Anda di halaman 1dari 2

A.

DASAR TEORI
Metode Analisis Kuantitatif
Metode analisis kuantitatif yang bertujuan untuk menetapkan jumlah
analit dalam suatu sampel. Dalam metode analisis kuantitatif ini dibagi menjadi 2
penggolongan yaitu metode volumetri yang pengukurannya berdasarkan volume
kemudian ada metode gravimetri yang pengukurannya berdasrkan massa.
Terkait dengan perkembangan perangkat untuk menetapkan kuantitas
analitini telah berkembang cabang analisa modern, dikenal sebagai ananalisis
instrumentasi yang membahas secara mendalam tentang cara-cara analisis
menggunakan perangkat canggih. Analisis dengan perangkat canggih umumnya
tergolong dalam kelompok analisa semimikro dan analisamikro. Dalam kurikulum
perguruan tinggi, khususnya untuk program studi pendidikan kimia dan program studi
kimia analisis modern ini dikemas dalam matakuliah khusus seperti matakuliah
analisis instrumentasi atau makuliah lain yang lebih spesifik.
Walaupun telah berkembang berbagai perangkat canggih, namun
cara-cara analisis konvensional yang berpangkal pada reaksi kimia tetap tidak
ditinggalkan. Cara analisis konvensional yang tergolong analisamakro biasanya
menggunakan perangkat laboratorium sederhana, sehingga tingkat ketelitian dan
kepekaan hasil analisis biasanya Iebih rendah dibandingkan analisis instrumentasi.
Dalam bagian ini hanya akan dibahas metode analisis kuantitatif yang tergolong
analisis makro, khususny atentang gravimetri dan titrimetri. Pembahasan yang sangat
terbatas ini dimaksudkan untuk pendahuluan sebelum memahami metode analisis
yang lebih teliti, lebih peka dengan menggunakan perangkat-perangkat
modern.

Metode Titrimetri
Metode titrimetri yang dikenal juga sebagai metode volumetri merupakan cara
analisis kuantitatif yang didasarkan pada prinsip stoikiometri reaksi kimia. Dalam
setiap metode titrimetri selalu terjadi reaksi kimia antara komponen analit dengan zat
pendeteksi yang disebut titran.
Reaksi dasar antara komponen analit dengan titran dinyatakan dengan
persamaan umum:
aA + tT → produk
“a” adalah jumlah mol analit(A) yang bereaksi secara stoikiometri reaksi
dengan “T” mol titran (T)atau “a” dan “t” menggambarkan koefisien reaksi
persamaan reaksi setaranya. Analit adalah komponen dari Iarutan sampel yang
hendak ditetapkan kuantitasnya. Titran adalah Iarutan standar yang telah diketahui
dengan tepat konsentrasinya.
Titran ditambahkan ke dalam larutan analit menggunakan peralatan khusus
yang disebut buret sampai mencapai jumlah tertentu hingga
tercapai titik ekivalen. Pencapaian titik ekivalen umumnya ditandai oleh
perubahan zat tertentu yang sengaja dimasukkan ke dalam larutan analit yang dikenal
sebagai indikator. Perubahan indikator terjadi bila semua analit telah bereaksi dengan
titran. Kelebihan sedikit titran bereaksi dengan indikator, sehingga terjadi perubahan
pada indikator, yang biasanya ditunjukkan oleh perubahan warna. Kelebihan titran
harus diupayakan sekecil mungkin melalui penambahan titran tetes demi tetes agar
tercapai kesalahan sekecil mungkin.
Istilah titrasi untuk penambahan titran ke dalam analit didasarkan pada proses
pengukuran volume titran untuk mencapai titik ekivalen. Istilah metode titrimetri
lebih cocok diterapkan untuk analisis kuantitatif dibandingan metode volumetri, sebab
pengukuran volume tidak selalu berkaitan dengan titrasi.
Jenis metode titrimetri didasarkan pada jenis reaksi kimia yang terlibat
dalam proses titrasi. Berdasarkan jenis reaksinya, maka metode titrimetri dapat dibagi
menjadi 4 golongan, yaitu: asidi-alkalimetri, oksidimetri,kompleksometri, dan titrasi
pengendapan.

Titrasi kompleksometri didasarkan pada reaksi pembentukan kompleks antara analit dengan titran.
Senyawa kompleks terbentuk dari reaksi antara ion logam dengan suatu ligan. Dalam titrasi
kompleksometri, ligan yang paling sering digunakan adalah senyawa EDTA (etilen diamin tetra asam
asetat). Persamaan reaksi yang terjadi dapat dituliskan sebagai berikut :

Mn+ + H2Y2- MY(n-4) + 2H+

Dimana M adalah ion logam, sedangkan H2Y2- adalah senyawa EDTA. Dalam reaksi tersebut selalu
dihasilkan ion H+ sehingga dalam pelaksanaan titrasi harus ditambah larutan buffer. pH pada
pembentukan kompleks dari setiap ion logam tidak sama, misalnya untuk penentuan ion Ca(II) dan
ion Mg(II) diperlukan pH diatas 10 sedangkan untuk ion Zn(II) dan Cu(II) titrasi dapat dilakukan pada
pH tepat 10

Anda mungkin juga menyukai