Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH AMAMI

“PENGERTIAN DAN PRINSIP KERJA PEMERIKSAAN


KLORIDA METODE TITRIMETRI”

DISUSUN OLEH :

1. Arlyani Agustiyana P07234016046


2. Ayu Rezeki Putri Lestari P07234016047
3. Maya Sari Rahayu P07234016062
4. Mira Meilani P07234016064
5. Virly Aprillia P07234016077

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN
KALIMANTAN TIMUR
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
TAHUN 2017

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas Rahmat dan Karunia –
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini. Kami juga mengucapkan
terima kasih kepada Dosen Mata Kuliah Instrumentasi yang telah membimbing dan
memberikan tugas ini kepada kami. Dalam makalah ini kami membahas tentang
“PENGERTIAN DAN PRINSIP KERJA PEMERIKSAAN CHLORIDA METODE
TITRIMETRI”.
Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat kekurangan. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangung sangat kami harapkan untuk perbaikan dan
peningkatan dalam pembuatan makalah ini kepadanya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi siapa saja yang membacanya.
Amin

Samarinda, 31 Agustus 2017

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................ii
BAB I......................................................................................................................................................3
PENDAHULUAN.....................................................................................................................................3
1.1 Dasar Teori.............................................................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................................4
1.3 Tujuan....................................................................................................................................4
BAB II.....................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN.......................................................................................................................................5
2.1 Pengertian Metode Analisis Titrimetri...................................................................................5
2.2 Prinsip Metode Analisis Titrimetri.........................................................................................5
2.3 Titrasi Pengendapan (Argentometri).....................................................................................6
1. Metode Mohr........................................................................................................................6
2. Metode Volhard.....................................................................................................................7
3. Metode Fajans.......................................................................................................................8
4. Metode Liebig.......................................................................................................................8
2.4 Pemeriksaan Klorida Metode Titrimetri.................................................................................9
BAB III..................................................................................................................................................11
PENUTUP.............................................................................................................................................11
3.1 Kesimpulan................................................................................................................................11
1.4 3.2 Saran..............................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Dasar Teori

Salah satu cara untuk mengetahui kadar asam – basa dalam suatu larutan
adalah dengan volumetri (titrasi). Volumetric (titrasi) merupakan cara penentuan
kadar suatu zat dalam larutannya didasarkan pada pengukuran volumenya. Titrasi
sendiri merupakan suatu metode untuk menentukan kadar suatu zat dengan
menggunakan zat lain yang sudah diketahui konsentrasinya. Titrasi biasanya
dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang terlibat di dalam proses titrasi, sebagai
contoh bila melibatkan reaksi asam basa maka disebut sebagai titrasi asam basa, titrasi
redoks untuk titrasi yang melibatkan reaksi reduksi oksidasi, titrasi kompleksometri
untuk titrasi yang melibatan pembentukan reaksi kompleks dan lain sebagainya.
Metode titrimetri masih digunakan secara luas karena merupakan metode yang
tahan, murah, dan mampu memberikan ketepatan (presisi) yang tinggi. Keterbatasan
metode ini adalah bahwa metode titrimetri kurang spesifik. Klorida adalah ion yang
terbentuk sewaktu unsur klor mendapatkan satu elektron untuk membentuk suatu
anion (ion bermuatan negatif) Cl-. Garam dari asam Hidroklorida HCl mengandung
ion klorida, contohnya adalah garam meja, natrium klorida dengan rumus kimia NaCl.
Dalam air, senyawa ini terpecah menjadi ion Na+ dan Cl- .
Analisa klorida secara kuantitatif dapat dilakukan dengan beberapa cara,
diantaranya analisa secara titrimetri dengan menggunakan metode argentometri.
Metode yang sering digunakan pada penetapan klorida adalah metode Argentometri.
Metode Argentometri (titrasi pengendapan) yang tergolong pada pemeriksaan kimia
secara titrimetri /volumetri. Titrimetri atau analisa volumetri adalah salah satu cara
pemerikasaan jumlah zat kimia yang luas penggunaannya. Cara ini sangat
menguntungkan karena pelaksanaannya mudah dan cepat, ketelitian dan ketepatan
cukup tinggi, juga dapat digunakan untuk menentukan kadar berbagai zat yang
mempunyai sifat yang berbeda-beda. Ion-ion yang dapat mengganggu dalam
penetapan kadar klorida metode Argentometri atau pengendapan adalah: Bahan-bahan
yang terdapat dalam air minum dalam jumlah yang normal tidak mengganggu;
Bromida, iodida, dan sianida ekivalen dengan konsentrasi klorida; Ion sulfida, ferri

3
4

sulfat dan sulfat menggaggu, tetapi dapat dihilangkan dengan penambahan hidrogen
peroksida; Ion sulfida, ferri sulfat dan sulfat menggaggu, tetapi dapat dihilangkan
dengan penambahan hidrogen peroksida; Ortofosfat yangn lebih dari 25 mg/L
mengganggu dengan membentuk endapan perak fospat; Besi yang lebih dari 10 mg/L
mengaburkan titik akhir. 

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah yang dimaksud metode analisis titrimetri ?
2. Bagaimana prinsip metode analisis titrimetri ?
3. Apa saja metode titrasi argentometri ?
4. Bagaimana pemeriksaan klorida dengan metode titrimetri ?

1.3 Tujuan
Untuk mengetahui pengertian dan prinsip kerja pemeriksaan klorida metode
titrimetri.

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Metode Analisis Titrimetri.


Analisis titrimetri merupakan salah satu metode analisis kuantitatif yang
dilakukan dengan menentukan volume larutan standar yang digunakan untuk bereaksi
secara kuantitatif dengan larutan analit. Massa analit dihitung dari volume larutan
standar yang digunakan sampai terjadi reaksi sempurna dan stokiometri. Dalam setiap
metode titrimetri selalu terjadi reaksi kimia antara komponen analit dengan zat
pendeteksi yang disebut titran. Titran ditambahkan ke dalam larutan analit
menggunakan peralatan khusus yang disebut buret sampai mencapai jumlah tertentu
hingga mencapai titik ekuivalen. Pencapaian tiik ekuivalen umumnya ditandai oleh
perubahan zat tertentu yang sengaja dimasukkan ke dalam analit yang dikenal sebagai
indikator. Perubahan indikator terjadi bila semua analit telah bereaksi dengan titran.
Kelebihan sedikit titran bereaksi dengan indikator, sehingga terjadi perubahan pada
indicator, yang biasa ditunjukkan oleh perubahan warna.

2.2 Prinsip Metode Analisis Titrimetri


Metode analisis titrimetri berdasarkan pada reaksi kimia antara larutan analit
dengan larutan titran menurut reaksi :
aA + tT  Produk
Pada reaksi tersebut, sebanyak a mol analit bereaksi dengan t mol titran T
menghasilkan produk. Larutan analit adalah larutan yang akan ditentukan
kuantitasnya, sedangkan titran merupakan larutan standar. Larutan standar adalah
larutan yang konsentrasinya sudah diketahui dengan pasti.
Larutan standar biasanya dimasukkan dalam buret dan ditambahkan secara
sedikit demi sedikit sambil terus dilakukan pengocokan sampai semua analit telah
habis bereaksi. Proses menambahkan larutan standar sampai reaksi telah berlangsung
sempurna merupakan proses titrasi. Titik atau keadaan dimana jumlah titran yang
ditambahkan tepat bereaksi sempurna dengan analit disebut titik ekuivalen atau titik
akhir teoritis. Pada prakteknya, saat terjadinya titik ekuivalen sulit untuk ditentukan.
Namun demikian, titik ekuivalen dapat diketahui melalui penambahan pereaksi yang
dapat memberikan perubahan visual yang jelas, seperti perubahan warna atau

5
6

pembentukan kekeruhan. Pereaksi yang ditambahkan tersebut adalah indicator. Titik


pada saat terjadi perubahan warna dalam larutan yang dititrasi disebut titik akhir
titrasi. Idealnya titik akhir titrasi sama dengan titik ekuivalen, namun kenyataannya
terdapat perbedaan dan menimbulkan sesatan/galat/kesalahan titrasi. Pemilihan
indicator dan kondisi eksperimen harus dilakukan secara cermat dan teliti, sehingga
keslalahan yang muncul menjadi sekecil mungkin.

2.3 Titrasi Pengendapan (Argentometri)


Titrasi argentometri merupakan titrasi terhadap larutan analit dengan larutan
standar perak nitrat. Titrasi argentometri menggunakan prinsip reaksi pengendapan.
Zat yang akan ditentukan dititrasi dengan larutan standar yang mampu mengendapkan
zat tersebut.
Ada 4 jenis titrasi argentometri, yaitu :
1. Metode Mohr
Metode mohr merupakan titrasi aregentometri dengan menggunakan
indicator kalium kromat (K2CrO4). Metode ini merupakan titrasi langsung
analit dengan titran menggunakan larutan standar perak nitrat (AgNO3).
Larutan analit yang dapat ditentukan dengan metode Mohr antara lain ion
klorida. Endapan putih perak klorida akan terbentuk selama proses titrasi.
Indicator yang digunakan dalam titrasi tersebut adalah larutan kalium
kromat encer (sekitar 2%). Reaksi yang terjadi adalah :
Ag+ (aq) + Cl- (aq) AgCl (s)putih Ksp AgCl = 1,8 x 10-10
K2CrO4(aq) + 2AgNO3 (aq)  2KNO3 (aq) + AgCrO4 (s)
Ksp Ag2CrO4 = 1,7 x 10-10
Ketika anda melakukan titrasi argentometri dengan metode Mohr,
maka andaharus memperhatikan kondisi keasaman larutan. Titrasi
sebaiknya dilakukan pada pH sekitar pH 6,5 hingga pH 10. Hal ini
disebabkan ion kromat adalah basa konjugasi dari asam kromat. Oleh
sebab itu, jika titrasi dilakukan pada pH dibawah 6,5, maka ion kromat
akan terprotonasi dalam bentuk HCrO4. Ion tersebut selanjutnya berubah
menjadi ion dikromat. Ion dikromat inilah yang mendominasi di dalam
larutan. Reaksi yang terjadi adalah :
2H+ (aq) + 2 CrO42- (aq) ↔  HCrO4- (aq) ↔ Cr2O72- (aq) + H2O (l)

6
7

Kondisi tersebut mengakibatkan konsentrasi ion kromat akan teralalu


kecil untuk memungkinkan terjadinya endapan Ag2CrO4. Akibatnya akan
mengalami kesulitan dalam mendeteksi titik akhir titrasi. Oleh karena itu,
pada nalisis analit yang bersifat asam perlu ditambahkan kalsium karbonat
agar pH larutan berada pada kisaran pH6,5 hingga pH 10. Cara lain dapat
juga dilakukan melalui penjenuhan analit dengan menambahkan padatan
natrium hydrogen karbonat. Sebaliknya pada pH lebih besar daripada pH
10, maka ion Ag+ akan bereaksi dengan ion OH- membentuk endapan
AgOH yang bewarna kecoklatan. Endapan tersebut akan menghalangi
pengamatan dalam menentukan titik akhir. Reaksi yang terjadi adalah :
Ag+ (q) + OH- (q) ↔  AgOH (s)
Pada waktu melakukan titrasi sebaiknya dilakukan pengadukan.
Pengadukan selama penambahan larutan standar akan memudahkan dalam
mengamati tercapainya titik akhir titrasi. Selain itu, pengadukan juga
menyebabkan endapan perak kromat yang terbentuk sebelum titik akhir
titrasi akan terurai atau terlarut kembali.
2. Metode Volhard
Metode Volhard merupan titrasi argentometri dengan menggunkan
larutan standar ion tiosianat (SCN-) dan Fe(III) atau ion Fe3+ sebagai
indicator. Titrasi dengan metode Volhard merupakan titrasi langsung
terhadap Ag+ serta merupakan titrasi balik terhadap ion klorida, bromide,
dan iodide. Larutan AgNO3 ditambahkan dalam jumlah tertentu atau
berlebih, kemudian kelebihan larutan perak nitrat tersebut dititrasi dengan
larutan standar ion tiosianat (SCN-) penambahan ion SCN- setelah titik
ekuivalen akan bereaksi dengan indicator Fe(III) membentuk ion kompleks
yang bewarna merah. Pada saat terbentuk warna merah, maka titrasi harus
dihentikan.
Reaksi yang terjadi dalam titrasi argentometri dengan metode volhard
adalah :
Ag+ (q) berlebih + Cl- (q)  AgCl (s)putih
Ag+ (q) sisa + SCN- (q)  AgSCN (s)putih
Fe3+(q) + SCN- (q)  Fe(SCN) 2+komplek bewarna merah.

3. Metode Fajans

7
8

Metode Fajans merupakan titrasi argentometri dengan menggunakan


indicator adsorpsi. Indicator adsorpsi merupakan senyawa organic yang
dapat berubah warnanya jika teradsorsi pada permukaan endapan. Semua
indicator adsorpsi bersifat ionik, sehingga dapat teradsorpsi pada
permukaan endapan. Indicator adsorpsi yang biasa digunkana untuk
menitrasi ion sulfat dengan ion barium dalam pelarut aseton adalah thorin
atau alizarin. Keuntungan pengguna indikator adsorpsi adalah memiliki
galat yang kecil dalam penentuan titik akhir titrasi. Selain itu perubahan
warna pada saat indikator teradsorpsi juga dapat terlihat dengan jelas.
Indikator adsorpsi dapat digunakan untuk titrasi argentometri yang
menghasilkan endapan dengan luas permukaan yang besar, sehingga
indikator dapat teradsorpsi dengan baik.
Metode fajans dapat digunakan untuk menentukan kadar sulfat dalam
sampel. Titrasi dilakukan pada pH 3,5 di dalam campuran air dan alcohol
dengan perbandingan 1:1. Sulfat diendapkan sebagai barium sulfat, BaSO4
dengan penetrasi barium klorida, BaCl2 menggunkan indikator Alizarin.
Indikator bewarna kuning didalam larutannya, tetapi akan membentuk
warna merah muda ketika kelebihan ion barium (Ba2+). Mekanisme reaksi
untuk titik akhir titrasi penentuan sulfat ini adalah :
Selama titrasi (sebelum titik ekiuvalen)
Ba2+ + SO42-  (BaSO4) (SO42-) Ba2+
Kuning
Sesudah titik ekiuvalen
(BaSO4)Ba2+ + Ind  (BaSO4) (Ba2+) Ind- (merah muda)
4. Metode Liebig
Metode ini titik akhir titrasi ditentukan berdasarkan terbentuknya
kekeruhan. Ketika larutan perak nitrat ditambahkan kepada larutan alkali
sianida akan terbentuk endapan putih, tetapi pada penggojokan larut
kembali karena terbentuk kompleks sianida yang stabil. Jika reaksi telah
sempurna, penambahan larutan perak nitrat lebih lanjut akan menghasilkan
endapan perak sianida. Titik akhir ditunjukkan oleh terjadinya kekeruhan
yang tetap. Kendala dalam menentukan titik akhir dengan tepat disebabkan
karena sangat lambatnya endapan melarut pada saat mendekati titik akhir
titrasi.
8
9

2.4 Pemeriksaan Klorida Metode Titrimetri.


Metode yang digunakan adalah metode titrimetri secara argentometri atau
titrasi pengendapan dengan metode Mohr sampel yang dianalisis dengan
menggunakan ion perak. Titrasi argentometri merupakan titrasi terhadap larutan analit
dengan larutan standar perak nitrat.
Titrasi argentometri menggunakan prinsip reaksi pengendapan. Zat yang akan
ditentukan dititrasi dengan larutan standar yang mampu mengendapkan zat tersebut.
Contoh pada penentuan ion klorida. Ion klorida dalam sampel dititrasi dengan perak
nitrat, sehingga terbentuk endapan perak klorida. Pada saat semua ion klorida telah
bereaksi dengan ion perak, maka terjadi titik ekuivalen. Titrasi dilakukan terhadap
suatu sampel dengan menggunakan AgNO3. Sampel yang telah ditambahkan indicator
K2CrO4 kemudian dititrasi dengan AgNO3 sehingga terbentuk endapan merah bata
muda. Endapan perak klorida (AgCl) yang terbentuk dari larutan perak nitrat dan
natrium klorida dapat digunakan dalam menentukan titik akhir dalam titrasi
volumetric. Titik akhir tersebut ditandai dengan habisnya semua klorida diendapkan
menjadi perak klorida. Endapan terbentuk setelah ion Ag + pada AgNO3 bereaksi
dengan indicator K2CrO4.
Argentometri merupakan metode umum untuk menetapkan kadar halogenida
dan senyawa – senyawa lain yang membentuk endapan dengan perak nitrat (AgNO 3)
pada suasana tertentu. Metode argentometri disebut juga dengan metode
pengendapam karena pada argentometri memerlukan pembentukan senyawa yang
relative tidak larut atau endapan. Reaksi yang mendasar titrasi argentometri adalah :
AgNO3 + Cl-  AgCl + NO3-
Sebagai indicator, dapat digunakan kalium kromat yang menghasilkan warna
merah dengan adanya kelebihan ion Ag+.
Metode argentometri yang lebh luas lagi digunakan adalah metode titrasi
kembali. Perak nitrat (AgNO3) berlebih ditambahkan ke sampel yang mengandung ion
klorida atau bromide. Sisa AgNO3, selanjutnya dititrasi kembali dengan ammonium
tiosianat menggunakan indicator besi(III) ammonium sulfat. Reaksi yang terjadi pada
penentuan ion klorida dengan cara titrasi kembali adalah sebagai berikut:
AgNO3 berlebih + CI-  AgCl + NO3-
Sisa AgNO3 + NH4SCN  AgSCN + NH4NO3
3NH4SCN + FeNH4(SO4)2  Fe(SCN)3 merah + 2(NH4)2SO4
9
10

Sebelum dilakukan titrasi kembali, endapan AgCl harus disaring terlebih dahulu atau
dilapisi dengan penambahan dietilftalat untuk mencegah disosiasi AgCl oleh ion
Tiosianat. Halogen yang terikat dengan cincin aomatis tidak dapat dibebaskan dengan
hidrolisis sehingga harus dibakar dengan labu oksigen untuk melepaskan halogen
sebelum dititrasi.
Metode yang digunakan untuk pemeriksaan chloride dalam argentometri
adalah Metode Mohr. Metode Mohr digunakan untuk menetapkan kadar klorida dan
bromida dalam suasana netral dengan larutan baku perak nitrat dengan penambahan
larutan kalium kromat sebagai indicator. Pada permulaan titrasi akan terjadi endapan
perak klorida dan setelah tercapai titik ekuivalen, maka penambahan sedikit perak
netral akan bereaksi dengan kromat dengan membentuk endapan perak kromat yang
berwarna merah.
Kerugian metode mohr adalah :
a. Bromida dan klorida kadarnya dapat ditetapkan dengan metode mohr akan
tetapi untuk iodide dan tiosianat tidak memberikan hasil yang memuaskan,
karena endapan perak iodide atau perak tiosianat akan mengadsorbsi ion
kromat, sehingga memberikan titik akhir yang kacau.
b. Adanya ion-ion seperti sulfide, fosfat, dan arsenat juga akan mengendap.
c. Titik akhir kurang sensitive jika menggunakan larutan yang encer.
d. Ion-ion yang diadsorbsi dari sampel menjadi terjebak dan mengakibatkan hasil
yang rendah sehingga penggojogan yang kuat mendekati titik akhir titrasi
diperlukan untuk membebaskan ion yang terjebak tadi.
Metode mohr biasanya digunakan untuk menentukan kandungan klorida dalam
berbagai sampel air, contohnya air sungai, air laut, air sumur, air hasil pengolahan
industry sabun.

10
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Analisis titrimetri merupakan salah satu metode analisis kuantitatif yang
dilakukan dengan menentukan volume larutan standar yang digunakan untuk bereaksi
secara kuantitatif dengan larutan analit. Prinsip kerja analisis titrimetri yaitu analit
akan bereaksi dengan titran dan menghasilkan produk.Digunakan untuk pemeriksaan
klorida metode titrimetri secara argentometri dengan metode mohr.

1.4 3.2 Saran


Diharapkan makalah ini dapat di jadikan sebagai sebuah sumber informasi
maupun sarana pendidikan sehingga pembaca dapat mengetahui dan mengerti tentang
pengertian dan prinsip kerja pemeriksaan klorida metode titrimetri.

11
12

DAFTAR PUSTAKA

Dwi Pursitasari, Indriani. 2014. Kimia Analitik Dasar Dengan Strategi Problem Solving Dan
Open-Ended Experiment. Bandung : ALFABETA
Gholib Gandjar, Ibnu dan Abdul Rohman. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta:
PUSTAKA PELAJAR

12
13

Pertanyaan Dan Jawaban

1. Apa ada metode lain yang digunakan dalam argentometri selain metode Mohr?
(Widya Indrawati Fitri Lestari)
Jawab : metode Volhard, metode Fajans, dan Metode Liebig.
2. Apa yang dimaksud dengan a, A, t dan T ? (Yuni Lidya Hastuti)
Jawab : A merupakan analit sedangkan a merupakan variable sebagai contoh nilai
mol dari suatu analit. T merupakan titran sedangkan t merupakan variable sebaigai
contoh nilai mol dari suatu titran.
3. Perbedaan metode mohr dan metode volhard ? (Arif Febrianto)
Jawab : padaa metode mohr indikator yang digunakan adalah kalium kromat
(K2CrO4). Sedangkan pada metode volhard menggunakan larutan standar ion
tiosianat (SCN-) dan Fe (III) atau ion Fe3+ sebagai indikator.
4. Apa keuntungan dari metode mohr ? (Anis Sa’diyah)
Jawab : kerja lebih sederhana dan titik akhir titrasi lebih mudah terlihat.
5. Bromida dan klorida kadarnya dapat ditetapkan dengan metode mohr akan tetapi
untuk iodide dan tiosianat tidak memberikan hasil yang memuaskan, sehingga
memberikan titik akhir yang kacau. Mengapa ? (Theresa Helena Gudipung )
Jawab : Dalam metode Mohr menggunakan bromide dan klorida yang titik
akhirnya akan menghasilkan senyawa netral, maka dari itu jika menggunakan
iodide dan tiosinat titik akhirnya akan menghasilkan endapan perak iodide dan
tiosinat dan bukan termasuk senyawa netral.
6. Apa yang dimaksud dengan Penggojokan ? (Widiya Astuti)
Jawab : Penggojokan merupakan penghomogenan dengan cara memegang leher
Erlenmeyer lalu diputar atau digoyangkan dengan kuat.

13

Anda mungkin juga menyukai