Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN TERBAIK

PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK

JUDUL PERCOBAAN:

ASIDI - ALKALIMETRI

Disusun Oleh:

M. Rifandy Aldiansyah (24030117140022)

Lina Apriliana (24030117120003)

Amanda Jasintha (24030117120021)

Nur Baity R. (24030117120009)

Nurani Putri Insani (24030117140017)

Ela Uswatun (24030117120010)

Hasna Ulfa Nurfadila (24030117140013)

Nur Azizah (24030117120028)

LABORATORIUM KIMIA ANALITIK

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA

UNIVERSITAS DIPONEGORO

2018
ABSTRAK

Telah dilakukan percobaan yang berjudul “Asidi-Alkalimetri” yang


bertujuan untuk membuat larutan standar HCl dari HCl pekat dengan larutan
standar NaOH serta pengenceran larutan dan menerapkan larutan standar dalam
analisis kuantitatif, melakukan prosedur standardisasi larutan-larutan standard
sekunder sebelum dianalisis, menentukan kadar natrium karbonat dalam sampel-
sampel produk pangan, menentukan kadar asam asetat dalam sampel asam asetat
glasial maupun sampel cuka perdagangan, menentukan komposisi produk pangan
atau sampel buatan yang mengandung campuran karbonat dan natrium hidroksida,
dan dapat menentukan pilihan indikator dalam analisis campuran. Prinsip yang
digunakan adalah reaksi netralisasi asam-basa dan standardisasi larutan-larutan
standard sekunder, reaksi pembentukan garam dari asam dan basa ( netralisasi ).
Metode dalam percobaan ini adalah titrasi asidi-alkalimetri yang menggunakan
indikator phenolphtalien (pp) dan Metil Orange (MO) dengan range pH yang
disesuaikan dengan larutan yang akan dinetralkan. Titrasi adalah salah satu
analisis kuantitatif yang didasarkan pada pengukuran volume dari larutan yang
telah diketahui konsentrasinya secara pasti ( larutan standart ). Hasil yang didapat
yaitu standardisasi HCl dengan borax menghasilkan nilai konsentrasi HCl sebesar
0,1036 N, standardisasi NaOH dengan HCl.Nx menghasilkan konsentrasi NaOH
sebesar 0,0857 N, standardisasi NaOH dengan H2C2O4 menghasilkan konsentrasi
NaOH sebesar 0,059 N. Sedangkan untuk massa Na2CO3 dalam soda sebesar
1070,6 mg dengan kemurnian Na2CO3 sebesar 29,7 %.

Kata Kunci : Netralisasi,Larutan Standar,Standarisasi


PERCOBAAN III

ASIDIMETRI - ALKALIMETRI

I. TUJUAN PERCOBAAN
I.1. Mahasiswa dapat membuat larutan standar HCl dari HCl pekat dan larutan
standar NaOH serta pengenceran larutan dan menerapkan larutan standar
dalam analisis kuantitatif
I.2. Mahasiswa dapat melakukan prosedur standarisasi larutan-larutan standar
skunder sebelum analisis
I.3. Menentukan kadar natrium karbonat dalam sampel-sampel produk pangan
I.4. Menentukan kadar asam asetat dalam sampel asam asetat glasial maupun
sampel cuka perdagangan
I.5. Menentukan komposisi produk pangan atau sampel buatan yang
mengandung campuran karbonat dalam natrium hidroksida
I.6. Dapat menentukan pilihan indikator dalam analisis campuran

II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Asidimetri- Alkalimetri

Titrasi asam basa sering disebut asidimetri-alkalimetri. Asidimetri dan


alkalimetri sebaiknya diartikan secara umum saja, yakni titrasi yang
menyangkut reaksi-reaksi asam dengan basa. Secara tersirat diartikan di
atas, bahwa asidimetri-alkalimetri menyangkut reaksi dengan asam dan
atau dengan basa. Diantaranya :

1. asam kuat – basa kuat


2. asam lemah – basa kuat
3. asam kuat – basa lemah
4. asam kuat – garam dan asam lemah
5. basa kuat – garam dan basa lemah
dalam titrasi asidi alkalimetri, perubahan terpenting yang mendasari
penentuan titik akhir dan cara perhitungan ialah perubahan pH titrat

1. Asam dengan basa (reaksi penetralan), agar kuantitatif maka asam dan
atau basa yang bersangkutan harus kuat.
2. Asam dengan garam (reksi pembentukan asam lemah), agar kuantitatif,
asam harus kuat dan garam itu harus terbentuk dari asam lemah sekali.
3. Basa dengan garam, agar kuantitatif basa harus kuat dan garam harus
terbentuk dari basa lemah sekali, jadi berdasar pembentukan basa
lemah tersebut.
(Harjadi, 1993)

2.2 Larutan Standar


Larutan standar adalah larutan yang konsentrasinya telah diketahui
secara teliti. Larutan standart disebut juga larutan baku. Larutan standart
ditambahkan melalui buret. Dalam titrasi sering digunakan larutan asam
karena lebih mudah diawetkan dari pada larutan basa. Dalam memilih larutan
asam sebagai larutan standart, faktor – faktor yang harus diperhatikan
adalah :

1. asam harus kuat terdissosiasi tinggi


2. asam tidak boleh mudah menguap
3. larutan asam harus stabil
4. garam dan asamnya harus kuat
5. asam bukan oksidator yang kuat untuk merusak senyawa organik.
( Underwood, 1998 )

2.3 Pengenceran
Proses pengenceran ialah mencampurkan larutan pekat ( konsentrasi
tinggi ) dengan cara menambah pelarut agar diperoleh volume akhir yang
lebih besar.

V1. N1 = V2. N2
Keterangan : V1 : volume awal

N1 : volume akhir

V2 : normalitas awal

N2 : normalitas akhir

Jika larutan dengan senyawa kimia yang pekat diencerkan, kadang –


kadang sejumlah panas dilepaskan. Hal ini terutama terjadi pada asam sulfat.
Panas ini dapat dihilangkan dengan aman, asam sulfat harus dimusnahkan
dulu dalam air dan tidak boleh sebaliknya.

( Rivai, 1995 )

2.4 Titik akhir titrasi dan titik akhir ekivalen titrasi

a.Titik akhir titrasi


Titik pada saat indikator berubah warna. Perubahan warna akan terjadi
apabila zat yang dititrasi sudah mencapai PH yang sesuai atau tertentu.
b.Titik akhir ekivalen titrasi

Titik pada saat terjadi reaksi sempurna atau titik pada saat ditambahkan
kuantitas asam atau basa yang ekivalen.
(Daintith, 1994)

2.5 Titrasi

Analisis volumetri adalah salah satu analisis kuantitatif yang


didasarkan pada pengukuran volume dari larutan yang telah diketahui
konsentrasinya secara pasti (larutan standart). Salah satu larutan yang
mengandung pereaksi ditempatkan pada erlenmeyer (titrat). Dalam proses
ini, perlahan-lahan titran ditambahkan ke dalam larutan sampai titran dan
titrat bereaksi secara sempurna secara stoikiometri. Titrasi harus
diberhentikan bila dekat dengan titik ekuivalen yang disebut titik akhir
titrasi yang ditandai dengan perubahan warna indikator.

(Rivai, 1995 )

2.6 Syarat Titrasi

Dalam melakukan titrasi diperlukan beberapa persyaratan yang


harus diperhatikan, antara lain :

1. Reaksi harus berlangsung sempurna, secara stoikiometri dan tidak


terjadi reaksi samping.
2. Reaksi harus berlangsung cepat dan reversibel.
Bila tidak cepat, titarsi akan memakan waktu terlalu banyak apalagi
menjelang titik akhir reaksi. Bila reaksi tidak reversibel, penentuan
akhir titrasi tidak tegas.
3. Reaksi harus kuantitatif
4. Harus ada penunjuk akhir reaksi (indikator), baik langsung atau tidak
langsung
Penunjuk itu dapat : Timbul dari reaksi titrasi itu sendiri, misalnya
titrasi campuran asam oksalat + asam sulfat oleh KMnO4 dimana
selama titrasi belum selesai titrat tidak berwarna, tetapi setelah akhir
titrasi tercapai, larutan menjadi berwarna karena kelebihan setetes saja
dari titran menyebabakan warna menjadi jelas. Berasal dari luar. Dapat
berupa suatu zat atau suatu alat yang dimasukkan kedalam titrat. Zat
itu disebut indikator“menunjukan akhir titrasi, karena menyebabkan
perubahan warna titrat atau menimbulkan perubahan kekeruhan dalam
titrat (larutan jernih menjadi keruh atau sebaliknya)
5. Pada titik ekivalen, reaksi harus dapat diketahui titik akhirnya dengan
tajam (jelas perubahannya).
(Rivai, 1995)
2.7 Kurva Titrasi Asam Basa
Kurva titrasi dibuat dengan menghitung pH campuran reaksi pada
beberapa titik yang berbeda selama perubahan larutan basanya. Bentuk
kurva titrasi tergantung pada kekuatan asam dan basa yang direaksikan.

2.7.1 Titrasi Asam Kuat dengan Basa Kuat

Reaksi antara 25 ml HCl 0,1 M dengan NaOH 0,1 M, reaksi yang terjadi
sebagai berikut :

HCl(aq) + NaOH(aq) ---->NaCl(aq) + H2O(aq)

Kurva asam kuat dengan basa kuat dapat dilihat pada gambar diatas.
pH sebelum NaOH =1. Setelah penambahan 10 ml NaOH pH menjadi
1,37. Penambahan 25 ml NaOH pH = 7, karena terjadi titik ekuivalen yang
menyebabkan larutan garam NaCl bersifat netral. Penambahan 26 ml
NaOH berubah drastis menjadi 11,29. Garam NaCl yang terbentuk dari
asam kuat dan basa kuat yang merupakan elektrolit kuat tidak akan
terhidrolisis, karena larutannya bersifat netral (pH=7).

Contoh :
NaCl(aq) ----> Na+(aq) + Cl-(aq)

Na+(aq) + H2O(l) ---->

Cl- (aq) + H2O(l)---->

2.7.2 Titrasi Asam Kuat dengan Basa Lemah

Reaksi antara 25 ml HCl 0,1 M dengan NH3 0,1 M (Kb = 10-5).


Reaksinya sebagai berikut :

HCl(aq) + NH3(aq) ---->NH4Cl(aq)

Sebelum penambahan NH3, pH =1, setelah penambahan 10 ml NH 3,


pH =1,37, penambahan 25 ml NH3, pH=5,15 yang merupakan titik
ekuivalen. Penambahan 26 ml NH3, pH berubah sedikit, yaitu 6,1.
Penambahan sedikit basa maka pH garam hampir tidak
berubah, sehingga merupakan larutan penyangga. Titik ekuivalen terjadi
pada pH<7, > karena garam yang terbentuk mengalami hidrolisis sebagian
yang bersifat asam.

NH4Cl(aq) ---> NH4(aq) + Cl-

NH4+(aq) + H2O(l) ---> NH4OH(aq) + H+(aq)


Cl-(aq) + H2O(l) --->

2.7.3 Titrasi Asam Lemah dengan Basa Kuat

Reaksi antara 25 ml HC2H3O2 0,1 M (Ka= 1,74.10-5) dengan NaOH


0,1M.
Reaksi : HC2H3O2(aq) + NaOH(aq)  ---> C2H3O2Na(aq) + H2O(l)

Penambahan 10 ml NaOH pH berubah menjadi 4,58, penambahan 25 ml


terjadi titik ekuivalen. Pada pH = 8,72. Penambahan 26 ml NaOH pH
=10,29. Pada grafik diatas, penambahan sedikit basa, maka pH akan naik
sedikit, sehingga termasuk larutan penyangga. Titik ekuivalen diperoleh
pada pH >7. Hal itu disebabkan garam yang terbentuk mengalami
hidrolisis sebagian yang bersifat basa.

C2H3O2Na(aq) ---> CH3COO-(aq) + Na+(aq)

C2H3O2(aq) + H2O(l) ---> C2H3O2H(aq) + OH-(aq)

Na+(aq) + H2O(l) --->
2.7.4 Titrasi Asam Lemah dengan Basa Lemah

Contoh yang biasa untuk kurva titrasi asam lemah dan basa lemah
adalah asam etanoat danamonia

CH3COOH(aq) + NH3(aq) ---> CH3COONH4(aq)


Hal ini juga terjadi karena keduanya bersifat lemah - pada kasus tersebut,
titik ekivalen kira-kira terletak pada pH 7.

(Rivai, 1995)

2.8 Analisa Bahan

2.8.1 HCl

Sifat Kimia : Senyawa hidrogen dan khlorin, bersifat korosif, ,


dapat mengiritasi kulit, reaktif, dan merupakan
asam kuat.

Sifat Fisik : titik leleh -140C dan titik didih -850C

(Dai
ntih, 1994)
2.8.2 NaOH

Sifat Kimia : Kristal berwarna putih, menyerap air dan CO 2 dari


udara, larut dalam air, alkohol.

Sifat Fisik : titik didih 19390C dan titik leleh 3180C.

(Daintith,1994)

2.8.3 Na2CO3

Sifat Kimia : Digunakan untuk standar primer, agak higrokopis,


dapat dititrasi dengan indikator PP, merupakan soda
pembersih, larut dalam air.

Sifat Fisik : Berbentuk bubuk putih.

(Underwood,1998)

2.8.4 Boraks

Sifat Kimia : Natrium tetraborat dekahidrat, untuk pekerjaan yang


sangat teliti, kristalnya dikristal ulang, dua kali dari
larutan air kemudian dikeringkan dalam desikator
dengan dengan kelembaban relatif 70% atau diatas
larutan jenuh. Untuk titik akhir yang baik dapat di
pakai larutan asam borat di tambah NaCl sebagai
pembanding warna dengan volume, konsentrasi serta
jumlah indikator seperti yang di peroleh dalam
standarisasi.

Sifat Fisik : NaBaO7.10H2O BM=381,4 gram / mol ,

(Daintith,1994)
2.8.5 Indikator Metil orange

Sifat Kimia : (CH3)2 NC6 H$NN C6H4COOH, asam


paradimetilaminoazbenzena karbooksilat,
larutan 0,02% dalam etanol 60%,
digunakan sebagai indikator.

Sifat Fisik : pH 4,4 (Merah) hingga 6,0 (kuning), berwarna orange.

(Daintith,1994)

2.8.6 Indikator Phenolftalein

Sifat Kimia : Senyawa hablur putih, sukar larut dalam air, tetapi
dapat berinteraksi dengan air, larut dalam alkohol.

Sifat Fisik : Titik leleh :2610C, trayek pH:8,0-9,8, perubahan warna


dari tak berwarna menjadi merah.

(Daintith,1994)

2.8.7 Asam oksalat kristal

Sifat Kimia : Sangat stabil dalam keadaan atmosfer biasa, harus


dititrasi sebagai asam berbasa dua dengan
indikator Fenolftalein atau biru timol berdasar
reaksi :

2NaOH + (COOH)2 (COONa)2 + 2H2O

Sifat Fisik : (COOH)2.2H2O BM 126 gram / mol, densitas 1,90 g


cm-3 .

(Daintith, 1994)

2.8.8 NaHCO3
Sifat Kimia : Larut dalam air dan sedikit larut dalam etanol, serbuk
kuning pemadam api dikenal sebagai soda kue.

Sifat Fisik : Padatan kristal putih, 84.01 gram / mol , densitas 2.159
gram / ml .

(Daintith, 1994)

2.8.9 Aquades

Sifat Kimia : Senyawa dengan formula H2O, berbentuk cair, tidak


berwarna, tidak berbau, tidak berbasa, bersifat polar,
dan merupakan pelarut universal.

Sifat Fisik : Titik leleh 00C, titik didih 100oC, densitas 1 g/ml

(Daintith,1994)
III. METODE PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
1. Neraca listrik 6. Pipet ukur
2. Labu takar 250 ml 7. Gelas arloji
3. Buret 8. Gelas beker
4. Erlenmeyer 9. Gelas ukur
5. Pipet tetes
3.1.2 Bahan
1. Na2B4O7 6. Indikator metil orange
2. HCl pekat 7. Indikator PP
3. Kristal H2C2O4 8. Sampel soda
4. Akuades 9. CH3COOH
5. Na2CO3

3.2 Skema kerja


3.2.1 Standarisasi HCl dengan Boraks
0,5 g natrium tetraborat murni

Erlenmeyer

Penambahan 50 ml aquadest dibagi 2


menjadi 25 ml-25ml

Penambahan 2 tetes indikator M.O

Larutan berwarna Kuning

Erlenmeyer

Penitrasian dengan HCl


Pencatatan volume HCl
Pengulangan penitrasian hingga 3 x
Hasil
3.2.2 Standarisasi NaOH dengan H2C2O4
0,1 g H2C2O4
Erlenmeyer

Penambahan 50 ml aquadest
Penambahan 2 tetes PP

Larutan berwarna bening


Erlenmeyer

Penitrasian dengan NaOH


Pencatatan volume NaOH

Hasil

3.2.3 Menentukan Na2CO3 dalam soda


0,14 g Soda
Labu ukur 250 ml

Penambahan aquadest sampai tanda batas


Pengocokan hingga homogen

25 ml larutan Soda
Erlenmeyer

Penambahan 2 tetes M.O


Penitrasian dengan HCl 0,1 N
Pencatatan volume HCl 0,1 N

Hasil
3.2.4 Menentukan campuran NaOH + Na2CO3
25 ml larutan campuran
Erlenmeyer

Penambahan 2 tetes PP
Pengenceran dengan aquadest

Larutan berwarna merah muda


Erlenmeyer

Penitrasian dengan HCl


Pencatatan volume HCl

Larutan berwarna bening


Erlenmeyer

Penambahan 2 tetes M.O

Larutan berwarna orange


Erlenmeyer

Penitrasian dengan HCl


Pencatatan volume HCl

Hasil
3.2.5. Menentukan Asam Asetat Glasial

25 mL asam asetat glasial


Erlenmeyer

Penambahan indikator PP 2 tetes


Penitrasian sebanyak 2 kali dengan NaOH

Hasil
IV. DATA PENGAMATAN
No Perlakuan Hasil

1 Standarisasi HCl dengan Boraks Larutan setelah ditambah


(NaBaO7.10H2O) metil orange menjadi
berwarna orange setelah
- Natrium tetraborat murni dan larutkan dalam
dititrasi larutan berwarna
aquadest
orange kemerahan.
- Penambahan beberapa tetes indikator metil
merah (metil orange) V1 HCl = 13,5 ml
- Penitrasian dengan HCl
V2 HCl = 13,4 ml
- Perhitungan konsentrasi HCl dan berat garam
- Perhitungan volume titrasi V3 HCL = 12,1 ml

2 Standarisasi NaOH dengan H2C2O3 Larutan setelah ditambah


PP tetap bening setelah
- Natrium oksalat dilarutkan dalam aquadest
dititrasi berwarna merah
- Penambahan 2 tetes indicator PP
muda.
- Penitrasian dengan NaOH
- Perhitungan volume V1 NaOH = 15,1 ml

V2 NaOH = 15,5 ml

V3 NaOH = 14,8 ml

3 Menentukan Na2CO3 dalam soda Larutan setelah ditambah


metil orange menjadi
- 3,5 g soda, dilarukan dalam aquadest
berwarna orange setelah
- Penambahan 2 tetes metil orange
dititrasi menjadi orange
- Penitrasian dengan HCl 0,1 N
kemerahan.

V1 HCl = 2,1 ml

4 Menentukan campuran NaOH + Na2CO3 Larutan ditambah PP


- Penambahan 2 tetes indicator PP pada menjadi warna merah muda
campuran kemudian dititrasi sampai
- Penitrasian dengan HCl sampai PP hilang warna hilang. Lalu
- Penambahan indicator MO 2 tetes ditambah MO warna
- Penitrasian dengan HCl 0,1 N menjadi orange dititrasi
berubah menjadi warna
orange kemerahan

Ditambah PP

V HCl = 12,6 ml

Ditambah MO

V HCl = 2,1 ml

5 Menentukan Asam Asetat Glasial Larutan berwarna bening


- 25 ml asam asetat glasial + 2 tetes indicator PP Larutan berwarna merah
muda atau ungu pada saat
- Penitarisan dengan menggunakan NaOH titik akhir

- Pencatatan voume V NaOH = 32,5 ml


V. HIPOTESA
Percobaan asidi-alkalimetri ini bertujuan untuk menentukan konsentrasi
yang tepat dari larutan standar, menentukan jumlah Na 2CO3 dalam sampel,
menentukan jumlah campuran NaOH dan Na2CO3 dalam larutan dan untuk
menentukan indikator yang tepat. Pada percobaan ini metode yang digunakan
adalah metode titrasi. Prinsip yang dilakukan adalah standarisasi larutan-
larutan standar skunder dengan menggunakan beberapa indikator dan reaksi
asam basa. Penambahan PP memberi warna merah muda dengan basa. Titik
ekivalen dan titik akhir diketahui dari perubahan warnanya. Indikator metil
orange memberikan warna merah kekuningan (orange) pada saat titrasi.
I. PEMBAHASAN
Percobaan ini bertujuan untuk membuat larutan standar HCl dari HCl
pekat dan larutan standar NaOH serta pengenceran larutan dan menerapkan
larutan standar dalam analisis kuantitatif, melakukan prosedur standarisasi
larutan-larutan standar sekunder sebelum analisis, menentukan kadar natrium
karbonat dalam sampel-sampel asetat glasial maupun sampel cuka
perdagangan, menentukan kadar asam asetat dalam sampel asam asetat glasial
maupun sampel cuka perdagangan, menentukan komposisi produk pangan
atau sampel buatan yang mengandung campuran karbonat dalam natrium
hidroksida, menentukan pilihan indikator dalam analisis campuran, yang
dilakukan adalah standarisasi larutan-larutan standar sekunder dengan
menggunakan beberapa indikator. Pada percobaan ini prinsip yang digunakan
adalah reaksi netralisasi asam basa dan standarisasi larutan-larutan standar
sekunder sedangkan metode yang digunakan adalah metode titrasi, dimana
suatu larutan akan ditentukan konsentrasinya dengan mereaksikannya dengan
larutan standar yang sudah diketahui konsentrasinya.

6.1 Standarisasi HCl dengan Boraks

Percobaan ini dilakukan untuk menguji keakuratan konsentrasi


HCl yang dibuat dari pengenceran dan mengetahui indikator apakah yang
tepat untuk standarisasi HCl. Dalam standarisasi ini, HCl bertindak
sebagai titran yaitu larutan yang akan ditentukan konsentrasinya dan
terdapat di dalam buret sedangkan boraks (Natrium tetraborat) bertindak
sebagai titrat yaitu larutan yang sudah ditentukan konsentrasinya dan
terdapat di dalam erlenmeyer. Boraks yang merupakan basa lemah
digunakan sebagai titrat karena reaksinya dengan HCl dapat menghasilkan
keakuratan yang lebih baik dibanding dengan basa lemah lain. Reaksi
antara HCl dan boraks menghasilkan reaksi sempurna. HCl (asam kuat)
akan bereaksi dengan boraks (basa lemah) membentuk garam yang bersifat
asam. Dari reaksi antara asam kuat dan basa lemah itu akan lebih mudah
diamati titik akhir titrasinya, dimana perubahan warna yang terjadi pada
larutan sudah dapat teramati oleh praktikan. Reaksi :

Na2B4O710H2O(aq) + 2HCl(aq) 2NaCl(s) + 4H3BO3(aq) +5H2O(l)

( Svehla, 1990 )

Dari reaksi antara asam kuat dan basa lemah itu akan lebih mudah diamati
titik akhir titrasinya.

Pada percobaan ini, boraks merupakan larutan standar primer yaitu


larutan yang mengandung zat padat murni yang konsentrasi larutannya
diketahui secara tepat melalui metode gravimetri (perhitungan massa),
dapat digunakan untuk menetapkan konsentrasi larutan lain yang belum
diketahui dan HCl merupakan larutan standar sekunder yaitu larutan suatu
zat yang konsentrasinya tidak dapat diketahui dengan tepat karena berasal
dari zat yang tidak pernah murni. Konsentrasi larutan ini ditentukan
dengan pembakuan menggunakan larutan baku primer. Hal ini disebabkan
kerena :

- Boraks adalah suatu garam yang bersifat basa


lemah, sifatnya yang tidak mudah teroksidasi, boraks cenderung stabil,
selain itu juga boraks ditemukan dalam keadaan murni, tidak korosif.
Bobot ekivalen boraks tinggi, yaitu 123 g/aq. (Budavary, 1997).
- HCl merupakan larutan gas HCl dalam air
(Budavary, 1997). Hal ini memungkinkan kelarutannya mudah sekali
berubah terhadap perubahan suhu, perubahan kelarutan tersebut akan
mempengaruhi konsentrasinya. (Petrucci, 1992).
- HCl yang digunakan yaitu berasal dari hasil
pengenceran sehingga dimungkinkan konsentrasi HCl yang didapat
tidak tepat.( Budavary,1997)
Pada percobaan ini 0,25 gram natriumtetraborat murni diencerkan
25 ml aquadest. Pengenceran dengan aquadest bertujuan untuk
melarutkaan natriumtetraborat, kemudian ditetesi indikator, yang paling
tepat digunakan untuk titrasi ini adalah indikator MO (Metil orange) yang
memiliki range pH 3 - 4,5, karena pH dari produk garam yang dihasilkan
akan bersifat asam (mendekati range pH dari indikator MO) sehingga
larutan berwarna kuning ke orange. Kemudian dititrasi dengan HCl sampai
mencapai warna titran berubah menjadi tepat orange kemerahan (pekat)
dimana pada proses titrasi telah mencapai titik ekuivalen yaitu keadaan
dimana jumlah titran yang ditambahkan tepat sama dengan perubahan
warna yang timbul pada larutan titrat, dan pada saat itu volume HCl yang
dibutuhkan sebanyak ml. Dan ketika warna larutan benar-benar sudah
terlihat titrasi dihentikan karna sudah mencapai titik akhir titrasi dimana
perubahan warna sudah teramati oleh pratikan. Reaksi :

Na2B4O7(aq) + 10H2O(l) + 2HCl(aq) 2NaCl (s) + 4H3BO3(aq) +


5H2O(l)

( Svehla, 1990 )

Dari percobaan ini konsentrasi HCl yang didapatkan adalah 0,96


N, konsentrasi yang diinginkan adalah N. Karena hasilnya mendekati
konsentrasi yang diinginkan, maka pengenceran HCl tidak menyimpang
jauh karena kekurangtelitian pengenceran. Titrasi dilakukan tiga kali
pengulangan agar data yang diperoleh lebih akurat.

6.2 Standarisasi NaOH dengan H2C2O2

Percobaan ini dilakukan untuk menguji keakuratan konsentrasi


NaOH, NaOH distandarisasi dengan asam lemah yaitu asam oksalat. Hal
ini dilakukan untuk memastikan keakuratan konsentrasi NaOH yang
nantinya akan digunakan sebagai larutan standar yaitu larutan yang
konsentrasinya sudah diketahui, dan untuk menunjukkan apakah larutan
NaOH ini dapat bereaksi sempurna baik dengan asam lemah maupun kuat.

Reaksi yang terjadi antara NaOH dengan asam oksalat dilakukan


dengan melarutkan 0,1 gram oksalat di dalam 250 ml aquadest bertujuan
untuk mendapatkan larutan yang homogen dan menghasilkan garam yang
bersifat basa, sehingga indikator yang digunakan adalah indikator pp,
sebab range pH indikator ini 8,5-10, mendekati range pH garam basa yang
dihasilkan. Sehingga warna tetap bening ketika ditambahkan PP.
Kemudian dititrasi dengan NaOH sampai titran berubah warna menjadi
tepat merah muda yang menunjukkan larutan bersifat basa dan volume
NaOH yang diperlukan sebanyak 15,1 ml

Reaksi :

2NaOH(aq) + H2C2O2(aq) Na2C2O4(aq) + 2H2O(l)

(Svehla, 1990 )

Dari percobaan ini didapatkan konsentrasi NaOH 0,104 N. Maka


hal ini membuktikan kalau NaOH dapat bereaksi sempurna dengan asam
lemah maupun kuat. Dan NaOH dapat digunakan sebagai larutan standar
untuk titrasi asam basa.

6.3 Menentukan Asam Asetat Glasial

25 mL larutan asam asetat glasial diambil, kemudian ditambahkan


indikator PP sebanyak 2 tetes. Setelah itu dititrasi dengan NaOH.
Reaksi :
CH3COOH(aq) + NaOH(aq) → CH3COONa(aq) + H2O(l)
(Underwood, 1990)
Indikator phenolphthalein digunakan dalam penentuan titik akhir
titrasi yang pertama karena larutan bersuasana basa. Terjadi titik akhir
titrasi ditandai dengan terjadinya perubahan warna dari bening menjadi
merah muda. Dari titrasi diperoleh data volume NaOH sebesar 32,5 mL.
Dalam percobaan ini dilakukan hanya satu kali titrasi dengan volume
melebihi 25 mL. Hal ini dikarenakan konsentrasi dari NaOH yang cukup
tinggi, sehingga memerlukan volume yang banyak untuk mencapai titik
akhir. Dan kemurnian asam asetat yang didapat adalah 74,28 %
6.4 Menentukan Na2CO3 dalam Soda
Pertama 0,14 gram soda diencerkan dalam labu ukur 250 mL.
Tujuan dilarutkan adalah supaya larutan homogen. Setelah terlarut semua,
25 ml larutan tersebut di titrasi dengan HCl. Reaksi :
CO3 2-(aq) + H3O +(aq) HCO3 –(aq) + H2O(l)

HCO3 –(aq) + H3O +(aq) H2CO3(aq) + H2O(l)


(Underwood, 1990)
Indikator yang digunakan pada percobaan ini adalah metil orange karena
produk yang terbentuk adalah asam lemah, sehingga kesetimbangan
tercapai pada pH < 7. Range pH metil orange 3,1-4,4 (Brady, 1999).
Terjadinya titik akhir titrasi ditandai dengan terjadinya perubahan warna
dari orange ke orange pekat atau orange kemerahan. Dari titrasi diperoleh
data volume HCl sebesar 2,1 ml. Kemudian, dari data tersebut dimasukkan
ke dalam perhitungan dan diperoleh kemurnian Na2CO3 sebesar 8,05 %.

6.5 Menentukan campuran NaOH + Na2CO3

Pada percobaan ini berujuan untuk mengetahui kandungan masing-


masing zat dalam larutan. Dalam percobaan ini yang berperan sebagai
larutan standar adalah HCl guna menetapkan campuran NaOH dan
Na2CO3. Titran yang digunakan adalah HCl dan titratnya adalah larutan
campuran NaOH dan Na2CO3. Campuran NaOH + Na2CO3 memiliki dua
titik ekivalen sehingga agar dapat mengetahui titik akhir titrasi digunakan
dua indikator. Larutan standar yang digunakan adalah HCl bersifat asam
kuat karena jika reaksi antara asam lemah dan basa lemah titik akhir titrasi
tidak dapat diamati karena pada titik ekivalen yang terbentuk akan
terhidrolisis kembali.

Mekanisme Reaksi :

CH3COONH4 CH3CCOO- + NH4+


(Vogel, 1990)

Agar dapat mengetahui titik akhir titrasi yang pertama dengan


menambahkan indikator phenolphthalein dan titik akhir titrasi yang kedua
dengan menambahkan indikator metil orange. Indikator phenolphtalein
digunakan dalam penentuan titik akhir titrasi yang pertama karena larutan
bersuasana basa, indikator ini akan memberikan perubahan warna dari tidak
berwarna menjadi merah muda pada suasana basa. Berikut perubahan
struktur PP :

(Salirawati,2007
)

Setelah dilakukan penambahan indikator PP, dilanjutkan dengan


titrasi menggunakan HCl. Larutan berubah warna dari merah muda
menjadi tidak berwarna. Kemudian dilakukan penambahan indikator metil
orange untuk mengidentifikasi titik ekuivalen pada suasana asam. Hal ini
dikarenakan indikator PP akan memberikan perubahan warna dari kuning
keorange menjadi orange kemerahan. Berikut perubahan struktur metil
orange :
(Salirawati,200
7)

Karena pada titik akhir titrasi pertama, NaOH dinetralkan secara


sempurna sedangkan Na2CO3 tepat bereaksi menghasilkan HCO3– yang
bersifat basa dan reaksi berkisar pada pH 8,3 sehingga digunakan
phenolphtalein.

Reaksinya :

NaOH + HCl NaCl + H2O

CO32- + H+ HCO3-

(Vogel, 1990)

Pada titik akhir titrasi yang kedua HCO 3– bereaksi dengan H+ dari
HCl membentuk H2CO3, sehingga larutan bersuasana lebih asam, sehingga
digunakan indikator metil orange yang bekerja secara optimal pada trayek
pH = 3,2 – 4,4 atau pH < 7.

Reaksi :

HCO3- + H+ H2CO3

( Vogel, 1990 )

Hasil yang diperoleh dari percobaan adalah titrasi pertama pada


perlakuan PP volume HCl sebesar 12,6 ml dan pada saat metil orange
volume HCl sebesar 2,1 ml. Massa NaOH sebesar 40,24 mgram dan
massa Na2CO3 sebesar 22,2579 mgram.
II. PENUTUP

7.1 Kesimpulan
7.1.1 Normalitas HCl hasil standarisasi dengan boraks adalah 0,096 N
7.1.2 Normalitas NaOH hasil standarisasi dengan H2C2O4 Normalitas adalah
0,104 N
7.1.3 Kadar Na2CO3 dalam soda dengan titran HCl dan indikator Mo
Sebesar 7,95%
7.1.4 Kadar NaOH yang diperlukan untuk mencapai titik akhir pada larutan
asam asetat glasial adalh 32,5 mL
7.1.5 Massa NaOH dan Na2CO3 dengan larutan standar HCL dan indikator
PP dan Mo masing-masing dalam campurannya adalah 40,24 mgram dan
22,2579 mgram

7.2 Saran
7.2.1 Praktikan harus bisa melakukan titrasi dengan baik dan benar
7.2.2 Praktikan lebih teliti dalam mengamati terjadinya titik akhir titrasi
7.2.3 Praktikan lebih teliti dalam membaca volume titran yang habis
terpakai untuk titrasi
DAFTAR PUSTAKA
Agrawal,S,2011,”Isolationof herbal acid base indicator from the seed of
punica granatum”, Chemical and Pharmaceutics Research,168-171
Basri, S, 1996, ’Kamus Kimia”,Rineka Cipta : Jakarta
Bitter, J.H, 2009, “ On the virtue of acid-base titrations for the determination
of basic sites in nitrogen doped carbon nanotubes”, Catalys
Today,61-66.
Budavari, S., 1997, “The Merck Index”, 9th edition, Merck and Co. Icn., New
Jersey. Daintith, John. 1994. Kamus Lengkap Kimia. Erlangga : Jakarta
Drimal, P,2007, “ Evaluating the Aerobic biodegradabilily of plastics in soil
environment through GC and IR analysis of gaseous
phase”,ScienceDirect,729-741.
Hardjadi, W,1993, “ Ilmu Kimia Analitik Dasar”, PT Gramedia Pustaka
Utama : Jakarta
Janos, Pavel,2007,” Acid-base titration curves of solid humic
acids”,ScienceDirect,242-247.
Keenan, C, 1990,” Ilmu Kimia Untuk Universitas”, Erlangga : Jakarta
Phatade, K.S,2009,”Morus alba fruit-herbal alternative to synthetic acid base
indicators”,Chemtech Research,549-551.
Pudjaatmaka, H, 2002,” Kamus Kimia Organik”, Depdikbud. : Jakarta
Rivai, H, 1995,” Asas Pemeriksaan Kimia”, UI Press : Jakarta
Underwood, 1990, ‘ Analisis Kimia Kuantitatif”, Erlangga : Jakarta
Svehla, 1990,” Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan
Semimikro”, PT Kalman Media Pustaka : Jakarta
LEMBAR PENGESAHAN
PERCOBAAN 3
ASIDI-ALKALIMETRI
Semarang, 15 November 2018
Mengetahui,

Praktikan 1 Praktikan 2 Praktikan 3

M. Rifandy Aldiansyah Lina Apriliana Ela Uswatun

24030117140022 24030117120003 24030117120010

Praktikan 4 Praktikan 5 Praktikan 6

Amanda Jasintha Nur Baiti Rohmah Nur Azizah Choirunnisa

24030117120021 24030117120009 24030117120028


Praktikan 7 Praktikan 8

Hasna Ulfa Nurfadila Nurani Putri Insani

24030117140013 24030117140017

Asisten

Diana Pratiwi Rusendi

24030117120018
Soda sebelum titrasi Soda Titrasi 1 Campuran (NaOH +
PP + Soda + MO)
Indikator PP

HCl, Boraks Titrasi 1 HCl, Boraks Titrasi 2 HCl, Boraks Titrasi 3


Indicator MO Indicator MO Indicator MO

Asam Oksalat, NaOH Asam Oksalat, NaOH Asam Oksalat, NaOH


Titrasi 1, Indikator PP Titrasi 2, Indikator PP Titrasi 3, Indikator PP
Asam Asetat Glasial

Titrasi dengan NaOH


LAMPIRAN PERHITUNGAN

A. Standarisasi Boraks dan HCl

V rata-rata HCl = V1+V2+V3 = 13,5 ml+13,4 ml+12,1 ml = 13 ml


3 3
m Boraks = 0,25 gram

V boraks = 25 ml

E boraks = 2

BM Boraks = 381,37 g/mol

Ditanya NHCl?

g 1000 0,25 gram 1000


x = x =0,05 M
M Boraks = BM P 381,37 25
e 2

V1N1 = V2N2

25 x 0,05 =13 x N2

N2 = 0,096 N

B. Standarisasi NaOH dan Asam Oksalat


Diketahui:
Massa Asam Oksalat = 0,1 gram
V 1+V 2+V 3 15,1 ml+ 15,5ml +14,8 ml
Vasam Oksalat = = =15,1 ml
3 3
BM Asam Oksalat = 126,07 gram/mol

E asam oksalat = 2

Ditanya N NaOH ?

gram 1000 0,1 1000


x = x =0,063 N
N Asam Oksalat = BM /2 P 126,07 25
2
V1N1 = V2N2

25 x 0,063 = N2 x 15,1

N2= 0,104 N

C. Menentukan Na2CO3 dalam Soda


Diketahui
NHCl = 0,1 N
VHCL= 2,1 ml
BM Na2CO3 = 105,99
E Na2CO3 = 2
Massa Na2CO3 yang ditimbang = 0,14 gram
Ditanya % Kemurnian Na2CO3?
Mgrek Na2CO3 = Mgrek HCL
= NHCl x VHCl=0,1 N x 2,1 ml = 0,21 mg
BM
Massa Na2CO3 = Mgrek Na2CO3 x
e
105,99
= 0,21 mg x =11,12895 mg
2

= 0,01112895 gram

Kemurnian =

Massa Na 2CO 3 0,01112895 gram


x 100 %= x 100 %=7,95 %
Massa Hasil Timbang 0,14 gram

D. Standarisasi NaOH dengan Asam asetat Glasial


Mgrek asam asetat = Mgrek NaOH
= NNaOH x VNaOH
= 0,1 N x 32,5 ml = 3,25 mg
BM
Massa asam asetat = xMgrek
e
=

60,053 g /mol
x 3,25 mg=195,17225 mg=0,195 gram
1

Massa asetat sampel = P x Vsampel

= 1,05g/cm3 x 25 ml

= 26,25 mg = 0,2625 gram

Kemurnian =

Massaasam asetat 0,195 gram


x 100 %= x 100 %=74,28 %
massa sampel 0,2625 gram

E. Campuran
m gram NaOH=(a-b)0,1x BM NaOH
a = Volume HCl indikator pp = 12,16 ml
b = Volume HCl indikator MO = 2,1 ml
*mgram NaOH = (12,16 ml - 2,1 ml)x 0,1 x 40 gram/mol
= 40,24 mgram
= 0,04024 gram
*mgram Na2CO3 = b x 0,1 x BM Na2CO3
= 2,1 ml x 0,1 x 105,99 gram/mol
= 22,2579 mgram
= 0,0222579 gram

Anda mungkin juga menyukai