gram mgram
N = =
BE x V (liter) BE x V (ml)
STANDARDISASI LARUTAN
Larutan standar kadang dpt disiapkan dng menimbang
tepat suatu zat, kemudian dilarutkan dalam volume
larutan yg diukur tepat.
Namun cara tersebut tidak dpt diterapkan secara umum karena
relatif hanya sedikit reagensia kimia dat diperoleh dalam bentuk
yg murni.
Dari sedikit yg cukup memadai u/. tujuan ini disebut :
Standar primer. Umumnya suatu larutan standar ditera
dengan cara titrasi, dimana larutan tersebut direaksikan dng
sejumlah bobot tertentu standar primer .
Standar primer harus memiliki sifat-sifat :
1. Dapat diperoleh dng mudah dlm bentuk murni atau dlm kadar
yg diketahui pasti dng harga wajar. Ketidak murnian zat
tersebut tidak boleh lebih dari 0,02 %
2. Zat tersebut harus stabil, mudah ditangani, tidak terlalu
higroskopik, tidak menyusut selama ditimbang (tidak menguap)
. Biasanya garam hidrat tidak dipakai sebagai standard primer.
3. Diinginkan standar primer memiliki bobot ekivalen yg wajar
(relatif) tinggi, agar galat penimbangan dapat minimal.
Untuk titrasi asam basa, biasanya disiapkan larutan asam
dan larutan basa kira-kira dengan konsentrasi yg diinginkan,
dan kemudian dilakukan standardisasi salah satunya dengan
suatu standar primer.
Larutan yang sudah distandarkan tsb dapat diperlakukan sbg
standar sekunder untuk menetapkan konsentrasi larutan
lainnya. Namun untuk maksud analisis yg sangat tepat, lebih
baik larutan asam dan basa distandarkan secara terpisah
masing-masing dng standar primer.
Standar primer untuk larutan basa yang digunakan secara
luas : kalium-hidrogen-ftalat KHC8H4O4 (disingkat KHP); asam
sulfamat HSO3NH2 ; kalium-hidrogen-iodat KH(IO3)2 ; atau
dapat juga digunakan asam oxalat (COOH)2 .
Standar primer untuk larutan asam yg umum adalah : Na-
karbonat Na2CO3 ; dan tris(hidroksi metil) amino metana
(CH2OH)3CNH2 (dikenal sbg TRIS atau THAM).
Larutan NaOH dan KOH yg sudah disimpan jangan
digunakan sbg standar sekunder, karena
keduanya kurang stabil, dapat bereaksi dengan
CO2 atmosfir menjadi NaHCO3 dan KHCO3.
Standar primer u/. pengendapan digunakan
garam murni . NaCl atau KCl murni sebagai
standar primer untuk larutan AgNO3 :
Ag+ + Cl- AgCl
Untuk reaksi pembentukan komplex, garam
CaCO3 digunakan sbg standar primer u/. larutan
etilen-diamina-tetra-asetat (EDTA) :
Ca2+ + Y4- CaY2- ( Y lambang untuk EDTA)
Titrasi Balik
Seringkali titran (larutan I) ditambahkan secara berlebih
melewati titik akhir dan kmd ‘dititrasi balik’ dng larutan
kedua . Normalitas larutan kedua harus diketahui dan juga
hubungannya/reaksinya dengan titran (larutan I).
Contoh 1 : Dalam metoda Kjeldahl untuk analisa N-total,
unsur N ini diubah menjadi NH3 kemudian didestilasi dan
ditampung dlm larutan asam standar yg volumenya dike-
tahui (miligrek asam harus > miligrek NH 3), selanjutnya
kelebihan asam dititrasi dng larutan alkali standar .
Contoh 2 : Dalam metoda Volhard u/. analisa klorida, lartn
yg mengandung klorida ditambah larutan standar AgNO 3
dng volume terukur (miligrek Ag harus > miligrek Cl ),
endapan AgCl disaring, dicuci, dan kelebihan Ag dalam
filtrat dititrasi dengan larutan standar KCNS .
METODA ANALISIS GRAVIMETRI
Metoda gravimetri dilakukan dng cara penimbangan
menggunakan neraca analitik (analytical balance) yg memiliki
ketelitian sekurang-kurangnya 0.1 miligram .
Analit dipisahkan secara fisis dari semua komponen lain dari
sampel atau larutan sampel. Teknik yang paling banyak dila-
kukan untuk memisahkan analit adalah cara pengendapan;
cara-cara lainnya yg mungkin adl : elektrolisis, extraksi pelarut,
kromatografi, dan pengatsirian .
Azas umum gravimetri didasarkan pada reaksi kimia peng-
endapan:
aA + rR AaRr
Artinya : a molekul analit A bereaksi dengan r molekul reagen
R menjadi AaRr yng biasanya bersifat sangat tak larut (=me-
ngendap), dipisahkan dng penapisan kemudian dikeringkan
atau dipanggang menjadi senyawa lain yg diketahui rumus
molekulnya, dan selanjutnya ditimbang .
Contoh :
(a) Ca2+ + C2O42+ CaC2O4 CaO + CO2 + CO
dipanggang
oxalat padat gas gas