Anda di halaman 1dari 39

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK

Titrasi Pengendapan

Standarisasi Larutan AgNO3, Aplikasi Pada Garam Meja

Oleh:

Nirmala Delawanti

PKA 2018

18030194007

PRODI PENDIDIKAN KIMIA

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Reaksi pengendapan telah dipergunakan secara luas dalam kimia
analitik, dalam titrasi, dalam penentuan gravimetrik, dan dalam pemisahan
sampel menjadi komponen – komponennya. Metode gravimetrik tidak
dipergunakan lagi secara luas, dan penggunaan pengendapan untuk pemisahan
telah digantikan (walau tidak sepenuhnya) sebagian besar dengan metode –
metode ekstraksi, kromatografi gas – cair, dan kromatografi cair. walaupun
demikian, pengendapan tetap merupakan sebuah teknik dasar yang sangat
penting dalam banyak prosedur analitik.
Titrasi – titrasi yang melibatkan reaksi pengendapan tidak berjumlah
banyak dalam analisis titrimetri seperti titrasi – titrasi yang terlibat dalam
reaksi redoks atau asam – basa. Kenyataannya, dalam permulaan kuliah,
contoh – contoh dari titrasi semacam ini biasanya dibatasi pada yang
melibatkan pengendapan dari ion perak dengan anion – anion seperti halogen
atau tiosianat. Salah satu alasan terbatasnya penggunaan reaksi semacam ini
adalah kurangnya indikator yang cocok. Dalam beberapa kasus, terutama
dalam titrasi dari larutan encer, tingkat reaksinya terlalu lambat untuk
kanyamanan sebuah titrasi. Ketika mendekati titik ekivalen dan titran
ditambahkan secara perlahan, penjenuhan yang luar biasa tidak terjadi dan
tingkat pengendapan menjadi amat lambat. Kesulitan lainnya adalah bahwa
komposisi dari endapan pada umumnya tidak diketahui karena efek – efek
pengendapan pengiring. Meskipun efek ini dapat diminimalisasi atau sebagian
terkoreksi melalui proses – proses seperti menyimpan pengendap cukup lama,
hal ini biasanya tidak mungkin terjadi dalam sebuah titrasi langsung.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana cara membuat dan menentukan (standarisasi) larutan
AgNO3?
1.2.2 Berapa kadar NaCl dalam garam meja?

1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk membuat dan menentukan (standarisasi) larutan AgNO3.
1.3.2 Untuk menentukan kadar NaCl dalam garam meja.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Istilah Argentometri diturunkan dari bahasa latin Argentum, yang berarti


perak. Jadi, Argentometri merupakan salah satu cara untuk menentukan kadar zat
dalam suatu larutan yang dilakukan dengan titrasi berdasar pembentukan endapan
dengan ion Ag+. Pada titrasi argentometri, zat pemeriksaan yang telah dibubuhi
indikator dicampur dengan larutan standar garam perak nitrat (AgNO 3). Dengan
mengukur volume larutan standar yang digunakan sehingga seluruh ion Ag + dapat
tepat diendapkan, kadar garam dalam larutan pemeriksaan dapat
ditentukan(Underwood, 1986).

2.1 Prinsip Dasar


Argentometri merupakan titrasi pengendapan sampel yang dianalisis
dengan menggunakan ion perak,biasanya ion-ion yang ditentukan dalam
titrasi ini adalah ion iodide (Cr-,Br-,P-). Hasil kali konsentrasi ion-ion yang
terdapat dalam suatu larutan jenuh dari garam yang sukar larut pada suhu
tertentu adalah konstan. Dasar titrasi argento adalah pembentukan endapan
yang tidak mudah larut antara titran dengan analis. Berdasarkan jenis
indicator dan teknik titrasi yang dipakai maka titrasi argentometri dapat
dibedakan atas tiga metode yaitu metode Mohr,metode Volhard,dan metode
Vajans.

2.2 Pengertian Titrasi Argentometri


Argentometri adalah suatu proses titrasi yang menggunakan garam
argentum nitrat (AgNO3) sebagai larutan standard. Dalam titrasi argentometri,
larutan AgNO3 digunakan untuk menetapkan garam-garam halogen dan
sianida karena kedua jenis garam ini dengan ion Ag+dari garam standard
AgNO3 dapat memebentuk suatu endapan atau suatu senyawa kompleks
sesuai dengan persamaan reaksi berikut ini :
NaX + Ag+ → AgX + Na+ ( X = halida )
KCN + Ag+ → AgCN + K+
KCN + AgCN → K{Ag(CN)2}
Garam AgNO3 mempunyai kemurnian yang tinggi, sehingga garam tersebut
dapat digunakan sebagai larutan standard primer. Larutan standard AgNO3 0,1
N dapat dibuat dengan melarutkan 16,99 gram AgNO3 dalam 1 liter aquades.
Titrasi pengendapan tidak terlampau banyak digunakan dibandingkan
dengan titrasi-titrasi redoks atau asam basa. Hal ini disebabkan tidak adanya
indikator-indikator yang sesuai untuk menentukan titik akhir titrasi.
Umumnya titrasi pengendapan terjadi pada reaksi-reaksi antara kation Ag+
dengan anion-anion halida, tiosianat dan sianida. Pereaksi pengendap yang
banyak digunakan dalam titrasi pengendapan adalah perak nitrat, yang dikenal
dengan titrasi argentometri(Lukum, 2009).
Setiap reaksi pengendapan yang berlangsung cepat dan tersedianya
indikator merupakan dasar titrasi pengendapan. Akan tetapi hanya sedikit
reaksi pengendapan yang berlangsung cukup cepat. Juga sedikit indikator
yang memenuhi syarat untuk titrasi pengendapan. Suatu reaksi pengendapan
berlangsung berkesudahan bila endapan yang terbentuk mempunyai kelarutan
yang cukup kecil. Pada titik ekivalensi akan terjadi perubahan yang cukup
besar dari konsentrasi yang dititrasi.
Banyak sekali reaksi yang digunakan dalam analisis anorganik
kualitatif melibatkan pembentukan endapan. Endapan adalah zat yang
memisahkan diri sebagai suatu fase padat keluar dari larutan. Endapan
mungkin berupa Kristal atau koloid,dan dapat dikeluarkan dari larutandengan
penyaringan atau pemusingan. Endapan terbentuk jika larutn menjadi terlalu
jenuh dengan zat yang bersangkutan. Kelarutan suatu endapan,menurut
defenisi adalah sama dengan konsenterasi molar dari larutan jenuhnya.
Kelarutan tergantung pada berbagai kondisi,seperti suhu,tekanan,konsentrasi
bahan-bahan lain dalam larutan itu,dan pada komposisi pelarutnya(Svehla G ,
1979).
2.3 Cara Menentukan Konsentrasi Suatu Larutan
Terdapat dua cara dalam menentukan konsentrasi suatu larutan. Cara
pertama membuat larutan dengan konsentrasi tertentu, yaitu dengan
menimbang zat secara tepat menggunakan peralatan yang akurat. Cara kedua
menggunakan perkiraan jumlah zat yang terlarut dan perkiraan jumlah zat
pelarut,kemudian konsentrasinya ditentukan dengan metode titrasi. Titrasi
adalah metode analisis kuantitatif untuk menentukan kadar suatu larutan.
Larutan yang telah diketahui konsentrasinya dengan tepat disebut larutan baku
atau larutan standar,sedangkan indicator adalah zat yang memberikan tanda
perubahan pada saat titrasi berakhir yang dikenal dengan istilah titik akhir
titrasi.

2.4 Metode Titrasi Argentometri


1. Metode Mohr (Pembentukan Endapan Berwarna)
Pada cara ini, titrasi halida dengan AgNO3 dilakukan dengan
indikator K2CrO4. Pada titrasi ini akan terbentuk endapan baru yang
berwarna. Pada titik akhir titrasi, kelebihan ion Ag+ akan bereaksi
dengan CrO42- membentuk Ag2CrO4 (perak kromat) yang berwarna
merah bata. Untuk menentukan garam klorida dengan titrasi kembali
setelah ditambah larutan NaCl berlebih.
Perak kromat lebih mudah larut daripada perak halida. Jika ion –ion
perak ditambahkan kedalam larutan yang mengandung ion halida
dengan konsentrasi besar dan ion kromat dengan konsentrasi kecil,
perak halida akan mengendap terlebih dahulu, perak kromat tidak
terbentuk sebelum konsentrasi ion perak meningkat sampai ke nilai
yang cukup besar untuk melebihi Ksp dari perak kromat(Harjadi,
1990).
Pada kondisi yang cocok, metode Mohr akurat dan dapat digunakan
pada konsentrasi klorida yang rendah. Pada jenis titrasi ini, endapan
indikator berwarna harus lebih larut dibanding endapan utama yang
terbentuk selama titrasi. Akan tetapi tidak boleh terlalu banyak larut,
karena akan diperlukan lebih banyak pereaksi dari yang seharusnya
(Saptorahardjo,1990).
Analisis selama proses titrasi :
 Mula – mula terjadi reaksi :
Ag+ + Cl- ↔ AgCl (s) endapan putih
 Setelah ion klorida mengendap maka kelebihan ion Ag+ pada saat
titik akhir titrasi akan bereaksi dengan indikator membentuk endapan
cokelat kemerahan atau merah bata Ag2CrO4 (Mulyono,2005).
Reaksi : 2Ag+ + CrO42- ↔ Ag2CrO4 (s)
 Kelarutan Ag2CrO4 (8,5 x 10-5 mol/L) lebih besar dari kelarutan AgCl
(1 x 10-5 mol/L), sehingga AgCl mengendap lebih dulu.
Titrasi Mohr terbatas pada larutan – larutan dengan nilai pH sekitar
6 sampai 10.dalam larutan – larutan yang lebih alkalin, perak oksida
mengendap. Dalam larutan – larutan asam, konsentrasi kromat secara
besar – besaran menurun, karena HCrO4- hanya sedikit terionisasi.
Lebih lanjut lagi, hidrogen kromat ada dalam kesetimbangan dengan
dikromat.
2H+ (aq) + 2CrO42- (aq) ↔ 2HCrO4- (aq) ↔ CrO72- (aq) + H2O (l)
Penurunan konsentrasi ion kromat mengharuskan kita untuk
menambahkan sejumlah besar ion perak untuk menghasilkan pada
pengendapan dari perak kromat dan akhirnya mengarah pada galat
yang besar. Secara umum,dikromat cukup dapat larut (Day, 2002)
Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan titrasi dengan
metode Mohr :
a) Titrasi dilakukan dengan kondisi larutan pada pH dengan kisaran
6,5 – 10 disebabkan ion kromat adalah basa konjugasi dari asam
kromat
b) Jika pH dibawah 6,5 maka ionkromat akan terprotonasi sehingga
asam kromat akan mendominasi didalam larutan, akibatnya dalam
larutan bersifat sangat asam
c) Konsentrasi ion kromat akan terlalu kecil untuk memungkinkan
terjadinya endapan Ag2CrO4, sehingga hal ini akan berakibat pada
sulitnya pendeteksian titik akhir titrasi
d) Pada pH diatas 10 maka endapan AgOH yang berwarna
kecoklatan akan terbentuk sehingga hal ini akan menghalangi
pengamatan titik akhir titrasi
e) Analit yang bersifat asam dapat ditambahkan kalsium karbonat
agar pH berada pada kisaran pH tersebut atu juga dapat dilakukan
dengan menjauhkan analit dengan menggunakan padatan natrium
hydrogen karbonat

2. Metode Volhard
Pada metode ini, larutan Cl-, Br-, I-, atau SCN- diperlakukan
dengan larutan baku AgNO3 berlebih. Kelebihannya akan dititrasi
lagi dengan KSCN. Menggunakan indikator larutan Fe3+ atau
larutan Fe(III).
Persamaan reakasinya adalah:
Ag+ + X- → AgX (s)
Ag+ + SCN- → AgSCN (s) (putih)
Fe3+ + SCN- → Fe(SCN)3+ (merah)
Dalam menggunakan metode ini ketika dalam suasana asam
nitrat. Khusus penentuan I- indikator baru diberikan setelah ion I-
mengendap semua, karena I- dapat dioksidasikan oleh Fe3+.
Metode ini dilakukan pada suasana asam atau pH rendah,
sekitar 0,3 M, halini bertujuan agar ion Fe3+ tidakterhibridisasi
(Day, 2002).
3. Metode Fajans
Merupakan metode dengan menggunakan larutran AgNO3
sebagai baku dalam larutan sampel CL-, Br-, I-, SCN-. Indikator
yang digunakan yaitu indikator adsorbs seperti cosin, fluorosein,
difluorosein.
Dalam titrasi Cl- dengan Ag+, sebelum titik ekivalen partikel –
partikel koloid dari AgCl bermuatan negatif, akibat adsorbsi ion Cl -
dari larutan. Ion Cl- berada dalam lapisan primer dan setelah
tercapai ekivalen maka kelebihan sedikit AgNO3 menyebabkan ion
Cl- akan digantikan oleh Ag+ sehingga ion Cl- akan berada pada
lapisan sekunder(Khopkar, 2003).
Persamaan reaksinya yaitu:
Ag+ + X- → AgX (s)
AgX // Ag+ + cosin, AgX / Ag – cosinat (biru kemerahan)
Pada metode ini, adsorbsi harus terjadi sesudah titik ekivalen.
Tidak ada garam lain yang menyebabkan koagulasi. Dapat
digunakan pada pH = 4. Endapan berupa koloidal.

2.5 Kurva Titrasi Pengendapan


Perubahan konsentrasi ion Ag+ dan anion selama suatu reaksi dapat
dihitung dari hasilkali kelarutan garam perak yang terbentuk, konsentrasi
larutan yang dititrasi dan larutan AgNO3. Perhitungan – perhitungan juga
berdasarkan atas ketetapan kelarutan produkdiperlukan pada titik
ekivalen.

Ekivalen Ag+ = Ekivalen Cl- (Cara Mohr)


Nilai K untuk titrasi
Ag+ + X- ↔ AgX (s)
1
K=
¿¿
Jadi, semakin kecil Ksp, semakin besar K untuk reaksi titrasi(Day, 2002).
Endapan dengan kelarutan yang kecil akan menghasilkan kurva
titrasi argentometri yang memiliki kecuraman yang tinggisehingga titik
ekivalen mudah ditentukan, akan tetapi endapan dengan kelarutan
rendah akan menghasilkan kurva titrasi yang landau sehingga titik
ekivalen agak sulit ditentukan.hal ini analog dengan kurva titrasi antara
asam kuat dengan basa kuat dan antara asam lemah dengan basa
kuat(Harjadi, 1993).

2.6 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kelarutan

Faktor yang mempengaruhi kelarutan adalah Temperatur, kelarutan


bertambah dengan naiknya temperatur. Kemudian Sifat pelarut yaitu
garam anorganik lebih larut dalam air, berkurangnya kelarutan di dalam
pelarut organik dapat digunakan sebagai dasar pemisahan dua zat.
Selanjutnya Efek ion sejenis yaitu Kelarutan endapan dalam air
berkurang, jika larutan tersebut mengandung satu dari ion-ion penyusun
endapan. Kemudian Efek ion-ion lain yaitu Endapan berrtambah
kelarutannya bila dalam larutan terdapat garam-garam yang berbeda
dengan endapan. Kemudian Pengaruh pH dimana Larutan garam dari
asam lemah tergantung pada pH larutan. Selanjutnya adalah Pengaruh
hidrolisis yaitu Jika garam dari asam lemah dilarutkan dalam air, akan
menghasilkan perubahan (H+), kation dari spesies garam mengalami
hidrolisis sehingga menambah kelarutannya. Dan yang terakhir adalah
Pengaruh kompleks dimana Kelarutan garam yang sedikit larut
merupakan fungsi konsentrasi zat lain yang membentuk kompleks dengan
kation garam tersebut.
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Alat
1. Gelas kimia 100 ml 1 buah
2. Gelas ukur 10 ml 1 buah
3. Pipet tetes 3 buah
4. Corong kaca 1 buah
5. Botol vial 2 buah
6. Neraca analitik 1 buah
7. Labu ukur 100 ml 1 buah
8. Pipet gondok 10 ml 1 buah
9. Erlenmeyer 250 ml 3 buah
10. Buret 50 ml 1 buah
11. Statif dan Klem 1 buah
12. Gelas piala 500 mL 1 buah
3.2 Bahan
1. NaCl p.a (serbuk) 0,059 gram
2. Aquades Secukupnya
3. Indikator K2CrO4 5% 10 tetes
4. Larutan AgNO3 ± 0,1 N Secukupnya
5. Garam meja cap kapal container 0,059 gram
3.3 Prosedur

3.3.1 Penentuan (Standarisasi) Larutan AgNO3 ± 0,1N dengan NaCl p.a


Sebagai Bahan Baku
Timbang dengan teliti ± 0,059 gram NaCl p.a dalam botol timbang.
Pindahkan ke dalam labu ukur 100 mL, larutkan dengan air suling dan
encerkan sampai tanda batas. Kocok dengan baik agar tercampur
sempurna.
Bilas dan isi buret dengan larutan AgNO3. Pipet dengan pipet seukuran
(pipet gondok) 10 mL larutan NaCl dan masukkan ke dalam Erlenmeyer
250 mL. tambahkan 10 mL air suling dan 10 tetes indikator K2CrO4. Titrasi
dengan larutan AgNO3 sambil terus dikocok dan hentikan titrasi pada saat
terjadi endapan merah bata. Baca dan catat angka pada buret saat awal dan
akhir titrasi, tentukan dan catat volume larutan AgNO3 yang digunakan
dalam titrasi. Hitung konsentrasi larutan AgNO3.
Ulangi titrasi 3 kali menggunakan volume larutan NaCl yang sama.
Hitung konsentrasi larutan AgNO3 rata – rata.

3.3.2 Penentuan Kadar NaCl dalam Garam Meja


Timbang 0,059 gram garam meja (Kapal Container). Larutkan dalam
labu ukur 100 mL. pipet 10 mL larutan tersebut. Masukkan ke dalam
Erlenmeyer dan tambahkan 10 tetes indikator K2CrO4 5%. Titrasi dengan
AgNO3 sampai terjadi endapan merah bata. Lakukan titrasi sebanyak 3 kali.
Hitung kandungan NaCl dalam sampel, cocokan dengan kadar yang tertera
pada bungkusnya. Hitung kesadahannya.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

No. Posedur Percobaan Hasil Pengamatan Dugaan / Reaksi Kesimpulan


sebelum sesudah
1. Standarisasi larutan AgNO3 ±0,1N dengan - NaCl : - NaCl + Dugaan Berdasarkan
NaCl sebagai baku Kristal Aquades 1) Ketika AgNO3 proses titrasi dan
putih : larutan dititasi dengan perhitungan,
- Aquades tak NaCl terbentuk diperoleh
tak berwarna endapan putih konsentrasi rata –
berwarn - NaCl + AgCl rata dari AgNO3
a Indikator 2) Setelah tercapai sebesar 0.0098 N
- AgNO3 : larutan titik ekivalen,
: larutan warna AgNO3
tak kuning bereaksi dengan
berwarn - NaCl + indkator
a AgNO3 : K2CrO4
- Indicator endapan membentuk
K2CrO4 putih endapan merah
: larutan - NaCl + bata
warna Ind. +
kuning AgNO3 : Reaksi – reaksi :
endapan
merah 3) AgNO3 (aq) +
bata NaCl(aq) →
Volume : A. AgCl(s) + NaNO3
10,3 mL (aq)
No. Posedur Percobaan Hasil Pengamatan Dugaan / Reaksi Kesimpulan
sebelum sesudah
B. 10,2 mL 4) Ag+ + Cl- →
C. 10,0 mL AgCl (s) ↓
(Vogel II ,
1983;346)
5) Cl- + AgNO3 (aq)
→AgCl (s)
↓putih + NO3-
6) 2AgNO3(aq) +
K2CrO4 (aq) →
Ag2CrO4 (s)
↓merah bata +
2KNO3 (aq)

2. Penentuan kadar NaCl dalam garam Meja - Garam - Garam Dugaan : Kadar Cl- yang
(Kapal ) meja : meja + Kandungan pada terkandung dalam
Kristal aquades : garam berdasarkan garam meja
putih larutan SNI adalah 94,71 sebesar ±96,3%
- Aquades tak dan NaCl 98,5%
: tak berwarna (BSN 2016),
berwarn - Lar.NaCl Yang tertera pada
a + kemasan adalah
- Indicator K2CrO4 kandungan KIO3
K2CrO4 : larutan sebesar 30 ppm
: larutan warna
warna kuning
No. Posedur Percobaan Hasil Pengamatan Dugaan / Reaksi Kesimpulan
sebelum sesudah
kuning - NaCl + Reaksi :
- AgNO3 AgNO3 1) NaCl (aq) +
: larutan + AgNO3 (aq)
tak K2CrO4 →Ag+ + Cl- +
berwarn : NaNO3 (aq)
a. endapan 2) NaCl (aq) +
merah AgNO3 (aq)
bata →AgCl(s) +
Volume NaNO3 (aq)
AgNO3 : 3) AgCl (s) +
A. 10mL K2CrO4 (aq) →
B. 9,8mL Ag2CrO4 (s) +
C. 10mL KCl (aq)
4.2 Analisis dan Pembahasan
4.2.1 Standarisasi AgNo3 Dengan NaCl p.a Sebagai Larutan Baku
Pada percobaan pertama ini bertujuan untuk membuat dan menentukan
(standarisasi) larutan AgNO3 dengan NaCl p.a sebagai baku / larutan standar
primer. Pada pecobaan ini, digunakan titrasi pengendapan dengan metode
mohr, sehingga menggunakan indikator K2CrO4 5%.
Larutan standar primer merupakan larutan yang sudah diketahui
konsentrasinya. Sedangkan larutan AgNO3 merupakan larutan standar
sekunder yang belum diketahui konsentrasinya. Maka sebelum digunakan
terlebih dahulu larutan AgNO3 tersebut harus distandarisasi dengan larutan
NaCl p.a agar diketahui konsentrasinya. Dalam standarisasi ini larutan AgNO 3
sebagai titran, sedangkan NaCl p.a sebagai larutan bakunya.
Sebelum dititrasi, NaCl p.a berbentuk serbuk berwarna putih
ditimbang terlebih dahulu menggunakan neraca analitik sebesar 0,059 gram.
Sebelum melakukan percobaan, alat – alat yang akan digunakan untuk
praktikum seperti labu ukur, erlenmeyer, corong kaca, gelas kimia, pipet tetes
dan pipet gondok harus dicuci menggunakan aquades dan kemudian
dikeringkan. Hal ini dilakukan agar semua alat yang akan digunkaan bersih
dan tidak terdapat zat pengotor ataupun zat – zat sisa yang dapat
mempengaruhi dan mengganggu reaksi sehingga hasil reaksi dari praktikum
tidak sesuai dengan teori yang ada. Terkecuali untuk pembersihan buret,
dilakukan dengan pembilasan menggunakan titran yang akan digunakan untuk
praktikum, yang dalam percobaan ini menggunakan laruitan AgNO3.
Setelah proses penimbangan, didapatkan NaCl p.a sebesar 0,059 gram,
NaCl p.a tersebut dilarutkan dan diencerkan dalam labu ukur 100 mL
menggunakan corong kaca sampai tanda batas meniskus. Pada proses
pembuatan larutan tersebut harus berhati-hati supaya pelarut (aquades) yang
dimasukkan tidak melebihi tanda batas meniskus. Pada pembacaan skala,
meniskus harus sejajar dengan mata kita. Karena larutan NaCl p.a tidak
berwarna maka menggunakan meniskus bawah, artinya bagian bawah
meniskus harus tepat dengan batas garis yang ditentukan. Kemudian labu ukur
ditutup dan dikocok sampai NaCl p.a larut dengan sempurna. Dihasilkan
larutan baku NaCl p.a tidak berwarna ± 0,1 N. Persamaan reaksinya sebagai
berikut :
NaCl (s) + H2O (l) → NaCl (aq)
Larutan baku NaCl p.a ± 0,1 N yang terdapat pada labu ukur diambil 10
mL dan dimasukkan ke dalam Erlenmeyer 250 mL untuk dititrasi. Digunakan
larutan NaCl sebagai larutan baku karena NaCl mudah larut dalam air,
memiliki ekivalen dan kemurnian yang tinggi, mudah dilarutkan dalam bentuk
murni, BE besar yaitu 58,5, dan tidak mudah teroksidasi oleh udara.
Kemudian ditambahkan 10 mL aquades ke dalam erlenmeyer untuk
melihat dengan jelas perubahan warna yang dihasilkan pada saat titrasi, proses
ini hanya menambah volumenya tanpa mengubah jumlah mol NaCl p.a yang
terdapat dalam larutan tersebut. Fungsi dari penambahan 10 mL lainnya
adalah agar memudahkan pergerakan ion Cl- (bergerak bebas) sehingga dapat
bereaksi dengan Ag+ hingga titik ekivalen.
Kemudian ditambahkan dengan 5 tetes indikator K2CrO4 yang
berwarna kuning. Setelah penambahan indikator K2CrO4, larutan NaCl p.a
berwarna kuning. Digunakan indikator K2CrO4 karena titrasi pengendapan ini
menggunakan metode Mohr yang pada umumnya indikator yang digunakan
adalah K2CrO4 yang dapat mengubah endapan dari putih menjadi merah bata
(dengan rentang pH 6,5 - 9). Indikator ini juga bertujuan untuk menghindari
terjadinya kesalahan yaitu tidak terbentuknya endapan Ag 2CrO4. Karena
apabila suasana dibuat lebih basa maka akan diperoleh endapan perak oksida.
Apabila suasana dibuat lebih asam maka konsentrasi kromat akan menurun,
karena HCrO4- hanya sedikit demi sedikit terionisasi sehingga akan diperlukan
lebih banyak AgNO3 untuk memperoleh endapan Ag2CrO4 dan akhirnya akan
mengarah pada galat yang besar.
Setelah ditambahkan indikator K2CrO4, larutan tersebut dititrasi
dengan larutan AgNO3 yang tidak berwarna. Persamaan reaksinya adalah
sebagai berikut :
AgNO3 (aq) + NaCl (aq) → AgCl (s) + NaNO3 (aq)
Titrasi dilakukan sampai terjadi perubahan warna dari larutan yang
berwarna kuning menjadi larutan tak berwarna yang memiliki endapan
berwarna merah bata. Sebelum menjadi larutan yang tak berwarna, larutan
mengalami perubahan warna menjadi hijau muda dengan endapan berwarna
putih yang mengidentifikasi adanya endapan AgCl yang berasal dari ion Ag+
dan Cl-, yang menandakan adanya titik ekivalen titrasi, dimana jumlah mol
AgNO3 sama dengan jumlah mol NaCl. Reaksinya sebagai berikut :
AgNO3 (aq) + Cl- → AgCl (s) ↓ (putih) + NO3-
Ag+ + Cl- → AgCl (s)↓ (endapan putih)
Pada tahap tersebut NaCl akan habis bereaksi dengan AgNO3. Maka
ketika titrasi dilanjutkan AgNO3 akan bereaksi dengan indikator K2CrO4
membentuk endapan Ag2CrO4 yang berwarna merah bata dan larutan akan
berubah menjadi larutan tidak berwarna. Perubahan warna dan pembentukan
endapan berwarna merah bata tersebut menandakan adanya titik akhir titrasi,
yang artinya titrasi harus dihentikan. Persamaan reaksi yang terjadi adalah
sebagai berikut:
2AgNO3 (aq) + K2CrO4 (aq) → Ag2CrO4 (s) ↓ (merah bata) + 2KNO3 (aq)
2Ag+ (aq) + CrO42- (aq) → Ag2CrO4 (s) ↓ (merah bata)
Titrasi dilakukan pengulangan sebanyak tiga kali untuk mendapatkan
hasil yang lebih akurat. Titrasi ini perlu dilakukan secara cepat dan
pengocokannya juga secara kuat agar Ag+ tidak teroksidasi menjadi AgO yang
menyebabkan titik akhir titrasi sulit tercapai. Volume AgNO3 yang digunakan
pada pengulangan pertama sampai ketiga adalah : 10,3 mL; 10,2 mL dan 10,0
mL. Dari volume AgNO3 tersebut, dapat dihitung normalitas AgNO3
menggunakan rumus perhitungan:
Mol ekivalen NaCl = mol ekivalen AgNO3
NNaCl . VNaCl = NAgNO3 . VAgNO3
Persamaan tersebut dapat digunakan untuk menentukan konsentrasi
AgNO3. Berdasarkan persamaan tersebut diperoleh Normalitas AgNO3 adalah
N1 = 0,0097 N; N2 = 0,0098 N; N3 = 0,0100 N. Sehingga didapatkan rata-rata
normalitas larutan AgNO3 adalah 0,0098 N.

4.2.2 Penentuan kadar NaCl dalam garam dapur cap “Kapal Container”
Percobaan kedua ini bertujuan untuk menentukan kadar NaCl dalam
garam dapur cap “Kapal Container”. Pada pecobaan ini, digunakan titrasi
pengendapan dengan metode mohr, sehingga menggunakan indikator K2CrO4
5%.
Kristal garam dapur cap “Kapal” yang berwarna putih ditimbang
dengan neraca analitik sebesar 0,059 gram. Setelah itu, garam dapur
dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL dengan menggunakan corong kaca,
lalu diencerkan dengan aquades sampai tanda batas meniskus. Pada
pembacaan skala, meniskus harus sejajar dengan mata kita. Bagian bawah
meniskus harus tepat dengan batas garis yang ditentukan. Kemudian labu ukur
ditutup dan dikocok sampai garam dapur dan aquades tercampur secara
homogen. Dihasilkan larutan garam dapur (NaCl) yang tidak berwarna.
Setelah itu, diambil 10 mL dan dimasukkan ke dalam Erlenmeyer 250 mL.
Kemudian ditambahkan dengan 5 tetes indikator K2CrO4 5% yang
berwarna kuning dan menghasilkan larutan berwarna kuning.
Sama seperti percobaan pertama, tujuan penambahan indikator K2CrO4
5% digunakan untuk mempermudah mengetahui terjadinya titik akhir titrasi
dengan ditandai munculnya perubahan warna dan adanya endapan berwarna
merah bata yang dapat diamati secara visual (karena dengan indicator ini
dapat mendeteksi kelebihan Ag+) . Selain itu, Digunakan indikator K2CrO4
karena titrasi pengendapan ini menggunakan metode Mohr yang pada
umumnya indikator yang digunakan adalah K2CrO4 yang dapat mengubah
endapan dari putih menjadi merah bata (dengan rentang pH 6,5 - 9). Indikator
ini juga bertujuan untuk menghindari terjadinya kesalahan yaitu tidak
terbentuknya endapan Ag2CrO4. Karena apabila suasana dibuat lebih basa
maka akan diperoleh endapan perak oksida. Apabila suasana dibuat lebih
asam maka konsentrasi kromat akan menurun, karena HCrO 4- hanya sedikit
demi sedikit terionisasi sehingga akan diperlukan lebih banyak AgNO3 untuk
memperoleh endapan Ag2CrO4 dan akhirnya akan mengarah pada galat yang
besar.
Setelah ditambahkan indikator K2CrO4, larutan tersebut dititrasi
dengan larutan AgNO3 yang tidak berwarna. Persamaan reaksinya adalah
sebagai berikut :
AgNO3 (aq) + NaCl (aq) → AgCl (s) + NaNO3 (aq)
Titrasi dilakukan sampai terjadi perubahan warna dari larutan yang
berwarna kuning menjadi larutan tak berwarna yang memiliki endapan
berwarna merah bata. Sebelum menjadi larutan yang tak berwarna, larutan
mengalami perubahan warna menjadi hijau muda dengan endapan berwarna
putih yang mengidentifikasi adanya endapan AgCl yang berasal dari ion Ag+
dan Cl-, yang menandakan adanya titik ekivalen titrasi, dimana jumlah mol
AgNO3 sama dengan jumlah mol NaCl. Reaksinya sebagai berikut :
AgNO3 (aq) + Cl- → AgCl (s) ↓ (putih) + NO3-
Ag+ + Cl- → AgCl (s)↓ (endapan putih)
Pada tahap tersebut NaCl akan habis bereaksi dengan AgNO3. Maka
ketika titrasi dilanjutkan AgNO3 akan bereaksi dengan indikator K2CrO4
membentuk endapan Ag2CrO4 yang berwarna merah bata dan larutan akan
berubah menjadi larutan tidak berwarna. Perubahan warna dan pembentukan
endapan berwarna merah bata tersebut menandakan adanya titik akhir titrasi,
yang artinya titrasi harus dihentikan. Persamaan reaksi yang terjadi adalah
sebagai berikut:
2AgNO3 (aq) + K2CrO4 (aq) → Ag2CrO4 (s) ↓ (merah bata) + 2KNO3 (aq)
2Ag+ (aq) + CrO42- (aq) → Ag2CrO4 (s) ↓ (merah bata)
Titrasi dilakukan pengulangan sebanyak tiga kali untuk mendapatkan
hasil yang lebih akurat. Titrasi ini perlu dilakukan secara cepat dan
pengocokannya juga secara kuat agar Ag+ tidak teroksidasi menjadi AgO yang
menyebabkan titik akhir titrasi sulit tercapai. Volume AgNO3 yang digunakan
pada pengulangan pertama sampai ketiga adalah : 10 mL; 9,8 mL dan 10 mL.
Dari volume AgNO3 tersebut, dapat dihitung kadar NaCl dalam garam dapur
cap “Kapal” menggunakan rumus perhitungan:

1. Mol ekivalen NaCl = mol ekivalen AgNO3


NNaCl . VNaCl = NAgNO3 . VAgNO3
massa zat x 1000
2. Ngaram = x
BE zat x Vp
gr NaCl 1000
NAgNO3 = x
BE NaCl V p
massa zat x
3. % NaCl = x 100 %
massa garam meja

Dari perhitungan rumus tersebut diperoleh kadar NaCl dalam garam dapu
cap “Kapal Container” pada 3 kali pengulangan titrasi yaitu : 97 %; 95 %, dan
95 %. Sehingga kadar rata-rata NaCl yang terkandung dalam garam dapur cap
“Kapal Container” sebesar 96,3 %.
Secara teori atau SNI, kadar NaCl dalam garam dapur cap “Kapal
Container” adalah minimum 98,5% berdasarkan BSN tahun 2016. Namun
berdasarkan perhitungan data pada praktikum didapatkan hasil yang berbeda,
yaitu 96,3%. Hal ini disebabkan karena masih adanya zat (NaCl) yang
tertinggal dalam botol vial pada saat pengenceran larutan NaCl 10 ml yang
akan dituangkan kedalam labu ukur, sehingga kemungkinan massa zat (NaCl)
yang digunakan untuk praktikum kurang dari 0,059 gram. Alasan mengapa
NaCl yang berada dalam vial tidak dilarutkan kembali dengan aquades adalah
karena pada alur tertera hanya dilakukan pengenceran dengan 10 ml aquades.
Perbedaan volume pada pengulangan 1, 2 dan 3 dikarenakan kurang telitinya
praktikan dalam melihat skala volume yang tertera pada buret.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN
1. Standarisasi larutan AgNO3 dengan NaCl p.a sebagai baku dengan melalui
titrasi pengendapan yang menggunakan metode mohr menghasilkan
normalitas AgNO3 rata – rata sebesar 0,0098N.
2. Penentuan kadar NaCl pada garam meja cap “Kapal Container” dengan
melalui titrasi pengendapan yang menggunakan metode mohr menghailkan
kadar NaCl rata – rata pada garam meja sebesar 96,3 %.

5.2 SARAN
Lakukanlah praktikum dengan teliti dan benar agar mendapatkan hasil
yang maksimal dan sesuai dengan teori yang ada.
DAFTAR PUSTAKA

A.L.Underwood. 2004. Analisa Kimia Kuantitaif. Jakarta: Erlangga.


Day, R.A., Jr; Underwood, A.L. 1986. Analisa Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga.
Day, R. A., dan A.L. Underwood. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Kelima.
Jakarta : Erlangga.
G.Svehla. 1979. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikoro.
Jakarta: PT Kalman Media Pusaka.
Harjadi, W. 1990. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta : Gramedia Pustaka.
Harjadi, W. 1993. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta : Gramedia Pustaka.
Khopkar, S.M. 2003. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta : Universitas Indonesia
Press.
Kusumaningrum, Widya, dkk. 2014. Penentuan Kadar Ion Klorida dengan Metode
Argentometri. Jakarta : UIN Syarif Hidayatullah.
Lindasari, Susi dkk. 2017. Penentuan Kapasitas Adsorpsi Ion Klorida (Cl-) Pada Pasir
Kuarsa Terlapis Mangan Oksida dan Kaolin Teraktivasi HCl. JKK, 6(1), 8 – 16.
Diakses dari
http://jurnal.untan.ac.id/index.php/jkkmipa/article/view/17966/15260 pada 9
November 2019.
Lukum, Astin. 2009. Bahan Ajar Dasar-Dasar Kimia Analitik. Gorontalo:
Pendidikan Kimia.
Mulyono. 2005. Kamus Kimia. Bandung : Bumi Aksara.
Poedjiastoeti, Sri. 2018. Panduan Praktikum Kimia Analitik II Analisis Kuantitatif.
Surabaya : UNESA Unipress.
Rismana, Eriawan dan Nizar. 2014. Kajian Proses Produksi Garam Aneka Pangan
Menggunakan Beberapa Sumber Bahan Baku. Chem. Prog., 7(1). Diakses dari
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/chemprog/article/download/4851/4376
pada 9 November 2019.
Saptorahardjo, A. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Depok : Universitas
Indonesia.
Yusmita, Lisa. 2017. Identifikasi Konsentrasi Natrium Klorida (NaCl) Pada Jahe dan
Lengkuas Giling di Beberapa Pasar Tradisional di Kota Padang. Jurnal
Teknologi Pertanian Andalas, 21(2). Diakses dari
https://www.researchgate.net/publication/320761910_IDENTIFIKASI_KONS
ENTRASI_NATRIUM_KLORIDA_NaCl_PADA_JAHE_DAN_LENGKUAS
_GILING_DIBEBERAPA_PASAR_TRADISIONAL_DI_KOTA_PADANG
pada 17 Oktober 2019.
LAMPIRAN

- Jawaban Pertanyaan
 Penentuan (standarisasi) larutan AgNO3 ± 0,1 N dengan NaCl sebagai
baku
1. Buatlah kurva titrasi antara volume AgNO3 dan pCl untuk titrasi antara
50 mL 0,1M larutan NaCl dengan larutan AgNO3 0,1M.
Jawab :

Titrasi Basa Lemah-Asam Kuat


12
11
10
9
8
7
pCl- 6
5
4
3
2
1
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
volume NaCl (mL)

2. Berapa konsentrasi garam NaCl dalam suatu larutan, apabila 25 mL


larutan tersebut jika direaksikan dengan 25 mL 0,2M larutan AgNO3,
dan kelebihan larutan AgNO3 tepat bereaksi habis dengan larutan KSCN
28 mL 0,1M.
Jawab :
Diketahui: V NaCl = 25 mL
V AgNO3 = 25 mL
M AgNO3 = 0,2 M
kelebihan larutan AgNO3 tepat bereaksi habis dengan
larutan
V KSCN = 28 mL
M KSCN = 0,1 M.
Ditanya: konsentrasi NaCl ?
Jawab: karena habis bereaksi dengan larutan KSCN berarti V1=V2
Molek sisa AgNO3 = molek KSCN
Mol .1 .sisa AgNO3 = 28 mL . 1 . 0,1 M
Mol sisa AgNO3 = 2,8 mmol
NaCl + AgNO3  AgCl + NaNO3
Mula x mmol 5 mmol
Reaksi 2,2 mmol
Sisa - 2,8 mmol
Maka: mmol NaCl yang bereaksi adalah 2,2 mmol.
2,2 mmol = X mmol
2,2 mmol = VNaCl x [NaCl]
2,2 mmol = 25 mL x [NaCl]
2, 2mmol
[NaCl] = 25mL = 0,088 N

 Aplikasi Titrasi Pengendapan “ Menentukan kadar NaCl dalam


garam dapur cap Kapal Container
1. Bagaimana cara memilih indikator pada titrasi argentometri?
Jawab :
Dalam pemilihan indikator pada titrasi argentometri harus
disesuaikan dengan analit dan titran yang digunakan serta tujuan
percobaan. Hasilkali kelarutan garam perak halida (pseudohalida) sangat
kecil.
Dalam metode Mohr: AgNO3akan bereaksi dengan NaCl membentuk
endapan AgCl yang berwarna putih. Bila semua Cl - sudah habis bereaksi
dengan Ag+ dari AgNO3, maka kelebihan sedikit Ag+ akan bereaksi
dengan CrO42- dari indikator K2CrO4 yang ditambahkan, ini berarti titik
akhir titrasi telah dicapai, yaitu bila terbentuk warna merah bata dari
endapan Ag2CrO4.
Reaksinya : Ag++ Cl- → AgCl
(putih)
Ag+ + CrO42- → Ag2CrO4
(merah bata)
Tingkat keasaman (pH) larutan yang mengandung NaCl berpengaruh
pada titrasi.Titrasi dengan metode Mohr dilakukan pada pH 8. Jika pH
terlalu asam (pH < 6), sebagian indikator K2CrO4 akan berbentuk HCrO4-,
sehingga larutan AgNO3lebih banyak yang dibutuhkan untuk membentuk
endapan Ag2CrO4. Pada pH basa (pH > 8), sebagian Ag +akan diendapkan
menjadi perak karbonat atau perak hidroksida, sehingga larutan AgNO3
sebagai penitrasi lebih banyak yang dibutuhkan.
Dalam metode volhard : Pada metode ini, sejumlah volume larutan
standar AgNO3 ditambahkan secara berlebih ke dalam larutan yang
mengandung ion halida (X-). Sisa larutan standar AgNO3 yang tidak
bereaksi dengan Cl- dititrasi dengan larutan standar tiosianat ( KSCN atau
NH4SCN ) menggunakan indikator besi (III) (Fe3+).
Reaksinya sebagai berikut ;
Ag+ + X- → AgX + sisa Ag+
(berlebih)
Ag+ + SCN- → AgSCN
(sisa)
SCN- + Fe3+ → Fe(SCN)2+
(merah)
2. Terangkan bagaimana suatu indikator adsorpsi bekerja. Apa fungsi
dekstrin? Mengapa pH harus dikendalikan?
Jawab :
a. Mekanisme yang berlaku bagi indikator-indikatior adsorpsi dijelaskan
oleh Fajans sebagai berikut: dalam titrasi Cl- dengan Ag+, sebelum
titik ekivalen partikel-partikel koloid dari AgCl bermuatan negative,
akibat adsorpsi ion Cl- dari larutan :
(AgCl) . Cl- M+
Ion-ion Cl- yang teradopsi membentuk lapisan primer, yang
mengakibatkan partikel-partikel koloid bermuatan negative.Partikel-
partikel ini menarik ion-ion positif dari larutan untuk membentuk
sebuah lapisan sekunder yang lebih longgar keadaanya.
Diatas titik ekivalen, klebihan ion-ion Ag+ menggantikan ion-ion
Cl- dari lapisan promer dan partikel-partikelnya menjadi bermuatan
positif:
(AgCl) . Ag+ X-
Anion-anion dalam larutan tertarik untuk membentuk lapisan
sekunder.
b. Dekstrin yang merupakan koloid pelindung harus ditambahkan untuk
menjaga endapan tersebar luas. Dengan kehadiran dekstrin perubahan
warna dapat diulang, dan jika titik akhir terlampaui, kita dapat
mentitrasi ulang dengan sebuah larutan klorida standart.
c. pH dari media titrasi harus dikontrol untuk menjamin sebuah
konsentrasi ion dari indicator asam lemah atau basa lemah tersedia
cukup.
- Alur Penelitian

Alur Percobaan

1. Penentuan (Standarisasi) larutan AgNO3 ± 0,1 M dengan NaCl

NaCl

1. Menimbang ± 0,580 gr NaCl p.a


2. Memindahkan ke dalam labu ukur 100 mL
3. Dilarutkan dengan air suling
4. Diencerkan sampai tanda batas
5. Dikocok hingga homogen

Larutan Baku NaCl ± 0,1N

6. Membilas Buret dengan larutan AgNO3 0,1 N


7. Mengisi buet dengan Larutan AgNO3 0,1 N
8. Ditambahkan 10 mL Larutan NaCl menggunakan pipet gondok
9. Dimasukkan ke dalam Erlenmeyer 250 mL
10. Ditambahkan 10 mL air suling
11. Ditambahkan 10 tetes indikator K2CrO4 5%
Larutan Berwarna kuning

11. Dititrasi dengan AgNO3


12. Titrasi dihentikan sampai terjadi perubahan warna

Endapan Merah Bata

13. Dicatat angka pada buret dari awal hingga akhir


14. Ditentukan volume larutan AgNO3
15. Dihitung konsentrasi larutan AgNO3
16. Diulangi titrasi sebanyak 3x , menggunakan volume yang sama
17. Dihitung konsentrasi larutan AgNO3 rata-rata
Konsentrasi rata-rata larutan AgNO3
Reaksi :
- AgNO3 (aq) + NaCl(aq) → AgCl(s) + NaNO3 (aq)
- Ag+ + Cl- → AgCl (s) ↓ (Vogel II , 1983;346)
- Cl- + AgNO3 (aq) →AgCl (s) ↓putih + NO3-
- 2AgNO3(aq) + K2CrO4 (aq) → Ag2CrO4 (s) ↓merah bata + 2KNO3 (aq)

2. Penentuan Kadar NaCl dalam Garam Dapur

Garam
Dapur
1. Ditimbang ± 0,0580 gram dalam vial
2. Dilarutkan dalam labu ukur 100 mL
3. Dipipet 10 mL
4. Dimasukkan de dalam Erlenmeyer 250 mL
5. Ditambahkan Aquades 10 mL
6. Ditambahkan 5 tetes indikator K2CrO4
Larutan berwarna kuning

7. Dititrasi dengan AgNO3 sampai terjadi endapan merah bata

Endapan Merah Bata

8. Dicatat angka pada buret pada awal dan akhir titrasi


9. Ditentukan volume AgNO3 yang digunakan
10. Diulangi sebanga 3x dengan volume larutan garam dapur yang
sama
Kandungan NaCl dalam garam dapur

Reaksi :
- NaCl (aq) + AgNO3 (aq) →Ag+ + Cl- + NaNO3 (aq)
- NaCl (aq) + AgNO3 (aq) →AgCl(s) + NaNO3 (aq)
- AgCl (s) + K2CrO4 (aq) → Ag2CrO4 (s) + KCl (aq)
- Lampiran Foto

Gambar Keterangan Gambar Keterangan

Alat-alat titrasi Statif, klem dan


buret titrasi

Pengisian buret
dengan AgNO3

Standarisasi AgNO3 Aplikasi Garam Meja

Pengenceran Pengenceran
NaCl p.a NaCl (garam
meja)

10 mL larutan Tabung A +
NaCl dimasukkan Indikator K2CrO4
ke dalam
Erlenmeyer A B
dan C
Tabung A + Proses titrasi
Indikator K2CrO4 tabung A +
AgNO3

Proses titrasi Hasil titrasi


tabung A + tabung A
AgNO3

Hasil titrasi Tabung B +


tabung A Indikator K2CrO4
Tabung B + Proses titrasi
Indikator K2CrO4 tabung B +
AgNO3

Proses titrasi Hasil titrasi


tabung B + tabung B
AgNO3

Hasil titrasi Tabung C +


tabung B Indikator K2CrO4

Tabung C + Hasil titrasi


Indikator K2CrO4 tabung C
Hasil titrasi
tabung C
- Perhitungan
1. Penentuan (Standarisasi) larutan AgNO3 ±0,1 N dengan NaCl p.a sebagai
bahan baku
a. Diketahui : Mr NaCl : 58,5 gr/mol V pelarut = 100mL
Massa NaCl : 0,059 gram
V NaCl : 10 mL
V1 AgNO3 : 10,3 mL
V2 AgNO3 : 10,2 mL
V3 AgNO3 : 10,0 mL
Jawab :

massa NaCl 1000


[ NaCl ] =
Mr NaCl
x p diencerkan (+ 10mL H2O)
0,059 1000
= 58,5 x 100 = 0,01M N AgNO3 x V1 = N NaCl x V2
0,01N x 10mL = N NaCl x 20mL
0,1 N
N NaCl = M NaCl x ekivalen N NaCl =
20
= 0,01M x 1 = 0,01N N NaCl = 0,005N

 Pengulangan 1 (V1 = 10,3 mL)


M eq NaCl = Meq AgNO3
N NaCl x V1 = N AgNO3 x V2
0,005N x 20mL = N AgNO3 x 10,3mL
0,10 N
N AgNO3 =
10,3
= 0,0097 N
 Pengulangan 2 (V2= 10,2 mL)
M eq NaCl = Meq AgNO3
N NaCl x V1 = N AgNO3 x V2
0,005N x 20mL = N AgNO3 x 10,2mL
0,10 N
N AgNO3 =
10,2
= 0,0098 N
 Pengulangan 3 (V3 = 10,0 mL)
M eq NaCl = Meq AgNO3
N NaCl x V1 = N AgNO3 x V2
0,005N x 20mL = N AgNO3 x 10,0mL
0,10 N
N AgNO3 =
10,0
= 0,0100 N
(0,0097 N +0,0098 N +0,0100 N )
N Rata-Rata AgNO3 =
3
= 0,0098 N

2. Penentuan kadar NaCl dalam garam dapur cap Kapal Container


a. Diketahui :
Massa garam = 0,059 gram = 59 mg
V pelarut = 10 mL
V1 AgNO3 = 10 mL
V2 AgNO3 = 9,8 mL
V3 AgNO3 = 10 mL
Mr NaCl = 58,5 gr/mol  BE = 58,5 gram ekivalen
 Pengulangan 1 (V1 = 10 mL)
V AgNo 3 x N AgNO 3 x BE x Fp
 x 100%
massa sampel
10 x 0,0098 x 58,5 x 10
= x 100% = 97%
59

 Pengulangan 2 ( V2 = 9,8 mL)


V AgNo 3 x N AgNO 3 x BE x Fp
 x 100%
massa sampel
9,8 x 0,0098 x 58,5 x 10
= x 100% = 95%
59

 Pengulangan 3 (V3 = 10 mL)


V AgNo 3 x N AgNO 3 x BE x Fp
 x 100%
massa sampel
10 x 0,0098 x 58,5 x 10
= x 100% = 97%
59
97 %+ 95 %+ 97 %
Rata –Rata Kadar NaCl =
3

= 96,3 %

Anda mungkin juga menyukai