Materi III
KROMATOGRAFI
Kromatografi merupakan salah satu cara pemisahan dengan
dasar analisis menggunakan :
f.tetap (stationery) = fs
Dua fasa
f.gerak (mobile) f.cair = fm
Zat cair
f.gerak (fm)
Gas
DIAGRAM METODA KROMATOGRAFI
SAMPEL
KOLOM DATAR
P P Med P
Proses adsorbsi pada Kromatografi serapan antara lain : TLC (kromatografi lapis
tipis ) dan kromatografi penukar ion
Hubungan antara konsentrasi zat yang ada dalam larutan (Cm) dan yang
teradsorbsi (CS) terlukis sebagai berikut
Respon
A B C
Alumina dan silika gel merupakan dua adsorben yang paling populair
penggunaannya.
Contoh : urutan absorben sesuai kemampuan adsorbsi
Contoh :
*Alumina berkadar air 3% mempunyai aktifitas yg umum digunakan.
Luas permukaan alumina 150 m2/g, kadar air cukup 5% utk pelapisannya.
*Silika gel memp luas permukaan lebih besar, 500 m 2/g tetapi
mempunyai aktivitas kimia lebih kecil dibanding Alumina
Banyak digunakan untuk pemisahan senyawa organik yang peka terhadap perubahan-perubahan karena aktivitas
permukaan yang mempunyai sifat katalik.
Kekuatan penyerapan akan naik dengan menurunnya polaritas zat yang diserap
!
Dalam keadaan larutan yang sepekat mungkin
Dicegah terjadinya endapan
Dicegah terjadinya penggoncangan kolom
Cad pelarut
sampel
Pipet
Kecepatan elusi
sebaiknya dibuat konstan
tergantung dari :
Besarnya ukuran
Kertas Saring
partikel bahan isian
kolom
ben (f.padat)
Dimensi kolom
Tekanan untuk
mengalirkan zat
pelarut
Cair
Kromatografi Partisi
Cair
~ HPLC
“High Performance Liquid Chromatography”.
tanpa derivatisasi
(Packing Material).
• Bahan isian sebagai penyangga harus inert
terhadap senyawa yang akan dipisahkan.
1.Pellicula Beads terdiri dari bagian dalam yang padat tidak berpori biasanya dari bahan
silika, dan kulit luar tipis bersifat porous, dengan ketebalan 1/30 – 1/40 dari bagian
dalam.
Besar partikel keseluruhan 40 .m.
Kelemahan tipe ini luar permukaan dari kulit yang berpori , 1-25
m2/g jarang dipakai
Untuk menghasilkan tr yang diharapkan jumlah fraksi terlarut dalam ƒm berkisar 0,05 –
0,5.
Komponen utama :
Reservoir pelarut untuk fase mobile
Pompa untuk mengalirkan fase gerak / mobile dengan kecepatan
dan tekanan tetap
Injector untuk memasukkan sampel
Ada 2 macam On Coloum Injection / Langsung
Holding Loop Injection / tidak langsung
Kolom
Detector : D. Ultraviolet D. Fluoresens
D. Konduktivitas D. Indeks Refraksi
D. FID. “Flame Ionitation Detector”.
Recorder
Ilustrasi pemisahan kromatografi
Sampel A,B
A
B
detektor
t0 t1 t2 t3 t4
Rekam sinyal pemisahan campuran
Signal
A B
t
t1
[ ]
A tn
B
B
A
Jarak Migrasi
KESEIMBANGAN DISTRIBUSI
Cs [A]s
1 K = ------- KD = ------- 1a
Cm [A]m
Cm
K = -------
Cs
Cm = kadar senyawa dalam fasa gerak (mobile)
Cs = kadar senyawa dalam fasa tetap (diam)
Cs
K = -------
Cm
BM AM BS BM
AM AS Kecepatan migrasi
ditentukan mol dalam
fasa gerak
BS AS
5 6 7
8 9 10
5
ƒm ditengah aliran bergerak lebih cepat
dalam rentang waktu tertentu :
Perpindahan Massa ƒm
Difusi Longitudinal
9 Kur ve V.DT
B
A Cμ
6 μ
HETP Transfer
Massa
Hm in
Teori
3
B B Cm
μ C Dif. Eddy
A A
0 60
140 180
cm/dtk
Opt
Hmin dan Opt diperoleh
dari turunan 1 Pers Van Deemter
B dH B
H = A + ----- + C.µ ------ = ----- + C.
µ dµ µ2
dH
µopt ----- = 0
dµ
B
Opt 6
C
B
B B
Hmin A . C C
B B C
C C B
B B B Hmin = A + 2.C. ---- 7
A .C. C. C
B C C
8 HETP = HLLC = A + C μ
trA A
tr
Signal
trB B
trC C
tm
W
t
o t
Ciri Khas Kurve / Peak. Kromatogram
• Setiap puncak keluar dalam waktu tertentu, yang dapat dipakai sebagai
identifikasi senyawa
tr = waktu retensi diukur mulai waktu injeksi cuplikan waktu puncak
maksimum meninggalkan kolom
K.Vs Vm n
Distribusi sampel dalam ruang tersebut merupakan fungsi dari koefisien distribusi
(K). Perbandingan volume pelarut yang digunakan (Vs / Vm) dan jumlah
pemindahan atau transfer (n).
Teori plat dapat menggambarkan kecepatan migrasi secara kuantitatif tetapi tidak
dapat menerangkan bagaimana terjadinya pelebaran pik. Sehingga teori tersebut
dilengkapi dengan teori kinetik / teori kecepatan.
Fraksi waktu tinggal dalam fasa mobil (bergerak),
sebagai dasar RETENSI dinyatakan dengan persamaan
Vs
Cm . Vm
K’ = K . ------- 3
R = ------- ----------------- 2 Vm
∑ [Cm.Vm + Cs . Vs]
1
R = ------- ---- 4
[ 1 + K’]
Fraksi waktu tinggal dalam fasa mobil sama dengan jumlah molekul dalam fasa
mobil dibagi dengan jumlah total molekul dalam sampel.
WAKTU RETENSI / waktu tinggal
Apabila kecepatan alir fm (μ, cm/dtk) diatur tetap, t tetap, perbandingan fasa diam
dan fasa mobil tetap,
setiap komponen dalam suatu sampel akan mempunyai waktu tinggal yang
tetap, yaitu waktu yang diperlukan oleh suatu komponen untuk melintasi suatu
fasa diam dengan panjang L.(cm)
L L
10 tm = ----- 11
tr = ---- ( 1 + K’ )
µ µ
tr – tm tr’
K’= --------- = --------
tr = tm ( 1 + K’ ) 12 13 tm tm
Retensi kadang-kadang diukur dengan satuan Volume
Vr = Vol total ƒm yang diperlukan untuk mengelusi puncak senyawa x.
Vr lebih disenangi dari tr karena tr berubah dengan berubahnya kecep alir (a, μ), sedang
Vr tidak tergantung pada (a, μ).
tr
14 Vr = Vm. (1 + K’) 15
Vr = Vm. ------
tm
FAKTOR SELEKTIFITAS =
KB
α = -------
16
KA KB, KA adalah Koef Partisi A dan B
K’B
α = -------
17 K’ = Faktor Kapasitas
K’A
trB – tm t’rB
Dalam eksperimen α = ----------- = -------- 18
trA – tm t’rA
t’r t terkoreksi
RESOLUSI KOLOM = Rs
A B
Rs = 0,75
0
A B
Rs = 1,0
Detektor
Signal 0
tRB
tRA
∆Z
A B Rs = 1,5
tm W½ W½
0
WA WB
t
∆ tr 2 ∆ tr
RS = ------------------------ = --------------- 18
WA . ½ + W B . ½ W A + WB .
2 [trB - trA ]
RS = --------------- 19 ∆ tr harus positif
WA + WB
Untuk pemisahan yang baik R ≥ 1,5
Diharapkan pemisahan ≥ 99,7%
L = panjang kolom
L
HETP = H = ------- 20
N L
N = ------- 21
H N.H = L 22
L2
2
N = ------ 24
dari pers. Gauss
H = ------ 23 2
L
L tr
µ = ------ 25 = ------ 26 = -------- = ----------- 27
tr L / tr L
µ
L.W2 tr 2
H = --------- 28 N =16.---- 29
42. tr2 W
H
tr 2
W ½ N =5,54. -------
30
W1/2
W
dasar ∆
Hubungan Antara Rs dan Kolom
Hubungan matematis antara RS, kB, kA, dan N.
Dengan asumsi WA ≈ WB ≈ W
tr 2 trB - trA ] √ N
N = 16 .----- RS = -------------. ------
29
W trB 4
K’B - K’A √N
RS = ----------------. ------
1+ K’B 4
K’B - K’A √N Eliminasi KA’,
RS = ----------------. ------ substitusi α
1+ K’B 4
K’B
K’B √N [α -1]
α = -------
RS = -----------. ------ . ----------
K’A
1+ K’B 4 α
1 + K’B 2
α 2
N = 16. RS 2
---------- . --------
K’B [α – 1 ]
K B = KA K’B = K’A = K’ α =1
K’ √N
RS = --------. -------. [ α - 1 ]
1+ K’ 4
2 [trB - trA ] 2 [trB - trA ] [trB - trA ]
Bila diasumsikan
W A = WB = W RS = ---------------- = --------------- = --------------
WA + W B 2.W W
1 + K’ 2
α 2
L 1 L
µB = ----- µB = µ ----- N = -----
H
trB 1 + K’
Rs = 0,6
Rs = 0,8
Rs = 1,25
Rs = 1,0
k’
diubah
Plat N
Teori
Faktor
Selektivitas
t
Dari pers. RS terhadap , N, k’, ternyata faktor (i), (ii), dan (iii) tdk saling
bergantung,
dapat dioptimalkan dulu faktor (i) baru (ii) dan (iii).
b. Jumlah Cuplikan Kritis, - waktu retensi
b menurun
Pada sistem Kromatografi yang baik, setiap puncak merupakan kurve GAUSS
SIMETRI.
Berekor Kimia • Jika terjadi puncak berekor tipe ini, perlu dicoba
ƒm, ƒs yang lain atau dicoba metoda lain
Akibat dari puncak pelarut cuplikan
Poisson
Kromatografi Partisi,
KLT / TLC krn fs padat telah dilapisi H2O dari udara
•Peralatan sederhana
•Murah
•Waktu Analisis cepat
•Daya pisah cukup
Dimana suatu senyawa standard di (+) ke cuplikan. Harga Rstd adalah angka banding
jarak tempuh dua bercak tersebut dalam waktu pengembangan yang sama.
dM
2
W
1
WA WB
Batas awal
Ditektor
Gambar rekaman kromatografi dengan
A B densitometri scan
Sinyal
Jarak migrasi
FAKTOR KAPASITAS
WA + WB WA + W B
dr
N a-1 K’
1 - ----- Rs = √ ----- -------- ---------
dm - dr dm 1 - Rf
4 α 1 + K’
K’ = ------- = ----------- = -----------
dr dr Rf K’B dm – drB drA
------ α = ----- = ------------- x --------
dm K’A dm – drA drB
Semua prosedur kromatografi, kondisi optimum untuk suatu pemisahan
merupakan kecocokan antara fs dan fm.
KLT / TLC fasa tetap berupa lapis tipis, pada umumnya digunakan silika gel.
Untuk penggunaan dalam suatu tipe pemisahan perbedaan fasa tetap terletak pada
:
* Struktur * Pori-pori * Struktur lubang
Pemilihan fasa gerak pada KLT dengan silika gel / alumina sebagai fs,
mengikuti aturan kromatografi serapan.
PELARUT SEMI MIKROSTOP
Tepi atas
3 – 6 mm
Tepi bawah 1,5 – 2 cm
Lempeng
KLT
lempeng noda Berupa garis
• Penotolan dg mikro pipet atau microsyringe diperlukan 1 – 20 μL.
• Kelebihan bahan totolan menyebabkan bercak asimetri dan perubahan harga
Rƒ.
• HETP pada KLT biasanya 10 x 10, 10 x 20 cm. diperlukan cuplikan dalam
nano pikogram setiap bercak. Diameter bercak harus tidak lebih 1,0 – 1,5
mm dan vol cuplikan ± 0,2 μL.
PENGEMBANGAN KROMATOGRAM
• Pengembangan Berkelanjutan
ƒ gerak dialirkan pada bagian atas lempeng pengembang. Teknik ini digunakan
untuk senyawa dengan Rƒ 0,05 – 0,2 setelah pengembangan pertama.
Kemudian diputar 900 sehingga pita pemisahan I terletak pada bagian bawah
lempeng .
dilakukan pengembangan II sehingga terjadi pemisahan berbeda pada arah kedua.
Teknik ini berguna untuk cuplikan yang mengandung banyak penyusun atau
untuk mengetahui kemurnian.
• Pengembangan Serkuler
Fasa gerak dialirkan dengan sumbu atau pompa melalui pipa kapiler ditengah
lapisan / tetap.
Senyawa terlarut bergerak dari tengah penotolan menghasilkan lingkaran-
lingkaran sempit.
Untuk melihat senyawa tidak berwarna pada lempeng pengembang, biasanya dilakukan
metoda sebagai berikut :
cuplikan
A B
Permukaan
Pelarut
C D
Pelarut 2
Faktor-faktor yang mempengaruhi gerakan noda dalam KLT yang juga
berpengaruh terhadap Rƒ
8. Kesetimbangan
Kesetimbangan dalam KLT lebih penting dalam krom. kertas perlu
diupayakan atmosfer dalam bejana jenuh dengan uap pelarut.
d pelarut
C
drC
B
drB
A
drA
Awal
jarak perpindahan noda komponen
Rf = -----------------------------------------------------
jarak gerak permukaan pelarut
drA
Rf = -----
drm
5. Sifat campuran.
APLIKASI DATA ANALISIS
1. Substan A dan B mempunyai waktu retensi
trA = 16,40 trB = 17,63 menit pd kolom 30 cm
Lebar dasar puncak kromatogram : senyawa A = 1,11 mnt & senyawa
B = 1,21 mnt
L 30
c).HETP = H = ------ = ----------- = 8,7 cm
d.) K’ dan tidak berubah dengan kenaikan N ataupun L
substitusikan N1 dan N2 pada persamaan :
√N K’
Rs = ----- ( α – 1 ) ----------
4 (1 + K’)
L = NH = 6,9 x 8,7 = 60 cm
Dengan rumus :
= 4,3 cm.
H1 H orisinil
H2 H baru untuk mencapai Rs = 1,5 , dengan L
dan tr kondisi orisinil
2. KLT dipakai untuk memisahkan campuran :
3 carbamate insektisida
Prediksikan :