Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA ANORGANIK “REAKSI KIMIA ANORGANIK DAN


KIMIA KOORDINASI”
REAKSI PADA UNSUR DAN SENYAWA
TEMBAGA DAN PERAK
(Laporan ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Praktikum Kimia Anorganik I)
Dosen Pengampu : Indah Langitasari, S.Si., M.Pd

Disusun Oleh :
Alifa Siti Assyam Nurfatihah
(2282200063) / Kelompok 7 Kelas A

JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
TAHUN 2022
PRAKTIKUM 6
REAKSI PADA UNSUR DAN SENYAWA TEMBAGA DAN PERAK
Tanggal Praktikum : Kamis, 01 November 2022

A. Tujuan Percobaan
Setelah melakukan percobaan pada praktikum kali ini praktikan dapat :
- Dapat membuat beberapa persenyawaan tembaga
- Dapat mengidetifikasi sifat kimia dan fisika beberapa pernyawaannya logam tembaga
- Dapat mengidentifikasi sifat – sifat senyawa perak
- Dapat mengidentifikasi perubahan yang terjadi

B. Prinsip Percobaan
Tembaga umunya stabil dalam tingkat oksidasi +2 sedangkan pada tingkat oksidasi +1
hanya stabil jika berada dalam bentuk larutan. Warna logam tembaga menyerupai emas,
mudah ditempa, dapat diregang, dan merupakan konduktor panas dan listrik nomor 2 setelah
perak. Logam tembaga secara lambat bereaksi dengan udara lembab dan permukaannya
berangsur - angsur menjadi terlapis oleh lapisan hijau dari tembaga karbonat basa
[Cu2(OH)2CO3].
2Cu(s) + O2(g) + CO2(g) + 2H2O(l) → Cu2(OH)2CO3(s)

Logam tembaga tidak bereaksi dengan air atau uap air dan asam-asam encer non oksidator,
misalnya HCl encer dan asam sulfat encer. Asam klorida pekat yang mendidih dapat bereaksi
dengan tembaga menghasilkan gas hidrogen dan dikloro kuprat(I) [CuCl 2] - . Sementara itu,
asam sulfat pekat panas, asam nitrat encer dan asam nitrat pekat dapat bereaksi dengan logam
tembaga (Langitasari, 2022)
Dalam Industri kerajinan perak dan tembaga adalah salah satu logam yang dicampur
dengan perak untuk menghasilkan logam campuran yang lebih keras dan kuat dari perak
murni, hasilnya biasanya berupa perhiasan, aksesoris dan tentu saja limbah cair yang banyak
mengandung logam tembaga (Andaka, 2011)
C. Reaksi Kimia
- Pembuatan Tembaga (I) Oksida
CuSO4(aq) + 2NaOH(aq) → Cu(OH)2(aq) + Na2SO4(aq)
2Cu(OH)2(aq) → Cu2O↓(s) + 2H2O(l)

- Reaksi Senyawa Tembaga (I) Oksida Dengan Asam


CuO(s) + H2SO4(aq) → CuSO4(aq) + H2O(l)
CuO(s) + HNO3(aq) → Cu(NO3)2(aq) + NO(g) + H2O(l)
CuO + 2HCl → CuCl2 + H2O

- Pembuatan Tembaga (I) Klorida


CuO(s) + 2HCl(aq) → CuCl2(aq) + H2O(l)
CuCl2(aq) + Cu(s) → 2CuCl(aq)
[CuCl4]2- (aq) + 6H2O(l) ↔ [Cu(OH2)6]2+ + 4 Cl-(aq).

- Reaksi Dari Senyawa Tembaga (II)


2CuSO4(aq) + 2NaOH(aq) → Cu(OH)2(s) + Na2SO4(aq)
Cu2+(aq) + 4NH3+(aq) → [Cu(NH3)4]2+(aq)
Cu2+ + 4Cl– → CuCl42–

- Reaksi Dari Senyawa Perak


2AgNO3 + K2CrO4 → Ag2CrO4(s) + 2KNO3
2Ag2CrO4(s) + 4HNO3(aq) → 4AgNO3 + H2CrO4(s) + H2O(l)
2Ag2CrO4(s) + 4NH3(aq) → [Ag(NH3)2].2CrO4 + H2O(l)
NaOH(aq) + AgNO3(aq) → Ag2O(s)↓ + 3NaNO3(aq)

- Reaksi Pembentukan Cermin Perak


AgNO3(aq) + NaOH(aq) → Ag2O(s)↓ + 3NaNO3(aq)
Ag2O(s)↓ + NH3(aq) → Ag(s) + N2(g) + H2O(l)
CH2OH(CHOH)4CHO + Ag2O↓ → CH2OH(CHOH)4COOH + 2Ag
D. Kajian Teori
Tembaga adalah logam merah muda yang lunak, dapat ditempa, dan liat. Ia melebur pada
suhu 1038°C. karena potensial electrode standarnya positif, (+0,34 V untuk pasangan
Cu/Cu2+), ia taak larut dalam asam klorida dan asam sulfat encer, meskipun dengan adanya
oksigen ia bisa larut sedikit. Asam nitrat yang sedang pekat (8 M) dengan mudah melarutkan
tembaga. Ada dua deret senyawa tembaga. Senyawa-senyawa tembaga (I) diturunkan dari
tembaga (I) oksida Cu2O yang merah dan mengandung ion tembaga (I), Cu+. Senyawa-
senyawa ini tak berwarna, kebanyakan garam tembaga (I) tak larut dalam air, perilakunya
mirip perilaku senyawa perak (I). Mereka mudah dioksidasikan menjadi senyawa tembaga
(II), yang dapat diturunkan dari tembaga (II) oksida, CuO, hitam. Garam-garam tembaga (II)
umumnya berwarna biru, baik dalam bentuk hidrat, padat, maupun dalam larutan air (Vogel,
1979).
Tembaga mudah larut dalam asam nitrat dan dalam asam sulfat dengan adanya oksigen.
Tembaga juga larut dalam larutan KCN atau amonia dengan adanya oksigen seperti dicirikan
dengan potensialnya. Potensial pengionan kedua dan ketiga Cu sangat jauh lebih rendah dari
pada potensial kedua dan ketiiga pada alkali yang berperan untuk sifat logam transisi
(petrucci, 1993)
Dalam industri kerajinan perak, tembaga adalah salah satu logam yang dicampurkan
dengan perak untuk menghasilkan logam campuran yang lebih keras dan lebih kuat dari perak
murninya. Hasil dari industri kerajinan perak ini berupa perhiasan, asesoris, dan tentu saja
limbah cair yang banyak mengandung logam tembaga. Tembaga termasuk logam berat yang
bersifat racun. Agar limbah cair ini tidak berbahaya jika dibuang ke perairan, maka limbah
tersebut harus diolah terlebih dahulu. Limbah ini jika langsung dibuang ke saluran peresapan,
riol, tanah atau ke lingkungan sekitar akan berpotensi mencemari air dan sungai. Adapun
limbah Cu2+ muncul dari pencelupan dengan menggunakan HCl yang bersifat asam dan
berfungsi untuk melarutkan kotoran-kotoran yang menempel pada perak setelah proses
penempaan agar didapatkan perak dengan warna yang cemerlang. CuCl 2 yang terlarut pada
proses ini akhirnya lolos ke perairan dan menimbulkan pencemaran (Andaka, 2008).
Dalam suatu Sistem Periodik Unsur (SPU), tembaga termasuk ke dalam golongan 11.
Tembaga, perak dan emas disebut logam koin karena dipakai sejak lama sebagai uang dalam
bentuk lempengan (koin). Hal ini disebabkan oleh logam ini tidak reaktif, sehingga tidak
berubah dalam waktu yang lama. Tembaga adalah logam berdaya hantar listrik tinggi, maka
dipakai sebagai kabel listrik. Tembaga tidak larut dalam asam yang bukan pengoksidasi
tetapi tembaga teroksidasi oleh HNO3 sehingga tembaga larut dalam HNO3. Tembaga
merupakan salah satu logam yang terdapat cukup banyak dalam keadaan bebas. Metalurgi
dan kegunaan tembaga. Melalui ekstraksi tembaga dari bijihnya (biasanya sebagai sulfida)
lebih rumit. Kekompleksan ini meningkat sebab adanya besi sulfida pada bijih tembaga.
Prosedur yang biasa digunakan mengakibatkan besi diproduksi bersama-sama dengan
tembaga. Untuk menghindari hal ini, besi harus dipisahkan sebelum reduksi akhir logam
tembaga dilakukan. Lima langkah yang dilakukan adalah pemekatan, pemanggangan,
peleburan, pengubahan dan pengilangan (Syukri, 1999).
Tembaga (Cu) merupakan salah satu logam yang paling ringan dan paling aktif. Cu +
mengalami disproporsionasi secara spontan pada keadaan standar (baku). Hal ini bukan
berarti larutan senyawa Cu(I) tidak mungkin terbentuk. Untuk menilai pada keadaan
bagaimana mereka ditemukan, yaitu jika kita mencoba membuat (Cu +) cukup banyak pada
larutan air, Cu2+ akan berada pada jumlah banyak (sebab konsentrasinya harus sekitar dua
juta dikalikan pangkat dua dari Cu+. Disproporsionasi akan menajdi sempurna. Di lain pihak
jika Cu+ dijaga sangat rendah (seperti pada zat yang sedikit larut atau ion kompleks mantap),
Cu2+ sangat kecil dan tembaga (I) menjadi mantap (Petrucci, 1987).
Tembaga dalam jumlah yang kecil esensial bagi kehidupan, tetapi akan bersifat racun
dalam jumlah yang besar, terutama bagi bakteri, alga, dan fungi. Di antara banyak senyawa
tembaga yang digunakan sebagai pestisida adalah asetat basa, karbonat, klorida, hidroksida,
dan sulfat. Secara komersil senyawa tembaga yang terpenting adalah CuSO 4.5H2O. Selain
dalam bidang pertanian, CuSO4 juga digunakan untuk baterai dan penyepuhan, pembuatan
garam tembaga yang lain, perminyakan, keret, dan industri baja. Potensial pengionan
pertama Cu lebih tinggi daripada golongan alkali. Karena elektron-elektron pada kulit d juga
dilibatkan dalam ikatan logam, panas penyubliman dan titik leleh tembaga juga jauh lebih
tinggi daripada alkali. Jika kita membuat Cu + cukup banyak pada larutan air, Cu2+ akan
berada pada jumlah banyak. Disproporsionasi akan menjadi sempurna. Di lain pihak jika
Cu+ dijaga sangat rendah (seperti pada zat yang sedikit larut atau ion kompleks mantap),
Cu2+ sangat kecil dan tembaga (I) menjadi mantap. Cu+(aq) mengalami disproporsionasi
secara spontan pada keadaan standar (baku) (Petrucci, 1987).
Hidrat garam tembaga (II), seperti CuSO4.5H2O juga berwarna biru karena adanya ion
kompleks Cu(H2O)42+. Rumus hidrat CuSO4.5H2O tepatnya adalah sebagai Cu(H2O)4
SO4.H2O yang terdiri dari empat molekul air yang terikat pada ion Cu 2+, sedangkan yang
satu lagi terikat pada gugus SO42−. Hal ini dikarenakan tembaga (II) sulfat anhidris tidak
larut dalam alcohol dan eter, serta dengan segera dapat menyerap air berubah warna menjadi
biru, sehingga digunakan untuk mendeteksi adanya air dalam suatu cairan.
Persamaan unsur-unsur peralihan lain yang mendahului pada tabel berkala adalah
kemampuan menggunakan elektron d pada ikatan kimia. Sehingga unsur-unsur IB dapat
mempunyai bilangan oksidasi yang berbeda, menunjukkan sifat fisik paramagnetisme dan
warna pada beberapa senyawanya, dan membentuk ion kompleks. Unsur-unsur ini juga
menunjukkan sifat fisik khusus logam, dapat ditempa, dapat diregang, daya hantar listrik,
dan panas yang baik (Cotton & Wilkinson, 1989).

E. Alat dan Bahan


Alat : - Tabung reaksi (10 buah) - Gelas kimia 500 ml (1 buah)
- Gelas kimia 100 ml (1 buah) - Pipet tetes (5 buah)
- Pembakar spirtus (1 buah) - Batang pengaduk (1 buah)
- Krusibel porselin (1 buah) - Rak tabung reaksi (1 buah)
- Kertas saring (1 buah) - Gelas ukur 5 ml (3 buah)
- Penangas air (1 buah) - Gelas ukur 50 ml (1 buah)
- Spatula (3 buah) - Penjepit tabung reaksi (2 buah)
- Corong (1 buah) - Kaca arloji (1 buah)

Bahan : - Larutan CuSO4 0,1M - Logam Cu


- Larutan H2SO4 1M - Padatan Kalium Natrium Tartrat
- Larutan NaOH 2M dan 1% - Padatan Glukosa
- Larutan HCl pekat dan 1M - Padatan CuO
- Larutan K2CrO4 0,1M - Padatan MnSO4
- Larutan Glukosa 2% - Larutan HNO3 1M
- Larutan KI 0,1M - Larutan AgNO3 10% dan 0,05 M
- Larutan Amonia 10%
F. Prosedur Kerja
- Pembuatan Tembaga (I) Oksida
CuSO4
→ (+) 2 ml CuSO4 0,1M kedalam tabung reaksi
→ Membuat campuran 2 ml NaOH 2M + 0,2 gram Kalium Natrium Tartrat, kedalam
tabung → ditambahkan tetes demi tetes ke larutan CuSO4 sampai terbentuk
endapan
→ (+) Glukosa seujung sendok dan dipanaskan hingga endapan merah jingga
→ Endapan dibiarkan mengendap kemudian didekantasi dan dicuci endapan dengan
air
→ Endapan diamankan untuk percobaan B
Hasil

- Reaksi Senyawa Tembaga (I) Oksida Dengan Asam


Endapan Prosedur A
→ Endapan prosedur A dimasukkan kedalam 3 tabung reaksi
→ (+) Tembaga (II) Oksida kedalam 3 tabung reaksi yang berbeda
→ (Tabung 1) + HCl 1M
→ (Tabung 2) + H2SO4 1M
→ (Tabung 1) + HNO3 1M
→ (+) masing – masing asam secara berlebih pada masing – masing tabung reaksi
→ Dipanaskan dan diamati perubahan yang terjadi
Hasil

- Pembuatan Tembaga (I) Oksida


Tembaga (II) Oksida
→ (+) 0,2 gram Tembaga (II) Oksida + 3 ml HCl pekat kedalam tabung reaksi
→ Dipanaskan hingga larutan berwarna hijau
→ (+) logam Cu dan dididih ± 5 menit
→ Disaring dan dimasukkan filtrat kedalam 200ml aquadest kedalam gelas kimia
Hasil

- Reaksi Dari Senyawa Tembaga (II)


Tembaga (II) Sulfat
→ (tabung 1) 2 ml CuSO4 + NaOH 2M tetes demi tetes
→ (tabung 2) 2 ml CuSO4 + NH3 tetes demi tetes hingga berlebih
→ (tabung 3) 2 ml CuSO4 + HCl pekat tetes demi tetes sampai tidak terjadi perubahan
Hasil

- Reaksi Dari Senyawa Perak


Percobaan 1
→ (+) 2 ml AgNO3 + K2CrO4 tetes demi tetes
→ Endapan dibagi 2, (Endapan 1 + HNO3) dan (Endapan 2 + NH3)
→ Mengamati perubahan yang terjadi
Hasil

Percobaan 2
→ (+) 2 ml AgNO3 + NH3 encer sampai berlebih
→ Diulangi percobaan dengan larutan NaOH sebagai pengganti NH3
→ Mengamati perubahan yang terjadi
Hasil

- Reaksi Pembentukan Cermin Perak


AgNO3
→ (+) 1 ml AgNO3 10% + 1 ml NaOH 1%
→ Endapan + 2 ml ammoniak 10%
→ (+) 2 ml larutan glukosa, dan dipanaskan pada suhu ±60℃
→ Mengamati perubahan yang terjasi
Hasil
G. Data Pengamatan

Percobaan Prosedur Percobaan Hasil Pengamatan

A - NaOH 2M + 0,2 gram Kalium - Campuran tidak berwarna


Natrium Tartrat
- Campuran + CuSO4 - Endapan sedikit larut menjadi
biru lebih jernih
- (+) Glukosa 2% - Larutan menjadi biru keruh
- Dipanaskan - Larutan berwarna jingga dan
endapan berwarna jingga

B Endapan Prosedur A
- (+) HCl encer - (+) berlebih = tidak ada
perubahan
- Dipanaskan = larutan hijau
muda bening

- (+) H2SO4 encer - (+) berlebih = tidak ada


perubahan
- Dipanaskan = larutan menjadi
biru muda bening (endapan
merah jingga)

- (+) HNO3 encer - (+) berlebih = tidak ada


perubahan
- Dipanaskan = larutan menjadi
biru muda bening (endapan
merah bata)
Serbuk CuO (serbuk hitam)
- (+) HCl encer - Larutan berwarna hitam dan
endapan berwarna hitam
- (+) berlebih = tidak ada
perubahan
- Dipanaskan = larutan hijau
tosca dan endapan hitam
- (+) H2SO4 encer - Larutan berwarna hitam dan
endapan berwarna hitam
- (+) berlebih = tidak ada
perubahan
- Dipanaskan = larutan menjadi
biru muda (terdapat endapan
hitam)
- (+) HNO3 encer - Larutan berwarna hitam dan
endapan berwarna hitam
- (+) berlebih = tidak ada
perubahan
- Dipanaskan = larutan menjadi
biru muda bening (endapan
hitam)
C - 0,2 gram CuSO4 + HCl pekat - Larutan hijau kehitaman dan
endapan hitam
- Dipanaskan - Larutan hijau kehitaman dan
endapan hitam
- (+) logam Cu + dididihkan - Larutan kehijaman dan sedikit
endapan
- Disaring filtrat + aquadest 200 - Larutan berwarna putih
ml kebiruan

D - CuSO4 + NaOH encer - Larutan bewarna biru muda,


endapan koloid
- (+) berlebih = larutan lebih
biru terang

- CuSO4 + amoniak - Larutan berwarna biru tua


- (+) berlebih = larutan
berwarna biru terang
- CuSO4 + HCl pekat - Larutan berwarna hijau muda
jernih
- (+) berlebih = larutan
berwarna hijau kekuningan
atau hijau neon

E Percobaan 1
- K2CrO4 + AgNO3 - Larutan keruh dan terdapat
endapan merah bata
- Endapan + HNO3 encer - Endapan larut, larutan
bewarna orange
- Endapan + ammoniak - Endapan larut endapan
berwarna kuning

Percobaan 2
- AgNO3 + ammoniak encer - Larutan tidak berwarna
- (+) berlebih = tidak ada
perubahan
- AgNO3 + NaOH - Larutan berwarna coklat
pekat dan terdapat endapan
berwarna coklat kehijauan
- (+) berlebih = larutan
berwarna coklat keruh, dan
terdapat endapan berwarna
coklat kehijauan (larutan
lebih terang)
F - AgNO3 + NaOH - Larutan putih keruh &
endapan coklat
- (+) Ammoniak - Larutan tidak berwarna
- (+) glukosa - Larutan coklat jernih

- Dipanaskan - Larutan berubah menjadi


coklat lebih pekat lalu saat
dipanaskan semakin lama
warnanya menjadi hijau
kehitaman

H. Pembahasan
Pada praktikum kali ini melakukan percobaan reaksi pada unsur dan senyawa tembaga dan
perak. Percobaan ini terbagi menjadi tujuh percobaan. Tembaga umunya stabil pada tingkat
oksidasi +2 sedangkan pada tingkat oksidasi +1 hanya stabil jika berada dalam bentuk larutan.
Warna logam tembaga menyerupai emas, mudah ditempa, dapat diregang, dan merupakan
konduktor panas dan listrik nomor 2 setelah perak. Dan garam tembaga dalam larutan
berwarna biru pucat, sebab membentuk ion Cu(H2O)4 2+ . Jika larutan ini ditambahkan amonia
akan menghasilkan Cu(NH3)4 2+ yang berwarna biru pekat.
Pada percobaan yang pertama yaitu pembuatan tembaga (II) oksida. Dimana pada
percobaan ini yaitu uji glukosa dengan menggunakan uji fehling. Fehling A yaitu larutan
tembaga (II) sulfat (CuSO4) dan Fehling B yaitu larutan hidroksida dan kalium natrium tartrat.
Pada larutan fehling yang akan digunakan, kedua larutan akan dicampur dengan perbandingan
volume yang sama. Berdasarkan hasil percobaan saat campuran larutan NaOH dan kalium
natrium tartrat direaksikan dengan CuSO4 menghasilkan terbentuknya endapan berwarna biru,
endapan yang terbentuk ini ialah Cu(OH)2. Pada larutan Fehling ditambahkan hingga
endapannya larut, kemudian ditambahkan sedikit glukosa dan dipanaskan. Setelah dipanaskan
akan menghasilkan terbentuknya endapan berwarna merah jingga di bawah tabung reaksi.
Berdasarkan literasi, hal ini menunjukkan bahwa dengan penambahan glukosa akan
mereduksi ion Cu2+ dari CuSO4 dan pada tabung reaksi dipanaskan berfungsi untuk
mempercepat reaksi. Dimana endapan merah jingga yang dihasilkan merupakan tembaga (I)
oksida yang terbentuk.
CuSO4(aq) + 2NaOH(aq) → Cu(OH)2(aq) + Na2SO4(aq)
2Cu(OH)2(aq) → Cu2O↓(s) + 2H2O(l)
Pada percobaan yang kedua yaitu reaksi senyawa tembaga(I) oksida dan tembaga(II)
oksida dengan asam. Dimana pada percobaan ini dilakukan berbagai perlakuan, pada
perlakuan pertama yaitu tembaga (II) oksida + HCl pekat, dimana pada warna berbeda terjadi
pada senyawa garam tembaga (II) klorida. Pada cairan pekat dari senyawa tembaga(II) klorida
ia memiliki warna hijau yang disebabkan oleh adanya ion kompleks yang mempunyai bentuk
2+
planar seperti ion heksaklorokuprat(II) ([CuCl 4] ). Saat dilarutkan dalam air warna larutan
akan berubah menjadi biru. Perubahan warna terjadi disebabkan oleh terjadinya penggantian
ion klorida pada senyawa kompleks dengan moleul air. Timbul warna biru itu dikarenakan
oleh adanya ion heksaaquatembaga(II) didalam larutan. Secara keseluruhan, perubahan ion
kompleks yang mengankibatkan perubahan warna hijau menjadi biru.
CuO(s) + 2HCl(aq) → CuCl2(aq) + H2O(l)
[CuCl4]2- (aq) + 6H2O(l) ↔ [Cu(OH2)6]2+ + 4 Cl-(aq).
Pada perlakuan kedua yaitu tembaga (II) + H2SO4 , dimana saat dicampurkan berdasarkan
hasil percobaan menghasilkan larutan berwarna biru, dan berdasarkan literasi, saat
tembaga(II) silfat dipanaskan, maka krisktal akan terdehidrasi serta berubah warna menjadi
hijau abu-abu. Dimana asam sulfat berfungsi sebgai dehidrator yang menarik air dari senyawa
lainnya, asam sulfat juga perperan sebagai oksidator pada logam-logam sehingga dapat terjadi
reaksi kimia.
CuO(s) + H2SO4(aq) → CuSO4(aq) + H2O(l)
Pada perlakuan berikutnya yaitu tembaga (I) oksida + HCl, dimana berdasarkan hasil
percobaan didapatkan larutan berwarna hitam serta endapan hitam, Berdasarkan literasi, ion
tembaga(I) terbentuk dalam reaksi oksidasi yang secara cepat akan membentuk kompleks
dengan ion klorida menghasilkan ion kompleks diklorokuprat(I) yang tidak berwarna. Ion
kompleks ini memiliki rumus kimia [CuCl 2] - . Pada reaksi yang terjadi karena sebenarnya
asam klorida bukanlah zat pengoksidasi yang kuat seperti asam nitrat.
CuO(s) + 2HCl(aq) → CuCl2(aq) + H2O(l)
Perlakuan berikutnya yaitu tembaga(I) oksida dengan asam nitrat, dimana berdasarkan
hasil percobaan didapatkan Setelah direaksikan campuran berwarna hitam pekat, dan saat
dipanaskan terbentuk gelembung dan campuran berwarna hitam. Berdasarkan literasi, Pada
saat HNO3 dimasukan, Cu mulai bereaksi yang ditandai dengan adanya gelembung dan
berubahnya larutan HNO3 dari warna bening menjadi biru. Terjadi perubahan suhu menjadi
lebih tinggi dan kemudian timbul gas NO yang beracun sehingga berwarna kuning kecoklatan.
Seiring dengan habisnya Cu yang bereaksi, gas NO yang terbentuk lama kelamaan
menghilang. Setelah dipanaskan endapan yang timbul ialah endapan CuO, Cu yang berada
dalam larutan mulai mengendap, endapan Cu pada awalnya berwarna biru, lama kelamaan
berubah menjadi hitam.
CuO(s) + HNO3(aq) → Cu(NO3)2(aq) + NO(g) + H2O(l)
Pada percobaan yang ketiga yaitu pembuatan tembaga(I) klorida dimana dengan
mereaksikan dengan HCl 2M yang kemudian dipanaskan dan ditambahkan dengan kepingan
tembaga lalu disaring dan filtrat nya dilarutkan dengan aquades. Berdasarkan hasil percobaan
didapatkan Ketika direaksikan menghasilkan larutan berwarna hitam, dan tak lama kemudian
akan menghasilkan endapan berwarna hitam dan larutan sedikit hijau (dua lapis) saat
dipanaskan larutan akan mendidih dan larutan berubah warna menjadi hijau. Pada percobaan
tembaga(I) terdapat dalam CuCl2 yang berbentuk oktahedral terdistorsi dalam ikatan trans
yang lebih panjang. pada tembaga tidak larut dalam asam yang bukan pengoksidasi sehingga
pada saat ditambahkan dengan HCl, tembaga mengendap dan didapatkan larutan tembaga (II)
klorida.
CuO(s) + 2HCl(aq) → CuCl2(aq) + H2O(l)
Dilakukannya pemanasan dengan tujuan untuk mempercepat reaksi, kemudian pada
percobaan ini terdapat perubahan warna larutan menjadi hijau. Yang kemudian ditambahkan
dengan kepingan logam tembaga
CuCl2(aq) + Cu(s) → 2CuCl(aq)
Dari persamaan reaksi tersebut terdapat penurunan biloks pada Cu dari +2 menjadi +1,
sehingga dapat disimpulkan bahwa Cu mengalami reduksi dari Cu 2+ menjadi Cu+, Kemudian
filtrat disaring menggunakan kertas saring dan dilarutkan dalam 200mL air akan terbentuklah
tembaga (I) Klorida.
Pada percobaan keempat yaitu reaksi dari senyawa tembaga(II), dimana dengan
mereaksikan tembaga(II) sulfat dengan NaOH. Pada percobaan ini dilakukan 3 perlakuan
berbeda, diberikan pada senyawa CuSO4 dengan menggunakan reagen NaOH encer, larutan
ammonia, dan larutan HCl pekat. Berdasarkan hasil pengamatan, ketiga reagen yang
ditambahkan ke dalam larutan CuSO4 menghasilkan pengamatan yang berbeda. Setelah
direaksikan tetes demi tetes NaOH ke dalam CuSO4 menghasilkan larutan yang berwarna biru
muda, tidak berbau dan terbentuk endapan biru tua-kehitaman. Saat direaksikan hingga
berlebih menghasilkan tiga lapisan dalam larutan, yaitu lapisan pertama menghasilkan larutan
tak berwarna, lapisan tengah terbentuk endapan biru tua-kehitaman dan lapisan bawah
menghasilkan larutan berwarna biru. Endapan tersebut dihasilkan dari reaksi ion Cu 2+ dengan
ion OH- yang menghasilkan endapan Cu(OH)2.
CuSO4(aq) + 2NaOH(aq) → Cu(OH)2(aq) + Na2SO4(aq)
Pada perlakuan kedua, dimana larutan CuSO4 direaksikan dengan larutan ammonia.
Berdasarkan hasil percobaan, setelah direaksikan tetes demi tetes menghasilkan larutan yang
berwarna biru tua. saat direaksikan hingga berlebih menghasilkan larutan berwarna biru lebih
terang. Berdasarkan litterasu, seharusnya reaksi CuSO4 yang ditambahkan larutan ammonia
tetes demi tetes, terbentuk endapan biru muda yang kemudian larut saat penambahan ammonia
secara berlebih dan akan terbentuk larutan berwarna biru tua. Pada perubahan warna larutan
biru tua itu membuktikan adanya reaksi ion Cu 2+ dengan ion NH3 +
yang menghasilkan ion
[Cu(NH3)4] 2+ .
Cu2+(aq) + 4NH3+(aq) → [Cu(NH3)4]2+(aq)
Pada perlakuan ketiga, dimana larutan CuSO4 direaksikan dengan larutan HCl pekat.
Setelah direaksikan tetes demi tetes sampai berlebih menghasilkan larutan yang berwarna
hijau muda jernih. Berdasarkan literasi, tembaga sulfat saat bereaksi dengan asam klorida akan
menghasilkan larutan berwarna hijau. Pada reaksi ini, larutan tembaga(II) yang warnanya biru
akan berubah dijadikan hijau karena pembentukan tetraklorokuprat(II)
Cu2+ + 4Cl– → CuCl42–
Pada percobaan yang kelima yaitu reaksi dari senyawa perak(I). Pada percobaan ini
dilakukan dua perlakuan. Dimana pada perlakuan pertama yaitu mereaksikan sebagian
endapan dengan larutan ammonia. Dari hasil pengamatan yang didapatkan yaitu ketika larutan
ditambahkan ammonia, maka reaksi yang teramati yaitu larutan membentuk 2 lapisan, dimana
larutan ini menjadi berwarna keruh. Hal ini terjadi sebab saat bagain 1 ditambahkan asam
nitrat encer terbentuk 2 lapisan yaitu larutan jernih kekuningan serta endapan merah bata dan
bagian 2 ditambahkan amoniak (terbentuk larutan keruh dan endapan merah bata). saat
K2CrO4 direaksikan dengan AgNO3 terbentuk endapan merah bata yang merupakan endapan
perak (I) kromat atau Ag2CrO4 dengan nilai hasil kali kelarutan sangat kecil (4 x 10-12).
2AgNO3 + K2CrO4 → Ag2CrO4(s) + 2KNO3
Pada saat endapan Ag2CrO4 diasamkan dengan HNO3 encer, akan terbentuk larutan
berwarna kuning dan endapan merah bata kekuningan, dimana endapan tersebut merupakan
endapan H2CrO4 dengan larutan kuning yang merupakan AgNO3 dalam suasana ion kromat
yang masih mencolok yang menjadi ciri khasnya
2Ag2CrO4(s) + 4HNO3(aq) → 4AgNO3 + H2CrO4(s) + H2O(l)
Sedangkan saat penambahan amoniak dalam endapan Ag2CrO4 dihasilkan larutan yang
kuning cerah dan endapan larut pada amoniak berlebih.
2Ag2CrO4(s) + 4NH3(aq) → [Ag(NH3)2].2CrO4 + H2O(l)
Pada perlakuan kedua yaitu mereaksikan larutan AgNO3 yang ditambahkan dengan larutan
NaOH. Berdasarkan hasil percobaan menghasilkan endapan yang berwarna coklat pada
tengah larutan. Dimana endapan berwarna coklat ini berasal dari senyawa perak yang
ditambahkan dengan larutan NaOH sebagai pengganti NH3. Jika endapan tersebut diuji
dengan NaOH ini maka endapan tersebut tidak larut. Sebab endapan pada larutan tersebut
merupakan pereaksi berlebih pada kation Ag+ .
AgNO3(aq) + NaOH(aq) → Ag2O(s)↓ + 3NaNO3(aq)
Pada percobaan yang ketujuh yaitu reaksi pembentukkan cermin perak, dimana dengean
mereaksikan AgNO3 10% + NaOH 1%, yang direaksikan dengan NH3 10% , glukosa 2% dan
kemudian dipanaskan pada suhu 60⁰C. Berdasarkan hasil percobaan AgNO 3 10%
ditambahkan NaOH 1% menghasilkan terbentuknya endapan bewarna coklat pada dasar
tabung reaksi serta larutan bewarna keruh. Kemudian saat direaksikan dengan NH 3 10%,
larutan tidaj berwarna, sebab berdasarkan literatur secara teori reaksi ini merupakan kompleks
ion Ag+ dan amonia sehingga dalam persamaan reaksinya dapat ditulis Ag 2O. Selanjutnya saat
ditambahkan glukosa 2% (senyawa adehid) akan menghasilkan larutan menjadi berwarna
coklat pekat, berdasarkan literatur secara teori gula akan teroksidasi oleh larutan Ag-
amoniakal yang menjadi asam karboksilat. Dan saat dilakukan pemanasan pada suhu 60⁰C,
yang bertujuan untuk mempercepat rekasi dan juga mencegah terjadinya pengendapan ion
perak sebagai oksidasi Ag2O akan menghasikan letak endapan diseluruh larutan disertai
ukuran partikel serta endapan terlihat lebih besar, terletak pada dasar tabung reaksi serta
dinding tabung reaksi. Pada endapan yang berada di dinding reaksi merupakan cermin perak
yang terbentuk. Hal ini dapat terjadi sebab pada glukosa memiliki gugus H bebas yang
bereaksi dengan AgNO3
CH2OH(CHOH)4CHO + Ag2O↓ → CH2OH(CHOH)4COOH + 2Ag

I. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum percobaan reaksi pada unsur dan senyawa tembaga dan perak
kali ini maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Pada pembuatan senyawa tembaga dapat dibuat dengan cara mereaksikan tembaga
dengan larutaan asam yang dipanaskan, Logam Cu memiliki sifat mudah teroksidasi
jika dipanaskan atau dibakar
2. Tembaga (I) oksida dibuat dengan mereaksikan larutan benedict dengan glukosa
sehingga terbentuk endapan berwarna coklat tua
3. Reaksi antara tembaga (I) oksida dengan asam, yaitu asam klorida, asam sulfat, dan
asam nitrat adalah reaksi antara Cu+ dengan anion dari masing – masing asam tersebut
sehingga dihasilkan CuCl2, CuSO4, dan Cu(NO3)2
4. Cermin perak dapat dibuat melalui uji Tollens pada larutan gukosa, ion Ag+ akan
direduksi mejadi Ag(s)
J. Daftar Pustaka
Chang, R. (2005). Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti. Jakarta: Erlangga.
Cotton, A. 1989. Kima Anorganik Dasar. Jakarta : Erlangga
Fessenden, Ralp J. 1989. Kimia Anorganik Jlid 1 Edisi Ketiga. Erlangga. Jakarta.
Gillis, Nachrieb. 2001. Prinsip – Prinsip Kimia Modern. Jakarta: Erlangga
Housecroft, C.E. & Sharpe, A. G. 2005. Inorganic Chemistry 2nd ed. England: Person
Education Limite
Keenan, D.1984. Kimia Untuk Universitas. Jakarta: Erlangga
Khristian, S. 2001. Kimia Anorganik II. Yogyakarta : UNY
Langitasari, Indah.2022. Penuntun Praktikum Kimia Anorganik. Serang : Untirta Press
Petrucci, R. H. 1987. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern. Jilid 3. Jakarta : Erlangga.
Saito, Taro. 1996. Buku Teks Kimia Anorganik Online. Tokyo: Iwanami Publishing
Company.
Shevla G. 1985. Analisis Kualitatif Makro dan Semimakro. Jakarta : Kalman Medika Pustaka
Sugiyarto, Kristian H. 2003. Dasar-Dasar Kimia Anorganik Logam. Yogyakarta: UNY Press.
Sutresna, N. 2003. Kimia. Jakarta : P.G.M Pratama
Syamsidar, HS. 2013. Dasar Reaksi Kimia Anorganik. Makassar: Alaudin University Press
Syukri. 1999. Kimia Dasar. Bandung : ITB.
Vogel. 1985. Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semi Mikro Bagian II. Kalman Media
Pustaka, Jakarta
K. Lampiran
• Lampiran Jawaban Tugas
1. Tulis semua persamaan reaksi pada percobaan A-F?
Jawaban :
- Pembuatan Tembaga (I) Oksida
CuSO4(aq) + 2NaOH(aq) → Cu(OH)2(aq) + Na2SO4(aq)
2Cu(OH)2(aq) → Cu2O↓(s) + 2H2O(l)
- Reaksi Senyawa Tembaga (I) Oksida Dengan Asam
CuO(s) + H2SO4(aq) → CuSO4(aq) + H2O(l)
CuO(s) + HNO3(aq) → Cu(NO3)2(aq) + NO(g) + H2O(l)
CuO + 2HCl → CuCl2 + H2O
- Pembuatan Tembaga (I) Klorida
CuO(s) + 2HCl(aq) → CuCl2(aq) + H2O(l)
CuCl2(aq) + Cu(s) → 2CuCl(aq)
[CuCl4]2- (aq) + 6H2O(l) ↔ [Cu(OH2)6]2+ + 4 Cl-(aq).
- Reaksi Dari Senyawa Tembaga (II)
2CuSO4(aq) + 2NaOH(aq) → Cu(OH)2(s) + Na2SO4(aq)
Cu2+(aq) + 4NH3+(aq) → [Cu(NH3)4]2+(aq)
Cu2+ + 4Cl– → CuCl42–
- Reaksi Dari Senyawa Perak
2AgNO3 + K2CrO4 → Ag2CrO4(s) + 2KNO3
2Ag2CrO4(s) + 4HNO3(aq) → 4AgNO3 + H2CrO4(s) + H2O(l)
2Ag2CrO4(s) + 4NH3(aq) → [Ag(NH3)2].2CrO4 + H2O(l)
NaOH(aq) + AgNO3(aq) → Ag2O(s)↓ + 3NaNO3(aq)
- Reaksi Pembentukan Cermin Perak
AgNO3(aq) + NaOH(aq) → Ag2O(s)↓ + 3NaNO3(aq)
Ag2O(s)↓ + NH3(aq) → Ag(s) + N2(g) + H2O(l)
CH2OH(CHOH)4CHO + Ag2O↓ → CH2OH(CHOH)4COOH + 2Ag

2. Apa fungsi larutan glukosa pada pembentukan cermin perak?


Jawaban :
Larutan glukosa berfungsi untuk membentuk cincin cermin perak dimana berdasarkan
literatur secara teori gula akan teroksidasi oleh larutan Ag-amoniakal yang menjadi asam
karboksilat. sedangkan pada ion Ag+ akan tereduksi menjadi logam Ag. Glukosa yang
mempunyai gugus H bebas dari gugus aldehid yang bereaksi dengan AgNO3 yang akan
membentuk cermin perak pada dinding tabung reaksi.

• Lampiran Laporan Sementara


• Lampiran Dokumentasi

Anda mungkin juga menyukai