JUDUL PERCOBAAN :
ISOLASI EUGENOL DARI MINYAK DAUN CENGKEH
Kelompok : VI
Nama/NIM :
Hari : Senin
Tanggal Praktikum : 29 Oktober 2018
Asisten : Sri Handayani
No Perlakuan Hasil
1. 50 ml minyak cengkeh + 75 ml NaOH Larutan berwarna kuning
4N dicampur dan diaduk dengan stirer kehijauan.setelah pengadukan
terbentuk 2 lapisan:
Lapisan atas berwarna kuning
berbusa yaitu kariofilena
Lapisan bawah berwarna merah
kecoklatan yaitu larutan garam
eugenol (Na-eugenolat)
6. Pengotor NaCl + wash benzin 12,5 mL Terbentuk satu lapisan yaitu NaCl
7. Pencucian larutan eugenol dengan Dihasilkan larutan eugenol
aquades dan penambahan Na2SO4 lalu berwarna coklat dengan indeks
diukur indeks biasnya bias 1,536
VI. Pembahasan
(Fessenden,
1986)
Struktur kariofilena:
(Kadarohman dkk,2012)
Dengan pengubahan struktur eugenol menjadi garam Na-eugenolat
maka Na-eugenolat dapat dipisahkan dari kariofilena maupun komponen
penyusun minyak daun cengkeh lainnya yang bersifat non polar, karena Na-
eugenolat bersifat polar. Larutan menjadi tidak bercampur karena mempunyai
kepolaran yang berbeda. Lapisan atas berupa kariofilena yang berwarna
kuning berbusa sedangkan lapisan bawah berupa garam Na-eugenolat yang
berwarna coklat muda. Kariofilena berada di lapisan atas karena massa jenis
kariofilena lebih kecil daripada massa jenis eugenol dalam bentuk garamnya.
Massa jenis kariofilena adalah 0,9658 g/ml, sedangkan massa jenis eugenol
adalah 1,06 g/ml. Pemisahan kedua lapisan dapat terjadi karena perbedaan
tingkat kepolaran. Kariofilena bersifat nonpolar sedangkan garam Na-
eugenolat bersifat polar dan dapat larut dalam air. Penambahan NaOH 4 N
terlebih dahulu dengan tujuan agar pembentukan garam Na-eugenolat lebih
optimal mengikat komponen eugenol yang ingin diubah ke bentuk garamnya,
dimana dalam minyak cengkeh mencapai 70-80%, sehingga konsentrasi yang
dibutuhkan lebih besar untuk mensubstitusi gugus H+ dari gugus OH pada
eugenol dengan Na+ dari NaOH harus lebih banyak (NaOH 4 N) supaya
semua eugenol yang ada dalam minyak cengkeh dapat dimaksimalkan
penggaramannya menjadi Natrium Eugenolat. Supaya hasil yang diperoleh
lebih optimal lagi, maka dilakukan pengadukan dengan pengaduk magnetik
agar terbentuk Na-eugenolat yang banyak.
Pengadukan dengan stirer bertujuan untuk mempercepat reaksi terjadi.
Dengan pengadukan akan meningkatkan energi kinetik dari molekul yang
bereaksi sehingga peluang dari molekul-molekul untuk bertumbukan semakin
besar dan reaksi akan lebih mudah terjadi karena adanya kemungkinan
tumbukan efektif yang terjadi (Khopkar,1990). Pendiaman dengan temperatur
campuran turun bertujuan untuk memastikan reaksi pembentukan garam Na-
eugenolat telah berlangsung optimal. Hal itu dapat dilihat dari terbentuknya 2
lapisan dan penurunan suhu campuran. Dengan penurunan suhu dapat
memberikan tanda bahwa reaksi telah berhenti dan tidak adanya energi dari
hasil reaksi yang dilepaskan lagi dalam bentuk panas.
Setelah membentuk dua lapisan, yaitu lapisan atas berupa kariofilena
dan lapisan bawah berupa eugenol, larutan dipisahkan. Larutan atas yaitu
kariofilena kemudian ditambahkan NaOH 2 N kemudian diekstraksi kembali.
Ekstraksi ini berfungsi untuk mengikat kembali eugenol dengan bantuan Na+.
Hal itu dilakukan untuk mengambil eugenol yang masih ada pada minyak
cengkeh setelah penambahan NaOH pertama. Konsentrasi NaOH yang
digunakan lebih kecil daripada konsentrasi NaOH yang digunakan pada
ekstraksi pertama karena kadar eugenol yang ingin direaksikan relatif sedikit
daripada yang pertama. Dari hasil ekstraksi yang kedua ini sudah tidak
didapatkan lagi Na-eugenolat. Hal ini dibuktikan dengan hanya terbentuk satu
lapisan berwarna kuning muda yang merupakan kariofilena.
Hasil eugenol kemudian diekstraksi kembali menggunakan n-heksana.
Tujuan ekstraksi dengan n-heksana tersebut adalah untuk melarutkan senyawa
nonpolar yaitu kariofilena yang dimungkinkan masih tersisa pada lapisan
garam eugenolat. Hasilnya adalah lapisan bawah berwarna coklat kemerahan
yaitu lapisan garam eugenolat dan lapisan atas berwarna kuning muda berbusa
yaitu sisa senyawa non polar. Hasil ekstraksi dipisahkan kembali. Lapisan
bawah berupa garam eugenolat direaksikan lagi, sedangkan lapisan atas
berupa kariofilena ditampung pada botol vial.
Garam Na - eugenolat yang ditampung pada gelas beker kemudian
diuji pH dan hasil menunjukkan larutan bersifat basa. Hal ini dikarenakan ion
Na+ yang menyebabkan basa. Kemudian diasamkan dengan HCl 25% hingga
pH 3. Penambahan HCl dilakukan sampai pH 3 dimaksudkan untuk
memberikan kondisi asam bagi reaksi tersebut. Dalam suasana asam, eugenol
akan dengan mudah menarik gugus H+ sehingga garam eugenolat dapat
bereaksi dengan HCl membentuk eugenol kembali. pH 3 merupakan titik pH
optimal pada eugenol untuk dapat menarik atau melepas gugus H+ pada gugus
hidroksilnya. Jika suasana lebih asam maka merusak struktur eugenol. HCl
bisa digantikan dengan reagen lain yang memiliki sifat yang sama, seperti
HNO3. Penambahan HCl pada lapisan garam eugenolat yang bertujuan untuk
mengubah garam eugenolat menjadi eugenol kembali yaitu dengan
mensubstitusi gugus H+ pada garam eugenolat sehingga eugenol dapat
diperoleh kembali.
Reaksi :
Na+
O- OH
+ HCl + NaCl
O O
sodium eugenolate eugenol
Sysca Amelia F.
24030116120023
Mengetahui,
Asisten
Sri Handayani
24030114140130
Lampiran
+ NaOH 4N + NaOH 2N
+ n-heksana + HCl
HASIL