Anda di halaman 1dari 36

Kimia Analisis

II

ANALISIS
VOLUMETRI

Lale Budi Hutami Rahayu, M.Si


Analisi Volumetri
 Analisis volumetri adalah analisis kuantitatif yang pada umumnya dilakukan
untuk mengukur banyaknya volume larutan standar yang bereaksi secara
kuantitatif dengan zat yang akan ditentukan tersebut.
 Umumnya larutan standar dimasukkan ke dalam buret kemudian
ditambahkan perlahan – lahan ke dalam larutan yang akan ditentukan
(analit).
 Titrasi adalah proses penambahan larutan standar ke dalam larutan yang
akan ditentukan sampai terjadi reaksi sempurna dan saat dimana reaksi
sempurna tercapai disebut titik ekuivalen atau titik akhir titrasi (TAT)
 Titikn ekuivalen ini dapat diketahui karena terjadinya suatu perubahan
dalam larutan yang dapat disebabkan oleh larutan standarnya sendiri
maupun pengaruh oleh larutan indicator yang ditambahkan.
Macam-macam analisis Volumetri

1) Gasometri
1. Gasometri adalah volumetri gas dan yang diukur (kuantitatif) adalah volume gas yang
direaksikan atau hasil reaksinya.
2) Titrimetri
2. Titrimetri atau titrasi adalah pengukuran volume dalam larutan yang diperlukan untuk
bereaksi sempurna dengan sejumlah berat zat yang akan ditentukan. Dalam setiap metode
titrimetri selalu terjadi reaksi kimia antara komponen analit dengan zat pendeteksi yang disebut
titran.
3) Alkalimetri
3. Alkalimetri adalah metode yang digunakan untuk menentukan kadar suatu zat yang
bersifat asam dengan menggunakan larutan standar yang bersifat basa.
4) Acidimetri
4. Acidimetri adalah metode yang digunakan untuk menentukan kadar suatu zat yang bersifat
basa dengan menggunakan larutan standar yang bersifat asam.
Macam-macam analisis Volumetri

5) Permanganometri
Permanganometri adalah metode yang digunakan untuk menentukan kadar suatu zat yang
bersifat reduktor dengan menggunakan larutan standar KMnO4 yang bersifat oksidator. Pada
titrasi permanganometri terjadi reaksi redoks. Titrasi permanganometri tidak menggunakan
indikator karena KMnO4 sudah berfungsi sebagai auto indikator.
6) Iodometri
Iodometri adalah metode yang digunakan untuk menentukan kadar suatu zat yang bersifat
reduktor dengan menggunakan larutan standar I2 yang bersifat oksidator. Penambahan amylum
dilakukan menjelang TAT. Bila amylum ditambahkan lebih dahulu akan mengganggu
jalannya pengamatan pada TAT sebab I2 dapat mengikat amylum sehingga iod amylum
sukar dipisah.
7) Iodimetri
Iodometri adalah menentukan kadar suatu zat yang bersifat oksidator (I2) dengan menggunakan
larutan standar yang bersifat reduktor.
Klasifikasi Analisa Titrimetri atau Volumetri
Penggolongan analisis titrimetri ini, berdasarkan
1) Reaksi kimia asam basa :
Jika larutan bakunya adalah larutan basa, maka zat yang akan ditentukan haruslah bersifat asam dan
sebaliknya.

2) Reaksi oksidasi-reduksi (redoks)


Yang terjadi adalah reaksi antara senyawa ion yang bersifat sebagai oksidator dengan senyawa ion yang
bersifat sebagai reduktor dan sebaliknya. Berdasarkan larutan bakunya, titrasi dibagi atas :
a. Oksidimetri adalah metode titrasi redoks yang dimana larutan baku yang digunakan bersifat sebagai
oksidator.
b. Reduksimetri adalah titrasi redoks dimana larutan baku yang digunakan bersifat sebagai reduktor.

3) Reaksi Pengendapan (presipitasi)


Reaksi Pengendapan adalah reaksi penggabungan ion yang menghasilkan endapan/senyawa yang praktis
tidak terionisasi.

4) Reaksi kompleksometri
Titrasi kompleksometri digunakan untuk menetapkan kadar ion-ion alkali dan alkali tanah/ion-ion logam.
Larutan bakunya : EDTA.
Syarat-Syarat Titrasi

Reaksi harus berlangsung cepat


a.

Reaksi harus stoikiometri, yaitu diketahui dengan


pasti reaktan dan produk serta perbandingan mol /
b. koefisien reaksinya

Terdapat zat yang dapat digunakan untuk


c. mengetahui saat titrasi harus dihentikan (titik
akhir titrasi) yang disebut zat indikator.
Larutan Standar
Larutan standar adalah larutan yang konsentrasinya telah diketahui.
Konsentrasi dapat dinyatakan dalam molar (mol/L) atau normal (gram
ekuivalen/L).Larutan dibagi menjadi dua yaitu :
a. Larutan standar primer merupakan larutan yang telah diketahui
konsentrasinya (molaritas atau normalitas) secara pasti melalui pembuatan
langsung. Larutan standar primer berfungsi untuk menstandarisasi/
membakukan atau untuk memastikan konsentrasi larutan tertentu, yaitu
larutan yang konsentrasinya belum diketahui secara pasti (larutan standar
sekunder).

b. Larutan standar Sekunder merupakan Larutan standar sekunder (titran)


biasanya ditempatkan pada buret yang kemudian ditambahkan ke dalam larutan
zat yang telah diketahui konsentrasinya secara pasti (standar primer).
Syarat-syarat larutan standar primer
a. Harus mudah didapat dan dalam keadaan murni.
b. Tidak higroskopis, tidak ter oksidasi, tidak menyerap udara dan selama
c. penyimpanan tidak boleh berubah (stabil).
d. Mengandung kotoran (zat lain) tidak melebihi 0,01%.
e. Harus mempunyai berat ekivalen yang tinggi.
f. Mudah larut dalam pelarut yang sesuai.
g. Reaksinya stoikiometri dan berlangsung terus menerus.
Larutan standar primer:
a) Bahan kimia untuk mentitrasi basa: Kalium hidrogen phtalat [KHC 8H4O4] disingkat KHP, asam
sulfamat [HSO3NH2], kalium hidrogen iodat [KH(IO3)2]
b) Bahan kimia untuk mentitrasi asam: Natrium karbonat [Na 2CO3], tris hidroksimetil aminometana
[(CH2OH)3CNH2] disingkat THAM
c) Reaksi redoks : K2Cr2O7, KBrO3, KIO3, As oksalat, As2O3, I2, As2O3, Na2C2O4, KH(IO3)2.
d) Titrasi pegendapan : NaCl, KCl dan KBr, AgNO3.
e) Reaksi Pembentukan kompleks : Zn, Mg, Cu, Na2EDTA, NaCl, AgNO3, NaCl, KCl
PEMBAKUAN LARUTAN BAKU SEKUNDER PADA TITRASI
ASAM-BASA
Misalnya:
1. Jika titran yang digunakan adalah NaOH maka dibakukan dengan asam
oksalat (H2C2O4)
2. Jika titran yang digunakan adalah HCl maka dibakukan dengan Natrium
Karbonat
Istilah-istilah dalam titrasi
Larutan baku Larutan yang telah diketahui konsentrasinya secara teliti dalam normalitas
(Standar) (N) atau molaritas (M)

Larutan Baku Primer Larutan yang telah diketahui konsentrasinya melalui metode gravimetri

Larutan Baku Larutan yang konsentrasinya ditentukan dengan jalan pembakuan


Sekunder menggunakan baku primer melalui titrimetri

Larutan Titran Larutan baku sekunder yang ada dalam buret

Larutan Titrat Larutan baku primer yang biasanya ada dalam erlenmeyer

Indikator Zat yang ditambahkan ke dalam Erlenmeyer untuk menandai titik akhir titrasi
dengan adanya perubahan warna.
Jika di dalam biuret berisi larutan
asam, di Erlenmeyer harus berisi
larutan basa, dan sebaliknya
Perihitngan:
V sampel x N sampel = V baku x N baku
a . Ma . Va = b . Mb . Vb Biuret berisi
a . gram/Mra = b . gram/Mrb larutan standar

Ket:
a: valensi asam Keran
b: valensi basa

Erlenmeyer berisi
Perubahan warna sampel yang ingin
menandakan sudah diketahui
mencapai titik akhir konsentrasinya
titrasi
Pengertian Berat Ekivalen
Ek asam-basa: berat asam atau basa dalam gram yang dibutuhkan untuk melepaskan satu mol
H+ atau OH-
Ek oksidator reduktor: berat oksidator atau reduktor yang dibutuhkan untuk menangkap 1
mol elektron dalam peritiwa redoks

Mol dan ekivalen merupakan suatu berat zat terlarut dalam suatu lautan yang dinyatakan
dalam molaritas (M) dan Normalitas (N).

Molaritas (M) = jumlah mol zat terlarut dalam satu liter larutan
Normalitas (N) = jumlah ekivalen zat terlarut perliter larutan
Hitung berat ekivalen SO3 (Mr=80) sebagai asam dalam sistem larutan air!!
SO3 + H2O  H2SO4
Ionisasi H2SO4 sebagai asam kuat:
H2SO4  SO42- + 2H+
1 mol = 2 ekivalen Massa = mol x Mr
½ mol = 1 ekivalen

Berat 1 ekivalen SO3 adalah ½ mol x MrSO3


Ek SO3 = ½ x 80 = 40 gram
Prinsip Titrasi Asam Basa
Titrasi asam basa melibatkan reaksi antara asam dengan basa, sehingga
akan terjadi perubahan pH larutan yang dititrasi. Secara percobaan,
perubahan pH dapat diikuti dengan mengukur pH larutan yang dititrasi
dengan elektrode pada pH meter. Reaksi antara asam dan basa,
dapat berupa asam kuat atau lemah dengan basa kuat atau lemah
Menghitung pH Selama Titrasi
Titrasi Asam Basa
Reaksi ini memiliki titik akhir titrasi yang perubahan warna nya cukup
tajam dan mudah untuk diamati secara visual. Oleh karena itu,
penambahan indikator sangat diperlukan dalam setiap proses titrasi.
Indikator memiliki warna berbeda pada lingkungan pH yang berbeda,
oleh sebab itu, indikator membantu perubahan warna pada saat titik
akhir titrasi berlangsung. Selama proses titrasi berlangsung pH
larutan sedikit demi sedikit berubah secara signifikan sampai mencapai
titik akhir titrasi
Kurva Titrasi Asam Basa
Kurva titrasi dibuat untuk mengetahui perubahan pH larutan terhadap volume
penitrasi. Pada kurva titrasi inilah dapat dengan mudah mengamati perkembangan
perubahan pH pada larutan sebelum tercapainya titik ekivalen dan adanya perubahan
warna pada larutan saat penambahan sedikit demi sedikit volume penitrasi. Untuk
titrasi asam lemah perubahan pH pada titik ekivalen kurang nyata dibandingkan
dengan titrasi asam kuat. Perubahan pH pada larutan terkait dengan perubahan
warna pada indikator dan penentuan titik akhir titrasi. Pemilihan indikator yang
tepat akan menghasilkan tingkat ketajaman warna yang baik pula. Pemilihan
indikator menjadi faktor penting dalam memperoleh data kuantitatif analit dengan
tingkat validitas yang tinggi.
Ada 4 titrasi asam-basa
1. Titrasi asam kuat (analit) dan basa kuat (titran)
2. Titrasi basa kuat (analit) dan asam kuat (titran)
3. Titrasi asam lemah (analit) dan basa kuat (titran)
4. Titrasi basa lemah (analit) dan asam kuat (titran)
pH selama titrasi
Selama proses titrasi penghitungan pH merupakan upaya yang penting
untuk merealisasikan pemilihan indikator. pH yang sebelumnya telah
diketahui di bandingkan dengan volume penitrasi yang akan digunakan
untuk membentuk kurva titrasi.

Urutan langkah ini yaitu:


 Menghitung pH larutan awal (asam,basa atau garam)
 Menghitung pH larutan selama titrasi sampai sebelum titik ekivalen tercapai
 Menghitung pH pada saat titik ekivalen
 Menghitung pH setelah tercapai titik ekivalen
Titrasi Asam Kuat – Basa Kuat
Asam kuat dan basa kuat di dalam air terjadi peruraian sempurna, sehingga pH larutan dapat
dihitung langsung dari jumlah stoikiometri asam basa yang bereaksi. Pada keadaan tersebut, reaksi
antara asam kuat dan basa kuat dapat ditentukan nilai pHnya. pH air murni berkisar pada
suhu 25oC. Indikator asam basa yang sering digunakan untuk percobaan yaitu indikator Methyl
Orange (MM), Phenolphtalein (PP) dan Bromtimol Biru (BB) karena pada titik akhir titrasinya
perubahan warna dapat dengan mudah untuk di amati dengan mata secara langsung.
Contoh reaksi antara asam kuat dan basa kuat adalah titrasi asam klorida dengan natrium
hidroksida, reaksi yang terjadi yaitu:
HCl(aq) + NaOH(aq)  NaCl(aq) + H2O(aq)

Larutan HCl terionisasi sempurna di dalam air menjadi ion H ⁺ dan Cl ⁻. larutan
NaOH juga terionisasi sempurna di dalam air menjadi Na ⁺ dan OH ⁻
Jadi reaksi ion antara asam kuat dengan basa kuat yaitu:

H+ (aq) + OH-(aq)  H2O(aq)


(hidrogen) (hidroksida) (air)

Dari reaksi tersebut dapat diartikan menjadi ion hidrogen (H⁺)


bereaksi dengan ion hidroksida (OH⁻) membentuk air (H₂O) jadi
dapat diartikan bahwa larutan tersebut dalam kondisi netral dengan
pH 7 pada saat titik ekivalen terjadi.
Perhitungan pH untuk titrasi asam kuat (analit) dan basa kuat (titran)
pH mula-mula:
pH = -log [H+] , pH < 7

pH sebelum titik Ekivalen:


[H+] = (mol asam kuat – mol basa kuat)/volume total

pH titik ekivalen
[H+] = (mol asam kuat)/volume total atau
[OH-] = (mol masa kuat)/volume total

pH setelah titik ekivalen:


[OH-] = (mol basa kuat – mol asam kuat)/volume total
Contoh titrasi asam kuat dan basa kuat
Bentuk kurva titrasi hasil reaksi antara asam kuat HCl 0,1M sebnayak 40 mL dengan basa kuat
NaOH ditentukan oleh nilai pH dalam berbagai nilai penambahan volumen NaOH yang meliputi
sebelum penambahan NaOH, keadaan belum mencapai titik ekivalen, keadaan saat mencapai titik
ekivalen dan keadaan kelebihan basa.

pH mula-mula (sebelum penambahan basa) artinya volume NaOH 0 mL


[H+] = 0,1 = 10-1
pH = -log [H+] = -log 10-1 = 1

pH sebelum titik Ekivalen: pada penambahan 10 mL NaOH 0,1M


[H+] = (mol asam kuat – mol basa kuat)/volume total
Mol HCl= M x V
pH = -log 6 x10-2
= 0,1M x 40 mL = 4 mmol
= 2 - log 6
Mol NaOH = 0,1M x 10 mL = 1 mmol = 2 – 0,778
[H+] = (4 – 1) / (40 +10) pH = 1,22
= 3 / 50 = 0,06
= 6 x10-2
Contoh titrasi asam kuat dan basa kuat
pH pada titik ekivalen artinya volume NaOH 40 mL
Pada kondisi ini pH adalah 7

pH setelah titik Ekivalen: pada penambahan 45 mL NaOH 0,1M


[OH-] = (mol basa kuat – mol asam kuat)/volume total
Mol HCl= M x V
= 0,1M x 40 mL = 4 mmol
Mol NaOH = 0,1M x 45 mL = 4,5 mmol
[OH-] = (4,5 – 4) / (45 +40)
= 0,5 / 85 = 0,0059
pOH = - log [OH-] = - log 0,0059 = 2,23
pH = 14 – pOH
= 14 – 2,23
= 11,77
Tabel perbandingan volume NaOH yang ditambahkan ke dalam HCl
dengan pH larutan yang diperoleh selama titrasi

Volume NaOH pH
0,0 1,00
10,0 1,22
20,0 1,48
30,0 1,85
35,0 2,18
39,0 2,90
39,7 3,38
40,0 7,00
40,7 10,62
41,0 11,09
42,0 11,39
Kurva Titrasi
12
10
8
pH 6
4
2
0
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45
Volume NaOH yang ditambahkan
Titrasi Asam Lemah (analit) dengan basa kuat (titran)
pH mula-mula: ditentukan dari konsentrasi asam lemah
[H+] = √Ka x konsentrasi asam lemah
pH = -log [H+] , pH < 7

pH sebelum titik Ekivalen: mol asam lemah > mol basa kuat,
buffer asam

[H+] = Ka x , pH < 7 pH setelah titik ekivalen:


Mol asam lemah < mol basa kuat,
pH titik ekivalen pH > 7
mol asam lemah = mol basa kuat; pH > 7
hidrolisa dari asam lemah-basa kuat
[OH-] = √
Titrasi Asam Lemah (analit) dengan basa kuat (titran)
Contoh dari asam lemah yaitu asam asetat, CH₃COOH yang akan dititrasi dengan basa
kuat yaitu NaOH. Reaksi yang terjadi :
CH₃COOH(aq) + NaOH(aq)  CH3COONa(aq) + H2O(l)
CH3COOH(aq)  H+(aq) + CH3COO-(aq) pKa = 4,76

Dilakukan titrasi antara 40 mL larutan CH₃COOH 0,1 M (Ka=1,75 x 10-5) dengan


larutan NaOH 0,1 M. Sebelum dilakukannya titrasi, di dalam erlenmeyer hanya
terdapat asam asetat. Asam asetat termasuk dalam asam lemah maka tidak dapat
terionisasi dengan sempurna. Karena konsentrasi ion H ⁺ tidak sama dengan
konsentrasi asam lemah, maka harus dilakukan perhitungan dari besarnya tetapan
kesetimbangan asam (Ka) dari asam asetat. Hasil perhitungan menunjukkan 40 mL
CH₃COOH 0,1 M memiliki pH berkisar 2,88
pH mula-mula: (sebelum penambahan NaOH) Saat titrasi berlangsung penambahan
[H+] = √Ka x konsentrasi asam lemah larutan NaOH sedikit demi sedikit ke
= √ 1,75 x 10-5 x 0,1 = √1,75 x 10-6 dalam larutan CH₃COOH akan
= 1,32 x 10-3 membentukCH₃COONa sebagai hasil
pH = -log [H+] reaksi. Dalam erlenmeyer terdapat
CH₃COOH yang belum bereaksi dengan
= - log 1,32 x10-3
CH₃COONa, sehingga akan
= 3 – log 1,32 terbentuk sistem buffer. Dalam kondisi
= 2,879 ini pH sedikit demi sedikit akan
pH sebelum titik Ekivalen: penambahan10 mL mengalami kenaikan sebagai fungsi dari
NaOH 0,1 M perubahan perbandingan [CH₃COO⁻]
[H+] = Ka x , dengan [CH₃COOH]. Penambahan 10
mL larutan NaOH 0,1 M pada analit
CH₃COOH dapat menaikkan pH yang
[H+] = 1,75 x 10-5 x
awalnya 2,88 menjadi 4,16.
= 7 x 10-5
pH = log 7 x 10-5
pH = 4,155
Pada titik tengah titrasi, setengah dari jumlah total mol NaOH maupun CH ₃COOH mengalami
reaksi yang menyebabkan konsentrasi CH₃COO⁻ akan seimbang dengan konsentrasi CH ₃COOH
dengan pH sesuai dengan pKa yaitu 4,76. Pada saat titik ekuivalen berlangsung , CH ₃COOH telah
habis bereaksi sehingga didalam erlenmeyer hanya terdapat CH ₃COONa saja. Larutan
CH₃COONa adalah garam yang terbentuk dari reaksi antara basa kuat dengan asam lemah,
sehingga didalam air dapat terhidrolisis sebagian.Sesuai dengan reaksi :
CH3COONa(aq)  Na+(aq) + CH3COO-(aq)
CH3COO-(aq) + H2O(aq)  CH3COOH(aq) + OH-(aq)

Adanya ion OH⁻ sebagai akibat terjadinya hidrolisis parsial dari CH₃COON a yang
menyebabkan pH larutan mengalami kenaikan dan bersifat basa. Dengan demikian perhitungan
pH larutan ditentukan oleh konsentrasi CH₃COONa, tetapan Ka dan
tetapan kesetimbangan air. Jadi pada saat titik ekuivalen berlangsung pH larutan berkisar 8,73.
Nilai pH tersebut berada pada trayek pH indikator fenolftalein. Maka indikator yang tepat dan
sesuai pada titrasi ini yaitu indikator fenolftalein(PP).
pH selama titrasi 40 mL CH3COOH 0,1M dengan NaOH 0,1 M

Volume NaOH pH
0 2,88
10 4,28
20 4,76
30 5,23
35 5,6
39 6,35
39,7 6,88
40 8,73
40,7 10,62
41 11,09
42 11,39
Kurva Titrasi asam lemah-basa kuat
12

10

pH 6

0
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45
mL NaOH yang ditambahkan

Anda mungkin juga menyukai