Anda di halaman 1dari 10

Jamu yang Mengandung Bahan Kimia Obat

OLEH :

SYAMSUDIN HARSIS

NIM. 918312906201.012

Dosen Pengampu

apt. Restu Nur Hasanah H., S.Farm., M.Pharm. Sci.

INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN AVICENNA

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

KENDARI

2021
JAMU YANG MENGANDUNG BAHAN KIMIA OBAT

Eva Devina, Hairima, Asnawi Romadhona, Udi Wijaya, Utin Dina D., Mukhrizal,
Dina Pratiwi, Ocvan Gusdi, Dani Hendrata, Irma S.
Jurusan Farmasi Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura

ABSTRAK

Jamu adalah obat tradisional Indonesia yang terdiri dari bahan atau ramuan
bahan berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian
(galenik), atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah
digunakan untuk pengobatan, dan dapat diterapkan sesuai dengan norma yang
berlaku di masyarakat. Kriteria yang harus dipenuhi oleh jamu yaitu aman,
khasiat dibuktikan berdasarkan data empiris yang ada dan memenuhi persyaratan
mutu. Berdasarkan hasil pengawasan Badan Pengawasan Obat dan Makanan
(BPOM) di seluruh Indonesia sampai dengan bulan Juli tahun 2011, ditemukan
21 Obat Tradisional dengan Bahan Kimia Obat (OT-BKO), dan 20 diantaranya
merupakan obat tradisional yang tidak terdaftar (ilegal). Produk obat tradisional
tersebut jelas terbukti melanggar Undang – Undang No. 23 tentang Kesehatan.
Penggunaan bahan kimia obat tanpa pengawasan dokter dapat menimbulkan
berbagai risiko dan efek yang tidak diinginkan. Hal tersebut dapat
membahayakan keselamatan, bahkan dapat menyebabkan kematian.
Tulisan ini mencoba memaparkan beberapa aspek tentang obat tradisional
yang terkait dengan manfaat dan keamanannya. Diharapkan tulisan ini dapat
menambah informasi tentang obat tradisional yang aman digunakan dan tidak
mengandung bahan kimia obat serta efek samping yang akan ditimbulkan oleh
bahan kimia obat tersebut.

Kata Kunci : Obat Tradisional, Bahan Kimia Obat, Jamu


PENDAHULUAN

Kecenderungan masyarakat untuk kembali ke alam (Back to Nature) dalam


memelihara kesehatan tubuh dengan memanfaatkan obat bahan alam yang
tersedia melimpah di tanah air ini membuat industri di bidang obat tradisional
berusaha meningkatkan kapasitas produksinya. Kecenderungan kembali ke alam
ini didasari alasan umum bahwa obat bahan alam merupakan bahan yang aman
dan memiliki efek samping yang kecil serta mudah didapat.
Obat Tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa
bahan tumbuhan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik), atau campuran
bahan tersebut yang secara turun-temurun yang telah digunakan untuk
pengobatan berdasarkan pengalaman. Jamu adalah obat tradisional yang berisi
seluruh bahan tanaman yang menjadi penyusun jamu tersebut. Satu jenis jamu
disusun dari berbagai tanaman obat yang jumlahnya antara 5-10 macam, bahkan
bisa lebih. Jamu tidak memerlukan pembuktian ilmiah sampai uji klinis, tetapi
cukup dengan pembuktian empiris (Handayani dan Suharmiati, 2006).
Pada umumnya obat tradisional diracik dari ramuan bahan tumbuh-
tumbuhan, yang sering disebut dengan tanaman obat. Pada awalnya, bahan
tumbuh-tumbuhan tersebut dikonsumsi langsung dalam bentuk segar, rebusan,
atau racikan. Namun pada perkembangannya, obat tradisional di konsumsi lebih
praktis dalam bentuk serbuk seduh, pil, kapsul, sirup, tablet, sehingga
memudahkan konsumen dalam penggunaanya.
Berdasarkan hasil pengawasan, sampling dan pengujian laboratorium sejak
Juni 2008 hingga Mei 2009, Badan POM telah memerintahkan untuk menarik
dari peredaran produk obat tradisional dan suplemen makanan yang mengandung
Bahan Kimia Obat (BKO) Sibutramin Hidroklorida, Sildenafil Sitrat,
Tadalafil, Deksametason, Fenilbutason, Asam Mefenamat, Metampiron dan
Parasetamol sebanyak 60 (enam puluh) item. Penyidik Pegawai Negeri Sipil
(PPNS) Badan POM dalam operasi gabungan dengan POLRI telah berhasil
mengungkap produsen sekaligus pengedar jamu yang mengandung Bahan Kimia
Obat Keras. Produsen tersebut telah terbukti secara sah memproduksi dan
mengedarkan jamu yang dicampuri Bahan Kimia Obat Keras (BPOM, 2006).
Berdasarkan hal tersebut, tulisan ini mencoba memaparkan beberapa aspek
tentang obat tradisional, khususnya jamu, yang terkait dengan manfaat dan
keamanannya. Manfaat dari tulisan ini adalah untuk menambah informasi tentang
obat tradisional (jamu) yang mengandung bahan kimia obat serta efek samping
yang akan ditimbulkannya.

ISI

Jamu adalah obat tradisional Indonesia. Obat Tradisional adalah bahan atau
ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral,
sediaan sarian (galenik), atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun
temurun telah digunakan untuk pengobatan, dan dapat diterapkan sesuai dengan
norma yang berlaku di masyarakat (Permenkes, 2010).

Gambar Logo Jamu


Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :
003/Menkes/Per/I/2010 tentang Saintifikasi Jamu dalam Penelitian Berbasis
Pelayanan Kesehatan Jamu harus memenuhi kriteria (Permenkes RI, 2010) :
a. aman sesuai dengan persyaratan yang khusus;
b. klaim khasiat dibuktikan berdasarkan data empiris yang ada; dan
c. memenuhi persyaratan mutu yang khusus untuk itu.
Menurut Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan
Republik Indonesia Nomor : Hk.00.05.41.1384 Tentang Kriteria Dan Tata
Laksana Pendaftaran Obat Tradisional, Obat Herbal Terstandar Dan Fitofarmaka
pada pasal 2 yang dibuat dan atau diedarkan di wilayah Indonesia wajib memiliki
izin edar dari Kepala Badan. Pada Pasal 4 untuk dapat memiliki izin edar
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 harus memenuhi kriteria sebagai berikut
(Permenkes RI, 2010) :
a. menggunakan bahan berkhasiat dan bahan tambahan yang memenuhi
persyaratan mutu, keamanan dan kemanfaatan / khasiat;
b. dibuat sesuai dengan ketentuan tentang Pedoman Cara Pembuatan Obat
Tradisional yang Baik atau Cara Pembuatan Obat yang Baik yang berlaku;
c. penandaan berisi informasi yang lengkap dan obyektif yang dapat
menjamin penggunaan obat tradisional, obat herbal terstandar dan
fitofarmaka secara tepat, rasional dan aman sesuai dengan hasil evaluasi
dalam rangka pendaftaran.

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil pengawasan Badan Pengawasan Obat dan Makanan


(BPOM) di seluruh Indonesia sampai dengan bulan Juli tahun 2011, ditemukan 21
Obat Tradisional dengan Bahan Kimia Obat (OT-BKO) dan 20 diantaranya
merupakan obat tradisional yang tidak terdaftar (ilegal). Pada kurun waktu 2001-
2007, temuan OT-BKO mengarah pada obat rematik dan penghilang rasa sakit,
antara lain obat tradisional yang mengandung bahan obat fenilbutason,
metampiron, parasetamol, dan asam mefenamat. Sedangkan pada periode
tahun berikutnya hingga kini, lebih mengarah pada obat pelangsing dan obat
penambah stamina (aprodisiaka) yang mengandung bahan obat seperti sibutramin,
sildenafil, dan taladafil (Menkes RI, 2011). BKO yang dicampurkan ke dalam OT,
biasanya dosisnya tidak terukur. Jika dikonsumsi secara terus menerus, akan
terakumulasi dalam tubuh dan bisa membahayakan kesehatan (Menkes RI, 2011).
Perbuatan yang bersangkutan dalam hal memproduksi dan mengedarkan
produk jamu mengandung Bahan Kimia Obat dan Tanpa izin edar, jelas terbukti
melanggar Undang – Undang No. 23 tentang Kesehatan berikut:
a. Pasal 81 ayat (2) huruf C : Barang siapa dengan sengaja mengedarkan sediaan
farmasi dan atau alat kesehatan tanpa izin edar sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 41 ayat (1);
b. Pasal 41 ayat (1) Sediaan farmasi dan alat kesehatan hanya dapat diedarkan
setelah mendapat izin edar;
c. Pasal 82 ayat (2) huruf D : Barang siapa dengan sengaja memproduksi dan atau
mengedarkan sediaan farmasi berupa obat tradisional yang tidak memenuhi
standar dan atau persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 ayat (2);
d. Pasal 40 ayat (2) : Sediaan farmasi yang berupa obat tradisional dan kosmetika
serta alat kesehatan harus memenuhi standar dan atau persyaratan yang
ditentukan; dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan
atau pidana denda paling banyak Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah).
Pelanggaran seperti ini, pada akhirnya masyarakat yang akan mendapatkan
dampak negatifnya. Oleh karena itu pengungkapan pelanggaran yang telah
dilakukan dianggap perlu untuk meningkatkan program pemberdayaan
masyarakat / konsumen di bidang obat dan makanan.
Untuk melindungi agar masyarakat tidak mengkonsumsi OT-BKO, BPOM
mengeluarkan peringatan/public warning. Daftar OT-BKO tersebut adalah
Protein-zhi kapsul, Asam Urat Nyeri Tulang cap Gunung Krakatau
(serbuk); Buah Naga Kapsul; Dewa-dewi Kapsul; Jamu cap Putri Sakti
Penyehat Badan (cair); Jamu Tradisional Jawa Asli Cap Putri Sakti (cair);
Kapsul Telat Bulan (Tiaw Keng Poo Sae); Kuat Tahan Lama Surabaya
Madura (serbuk); Lebah Mutiara Gatal-gatal (kapsul); Linu Rat Kapsul;
MD dan SM Obat Asam Urat Nyeri Tulang/Sendi Cicunguya (kapsul); Obat
Kuat dan Tahan Lama Powerman (kapsul); Obat Kuat dan Tahan Lama
Super X (kapsul); Pil Anti Sakit Gigi Plus Pak Tani (tablet); Prima Setia
Kapsul; Scorpion Kapsul; Siper Kapsul; Tangkur Cobra Laut (kapsul);
Tiger Fit Asam Urat Flu Tulang (kapsul); dan Power Up (kapsul) (Menkes
RI, 2011).
Berbagai risiko dan efek yang tidak diinginkan dari penggunaan Bahan
Kimia Obat tanpa pengawasan dokter adalah sebagai berikut:
a. Sibutramin Hidroklorida dapat meningkatkan tekanan darah (hipertensi),
denyut jantung meningkat, sulit tidur, kejang, penglihatan kabur, gangguan
ginjal.
b. Sildenafil Sitrat dapat menyebabkan sakit kepala, muka merah, pusing,
mual, nyeri perut, gangguan penglihatan, infark miokard, nyeri dada,
jantung berdebar dan kematian.
c. Tadalafil dapat menyebabkan sakit kepala, muka merah, pusing, mual,
nyeri perut, gangguan penglihatan, infark miokard, nyeri dada, jantung
berdebar dan kematian.
d. Deksametason dapat menyebabkan moon face, penimbunan cairan, gula
darah meningkat, glaukoma (tekanan bola mata meningkat), gangguan
pertumbuhan, tulang keropos, daya tahan terhadap infeksi menurun,
kelemahan otot, tukak lambung, gangguan hormon dan lain-lain.
e. Fenilbutason dapat menyebabkan mual, muntah, ruam kulit, penimbunan
cairan, perdarahan lambung, perforasi lambung, reaksi hipersensitivitas
(Sindrom Steven Johnsons), hepatitis, gagal ginjal, leukopenia, anemia
aplastik dan agranulositosis.
f. Asam Mefenamat dapat menyebabkan diare, ruam kulit, trombositopenia,
anemia hemolitik, kejang dan tukak lambung.
g. Metampiron dapat menyebabkan gangguan saluran cerna seperti mual,
perdarahan lambung, tinitus (telinga berdenging), neuropati, gangguan
darah, anemia aplastik, agranulositosis, gangguan ginjal, syok, dan
kematian.
h. Parasetamol dapat menyebabkan kerusakan hati (jangka panjang/dosis
besar).
Selain efek samping diatas, apabila terdapat penggunaan dua jenis obat atau
lebih Bahan Kimia Obat Keras (BKO) yang disebutkan di atas sebagai campuran
dalam obat tradisional serta tanpa resep dan pengawasan dari dokter
membahayakan kesehatan dan bahkan dapat menyebabkan kematian
Sehubungan dengan temuan kasus tersebut, Kepala Badan POM telah
menggelar konferensi Pers. Balai POM di seluruh Indonesia telah diperintahkan
untuk melakukan penarikan dan pemusnahan produk serta proses pro justisia.
Kepala Badan POM juga menghimbau agar masyarakat lebih waspada terhadap
peredaran produk-produk obat tradisional yang mengandung bahan kimia obat.
Terhadap permasalahan ini maka khususnya Balai Besar Pengawas Obat
dan Makanan (BBPOM) dan pada umumnya oleh Dinas Kesehatan setempat
memiliki peran yang sangat besar. Dalam bab VIII UU No. 23 tahun 1992 tentang
Kesehatan ditegaskan bahwa pemerintah berwenang untuk melakukan pembinaan
dan pengawasan terhadap semua kegiatan yang berkaitan dengan upaya
penyelenggaraan kesehatan dan dalam Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat
dan Makanan No. 05018/SK/KBPOM tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit
Pelaksanaan Teknis di lingkungan Balai Pengawas Obat dan Makanan pasal 2
yaitu “Unit pelaksanaan teknis di lingkungan Balai Besar Pengawasan Obat dan
Makanan mempunyai tugas melaksanakan kebijakan di bidang pengawasan
produk terapetik, narkotika, psikotropika dan zat adiktif lain, obat tradisional,
kosmetik, produk komplimen, keamanan pangan dan bahan berbahaya.” Dari
ketentuan pasal diatas jelas bahwa Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan
(BBPOM) mempunyai tugas dalam memberikan pembinaan dan pengawasan dan
mengontrol produk-produk obat tradisional yang dikonsumsi langsung oleh
konsumen, BBPOM mempunyai kewenangan untuk menentukan produksi obat
tradisional apa yang boleh diproduksi dan dikonsumsi oleh konsumen serta
mempunyai hak dalam memberikan sanksi kepada pelaku usaha industri-industri
yang memproduksi obat tradisional yang berbahaya bagi konsumen, sehingga
kepentingan konsumen dapat terlindungi yaitu mengkonsumsi obat tradional yang
aman dan memenuhi syarat bagi kesehatan.
Peran yang paling penting disini adalah BPOM dan tenaga kesehatan
lainnya yang juga ikut membantu peran dari BPOM. Namun tampaknya hal ini
masih belum dapat terwujud sempurna karena oknum pelaku dari kasus ini masih
banyak berkeliaran dan tampaknya masih belum jera dengan perbuatan yang
dilakukannya terkait dengan lemahnya pengamanan dan pengawasan yang
dilakukan dari BPOM .
Berikut informasi yang dapat diberikan kepada konsumen terkait dengan
permasalahan diatas:
a. Khusus untuk jamu-jamu ilegal yang diklim sebagai penambah stamina pria
sebenarnya mudah dikenali dari kemasannya antara lain gambar-gambar
(biasanya wanita) yang ditampilkan umumnya tidak sesuai dengan norma
kesusilaan.
b. Umumnya konsumen tidak mengetahui bahwa jamu yang diminumnya
ternyata mengandung Bahan Kimia Obat dimana sering kali Bahan Kimia
Obat yang dicampurkan adalah Bahan Kimia Obat Keras yang sangat
berbahaya jika diminum tanpa pengawasan dokter dan dengan dosis yang
tidak tepat. Oleh karena itu konsumen diharapkan untuk tidak terlalu mudah
mempercayai efek instan dari jamu.
c. Bila masyarakat ingin mengetahui apakah suatu jamu tradisional adalah
legal atau fiktif, maka dapat menanyakan langsung ke Badan POM melalui
Unit Layanan Pengaduan Konsumen.

KESIMPULAN

Badan POM melakukan pengawasan, sampling dan pengujian laboratorium


sejak Juni 2008 hingga Mei 2009 dan menemukan ada produk jamu yang
mengandung bahan kimia obat keras seperti sibutramin hidroklorida, sildenafil
sitrat, tadalafil, deksametason, fenilbutason, asam mefenamat, metampiron dan
parasetamol.
BPOM memiliki wewenang untuk melakukan pembinaan dan pengawasan
terhadap obat tradisional yang diatur UU pada bab VIII No. 23 tahun 1992 tentang
Kesehatan. Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan (BBPOM) mempunyai
tugas dalam memberikan pembinaan dan pengawasan dan mengontrol produk-
produk obat tradisional yang dikonsumsi langsung oleh konsumen.
Salah satu upaya BPOM dalam menjalankan tugasnya adalah dengan
memberikan informasi kepada konsumen mengenai jamu yang mengandung
bahan obat keras dengan demikian diharapkan konsumen dapat mengenali jamu
yang mengandung bahan obat keras. dan menarik dari peredaran produk obat
tradisional serta melakukan penarikan produk jamu mengandung Bahan Kimia
Obat karena Bahan Kimia Obat (Obat Keras) tanpa resep dokter dapat
membahayakan kesehatan dan melanggar Undang – Undang No. 23 tentang
Kesehatan.

DAFTAR PUSTAKA

BPOM. 2006. Keberhasilan Badan POM dalam Mengungkap Pabrik Gelap Jamu
yang Mengandung Bahan Kimia Obat. Info BPOM RI. Volume 7, Nomor 2.

Handayani, L. dan Suharmiati. 2006. Cara Benar Meracik Obat Tradisional.


Jakarta: Agromedia Pustaka.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2010. Peraturan Menteri Kesehatan


Republik Indonesia Nomor : 003/Menkes/Per/I/2010 tentang Saintifikasi
Jamu Dalam Penelitian Berbasis Pelayanan Kesehatan. Departemen
Kesehatan RI : Jakarta.

Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia . 2010. Peraturan


Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia Nomor
: Hk.00.05.41.1384 Tentang Kriteria Dan Tata Laksana Pendaftaran Obat
Tradisional, Obat Herbal Terstandar Dan Fitofarmaka. Badan Pengawas
Obat Dan Makanan Republik Indonesia : Jakarta.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2011. “Hindari Obat Tradisional yang


Mengandung Bahan Kimia Obat”. Http://www.depkes.go.id/index.php/
berita/press-release/1677-hindari-obat-tradisional-yang-mengandung-bahan-
kimia-obat-ot-bko.html. Diakses 10 Maret 2012.

Anda mungkin juga menyukai