Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN TERBAIK

PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK

JUDUL PERCOBAAN :
PERCOBAAN 1
ANALISIS KATION

Disusun Oleh :
Kelompok VIII

Nadhiroh 24030118120036
Jonatan Dimas Prabowo 24030118120053
Mochamad Rifli Al Rahman 24030118130092
Intam Gita Lestari 24030118130097
Miftah Dwi Septiyani 24030118130098
Dilla Dayanti 24030118130103

Asisten :
Andhika Rama Prakasa
24030116140052

LABORATORIUM KIMIA ANALITIK


DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2019
Lembar Pengesahan

Semarang, 11 November 2019

Pratikan,

Nadhiroh Jonathan Dimas Mochamad Rifli


24030118120036 24030118120053 24030118130092

Intan Gita Lestari Miftah Dwi Septiyanti Dilla Dayanti


24030118130097 24030118130098 24030118130103

Mengetahui,
Asisten Laboratorium

Andhika Rama Prakasa


24030116140052
ABSTRAK

Telah dilakukan percobaan yang berjudul Analisis Kelompok Kation.


Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengidentifikasi adanya kation-kation
dalam larutan dan padatan unknown dengan menggunakan metode pemisahan
“kemikalia cair” yang didasarkan pada kelakuan ion-ion yang berbeda ketika
direaksikan dengan reagen-reagen tertentu. Prinsip percobaan ini yaitu reaksi
selektif dan spesifik ion. Reaksi selektif adalah reaksi yang terjadi atas sekelompok
bahan yang berbeda-beda atas suatu pereaksi tertentu. Reaksi spesifik adalah reaksi
khas antara bahan tertentu dengan pereaksi spesifik untuk bahan tersebut. Metode
yang digunakan adalah pengendapan dan pengkompleksan. Pengendapan proses
terbentuknya endapan, terjadi apabila Qc > Ksp. Pengkompleksan adalah
pembentukan ion kompleks yang tersusun dari ion pusat (atom pusat) yang
dikelilingi molekul atau ion yang disebut ligan Larutan unknown direaksikan
dengan HCl, H2SO4, NaOH, NH4OH, DMG, dan Aquadest. Hasil dari percobaan
ini adalah unknown I adalah aquades, unknown II adalah Pb2+, unknown III adalah
Ni2+, unknown IV adalah tidak terdapat Ni2+.
.
Kata kunci : kemikalia cair, kation, reaksi selektif, reaksi spesifik, pengendapan,
pengompleksan.
PERCOBAAN I
ANALISIS KELOMPOK KATION

I. TUJUAN
Dapat mengidentifikasi kation-kation dalam larutan dan padatan
“unknown” dengan menggunakan metode pemisahan “kemikalia cair” yang
didasarkan pada kelakuan ion-ion yang berbeda ketika direaksikan dengan
reagen-reagen tertentu.

II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Analisis Kualitatif
Analisis kualitatif menggunakan dua macam uji, yaitu reaksi kering
dan reaksi basah. Reaksi kering dapat diterapkan untuk zat-zat padat dan
reaksi basah untuk zat dalam larutan. Kebanyakan reaksi kering yang
diuraikan dapat digunakan untuk analisis semimikro dengan hanya
modifikasi kecil. Sejumlah uji yang berguna dapat dilakukan dalam keadaan
kering, yakni tanpa melarutkan. Contoh dalam reaksi basah, teknik-teknik
yang berbeda dalam analisis makro, semimikro dan mikro(Svehla 1990).
2.2 Analisis Kation
2.2.1. Kelompok Kation I (Perak, Ag)
Perak adalah logam yang putih, dapat ditempa dan liat.
Rapatan tinggi (10,5 gml-1) dan melebur pada 9600C, tidak larut
dalam asam klorida, asam sulfat encer (1M) atau asam nitrat encer
(2M).
Reaksinya adalah :
Ag+ + Cl-  AgCl  (Svehla 1990)
Perak dengan klor menggunakan ion klor dari asam klorida encer
akan membentuk endapan putih perak klorida. Namun, jika
memakai ion klor dari asam klorida pekat, tidak terjadi
pengendapan.
Apabila diencerkan dengan air, kesetimbangan akan
bergeser kembali kekiri dan endapan muncul lagi. Dengan
menambah larutan amonia encer akan melarutkan endapan dan
membentuk ion kompleks diaminaargentat.
Reaksinya :
AgCl  + 2NH3  [Ag(NH3)2]+ + Cl- (Svehla 1990)

2.2.2. Kelompok Kation II


a. Alumunium (Al3+)
Alumunium adalah logam putih, yang liat dan dapat
ditempa, bubuknya berwarna abu-abu, melebur pada 6590C. Asam
klorida encer dengan mudah melarutkan logam ini, pelarutan lebih
lambat dalam asam sulfat encer atau asam nitrat encer. Jika
ditambah dengan amonia, maka reaksinya :
Al3+ + 3NH3 + H2O  Al(OH3)  + 3NH4- (Svehla 1990)
b. Timbal (Pb2+)
Timbal adalah logam yang berwarna abu-abu kebiruan,
dengan rapatan yang tinggi (11,48 gml-1 pada suhu kamar), mudah
larut dalam asam nitrat (8M), reaksinya :
3Pb + 8HNO3  3Pb2+ + 6NO3- + 2NO  + 4H2O
Namun, jika ditambahkan HCl encer atau H2SO4 encer,
mempunyai pengaruh yang hanya sedikit. Karena terbentuknya
timbel klorida atau timbel sulfat yang tak larut pada permukaan
logam itu. Reaksi antara :
Pb2+ + 2HCl-  PbCl2 
PbCl2 endapan putih yang larut dalam air panas (33,4 gl-1) pada
1000C, sedang hanya (9,9 gl-1) pada 200C. Namun, jika
diendapkan, dicuci dengan cara dekantasi dan NH3 encer
ditambahkan, reaksinya :
PbCl2  + 2NH3 + 2H2O  Pb(OH2)  + 2NH4+ + 2 Cl- .
(Svehla 1990)
c. Besi (Fe3+)
Besi yang murni adalah logam berwarna putih-perak yang
kukuh dan liat, melebur pada 15350C. Asam klorida encer atau
pekat dan asam sulfat encer melarutkan besi dan menghasilkan
garam-garam besi (II) dan gas hidrogen.
Garam-garam besi (III) diturunkan dari oksida besi (III),
Fe2O3 dan lebih stabil daripada garam besi (II). Dalam
larutannya terdapat kation-kation Fe3+ yang berwarna kuning
muda dan jika larutan mengandung klorida, warna menjadi
semakin kuat. Zat-zat pereduksi mengubah ion besi (III) menjadi
besi (II) (Svehla 1990).
d. Kromium (Cr3+)
Kromium adalah logam kristalin yang putih, tak begitu liat
dan tak dapat ditempa dengan mudah, melebur pada 17650C.
Larut dalam HCl encer atau pekat. Jika tak terkena udara akan
membentuk ion-ion kromium (II).
Rekasi antara kromium dengan ion hidroksida dari natrium
hidroksida
Cr3+ + 3OH-  Cr(OH)3 
Reaksi ini reversibel, dengan sedikit penambahan asam, endapan
larut (Svehla 1990).
2.2.3. Kelompok Kation III
a. Barium (Ba2+)
Barium adalah logam putih perak, dapat ditempa dan liat,
yang stabil dalam udara kering. Barium bereaksi dengan air
dalam udara yang lembab membentuk oksida atau hidroksida,
melebur pada 1100C. Reaksi antara barium dengan asam sulfat
encer membentuk endapan putih barium sulfat (BaSO4) yang
berbutir halus, berat dan praktis tak larut dalam air (2,5 mgl-1)
Ks = 9,2 x 10-11
Reaksinya :
Ba2+ + SO42-  BaSO4 
BaSO4  hampir tak larut dalam asam encer dan dalam larutan
amonium sulfat dan larut cukup baik dalam asam sulfat pekat
mendidih (Svehla 1990).
b. Magnesium (Mg2+)
Magnesium adalah logam putih, dapat ditempa dan liat,
melebur pada 6500C. Mudah terbakar dalam udara atau oksigen
dengan mengeluarkan cahaya putih yang cemerlang,
membentuk oksida MgO dan beberapa nitrat Mg3N2.
Reaksi antara magnesium dan ion hidroksida dari natrium
hidroksida:
Mg2+ + 2OH-  Mg(OH)2 
Endapan putih magnesium hidroksida, tidak larut dalam
reagensia berlebihan tapi mudah larut dalam garam-garam
amonium (Svehla 1990).
2.2.4. Kelompok Kation IV
a. Tembaga (Cu2+)
Tembaga adalah logam merah muda, yang lunak, dapat
ditempa dan lunak, melebur pada 10380C.
Reaksi antara tembaga dengan ion iodida dari kalium iodida :
2Cu2+ + 3I-  2CuI  + I3-
Endapan tembaga iodida yang putih, tapi larutannya berwarna
coklat tua, karena terbentuknya ion-ion tri-iodida-iod.
b. Nikel (Ni2+)
Nikel adalah logam putih perak yang keras, bersifat liat
dapat ditempa dan sangat kukuh, melebur pada 14550C. Reaksi
antara nikel dengan ion hidroksida dari natrium hidroksida :
Ni2+ + 2OH-  Ni(OH)2 
Endapan nikel (II) hidroksida menghasilkan warna hijau,
endapan tak larut dalam reagen berlebihan (Svehla 1990).
2.3 Kation

Kation adalah ion bermuatan positif yang terbentuk ketika sebuah


atom kehilangan satu atau lebih elektron selama reaksi kimia. Ini memiliki
muatan listrik positif, karena memiliki lebih banyak proton daripada
elektron, dan akan tertarik kepada anion, yang memiliki muatan negatif.

Kation adalah ion bermuatan positif yang terbentuk ketika sebuah


atom kehilangan satu atau lebih elektron selama reaksi kimia. Untuk
memahami apa artinya ini, akan sangat membantu untuk meninjau beberapa
informasi dasar tentang kimia. Memahami apa itu atom, sesuatu tentang
struktur dan sifat atom, dan kemudian apa yang terjadi selama reaksi kimia
semua memberikan latar belakang yang penting (Svehla 1990).

2.4 Reaksi Selektif dan Spesifik


Reaksi spesifik adalah reaksi khas yang merupakan reaksi antara
bahan tertentu dengan pereaksi spesifik untuk bahan tersebut. Contoh reaksi
ini adalah reaksi pada metode spot test. Reaksi selektif adalah reaksi yang
terjadi atas sekelompok bahan yang berbeda-beda atas suatu pereaksi serta
dapat berfungsi untuk memisahkan golongan yang berbeda. Contoh dari
reaksi selektif dapat dilihat pada uji golongan klorida dimana reaksi selektif
yang terjadi dapat memisahkan ion golongan klorida dengan ion lainnya
(Hardjadi 1989).
2.5.Golongan Kation I-IV
Menurut (Chang 2005), dua puluh kation yang lazim dapat dianalisis
dengan mudah dalam larutan berair. Kation-kation ini dapat dibagi ke dalam
lima golongan berdasarkan hasil kali kelarutan garam tak larutnya. Karena
suatu larutan tak diketahui bisa saja mengandung satu atau semua dari 20
jenis ion tersebut, analisis harus dilakukan secara sistematis dari golongan I
sampai golongan V. prosedur umum untuk memisahkan ion-ion dengan
menambahkan reagen pengendap pada larutan tak diketahui.
1. Kation golongan I. Jika HCl encer ditambahkan pada suatu larutan
yang belum diketahui, hanya ion Ag+, Hg2+, dan Pb2+ yang
mengendap sebagai klorida tak larut. Ion-ion lain yang kloridanya
dapat larut, tetap berada dalam larutan.
2. Kation golongan II, setelah endapan klorida dipisahkan dengan
penyaringan, hidrogen sulfida direaksikan dengan larutan asam yang
tak diketahui. Pada keadaan ini, konsentrasi ion S2- dalam larutan
dapat diabaikan. Penambahan asam pada larutan akan menggeser
kesetimbangan ini ke kiri sehingga hanya logam sulfida yang paling
kurang larut, yaitu nilai Kspnya paling kecil, akan mengendap dari
larutan. Endapan ini ialah Bi2Sy, CdS, CuS, Dan SnS.
3. Kation golongan III. Pada tahap ini, natrium hidroksida
ditambahkan pada larutan untuk membuatnya basa. Dalam larutan
basa, kesetimbangan bergeser ke kanan. Jadi sulfida yang lebih larut
(CoS, FeS, MnS, NiS, ZnS) akan mengendap dari larutan. Ion
Al3+ dan Cr3+ sebenarnya mengendap sebagai hidroksida
Al(OH)3 dan Cr(OH)3, bukan sebagai sulfida, sebab hidroksidanya
kurang larut. Larutan kemudian disaring untuk memisahkan sulfida
dan hidroksida yang tidak larut.
4. Kation golongan IV, setelah semua kation golongan I, II, dan III
telah dipisahkan dari larutan, natrium karbonat ditambahkan ke
larutan basa untuk mengendapkan ion Ba2+, Ca2+ dan Sr2+ sebagai
BaCO3, CaCO3, dan SrCO3. Endapan ini juga dipisahkan dari
larutan lewat penyaringan.
5. Kation olongan V. Pada tahap ini, kation yang mungkin tersisa
dalam larutan ialah Na+, K+, dan NH4+. Keberadaan NH4+ dapat
ditentukan dengan menambahkan natrium hidroksida.
2.6.Hubungan Ksp dan Qc
Kelarutan adalah jumlah maksimum zat yang dapat larut dalam
sejumlah tertentu pelarut. Untuk zat yang tergolong mudah larut,
kelarutannya dinyatakan dalam gram per 100 gram air. Namun, untuk zat
yang tergolong sukar larut, kelarutanya dinyatakan dalam mol/L, atau
kemolaran. Dalam larutan jenuh, tetap terjadi proses melarut, tetapi pada
saat yang sama terjadi pula proses pengkristalan dengan laju yang sama.
Dengan kata lain, dalam keadaan jenuh terdapat kesetimbangan antara zat
padat tak larut dengan larutannya
Hasil kali kelarutan ion-ion yang terlarut dalam larutan dengan
konsentrasi tertentu dilambangkan dengan Qc. Dengan demikian, dalam
memprediksi terbentuk atau tidaknya endapan dari suatu reaksi yaitu dengan
memperhatikan 3 hal berikut:
Qc < Ksp, maka larutan belum jenuh
Qc = Ksp, maka larutan tepat jenuh
Qc > Ksp, maka terbentuk endapan
(Purba 2006)
2.7.Reaksi Pengendapan
Reaksi pengendapan merupakan reaksi yang salah satu produknya
berbentuk endapan. Endapan terjadi karena zat yang terjadi tidak atau sukar
larut didalam air atau pelarutnya. Tidak semua zat mengendap, sehingga
reaksi pengendapan juga dipergunakan untuk identifikasi sebuah kation atau
anion.
Dibawah ini disajikan beberapa reaksi pengendapan, sebagai tanda
bahwa zat yang terjadi adalah endapan perhatikan tanda (s) solid, setelah
indeks dari rumus kimianya.
AgNO3(aq) + HCl(aq) → AgCl(s) + HNO3(aq)
Endapan yang terbentuk adalah endapan putih dari AgCl.
Pb(CH3COO)2(aq) + H2S → PbS(s) + 2 CH3COOH(aq)
Dari reaksi ini akan dihasilkan endapan yang berwarna hitam dari PbS.
Pengendapan suatu padatan dapat digunakan untuk menentukan
komposisi suatu zat yang tepat. Di dalam melakukan percobaan
pengendapan, harus sesempurna mungkin. Dalam pemurnian endapan
melalui pencucian, kadang-kadang digunakan larutan pencuci yang banyak
mengandung ion senama, bukan sekedar air murni. Hal ini dilakukan untuk
mengurangi kelarutan dari endapan tersebut. Teknik lain yang dapat lebih
dipahami melalui prinsip-prinsip kesetimbangan larutan ialah pengendapan
sebagian. Syarat utama untuk keberhasilan pengendapan reaksi adalah
adanya perbedaan nyata dalam kelarutan senyawa-senyawa yang
dipisahkan (Petrucci 1992).

2.8.Reaksi Pengompleksan
Dalam pelaksanaan analisis anorganik kualitatif banyak digunakan
reaksi yang menghasilkan pembentukan kompleks. Suatu ion kompleks dari
suatu atom (ion) pusatnya dan sejumlah ligan yang terikat erat dengan atom
pusat itu. Jumlah relatif komponen ini dalam kompleks yang stabil nampak
mengikuti stoikiometri yang sangat tertentu. Meskipun ini tidak dapat
ditafsirkan dalam bentuk atau lingkup konsep valensi yang klasik (Svehla
1985)

2.9.Analisa Bahan
2.9.1.HNO3
Sifat Fisik :
- asam anorganik
- tak berwarna, tak berbau
- bersifat korosif
- densitas 1,89 g/mL
- titik leleh -410C
- titik didih 830C
Sifat Kimia :
- bersifat sebagai oksidator (Basri 1996)
2.9.2.HCl
Sifat Fisik :
- larutan tidak berwarna
- berat jenis 1,15 g/mol
- titik didih 850C
- titik leleh -140C
Sifat Kimia :
- termasuk asam kuat
- dilarutkan dengan mereaksikan NaCl dengan H2SO4
pekat
- larut dalam pelarut air (Mulyono 2005).
2.9.3.H2SO4
Sifat Fisik :
- berupa cairan jernih
- tidak berwarna, tak berbau, agak kental
- bersifat higroskopis
- titik leleh -100C
- titik didih 315-3380C
- densitas 1,8 g/cm3
Sifat Kimia :
- merupakan asam kuat
- digunakan sebagai katalis
- bersifat korosif (Basri 1996).
2.9.4.AgNO3
Sifat fisik:
-Padatan kristal tidak berwarna, titik leleh 59C, titik didih
97C, densitas 1,82.
Sifat kimia:
-Larut dalam asam nitrat encer,reagen analitik.
(Daintith 1994)
2.9.5. Barium Asetat
Sifat fisik:
-Padatan berwarna putih, titik lebur 450C, tidak berbau
Sifat kimia:
-sedikit larut dalam ethanol
(Daintith 1994)

2.9.6.DMG
Sifat Fisik :
- merupakan besi (III) dimetil glioksin
Sifat Kimia :
- larut dalam larutan amoniakal
terdiri dari 1% dimetil glioksin dalam alkohol
(Svehla 1990)
III. METODE PERCOBAAN
3.1. Alat dan Bahan
3.1.1. Alat
- Tabung reaksi
- Pipet tetes
- Gelas beker
3.1.2. Bahan
- HCl
- NH4OH
- NaOH
- H2SO4
- DMG
- Aquadest

3.2. Gambar alat

Pipet Tetes Tabung Reaksi &Rak Tabung Reaksi Gelas Beker

3.3.1 Analisis Kation Unknown I

Larutan Unknown I
Tabung Reaksi

- Penambahan 2 tetes HCL


- Penambahan 12 tetes NH4OH
- Penambahan 1 tetes H2SO4
- Penambahan 7 tetes NaOH

Hasil
3.3.2 Analisis Kation Unknown II

Larutan Unknown II
Tabung Reaksi

- Penambahan 2 tetes HCL


- Penambahan 10 tetes NH4OH
- Penambahan 2 tetes H2SO4
- Penambahan 10 tetes Aquadest

Hasil

3.3.3 Analisis Kation Unknown III

Larutan Unknown III


Tabung Reaksi

- Penambahan 2 tetes HCL


- Penambahan 10 tetes NH4OH
- Penambahan 1 tetes H2SO4
- Penambahan 8 tetes NH4OH
- Penambahan 1 tetes NaOH
- Penambahan 1 tetes NH4OH

Hasil

3.3.4 Analisis Kation Unknown IV

Larutan Unknown IV
Tabung Reaksi

- Penambahan 2 tetes HCL


- Penambahan 10 tetes NH4OH
- Penambahan 1 tetes H2SO4
- Penambahan 8 tetes NH4OH
- Penambahan 1 tetes NaOH
- Penambahan 1 tetes NH4OH
- Penambahan 3 tetes Aquadest
- Penambahan 2 tetes DMG

Hasil
IV. DATA PENGAMATAN
No Perlakuan Hasil
1 Larutan Unknown I Tidak Berwarna
+2 Tetes Hcl Tidak Berwarna Dan Timbul Panas
+12 Tetes Nh4oh Tidak Berwarna
+1 Tetes H2so4 Tidak Berwarna
+7 Tetes Naoh Tidak Berwarna
2 Larutan Unknown Ii Tidak Berwarna
+2 Tetes Hcl Tidak Berwarna
+10 Tetes Nh4oh Terdapat Endapan Putih
+2 Tetes H2so4 Endapan Putih Tidak Larut
+10 Tetes Aquades Endapan Putih Tidak Larut
3 Larutan Unknown Iii Hijau Bening
+2 Tetes Hcl Hijau Bening
+10 Tetes Nh4oh Hijau Keruh
+1 Tetes H2so4 Biru
+8 Tetes Nh4oh Biru
+1 Tetes Naoh Biru
+1 Tetes Nh4oh Biru
4 Larutan Unknown Iv Hijau Bening
+2 Tetes Hcl Hijau Bening
+10 Tetes Nh4oh Hijau Keruh
+1 Tetes H2so4 Biru
+8 Tetes Nh4oh Biru
+1 Tetes Naoh Biru
+1 Tetes Nh4oh Biru
+3 Tetes Aquades Biru
+2 Tetes Dmg Endapan Merah Muda
V. HIPOTESIS

Percobaan yang berjudul,”Analisis Kelompok Kation”, yang bertujuan


untuk mengidentifikasi adanya kation-kation dalam larutan dan padatan unknown
dengan menggunakan metode pemisahan “kemikalia cair” yang didasarkan pada
kelakuan ion-ion yang berbeda ketika direaksikan dengan reagen-reagen tertentu.
Prinsip dari percobaan ini adalah Reaksi Selektif dan Reaksi Spesifik. Reaksi
selektif adalah reaksi yang terjadi atas sekelompok bahan yang berbeda-beda atas
suatu pereaksi tertentu. Reaksi spesifik adalah reaksi khas antara bahan tertentu
dengan pereaksi spesifik untuk bahan tersebut. Sedangkan metode yang digunakan
dalam percobaan ini adalah pengendapan dan pengompleksan. Pengendapan proses
terbentuknya endapan, terjadi apabila Qc > Ksp. Pengkompleksan adalah
pembentukan ion kompleks yang tersusun dari ion pusat (atom pusat) yang
dikelilingi molekul atau ion yang disebut ligan Larutan unknown direaksikan
dengan HCl, H2SO4, NaOH, NH4OH, DMG, dan Aquadest. Adanya kation dapat
ditandai dengan adanya endapan dan perubahan warna. Diantara perubahan yang
ditimbulkan oleh kation – kation adalah sebagi berikut:
• Fe3+ dengan KSCN membentuk endapan coklat kemerah merahan
• Pb2+ dengan H2SO4 membentuk endapan putih
• Pb2+ dengan K2CrO4 membentuk endapan kuning
• Ag+ dengan HCl membentuk endapan putih
• Cr3+ dengan Pb(NO)3 membentuk endapan kuning
• Ni2+ dengan NaOH membentuk endapan hijau
• Al3+ dengan NH3 membentuk endapan putih
• Mg2+ dengan NaOH membentuk endapan putih
VI. PEMBAHASAN
Telah dilakukan percobaan berjudul “Analisis Kelompok Kation”.
Bertujuan untuk mengidentifikasi adanya kation-kation dalam larutan unknown.
Prinsip percobaan ini yaitu reaksi selektif dan spesifik ion. Reaksi selektif adalah
reaksi yang terjadi atas sekelompok bahan yang berbeda-beda atas suatu pereaksi
tertentu. Reaksi spesifik adalah reaksi khas antara bahan tertentu dengan pereaksi
spesifik untuk bahan tersebut. Metode yang digunakan adalah pengendapan dan
pengkompleksan. Pengendapan proses terbentuknya endapan, terjadi apabila Qc >
Ksp. Pengkompleksan adalah pembentukan ion kompleks yang tersusun dari ion
pusat (atom pusat) yang dikelilingi molekul atau ion yang disebut ligan. Kation
dapat dikelompokkan menjadi:
Kelompok kation 1 (Ag+, Pb+), akan diendapkan sebagai klorida larutannya dengan
HCl encer dan menghasilkan endapan berwarna putih.
Kelompok kation 2 (Pb+2, Al+3 , Fe+3, Cr+3), akan diendapkan sebagai hidroksida
dengan NH4OH.
Kelompok kation 3 (Ba+2, Mg+2), akan diendapkan sebagai sulfat atau hidroksida
dengan pengaturan pH dengan H2SO4 atau NaOH.
Kelompok kation 4 (Cu+2, Ni+2), tidak mengendap dengan cara 1-3 karena masih
terdapat dalam larutan sebagai kompleks ammonia yang larut. Reagen ditambahkan
untuk menghancurkan komplek dan mengendapkan tembaga sebagai CuI dan nikel
sebagai Ni(OH)2. Uji kepastian kation ini dengan pembentukan kompleks
berwarna.

6.1 Larutan Unknown I


Larutan unknown I merupakan kation H+. Hal ini didukung dengan
beberapa uji penambahan reagen tertentu. Pertama dilakukan dengan
menguji larutan unknown I dengan penambahan HCl yang berfungsi untuk
mengetahui apakah kation termasuk kelompok 1. Hasilnya larutan yang
semula tidak berwarna tetap tidak berwarna serta timbul panas. Hal ini
menunjukkan reaksi berlangsung secara eksoterm, dimana kalor berpindah
dari sistem ke lingkungan yang ditandai dengan tabung reaksi terasa panas.
Serta dapat diketahui bahwa unknown I tidak termasuk kelompok kation 1.
Reaksi:
H+ (aq) + HCl(aq)
(Svehla 1998)
Selanjutnya penambahan NH4OH untuk mengetahui apakah kation
termasuk kelompok kation 2. Hasilnya larutan tetap tidak berwarna,
sehingga unknown I tidak termasuk kelompok kation 2.
Reaksi:
H+ (aq) + NH4OH(aq)
(Svehla 1998)
Lalu, penambahan H2SO4 untuk mengetahui apakah kation
termasuk kelompok kation 3. Hasilnya larutan tetap tidak berwarna,
sehingga unknown I tidak termasuk kelompok kation 3.
Reaksi:
H+ (aq) + H2SO4(aq)
(Svehla 1998)
Kemudian penambahan NaOH untuk mengetahui apakah kation
termasuk kelompok kation 3. Hasilnya larutan tetap tidak berwarna,
sehingga unknown I tidak termasuk kelompok kation 3.
H+ (aq) + NaOH(aq)
(Svehla 1998)
Sehingga, berdasarkan pengujian dengan penambahan beberapa
reagen spesifik diatas dapat disimpulkan bahwa larutan unknown I adalah
mengandung kation H+ dari aquades.

6.2 Larutan Unknown II


Larutan unkown II merupakan anion Pb+2. Hal ini didukung dengan
beberapa uji penambahan reagen tertentu untuk mengetahui kelompok
anion berapakan yang terkandung dalam larutan. Pertama dilakukan
pengujian dengan penambahan HCl untuk mengetahui apakan unknown II
merupakan kelompok anion 1. Hasilnya larutan yang semula tidak berwarna
tetap tidak berwarna.
Reaksi:
Pb+2(aq) + HCl(aq)
(Svehla 1998)
Selanjutnya penambahan NH4OH untuk mengetahui apakah kation
termasuk kelompok kation 2. Hasilnya larutan yang tadinya tidak berwarna
menjadi terbentuk endapan putih, sehingga unknown II termasuk kelompok
kation 2.
Reaksi:
Pb+2(aq) + 2NH4OH(aq) Pb(OH)2(s) + NH4+(aq)
(Svehla 1998)
Endapan terbentuk karena Qc > Ksp, dimana Ksp Pb(OH)2 yaitu 1,2
× 10-15 lewat jenuh (Underwood.2002). Apabila harga Qc < Ksp, maka
larutan tidak jenuh (tidak mengendap). Apabila harga Qc = Ksp, maka
larutan tepat jenuh. Apabila harga Qc > Ksp, maka larutan lewat jenuh
(mengendap).
Lalu, penambahan H2SO4 untuk mengetahui apakah kation termasuk
kelompok kation 3. Hasilnya endapan putih tidak larut, sehingga unknown
II termasuk kelompok kation 2 karena mengendap pada penambahan
NH4OH.
Reaksi:
Pb(OH)2(s) + H2SO4(aq) PbSO4(s) + 2H2O(aq)
(Svehla 1998)
Kemudian penambahan aquades untuk melarutkan pengotor yang
terdapat dalam larutan. Sehingga, berdasarkan pengujian dengan
penambahan beberapa reagen spesifik diatas dapat disimpulkan bahwa
larutan unknown II mengandung kation Pb+2 yang merupakan kelompok
kation 2 diendapkan sebagai hidroksida dan diuji lebih lanjut lagi dengan
H2SO4 untuk memastikan endapan tdak larut.
6.3 Uji Larutan Unknown III
Pada larutan unknown III, sebelum ditambah reagen berwarna hijau
bening. Setelah ditambahkan larutan HCl, tidak ada perubahan yang terjadi.
Fungsi HCl untuk mengendapkan golongan perak. Hal tersebut
menandakan bahwa Larutan unknown III bukan kation golongan I atau
golongan perak. Kemudian setelah ditambahkan NH4OH, larutan berubah
menjadi warna hijau keruh yang menandakan terdapat endapan.
Reaksi yang terjadi :
Ni2+ (aq) + 2OH-(aq)→ Ni(OH)2 (s)
(Svehla 1985)
Dapat terbentuk endapaan karena hasil kali konsentrasi ion yang
terlibat lebih besar dari hasil kali kelarutannya atau Qc > Ksp. Ksp Ni(OH)2
sebesar 6x10-16 (Vogel,1985). Larutan tersebut lewat jenuh sehingga dapat
terbentuk endapan.
Selanjutnya ditambah H2SO4 , larutan tidak menunjukkan perubahan
tetap berwarna hijau keruh. Lalu ditambahkan lagi dengan NH4OH, larutan
berubah warna menjadi biru dan endapan menjadi larut. Penambahan
NH4OH yang berlebih akan melarutkan endapan Ni(OH)2 karena terbentuk
suatu kompleks.
Reaksi yang terjadi :
Ni(OH)2 (s) + 6NH4+(aq) + 4OH-(aq) → [Ni(NH3)6]2+(aq) + 6 H2O(l)
(Svehla 1985)
Pada kompleks [Ni(NH3)6]2+, ion Ni2+ berperan sebagai ion logam
pusat dan NH3 berperan sebagai ligan. NH3 berperan sebagai ligan karena
memiliki pasangan elektron bebas yang dapat disumbangkan kepada ion
Ni2+ untuk berikatan secara kovalen koordinasi.
Setelah itu, dilakukan penambahan NaOH dan tidak ada peubahan
yang terjadi larutan tetap berwarna bitu. Kemudian larutan ditambahkan
NH4OH dan tidak ada peubahan yang terjadi larutan tetap berwarna bitu.
Sehingga, berdasarkan pengujian dengan penambahan beberapa
reagen spesifik diatas dapat disimpulkan bahwa larutan unknown III
mengandung kation Ni2+ yang merupakan kelompok kation III.

6.4 Uji Larutan Unknown IV


Pada larutan unknown IV, sebelum ditambah reagen berwarna hijau
bening. Setelah ditambahkan larutan HCl, tidak ada perubahan yang terjadi.
Fungsi HCl untuk mengendapkan golongan perak. Hal tersebut
menandakan bahwa Larutan unknown IV bukan kation golongan I atau
golongan perak. Kemudian setelah ditambahkan NH4OH, larutan berubah
menjadi warna hijau keruh yang menandakan terdapat endapan.
Reaksi yang terjadi :
Ni2+ (aq) + 2OH-(aq)→ Ni(OH)2 (s)
(Svehla 1985)
Dapat terbentuk endapaan karena hasil kali konsentrasi ion yang
terlibat lebih besar dari hasil kali kelarutannya atau Qc > Ksp. Ksp Ni(OH)2
sebesar 6x10-16 (Vogel,1985). Larutan tersebut lewat jenuh sehingga dapat
terbentuk endapan.
Selanjutnya ditambah H2SO4 , larutan tidak menunjukkan perubahan
tetap berwarna hijau keruh. Lalu ditambahkan lagi dengan NH4OH, larutan
berubah warna menjadi biru dan endapan menjadi larut. Penambahan
NH4OH yang berlebih akan melarutkan endapan Ni(OH)2 karena terbentuk
suatu kompleks.
Reaksi yang terjadi :
Ni(OH)2 (s) + 6NH4+(aq) + 4OH-(aq) → [Ni(NH3)6]2+(aq) + 6 H2O(l)
(Svehla 1985)
Pada kompleks [Ni(NH3)6]2+, ion Ni2+ berperan sebagai ion logam
pusat dan NH3 berperan sebagai ligan. NH3 berperan sebagai ligan karena
memiliki pasangan elektron bebas yang dapat disumbangkan kepada ion
Ni2+ untuk berikatan secara kovalen koordinasi.
Setelah itu, dilakukan penambahan NaOH dan tidak ada perubahan
yang terjadi larutan tetap berwarna biru. Kemudian larutan ditambahkan
NH4OH dan tidak ada perubahan yang terjadi larutan tetap berwarna biru.
Lalu dilakukan penambahan aquades dan tidak ada perubahan yang terjadi
larutan tetap berwarna biru.
Kemudian dilakukan penambahan dimetilglioksima (DMG) dan
terjadi perubahan pada larutan yaitu terdapat endapan berwarna merah
muda.
Reaksi yang terjadi :

(Svehla 1985)
Sehingga, berdasarkan pengujian dengan penambahan beberapa reagen spesifik
diatas dapat disimpulkan bahwa larutan unknown IV mengandung kation Ni +2
yang merupakan kelompok kation 4.
VII. PENUTUP

7.1 Kesimpulan
7.1.1 Larutan unknown I merupakan aquades, larutan unknown II
merupakan ion Pb2+, larutan unknown III merupakan ion Ni2+,
larutan unknwon IV merupakan ion Ni2.

7.2 Saran
7.2.1 Lebih teliti dan hati-hati dalam menuangkan larutan
7.2.2 Lebih teliti dalam mengamati perubahan dalam setiap larutan yang
ditambahkan
DAFTAR PUSTAKA

Basri (1996). Kamus Kimia. Jakarta, Rineka Cipta.


Chang, R. (2005). Kimia Dasar Konsep - Konsep Inti. Jakarta, Erlangga.
Daintith (1994). Kamus Lengkap Kimia. Jakarta, Penerbit Erlangga.
Hardjadi (1989). Kimia Analitik Dasar. Jakarta, Gramedia Pustaka Utama.
Mulyono (2005). Membuat Reagen Kimia di Laboratorium. Jakarta, Bumi
Aksara.
Petrucci (1992). Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern. Jakarta, Penerbit
Erlangga.
Purba (2006). Kimia Untuk SMA. Jakarta, Penerbit Erlangga.
Svehla (1985). Vogel I : Buku Teks Analisis Kualitatif Makro dan Semimakro.
Jakarta, PT. Kalman Media Pustaka.
Svehla (1990). Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimakro.
Jakarta, PT. Kalman Media Pustaka.
Svehla (1998). Kimia Universitas Asas dan Struktur. Jakarta, Binarupa Aksara.
LAMPIRAN

Unknown I sebelum perlakuan Unknown I setelah perlakuan

Unknow II sebelum perlakuan Unknown II setelah perlakuan


Unknown III sebelum perlakuan Unknown III setelah perlakuan

Unknown IV sebelum perlakuan Unknown IV setelah perlakuan


Nama : Mochamad Rifli Al Rahman
NIM : 24030118130092
PRETEST

1. Jelaskan secara lengkap tahapan untuk menganalisis kation kelompok 3! (


Pilih salah satu, 1 jenis kation hanya boleh dipilih 1-2 orang).

Jawab :
• Jika terdapat sampel yang ketika di reaksikan dengan asam klorida
encer (HCl) tidak membentuk endapan, maka dapat dipastikan
sampel tersebut bukan kation golongan I.
• Kemudian sampel ini direaksikan dengan H2S dalam suasana asam
mineral encer dan tidak membentuk endapan, maka dipastikan
sampel ini tidak mengandung kation golongan II.
• Namun ketika sampel direaksikan dengan ammonium sulfida
((NH4)2S) dalam suasana netral dan membentuk endapan hitam,
maka dipastikan mengandung ion Fe2+ yang merupakan kation
golongan III. Reaksi yang terjadi adalah :
Fe2+ + S2- FeS
+
FeS + 2H Fe2+ + H2S
FeS + 9O2 2Fe2O(SO4)2
2. Jelaskan prinsip analisis kation!

Jawab : Prinsip percobaan ini yaitu reaksi selektif dan spesifik ion. Reaksi
selektif adalah reaksi yang terjadi atas sekelompok bahan yang berbeda-
beda atas suatu pereaksi tertentu. Reaksi spesifik adalah reaksi khas antara
bahan tertentu dengan pereaksi spesifik untuk bahan tersebut.

3. Tuliskan reaksi yang menyebabkan pengendapan dari salah satu kation!


Dan jelaskan mengapa bisa mengendap. (Perorangan tidak boleh sama)

Jawab : Reaksi antara barium dengan asam sulfat encer membentuk


endapan putih barium sulfat (BaSO4) yang berbutir halus, berat dan praktis
tak larut dalam air (2,5 mgl-1) Ksp = 9,2 x 10-11

Reaksinya :
Ba2+ + SO42-  BaSO4 
Endapan terjadi karena hasil kali kosentrasi ion – ion (Ba2+ dan SO42-)
telah melampaui hasil kali kelarutan atau dapat ditulis Qsp > Ksp.
4. Apakah ada kation yang ketika di analisis tidak mengendap atau berubah
warna? Jelaskan!
Jawab : Kation golongan IIB yaitu Hg2+ ketika di analisis dengan
penambahan KCN berlebih maka tidak tidak terbentuk endapan maupun
tidak berubah warna larutannya.

Anda mungkin juga menyukai