Anda di halaman 1dari 5

MATPEL : KIMIA FARMASI

KELAS : XII

KD :
3.15 MENGANALISIS STANDAR BAKU PEMBANDING, LARUTAN BAKU DAN
LARUTAN PEREAKSI.
4.15 MEMBUAT STANDAR BAKU PEMBANDING, LARUTAN BAKU DAN
LARUTAN PEREAKSI
TUJUAN PEMBELAJARAN :
1. MEMAHAMI PENJELASAN TENTANG STANDAR BAKU
2. MENGIDENTIFIKASI LARUTAN BAKU (STANDAR) DAN LARUTAN PEREAKSI.
MATERI : LARUTAN BAKU (STANDAR)
Titrimetri
Dalam analisis titrimetri atau analisis volumetri atau analisis kuantitatif dengan
mengukur volume, sejumlah zat yang diselidiki direaksikan dengan larutan baku (standar)
yang kadar (konsentrasinya) telah diketahui secara teliti dan reaksinya berlangsung secara
kuantitatif.
Larutan baku tiap liternya berisi sejumlah berat ekivalen senyawa baku. Berat atau
kadar bahan yang diselidiki dihitung dengan volume larutan serta kesetaraan kimianya.
Kesetaraan kimia ini dapat diketahui dari persamaan reaksinya.
Larutan baku diteteskan dari buret kepada larutan yang diselidiki dalam tempatnya,
misalnya labu erlenmeyer. Pekerjaan mereaksikan ini disebut dengan titrasi atau menitrasi.
Larutan baku yang diteteskan dapat pula disebut sebagai titran.
LARUTAN BAKU (STANDAR)
Semua perhitungan dalam titrimetri didasarkan pada konsentrasi titran sehingga
konsentrasi titran harus dibuat secara teliti. Titran semacam ini disebut dengan larutan baku
(standar). Konsentrasi larutan dapat dinyatakan dengan normalitas, molaritas atau bobot per
volume.
Suatu larutan standar dapat dibuat dengan cara melarutkan sejumlah senyawa baku
tertentu yang sebelumnya senyawa tersebut ditimbang secara tepat dalam volume larutan
yang diukur dengan tepat. Larutan standar ada dua macam larutan baku primer dan larutan
baku sekunder. Larutan baku primer mempunyai kemurnian tinggi. larutan baku sekunder
harus dibakukan dengan larutan baku primer. Suatu proses yang mana larutan baku sekunder
dibakukan dengan larutan baku primer disebut dengan standardisasi.
Suatu senyawa dapat digunakan sebagai baku primer jika memenuhi syarat-syarat
sebagai berikut:
a) mudah didapat, dimurnikan, dikeringkan, dan disimpan dalam keadaan murni.
b) mempunyai kemurnian yang sangat tinggi (100±0,02)% atau dapat dimurnikan dengan
penghabluran kembali.
c) tidak berubah selama penimbangan (zat yang higroskopis bukan merupakan baku primer)
d) tidak teroksidasi oleh O2 dari udara dan tidak berubah oleh CO2 dari udara.
e) susunan kimianya tepat sesuai jumlahnya.
f) mempunyai berat ekivalen yang tinggi, sehingga kesalahan penimbangan akan menjadi
lebih kecil.
g) mudah larut
h) reaksi dengan zat yang ditetapkan harus stoikiometri, cepat, dan terukur.
Titran-titran (larutan baku) seperti asam klorida dan natrium hidroksida tidak dapat
dianggap sebagai baku primer karena kemurniannya cukup bervariasi. Oleh karena itu larutan
baku natrium hidroksida harus dibakukan dengan kalium biftalat karena kalium biftalat
tersedia dalam kemurnian yang tinggi. larutan baku natrium hidroksida yang sudah dibakukan
dengan kalium biftalat ini disebut dengan baku sekunder dan dapat digunakan untuk
membakukan asam klorida.
Baku primer kegunaan
Kalium biftalat Pembakuan larutan natrium hidroksida
Pembakuan larutan asam perklorat
Kalium Iodat Pembakuan larutan natrium tiosulfat melalui
pembentukan iodium
Natrium karbonat anhidrat Pembakuan asam klorida
Logam Zn Pembakuan larutan EDTA

Contoh :
Pembakuan HCl dilakukan dengan menggunakan baku primer natrium karbonat. Sebanyak
354,2 mg natrium karbonat dilarutkan dalam air dan dititrasi dengan larutan HCl (yang akan
dibakukan) menggunakan metil orange, dan sampai titik akhir titrasi dibutuhkan volume HCl
sebesar 30,23 mL. Hitunglah berapa normalitas HCl?
Jawab :
Pada pembakuan HCl dengan natrium karbonat menggunakan metil orange, reaksi
yang terjadi adalah:
Na2CO3 + 2HCl → 2NaCl + H2O + CO2
Dari reaksi ini dapat diketahui bahwa tiap mol natrium karbonat bereaksi dengan 2 mol HCl
dan setara dengan 2 gram ion H+ sehingga valensinya adalah 2.
Fungsi Standar Baku Pembanding
Baku pembanding (reference material) adalah suatu bahan dengan kemurnian tertentu yang
digunakan sebagai pembanding untuk mendapatkan kadar suatu analit sampel.

larutan pembanding untuk meng-nolkan skala absorbansi setiap selesai satu pengukuran dan
dihitung nilai absorbansi rata-rata.

Baku pembanding berdasarkan pembuatnya

1. Baku pembanding yang dibuat sebagai penyerta monografi pada Farmakope, misalnya
USP, FI, dll. Baku pembanding ini mempunyai kemurnian tinggi, tanpa matriks
tertentu, dan dalam keadaan tunggal.
2. Working standard atau baku kerja: merupakan baku pembanding yang ditetapkan
berdasarkan baku pembanding utama. Contoh baku pembanding Indonesia ditetapkan
berdasarkan baku pembanding Eropa.
3. Baku pembanding dengan komposisi matriks tertentu: misalnya CRM (certified
Reference Material atau SRM (standard Reference Material), bahan ini dibuat oleh
badan yang diberi tugas khusus yaitu NIST. Baku pembanding ini dibuat dengan
matriks seperti keadaan sampel pada umumnya, misalnya kecap yang mengandung
natrium benzoat 1% dan kalium sorbat 1%. Manfaat baku pembanding ini adalah
untuk menguji akurasi (kecermatan) metode. Metode hasil pengembangan dicobakan
pada baku ini, hasil yang diperoleh dikurangai hasil yang tertera disertifikat
merupakan ukuran bias metode

JENIS BAKU PEMBANDING

1. Baku pembanding Primer biasanya tidak langsung digunakan untuk pengujian analisis
rutin. Baku pembanding primer hanya digunakan untuk tujuan seperti diuraikan dalam
monograf yang bersangkutan.
2. Baku pembanding Sekunder atau baku pembanding kerja digunakan untuk analisis
rutin yang disiapkan dari bahan baku yang mempunyai kemurnian analisis atau bahan
baku dengan kemurnian tinggi dna dilakukan uji perbandingan terhadap baku
pembanding primer.

LABEL BAKU PEMBANDING


Pada label baku pembanding hendaklah dicantumkan kadar, tanggal pembuatan, tanggal
daluarsa, tanggal pertama kali tutup wadahnya dibuka dan bila perlu kondisi
penyimpanannya.
B.      LARUTAN BAKU (LARUTAN STANDART)

Larutan baku/ larutan standar adalah larutan suatu zat terlarut yang telah diketahui
konsentrasinya.

Manfaat Larutan baku sebagai titran sehingga ditempatkan buret, yang sekaligus berfungsi
sebagai alat ukur volume larutan baku.

Larutan baku ada 2 macam yaitu:

1.      Larutan baku primer

Larutan yang mengandung zat padat murni yang konsentrasi larutannya diketahui secara
tepat melalui metode gravimetri (perhitungan massa), dapat digunakan untuk menetapkan
konsentrasi larutan lain yang belum diketahui. Nilai konsentrasi dihitung melalui perumusan
sederhana, setelah dilakukan penimbangan teliti dari zat pereaksi tersebut dan dilarutkan dalam
volume tertentu.

Contoh: K2Cr2O7, As2O3, NaCl, asam oksalat, asam benzoat.

Syarat-syarat larutan baku primer :

·         Zat harus mudah diperoleh, dimurnikan, dikeringkan (jika mungkin pada suhu 110-120 derajat
celcius) dan disimpan dalam keadaan murni. (Syarat ini biasanya tak dapat dipenuhi oleh zat- zat
terhidrasi karena sukar untuk menghilangkan air-permukaan dengan lengkap tanpa menimbulkan
pernguraian parsial.)
·         Zat harus tidak berubah berat dalam penimbangan di udara; kondisi ini menunjukkan bahwa zat
tak boleh higroskopik, tak pula dioksidasi oleh udara atau dipengaruhi karbondioksida.
·         Zat tersebut dapat diuji kadar pengotornya dengan uji- uji kualitatif dan kepekaan tertentu.
·         Zat tersebut sedapat mungkin mempunyai massa relatif dan massa ekuivalen yang besar.
·         Zat tersebut harus mudah larut dalam pelarut yang dipilih.
·         Reaksi yang berlangsung dengan pereaksi harus bersifat stoikiometrik dan langsung.

2.      Larutan baku sekunder


Larutan suatu zat yang konsentrasinya tidak dapat diketahui dengan tepat karena berasal
dari zat yang tidak pernah murni. Konsentrasi larutan ini ditentukan dengan pembakuan
menggunakan larutan baku primer, biasanya melalui metode titrimetri. Contoh: AgNO3, KmnO4,
Fe(SO4)2

Syarat-syarat larutan baku sekunder :

·         Derajat kemurnian lebih rendah daripada larutan baku primer


·         Mempunyai berat ekivalen yang tinggi untuk memperkecil kesalahan penimbangan
·         Larutannya relatif stabil dalam penyimpanan.

C.      LARUTAN PEREAKSI


Larutan Pereaksi adalah suatu larutan yang banyak digunakan untuk uji percobaan
kualitatif dimana dalam larutan tersebut belum diketahui konsentrasinya.
Contoh Pereaksi Dan Larutan:
1.       Larutan Amilum 1 %
    Suspensikan 1,0 gram amilum dalam 5 ml air dan tuangkan suspensi ke dalam 95 ml aquades
yang baru berhenti mendidih, lalu diaduk. biarkan mendingin ketika larutan menjadi jernih.
2.       Larutan Iodium 0,01 M
    Larutkan 1,26 gram iod (I2) dan 2-2,5 g kalium iodida dalam air dan encerkan sampai 1 liter.
3.       Larutan Benedict
    Larutkan 173 gram kristal natrium sitrat dan 100 g natrium karbonat anhidrat di dalam kira-kira
800 ml air. aduklah. lalu saring. kemudian, ke dalamnya tambahkan 17,3 g tembaga sulfat yang
telah dilarutkan dalam 100 ml air. buat volum total 1 liter dengan penambahan air.

Anda mungkin juga menyukai