Anda di halaman 1dari 21

ANALISIS VOLUMETRI

(TITRIMETRI)

Melzi Octaviani, M.Farm, Apt


Klasifikasi
Ada 3 bentuk analisa titrimetri :
• Volumetri : didasarkan pengukuran volume larutan
yg diketahui konsentrasinya yg diperlukan untuk
bereaksi dengan analat.
• Gravimetri : seperti volumetri hanya berbeda dalam
pengukuran massa reagent disamping volume.
• Coulometri : didasarkan pengukuran arus listrik.
• Macam-macam reaksi volumetri:
1. Reaksi asam-basa (penetralan):
H+Cl- + NaOH  Na+Cl- + H2O
H+ + OH-  H2O
2. Reaksi oksidasi –reduksi (redoks):
Fe2+ + Ce4+  Fe3+ + Ce3+
5C2O42- + 2MnO4- +16H+  2Mn2+ + 10CO2 + 8H2O
I2 + 2S2O32-  2I- + S4O62-
3. Reaksi pengendapan:
Ag+ + Cl-  AgCl(s)
Pb2+ + CrO42-  PbCrO4(s)
4. Reaksi pembentukan kompleks:
Ag+ + 2CN-  Ag(CN)2-
Mg2+ + (EDTA)4-  Mg(EDTA)2-
ISTILAH ISTILAH DALAM TITRIMETRI
• Larutan Standar / Titrant Standar :
larutan yang diketahui konsentrasinya.
ada 2 macam larutan standar standar primer & standar
sekunder.
• Larutan standar primer:
larutan yang konsentrasinya dapat ditentukan hanya dengan
menimbang dan melarutkannya dengan tepat.
• Larutan standar sekunder:
larutan yang konsentrasinya ditentukan dengan cara titrasi
dengan larutan standar primer  prosesnya disebut
standarisasi / pembakuan
Titrasi :
Proses penambahan larutan standart dari buret/ alat lain
secara perlahan lahan ke dalam larutan analat sampai
terjadi reaksi antara keduanya dengan sempurna.
• Volume reagent yg diperlukan untuk kesempurnaan titrasi
ditentukan dari selisih pembacaan awal dan akhir di buret
(volume titrasi).
• Indikator :
Zat yang ditambahkan ke dalam larutan analat untuk
mengamati perubahan fisik yang terjadi saat mendekati TE
atau TA titrasi
• Titik Ekivalent (TE) dalam titrasi:
dicapai jika jumlah titrant yang ditambahkan
ekivalent secara kimia dengan sejumlah analat dalam
sample. Secara teoritis titik ekivalent tidak dapat
ditentukan dari percobaan.

• Titik Akhir (TA) dalam titrasi :


kondisi dimana proses titrasi harus dihentikan,
karena sudah tercapai kondisi ekivalent antara titrant
dan analat. Titik akhir dapat ditentukan dari
percobaan karena adanya perubahan sifat fisik
larutan dekat TE.
• Sifat –sifat fisik tersebut antara lain:
1. Warna pereaksi atau indikator.
2. Kekeruhan disebabkan oleh terbentuknya atau
melarutnya endapan.
3. Daya hantar listrik dari larutan
4. Potensial antara dua elektroda yang dicelupkan
dalam larutan
5. Indek bias larutan
6. Suhu larutan
7. Arus listrik dalam larutan
• Titrasi kembali:
jika zat A ditentukan dengan cara penambahan zat B
(berlebih), lalu kelebihan B ditentukan dengan titrasi kembali
(backtitration) dengan zat C ( standar):
A + B (berlebih)  hasil reaksi + B sisa
B sisa + C  hasil reaksi

Titrasi kembali digunakan jika reaksi A + B  hasil reaksi,


berjalan sangat lambat.
• Kesalahan Titrasi :
Perbedaan volume/massa diantara titik ekivalen dan titik
akhir titrasi.

Karena 
1. Kehilangan cuplikan karena tumpah saat penimbangan,
pemindahan larutan, buret bocor, salah pipet.
2. Kontaminasi atau larutan jadi encer karena kurang baik
membilas buret, pipet atau labu.
3. Salah mencampurkan larutan setelah diencerkan.
4. Pengotoran pada standar primer
5. Kesalahan menimbang
6. Salah baca buret
7. Salah pemakaian indikator
8. Peralatan ( pipet atau buret) kurang bersih
Syarat analisa titrimetri:
1. Reaksi harus stoikiometri (tidak ada reaksi
samping)
2. Pada saat mendekati TE reaksi harus sempurna (K
>>)
3. Ada cara untuk menentukan bahwa TE /TA sudah
tercapai.
4. Reaksi berlangsung cepat, sempurna dalam
beberapa menit.
Syarat Larutan Standar primer:
1. Kemurnian tinggi (>99%) atau bila tidak ada maka
impuritas harus diketahui dan inert.
2. Stabil terhadap udara
3. Tidak mengandung air hidrat (komposisi tertentu)
4. Mudah dikeringkan, tidak higroskopis (tidak
menyerap air dan CO2)pada waktu penimbangan
5. Harga murah.
6. Dapat larut dalam medium titrasi
7. Berat rumus besar supaya kesalahan penimbangan
kecil.
• Contoh : Na2CO3 , Na2B4O7, KHP, HCl.
• Satuan konsentrasi (analisa volumetri):
Molaritas (M)  mol zat terlarut dalam 1 liter
larutan.
Normalitas (N) jumlah ekivalen (gram-ekivalen) zat
terlarut dalam 1 liter larutan.
Titer (T) jumlah g/L suatu zat yang tepat bereaksi
dengan sekian titer suatu larutan.
• Perhitungan analisa Volumetri dengan konsentrasi
Molar, Normal, ppm, %.
• Kurva titrasi dalam analisa titrimetri : kurva sigmoidal
(volumetric) atau kurva linier-segment (Coulometri).
Cara menyatakan dalam titrasi volumetri
 Cara Molar.
larutan satu Molar mengandung 1 mol zat terlarut dalam 1 liter larutan.
Pada analisa sering digunakan milimol, karena pada titrasi biasanya digunakan
larutan dalam jumlah sedikit.

 Cara ekivalen:
kenormalan suatu larutan yang dinyatakan sebagai jumlah ekivalen per liter
larutan.
Normalitas= ekiv zat terlarut = mekiv zat terlarut
L larutan mL larutan
 Reaksi asam-basa :
Satu ekiv jumlah gram zat yang menghasilkan/ bereaksi
dengan satu mol ion H+.

 Reaksi redoks:
Satu ekiv jumlah gram zat yang menghasilkan / bereaksi dengan 1 mol
elektron.
 Reaksi pengendapan & pembentukan kompleks:
Satu ekivjumlah gram zat yang menghasilkan satu mol ion +1
atau ½ mol ion +2

 Titrasi asam basa:


berat ekivalen = Massa relatif (Mr)
jumlah H+

 Titrasi pembentukan endapan dan kompleks:


berat ekivalen = Massa relatif (Mr)
muatan ion

 Dalam perhitungan lebih mudah menggunakan berat rumus (BR).


 Berat Ekivalen (BE) suatu anion  BR anion dibagi jumlah ion
logam yang ekiv.
Ba2+ + SO42-  BaSO4 ……… BE. Ba2+ = MR x ½
BE. SO42-= MR x ½
• 3Ag+ + PO43-  Ag3(PO4)……. BE. PO43- = BR x ⅓
BE. Ag+ = BR
• Ag+ + 2CN-  Ag(CN)2- ………BE. CN- = BR x 2
BE. Ag+ = BR
titrasi redoks:
MnO4- + 5Fe2+ + 8H+  5Fe3+ + Mn2+ + 4H2O
BE. MnO4- = BR x 1/5
BE. Fe = BR

Cr2O72- + 3Sn2+ + 14H+  3Sn4+ + 2Cr3+ + 7H2O


BE. Cr2O72- = BR x 1/6
BE Sn = BR x ½
• Cara titer:
satu titer  berat per volum, tetapi berat digunakan untuk
pereaksi yang bereaksi dengan larutan, bukan zat terlarut.
Contoh :
1,00 mL HCl tepat menetralkan 4,00 mg NaOH,
maka konsentrasi larutan ini sebagai titer : 4,00 g/L

T = mg / mL dan N = mg / (mLxBE)
jadi T = N x BE
Kapan Analisis Volumetri dilakukan?
• Reaksinya sederhana
• Analit bereaksi secara kuantitatif terhadap
larutan standar.
• Pada akhir reaksi terjadi perubahan kimia atau
fisik yang bisa diamati
• Bila digunakan indikator, maka indikator
tersebut harus memberikan perubahan yang
jelas
Klasifikasi Analisis Volumetri
1. Titrasi Netralisasi
2. Titrasi Redoks
3. Titrasi Pengendapan dan Pembentukan
Senyawa Kompleks
1. Titrasi Netralisasi
Titrasi Netralisasi
1. Alkalimetri : Titrasi yg menggunakan larutan
standar Alkali or basa (NaOH , KOH, Ba(OH)2
2. Asidimetri : Titrasi yg menggunakan larutan
standar Asam (HCl , H2SO4 )

Ciri dari reaksi tersebut adalah tidak terjadi


perubahan bilok dan endapan
2. Titrasi Redoks
Titrasi Redoks
1. Permanganometri : Titrasi menggunakan larutan
standar KMnO4
2. Iodo (Na2S2O3dan iodimetri (I2 )
3. Bromatometri (KBrO3 )
4. Bikromatometri (K2Cr2O7 )

Ciri dari titrasi Redoks adalah terjadi perubahan


bilangan oksidasi ( terjadi redoks)
3. Titrasi Pengendapan dan
Pembentukan Senyawa Kompleks

Titrasi Pengendapan dan Pemb. Kompleks


1. Argentometri (AgNO3 )
2. Kompleksometri (EDTA )

Ciri dari titrasi ini terbentuk senyawa kompleks


(biasanya berwarna) atau terjadi endapan.

Anda mungkin juga menyukai