KIMIA TEMBAGA
I.
TUJUAN PERCOBAAN
Tujuan dari praktikum percobaan ini adalah untuk mempelajari
beberapa reaksi pendahuluan tentang tembaga, pembuatan tembaga (I)
oksida, reaksi antara tembaga (I) oksida dan tembaga (II) oksida dengan
asam, pembuatan tembaga (II) klorida, penguraian termal tembaga (II)
halida dan pembuatan tembaga (I) yodida.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
Tembaga adalah logam merah muda yang lunak, dapat ditempa, dan
liat. Ia melebur pada suhu 1038C. karena potensial electrode standarnya
positif, (+0,34 V untuk pasangan Cu/Cu2+), ia taak larut dalam asam klorida
dan asam sulfat encer, meskipun dengan adanya oksigen ia bisa larut sedikit.
Asam nitrat yang sedang pekat (8 M) dengan mudah melarutkan tembaga.
Ada dua deret senyawa tembaga. Senyawa-senyawa tembaga (I) diturunkan
dari tembaga (I) oksida Cu2O yang merah dan mengandung ion tembaga (I),
Cu+. Senyawa-senyawa ini tak berwarna, kebanyakan garam tembaga (I) tak
larut dalam air, perilakunya mirip perilaku senyawa perak (I). Mereka
mudah dioksidasikan menjadi senyawa tembaga (II), yang dapat diturunkan
dari tembaga (II) oksida, CuO, hitam. Garam-garam tembaga (II) umumnya
berwarna biru, baik dalam bentuk hidrat, padat, maupun dalam larutan air
(Vogel, 1979).
Dalam industri kerajinan perak, tembaga adalah salah satu logam yang
dicampurkan dengan perak untuk menghasilkan logam campuran yang lebih
keras dan lebih kuat dari perak murninya. Hasil dari industri kerajinan perak
ini berupa perhiasan, asesoris, dan tentu saja limbah cair yang banyak
mengandung logam tembaga. Tembaga termasuk logam berat yang bersifat
racun. Agar limbah cair ini tidak berbahaya jika dibuang ke perairan, maka
limbah tersebut harus diolah terlebih dahulu. Limbah ini jika langsung
dibuang ke saluran peresapan, riol, tanah atau ke lingkungan sekitar akan
berpotensi mencemari air dan sungai. Adapun limbah Cu2+ muncul dari
pencelupan dengan menggunakan HCl yang bersifat asam dan berfungsi
untuk melarutkan kotoran-kotoran yang menempel pada perak setelah
proses penempaan agar didapatkan perak dengan warna yang cemerlang.
CuCl2 yang terlarut pada proses ini akhirnya lolos ke perairan dan
menimbulkan pencemaran (Andaka, 2008).
Pada pengolahan air limbah yang mengandung ion logam seperti Cu 2+
perlu dilakukan suatu reaksi pengendapan (presipitasi) dengan suatu raegen
kimia dengan didasarkan atas apakah suatu kation Cu2+ yang bereaksi
dengan beberapa reagensia yang ada akan membentuk endapan atau tidak.
Endapannya mungkin berupa kristal atau koloid dan dapat dikeluarkan dari
larutan dengan penyaringan atau pemusingan (centrifuge). Beberapa faktor
yang mendukung terhadap penurunan kadar tembaga (Cu 2+) limbah cair
industri perak antara lain semakin waktu kontak yang lama antara limbah
cair dan reagen maka ion-ion tembaga (Cu 2+) akan semakin banyak yang
mengendap); pH yang asam/rendah proses pembentukan koloid tidak dapat
berlangsung dengan baik dan menimbulkan gangguan pada proses
pengolahan; dan tempat pengendapan yang mempunyai dasar berbentuk
segitiga dapat mempercepat proses terjadinya pengendapan (Andaka, 2008).
Dalam suatu Sistem Periodik Unsur (SPU), tembaga termasuk ke dalam
golongan 11. Tembaga, perak dan emas disebut logam koin karena dipakai
sejak lama sebagai uang dalam bentuk lempengan (koin). Hal ini disebabkan
oleh logam ini tidak reaktif, sehingga tidak berubah dalam waktu yang lama.
Tembaga adalah logam berdaya hantar listrik tinggi, maka dipakai sebagai
kabel listrik. Tembaga tidak larut dalam asam yang bukan pengoksidasi
tetapi tembaga teroksidasi oleh HNO3 sehingga tembaga larut dalam HNO3.
Tembaga merupakan salah satu logam yang terdapat cukup banyak dalam
keadaan bebas. Metalurgi dan kegunaan tembaga. Melalui ekstraksi tembaga
dari bijihnya (biasanya sebagai sulfida) lebih rumit. Kekompleksan ini
meningkat sebab adanya besi sulfida pada bijih tembaga. Prosedur yang
biasa digunakan mengakibatkan besi diproduksi bersama-sama dengan
tembaga. Untuk menghindari hal ini, besi harus dipisahkan sebelum reduksi
A. Alat
Alat-alat yang digunakan adalah tabung reaksi dan rak tabung reaksi,
penjepit tabung reaksi, pembakar bunsen, gelas ukur, neraca analitik, pipet
tetes, kaca arloji, sudip dan gelas beker.
B. Bahan
Bahan-bahan yang dipergunakan adalah tembaga, HNO3 1 M, NaOH 1
M, CuSO4, NH4OH 1 M, HCl pekat, kalium tartrat (garam Rochelle),
glukosa, akuades, KI, dan Na2S2O3.
IV.
PROSEDUR KERJA
A. Eksperimen Pendahuluan
1. Memanaskan sekeping logam tembaga pada nyala pembakar dengan
menggunakan penjepit.
2. Memasukkan sekeping logam tembaga ke dalam 2 mL asam nitrat
encer kemudian memanaskannya. Memeriksa gas yang terbentuk.
3. Menambahkan larutan natrium hidroksida encer setetes demi setetes
pada 2 mL tembaga sulfat sampai natrium hidroksida berlebih.
4. Menambahkan larutan amoniak setetes demi setetes pada 2 mL
tembaga sulfat sampai amoniak berlebih.
5. Menambahkan larutan asam klorida pekat setetes demi setetes pada 2
mL tembaga sulfat sampai tidak terjadi lagi perubahan selanjutnya.
B. Tembaga (I) dan Tembaga (II)
a. Pembuatan Tembaga (II) oksida
1. Memasukan 5 mL tembaga sulfat ke dalam tabung reaksi.
2. Mencampurkan 5 mL larutan NaOH dan 1 gram kalium tartrat
(garam Rochelle) ke dalam tabung reaksi lain dan menambahkannya
pada larutan tembaga sulfat sampai endapan yang terbentuk tepat
melarut.
3. Menambahkan 1 gram glukosa pada campuran di atas.
4. Memanaskan campuran hingga terjadi endapan merah jingga dan
membiarkannya terbentuk endapan.
5. Mendekantasi larutan.
b. Pembuatan Tembaga (I) yodida
1. Menambahkan 3 mL kalium yodida ke dalam 3 mL tembaga (II)
sulfat dalam suatu tabung reaksi.
2. Mencatat apa yang terjadi dan membiarkan isi tabung reaksi
mengendap.
3. Menambahkan natrium thiosulfate ke dalam tabung reaksi sampai
larutan menjadi jernih dan memperhatikan padatan yang terbentuk.
V.
No.
1.
Percobaan
Pengamatan
Logam tembaga
sebelum dipanaskan
setelah dipanaskan
sebelum dipanaskan
Tidak
3.
4.
5.
setelah dipanaskan
terbentuk
gelembung
gas/penguapan
Terbentuk gelembung gas/penguapan
sebelum direaksikan
sesudah direaksikan
Berwarna biru
Hijau lumut
sebelum direaksikan
Berwarna biru
sesudah direaksikan
sebelum direaksikan
Berwarna biru
sesudah direaksikan
Pengamatan
Biru Muda
+ 1 gr kalium tartrat
+ 1 gr glukosa
+dipanaskan
Pengamatan
Awal warna hijau terang menjadi
warna keruh
Setelah didiamkan
B. Pembahasan
Pada praktikum kimia tembaga ini, hanya dilakukan tiga percobaan
yaitu eksperimen pendahuluan, pembuatan tembaga (I) oksida dan
pembuatan tembaga (I) yodida. Eksperimen pendahuluan dilakukan dengan
cara memanaskan sekeping logam pada nyala api. Pada saat dilakukan
pemanasan, api berubah menjadi hijau disekeliling logam dan warna pada
logam setelah dipanaskan berwarna kemerah-merahan. Hal ini menunjukkan
bahwa tembaga mengalami oksidasi menjadi tembaga (I) oksida.
2 Cu + O2 2CuO
Pada eksperimen pendahuluan di mana logam tembaga dimasukkan ke
dalam 2 mL asam nitrat encer menyebabkan terbentuknya uap berwarna
cokelat. Uap ini terbentuk sebagai akibat tembaga yang direaksikan dengan
asam nitrat encer. Asam nitrat merupakan oksidator pada reaksi ini dengan
mengoksidasi logam tembaga sehingga tembaga mengalami kenaikan
bilangan oksidasi dari 0 menjadi +2. Persamaan reaksinya adalah sebagai
berikut:
3Cu + 8HNO3 3Cu2+ + 6NO3 + 2NO + 4 H2O
Pada eksperimen pendahuluan di mana larutan tembaga (II) sulfat
ditambahkan natrium hidroksida encer, warna tembaga(II) sulfat yang
awalnya biru muda berubah menjadi biru muda keruh dan terdapat partikel
koloid. Hal ini disebabkan karena pada reaksi ini terbentuk tembaga (II)
hidroksida yang sifatnya tak larut dalam reagensia berlebihan. Patikelpartikel koloid itulah tembaga (II) hidroksida yang menyebabkan larutan
berwarna keruh. Persamaan reaksinya sebagai berikut:
Cu2+ + 2OH Cu(OH)2
Pada eksperimen pendahuluan di mana larutan tembaga (II) sulfat
ditambahkan amoniak sebanyak 3 tetes, warna tembaga(II) sulfat yang
awalnya biru muda berubah menjadi biru tua. Hal ini disebabkan karena
terbentuknya ion kompleks tetraaminokuprat (II) yang larut dalam reagensia
berlebihan. Persamaan reaksinya sebagai berikut:
2Cu2+ + SO42 + 2NH3 + 2H2O Cu(OH)2.CuSO4 + 2NH4+
Cu(OH)2.CuSO4 + 8NH3 2[Cu(NH3)4]2+ + SO42 + 2OH
Warna biru tua yang terbentuk tersebut adalah warna dari ion kompleks
tetraaminokuprat (II) yang merupakan warna komplemen dari frekuensi
energi yang diserap oleh ion tersebut dalam pembentukannya. Warna yang
diserap ion tersebut adalah kuning.
Pada eksperimen pendahuluan di mana larutan tembaga (II) sulfat
ditambahkan HCl pekat sebanyak 10 tetes, warna tembaga(II) sulfat yang
awalnya biru muda tetap berwarna biru muda namun juga terbentuk gas. Hal
ini disebabkan karena pada reaksi ini terbentuk ion CuCl2 dan gas hidrogen
yang dibebaskan. Persamaan reaksinya sebagai berikut:
2CuSO4 + 4HCl 2CuCl2 + 2H2 + 2SO42
2.
3.
4.
5.
Larutan tembaga (II) sulfat ditambahkan HCl pekat membentuk ion CuCl 2
dan gas hidrogen yang dibebaskan.
6.
Pembuatan tembaga (I) oksida adalah uji glukosa dengan menggunakan uji
Fehling (Benedict) yang menghasilkan endapan merah kecoklatan.
7.
DAFTAR PUSTAKA
Andaka, G. 2008. Penurunan Kadar Tembaga pada Limbah Cair Industri
Kerajinan Perak dengan Presipitasi Menggunakan Natrium Hidroksida.
LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA ANORGANIK I
PERCOBAAN II
KIMIA TEMBAGA
NAMA
: ANNISA
NIM
: J1B112002
KELOMPOK
: III (TIGA)
ASISTEN