Anda di halaman 1dari 23

PAPER

ANALISIS METODE KOLORIMETRI DAN GRAVIMETRI


PENGUKURAN KADAR GLUKOMANAN PADA KONJAK
(Amorphophallus Konjac)

Disusun untuk memenuhi tugas :

Praktikum : Kimia Analisa Instrumen - Gravimetri

Dosen Pengampu : Heny Kusumayanti, ST, MT

Disusun oleh : Kelompok 5B kelas B

1. Muhammad Zaki Riadhus Shalihin 40040119650004


2. Ikhsanuddin Maulana 40040119650072
3. Carissa Eilin A 40040119650112

KELAS B
TEKNOLOGI REKAYASA KIMIA INDUSTRI
SEKOLAH VOKASI
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2020
PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Muhammad Zaki Riadhus Shalihin


NIM : 40040119650004
Jurusan : Teknologi Rekayasa Kimia Industri
Fakultas : Sekolah Vokasi
Intitusi : Universitas Diponegoro

Dengan ini sebagai perwakilan penulis menyatakan bahwa “PAPER ANALISIS METODE
KOLORIMETRI DAN GRAVIMETRI PENGUKURAN KADAR GLUKOMANAN PADA
KONJAK (Amorphophallus Konjac)” bebas dari plagiat, dan apabila penyataan ini
ditemukan ketidak benaran dikemudian hari, penulis bersedia menerima sanksi sesuai
ketentuan yang berlaku.

Demikian surat pernyataan ini dibuat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

Semarang , 24 Maret 2020


Pembuat pernyataan

Muhammad Zaki Riadhus Shalihin


KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah S.W.T., Tuhan Yang Maha Esa, pada akhirnya
paper yang penulis susun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Praktikum Kimia
Analisa Instrumentasi yang penulis beri judul: “paper analisis metode kolorimetri dan
gravimetri pengukuran kadar glukomanan pada konjak (amorphophallus konjac) ”, telah
dapat kami selesaikan.

Paper ini disusun dengan mengacu pada sumber dari jurnal analisis metode
kolorimetri dan gravimetri pengukuran kadar glukomanan pada konjak (amorphophallus
konjac). Tulisan ini sebagian besar hanyalah kutipan kutipan dari sumber sebagaimana yang
tercantum dalam Daftar Pustaka, dengan beberapa ulasan pribadi. Ulasan pribadi sifatnya
hanyalah analisis dan sintesis dari beberapa kutipan yang berasal dari bahan bacaan.

Tulisan yang amat seederhana ini tidak akan terselesaikan tanpa adanya peran dan
bantuan serta masukan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, sudah semestinya penulis
mengucapkan terimakasih yang tidak terhingga kepada:

1. Heny Kusumayanti, ST, MT selaku dosen pembimbing Mata Kuliah Praktikum


Kimia Analisa Intrumentasi Gravimetri serta Asisten Laboratorium Kak Ilyas Teguh
Pangestu.
2. Teman-teman pada Program Studi Teknologi Rekayasa Kimia Industri UNDIP
Angkatan 2019, yang selalu memberikan motivasi dan beberapa masukan-masukan
dalam penyusunan paper ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini jauh dari sempurna dan mungkin
beberapa pandangan penulis sedikitnya belum teruji kebenarannya. Namun, harapan penulis
semoga karya yang sederhana ini ada setitik manfaatnya, terutama untuk penulis pribadi dan
teman-teman yang telah membaca makalah ini. Amin ya Rabbal ‘alamin....

Semarang, Maret 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................. 2

DAFTAR ISI................................................................................................................ 3

I. PENDAHULUAN .................................................................................................... 4

PROFIL JURNAL.............................................................................................4

II. RINGKASAN REVIEW JURNAL ...................................................................... 6

LATAR BELAKANG.........................................................................................6

KAJIAN TEORI..................................................................................................6

METODOLOGI................................................................................................16

III. PEMBAHASAN ............................................................................................ .....19


IV.PENUTUP ............................................................................................................ 21
KESIMPULAN..................................................................................................21
SARAN...............................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................22
BAB I . PENDAHULUAN

1.1 Judul Jurnal : Paper analisis metode kolorimetri dan gravimetri pengukuran kadar
glukomanan pada konjak (amorphophallus konjac)

1.2 Penulis : Simon Bambang Widjanarko, Johana Megawati


1.3 Penerbit : Universitas Brawijaya
1.4 Tahun Terbit : 2015
1.5 Reviewer : Muhammad Zaki Riadhus Shalihin , Ikhsanuddin Maulana , Carissa Eilin
1.6 Nama Jurnal : Jurnal Pangan dan Agroindustri
1.7 Vol/No : Vol. 3 No 4 p.1584-1588
1.8 ISBN/ISSN : 2354-7936
BAB II . RINGKASAN REVIEW JURNAL

2.1 Latar Belakang

Glukomanan termasuk senyawa polisakarida yang banyak digunakan sebagai bahan


pembuat gel, pengental makanan, dan dietary fiber. Glukomanan juga berfungsi untuk
menurunkan kadar kolesterol dan gula darah, mengurangi berat badan, meningkatkan
kesehatan pencernaan dan daya tahan tubuh . Dewasa ini glukomanan yang telah banyak
dikonsumsi di Jepang dan China didapatkan dari umbi Amorphophallus konjac.
Penyetaraan standar sangat diperlukan untuk melihat kualitas produk glukomanan komersial,
namun aturan standar tentang pengujian tepung glukomanan belum ada yang disepakati
secara internasional. Tujuan dari penelitian yang sudah dilakukan adalah untuk menentukan
metode manakah diantara gravimetri dan kolorimetri yang paling akurat dan memiliki tingkat
ketelitian lebih tinggi untuk mengetahui kadar glukomanan. Gravimetri walaupun termasuk
teknik tertua dalam analisa kuantitatif, namun masih relevan dalam menentukan kadar
terutama senyawa-senyawa organik (Widjanarko dkk,2015).

2.2 Kajian Teori

2.2.1 Syarat syarat analisa gravimetri :

Menurut (Sayas, 2013) syarat syarat analisa gravimetri meliputi 4 hal yaitu :

1. Kelarutan endapan sangat kecil

2. Kemurnian endapan tinggi

3. Endapan mudah di pisahkan

4. Endapan diektahui rumus molekulnya

2.2.2 Metode gravimetri :

Menurut (Hokcu Suhanda , 2015) Metode analisi gravimetri adalah metode


analisis yang didasarkan pada pengukuran massa analit atau senyawa. Terdapat tiga
macam cara untuk memisahkan zat ke bentuk yang dapat terukur melalui metode
gravimetri yaitu :
1. Cara Penguapan
2. Cara Elektrogravimetri
3. Cara pengendapan
2.2.3 Tahapan analisa gravimetri

Menurut (Windansari,2013)Analisis gravimetri harus melalui beberapa


tahapan, yaitu pengendapan, penyaringan, pencucian, dan pemijaran serta
penimbangan.
a. Tahap pengendapan
Tahap ini merupakan tahap pembentukan inti dari ion-ion molekul yang akan
diendapkan. Pada proses pengendapan ini digunakan pupuk ZA [(NH4)2SO4] dan
BaCl2 yang bereaksi membentuk endapan BaSO4. Reaksi yang terjadi adalah :
(NH4)2SO4(aq) + BaCl2(aq) BaSO4(s) + 2NH4Cl (aq) (1)
b. Tahap penyaringan
Penyaringan bertujuan untuk memisahkan cairan dan endapan dalam larutan.
Kertas saring yang digunakan adalah kertas saring whatman 40 agar setelah
pemijaran, endapan yang diperoleh berupa garam sulfat murni

c. Tahap pencucian
Tahap pencucian berfungsi untuk menghilangkan kotoran yang teradsorpsi
pada endapan BaSO4, jika tidak dihilangkan maka akan mempengaruhi hasil
penimbangan. Selain itu, tahap pencucian berfungsi untuk mengambil endapan
BaSO4 yang melekat di gelas beker agar endapan BaSO4 tidak ada yang tertinggal.
Untuk memastikan endapan telah benar-benar bersih dari ion-ion, seperti ion
Cl-, dilakukan pengetesan menggunakan larutan AgNO3. Hal ini bertujuan untuk
mendeteksi keberadaan ion Cl- dalam larutan sesuai reaksi:
AgNO3(aq) + Cl- (aq) → AgCl (s) + NO3-(aq) (2)
Bila ion Cl- sudah tidak ada, maka hasil penambahan larutan AgNO3 tidak
menyebabkan kekeruhan sehingga pencucian tidak diperlukan lagi.
d. Tahap pemijaran
Pada tahap pemijaran Idigunakan muffle furnace sebagai pemijarnya bukan
oven biasa. Hal ini dikarenakan, oven tidak bisa mencapai suhu tinggi yang
mencapai 800 oC sedangkan untuk memijarkannya harus mencapai 800 oC. Sehingga
dipilih muffle furnace yang dapat mencapai suhu tersebut.
e. Tahap penimbangan
Penimbangan dilakukan setelah krus yang telah berisi endapan didinginkan
dalam eksikator agar suhu krus sama dengan suhu lingkungan. Penyeimbangan suhu
dimaksudkan agar suhu krus yang masih tinggi tidak dimasukkan ke neraca, sebab
suhu tinggi dapat merusak neraca.
2.2.4 Aplikasi penerapan analisa gravimetri
Menurut (Susila,2005) beberapa aplikasi penerapan analisa gravimetri yaitu :
1. Pemantauan pencemaran udara dan air
2. Analisis pestisida atau insektisida dalam tumbuh-tumbuhan hasil panen

3. Analisis kobalt dalam vitamin B12


4. Penentuan Selenium dan kalsium dalam sel-sel foto

2.2.5. Faktor Faktor yang mempengaruhi analisa gravimetri


Menurut (Windansari,2013) faktor faktor yang mempengaruhi analisa
gravimetri ada 2 yaitu :
1. Sifat Fisik Endapan
2. Daya Larut endapan

2.2.6 Kelebihan dan kekurangan analisa gravimetri


Menurut (Diqansori, 2018) Kelebihan dan kekurang analisa gravimetri adalah
sebagai berikut :
1. Kelebihan
a. Presisi dan akurasi tetap bagus walaupun menggunakan peralatan analisis modern.
b. Kemungkinan sumber kesalahan dapat diperiksa. Hal ini menjadikan bagi seorang
analis tidak melakukan pekerjaan yang berulang hanya karena sumber kesalahan yang
tak terdeksi.
c. Melibatkan pengukuran tanpa harus melalui kalibrasi apapun.
d. Analisis dapat dilakukan dengan peralatan yang relatuf murah. Alasan ini tentu
menjadi alasan utama dalam melakukan analisis. Biaya yang terjangkau merupakan
tanda seberapa sering atau jarang penelitian tersebut dilakukan.

2.kekurangan

a. merupakan cara lama yang sudah terbilang tertinggal zaman, karena metode metode
modern saat ini jauh lebih efektif dibanding gravimetri

b. membutuhkan waktu yang lama

2.2.7 Endapan
2.2.7.1 Pengertian Endapan
Endapan adalah zat yang memisahkan diri sebagai fase padat dari
larutan. Endapan dapat berupa kristal (kristalin) atau koloid dan dapat
dikeluarkan dari larutan dengan penyaringan atau sentrifugasi. Endapan
terbentuk jika larutan menjadi terlalu jenuh dengan zat terlarut. Kelarutan
suatu endapan sama dengan konsentrasi molar dari larutan jenuhnya
(Bitar,2019).
2.2.7.2 Syarat Syarat Endapan dalam analisa gravimetri
Menurut (Sonny Widiarto, 2009) syarat syarat endapan dalam analisa
gravimetri sebagai berikut
1. Mudah disaring dan dibersihkan dari pengotor
2. Memiliki kelarutan cukup rendah sehingga tidak ada analit yang terbuang
pada saat penyaringan dan pencucian
3. Tidak reaktif terhadap udara
4. Setelah dikeringkan atau dibakar, menghasilkan produk yang diketahui
komposisinya
2.2.7.3 Faktor faktor yang mempengaruhi pengendapan
Menurut (Sonny Widiarto,2009) Faktor faktor yang mempengaruhi
pengendapan yaitu :
1. Konsentrasi
Semakin tinggi konsentrasi zat terlarut dalam suatu larutan, maka
pengendapan yang terjadi akan semakin banyak
2. Suhu
Semakin tinggi suhu suatu larutan maka pengendapan akan cepat
terjadi, namun dalam hal melarutkan, semakin rendah suhu suatu larutan maka
akan semakin sulit endapan di larutkan.
2.2.8 Pencucian
2.2.8.1 Pengertian Pencucian
Menurut (Hokcu Suhanda, 2015) pengertian pencuncian endapan
adalah suatu proses untuk menghilangkan/ menyingkirkan kotoran yang
terabsorpsi pada permukaan endapan maupun yang terbawa secara mekanis.
2.2.8.2 Syarat syarat larutan pencuci
Emnurut (Hokcu Suhanda,2015) syarat syarat larutan pencuci adalah
sebagai berikut :
1. Tidak melarutkan endapan
2. Tidak mendispersikan endapan
3. Tidak membentuk hasil yang atsir iataupun tak dapat larut dengan
endapan
4. Mudah menguap pada temperature pengeringan
5. Tidak mengandung zat yang mengganggu untuk penetapan berikutnya
terhadap filtrat
2.2.9 Pengertian Kopresipitasi
Kopresipitasi adalah Fenomena dimana senyawa soluble ikut mengendap
bersama dengan analit (senyawatersebut bukanlah merupakan material yang
seharusnya mengendap) Contoh: H2SO4 ditambahkan pada BaCl2 yang
mengandung sedikit nitrat, ternyata endapan BaSO4 mengandung BaNO3 (nitrat itu
dikopresipitasikan bersama dengan sulfatnya)( Sonny Widiarto, 2009).

2.2.10 Faktor Faktor yang mempengaruhi kelarutan

Menurut (Sidik, 2014) faktor faktor yang mempengaruhi kelarutan yaitu


sebagai berikut :

1. Suhu

Ketika suhu suatu larutan semakin tinggi maka suatu zat untuk terlarut di
dalamnya akan semakin tinggi, sebaliknya semakin rendah suhu suatu larutan maka
akan semakin sulit zat untuk terlarut di dalamnya.

2. Ukuran zat

Zat yang berukuran kecil akan semakin mudah untuk larut , sebaliknya zat
yang berukuran besar akan semakin sulit untuk larut.

3. Volume larutan

Semakin besar volume larutan, maka zat akan semakin mudah terlarut,
sebaliknya semakin kecil volume larutan maka zat akan semakin sulit untuk larut.

4. Pengadukan
Maksud pengadukan di sini adalah suatu zat apabila di aduk dalam suatu
larutan maka zat tersebut akan mudah untuk larut, sebaliknya bila zat tersebut tidak
di aduk maka zat tersebut sulit untuk larut.

2.2.11 Desikator

2.2.11.1 Pengertian Desikator

Desikator adalah salah satu peralatan laboratorium yang digunakan


untuk menghilangkan kadar air dari suatu bahan. Alat ini banyak digunakan
dalam analisa kadar air dimana didalam desikator tersebut diberikan bahan
yang disebut dengan silika gel (Alex,2020)

2.2.11.2 Macam macam Desikator

Menurut (Alex,2020) desikator terdiri dari 2 tipe, yaitu: Desikator


biasa dan Desikator Vakum. Desikator vakum adalah desikator yang
mampu mempertahankan kelembapan rendah pada tekanan tidak lebih dari
20 mmHg atau pada tekanan lain yang ditetapkan dalam monografi.
Desikator Vacum pada bagian tutupnya ada katup yang bisa dibuka tutup,
yang dihubungkan dengan selang ke pompa.

1. Desikator biasa

gambar 1 Desikator biasa

2. Desikator Vakum

Gambar 2 Desikator vakum


2.2.11.3 Cara kerja desikator

Menurut (Alex,2020) cara menggunakan desikator adalah sebagai


berikut :

1. Membuka tutup desikator dengan cara menggesernya,


2. Letakkan alat / bahan dari oven yang hendak didingikan atau
dikeringkan kedalam desikator.
3. Setelah alat/ bahan masuk kedalam desikator, tutup kembali penutup
dengan cara menggesernya kembali.
4. Tunggu beberapa saat sampai alat/ bahan sudah dingin dan bebas
air,buka kembali seperti langkah nomor 1
5. Jika dilakukan penimbangan akan diperoleh bobot yang stabil ( tidak
terpengaruh air).

2.2.12. Silica gel

Silica Gel adalah butiran seperti kaca dengan bentuk yang sangat berpori,
silika dibuat secara sintetis dari natrium silikat. Walaupun namanya gel tapi tetap
tergolong dalam silika padat. Gel (dari bahasa Latin gelu — membeku, dingin, es
atau gelatus — membeku) adalah campuran koloidal antara dua zat berbeda fase:
padat dan cair. Penampilan gel seperti zat padat yang lunak dan kenyal (seperti
jelly), namun pada rentang suhu tertentu dapat berperilaku seperti fluida
(mengalir). Berdasarkan berat, kebanyakan gel seharusnya tergolong zat cair,
namun mereka juga memiliki sifat seperti benda padat (Donny,2019).

2.2.13 Sifat kimia dan fisika bahan

2.2.13.1 Fenol

Menurut (Sridianti, 2020) Sifat fisika fenol sebagai berikut :

1. cairan tidak berwarna


2. titik nyala 175ºF
3. mudh terbakar

Menurut (Sridianti, 2020) Sifat kimia fenol sebagai berikut :


1. Korosif
2. Tidak bereaksi dengan air
3. Stabil dalam transportasi normal

2.2.13.2 NaOH

Menurut (Tiobutar, 2016) Sifat fisika NaOH sebagai berikut :

1. Serbuk berwarna putih


2. Bentuknya kristal
3. Titik didih 1388 ºC

Menurut (Tiobutar, 2016) Sifat kimia NaOH sebagai berikut :

1. Bersifat basa
2. Rivalitas asam
3. Bersifat korosif

2.2.13.3 Asam format

Menurut (Wen, 2013) Sifat fisika Asam Format sebagai berikut :

1. Tidak berwarna
2. Berbau tajam
3. Larut dalam air

Menurut (Wen, 2013) Sifat kimia asam format sebagai berikut :

1. pKa sebesar 3,75


2. Mempunyai gugus hidroksil
3. Mempunyai gugus asam

2.2.13.4 Asam Sulfat

Menurut (Tohari, 2016) Sifat fisika Asam Sulfat sebagai berikut :


1. Cairan tidak berwarna
2. Cairannya seperti minyak
3. Cairan tak berbau

Menurut (Tohari, 2016) Sifat kimia Asam Sulfat sebagai berikut :

1. Asam kuat
2. Larut dalam air
3. Bersifat korosif

2.2.13.5 Na2SO3

Menurut (Angga, 2019) Sifat fisika Na2SO3 sebagai berikut :

1. Berwarna putih
2. Larut dalam air
3. Rasa pahit

Menurut (Angga, 2019) Sifat kimia Na2SO3 sebagai berikut :

1. Larutan alkali kuat


2. Korosif

2.2.13.6. Alumunium Sulfat

Menurut (April, 2018) Sifat fisika aluminium sulfatt sebagai berikut :

1. Berwarna putih
2. Larut dalam air
3. Tidak larut dalam alkohol

Menurut (April, 2018)Sifat kimia aluminium sulfatt sebagai berikut :

1. Terhidrolisis dalam air membentuk asam sulfat


2. Berat molekul : 342 g/mol

2.2.13.7 Etanol
Menurut (Wen, 2013) Sifat fisika Etanol sebagai berikut :

1. Larut dalam air


2. Titik didih 78,5 ºC
3. Titik leleh -114,7 ºC

Menurut (Wen, 2013) Sifat kimia etanol sebagai berikut :

1. Molekul polar
2. Memiliki gugus –OH
3. Dapa melepas proton

2.2.13.8 Isopropil alkohol

Menurut (Wen, 2013) Sifat fisika isopripil alkohol sebagai berikut :

1. Larut dalam air


2. Titik didih 97,5 ºC
3. Titik leleh -126,7 ºC

Menurut (Wen, 2013) Sifat kimia isopropil alkohol sebagai berikut :

1. Molekul polar
2. Memiliki gugus –OH
3. Dapa melepas proton

2.2.13.9 Aquades

Menurut (Achmad,2004) sifat fisika aquades sebagai berikut :

1. Tidak berwarna
2. Tidak berbau
3. Tidak berasa

Menurut (Achmad,2004) sifat kimia aquades sebagai berikut :


1. Molekul polar
2. Pelarut yang baik
3. Berat molekul : 18 g/mol

2.2.13.10 Glukosa

Menurut (Wen,2013) sifat fisika Glukosa sebagai berikut :

1. Rasanya manis
2. Tidak berbau
3. Padatannya kristal

Menurut (Wen,2013) sifat kimia Glukosa sebagai berikut :

1. Merupakan monosakarida
2. Termasuk aldeheksosa
3. Dapat memutar cahaya terpolarisasi

2.3 Metodologi

Menurut (Widjanarko,2015) Alat, bahan serta cara kerja pada penelitian sebagai
berikut :

2.3.1 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan adalah tepung glukomanan komersial merk
“Konjac Glucomannan Powder” produksi Konjac Foods China, Sedangkan bahan
yang digunakan untuk analisis meliputi: fenol, NaOH, deionized water (DI water),
asam format, potassium natrium tartrat, 3,5-Dinitrosalisilat (3,5-DNS), H2SO4,
Na2SO3, garam aluminium sulfat, etanol 100%, aquades, isopropyl alcohol, dan
glukosa. Bahan-bahan analisis tersebut memiliki kemurnian pro analitik (p.a), dan
dibeli di toko Makmur Sejati .

2.3.2 Alat
Peralatan yang digunakan dalam pembuatan tepung porang dan suweg serta
pemurnian tepung metode bertingkat meliputi : glassware, timbangan analitik (Denver
Instrument M-310), pisau stainless steel, slicer, loyang, blender kering (Philips),
ayakan 80 mesh, dan homogenizer (Stirrer) .
Sedangkan alat yang digunakan untuk analisis pada penelitian meliputi :
glassware, kertas saring, kompor listrik (Maspion), oven kering (Memmert),
desikator, shaker (Heidolph), spektrofotometer (Medilab), kuvet, vortex (LW Scintific
Inc), sentrifuse (Universal Model : PLC-012E), dan Magnetic Stirrer (LH Velp
Scientifica).

2.3.3. Cara Kerja


Pengujian Metode Kolorimetri

Pembuatan reagen 3,5-DNS dengan mencampurkan larutan A dan B.


Larutan A dibuat dengan mencampurkan fenol (0.70g), 10% (w/w)
natrium hidroksida (1.50ml), Deionized Water (5 ml) dan Natrium Bisulfit
(0.70 g). Larutan B dibuat dengan mencampurkan Natrium Kalium Tartrat
(22.50 g), 10% Natrium Hidroksida (30 ml) dan 1% (w/w) 3,5-DNS (88 ml).

Sampel ditimbang sebanyak 0.20 gram lalu ditambahkan buffer asam format
– natrium hidroksida sebanyak 50 ml dan diaduk pada suhu ruang selama 4
jam. Campuran kemudian diencerkan hingga 100 ml dengan menambahkan
buffer.

Campuran disentrifugasi 4500 rpm selama 40 menit untuk diambil


supernatannya. Supernatan tersebut merupakan ekstrak glukomanan.

. Ekstrak glukomanan diambil 5 ml dan dihidrolisis menggunakan asam sulfat


3M 2.50 ml dengan pemanasan dan pengadukan selama 90 menit. Hasil
hidrolisis didinginkan pada suhu ruang dan dinetralkan dengan penambahan
Natrium Hidroksida 6M 2.50 ml, kemudian diencerkan dengan Deionized
water hingga 25 ml. Hasil yang didapat merupakan hidrolisat glukomanan.

Ekstrak glukomanan, hidrolisat glukomanan, dan Deionized Water (sebagai


blanko), masing-masing 2.00 ml, ditempatkan ke dalam gelas ukur 25 ml
diikuti dengan penambahan reagen 3,5-DNS (1.50 ml) dan kemudian diaduk
dan diinkubasi dalam wadah tertutup berisi air mendidih selama 5 menit.
Larutan didinginkan hingga suhu ruang, lalu diencerkan hingga 25 ml
menggunakan Deionized Water.

Masing-masing sampel diukur nilai absorbansinya menggunakan


spektrofotometer pada panjang gelombang 540 nm. Kandungan glukosa pada
larutan sampel dan hidrolisat ditentukan dengan memasukkan nilai absorbansi
pada persamaan garis lurus regresi kurva standar glukosa. 𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑔𝑙𝑢𝑘𝑜𝑚𝑎𝑛𝑛𝑎𝑛
(%)= 𝜀 5000𝑓(5𝑇−𝑇 𝑜)𝑚
f = faktor koreksi (0.90), T = kadar glukosa hidrolisat KGM (mg), To = kadar
glukosa larutan sampel KGM (mg), m = massa tepung konjak (200 mg).
Pengujian metode gravimetri.
.
Sampel dan garam aluminium sulfat (0.10 kali massa sampel) dilarutkan
dalam air hangat suhu 75°C dengan perbandingan 1:10 (b/v) sambil diaduk
selama 35 menit.

Endapan sampel dipisahkan menggunakan sentrifuse 2000 rpm selama 30


menit dan diambil supernatan.

Supernatan ditambahkan isopropil alkohol dengan perbandingan 1:1 (v/v)


sambil diaduk hingga terbentuk gumpalan

Gumpalan disaring dengan kertas saring dan dikeringkan pada suhu 60oC
selama 24 jam lalu ditimbang. 𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐺𝑙𝑢𝑘𝑜𝑚𝑎𝑛𝑛𝑎𝑛= 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔
𝑟𝑒𝑠𝑖𝑑𝑢𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑚𝑢𝑙𝑎−𝑚𝑢𝑙𝑎 𝑥 100%
BAB III. PEMBAHASAN
Validasi Metode Gravimetri dan Kolorimetri
Dalam penelitian di gunakan sampel yaitu tepung konjak glukomanan komersial.
Konjak glukomanan komersial diuji kadar glukomanannya dengan metode gravimetri dan
kolorimetri. Dilakukan pengulangan sebanyak 10 kali yang hasilnya ditampilkan pada Tabel
1. Berdasarkan Tabel 1 terlihat nilai RSD metode gravimetri (4.218%) lebih besar
dibandingkan dengan metode kolorimetri (1.356%). Yang mana variasi data gravimetri lebih
besar dibandingkan metode kolorimetri. Metode kolorimetri lebih repeatable dan presisi
dibandingkan gravimetri. Nilai RSD kolorimetri juga memenuhi standar presisi suatu analisis
kimiawi oleh CIPAC [7], sesuai dengan persamaan 𝑅𝑆𝐷<2(1 − 0.5 log𝐶) 𝑥 0.67 , yaitu lebih kecil
dari 1.361 sehingga metode kolorimetri merupakan suatu analisis yang presisi. Gambar 1
memperkuat bukti bahwa kolorimetri lebih presisi dibandingkan dengan gravimetri.
Penyebaran titik pada gravimetri lebih jauh dan trendline membentuk garis yang lebih curam
dibandingkan dengan metode kolorimetri
Tabel 1 Kadar Glukomanan Tepung Konjak Diukur dengan Gravimetri dan Kolorimetri

Banyak cara yang dapat di gunakan untuk menentukan akurasi suatu metode. Salah
satunya yaitu dengan membandingkan hasil analisis dengan hasil yang telah dipublikasikan
[8]. Kemasan KGM komersial telah mempublikasikan bahwa kandungan glukomanan yang
terdapat dalam sampel yaitu sebesar 90%. Rata-rata hasil kandungan glukomanan yang
didapat dari metode gravimetri yaitu 63.49%, terlihat sangat jauh selisihnya yaitu sebesar
26.51% dibandingkan dengan metode kolorimetri yang rata-rata dapat mendeteksi 93.21%
glukomanan dalam sampel dan selisihnya 3.21%. Hal ini menunjukkan bahwa metode
kolorimetri lebih akurat dibandingkan dengan metode gravimetri.
Salah satu penyebab rendahnya hasil pengukuran kadar glukomanan dengan
gravimetri yaitu proses koagulasi dan presipitasi yang tidak sempurna. Proses koagulasi dan
ukuran koagulan dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu pemanasan, pengadukan, dan penambahan
elektrolit . Pengadukan yang dilakukan dalam proses tersebut tidak seragam sehingga ukuran
partikel pun tidak seragam. Hal ini menyebabkan banyaknya presipitat ukuran kecil yang
lolos kertas saring halus, sehingga presipitat tersebut tidak tertimbang dan tidak terhitung
sebagai glukomanan. Ukuran partikel yang bervariasi menyebabkan jumlah partikel yang
lolos kertas saring juga bervariasi, yang berakibat pada variasi data yang didapat menjadi
tinggi dan presisinya menurun.
Dalam uji kadar glukomanan metode kolorimetri menggunakan reagen 3,5-DNS,
sampel tepung konjak yang dianalisis dipreparasi terlebih dahulu dengan cara diaduk
menggunakan magnetic stirrer dengan buffer asam format - NaOH selama 4 jam dalam suhu
ruangan yang mana bertujuan untuk menghilangkan zat-zat yang tidak terlarut seperti pati
dan selulosa. Larutan yang dihasilkan disebut sebagai larutan sampel KGM kemudian
dihidrolisis dan jumlah gula reduksi (glukosa dan manosa) diukur. Jumlah gula reduksi dalam
larutan sampel KGM sebelum hidrolisis juga ditentukan, kemudian jumlah gula reduksi
setelah hidrolisis dikurangi gula reduksi sebelum hidrolisis. Hal tersebut dilakukan dalam
tujuan untuk mencegah error positif penentuan kandungan glukomanan yang diakibatkan
terukurnya senyawa non glukomanan seperti glukosa bebas dalam sampel .
BAB IV. PENUTUP

4.1Kesimpulan
Dalam penelitian yang sudah dilakukan menunjukan bahwa metode kolorimetri
dengan reagen 3,5-DNS memiliki keakuratan yang lebih tinggi dibandingkan dengan metode
gravimetri. Hal ini dibuktikan dengan rata-rata kadar glukomanan KGM komersial yang
diukur melalui metode kolorimetri sebesar 93.21%, lebih mendekati literatur yaitu sebesar
90% dibandingkan dengan pengukuran menggunakan metode gravimetri dengan kadar KGM
sebesar 63.49%. RSD kolorimetri sebesar 1.36%, lebih kecil dibandingkan RSD gravimetri
sebesar 4.92%, menunjukkan bahwa kolorimetri lebih presisi dibandingkan gravimetri.

4.2 Saran

Dalam hasil dan kesimpulan paper ini di dapatkan saran bahwa dalam analisa
kuantitatif sebaiknya memakai kolorimetri , karena lebih akurat di banding gravimetri
DAFTAR PUSTAKA
Achmad.2004. Aquades. Diakses pada 25 maret 2020 dari https://text-id.123dok.com/
document/oy8g8ekrz-pengertian-aquades-karakteristik-aquades.html
Angga. 2019. Na2SO3. Diakses pada 25 maret 2020 dari https://rumusrumus.com/natrium-
karbonat/
Alex. 2020. Desikator. Diakses pada 25 maret 2020 dari http://www.alatlabor.com/article/
detail/76/desikator
April.2018. alumunium sulfat. Diakses pada 25 maret 2020 dari https://materikimia.com/
sifat-fisika-dan-kimia-aluminium-sulfat/
Bitar. 2019. Endapan. Diakses pada 25 maret 2020 dari https://www.gurupendidikan.co.id
/reaksi-kimia/
Diqansari.2018. Analisis gravimetri. Diakses pada 24 maret 2020 dari https://bisakimia.com/
2018 /10/06/apa-itu-analisis-gravimetri/
Donny.2019. silika gel. Diakses pada 25 maret 2020 dari https://www.bioindustries.co.id
/product/silika-gel-bio-industries
Hokcu Suhanda.2015. Gravimetri. Diakses pada 24 Maret 2020 dari http://file.upi.edu
/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._KIMIA/196611151991011-HOKCU_SUHANDA
/GRAVIMETRI/Gravimetri_Revisi.pdf
Sayas.2013. analisa gravimetri. Diakses pada 24 maret 2020 dari http://say2as.lecture.ub.ac.id
/files/2013/03/Materi-KA-4-gravimetri.pdf
Sidik. 2014. Kelarutan. Diakses pada 25 maret 2020 dari https://www.scribd.com/doc/
214790022/FAKTOR-KELARUTAN
Sridianti. 2020. Fenol. Diakses pada 25 maret 2020 dari https://www.sridianti.com/
pengertian-asam-karbol-fenol.html
Susila.2005. aplikasi gravimetri. Diakses pada 24 maret 2020 dari http://staff.uny.ac.id/sites
/default/files/pengabdian/susila-kristianingrum-dra-msi/11.pdf
Sonny widiarto.2009. gravimetri. Diakses pada 24 maret 2020 dari staff.unila.ac.id/
sonnywidiarto/files/2011/09/GRAVIMETRI.pdf
Tiobutar. 2016. NaOH. Diakses pada 25 maret 2020 dari http://www.panduankimia.net
/2016/12/natrium-hidroksida-naoh-pengertian.html
Tohari.2016. Asam sulfat. Diakses pada 25 maret 2020 dari
https://www.dosenpendidikan.co.id/asam-sulfat/
Wen.2013. Alkohol. Diakses pada 25 maret 2020 dari https://www.ilmukimia.org
/2013/03/sifat-fisika-dan-kimia-alkohol-html.html
Wen.2013. Asam semut. Diakses pada 25 maret 2020 dari https://www.ilmukimia.org
/2013/11/asam-semut.html
Wen.2013. Alkohol. Diakses pada 25 maret 2020 dari https://www.ilmukimia.org
/2013/03/sifat-fisika-dan-kimia-alkohol-html.html
Wen.2013. Glukosa. Diakses pada 25 maret 2020 dari https://www.ilmukimia.org
/2013/05/glukosa.html
Widjarnako, Megawati. 2015. Analisis Metode Kolorimetri Dan Gravimetri Pengukuran
Kadar Glukomanan Pada Konjak (Amorphophallus Konjac). Jurnal Pangan dan
Agroindustri Vol. 3 No 4 p.1584-1588
Windansari. 2013. Gravimetri. Diakses pada 24 maret 2020 dari https://id.scribd.com
/doc/173736674/Modul-Analisis-Gravimetri

Anda mungkin juga menyukai