Anda di halaman 1dari 45

ASIDI-ALKALIMETRI

Mustofa ahda
Pendahuluan

• Titrasi merupakan metode analisis kimia secara kuantitatif yang biasa digunakan dalam 


laboratorium untuk menentukan konsentrasi dari reaktan, maka teknik ini juga dikenali
dengan analisis volumetrik.
Pendahuluan
Secara skematis ketiga teori di atas dapat digambarkan dalam skema berikut :
Teori                    Asam Basa
       
Arrhenius Donor proton Donor hidroksida
Bronsted Donor proton Akseptor proton
Lewis Akseptor pasangan electron Donor pasangan elektron

Alkalimetri: Zat uji bersifat asam lemah + larutan baku basa → garam +air

CH3COOH + NaOH → CH3COONa (garam) + H20 (air )

Asidimetri: Zat uji bersifat basa lemah + larutan baku asam → garam + air

NH4OH + HCl → NH4CL + H20


LARUTAN STANDAR
a standard solution is a solution containing a
precisely known concentration of an element or a
substance.

Standard solutions are used to determine the


concentrations of other substances, such as solutions
in titrations
Definisi-Definisi
• Alkalimetri (Alkali = basa, metri = pengukuran) diartikan sebagai titrasi untuk penetapan
asam dengan standart basa sebagai alat ukurnya.
• Larutan baku (standar) adalah larutan yang telah diketahui konsentrasinya secara teliti,
dan konsentrasinya biasa dinyatakan dalam satuan N (normalitas) atau M (molaritas). Zat
yang dapat dibuat sebagai larutan baku primer adalah asam oksalat, Boraks, asam benzoat
(C6H5COOH), K2Cr2O7, AS2O3, NaCl.
• Larutan standar sekunder adalah larutan yang konsentrasinya diperoleh dengan cara
mentitrasi dengan larutan standar primer, biasanya melalui metode titrimetri. Contoh:
AgNO3, KMnO4, Fe(SO4)2.
• Indikator adalah zat yang ditambahkan untuk menunjukkan titik akhir titrasi telah di capai.
Umumnya indicator yang digunakan adalah indicator azo dengan warna yang spesifik pada
berbagai perubahan pH.
Macam-macam Standart

1. Primer → stabil
ciri : - dapat tersedia dalam bentuk
murni
- tidak higroskopis / mudah
dikeringkan
- BE tinggi
- merupaka asam-basa kuat
2. Sekunder → tak stabil dan dibakukan
kembali
Kriteria Baku Primer
• Mudah diperoleh, dimurnikan, dikeringkan (jika mungkin pada suhu 110-1200C) dan
disimpan dalam keadaan murni.
• Tidak bersifat higroskopis dan tidak berubah berat dalam penimbangan di udara.
• Zat tersebut dapat diuji kadar pengotornya dengan uji kualitatif dan kepekaan tertentu.
• Sedapat mungkin mempunyai massa relatif dan massa ekivalen yang besar, sehingga
kesalahan karena penimbangan dapat diabaikan.
• Zat tersebut harus mudah larut dalam pelarut yang dipilih
• Reaksi yang berlangsung dengan pereaksi tersebut harus bersifat stoikiometrik dan
langsung. kesalahan titrasi harus dapat diabaikan atau dapat ditentukan secara tepat
dan mudah.
Kriteria Baku Sekunder
• Tidak mudah diperoleh dalam bentuk murni ataupun dalam keadaan yang
diketahui kemurniannya.
• Zatnya tidak mudah dikeringkan, higrokopis, menyerap uap air, menyerap
CO2 pada waktu penimbangan
• Derajat kemurnian lebih rendah daripada larutan baku primer
• Mempunyai BE yang tinggi untuk memperkecil kesalahan penimbangan
• Larutannya relatif stabil dalam penyimpanan
ASAS UMUM
aA + tT → produk
a : molekul analit A (titrat)
t : molekul reagensia T (titran)
aA → labu erlemeyer
+ tT (kadar diket.) → buret
ad A setara T secara kimia

TA ≈ TE

+ indikator → menanggapi kelebihan T

Respon dapat lebih / kurang

Usahakan indikator TA ≈ TE
PROSES TA ≈ TE
PROSES TA ≈ TE
TITIK EKIVALEN DAN TITIK AKHIR TITRASI

TITIK EKIVALEN TITIK AKHIR TITRASI


MOL ZAT X : MOL ZAT S = Titik saat terjadi Perubahan
PERBANDINGAN KOEFISIENNYA Indikator
MENURUT PERSAMAAN REAKSI
Umumnya Tidak tepat pada titik
Ekivalen, tetapi Beberapa saat
sebelum atau sesudah Titik Ekivalen
tercapai
Pemilihan Indikator
Pemilihan Indikator
Pemilihan Indikator
Pemilihan Indikator
Jenis-jenis Indikator
Polifungsional
Polifungsional
Indikator
Syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk dapat
dilakukan analisis volumetrik 
• Reaksinya harus berlangsung sangat cepat.
• Reaksinya harus sederhana serta dapat dinyatakan dengan persamaan reaksi yang
kuantitatif/stokiometrik.
• Harus ada perubahan yang terlihat pada saat titik ekuivalen tercapai, baik secara
kimia maupun secara fisika.
• Harus ada indicator jika reaksi tidak menunjukkan perubahan kimia atau fisika.
Indikator potensiometrik dapat pula digunakan.
Alat-alat yang digunakan pada analisa
titrimetri
• Alat pengukur volume kuantitatif seperti buret, labu ukur, dan pipet volume yang
telah di kalibrasi.
• Larutan standar yang telah diketahui konsentrasinya secara teliti atau baku primer
dan sekunder dengan kemurnian tinggi.
• Indikator atau alat lain yang dapat menunjukkan titik akhir titrasi telah di capai.
Proses Titrasi
PEMBAGIAN JENIS TITRASI

1. Rx penetralan / asam-basa / asidi alkalimetri


2. Rx pembentukan kompleks
3. Rx pengendapan
4. Rx redoks
5. Rx khusus
ALUR ANALISIS KUANTITATIF DENGAN
ANALISIS VOLUMETRI
Jenis Titrasi
• 1. Titrasi langsung

Langsung bereaksi antara titran dan titrat.


Keuntungan :
Reaksi cepat.
Kesalahan lebih kecil.
Lebih praktis
• 2. Titrasi Tidak Langsung

Titrat tidak bereaksi langsung dengan titrannya.


Keuntungan :
Reaksi lebih sempurna
Kesalahan lebih banyak
Kurang praktis
INGAT KONSEP MOL dan konsentrasi
larutan
RUMUS TENTANG MOL

Molar

:V

V
x
xMr
: 6,02 x 1023
gram mol partikel
: Mr x 6,02 x 1023

,4
2,

22
:2

x
volume

(STP)
Satuan Konsentrasi
a.Molalitas (m)
b.Molaritas (M)
c. Normalitas (N)
d.Persen (%)
e.ppm dan ppb
STOKIOMETRI
Stoikiometri (kadang disebut stoikiometri reaksi
untuk membedakannya dari stoikiometri komposisi)
adalah ilmu yang mempelajari dan menghitung
hubungan kuantitatif dari reaktan dan produk dalam
reaksi kimia (persamaan kimia)
Penentuan
Titik akhir titrasi
1. Melakukan penyetaraan Reaksi
2. Konsep mol
3. Stokiometri reaksi
Penentuan kadar
1. Menggunakan konsep mol (Stokiometri)
2. Grek ekuivalen
3. Angka kesetaraan
Double Indicators
• Pipette out 10 mL solution of a mixture of sodium carbonate and sodium hydroxide into a
conical flask, add two drops of methyl orange indicator and titrate against HCl, still the
colour changes from pale yellow to orange. Note the titre value (V1 ). Titrate 10 mL
portions of the solution using phenolphthalein as indicator (1-2 drops). The color changes
here at the end point is from red to colourless and is quite sharp. Let the titre be V2 of HCl.
Therefore, 2(V1 - V2 ) corresponds to carbonate, and V1 – 2(V1– V 2 ) = 2V2 – V1
corresponds to sodium hydroxide. Calculate the amount of NaOH and Na2CO3 present in
a litre of the given solution in g/L.
Double Indicators

*Bst NaOH      = Mr = 40
Double Indicators
Double Indicators
Double Indicators
• Campuran karbonat dan bikarbonat , atau karbonat hidroksida dapat
dititrasi dengan HCL standar sampai kedua titik akhir tersebut diatas.
Dalam table 1 , V1 adalah volum asam dalam ml yang digunakan dari
permulaan sampai titik akhir fenolfatalein dan V2 merupakan volum dari
titik akhir fenolfatalein sampai titik akhir metal orange . hal ini
membuktikan bahwa NaOH secara lengkap bereaksi dalam tahap
pertama , NaHCO3 hanya bereaksi dalam tahap kedua , dan
Na2CO3 bereaksi dalam kedua tahap dengan menggunakan volum titran
yang sama dalam kedua tahap.
Double Indicators
Double Indicators
Kasus
• Proses Pembakuan
• 1) Asam oksalat ditimbang seberat 500 mg di atas neraca analitik dan dimasukkan
kedalam erlemeyer dan di tambahkan 50 mL aquades. Setelah itu ditambahkan 3
tetes indikator phenoptalein. Selanjutnya dititrasi dengan menggunakan larutan
NaOH 0,1 N sampai larutan berwarna merah jambu.volume NaOH yang dihasilkan
sebanyak 39,4 mL. Berapakah Normalitas NaOH setelah pembakuan?
• 2) ditimbang 200 mg asam salisilat dimasukkan kedalam erlenmayer dan
dilarutkan dengan etanol netral sebanyak 30 mL. Setelah itu, ditambahkan 3 tetes
indikator phenoptalein kemudian dititrasi dengan menggunakan larutan NaOH
0,1 N sampai larutan berwarna merah jambu. Setelat TAT volume pemakaian
NaOH sebanyak 10,5 mL. Berapakah Kadar asam salisilat dalam % (b/b)
Kasus
• Proses Pembakuan
• 1) Asam oksalat ditimbang seberat 0,475 g di atas neraca analitik dan dimasukkan
kedalam labu ukur 250 mL kemudian ditambahkan aquadest sampai tanda kalibrasi dan
dikocok. Setelah itu, 25 mL larutan Asam oksalat di pipet dan dimasukkan kedalam
erlenmayer ditambahkan 3 tetes indikator phenoptalein. Selanjutnya dititrasi dengan
menggunakan larutan NaOH 0,01 N sampai larutan berwarna merah jambu.volume NaOH
yang dihasilkan sebanyak 32 mL. Berapakah Normalitas NaOH setelah pembakuan?
• 2) Dipipet 25 mL larutan CH3COOH dimasukkan kedalam erlenmayer dan ditambahkan 3
tetes indikator phenoptalein kemudian dititrasi dengan menggunakan larutan NaOH 0,01
N sampai larutan berwarna merah jambu. Setelat TAT volume pemakaian NaOH sebanyak
36,5 mL. Berapakah Kadar CH3COOH ditentukan dalam % (b/v)
Contoh Soal
• Sebanyak 2 gram cuplikan Ca(OH)2 dilarutkan dalam 250 mL air kemudian diambil
20 mL dari larutan ini dititrasi dengan larutan HCl 0,1 M dan indikator PP,
diperoleh data: 

• Berapakah kadar asam salisilat (%) dan berapa rentang hasil analisisnya?
Contoh Soal
• Sebanyak 1,500 g batu kapur dilarutkan ke dalam 100 ml HCl 0,5 M
dan larutan yang dihasilkan kemudian ditambah air sampai
volumenya tepat 250 ml. Sebanyak 25 ml larutan itu dititrasi dengan
NaOH 0,1 N dengan indikator PP dan saat perubahan indikator
dibutuhkan 42 ml NaOH. Berapa persen (b/b) kadar kalsium karbonat
dalam batu kapur tersebut ?
Contoh Soal
• Sebanyak 1,2 g suatu cuplikan yang terdiri dari campuran Na2CO3.,
NaHCO3 dan zat inert dilarutkan dalam air sehingga volumenya 100
ml. Sebanyak 20 ml larutan itu dititrasi dengan larutan HCl 0,5 M,
mula-mula dengan indikator PP selanjutnya dengan indikator MO.
Volume HCl untuk indikator PP 3 ml dan MO 4,4 ml.Hitunglah %
masing-masing komponen dan normalitas Na2CO3 dan NaHCO3

Anda mungkin juga menyukai