Anda di halaman 1dari 16

 METODA ANALISIS TITRIMETRI

 Dasar umum : analisis titrimetri didasarkan pada suatu reaksi


kimia sebagai berikut:
aA  tT  produk [ a molekul A bereaksi dng t molekul T]
 Reagensia T yg disebut titran ditambahkan sedikit demi
sedikit dari buret, dalam bentuk larutan yg konsen- trasinya
diketahui. Titran ini disebut juga larutan standar yg
konsentrasinya dihitung dng suatu proses standarisa-si.
Penambahan titran T, sampai jumlahnya setara dng A, yang
berarti telah dicapai titik ekivalensi dari titrasi tersebut (
grek analat = grek titran).
 Kapan titrasi harus dihentikan dapat diketahui dng adanya
zat indikator yg akan memunculkan warna bila ada kelebihan
titran T. Saat indikator tepat berubah warna atau muncul
warnanya, disebut titik akhir titrasi.
 Karena pembacaan jumlah titran adalah volume-nya metode
titrimetri disebut juga metoda volumetri.
# Reaksi-reaksi dalam metoda titrimetri
Reaksi asam-basa : HA + OH- A- + H2O (a)
dan BOH + H3O B++2 H2O (b)
pada (a) titrannya alkali kuat (NaOH, KOH) dan
pada (b) titrannya asam kuat (HCl, H2SO4).
Reaksi oksidasi-reduksi (redoks)
Contoh: Fe2+ + Ce4+ Fe 3+ + Ce3+
5Fe2+ + MnO4- + 8 H + 5 Fe3+ + Mn2+ + 4 H2O
Reaksi pengendapan kation perak dng anion halogen
Ag+ + X- Ag X
X = klorida, bromida, iodida, tiosianat (SCN) .
Reaksi pembentukan kompleks
Ag+ +2 CN- Ag(CN)2-
Reaksi ini merupakan dasar reaksi Liebig untuk sianida .
 Persyaratan Reaksi yang Digunakan dalam
Analisis Titrimetri
1 Reaksi harus berjalan sesuai dengan persamaan
reaksi tertentu. Tidak boleh ada reaksi samping
2 Reaksi hrs berjalan lengkap sampai titik ekivalensi.
Tetapan keseimbangannya harus sangat besar.
3 Harus ada metode/cara u/. menetapkan tercapai
nya titik ekivalensi (dengan indikator atau instrumen/alat).
4 Reaksi harus berlangsung cepat, titik ekivalensinya dpt
dicapai dalam beberapa menit .
Contoh: reaksi yang cocok untuk metoda titrasi : penetap
an konsentrasi larutan NaOH dengan larutan HCL standar,
yg ada hanya satu reaksi :
NaOH +HCl NaCl+ H2O ; K= 1x1014
 reaksi berjalan sangat cepat.
Contoh: reaksi yang tidak cocok untuk metoda titrasi:
penetapan asam borat dengan NaOH standar
HBO2 + OH- BO2- +H2O ; K = 6x104
Tetapan setimbang relatif kecil, tidak memenuhi syarat (2)
 kelebihan beberapa tetes titran mengubah nilai pH kecil
sekali  volume titran sulit ditetapkan dng tepat.
Contoh: Reaksi etil-akohol dengan asam asetat sangat
lambat, sehingga tidak dpt diterapkan pada titimetri .
Konsentrasi miliekivalen dan milimol
Dlm prosedur titimetri, volume titran yg dipakai < 50 ml
dengan konsentrasi 0,1N  1N (atau M). Ini berarti
bahwa banyaknya ekivalen titran adalah
0,050 liter x 0,10 ek/liter = 0,0050 ek. (=grek)
angka tsb sangat kecil, lebih nyaman bila dikatakan
sbg mili-ekivalen yg nilainya = 1/1000 grek
 0,0050 grek = 5,0 miligrek (=mgrek)
Dalam praktek biasa dipakai grol dan grek bila bekerja
dng volume liter dan mgrol dan mgrek bila bekerja
dengan volume yang jauh lebih kecil dari 1 liter.
Satuan Normal dan Molar dpt dinyatakan dalam
satuan besar atau satuan kecil; nilai numerik nya
sama. Larutan yg mengandung 0,0020 grek dlm 0,0050
liter berarti juga mengandung 2,0 mgrek dlm 5,0
mililiter.
N = 0,0020 grek = 2,0 mgrek = 0,4 grek/Lt
5,0 ml atau mgrek/mL

gram mgram

N = =
BE x V (liter) BE x V (ml)

 STANDARDISASI LARUTAN
 Larutan standar kadang dpt disiapkan dng menimbang
tepat suatu zat, kemudian dilarutkan dalam volume
larutan yg diukur tepat.
Namun cara tersebut tidak dpt diterapkan secara umum karena
relatif hanya sedikit reagensia kimia dat diperoleh dalam bentuk
yg murni.
Dari sedikit yg cukup memadai u/. tujuan ini disebut :
 Standar primer. Umumnya suatu larutan standar ditera
dengan cara titrasi, dimana larutan tersebut direaksikan dng
sejumlah bobot tertentu standar primer .
 Standar primer harus memiliki sifat-sifat :
1. Dapat diperoleh dng mudah dlm bentuk murni atau dlm kadar
yg diketahui pasti dng harga wajar. Ketidak murnian zat
tersebut tidak boleh lebih dari 0,02 %
2. Zat tersebut harus stabil, mudah ditangani, tidak terlalu
higroskopik, tidak menyusut selama ditimbang (tidak menguap)
. Biasanya garam hidrat tidak dipakai sebagai standard primer.
3. Diinginkan standar primer memiliki bobot ekivalen yg wajar
(relatif) tinggi, agar galat penimbangan dapat minimal.
 Untuk titrasi asam basa, biasanya disiapkan larutan asam
dan larutan basa kira-kira dengan konsentrasi yg diinginkan,
dan kemudian dilakukan standardisasi salah satunya dengan
suatu standar primer.
 Larutan yang sudah distandarkan tsb dapat diperlakukan sbg
standar sekunder untuk menetapkan konsentrasi larutan
lainnya. Namun untuk maksud analisis yg sangat tepat, lebih
baik larutan asam dan basa distandarkan secara terpisah
masing-masing dng standar primer.
 Standar primer untuk larutan basa yang digunakan secara
luas : kalium-hidrogen-ftalat KHC8H4O4 (disingkat KHP); asam
sulfamat HSO3NH2 ; kalium-hidrogen-iodat KH(IO3)2 ; atau
dapat juga digunakan asam oxalat (COOH)2 .
 Standar primer untuk larutan asam yg umum adalah : Na-
karbonat Na2CO3 ; dan tris(hidroksi metil) amino metana
(CH2OH)3CNH2 (dikenal sbg TRIS atau THAM).
 Larutan NaOH dan KOH yg sudah disimpan jangan
digunakan sbg standar sekunder, karena
keduanya kurang stabil, dapat bereaksi dengan
CO2 atmosfir menjadi NaHCO3 dan KHCO3.
  Standar primer u/. pengendapan digunakan
garam murni . NaCl atau KCl murni sebagai
standar primer untuk larutan AgNO3 :
Ag+ + Cl- AgCl
  Untuk reaksi pembentukan komplex, garam
CaCO3 digunakan sbg standar primer u/. larutan
etilen-diamina-tetra-asetat (EDTA) :
Ca2+ + Y4- CaY2- ( Y lambang untuk EDTA)
 Titrasi Balik
 Seringkali titran (larutan I) ditambahkan secara berlebih
melewati titik akhir dan kmd ‘dititrasi balik’ dng larutan
kedua . Normalitas larutan kedua harus diketahui dan juga
hubungannya/reaksinya dengan titran (larutan I).
 Contoh 1 : Dalam metoda Kjeldahl untuk analisa N-total,
 unsur N ini diubah menjadi NH3 kemudian didestilasi dan
 ditampung dlm larutan asam standar yg volumenya dike-
 tahui (miligrek asam harus > miligrek NH 3), selanjutnya
 kelebihan asam dititrasi dng larutan alkali standar .
 Contoh 2 : Dalam metoda Volhard u/. analisa klorida, lartn
 yg mengandung klorida ditambah larutan standar AgNO 3
 dng volume terukur (miligrek Ag harus > miligrek Cl ),
 endapan AgCl disaring, dicuci, dan kelebihan Ag dalam
 filtrat dititrasi dengan larutan standar KCNS .
METODA ANALISIS GRAVIMETRI
 Metoda gravimetri dilakukan dng cara penimbangan
menggunakan neraca analitik (analytical balance) yg memiliki
ketelitian sekurang-kurangnya 0.1 miligram .
 Analit dipisahkan secara fisis dari semua komponen lain dari
sampel atau larutan sampel. Teknik yang paling banyak dila-
kukan untuk memisahkan analit adalah cara pengendapan;
cara-cara lainnya yg mungkin adl : elektrolisis, extraksi pelarut,
kromatografi, dan pengatsirian .
 Azas umum gravimetri didasarkan pada reaksi kimia peng-
endapan:
 aA + rR  AaRr
 Artinya : a molekul analit A bereaksi dengan r molekul reagen
R menjadi AaRr yng biasanya bersifat sangat tak larut (=me-
ngendap), dipisahkan dng penapisan kemudian dikeringkan
atau dipanggang menjadi senyawa lain yg diketahui rumus
molekulnya, dan selanjutnya ditimbang .
 Contoh :
 (a) Ca2+ + C2O42+ CaC2O4 CaO + CO2 + CO
dipanggang
oxalat padat gas gas

 (b) Fe3+ Fe2O3.xH20 Fe2O3


dipanggang

 (c) Ag+ + NaCl AgCl + Na+


 (d) P MgNH4PO4.6H2O dipanggang Mg2P2O7

 Persyaratan untuk keberhasilan metoda gravimetri adalah :


  * Proses pemisahan harus cukup sempurna sehingga analit yg
tidak terendapkan tidak dapat dideteksi (biasanya < 1 mg)
* Zat yang ditimbang harus mempunyai susunan yg pasti,
stabil dan murni atau sangat hampir murni .
(Biasanya syarat kedua lebih sulit dipenuhi dibanding syarat
pertama !!)
 Kadar analit (A) dalam sampel dihitung dengan rumus :
(bobot A)
 %A= x 100 %
(bobot sampel)
 Bobot analit (A) dihitung dari bobot endapan x faktor gra-
vimetri . Faktor gravimetri (Fg) merupakan jumlah analit yg ada
dalam 1 gr endapan , yg dpt dihitung dari perbandingan bobot
molekul (atau bobot atom) analit dengan bobot mole-kul
endapan .
 Dari contoh diatas maka :
 1.     Fg Ca terhadap CaO = (BA Ca)/(BM CaO)
 2.     Fg Fe terhadap Fe2O3 = (2x BA Fe)/(BM Fe2O3)
 3.     Fg NaCl terhadap AgCl = (BM NaCl)/(BM AgCl)
 4.     Fg P2O5 thdp Mg2P2O7 = (BM P2O5)/(BM Mg2P2O7) ; dan
Fg P thdp Mg2P2O7 = (2x BA P)/(BM Mg2P2O7)
 5.     Misal pada contoh pertama Ca berasal dari Ca-karbonat
(CaCO3)  Fg CaCO3 thdp CaO = (BM CaCO3)/(BM CaO)

ANALISA PROKSIMAT

 Analisa proksimat bahan pangan dan hasil


pertanian meliputi :
a.   Analisa kadar air
b.   Analisa kadar abu
c.   Analisa kadar lipida
d.   Analisa kadar protein
e.   Analisa kadar karbohidrat : gula, pati,
serat kasar
 Kadangkala analisa proksimat yg dikerjakan meliputi :
* kadar air * kadar lipida
* kadar protein * kadar abu total
Kemudian Kadar karbohidrat (KH) total dihitung sbb. :
- Kadar KH (%wb) = [100% – (air+prot+lipida+abu)%]
- Kadar KH (%db) = [100% – (prot+lipida+abu)%]
 Kadar KH yg dihitung seperti itu –tidak dianalisa tersen
diri- dinamakan ‘carbohydrate by difference’ . Tentu saja
tingkat ketelitian datanya tidak setinggi bila dibanding
dengan analisa lengkap semua komponen mayor. Namun
untuk kasus tertentu data ‘carbohydrate by difference’
sudah cukup memadai dan dapat diterima .
 Dengan analisa proksimat akan dapat diketahui kan-
dungan zat gizi mayor suatu bahan.
 Selanjutnya dng data tsb kita dpt memanfaatkannya
misal dalam menyusun formula/resep makanan bayi,
makanan khusus penderita diabet, dst.
 Data analisa proksimat juga bermanfaat dalam mem-
pebandingkan kualitas komoditas sejenis; apakah
potensial sbg bahan makanan sumber kalori, sumber
protein, sumber mineral, dsb-nya

Anda mungkin juga menyukai