Anda di halaman 1dari 33

Kromatografi didefinisikan sebagai prosedur pemisahan zat terlarut oleh suatu proses migrasi

differensial dinamis dalam sistem yang terdiri dari 2 fase atau lebih, salah satu diantaranya,

bergerak secara berkesinambungan dalam arah tertentu dan diantaranya zat-zat itu menunjukan

perbedaan mobilitas disebabkan adanya perbedaan dalam adsorpsi, partisi, kelarutan, tekanan

uap, ukuran molekul atau kerapatan muatan ion.

Tehnik kromatografi umum membutuhkan zat terlarut terdistribusi diantara dua fase, satu

diantaranya fase diam, yang lainnya fase bergerak. Fase bergerak zat terlarut melalui media,

hingga terpisah dari zat terlarut lainnya, yang tereluasi lebih awal atau lebih akhir.

Umumnya zat terlarut dibawa melewati media pemisah oleh aliran suatu pelarut

berbentuk cairan atau gas yang disebut eluen. Fase diam dapat bertindak sebagai zat seperti

penyerap alumina yang diaktifkan, silikagel, dan resin penukar ion, atau dapat bertindak

melarutkan zat terlarut sehingga menjadi partisi antara fase diam dan fase gerak. Dalam proses

terakhir ini suatu lapisan cairan pada suatu penyangga yang iner berfungsi sebagai fase diam.

Partisi merupakan mekanisme pemisahan yang utama dalam kromatografi gas, cair, kertas, dan

bentuk kromatografi kolom yang disebut kromatografi cair-cair. Dalam praktek, seringkali

pemisahan disebabkan oleh suatu kombinasi efek adsorpsi dan partisi.

Jadi berdasarkan perbedaan fase diam dan fase geraknya, kromatografi dapat berupa

kromatografi kolom, kromatografi gas, kromatografi kertas, kromatografi lapis tipis dan

kromatografi cair kinerja tinggi. Kromatografi kertas dan kromatografi lapis tipis umumnya lebih

bermanfaat untuk tujuan identifikasi, karena mudah dan sederhana. Kromatografi kolom

memberikan pilhan fase diam yang lebih luas dan berguna untuk pemisahan masing-masing

senyawa secara kuantitatif. Kromatografi gas dan kromatografi cair kinerja tinggi keduanya

mebutuhkan peralatan yang lebih rumit dan umumnya merupakan metode dengan resolusi tinggi
yang dapat mengidentifikasi serta menetapkan secara  kuantitatif bahan dalam jumlah yang

sangat kecil.

Pengunaan baku pembanding dalam uji indentifikasi dalam kromatografi kertas dan

kromatografi lapis tipis, perbandingan jarak rambat ( diukur sampai titik yang memberikan

intensitas maksimum pada bercak ) suatu senyawa tertentu terhadap jarak rambat fase gerak,

diukur dari titik penotolan, dinyatakan sebagai harga R, senyawa tersebut perbandingan jarak

rambat suatu senyawa tertentu dengan jarak perambatan baku pembanding yang sama dengan uji

pada kromatogram yang sama.

Untuk maksud ini kromatogram dibuat dengan menotolkan larutan uji, larutan baku

pembanding, dan suatu campuran uji dan baku pembanding dalam jumlah yang kurang lebih

sama pada penjerat lapis tipis atau kertas, dalam satu garis lurus sejajar dengan tepi lempeng

kromatografi atau kertas. Tiap penotolan contoh mengandung zat uji yang bobotnya kurang lebih

sama. Jika zat uji yang dindentifiksai dan baku pembanding itu sama, terdapat kesesuaian dalam

warna dan harga R pada suatu kromatogram, dan kromatogram dari campuran mengahasilkan

bercak tunggal, yaitu harga R adalah 1,0.

ASAS KROMATOGRAFI

            Tehnik pemisahan setiap komponen dalam campuran mempunyai interaksi yan berbeda

terhadap linkungannya dibandingkan dengan komponen lain pada kondisi yang sama. Setiap

komponen ditahan oleh suatu fase tetap berdasarkan pada perbedaan keseimbangan distribusi

komponen antara 2 fase yaitu fase tetap dan fase gerak yang tidak saling bercampur. Pemisahan

terjadi karena kecepatan migrasi sebagai hasil dari perbedaan dalam keseimbangan.
1.         KROMATOGRAFI  KOLOM

Kromatografi Kolom merupakan salah satu cara kromatografi yang sering digunakan.
Peralatan yang digunakan untuk cara ini cukup sederhana. Terjadinya pemisahan dapat secara
adsorpasi, partisi atau keduanya.

Macam-macam Kromatografi Kolom :

1.1       KROMATOGRAFI  KOLOM  ADSORPSI

Prinsip dari permisahan komponen-komponen adalah adsorpsi diantara permukaan


padatan - cairan (solid liquid interface). Supaya didapatkan permisahan yang baik. senyawa-
senyawa didalam campuran harus mempunyai afinitas yang berbeda terhadap Zat penyerap dan
harus ada saling interaksi di antara zat penyerap dan komponen. Pada saat zat penyerap yang
ditambah dengan contoh dialiri pelarut. komponen-komponen didalam campuran akan bergerak
turun dengan kecepatan tertentu hingga tcrjadi pemisahan di dalam kolom yang disebut
kromatogram. Kecepatan bergerak dari tiap komponen berbeda-beda dan di pengaruhi oleh
partikel didaerah permukaan mutu dari zat. Kemampatan dari zat penyerap dan atografi. Berikut
ini diberikan sebuah kromatografi kolom adsorpsi.

Dalam laboratorium sekolah, seringkali dengan mudah digunakan buret biasa sebagai
kromatografi kolom.
lapisan dari bahan

pelarut pada bagian

atas kolom                                       Kolom bungkus dengan alumina atau agar-agar silica

        dengan sepenuhnya memenuhi dengan bahan pelarut

                      

                                                          Serat kaca untuk mencegah fase stasioner

          yang sedang menghilangkan noda kolom

Pemisahan dan campuran yang terdiri dari dalam kolom kromatografi adsorpsi sederhana

Pemisahan dapat pula dilakukan dengan cara kromatografi mengalir. Pada cara ini.
pelarut melarutkan komponen yang akan dianalisis sehingga komponen tersebut keluar kedalam
eluat. Jika dikehendaki. pemisahan beberapa komponen dapat dilakukan dengan mengalirkan
pelarut yang sama lebih lanjut atau pelarut lain dengan daya elusi lebih kuat.

Berbagai zat penyerap dengan aktivitas yang berbeda-beda dapat ditemukan dan zat
penyerap yang baik harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : tidak larut dalam fase gerak,
tidak bereaksi dengan contoh secara kimiawi. iner; cukup akif sehingga memungkinkan
teradinya perambatan contoh ; sebaiknya tidak berwarna: memungkinkan terjadinya aliran yang
baik bagi fase gerak: reprodusibel.                                            

Aktivitas dari zat penyerap dapat ditingkatkan dengan cara kimia atau fisika. misalnya
dengan penambahan asam atau basa, pencucian dan pemanasan. Kadanng-kadang dilakukan
dengan penambahan air misalnya pada alumina.

Absorpsi dari pelarut tidak polar seperti eter minyak tanah atau benzen dan pelarut
tunggal kadang-kadang kurang efektif untuk mengembangkan kromatogram, Jarak turun
komponen  pada kolom dapat ditingkatkan dengan penambahan pelarut yang lebih polar.

Penggantian dari suatu pelarut ke pelarut lain sebaiknya secara bertahap. Sebagai contoh.
apabila eter minyak tanah di ganti dengan benzen, harus dilakukan sebagian-sebagian seperti
berikut : mula-mula eter minyak tanah dibandingkan benzen 100 : 0: 95 : 5 : 90 : 10 : 80 : 20 : 60
: 40 : 40 : 6() : 10 : 90 : 100 benzen. Prosedur sepenti ini memerlukan waktu yang lama dan
supaya elusi lebih cepat hendaknya ditambahkan lebih kurang 0.5 sampai 1.0% etanol kepada
pelarut polar yang mula-mula digunakan.

Contoh-contoh zat penyerap dan fase gerak yang sering digunakan dapat dilihat pada tabel
dibawah ini :

Lemah FASE GERAK


ZAT PENYERAP
Sukrosa                  Eter minyak tanah

Pati                  Karbon tetra klorida

Inulin                  Sikloheksan

Talk                  Karbon disulfida

Natrium Karbonat

Kalsium Karbonat                                       d d               Eter

Kalsium Fosfat                                             a a              Aseton

Magnesium Karbonat                                  y y              Benzen


Magnesium Oksida                                      a a              Ester

Kalsium Hidroksida                Ester

Magnesium silikat aktif                               a e               Kloroform

Alumina aktif                                               b l               Alkohol

Arang aktif                                                   s u              Air

Magnesia aktif                                             o s              Piridin

Kuat i               Asam organik


Tanah Fullers                                               p

           

1.2       KROMATOGRAFI KOLOM PARTISI

Pada kromatografi partisi, zat yang harus dipisahkan terbagi antara dua cairan yang tidak
saling bercampur. Salah satu cairan, yaitu fase diam, umumnya diadsorpsikan pada penyangga
padat, karena itu mempunyai area permukaan yang sangat luas terhadap pelarut yang mengalir
atau fase gerak. Kontak cairan dengan cairan secara berturutan yang berulang kali terjadi,
menghasilkan efisiensi pemisahan yang tak dapat dicapai dengan cara ekstraksi cair-cair biasa.

Penyangga padat, umumnya bersifat polar dan fase diam yang teradsorpsi bersifat lebih
polar dan pada fase gerak. Penyangga padat yang banyak digunakan adalah tanah silika untuk
kromatografi, seperti Celite 545 yang dicuci dengan asam, dengan ukuran partikel yang sesuai
sehingga fase gerak dapat mengalir dengan baik. Pada kromatografi partisi fase baik, fase diam
yang teradsorpsi.bersifat kurang polar dari pada fase gerak dan zat penyerap padat dibuat
nonpolar dengan perlakuan yang sesuai menggunakan pereaksi silanisasi, seperti
diklorodimetilsilana, sehingga dihasilkan tanah silika yang tersilanisasi untuk kromatografi.

Contoh yang akan dikromatografi umumnya dimasukkan kedalam sistem kromatografi


menggunakan salah satu dari dua cara berikut :

         Larutan uji dalam sejumlah kecil fase gerak dimasukkan kedalam kolom
         Larutan uji dalam sejumlah kecil fase diam dicampur dengan penyangga padat dan dimasukkan
kedalam kolom sebagai lapisan diatas campuran fase diam dan zat penyerap.                  

Pada kromatografi partisi cair-cair yang konvensional, derajat partisi suatu senyawa tertentu
diantara dua fase cair dinyatakan sebagai koefisien partisi atau koefisien distribusi. Dalam hal ini
senyawa yang terdisosiasi, distribusi dapat diatur dengan jalan modifikasi pH, tetapan dielektrik,
kekuatan ion serta sifat-sifat lain dari ke dua fase tersebut. Eluasi selektif komponen-komponen
suatu campuran dapat dicapai dengan mengubah fase gerak sampai diperoleh koefisien partisi
yang lebih baik atau dengan jalan mengubah pH fase diam secara in situ dengan suatu fase gerak,
yang terdiri dari larutan asam atau basa yang sesuai dalam pelarut organik.

Pada kromatografi partisi dapat digunakan bahan-bahan sebagai berikut :

*   Bahan Penyangga

     Beberapa zat padat, misalnya tanah silika murni

*   Fase Diam

Dapat digunakan pelarut atau larutan yang tercantum pada monografi masing-masing. Bila yang
digunakan sebagai fase diam merupakan campuran, hendaknya dicampur dulu sebelum disalut
pada bahan penyangga.

*   Fase Gerak

Dapat digunakan pelarut yang sesuai dengan yang tercantum pada monografinya. Bila fase diam
dapat campur dengan air, hendaknya diseimbangkan dengan air terlebih dahulu, bila fase diam
adalah senyawa organik polar, hendaknya di seimbangi dengan pelarutnya terlebih dahulu.        

1.3       CARA PENYIAPAN KOLOM


            Kolom kromatografi pada umumnya dibuat di laboratorium zat ini
dapat diperoleh kolom kromatonnya (Merck) atau Se-pakaian kolom kromatografi pada
umumnya berikut :

                                                                                    Cadangan fase gerak

                                                                                   

                                                                                   

                                                                  Fase Gerak

                                                                  Kertas saring atau bahan penyaring   

                                                     

Bahan penyaring bila perlu

Sumbatan kapas atau serabut gelas

                                                                  Labu Penampung

a)      Pemilihan Kolom


Pada pemilihan ukuran kolom harus diperhitungkan jumlah contoh. Sebagai pedoman dapat
digunakan patokan sebagai berikut :

*   Perbandingan bobot zat penyerap dan contoh (30 = 1)

*   Perbandingan panjang kolom dengan diameter (10 – 15)

*   Untuk   contoh   multi  komponen  dan  contoh  yang  komponen - komponennya

      mempunyai   afinitas   yang   sama   terhadap   zat   penyerap  digunakan  kolom

      panjang.

*   Untuk  contoh  yang   komponen - komponenya   mempunyai   afinitas   berbeda

      terhadap zat penyerap digunakan kolom pendek

           

b)      Cara memasukkan zat penyerap kedalam kolom

*   Metode kering

      Zat penyerap dimasukkan secara langsung kedalam kolom kromatografi. Penambahan secara
sedikit demi sedikit dengan hati-hati sambil kolom diketuk-ketuk. Pelarut/fase gerak dituang
sedikit demi sedikit dan tutup kolom dibuka sampai cairan menetes. Kran ditutup kembali
apabila permukaan cairan kira-kira 1 cm diatas permukaan penyerap.

*    Metode bubur

      Bahan penyerap dicampur dengan pelarut di dalam sebuah gelas piala, kemudian dituang
kedalam kolom yang telah diisi dengan pelarut setinggi 2/3 dari kolom. Dasar kolom sudah
disumbat dengan serabut gelas atau kapas dan bila perlu ditambah bahan penyaring guna
mencegah pengadukan terhadap zat penyerap sewaktu berlangsung penambahan pelarut. Tinggi
pelarut tidak mencegah terjadinya retakan pada lapisan zat penyerap yang mungkin
menyebabkan gangguan terhadap elusi

*    Metode basah


      Zat penyerap dituang langsung kedalam kolom yang telah diberi pelarut sambil kolom
diketuk-ketuk untuk menghilangkan gelembung udara.

1.4       CARA PENGGUNAAAN KOLOM

Contoh memisahkan campuran dari dua senyawa yang berwarna, yaitu kuning dan biru.
Warna campuran yang tampak adalah hijau, buat larutan jenuh dari campuran dengan
menggunakan pelarut yang lebih disukai dalam kolom.                        

Pertama membuka kran penutup untuk membiarkan pelarut yang sudah berada dalam
kolom mengering sehingga material terpadatkan rata pada bagian atas, dan kemudian tambahkan
larutan secara hati-hati dari bagian atas kolom. Lalu buka kran kembali sehingga campuran
berwarna akan diserap pada bagian atas material terpadatkan, sehingga akan tampak seperti
gambar dibawah ini:

Campuran Hijau

                   
Selanjutnya tambahkan pelarut baru melalui bagian atas kolom, cegah sedapat mungkin jangan
sampai merusak material terpadatkan dalam kolom. Lalu buka kran, supaya pelarut dapat
mengalir melalui kolom, kumpulkan dalam satu gelas kimia atau labu dibawah kolom. Karena
pelarut mengalir kontinyu, anda tetap tambahkan pelarut baru dari bagian atas kolom sehingga
kolom tidak pernah kering.
Gambar berikut menunjukkan perubahan yang mungkin terjadi sejalan dengan perubahan waktu
Menambahkan bahan pelarut baru

                   
Senyawa biru lebih polar daripada senyawa kuning dan memungkinkan mempunyai kemampuan
berikatan dengan hidrogen. Anda dapat mengatakan ini karena senyawa biru tidak bergerak
secara sangat cepat melalui kolom. Itu berarti bahwa senyawa biru harus dijerap secara kuat pada
jel silika atau alumina dibanding dengan senyawa kuning. Karena kurang polar, senyawa kuning
menghabiskan waktu dalam pelarut, sehingga keluar dari kolom lebih cepat.
Proses pencucian senyawa melalui kolom menggunakan pelarut dikenal sebagai elusi, sedangkan
pelarut disebut sebagai eluen.

1.5       HAL – HAL  YANG PERLU DIPERHATIKAN

a)                  Pemilihan sistem kromatografi

Pemilihan dapat didasarkan pustaka yang ada, atau penggunaan data dari kromatografi
pendahuluan dengan kromatografi kertas atau lapis tipis                             

b)                  Cara penyiapan kolom


Pemilihan kolom dan cara-cara penyiapannya harus benar supaya diperoleh kolom yang
baik dan serba sama yang dapat menjamin terjadinya elusi yang baik

c)                  Penambahan contoh kedalam kolom

           Contoh yang telah disiapkan dengan benar baru ditambahkan secara kuantitatif kedalam
kolom.

d)                 Pengembangan kromatogram dengan cara melakukan perkolasi larutan

Elusi harus dilakukan dengan benar, tidak terlalu cepat atau lambat dan harus dijaga
supaya permukaan larutan (fase gerak) selalu diatas permukaan zat penyerap supaya diperoleh
kromatogram yang baik.

e)                  Recovery dari fraksi

Pemilihan sistem kromatografi yang tepat dan cara-cara kromatografi yang benar akan
menghasilkan recovery yang baik

2.         KROMATOGRAFI KERTAS

            Kromatografi kertas adalah cara pemisahan suatu komponen zat didalam campuran
dengan jalan penyarian menggunakan fase gerak zat cair dan fase diam yang berupa air/zat cair
lainnya yang berada dalam serat-serat selulosa pada kertas.

Prinsip kerja :

            Suatu zat yang terdapat dalam campuran akan terpisah disebabkan adanya proses migrasi
yang dinamis dalam suatu sistem yang terdiri dari 2 fase, dimana suatu fase bergerak terus
menerus dengan arah tertentu dan masing-masing substansi menjalankan kecepatan yang
disebabkan oleh perbedaan partisi, kelenturan, tekanan, uap dan ukuran molekul.

Berikut mengenai eksperimen klasik yang dirancang untuk memisahkan asam-asam


amino. Sepotong kertas saring Whatman No. 1, sekitar 25-30 cm panjangnya dan 1.5 cm
lebarnya, ditandai garis tipis dengan pensil sekitar 5 cm dan salah satu ujung campuran itu, yang
mengandung masing-masing 5-15 mikrogram (g) glisina, alanina, valina, dan leusina dalam 2-4
mikroliter (l) larutan total diteteskan dari dalam sebuah pipet kapiler pada suatu titik A yang
ditandai di tengah garis pensil (Lihat gambar I.a).

         

Gambar I

Pelarut dibiarkan menguap. Pengembangan disiapkan dengan mengocok campuran fenol cair dan
air dengan kuantitas yang kira-kira sama, dalam sebuah corong pisah selama beberapa menit ;
fase itu dibiarkan berpisah dengan tajam, dan lapisan air di atas diambil dan dimasukkan ke
dalam pinggan, yang ditaruh di dasar suatu bejana gas besar (Gambar I.b - yang tidak digambar
secara sebanding). Kertas itu digantung dalam bejana gas dengan ujung atasnya dicelupkan
dalam palung kaca. Cairan dimasukkan untuk menjenuhi udara dalam bejana gas dengan air dan
fenol, yang perbandingannya ada dalam kesetimbangan dengan pengembang; setelah beberapa
saat kertas itu menjadi terkondisikan terhadap reagensia itu (pengkondisian kertas ini biasanya
tidak perlu dalam kromatografi anorganik). Pengembang, yang adalah fase fenol di bawah,
sekarang dimasukkan ke dalam palung kaca dan bejana gas itu ditutup. Pengembang bergerak
oleh kerja kapiler ke dalam kertas, dan dibantu oleh gaya berat, bergerak ke bawah melewati
campuran pada A itu, dan mulailah pengembangan. Fase bergerak yang meruah adalah fenol
yang mengandung air, dan fase stasioner tipis adalah air (mengandung fenol) yang terserap pada
kertas. Setelah garis depan pengembang bergerak hampir ke pinggir bawah kertas, bejana gas
dibuka, kertas diambil, dan posisi depan B segera ditandai (Gambar I.c). Kertas itu kemudian
dibiarkan mengering. Asam-asam amino tidak berwarna dan untuk menunjukkan posisi zona,
digunakan reaksi warna ninhidrin. Kertas itu disemnprot dengan larutan 0,1 persen ninhidrin
dalam butanol dan dihangatkan dalam waktu singkat untuk mempercepat reaksi dengan asam
amino. Zona asam amino nampak sebagai noda merah-ungu (Gambar I.d). Kromatogram yang
dihasilkan diuraikan dan zona-zona dicirikan oleh nilai-nilai RF. NiIai RF didefinisikan oleh
hubungan :

RF  =
                      Jarak (cm) dari garis awal ke pusat zona (L1)
                  Jarak (cm) dari garis awal ke garis depan pelarut (Lf)

Harga RF mengukur kecepatan bergeraknya zona relatif terhadap garis depan pengembang.
Pengukuran itu dilakukan dengan mengukur jarak dan titik pemberangkatan (pusat zona
campuran awal) ke garis depan pengembang dan pusat rapatan tiap zona: jadi untuk zona 1, R
L1/LF (Gambar I.d). Nilai RF akan menunjukkan identitas asain-asam amino, dan intensitas zone
itu dapat digunakan scbagai ukuran konsentrasi dengan membandingkan dengan noda-noda
standar.

2.1              HAL – HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN

a)   Jenis Kertas


      Kertas selulosa murni khusus dibuat untuk kromatografi maupun kertas yang sudah
dimodifikasi contoh modifikasi dengan :
*   Zat kimia : kertas diasetilasi untuk pemisahan steroid
*   Kertas  yang  di  Impregnase :  kertas  di  impregnase  dengan minyak
     untuk pemisahan amina
*   Kertas yang diberi zat tambahan

b)   Pemilihan fase gerak


      Sebagai fase gerak biasanya berupa campuran pelarut yang bersifat netral, asam atau basa
           
c)   Penotolan contoh
      Untuk penotolan digunakan pipet mikro. Karena umumnya kadar larutan contoh 0.1 % – 1 %
dan jumlah yang ditotolkan antara 1 – 10 ml.

d)   Phase Pengembangan


      Ada beberapa cara pengembangan :

            *   Pengembangan menurun


Bejana  kromatografi  dilengkapi  dengan  tempat  fase  bergerak yang    
tergantung dibagian atas ujung kertas  kromatografi  dicelupkan  pada
cairan  pengembang  yang   akan   melewati   tempat   penotolan   dan
mengalir kebawah.
                  
            *   Pengembang menaik
Kertas kromatografi yang telah ditotol contoh dicelupkan dalam cairan yang berbeda didasar
bejana, cara ini lebih mudah karena sederhananya peralatan dan penjenuhan bejana dengan uap
cairan lebih mudah dicapai.

                                    *   Pengembangan mendatar


Kertas pada posisi mendatar dan ujungnya dikaitkan pada suatu alat yang dekat dengan tempat
penotolan dicelupkan cairan pengembang

                                    *   Pengembang melingkar


Kertas diletakkan mendatar, digunakan piring petri dilengkapi dengan sumbu senyawa yang di
pisahkan akan membentuk noda yang melingkar.
                                   
                                    *   Pengembang dua dimensi
Senyawa yang akan dipisahkan ditotolkan pada ujung kertas kemudian dilakukan proses
pengembangan dengan cairan pertama, setelah itu kertas diputar 90O, dengan dilakukan proses
pengembangan dengan cairan pengembang yang kedua.
           
                                    *   Pengembang bertingkat
Pengembang dengan menggunakan dua cairan pengembang yang komposisinya berbeda,
misalnya pengembang pertama dengan menggunakan cairan yang polar sampai jarak tertentu,
kemudian untuk senyawa yang tertinggal pada tempat penotolan digunakan cairan pengembang
lain yang dapat membawa senyawa yang semula tetap terdapat pada titik penotolan.

                                    *   Overrun dan pengembangan ganda


Dilakukan proses pengembangan sampai mencapai batas pengembangan, kertas diambil
kemudian dikeringkan di udara, kemudian dilakukan proses pengembangan kembali sampai
cairan mencapai batas pengembangan. Dilakukan berkali-kali untuk memperoleh hasil
pemisahan yang baik.

                        e)   Komponen


                                    *   Bejana kromatografi
                                    *   Fase diam (kertas kromatografi)
                                    *   Pipet Mikro/Kapiler

            2.2       DETEKSI (PENAMPAKAN BERCAK)


                       
                        a)   Cara Kimia
Bercak dapat dideteksi dengan menyemprot larutan pereaksi/enzim yang cocok dan biasanya
sudah tertera pada monografinya. Alat penyemprot disebut Atomizer atau spaygon.

                        b)   Cara Fisika


Kertas hasil pengembangan yang telah dikeringkan diamati dibawah sinar ultra violet pada
panjang gelombang 254 atau 365 nm. RF nya dibandingkan terhadap bercak dari buku
pembandingnya.
                        c)   Cara Biologis
Mendeteksi senyawa yang mempunyai aktifitas biologis tertentu misalnya : antibiotika. Cara ini
lebih spesifik jika diperbandingkan terhadap cara fisika dan kimia. Bercak dari kromatogram
diambil dan diletakkan dalam agar yang telah ditumbuhi dengan mikroorganisme tertentu,
sesudah diinkubasikan dan diameter dari hambatan dapat menunjukkan kadar/potensi dari
antibiotika

                        d)   Radioaktif


Senyawa yang mempunyai sifat radioaktif dideteksi dengan otoradiografi dengan suatu scaner
yang akan mencatat dalam bentuk grafik puncak radioaktivitas yang menunjukkan letak dari
senyawa yang diperiksa.

3.         KROMATOGRAFI LAPISAN TIPIS

Teknik kromatografi lapisan tipis (TLC) menggunakan suatu adsorben yang disalutkan
pada suatu lempeng kaca sebagai fase stasionernya dan pengembangan kromatogram terjadi
ketika fase lapisan tipis melewati adsorben itu. Seperti dikenal baik, kromatografi lapisan tipis
mempunyai kelebihan yang nyata dibandingkan kromatografi kertas karena nyaman dan
cepatnya, ketajaman pemisahan yang lebih besar dan kepekaannya yang tinggi. Uraian singkat
mengenai prosedur eksperimental akan diberikan di sini dengan rujukan khusus ke pemisahan
kation-kation.
Penyiapan lempeng. Dalam kromatografi lapisan tipis bahan penyalut yang beraneka
macam, meskipun gel silika digunakan lebih sering daripada bahan lain. Namun pemisahan
kation pada gel silika tak selalu memuaskan karena banyak kation mempunyai nilai RF yang
hampir sama dan tetap terkelompok pada adsorben ini. Bubuk selulosa disarankan sebagai
adsorben untuk pemisahan kation dengan TLC meskipun pemisahan mungkin lebih lambat
dibandingkan dengan yang diperoleh dengan gel silika. Penggunaan bubuk selulosa dapat
dianggap sebagai pengganti untuk kromatografi kertas anorganik dan data untuk kromatografi
kertas umumnya dapat diterapkan pada TLC anorganik pada selulosa.
Lapisan-lapisan tipis selulosa dapat dibuat dengan menebarkan bubur bubuk Selulosa
dalam air dengan mcnggunakan salah satu aplikator yang tersedia di pasar. Paling penting bahwa
lempeng kaca yang akan diolesi lapisan tipis itu hendaknya bersih benar dan ini bisa dicapai
dengan mencuci lempeng-lempeng itu dalam larutan natrium karbonat pekat yang disusul dengan
membilas dengan air suling.
Bubur bubuk selulosa dalam air disiapkan dengan mencampurkan sekitar 15 gr bubuk
dalam 90 cm3 air suling dan bubuk didispersikan selama sekitar 1 menit dengan menggunakan
pengaduk (mixer) mekanis. Bubuk selulosa yang digunakan untuk TLC anorganik adalah dari
macam mikrokristalin yang istimewa. Dalam kromatografi partisi, digunakan lempeng tak
teraktifkan dari lapisan-lapisan selulosa dengan demikian tak memerlukan pengaktifan dengan
pemanasan. Lempeng yang tersalut itu dapat dikeringkan selama semalaman pada temperatur
kamar
Lapisan tipis yang siap pakai, yang disiapkan dengan adsorben yang paling meluas
pemakaiannya, sekarang tersedia, yakni sebagai lempeng kaca dan lembaran plastik yang telah
disalut. Lembaran plastik yang disalut dengan selulosa (yang dapat juga mengandung bahan
pendaran) dipasarkan dan sangatlah memudahkan untuk pekerjaan TLC anorganik karena dapat
dipotong-potong menurut ukuran yang diinginkan.
Apilkasi contoh. Larutan contoh yang akan diaplikasikan hendaknya berisi antara 0,1 dan
10 mg kation per cm3 dan dapat beasifat netral dari asam encer; sekitar l larutan ditotolkan
dengan sebuah spuit mikro (micro syringe) atau mikropipet di dekat salah satu ujung lempeng
kromatografi (chromatoplate) (sekitar 1,5-2,0 cm dan pinggir lempeng) dan kemudian dibiarkan
kering di udara.
Penyetimbangan lempeng kromatografi itu tidak perlu dari pengembangain lempeng itu
dapat segera dimulai setelah dikeringkan.
Pengembangan lempeng. Biasanya kromatografi itu dikembangkan dengan teknik menaik
dalam mana lempeng dicelupkan ke dalam pelarut pengembang (hendaknya digunakan pelarut
taraf (kromatografi atau disuling ulang) sedalam 0,5 cm. Tanki atau bilik yang digunakan
sebaiknya dilapisi lembaran kertas saring yang tercelup ke dalam pelarut dalam dasar bilik; ini
memastikan penjenuhan bilik itu dengan uap pelarut (Gambar II).
                  

Gambar II

Pengembangan dibiarkan berlangsung sampai garis depan pelarut menjalani jarak yang
diinginkan (biasanya 10-15 cm), lempeng itu kemudian diambil dari dalam bilik dan garis depan
pelarut segera ditandai dengan garis pensil.
Posisi zat-zat terlarut yang telah terpisah dapat dilacak dengan pelbagai metode Zat-zat
berwarna dapat dilihat langsung bila dipandang dengan fase stasioner sebagai latar belakang.
Spesi tak berwarna biasanya dapat dideteksi dengan menyemprot lempeng itu dengan suatu
reagensia yang tepat yang menghasilkan bercak berwarna dalam daerah-daerah spesi-spesi itu
berada. Beberapa senyawa akan berpendar dalam cahaya ultraviolet dan dapat ditemukan
tempatnya dengan cara demikian. Cara lain jika bahan berpendar dimasukkan dalam adsorben,
maka zat terlarut dapat diamati. sebagai bercak gelap pada latar belakang berpendar bila
diperiksa di bawah cahaya ultraviolet. (Bila mencari lokasi zona dengan metode ini mata
hendaknya dilindung dengan mengenakan kacamata atau pelindung yang khusus). Bercak yang
dicari tempatnya dengan metode ini dapat disketsa dengan menandainya dengan sebuah jarum.
Kromatografi lapisan tipis dengan menggunakan slaid mikroskop. Pemisahan kation
dapat dicapai dengan sangat dimudahkan dengan menggunakan kaca mikroskop yang disalut
selulosa (atau lembar selulosa yang diprasalut yang dipotong-potong sebesar kaca mikroskop).
Bercak sangat kecil (diameter sekitar 1 mm dan larutan contoh ditaruh pada lempeng itu,
misalnya, dengan menggunakan sepotong kertas yang diruncingkan yang dijenuhi dengan larutan
itu. Lempeng dibiarkan kering di udara dan dikembangkan dalam sebuah botol kecil sampai garis
depan pelarut bergerak 2-3 cm. Pemisahan dicapai dalam 5-10 menit dan kation-kation yang
terpisah dapat ditentukan posisinya dengan prosedur yang biasa.
Kromatografi lapisan tipis anorganik kuantitatif. Analisis kuantitatif penyusun-penyusun
yang telah dipisah pada lempeng lapisan tipis umumnya dilakukan dengan pengukuran rapatan
(fotodensitas) dan luas bercak, yakni dengan fotodensitometri lempeng itu.
Prosedur macam ini meminta pembandingan bercak-bercak yang diperoleh dengan
menggunakan campuran standar yang kuantitas-kuantitasnya diketahui, yang harus diuji secara
kromatografi pada lempeng contoh itu juga.
Suatu prosedur lain melibatkan pengambilan komponen-komponen terpisah itu dari
lempeng dengan mengorek bagian adsorben yang berkaitan dengannya. Komponen itu diekstrak
(dielusi) dari dalam adsorben dengan pelarut yang cocok dan ditetapkan dengan menggunakan
teknik fisika yang tepat, misalnya spektrofotometri ultraviolet, nampak atau fluoresensi.

3.1       HAL – HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN

a)                  Kromatografi lapis tipis seperti metode kromatografi lainnya adalah metode analisis
pembanding. Untuk identifikasi senyawa haruslah digunakan senyawa pembanding dan tidak
dapat digunakan RF yang ada dalam pustaka

b)                  Jika suatu sampel yang tidak diketahui memberikan suatu bercak setelah pengembangan dengan
sistem pelarut tertentu. Belum berarti bahwa sampel mengandung hanya satu senyawa tersebut.
Untuk memastikan harus dilakukan pengembangan dengan sistem pelarut yang lainnya atau
digunakan pengembangan lainnya.

c)                  Jika suatu senyawa yang tidak diketahui menunjukkan harga RF yang sama dengan senyawa
pembanding, belum berarti bahwa kedua zat adalah sama (identik). Untuk memastikan maka
harus dikembangkan dengan pengembang yang lain.

4.         KROMATOGRAFI  CAIR KINERJA TINGGI (KCKT/HPLC)


            High Pressure Liquid Chromatography kadang-kadang disebut High Performance Liquid
Chromatography. High performance hanya boleh jika ukuran partikel < 10 m dan kolom dipack
dengan baik. Di pack dengan baik artinya plate height kurang dari 5 meskipun perlu untuk
meningkatkan sp 10 untuk beberapa aplikasi. KCKT tidak tergantung pada kemampuan sampel
untuk menguap atau stabilitas sampel terhadap panas. Sangat berguna untuk pemisahan zat
dengan bobot molekul tinggi ( makro molekul ) seperti protein, asam nukleat, polisakarida,
pewarna, lipida, polimer sintetik, dll. Dapat digunakan lebih dari satu macam cairan sebagai
cairan pembawa.

            HPLC secara mendasar merupakan perkembangan tingkat tinggi dari kromatografi
kolom. Selain dari pelarut yang menetes melalui kolom dibawah grafitasi, didukung melalui
tekanan tinggi sampai dengan 400 atm. Ini membuatnya lebih cepat.

            HPLC memperbolehkan penggunaan partikel yang berukuran sangat kecil untuk material
terpadatkan dalam kolom yang mana akan memberi luas permukaan yang lebih besar
berinteraksi antara fase diam dan molekul-molekul yang melintasinya. Hal ini memungkinkan
pemisahan yang lebih baik dari komponen-komponen dalam campuran.
Perkembangan yang lebih luas melalui kromatografi kolom mempertimbangkan metode
pendeteksian yang dapat digunakan. Metode-metode ini sangat otomatis dan sangat peka.

            Dengan HPLC dapat dilakukan pemisahan secepat kromatografi gas, dengan keuntungan
zat-zat yang tidak menguap dan tidak stabil oleh panas dapat dipisahkan tanpa terjadi
dekomposisi atau tanpa perlu menjadi derivat yang sudah menguap.

Alat HPLC secara skematis


            4.1       PRINSIP KERJA HPLC

            Pembagian HPLC berdasarkan sistim kerjanya ada 4 macam prinsip kerja, yaitu :

4.1.1    Kromatografi Adsorpsi

Mekanisme retensi dalam kromatografi adsorbsi adalah adanya interaksi antara gugus
fungsional yang cukup polar dengan bagian partikel yang polar dan bersifat mengadsorpsi. Air
memegang peranan penting dalam mekanisme ini, yang berfungsi rnengaktifkan permukaan
gugus silanol, tetapi jumlah air yang berebihan akan cenderung menghilangkan keaktifan fase
diam.

Fase diam yang digunakan adalah silika dan alumina. dimana gugus hidroksil pada
permukaan silika dan alumina yang menyebabkan adsorpsi. Pada silika. gugus silanol bersifat
asam, sehingga senyawa basa tertahan lebih lama dibanding senyawa netral/asam. Adsorban
yang dipakai adalah bahan padat polar. sehingga urutan elusi mengikuti polaritas sampel. 
Fase gerak yang biasa digunakan dalam kromatografi adsorpsi adalah
fluoroalkana, n-pentana. karbon tetraklorida, xylen, toluen, benzen. Diklormetan, dioksan,
tetrahidrofuran, asentoniltril, isopropanol dan metanol.
Aplikasi Kromatografi adsorpsi ini berdasar pada polaritas zat karena gugus hidroksil
pada permukaan silika berinteraksi dan karena kekuatan intraksi tiap zat terlarut berbeda maka
ada yang diadsorpsi lebih kuat dibandingkan dengan yang lainnya.
4.1.2    Kromatografi Partisi
Molekul zat terlarut mendistribusikan dirinya diantara dua fase cair yang tidak saling
campur (fase gerak dan fase diam), sehingga harus mempunyai polaritas yang berbeda diantara
dua fase tersebut. Fase diam harus merupakan pelarut yang baik bagi sampel, tetapi tidak baik
bagi fase 2 gerak. Fase tetap melapisi fase penunjang secara uniform hingga kedua fase tak
bercampur.

4.1.3    Kromatografi Pertukaran Ion

Kromatografi pertukaran ion terutama dimaksudkan untuk senyawa  yang mudah


terionisasi seperti asam atau basa dan senyawa yang berinteraksi dengan gugus ionik. Secara
sederhana mekanisme ektensi kromiatografi pertukaran ion dapat dijelaskan sebagai berikut :

Untuk pertukaran anion

X +  R+Y                                 Y  +  R+X

X = ion sampel, Y = ion fase gerak dan R = gugus bermuatan dari fase diam.
Ion sampel akan berkompetisi dengan ion fase gerak untuk berpasangan dengan penukar ion
yang bermuatan positif
Untuk pertukaran kation

X + + R+Y-                              Y+ + R-X+

Kation sampel akan berkompetisi dengan ion fase gerak untuk berpasangan dengan
penukaran ion yang bermuatan negatif.
Fase gerak yang biasa digunakan adalah larutan garam. seperti larutan dapar dan
sejumlah tertentu pelarut organik yang  bercampur dengan air, misalnya metanol asetonitril dapat
ditambahkan.
Kolom yang digunakan adalah berbagai jenis bahan penukar ion mulai dari gel halus
yang cocok untuk pemisahan molekul besar seperti protein hingga gel keras yang hanya untuk
pemisahan anorganik dan molekul kecil.
Aplikasinya misalnya untuk pemisahan bahan pengawet dalam makanan, pemisahan
vitamin dan juga pemisahan golongan benzodiazepin

4.1.4    Kromatografi Ekslusi (gel)


Pada kromatografi ekslusi ini harus digunakan fase diam yang inver secara  kimia.
Prinsip pemisahannya berdasarkan ukuran molekul larutan, menggunakan bahan pengisi kolom
yang mempunyai ukuran pori-pori tertentu. Sampel dengan olekul pengisi kolom akan cepat
terelusi dibandingkan dengan sampel yang ukuran molekulnya lebih kecil dari molekul pengisi
kolom.
Fase gerak yang sering digunakan dalam kromatografi ekslusi adalah tetradirofuran, air
dan untuk temperatur tinggi digunakan 1.2.4. triklosan, m-krem-kresol. Kolom yang digunakan
dalam kromatografi ekslusi adalah silika polistiren, eter silika, reverse phase silika dan polistiren
divinil benzen.
Aplikasinya untuk pemisahan sampel yang mempunyai bobot molekul tinggi, seperti
senyawa polimer dan pemisahan vitamin A palmitat dari sedian vitamin. Kromatografi ekslusi
yang dilakukan dalam sistem yang mengandung air sering disebut sebagai filtrasi gel, sedang jika
dilakukan dalam sistem yang tidak mengandung air disebut permeasi gel.
                      
4.2              SISTEM KROMATOGRAFI CAIR

Jenis senyawa Mode Fese tetap Fase gerak

Netral Reversed Phase C18, C8, Air / Modifier

Asam lemah C4, C-2, fenil Organik

Basa lemah

Ionik, Basa Ion pair TMS, Siano Air / pereaksi

Asam ( Reversed phase ) C18, C8 Pasanganion organik


Zat organik

Senyawa tidak larut Fase normal Silika, amino, siano, Larut dalam air/ dapar
dalam air, isomer diol counter ion
organik

Ion – ion Penukar Gel Filtrasi : larut dalam air


Penukar ion
Ion anorganik anion/kation, resin

Senyawa dengan Polistirena Gel Permeasi : pelarut


Size exclusion         
BM tinggi organik
( SEC )

Polimer Silika
Pemisahan Chiral

5.         KROMATOGRAFI GAS

Kromatografi Gas adalah teknik pemisah dari campuran zat yang menguap kedalam
aliran gas pembawa yang mengalir, melewati kolam dan dipisahkan, hasil pemisahan keluar dari
kolom untuk di evaluasi, dan dideteksi secara elektrik pada recorder. Waktu yang diperoleh dari
masing-masing komponen yang timbul menunjukan waktu retensi dan hasil luas puncak yang
dihasilkan sebanding dengan jumlah yang terkandung, adanya parameter ini kromatografi gas
dapat menetapkan kualitatif dan kuantitatif.

            Kondisi contoh yang ideal pada pengujian secara kromatografi gas harus mudah menguap
dan tidak  mengalami peruraian bentuk atau reaksi kimia, dan harus bergerak cepat kedalam
kolom. Dalam kromatografi gas fase gerak adalah gas iner dan fase diam adalah zat padat atau
zat cair yang diatur cukup padat didalam kolom
Kroamtografi gas padat atau gas “solid chromatography “bila fase diamnya berupa zat
padat, sedangkan bila berupa lapisan tipis zat cair yang membungkus bahan penyangga yang iner
maka disebut Kromatografi gas cair atau gas “liquid Chromatography”. Zat padat dalam
kromatografi gas padat biasanya adalah : alumina, silica gel, charcoal atau ayakan molekuler dan
serapan selektif pada zat padat diikuti pemisahan. Kromatografi gas cair lebih populer dan sangat
penting, gas pembawa berjalan sambil membawa contoh melalui kolom dimana partisi contoh
dalam gas dan cairan tetap.

*    Sistem kromatografi gas

Alat kromatografi gas terdiri dari beberapa bagian yang merupakan suatu rangkaian
sistem yang masing-masing sangat menentukan didalam penggunaan alat, untuk melakukan
pengujian suatu senyawa baik secara kualitatif dan kuantitatif.

Skema system kromatografi

                  

5.1             BAGIAN KROMATOGRAFI GAS

a)   Gas Pembawa

Gas yang biasa digunakan pada kromatografi gas yaitu : nitrogen, helium, argon dan hydrogen,
*    Syarat untuk gas pembawa :

1.   Iner, untuk mencegah interaksi dengan contoh atau pelarut contoh

2.      Murni dan mudah diperoleh

3.      Murah

4.      Koefesien difusi contoh pada gas tersebut rendah

5.      Cocok untuk detector yang digunakan

b)   Bahan penyangga padat

Penggunakan bahan penyangga bermaksud untuk memperoleh permukaan yang luas dan iner
bagi lapisan fase diam.

*    Persyaratannya :

1.      Iner mempunyai interaksi kimia dan interaksi penyerapan dengan contoh yang minimal.

2.      Mempunyai permukaan yang luas ( 1 – 20 m2  tiap gram )

3.      Berukuran serba sama dan bentuknya teratur untuk memudahkan pengepakan, berpori dengan
ukuran kira-kira 10 µm atau kurang.

Bahan baku untuk penyangga biasanya diatomae yang merupakan senyawa silikat dengan sedikit
pengotoran dan osida logam. Didalam perdagangan dikenal dengan Chromosorb A,G,P,W dan T.

Chromosorb A  :  Digunakan untuk kromatografi Gas sekala preparative

Chromosorb G  :  Digunakan untuk memisahkan senyawa polar

Chromosorb  P :   Dibuat  dari  bata  merah,  merupakan  diatomae  yang

     dikalsinasi,   berwarna  merah.   Digunakan    terutama

     untuk hidrokarbon.

Chromosorb  W :  Warna putih, tidak menyerap, sangat cocok digunakan


      untuk pemisahan senyawa polar.

c)   Fase diam / Fase cair

Yang terpenting dalam kromatografi gas   cair  adalah  pemilihan  Fase  cair /    

fase diam yang tepat idealnya zat cair yang digunakan memenuhi persyaratan      

sebagai berikut :

1.              Pelarutan mutlak yang baik bagi komponen-komponen contoh jika kelarutan rendah komponen
terelusi cepat dan pemisahan akan tidak sempurna

2.              Komponen-komponen contoh mempunyai koefisien partisi yang berbeda-beda

3.              Tidak menguap, tekanan 0,01 hingga 0,1 mm pada percobaan untuk sumur kolom yang cukup.

4.              Tahan panas, ketidak setabilan dapat disebabkan oleh efek bahan penyangga karena suhu
dinaikan.

Yang sering digunakan : SE 30, OV, Carbowax

Fase cair dipilih tergantung dari komponen contoh, diharapkan tipe komponen yang ada didalam
contoh kelak diketahui sebelum pengujian dilakukan. Dengan demikian akan memudahkan
didalam pemilihan dan penyiapan kolom sesuai yang diperlukan. Didalam pemisahan yang
normal, fase cair harus sesuai struktur kimianya dengan komponen didalam campuran, missal :
senyawa hidrokarbon, senyawa polar pada pelarut polar, alkohol pada halkoamida.

Bila campuran komponen dari skala kimia yang berbeda, tetapi titik didih yang sama, maka
harus digunakan fase cair dengan polaritas yang berbeda. Jumlah fase cair yang digunakan harus
cukup untuk membentuk lapisan tipis yang serba sama pada partikel bahan penyangga. Effisiensi
kolom dapat dipertinggi dengan menurunkan jumlah ini. Jenis bahan penyangga yang digunakan
dari polaritas contoh menentukan konsentrasi fase cair pada bahan penyangga.

            d)   Kolom


Yang dimaksud kolom meliputi jenis kolom, isi kolom, yang terdiri dari fase cair dan bahan
penyangga, bentuk kolom serta cara pembuatan kolom.

Ada dua macam jenis kolom yaitu  : “pecked kolom dan kapiler kolom “ sedangkan bentuk
kolom bermacam-macam misalnya lurus, spiral, huruf U dan lain-lain.

Bahan gelas lebih disukai karena iner, panjang kolam biasanya 0,5 – 10 meter dengan diameter
antara 3 – 1-  mm, sedangkan kapiler kolom panjang antara 10 – 50 meter, dengan diameter 0,1 –
1,2 mm, sedangkan fase diam dari kapiler kolom adalah berupa lapisan fase cair melekat pada
dinding sebelah dalam dari kolom kapiler

                        e)   Detektor

                              Bagian pengindra dari senyawa-senyawa yang dipisahan dari kolom, ada
dua                     macam detektor, detektor umum dan detektor selektif.

                              


                              Persyaratannya :

1.      Selektif

2.      Kepekaan

3.      Cukup responsif

4.      Tingkat derau (noise) rendah

5.      Tanggapan linearnya lebar


Macam-macam detector

1.      FID ( Flame Ionisation Detector )

FID Memberikan Respon hampir kepada setiap senyawa, kecuali udara, air dan gas mulia.

2.      ECD ( Electron Capture Detector )

ECD sangat selektif dan sensitive terhadap alkyl halide, karbinil yang terkonjugasi. nitril, nitrat.
Selektifitas dan sensitifitasnya dari ECD membuat detector ini digunakan untuk pengujian residu
pestisida, karena dapat mendeteksi dibawah subpoligram.

3.      TCD (Thermal Conductivity Detector )

Umumnya digunakan untuk analisa air dan senyawa anorganik

4.      MCD ( Micro Coulometric Detector )

Untuk analisa atom, N2 O2 ,S dan terutama halogen.

5.      FPD ( Flem Photometric Detector )

Untuk Analisa senyawa yang mengandung fosfor, sulfur

6.      Alkali Flame Detector

7.      Electrolytic Conductivity Detector

f)   Pengendalian Suhu


Untuk mengatur suhu oven dari tempat penyuntikan, kolom dan detector.  Pada pengujian
dengan kromatografi gas pengaturan suhu tersebut biasanya sudah dicantumkan dalam pustaka,
sehingga hanya dicari parameter yang lain mengingat sifat dari alat berbeda, baik merek dan tipe
yang sama. Suhu tempat penyuntikan, kolom dan detector selama pengujian dengan alat
kromatografi gas berlangsung harus tetap.

                        g)   Amplifier

                              Alat untuk memperbesar respon yang berasal dari detektor

h)   Rekorder / Perekam

Digunakan untuk merekam hasil dari deteksi yang diberikan oleh detector, hasil rekaman ini
berupa gambar kromatogram, dan ada yang sudah menggunakan unit prosesing komputer

                        i)   Analisa Kualitatif

     Parameter  yang  paling  penting  untuk  mengidetifikasi  salah   satu   puncak   

     adalah waktu retensi. Harus dibandingkan terhadap waktu retensi standart

                        j)   Analisa Kuantitatif

                       Cara perhitungan

1.      Normalisasi luas

      Dengan menghitung luas masing-masing puncak,kemudian dijumlahkan prosentase luas puncak
adalah : luas puncak dibagi dengan jumlah luas puncak keseluruhan dikalikan 100 %. Ini dapat
dilakukan dengan anggapan bahwa keseluruhan puncak dapat dipisahkan

2.      Menggunakan Faktor koreksi

3.      Menggunakan tinggi puncak

      Jika puncak pada kromatogram sangat sempit, maka hanya diukur tinnginya saja, yaitu jarak dari
dasar hingga puncak maksimum
4.      Tinggi puncak kaki lebar setengah tinggi

5.      Luas segitiga

6.      Memotong dan menimbang kertas

7.      Menggunakan digital integrator

            5.2       KESALAHAN-KESALAHAN YANG SERING TERJADI

                       

a)      Sampling pada pemilihan contoh dan atau terjadi kontaminasi

b)      Pembuatan larutan uji

c)      Kromatografi dalam teknik injeksinya

d)     Integrasi dan  perhitungan hasil

            5.3       FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL

                       

a)      Laju gerak / aliran fase gerak

b)      Suhu

DAFTAR  PUSTAKA

1. Farmakope Indonesia Edisi IV tahun 1995, DEPKES Republik Indonesia

2. Buku Ajar VOGEL Edisi IV, oleh J. Basset, M.Sc, C. Chem., F.R.I.C. dkk

3. Situs Web Kimia Indonesia : www.chem-is-try.org

4. Instrument Laboratorium Kesehatan Penerbit DEPKES (PUSDIKNAKES) 1995

Anda mungkin juga menyukai