Anda di halaman 1dari 20

INSTRUMENTASI

PENGUKURAN pH

KELOMPOK :4B

NAMA : MUHAMMAD.S.SALMAN

- NUR AINUN
- RIA MONICA
- NURUL HIDAYAH
- ZULFIKAR

JURUSAN TEKNIK KIMIA


PRODI TEKNOLOGI KIMIA INDUSTRI
POLITEKNIK NEGERI LHOKSEUMAWE
2015
LEMBAR TUGAS

Judul Praktikum : Instrumentasi pengukuran pH

Laboratorium : Komputasi dan pengendalian proses

Jurusan/prodi : T.kimia/T.K.I

Semester / kelas : IV/ 2D

Anggota Kelompok IV : Muhammad.S.Salman


Nur Ainun
Ria Monica
Nurul Hidayah
Zulfikar

Uraian Tugas :
1) Ukur pH untuk larutan H2SO4 dengan kosentrasi 0,2M , 0,3M, dan 0,4M.
2) Lakukan kalibrasi untuk larutan buffer dengan pH 4 dan 7
3) Lakukan 3x pengulangan untuk masing-masing percobaan
4) Buat kurva linearitas antara pH dengan H2SO4
5) Buat kurva linearitas antara pH Teoritis dengan pH yang terukur
6) Hitung standard defiasi

Buket Rata, 28 mei 2015

Ka. Laboratorium Dosen pembimbing

Ir.syafruddin.M.Si Elwina,ST.MT
Nip : 19650819 199802 1 001 Nip : 10730917 200212 001
LEMBAR PENGESAHAN

Judul praktikum : Instrumentasi pengukuran pH

Mata kuliah : Praktikum instrumentasi dan pengukuran

Kelompok : 4B

Kelas/Semester : 2D/ Genap (4)

Dosen Pembimbing : Elwina, ST,MT

Nip : 19730917 200212 2 001

Ka.Laboratorium : Ir.Syafruddin,M.Si

Nip : 19650819 199802 1 001

Tanggal Praktikum : 12 Maret 2015

Buket Rata, 12 Maret 2015

Ka.Laboratorium Dosen Pembimbing

Ir.Syafruddin,M.Si Elwina, ST,MT


Nip : 19650819 199802 1 001 Nip: 19730917 200212 2 001
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan hidayah-Nya Makalah
Instrumentasi dan pengukuran berjudul Instrumentasi Pengukuran pH disusun oleh Kelompok
4B dapat diselesaikan. Makalah ini dibuat untuk memenuhi kebutuhan Proses Belajar Mengajar
bagi mahasiswa jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Lhokseumawe, khususnya pada
program studi DIV Teknologi Kimia Industri .
Adanya Makalah ini dapat kiranya memperlancar proses Belajar Instrumentasi pada
semester IV di Program Studi DIV Teknologi Kimia Industri, dan pada penyusunan
selanjutnya hendaknya lebih baik.

Demikian.

Ketua kelompok

Muhammad.S.Salman
Nim:1324301091
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Umum
Pada era ini, pengukuran pH tidak lagi menggunakan zat warna (indicator) ataupun kertas
lakmus, tetapi dengan menggunakan elektroda yaitu elektroda gelas yang menghasilkan
potensial elektroda yang berkaitan dengan kosentrasi ion Hidrogen.
Hubungan tersebut dinyatakan dengan rumus :
E = Ea + 0,000198 (pH – pHr)

Dimana :
 pHr = pH larutan yang terdapat di dalam elektroda
 E = potensial dari elektroda gelas tersebut
 Ea = potensial asimetri
 pH = pH larutan uji (sampel)
 T = suhu sampel dalam Kelvin.

1.2.Tujuan Instruksional Khusus


1. Mengetahui Tekhnik Kalibrasi Alat Instrumentasi pH meter
2. Mampu menentukan nilai pH sampel secara teoritis
3. Mampu mengukur nilai pH sampel menggunakan Intrument pH meter
4. Mengetahui Faktor-faktor yang mempengaruhi pengukuran pH

1.3.Bahan – bahan yang digunakan


1. Larutan buffer pH 4 dan pH 7
2. Air (aquades)
3. Larutan H2SO4 0,2M, 0,3M dan 0,4M

1.4.Peralatan yang digunakan


1. Seperangkat alat pH meter elektroda
2. Beaker glass
3. Kertas pH
4. Tissue
5. Pipet volume
6. Labu ukur 250 ml
1.5.Prosedur kerja
1. Elektroda dihubungkan kealat pH meter
2. Hidupkan alat pH meter pada posisi ion
3. Bilas terlebih dahulu elektroda dengan aquadest, lap dengan tissue
4. Masukkan elektroda ke dalam larutan buffer yang diketahui pHnya, tunggu
sampai pembacaannya stabil
5. Bilas kembali dengan aquadest, lalu lap dengan tissue
6. Masukkan elektroda kedalam sampel yang ingin kita coba, tunggu sampai
pembaca stabil. Catat pH yang terbaca , ulangi sampai 3x pengulangan .
7. Bilas kembali dengan aquadest, lalu lap dengan tissue
8. Untuk mengetahui keakuratan tes sampel dengan kertas pH, catat pH yang terbaca
agar mengetahui selisih antara pH meter dengan kertas pH.

1.6.Gambar

Gambar 1.1 : Alat ukur Instrumentasi pH


(sumber : http://instrumantasi pengukuran pH)

Gambar 1.2 : seperangkat alat Instrumentasi pH meter


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Defenisi pH
pH adalah derajat keasamam yang digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman atau
kebasaan yang dimiliki oleh suatu larutan. Ia didefenisikan sebagai logaritma aktivitas ion
Hidrogen (H+) yang terlarut koefisien aktivitas ion Hidrogen tidak dapat diukur secara
eksperimental, sehingga nilainya didasarkan pada perhitungan teoritis.

Skala pH bukanlah skala absolute. Ia bersifat relative terhadap sekumpulan larutan


standard yang pHnya ditentukan persetujuan internasional.

Istilah pH didefinisikan oleh Sorensen tahun 1909 sebagai logaritma negatif dari
konsentrasi ion hidrogen. Kemudian dipahami bahwa gaya gerak listrik (GGL) sel galvanik
yang digunakan untuk mengukur pH lebih tergantung pada aktivitas ion hidrogen daripada
konsentrasi.

Air murni bersifat netral, dengan pH nya pada suhu 25oC diteatapkan sebagai 7. Larutan
dengan pH kurang dari 7 bersifat asam, sedangkan larutan dengan nilai pH lebih dari 7 bersifat
basa atau alkali. Pengukuran pH sangatlah penting dalam bidang yang terkait dengan
kehidupan atau industry pengolahan kimia seperti kimia, biologi , kedokteran , pertanian, ilmu
kepanganan, rekayasa ( keteknikan) dan osseanografi. Sifat asam dan basa suatu larutan
bergantung pada nilai relatif konsentrasi H+ dan konsentrasi OH- . Bila konsentrasi H+ lebih
dominan dari konsentrasi OH-, maka larutan bersifat asam, sedangkan bila H+ sama dengan
OH- seperti pada air murni, larutan bersifat netral (pada kenyataan air murni sedikit bersifat
asam karena adanya CO2 yang terlarut). Bila konsentrasi OH- besar dari H+, maka larutan
bersifat basa.

Konsentrasi ion biasanya dinyatakan dalam satuan mol/liter. Sebagai contoh


konsentrasi H3O+ atau [H3O+] dalam NaOH 0,01 M adalah 0,000000000001 mol/liter atau 10-
12
M. Penulisan menggunakan desimal kurang praktis, karena itu untuk memudahkan penulisan
[H3O+] atau [H+] dan [OH-], pada tahun 1909 Sorensen ahli kimia Denmark menganjurkan
skala logaritmik, dimana harga potensial konsentrasi ion hidrogen atau potenz Hydrogen ( pH
) berkisar antara 0 – 14.
pH = -log [H+]
pOH = -log [OH-]

Secara umum dapat dijelaskan bahwa bila:


pH = pOH = 7 , larutan bersifat netral
pH < 7 , larutan bersifat asam
pH > 7 , larutan bersifat basa

Harga pOH hanya ada dalam perhitungan, dalam implementasinya jarang disebut pOH
meskipun larutan itu bersifat basa. Hubungan antara [H+] , [OH-], pH dan pOH untuk larutan
asam, basa dan netral pada suhu 25oC.
Secara eksperimen di laboratorium atau di lapangan, konsentrasi H+ atau pH suatu
larutan dapat ditentukan dengan menggunakan pH-Meter, kertas pH Universal, larutan
indikator dan kertas lakmus merah atau kertas lakmus biru. Kertas lakmus hanya dapat
menunjukkan apakah larutan bersifat asam, basa dan netral.

2.2. Elektroda Indikator dan Pembanding


Cara yang paling maju dan tepat untuk mengukur pH adalah berdasarkan pengukuran
gaya geral listrik (GGL = emf, elektromotive force) suatu sel elektrokimia, yang mengandung
larutan yang tak diketahui pH-nya sebagai elektrolit, dan dua buah elektroda. Elektroda-
elektroda ini dihubungkan dengan terminal-terminal sebuah voltmeter elektronik, yang
kebanyakan disebut pH-Meter saja. Jika telah dikalibrasi dengan baik dengan suatu buffer yang
sesuai yang diketahui pH-nya, pH larutan yang tak diketahui dapat dibaca langsung dari skala.
E.m.f suatu sel elektrokimia dapat dianggap sebagai nilai mutlak perbedaan potensial elektroda
dari kedua elektroda. Kedua elektroda yang dipakai untuk membentuk sel elektrokimia
tersebut, mempunyai peranan yang berbeda dalam pengukuran, dan harus dipilih yang sesuai.
Salah satu elektroda, dinamakan elektroda indikator, mendapat potensial yang bergantung pada
pH larutan.

Gambar 2.1 : Elektroda Indikator dan pembanding


2.3. Teknik Kalibrasi pH Meter
untuk mendapatkan nilai pengukuran pH yang akurat dibutuhkan kalibrasi terhadap
instrument pH meter. Terdapat beberapa teknik kalibrasi yang umum digunakan, yaitu:
1. Teknik Satu Titik
Dilakukan pada pH yang akan diukur, yakni kalibrasi dengan buffer standard pH 4,01
untuk system asam, buffer standard pH 7,00 untuk system netral dan buffer standard
pH 10,01 untuk system basa.

2. Teknik Dua Titik


Apabila system bersifat asam, maka digunakan 2 buffer standard berupa pH 4.01 dan
7.00 dan apabila basa digunakan 2 larutan buffer standard berupa pH 7.00 dan 10.01.

3. Teknik Tiga Titik


Kalibrasi dilakukan dengan menggunakan tiga buffer. Untuk system dengan pH <2.00
atau > 12.00 terjadi ketidaknormalan elektroda.

Untuk pemgukuran yang dilakukan dalam waktu yang lama maka diperlukan proses
kalibrasi secara periodic 1,5-2 jam.

2.4. Kesalahan Pada Pengukuran.


Factor yang mempengaruhi pengukuran, yang dapat mengakibatkan kesalahan pada
pengukuran. Menurut Miller dan Miller (2001) tipe kesalahan dalam pengukuran analitik dapat
dibagi menjadi 3, yaitu :
1. Kesalahan Serius ( Gross Cross)
Tipe kesalahan ini sangatlah fatal, sehingga konsekuensinya pengukuran harus
diulangi. Contoh dari kesalahan ini adalah terkontaminasinya reagen yang digunakan,
peralatan yang memang rusak total, sampel yang terbuang, dan lain-lain. Indikasi dari
kesalahan ini cukup jelas dari gambaran alat yang sangat menyimpang, data tidak
dapat memberikan hasil yang jelas. Tingkat reprodusibilitas yang sangat rendah dan
lain-lain.
2. Kesalahan acak
Golongan kesalahan ini merupakan bentuk kesalahan yang menyebabkan hasil dari
suatu perulangan menjadi relative berbeda satu sama lainnya, dimana hasil secara
individual berada disekitar harga rata-rata. Kesalahan ini bersifat wajar dan tidak
dapat dihindari. Hanya bisa diredukasi dengan kehati-hatian dan kosentrasi dalam
bekerja.
3. Kesalahan sistematik ( Systematic Error).
Kesalahan sistematik merupakan jenis kesalahan yang menyebabkan semua hasil data
salah dengan salah satu kemiripan. Hal ini dapat diatasi dengan
a. Standarisasi Prosedur
b. Standarisasi bahan
c. Standarisasi Instrument
2.5. Hubungan pH dengan Kosentrasi H+
Kebanyakan pengukuran pH yang dilakukan menggunakan suatu elektroda gelas yang
dihubungkan dengan elektroda pembanding kalomel dengan suatu jembatan kalium klorida.
Dengan mengumpamakan bahwa satu dari buffer Bureu of Standards digunakan untuk
menstandarisasikan pH meter, apakah sebenarnya arti bilangan pH yang diukur atau pH praktis
ini? pH yang diukur tidak akan tepat sama dengan – log a H+, tetapi pada keadaan-keadaan
biasa ia akan bernilai demikian. Dengan “keadaan-kedaaan biasa” kita maksudkan:
1. Kekuatan ionik larutan uji adalah kurang dari kira-kira 3
2. Tidak ada ion dengan mobilitas luar biasa (misalnya, ion organik yang sangat besar, ion
litium terhidratasikan tinggi, dan sebagainya) ada dalam larutan.
3. Jangka pH antara kira-kira 2 sampai 10
4. Tidak ada suspensi bermuatan, seperti lumpur, tanah, atau resin penukar ion dalam
larutan uji. Maksud pengukuran pH dekat permukaan sel pada sistem biologi mungkin
dapat dipertanyakan. Pengukuran pH dalam larutan berproton rupanya memberikan
hasil-hasil yang wajar.

Volmeter
Anoda Katoda

H2(g, 1 atm H2(g, 1 atm

------------------ -------------------
[H+]=a M------------------ --------------------- [H+] = 1 M
----------------- -------------------

Setengah reaksi anoda: Setengah reaksi katoda:


H2(g, 1 atm) 2H+(a M) + 2e H2(g,1atm) 2H+(1 M) + 2e

Gambar 2.2 : sel kosentrasi

Pada gambar 2.2 tersebut diperlihatkan dua elektroda yang sama yang dihubungkan
satu sama lain dengan cara yang serupa dengan sel elektrokimia lain. Perbedaan antara kedua
elektroda itu hanya terletak pada konsentrasi ion H+ yang dikandungnya.
Pada anoda (wadah sebelah kiri), konsentrasi ion H+ nya berbeda dengan katoda (wadah
sebelah kanan) yang konsentrasi ion-nya sama dengan 1 M (Molaritas) sehingga berfungsi
sebagai elektroda hidrogen standar. Berbeda dengan katoda yang berfungsi sebagai elektroda
hidrogen standar sehingga berpotensial 0,0000 volt dan nilai GGL ini dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan Nernst.
Setiap sel yang reaksi totalnya hanya berupa perubahan konsentrasi dikenal sebagai sel
konsentrasi. Contoh sel konsentrasi adalah sel pada gambar 2.2 di atas.
Dalam prakteknya, untuk pengukuran pH tidak digunakan elektroda hidrogen standar,
karena elektroda ini sulit dikontrol dan tidak dapat digunakan bila larutan mengandung
pengoksidasi atau pereduksi kuat. Untuk mengukur pH biasanya digunakan elektroda gelas
(kombinasi anoda dan katoda). Eelektroda gelas terdiri dari elektroda Ag-AgCl yang berada
dalam larutan dengan pH tertentu yang keseluruhannya berada di dalam membran gelas khusus.
Gelas ini sangat tipis dan sangat mudah pecah, karena itu harus berhati-hati
menggunakannya. Elektroda yang tipis ini bersama dengan elektroda kalomel pembanding
direndam dalam larutan yang akan ditentukan pH-nya.

2.6. Senyawa Asam-Basa (Menurut Arrhenius dan Bronsted Lowry)


2.6.1 Asam basa Menurut Arrhenius
Asam adalah senyawa ion yang didalam larutannya dapat menghasilkan Ion H+
Contoh :
HCl (aq)  H+ (aq) + Cl- (aq)

2.6.1. Asam Basa Menurut Bronsted Lowry


J.N.Bronsted dan T.M.Lowry pada tahun 1923 mendifinisikan asam sebagai setiap zat
sembarang (baik dalam bentuk molekul ataupun ion) yang menyumbang proton (H+) (donor
proton), dan basa sebagai setiap zat sembarang (molekul atau ion) yang menerima proton
(akseptor proton). Dengan menyatakan asam sebagai A dan basa sebagai B, maka
kesetimbangan asam-basa dapat dinyatakan sebagai

A B+ H+

System kesetimbangan demikian dinamakan system asam-basa konjugasi ( atau yang


sesuai), A dan B dinamakan pasangan asam-basa konjugasi. Lambang H+ dalam defenisi ini
menyatakan proton belaka ( ion hydrogen yang tidak bersolvasi). Dan karenanya defenisi yang
baru ini tak ada hubungan apapin dengan suatu pelarut. Persamaan ini menyatakan skema
hipotesis untuk mendefenisikan asam dan basa ini dapat dianggap suatu ‘reaksi parohan’ yang
hanya berlangsung kalau proton yang dilepaskan oleh asam itu, diambil oleh suatu basa lain.

2.7. Spesifikasi Asam Basa


A. Asam Sulfat (H2SO4)
Asam sulfat (H2SO4) merupakan asam mineral (anorganik) yang kuat. Zat ini larut dalam
air pada semua perbandingan. Asam sulfat mempunyai banyak kegunaan dan merupakan salah
satu produk utama industry kimia. Produksi dunia asam sulfat pada 2001 adalah 165 juta ton,
dengan nilai perdagangan sebanyak US $ 8 juta. Kegunaan utamanya termasuk pemrosesan
bijih mineral, sintesis kimia, pemrosesan air limbah dan penyulingan minyak.
Asam sulfat murni yang tidak diencerkan tidak dapat ditemukan secara alami dibumi oleh
karena sifatnya yang higroskopis. Walau demikian, asam sulfat merupakan komponen utama
hujan asam, yang terjadi karena oksidasi sulfer dioksida di atmosfer dengan keberadaan air
(oksidasi asam sulfur). Sulfur dioksida adalah produk sampingan utama dari pembakaran bahan
bakar seperti batu bara dan minyak yang mengandung sulfur (belerang).
Asam sulfat terbentuk secara alami melalui oksidasi mineral sulfida, misalnya besi sulfida.
Air yang dihasilkan dari oksidasi ini sangat asam dan disebut sebagai air asam timbang. Air
asam ini mampu melarutkan logam-logam yang ada didalam bijih sulfida, yang akan
menghasilkan uap berwarna cerah beracun. Oksida besi sulfia, yang akan menghasilkan uap
berwarna cerah yang beracun.

Sifat Fisika
Rumus molekul : H2SO4
Massa molar : 98,08 g/mol
Penampilan : Cair
Kepadatan : 1,84 g/cm3, cair
Titik lebur : 10,36oC
Titik didih : 330oC
Kelarutan dalam gliserol : Larut
Keasaman (pKa) :2
Bau : Berbau
Kelarutan : Larut dalam air
Volatile : 15,7 cp (30oC)

Walaupun asam sulfat yang mendekati 100% dapat dibuat, ia akan melepaskan
SO3pada titik didihnya dan menghasilkan asam 98,3%. Asam sulfat 98% lebih stabil untuk
disimpan, dan merupakan bentuk asam sulfat yang paling umum. Asam sulfat 98% umumnya
disebut sebagai asam sulfat pekat.

Terdapat berbagai jenis kosentrasi asam sulfat yang digunakan untuk berbagai keperluan:
 10% asam sulfat encer untuk kegunaan laboratorium.
 33,53% asam baterai
 62,18% asam bilik atau asam pupuk
 73,62% asam menara atau asam glover
 97% asam pekat
Terdapat juga asam sulfat dalam berbagai kemurnian. Mutu jenis H2SO4 tidaklah murni
dan seringkali berwarna, namun cocok un tuk digunakan membuat pupuk. Mutu murni asam
sulfat digunakan untuk membuat obat-obatan dan zat warna.
Apabila SO3 (g) dalam kosentrasi tinggi ditambahkan kedalam asam sulfat , H2S2O7
akan terbentuk. Senyawa ini desebut sebagai asam pirosulfat, asam sulfat berasap, ataupun
oleum. Kosentrasi oleum diekspresikan sebagi % SO3 (disebut %oleum) atau %H2SO4 ( jumlah
asam sulfat yang dihasilkan apabila H2O ditambahkan). Kosentrasi yang umum adalah 40%
oleum (109% H2SO4) dan 65% oleum (114,6% H2SO4). H2S2O7 murni terdapat dalam bentuk
padat dengan titik leleh 36oC.

Sifat Kimia

Reaksi dengan Air


Reaksi hidrasi asam sulfat sangatlah eksotermik. Selalu ditambahkan asam kedalam air
dari pada air kedalam asam. Air memiliki massa jenis yang lebih rendah dari pada asam sulfat
dan cenderung mengapung diatasnya, sehingga apabila air ditambahkan kedalam asam sulfat
pekat, ia akan dapt mendidih dan bereaksi dengan keras. Reaksi terjadi adalah pembentukan
ion hidronium.
H2SO4 + H2O → H3O+ + HSO4-
HSO4- + H2O → H3O+ + SO42-

Karena hidrasi asam sulfat secara termodinamika difavoritkan, asam sulfat adalah zat
pendehidrasi yang sangat baik dan digunakan untuk mengerikan buah-buahan. Afinitas asam
sulfat terhadap air cukuplah kuat sedemikiannya ia akan memisahkan atom hydrogen dan
oksigen dari suatu senyawa. Sebagai contoh, mencampurkan pati (C6H12O6)n dengan asam
sulfat pekat akan menghasilkan karbon dan air yang terserap dalam asam sulfat ( yang akan
mengencerkan asam sulfat).
(C6H12O6)n → 6n C + 6n H2O

Efek ini dapat dilihat ketika asm sulfat pekat diteteskan kepermukaan kertas. Selulosa
bereaksi dengan asam sulfat dan menghasilkan karbon yang akan terlihat seperti efek
pembakaran kertas. Reaksi yang lebih dramatis terjadi pabila asam sulfat ditambahkan kedalam
satu sendok teh guls. Seketika ditambahkan , gula tersebut akan menjadi karbon berpori-pori
yang mengembang dan mengeluarkan aroma seperti caramel.

B. Asam Asetat (CH3COOH)


Asam asetat , asam etanoat atau asam cuka adalah senyawa kimia asam anorganik yang
dikenal sebagai pemberi rasa asam dan aroma dalam makanan. Asam cuka memiliki rumus
emperis C2H2O2. Rumus ini seriongkali ditulis dalam bentuk CH3-COOH , CH3COOH, atau
CH3CO2H. Asam asetat murni (disebut asam asetat glacial) adalah cairan higroskopis tak
berwarna dan memiliki titik beku 16,7oC.
Asam asetat merupakan salah satu asam karboksilat paling sederhana, setalah asam format.
Larutan asam asetat dalam air merupakan sebuah asam lemah, artinya hanya terdisosiasi
sebagian menjadi ion H+ dan CH3COO-. Asam asetat merupakan pereaksi kimia dan bahan
baku industry yang penting. Asam asetat digunakan dalam produksi polimer seperti polietilena
tereftalat, selulosa asetat, dan polivinil asetat, maupun berbagai macam serat dank ain. Dalam
industry makanan, asam asetat digunakan sebagai pengatur keasaman.

Sifat Kimia
Keasaman
Atom hydrogen (H) pada gugus karbosil (-COOH) dalam asam karboksilat seperti asam
asetat dapat dilepaskan sebagai ion H+ (proton) sehingga memberikan sifat asam. Asam Asetat
adalah asam lemah mpnoprotik dengan nilai pKa = 4,8. Basa konjugasinya adalah asetat
(CH3COO-). Sebuah larutan 1,0 M asam asetat (kira-kira sama dengan kosentrasi pada cuka
rumah) memiliki pH sekitar 2,4.

Sebagai Pelarut
Asam asetat cair adalah pelarut protik hidrofilik (polar), mirip seperti air dan etanol.
Asam asetat memiliki konstanta dielektrik yang sedang yaitu 6,2 , sehingga ia bisa melarutkan
baik senyawa polar seperti garam anorganik dan gula senyawa non polar seperti minyak dan
unsur-unsur seperti sulphur dan iodine. Asam asetat bercampur dengan mudah dengan pelarut
polar atau non polar dan kemudahan bercampur dari asam asetat ini membuatnya digunakan
secara luas dalam industry kimia.

Sifat Fisika
Rumus molekul : CH3COOH
Massa molar : 60,05 g/mol
Penampilan : Cair
Titik lebur : 16,5oC (289,6 K) (61.6 oF)
Titik didih : 118,1 oC (391,2 K) (244,5 oF)
Kelarutan dalam air : 1110 g/l (20oC)
Keasaman (pKa) : 4,26
Penampilan : jelas, solusi tidak berwarna
Bau : berbau

C. Natrium Hidroksida (NaOH)


Natrium hidroksida (NaOH) , juga dikenal sebagai kaustik atau sodium hidroksida, adalah
jenis basa logam kaustik. Natrium hidroksida terbentuk dari oksida basa natrium dilarutkan
dalam air. Natrium hidroksida membentuk larutan alkalin yang kuat ketika dilarutkan dalam
air. Ia digunakan di berbagai macam bidang industry, kebanyakan digunakan sebagai basa
dalam proses produksi bubur kayu dan kertas, tekstil , air minum, sabun dan deterjen. Natrium
hidroksida adalah basa yang paling umum digunakan dalam laboratorium kimia.
Sifat kimia
Natrium hidroksida murni berbentuk putih padat dan tersedia dalam bentuk pellet,
serpihan , butiran ataupun larutan jenuh 50%. Ia bersifat lembap cair dan secara spontan
menyerap karbon dioksida dari udara bebas. Ia sangat larut dalam air dan akan melepaskan
panas ketika dilarutkan. Ia juga larut dalam etanol dan methanol, walaupun kelarutan NaOH
dalam kedua cairan ini lebih kecil dari pada kelarutan KOH.

Sifat –sifat Fisik


Rumus molekul : NaOH
Massa molar : 39,99711 g/mol mol
Penampilan : putih solid, hidroskopis
Kepadatan : 2,13 g/cm3
Titik lebur : 318oC , 591 K, 604 oF
Titik didih : 1388oC, 1661 K, 2530oF
Kelarutan dalam air : 1110 g/l (20oC)
BAB III
DATA PENGAMATAN

3.1 Data pengamatan nilai pH


Table 3.1 Pengaruh kosentrasi terhadap nilai pH larutan H2SO4 pada kosentrasi 0,2M
Pengujia Kosentrasi 0,2 M
n Kertas pH pH meter
o
pH TC pH ToC
1 1 29 1,05 28,6
2 1 29 1,07 28,8
3 1 29 1,02 28,7
Rata-rata 1 29 1,04 28,7

Table 3.2 Pengaruh kosentrasi terhadap nilai pH larutan H2SO4 pada kosentrasi 0,3M
Pengujia Kosentrasi 0,3 M
n Kertas pH pH meter
o
pH TC pH ToC
1 1 29 0,93 29,1
2 0 29 0,92 29,2
3 0 29 0,91 29,1
Rata-rata 0,33 29 0,92 29,1

Table 3.3 Pengaruh kosentrasi terhadap nilai pH larutan H2SO4 pada kosentrasi 0,4M
Pengujia Kosentrasi 0,4 M
n Kertas pH pH meter
o
pH TC pH ToC
1 0 30 0,83 29,5
2 0 30 0,81 29,6
3 0 30 0,80 29,4
Rata-rata 0 30 0,81 29,5

3.2 Data pengamatan Larutan Buffer


Larutan Buffer Kertas pH pH Meter
o
pH TC pH ToF
pH 4 4 29 4,25 29,2
pH 7 7 29 7,00 28,8
Rata-rata 5,5 29 5,62 29
BAB IV
PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN

4.1 Pembahasan
pH adalah derajat keasaman yang digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman atau
kebasaan yang dimiliki oleh suatu larutan. Ia didefenisikan sebagai logaritma aktifitas ion
hydrogen [H+] yang terlarut. Koefisen aktifitas ion hydrogen tidak dapat diukur secara
eksperimental, sehingga di dasarkan pada perhitungan teoritis skala pH bukanlah skala
absolute, ia bersifat relative terhadap sekumpulan larutan standard yang pH nya ditentukan
berdasarkan persetujuan internasional.
Dalam percobaan ini, metode yang dilakukan untuk penentuan sifat asam suatu larutan
yaitu dengan menggunakan kertas pH dan pH meter (elektroda). Larutan yang digunakan
pada percobaan ini adalah H2SO4 dengan kosentrasi 0,2M , 0,3M dan 0,4M. Mula-mula
larutan diencerkan kemudian hitung nilai pHnya sesuai dengan kosentrasi masing-masing.
Sebelum dilakukannya pengukuran pH terhadap sampel, dilakukannya pengkalibrasian
larutan buffer dengan pH 4 dan pH 7.

kurva liniearitas antara pH teoritis


dengan pH terukur
8
7 y = 0.9167x + 0.5833
6 R² = 1
pH terukur

5
4
3
2
1
0
0 2 4 6 8
pH teoritis

Gambar 4.1 : Grafik kurva linearitas antar pH teoritis dengan pH terukur

Dari gambar grafik 4.1 diatas terlihat jelas bahwa hubungan pH teoritis dengan pH
terukur berbanding lurus dengan nilai R2 yaitu 1, hal ini menunjukkan bahwa alat tersebut
bekerja sesuai dengan standard.
Setelah dilakukan pengkalibrasian buffer, dilakukannya pengukuran pH terhadap sampel,
dan hasil yang di dapat seperti pada gambar 4.2 dan 4.3 :

kosentrasi terhadap nilai kertas pH


1.2

0.8
pH

0.6

0.4

0.2

0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5
kosentrasi M

Gambar 4.2 : Grafik kosentrasi terhadap nilai kertas pH

kosentrasi terhadap nilai pH meter


1.2

0.8
pH

0.6

0.4

0.2

0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5
kosentrasi

Gambar 4.3 : Grafik kosentrasi terhadap nilai pH meter

Dari kedua grafik tersebut dapat dijelaskan bahwa semakin kecil nilai kosentrasi maka
nilai pH yang di dapat semakin rendah. Pengukuran menggunakan kertas pH dan pH meter
elektroda tidak jauh berbeda , namun pengukuran dengan menggunakan pH meter elektroda
jauh lebih akurat disbanding dengan kertas pH , karena pH meter elektroda bersifat sensitive.
Pada pembahasan ini, diambil satu sampel dari kelompok 5B dengan tujuan sebagai
perbandingan hasil. Berikut kurva kalibrasi larutan buffer yang menunjukkan nilai pH
teroritis dan pH terukur.
Kalibrasi Larutan Buffer
12

10 y = 0.9833x + 0.0867
R² = 0.9999
8
pH Terukur

0
0 2 4 6 8 10 12
pH Teoritis

Gambar 4.4 : kurva linearitas antara pH teoritis vs pH terukur

Dari gambar kurva tersebut terlihat jelas bahwa ± 99% pH teoritis berbanding lurus
dengan pH terukur. dan ini juga membuktikan bahwa alat yang digunakan bekerja dengan
baik.

Kosentrasi H₂SO₄ terhadap pH meter


1.2

0.8
pH

0.6

0.4

0.2

0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7
kosentrasi

Gambar 4.5 : kurva larutan H₂SO₄ terhadap pH meter

Dari gambar kurva tersebut dapat dijelaskan bahwa semakin kecil kosentrasi H₂SO₄
maka semakin kecil pula nilai pH yang terukur.
Kosentrasi NaOh terhadap pH meter
12.15

12.1

12.05
pH

12

11.95

11.9

11.85
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7
kosentrasi

Gambar 4.6 : kurva kosentrasi NaOH terhadap pH meter

Dari gambar kurva tersebut terlihat jelas bahwa semakin kecil nilai kosentrasi NaOH
Maka semakin besar pula nilai pH yang terukur.

4.2 Kesimpulan
Dari pembahasan tersebut dapat ditari kesimpulan bahwa :
 Pada larutan asam , semakin kecil nilai kosentrasi maka semakin kecil pula nilai pH
yang terukur.
 Pada larutan basa, semakin kecil kosentrasi maka semakin besar pula nilai pH yang
terukur.
 Factor yang mempengaruhi nilai pH adalah kosentrasi dan temperature.

DAFTAR PUSTAKA

 Instrumentasi pengukuran pH “sumber : Http://.google.com.


 Jobsheet “penuntun praktikum instrumentasi proses” Politeknik Negeri
Lhokseumawe.
 Vogel. Terjemahan. Setiono, dkk (1985). “ Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif
Makro dan Semi Makro” edisi ke-5. PT.kalman Media Pustaka:Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai