu yang lama maka diperlukan proses
kalibrasi secara periodic 1,5-2 jam.
Volmeter
Anoda Katoda
------------------ -------------------
[H+]=a M------------------ --------------------- [H+] = 1 M
----------------- -------------------
Pada gambar 2.2 tersebut diperlihatkan dua elektroda yang sama yang dihubungkan
satu sama lain dengan cara yang serupa dengan sel elektrokimia lain. Perbedaan antara kedua
elektroda itu hanya terletak pada konsentrasi ion H+ yang dikandungnya.
Pada anoda (wadah sebelah kiri), konsentrasi ion H+ nya berbeda dengan katoda (wadah
sebelah kanan) yang konsentrasi ion-nya sama dengan 1 M (Molaritas) sehingga berfungsi
sebagai elektroda hidrogen standar. Berbeda dengan katoda yang berfungsi sebagai elektroda
hidrogen standar sehingga berpotensial 0,0000 volt dan nilai GGL ini dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan Nernst.
Setiap sel yang reaksi totalnya hanya berupa perubahan konsentrasi dikenal sebagai sel
konsentrasi. Contoh sel konsentrasi adalah sel pada gambar 2.2 di atas.
Dalam prakteknya, untuk pengukuran pH tidak digunakan elektroda hidrogen standar,
karena elektroda ini sulit dikontrol dan tidak dapat digunakan bila larutan mengandung
pengoksidasi atau pereduksi kuat. Untuk mengukur pH biasanya digunakan elektroda gelas
(kombinasi anoda dan katoda). Eelektroda gelas terdiri dari elektroda Ag-AgCl yang berada
dalam larutan dengan pH tertentu yang keseluruhannya berada di dalam membran gelas khusus.
Gelas ini sangat tipis dan sangat mudah pecah, karena itu harus berhati-hati
menggunakannya. Elektroda yang tipis ini bersama dengan elektroda kalomel pembanding
direndam dalam larutan yang akan ditentukan pH-nya.
A B+ H+
Sifat Fisika
Rumus molekul : H2SO4
Massa molar : 98,08 g/mol
Penampilan : Cair
Kepadatan : 1,84 g/cm3, cair
Titik lebur : 10,36oC
Titik didih : 330oC
Kelarutan dalam gliserol : Larut
Keasaman (pKa) :2
Bau : Berbau
Kelarutan : Larut dalam air
Volatile : 15,7 cp (30oC)
Walaupun asam sulfat yang mendekati 100% dapat dibuat, ia akan melepaskan
SO3pada titik didihnya dan menghasilkan asam 98,3%. Asam sulfat 98% lebih stabil untuk
disimpan, dan merupakan bentuk asam sulfat yang paling umum. Asam sulfat 98% umumnya
disebut sebagai asam sulfat pekat.
Terdapat berbagai jenis kosentrasi asam sulfat yang digunakan untuk berbagai keperluan:
10% asam sulfat encer untuk kegunaan laboratorium.
33,53% asam baterai
62,18% asam bilik atau asam pupuk
73,62% asam menara atau asam glover
97% asam pekat
Terdapat juga asam sulfat dalam berbagai kemurnian. Mutu jenis H2SO4 tidaklah murni
dan seringkali berwarna, namun cocok un tuk digunakan membuat pupuk. Mutu murni asam
sulfat digunakan untuk membuat obat-obatan dan zat warna.
Apabila SO3 (g) dalam kosentrasi tinggi ditambahkan kedalam asam sulfat , H2S2O7
akan terbentuk. Senyawa ini desebut sebagai asam pirosulfat, asam sulfat berasap, ataupun
oleum. Kosentrasi oleum diekspresikan sebagi % SO3 (disebut %oleum) atau %H2SO4 ( jumlah
asam sulfat yang dihasilkan apabila H2O ditambahkan). Kosentrasi yang umum adalah 40%
oleum (109% H2SO4) dan 65% oleum (114,6% H2SO4). H2S2O7 murni terdapat dalam bentuk
padat dengan titik leleh 36oC.
Sifat Kimia
Karena hidrasi asam sulfat secara termodinamika difavoritkan, asam sulfat adalah zat
pendehidrasi yang sangat baik dan digunakan untuk mengerikan buah-buahan. Afinitas asam
sulfat terhadap air cukuplah kuat sedemikiannya ia akan memisahkan atom hydrogen dan
oksigen dari suatu senyawa. Sebagai contoh, mencampurkan pati (C6H12O6)n dengan asam
sulfat pekat akan menghasilkan karbon dan air yang terserap dalam asam sulfat ( yang akan
mengencerkan asam sulfat).
(C6H12O6)n → 6n C + 6n H2O
Efek ini dapat dilihat ketika asm sulfat pekat diteteskan kepermukaan kertas. Selulosa
bereaksi dengan asam sulfat dan menghasilkan karbon yang akan terlihat seperti efek
pembakaran kertas. Reaksi yang lebih dramatis terjadi pabila asam sulfat ditambahkan kedalam
satu sendok teh guls. Seketika ditambahkan , gula tersebut akan menjadi karbon berpori-pori
yang mengembang dan mengeluarkan aroma seperti caramel.
Sifat Kimia
Keasaman
Atom hydrogen (H) pada gugus karbosil (-COOH) dalam asam karboksilat seperti asam
asetat dapat dilepaskan sebagai ion H+ (proton) sehingga memberikan sifat asam. Asam Asetat
adalah asam lemah mpnoprotik dengan nilai pKa = 4,8. Basa konjugasinya adalah asetat
(CH3COO-). Sebuah larutan 1,0 M asam asetat (kira-kira sama dengan kosentrasi pada cuka
rumah) memiliki pH sekitar 2,4.
Sebagai Pelarut
Asam asetat cair adalah pelarut protik hidrofilik (polar), mirip seperti air dan etanol.
Asam asetat memiliki konstanta dielektrik yang sedang yaitu 6,2 , sehingga ia bisa melarutkan
baik senyawa polar seperti garam anorganik dan gula senyawa non polar seperti minyak dan
unsur-unsur seperti sulphur dan iodine. Asam asetat bercampur dengan mudah dengan pelarut
polar atau non polar dan kemudahan bercampur dari asam asetat ini membuatnya digunakan
secara luas dalam industry kimia.
Sifat Fisika
Rumus molekul : CH3COOH
Massa molar : 60,05 g/mol
Penampilan : Cair
Titik lebur : 16,5oC (289,6 K) (61.6 oF)
Titik didih : 118,1 oC (391,2 K) (244,5 oF)
Kelarutan dalam air : 1110 g/l (20oC)
Keasaman (pKa) : 4,26
Penampilan : jelas, solusi tidak berwarna
Bau : berbau
Table 3.2 Pengaruh kosentrasi terhadap nilai pH larutan H2SO4 pada kosentrasi 0,3M
Pengujia Kosentrasi 0,3 M
n Kertas pH pH meter
o
pH TC pH ToC
1 1 29 0,93 29,1
2 0 29 0,92 29,2
3 0 29 0,91 29,1
Rata-rata 0,33 29 0,92 29,1
Table 3.3 Pengaruh kosentrasi terhadap nilai pH larutan H2SO4 pada kosentrasi 0,4M
Pengujia Kosentrasi 0,4 M
n Kertas pH pH meter
o
pH TC pH ToC
1 0 30 0,83 29,5
2 0 30 0,81 29,6
3 0 30 0,80 29,4
Rata-rata 0 30 0,81 29,5
4.1 Pembahasan
pH adalah derajat keasaman yang digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman atau
kebasaan yang dimiliki oleh suatu larutan. Ia didefenisikan sebagai logaritma aktifitas ion
hydrogen [H+] yang terlarut. Koefisen aktifitas ion hydrogen tidak dapat diukur secara
eksperimental, sehingga di dasarkan pada perhitungan teoritis skala pH bukanlah skala
absolute, ia bersifat relative terhadap sekumpulan larutan standard yang pH nya ditentukan
berdasarkan persetujuan internasional.
Dalam percobaan ini, metode yang dilakukan untuk penentuan sifat asam suatu larutan
yaitu dengan menggunakan kertas pH dan pH meter (elektroda). Larutan yang digunakan
pada percobaan ini adalah H2SO4 dengan kosentrasi 0,2M , 0,3M dan 0,4M. Mula-mula
larutan diencerkan kemudian hitung nilai pHnya sesuai dengan kosentrasi masing-masing.
Sebelum dilakukannya pengukuran pH terhadap sampel, dilakukannya pengkalibrasian
larutan buffer dengan pH 4 dan pH 7.
5
4
3
2
1
0
0 2 4 6 8
pH teoritis
Dari gambar grafik 4.1 diatas terlihat jelas bahwa hubungan pH teoritis dengan pH
terukur berbanding lurus dengan nilai R2 yaitu 1, hal ini menunjukkan bahwa alat tersebut
bekerja sesuai dengan standard.
Setelah dilakukan pengkalibrasian buffer, dilakukannya pengukuran pH terhadap sampel,
dan hasil yang di dapat seperti pada gambar 4.2 dan 4.3 :
0.8
pH
0.6
0.4
0.2
0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5
kosentrasi M
0.8
pH
0.6
0.4
0.2
0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5
kosentrasi
Dari kedua grafik tersebut dapat dijelaskan bahwa semakin kecil nilai kosentrasi maka
nilai pH yang di dapat semakin rendah. Pengukuran menggunakan kertas pH dan pH meter
elektroda tidak jauh berbeda , namun pengukuran dengan menggunakan pH meter elektroda
jauh lebih akurat disbanding dengan kertas pH , karena pH meter elektroda bersifat sensitive.
Pada pembahasan ini, diambil satu sampel dari kelompok 5B dengan tujuan sebagai
perbandingan hasil. Berikut kurva kalibrasi larutan buffer yang menunjukkan nilai pH
teroritis dan pH terukur.
Kalibrasi Larutan Buffer
12
10 y = 0.9833x + 0.0867
R² = 0.9999
8
pH Terukur
0
0 2 4 6 8 10 12
pH Teoritis
Dari gambar kurva tersebut terlihat jelas bahwa ± 99% pH teoritis berbanding lurus
dengan pH terukur. dan ini juga membuktikan bahwa alat yang digunakan bekerja dengan
baik.
0.8
pH
0.6
0.4
0.2
0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7
kosentrasi
Dari gambar kurva tersebut dapat dijelaskan bahwa semakin kecil kosentrasi H₂SO₄
maka semakin kecil pula nilai pH yang terukur.
Kosentrasi NaOh terhadap pH meter
12.15
12.1
12.05
pH
12
11.95
11.9
11.85
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7
kosentrasi
Dari gambar kurva tersebut terlihat jelas bahwa semakin kecil nilai kosentrasi NaOH
Maka semakin besar pula nilai pH yang terukur.
4.2 Kesimpulan
Dari pembahasan tersebut dapat ditari kesimpulan bahwa :
Pada larutan asam , semakin kecil nilai kosentrasi maka semakin kecil pula nilai pH
yang terukur.
Pada larutan basa, semakin kecil kosentrasi maka semakin besar pula nilai pH yang
terukur.
Factor yang mempengaruhi nilai pH adalah kosentrasi dan temperature.
DAFTAR PUSTAKA