Anda di halaman 1dari 4

Reaksi Logam Berat Cu

Copper (Cu) adalah salah satu logam berat yang sering digunakan dalam berbagai aplikasi
industri dan konstruksi. Reaksi logam berat Cu dapat terjadi dalam berbagai kondisi, seperti
dalam proses korosi dan pengolahan mineral tembaga.
Reaksi logam berat tembaga (Cu) dapat mencakup berbagai proses kimia, tergantung pada
kondisi lingkungan dan reaktan yang terlibat. Berikut adalah beberapa reaksi logam berat Cu
yang umum:
1. Reaksi dengan asam klorida (HCl)
Logam tembaga akan bereaksi dengan asam klorida untuk membentuk ion tembaga klorida
dan gas hidrogen (H2), contohnya:
Cu + 2HCl → CuCl2 + H2
Reaksi logam tembaga (Cu) dengan asam klorida (HCl) menghasilkan ion tembaga klorida
(CuCl2) dan gas hidrogen (H2). Reaksi ini terjadi karena asam klorida bereaksi dengan logam
tembaga dan mengeluarkan ion tembaga dan gas hidrogen. Reaksi ini adalah salah satu reaksi
yang paling umum terjadi pada logam tembaga dan digunakan dalam berbagai aplikasi
industri dan kimia, termasuk dalam proses elektroplating dan pengolahan bijih tembaga.
Penting untuk memahami reaksi ini karena dapat membantu dalam mengelola dampak negatif
dari penggunaan logam tembaga pada lingkungan dan kesehatan manusia, serta
mengoptimalkan aplikasi industri yang menggunakan logam tembaga.
2. Reaksi dengan asam nitrat (HNO3)
Logam tembaga akan bereaksi dengan asam nitrat untuk membentuk ion tembaga nitrat dan
gas nitrogen dioksida (NO2), contohnya:
3Cu + 8HNO3 → 3Cu(NO3)2 + 2NO + 4H2O
Reaksi logam tembaga (Cu) dengan asam nitrat (HNO3) menghasilkan ion tembaga nitrat dan
gas nitrogen dioksida (NO2). Reaksi ini terjadi karena HNO3 merupakan asam oksidator
yang kuat dan mampu mengoksidasi logam tembaga, sehingga ion tembaga (Cu2+) terbentuk
dan larut dalam larutan asam. Selain itu, reaksi ini juga menghasilkan gas NO2 yang
berbahaya bagi kesehatan manusia karena sifatnya yang korosif dan beracun. Gas NO2 dapat
berinteraksi dengan udara dan menghasilkan asam nitrat yang dapat merusak bahan bangunan
dan infrastruktur. Oleh karena itu, penggunaan asam nitrat harus dilakukan dengan hati-hati
dan dalam kondisi yang aman untuk mencegah bahaya bagi lingkungan dan manusia. Selain
itu, reaksi ini juga digunakan dalam industri pengolahan mineral tembaga untuk
menghasilkan ion tembaga nitrat yang dapat digunakan dalam produksi tembaga dan senyawa
tembaga lainnya.
3. Reaksi dengan air (H2O)
Logam tembaga yang terkena air akan bereaksi dan membentuk lapisan oksida tembaga
(CuO) yang terlihat seperti karat pada permukaannya, contohnya:
2Cu + O2 + H2O → 2CuO + H2O
Reaksi logam tembaga (Cu) dengan air (H2O) dapat terjadi dalam keadaan yang sangat basa
atau jika air mengandung zat yang bereaksi dengan tembaga, seperti oksigen (O2) atau ion-
ion korosif. Ketika logam tembaga terkena air, ia akan bereaksi dan membentuk lapisan
oksida tembaga (CuO) pada permukaannya. Reaksi ini melibatkan ion-ion tembaga yang
dilepaskan oleh logam dan bereaksi dengan molekul air untuk membentuk ion hidroksida
tembaga (Cu(OH)2). Ion hidroksida kemudian bereaksi dengan ion-ion lain dalam air, seperti
karbonat (CO32-) atau ion-ion asam (H+), untuk membentuk senyawa lain seperti karbonat
tembaga (CuCO3) atau sulfat tembaga (CuSO4). Reaksi logam tembaga dengan air dapat
menyebabkan korosi pada logam tembaga dan dapat menyebabkan pencemaran air jika
senyawa-senyawa tembaga yang terbentuk tidak diolah dengan benar. Oleh karena itu,
penting untuk memahami dan mengelola reaksi ini untuk mencegah kerusakan lingkungan
dan dampak negatif pada kesehatan manusia.
4. Reaksi dengan oksigen (O2)
Logam tembaga akan bereaksi dengan oksigen dan membentuk oksida tembaga (CuO),
contohnya:
2Cu + O2 → 2CuO
Reaksi logam tembaga (Cu) dengan oksigen (O2) membentuk senyawa oksida tembaga
(CuO). Reaksi ini dapat terjadi pada suhu dan tekanan normal, namun lebih cepat terjadi pada
suhu yang lebih tinggi. Reaksi ini bersifat eksotermik, menghasilkan panas dan memerlukan
energi untuk dihentikan. Senyawa oksida tembaga yang terbentuk dapat berupa padatan atau
bubuk yang berwarna hitam atau kehijauan, tergantung pada kondisi reaksi. Reaksi ini sering
digunakan dalam industri kimia dan pengolahan mineral tembaga untuk menghasilkan oksida
tembaga yang dapat digunakan dalam berbagai aplikasi, seperti pigmen, katalis, dan bahan
konstruksi. Namun, reaksi ini juga dapat terjadi secara alami, seperti pada proses korosi
logam tembaga pada lingkungan yang mengandung oksigen, yang dapat menyebabkan
kerusakan pada logam dan lingkungan jika tidak dielola dengan baik.
5. Reaksi dengan air raksa (Hg)
Logam tembaga akan bereaksi dengan air raksa untuk membentuk senyawa tembaga merkuri
(CuHg), contohnya:
Cu + Hg → CuHg
Reaksi logam Cu dengan air raksa (Hg) menghasilkan senyawa tembaga merkuri (CuHg).
Reaksi ini terjadi karena adanya perbedaan potensial antara logam Cu dan Hg, sehingga ion
tembaga dioksida (Cu2O) yang terbentuk pada permukaan logam tembaga bereaksi dengan
ion raksa pada permukaan air raksa. Reaksi ini dapat terjadi dalam kondisi yang berbeda-
beda, seperti dalam pembuatan termometer atau pengolahan mineral tembaga. Meskipun
reaksi ini memiliki aplikasi industri yang luas, namun senyawa tembaga merkuri yang
dihasilkan dapat sangat beracun dan dapat menyebabkan keracunan merkuri pada manusia
dan lingkungan jika tidak dikelola dengan baik. Oleh karena itu, penting untuk memahami
dan mengelola reaksi logam Cu dengan air raksa dengan baik untuk mencegah dampak
negatif pada lingkungan dan kesehatan manusia.
6. Reaksi dengan basa
Cu dapat bereaksi dengan basa untuk membentuk garam tembaga (Cu2+) dan air. Contohnya,
reaksi antara natrium hidroksida (NaOH) dan tembaga adalah sebagai berikut:
Cu + 2 NaOH → Cu(OH)2 + 2 Na
Reaksi logam tembaga (Cu) dengan basa menghasilkan garam tembaga (Cu2+) dan air.
Reaksi ini adalah reaksi netralisasi antara logam tembaga dan basa, di mana ion hidroksida
(OH-) dari basa bereaksi dengan ion tembaga (Cu2+) dari logam tembaga. Hasil dari reaksi
ini adalah pembentukan senyawa tembaga hidroksida (Cu(OH)2) yang kemudian bereaksi
dengan ion natrium (Na+) atau ion kalium (K+) dari basa untuk membentuk garam tembaga,
yaitu natrium tembaga hidroksida (Na2[Cu(OH)4]) atau kalium tembaga hidroksida
(K2[Cu(OH)4]). Reaksi logam tembaga dengan basa dapat digunakan untuk membuat larutan
garam tembaga, yang digunakan dalam berbagai aplikasi, seperti dalam industri kimia,
farmasi, dan elektroplating.
7. Reaksi dengan logam lain
Cu dapat bereaksi dengan logam lain, seperti seng (Zn), untuk membentuk paduan logam
atau campuran logam. Misalnya, reaksi antara Cu dan Zn adalah sebagai berikut:
Cu + Zn → CuZn
Reaksi logam tembaga (Cu) dengan logam lain dapat menghasilkan paduan logam atau
campuran logam. Salah satu contoh reaksi tersebut adalah reaksi antara Cu dan seng (Zn), di
mana Cu akan bereaksi dengan Zn untuk membentuk paduan CuZn. Reaksi ini terjadi karena
Cu dan Zn memiliki tingkat keelektronegatifan yang berbeda, sehingga Cu akan cenderung
melepaskan elektronnya dan menjadi ion positif, sementara Zn akan cenderung menerima
elektron dan menjadi ion negatif. Dalam reaksi tersebut, Cu melepaskan elektronnya kepada
Zn, sehingga terjadi transfer elektron dan terbentuklah paduan CuZn. Reaksi ini dapat
dimanfaatkan dalam pembuatan logam paduan, seperti kuningan yang terbuat dari campuran
tembaga dan seng dengan perbandingan tertentu. Namun, perlu diingat bahwa reaksi logam
Cu dengan logam lain juga dapat berbahaya dan beracun, sehingga perlu dilakukan dengan
hati-hati dan sesuai dengan prosedur keamanan yang tepat.
8. Reduksi Cu
Cu dapat direduksi, atau mengalami penurunan tingkat oksidasi, dalam reaksi kimia tertentu.
Misalnya, reaksi antara ion tembaga (Cu2+) dan ion hidrogen (H+) dalam larutan asam
adalah sebagai berikut:
Cu2+ + 2 H+ → Cu + H2O
Reduksi logam tembaga (Cu) adalah suatu proses kimia yang melibatkan penurunan tingkat
oksidasi atom tembaga dari bentuk yang lebih tinggi menjadi lebih rendah. Dalam proses ini,
ion tembaga positif (Cu2+) direduksi menjadi atom tembaga (Cu) atau senyawa tembaga
yang lebih rendah. Contoh reaksi reduksi logam Cu adalah reaksi antara ion tembaga (Cu2+)
dan ion hidrogen (H+) dalam larutan asam yang menghasilkan atom tembaga dan air. Proses
reduksi logam Cu dapat dilakukan melalui berbagai metode, termasuk elektrolisis dan
penggunaan agen reduktor, seperti logam seng (Zn) atau aluminium (Al).
Referensi
Nur, H., & Maulana, I. (2021). Pembuatan komposit TiO2/CuO pada elektroda modifikasi
untuk aplikasi deteksi logam berat. Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan, 13(2), 51-57.
Sari, P. R., Purnama, P., & Kusuma, A. M. (2019). Studi adsorpsi logam berat Pb, Cd, dan
Cu pada limbah cair batik menggunakan zeolit alam. Jurnal Kimia Valensi, 5(2), 482-489.
Suhandi, A., & Atmaja, T. D. (2018). Deteksi kualitatif logam berat Cr, Pb, dan Cu pada
sampel air sumur gali dengan metode spektrofotometri UV-Vis. Jurnal Ilmu Dasar, 19(2), 65-
73.
Soetaredjo, F. E., Ismadji, S., & Ju, Y. H. (2015). Buku Ajar Rekayasa Kimia, Volume 4:
Pemisahan dengan Proses Adsorpsi. Bandung: ITB Press.
Pramana, S. S., Setiawan, A. H., & Maruto, R. S. (2014). Kinetics and thermodynamics of
copper (II) removal from wastewater using zeolite A. Procedia Environmental Sciences, 20,
313-322.

Anda mungkin juga menyukai